bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertemuan AUSMIN (Australian, United State Minesterial Meeting) pada 2011, Amerika Serikat (AS) dan Australia telah menyepakati untuk melakukan evolusi postur kerjasama militer baru. Hasil dari kesepakatan kedua negara yakni pengiriman pasukan marinir dan peralatan militer AS untuk menempati Darwin, Australia Utara. Proyek tersebut sudah dimulai pada 2012 dan akan berakhir pada 2017 mendatang dengan final kuantitas pasukan militer sebanyak 2.500. 1 Pasukan dan peralatan militer AS yang akan mengisi Darwin berskala besar dan kuat telah terindikasi sebuah proses proyek Pembangunan Pangkalan Militer (PPM) 2 AS di Pasifik. Kembalinya AS meningkatkan kapasitas pertahanan (defence capacity) di Asia Pasifik sebagai respon konstelasi yang terjadi di kawasan. Struktur kawasan sebelumnya dibentuk dengan peningkatan kapasitas pertahanan oleh beberapa 1 Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Australia Julia Gillard mengumumkan hasil evolusi kerjasama militer kedua negara kepada dunia Internasional pada tahun 2011 bahwa pada pertengahan 2012 PPM AS di Darwin akan dimulai. Pada Rabu 4 April 2012, AS telah memulai mengirim sebanyak 200 pasukan ke Darwin. Baca, Budi Fernando Tumanggor, (Rabu, 4 April 2012 14:49 WIB), AS Tempatkan Pasukan di Australia, China dan Indonesia Meradang”. Dala m, jaringnews.com/internasional/umum/12880/as-tempatkan-pasukan-di-australia-china-dan- indonesia-meradang”, (Diakses pada 9 Januari 2014). Baca juga, Lihat, Russia Today, 2012, 2500 US Marines in Darwin ‘Not a Military Base’”. Dalama, http://rt.com/news/usaaustralia- darwin-china-185/. (Diakses pada 9 Januari 2014) 2 Untuk selanjutnya Pembangunan Pangkalan Militer menggunakan singkatan yakni PPM.

Upload: phungtuyen

Post on 05-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertemuan AUSMIN (Australian, United State Minesterial Meeting) pada

2011, Amerika Serikat (AS) dan Australia telah menyepakati untuk melakukan

evolusi postur kerjasama militer baru. Hasil dari kesepakatan kedua negara yakni

pengiriman pasukan marinir dan peralatan militer AS untuk menempati Darwin,

Australia Utara. Proyek tersebut sudah dimulai pada 2012 dan akan berakhir pada

2017 mendatang dengan final kuantitas pasukan militer sebanyak 2.500.1 Pasukan

dan peralatan militer AS yang akan mengisi Darwin berskala besar dan kuat telah

terindikasi sebuah proses proyek Pembangunan Pangkalan Militer (PPM)2 AS di

Pasifik. Kembalinya AS meningkatkan kapasitas pertahanan (defence capacity) di

Asia Pasifik sebagai respon konstelasi yang terjadi di kawasan. Struktur kawasan

sebelumnya dibentuk dengan peningkatan kapasitas pertahanan oleh beberapa

1 Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Australia Julia Gillard mengumumkan hasil

evolusi kerjasama militer kedua negara kepada dunia Internasional pada tahun 2011 bahwa pada

pertengahan 2012 PPM AS di Darwin akan dimulai. Pada Rabu 4 April 2012, AS telah memulai

mengirim sebanyak 200 pasukan ke Darwin. Baca, Budi Fernando Tumanggor, (Rabu, 4 April

2012 14:49 WIB), “AS Tempatkan Pasukan di Australia, China dan Indonesia Meradang”. Dala

m, “jaringnews.com/internasional/umum/12880/as-tempatkan-pasukan-di-australia-china-dan-

indonesia-meradang”, (Diakses pada 9 Januari 2014). Baca juga, Lihat, Russia Today, 2012,

“2500 US Marines in Darwin ‘Not a Military Base’”. Dalama, http://rt.com/news/usaaustralia-

darwin-china-185/. (Diakses pada 9 Januari 2014) 2Untuk selanjutnya Pembangunan Pangkalan Militer menggunakan singkatan yakni PPM.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

2

negara sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi serta agresifitas3 dan perluasan

pengaruh China di kawasan.

Skala prioritas dari rasionalitas AS meningkatkan kapasitas pertahanannya

di Asia Pasifik melalui penempatan pasukan dan peralatan militernya di Darwin

adalah agresifitas dan semakin besarnya pengaruh China di kawasan. Artinya, AS

bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh China di kawasan demi

terciptanya melahirkan dan menjaga kesimbangan dalam struktur sistem regional.4

Evolusi kerjasama militer AS dan Australia yang bertujuan melakukan

penyeimbangan kekuatan (Balance of Power) dengan China atas nama

perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan di regional, akan tetapi melahirkan

implikasi lain yakni sumber ancaman baru (source of new threat) terhadap

beberapa negara di Pasifik. Kehadiran AS di Darwin adalah sebuah ancaman

militer yang beskala besar dan kuat telah melahirkan respon yang berbeda-beda

dari beberapa negara kawasan yaitu respon positif, respon negatif dan respon

ambivalen (peluang dan tantangan). Misalnya, Filipina representasi respon positif,

China representasi respon negatif dan Indonesia representasi ambivalen.5

Dalam konteks penelitian ini, salah satu negara yang diasumsikan mendapat

sumber acaman dari PPM AS di Darwin adalah Republik Demokratik Timor

3 Agresifitas China dapat dilihat dari prilakunya di Laut China Selatan dengan empat negara

ASEAN (Filipina, Malaysia, Brunai Darussalam dan Vietnam) beserta Taiwan, sedangkan di

Laut China Timor yakni China versus Jepang. 4Baca, White Defence Australian, 2013, p. 7. 5 Baca, Rina Oktavia, Respon China,Indonesia dan Filipina Terhadap Keberadaan Pangkalan

Militer Amerika Serikat di Darwin, Australia Tahun 2011 2012. Dalam, “journal.unair.ac.id/artic

le_4696_media131_category131.html”. (Diakses pada 30 April 2014)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

3

Leste (RDTL)6. Timor Leste ialah negara muda di Asia Pasifik dan masuk ke

dalam kategorisasi negara kecil (small states). Timor Leste baru merdeka dan

berdaulat penuh baik secara de facto maupun de jure pada 20 Mei 2002 dari PBB

(Perserikatan Bangsa-Bangsa). Timor Leste tergolong negara termuda di Asia

Pasifik yang baru berumur lebih dari 12 tahun., terhitung dari 20 Mei 2002 sampai

2014 sekarang ini. Sebagai negara muda, Timor Leste dihadapkan pada dinamika

yang seringkali dialami oleh setiap negara. Pada2006 telah terjadi konflik internal

yang berdampak sistemik pada stabilitas ekonomi, kemiskinan, pengangguran dan

telah sampai pada penembakan Ramos Horta dan Xanana Gusmao yang dilakukan

oleh Mayor Alfredo pada 2008. Konflik internal yang terjadi pada 2006-2008

mengundang intervensi asing untuk membantu menstabilkan keamanan nasional

Timor Leste. Selain itu, Timor Leste sampai saat ini masih sangat membutuhkan

bantuan luar negeri (states, Organization Internasional and Non-Goverment

Organization) untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan dalam negeri di

berbagai sektor.

Problematika yang dihadapi Timor Leste memperkuat dirinya masuk ke

dalam kelas negara-negara kecil (class of small states). Negara dapat dikatakan

sebagai small state, setidaknya memenuhi empat syarat yakni luas territorial

kedaulatan, jumlah penduduk, kapasitas produksi serta kapasitas dan kemampuan

6 Republik Demokratik Timor Leste sebelum mendapat pengakuan dari United Nation atau masih

masuk bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) di kenal dengan istilah Timor

Timur. Timor Leste menjadi istilah familiar saat ini, artinya jika menyebutkan Republik

Demokratik Timor Leste, seringkali atau pada umumnya menggunakan istilah Timor Leste.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

4

pertahanan.7 Keempat aspek tersebut juga diyakini Hans J. Margenthau seorang

pemikir realis klasik sebagai bagian penentu sumber kekuatan nasional (source of

national power) masih jauh dimiliki dan dikuasai Timor Leste. Artinya, luas

wilayah Timor Leste terbatas dan letak geografis Timor Leste di kawasan Asia

Pasifik strategis dalam menopang jalur pelayaran internasional serta memiliki

sumber daya alam minyak dan gas melimpah belum dimaksimalkan sebagaimana

mestinya. Sedangkan jumlah penduduk sedikit, rendahnya kapasitas produksi

serta kapasitas dan kemampuan militer yang dimilikinya masih kecil dan lemah.

Beberapa sumber kekuatan nasional sebuah negara, masih jauh di bawah rata-rata

yang dimiliki Timor Leste dibandingkan sebagian besar negara di Asia Pasifik.

Kondisi Timor Leste sebagai negara muda yang rentan akan konflik internal

dan intervensi asing, tidak mengherankan lagi ketika bermunculan pertanyaan

tentang sebuah kemandirian dan kapabilitas negara. Mandiri dan mampu menjaga

stabilitas keamanan dalam negeri dan terhindar dari ancaman luar (securityan

deffence) serta memenuhi kebutuhan primer dan sekunder bagi masyarakatnya.

Problematika dan kondisi Timor Leste menjadi variabel kuat bahwa keberadaan

PPM AS di Darwin dengan skala kapasitas kekuatan yang besar menjadi sumber

ancaman terbesar pula terhadap kedaulatan dan independensi politik Timor Leste.

Ditinjau dari aspek kapasitas kekuatan, AS memiliki kapasitas kekuatan super

power dunia yang belum tertandingi sampai saat ini. Sedangkan dari tinjauan

aspek geografis, Timor Leste merupakan negara Asia Pasifik yang secara

7 Lihat, Bilverr Singh, 1999, The Vulnerability of Small State Revisited: A Study Of Singapore’s

Post-Cold War Foreign Policy, Yogyakarta: UGM, Hal., 1-2.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

5

geografis paling dekat dengan Darwin. Jarak antara Darwin dan Timor Leste

hanya berjarak < 500 mil.8 Kekuatan yang berskala besar (aggregate power) serta

jarak yang begitu dekat (geographic proximity) secara otomatis akan melahirkan

asumsi ekstrim bahwa keberadaan AS di Darwin, menjadi sumber ancaman

terbesar bagi national security Timur Leste. Apalagi Australia sebagai tempat

PPM AS mengalami perselisihan panjang dengan Timor Leste di Timor Gap.

Selain itu, pengaruh China di Timor Leste sangat kuat, sedangkan keberadaan

China sendiri yang semakin kuat di kawasan merupakan salah satu kausal

terpenting AS kembali memperkuat kekuatan di Asia Pasifik.

Oleh karena itu, keberadaan kekuatan militer AS di Darwin perlu direspon

oleh Timor Leste. Respon sebuah negara ketika dihadapkan pada sebuah sumber

ancaman dalam pemikiran Stephen M. Waltz tentang konsepsi Balance of Threat,

negara cenderung memilih jika bukan balancing maka bandwagoning. Dalam

konteks ini, apakah Timor Leste memilih balancing yang artinya Timor Leste

akan beraliansi dengan kekuatan besar lainnya di kawasan Asia Pasifik yakni

China untuk melawan sumber ancaman, atau Timor Leste memilih bandwagoning

yang artinya Timor Leste akan beraliansi dengan sumber ancaman. Akan tetapi

ketika melihat relasi Timor Leste terhadap dua kekuatan di Asia Pasifik yang

saling kontradiktif, Timor Leste memilih bekerjasama dengan dua kekuatan

tersebut.

8 Baca, Dyah Estu K, 2012, “Problem dan Prospek Hubungan Indonesia-Australia (Pasca

Referendum Timor Timur”, Yogyakarta: Leutikaprio, p. 52.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

6

Dalam rangka memperjelas pilihan Timor Leste maka perlu melakukan

analisis mendalam tentang posisi Timor Leste di antara dua kekuatan terbesar

yang saling bertolak belakang di kawasan Asia Pasifik. Untuk itu, memperjelas

intensitas hubungan Timor Leste dengan sumber ancaman (AS-Australia) dan

Timor Leste dengan rival sumber ancaman (China) sangat signifikan. Hal tersebut

dilakukan guna memaksimalkan mengetahui dan memahami posisi Timor Leste

sebagai small state dalam mempertegas respon Timor Leste terhadap PPM AS di

Darwin.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas melahirkan sebuah rumusan masalah

yang menjadi instrumen pencarian rasionalitas relevansi fenomena yang diangkat

peneliti, yaitu Bagaimana Respon Timor Leste Sebagai Small State Terhadap

Pembangunan Pangkalan Militer AS Di Darwin?

1.3 Tujuan Penelitian

Manifestasi dari makna redaksional di rumusan masalah menjadi tujuan

penelitian, yang mana tujuannya adalah untuk mengetahui respon small state

terhadap sumber ancaman great powers dengan mengambil kasus respon Timor

Leste terhadap PPM AS di Darwin yang secara geografis merupakan negara Asia

Pasifik paling dekat dengan Darwin (geographic proximity).

1.4 Mamfaat Penelitian

1.4.1 Mamfaat Teoritis

Out Put penelitian ini yaitu nantinya dapat bermampaat bagi para akademisi

dan ilmuwan Ilmu Hubungan Internasional dalam mengamati dan menjelaskan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

7

perilaku small state ketika dibenturkan dengan sumber ancaman besar (Source of

Great Threat) dari eksternal.

1.4.2 Mamfaat Praktis

Hadirnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi

decision maker sebuah negara untuk menentukan prilaku dalam sistem

internasional demi memenuhi national security semaksimal mungkin.

1.5 Kerangka Penelitian

1.5.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pengetahuan peneliti terkait dengan fenomena yang diteliti

dan didalami dalam tulisan ini, sampai saat ini belum ada satupun ilmuawan atau

akademisi ilmu Hubungan Internasional meneliti apalagi melahirkan tulisan

tentang penomena yang akan diteliti. Hal tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi

peneliti menghasilkan tulisan baru yang ilmiah. Dalam rangka membawa dan

memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian, maka perlu sebuah tulisan

yang muatan model, sifat dan/ atau bentuk-nya mendekati fenomena yang

diangkat dalam tulisan ini sebagai penelitian terdahulu. Terdapat tiga tulisan yang

dianggap peneliti relevan sebagai penelitian terdahulu, diantaranya:

Pertama, tulisan dari Rina Oktavia yang berjudul “Respon China,

Indonesia dan Filipina Terhadap Keberadaan Pangkalan Militer Amerika Serikat

di Darwin, Australia Tahun 2011-2012”.9 Tulisan ini menyoroti respon tiga

negara kawasan Asia-Pasifik terhadap keberadaan pangkalan militer Amerika

9Baca, Rina Oktavia, Respon China,Indonesia dan Filipina Terhadap Keberadaan Pangkalan

Militer Amerika Serikat di Darwin, Australia Tahun 2011-2012. Dalam,

“journal.unair.ac.id/article_4696_media131_category131.html”. (Diakses pada 30 April 2014)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

8

Serikat di Darwin-Australia. Ketiga negara tersebut adalah China, Indonesia dan

Filipina. Rina Oktavia menjadikan tiga negara tersebut untuk mewakili kategori

respon negara-negara kawasan asia-pasifik atas hadirnya pangkalan militer

Amerika Serikat di Darwin. China secara geografis berada di kawasan Asia

Pasifik, sedangkan Indonesia dan Filipina berada di kawasan Asia Tenggara.

Ketiga negara menurut hasil analisis penelitian Rina Oktavia merespon pangkalan

militer di Darwin dengan respon yang berbeda-beda. Rina Oktavia membagi

ketiga macam kategori respon atas agenda pembangunan pangkalan dan kehadiran

militer Amerika Serikat di Darwin diantaranya: mendukung, ambivalen dan

menentang.

Pertama: mendukung10, dimana Filipina merespon baik atas pembangunan

pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin. Dibuktikan dengan sambutan baik

Sekretaris Komunikasi Filipina Ricky Carandang dalam menanggapi berita bahwa

Amerika Serikat akan menempatkan 2.500 personil militer di Australia, Northern

Territory selama bertahun-tahun mendatang. Kedua: ambivalen11, negara yang

berada pada posisi merespon dengan model ambivalen adalah Indonesia.

Keberadaan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin ada dua kemungkinan

bagi Indonesia yaitu menguntungkan dan merugikan kepentingan negaranya. Oleh

karena itu, Indonesia merespon dengan tidak mendukung dan tidak menolak.

Respon dengan model ambivalen cenderung berubah-ubah sesuai dengan kondisi

10Satu reaksi yang muncul dimana suatu negara merasa diuntungkan. 11Reaksi suatu negara yang tidak berada dalam golongan pro dan kontra melainkan lebih

menyikapi suatu fenomena.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

9

menurut kepentigan nasional bagi negaranya. Ketiga: menentang12, China adalah

negara yang merasa dirugikan atas pembangunan pangkalan Amerika Serikat di

Darwin. China merasa bahwa program Amerika Serikat di Darwin sebagai bentuk

penyeimbang atau menghalangi pengaruh China di kawasan. Respon China dapat

diketahui dari statemen Kementerian Pertahanan China dalam mengomentari

keputusan Amerika Serikat tersebut, sebagai bukti masih adanya mentalitas

Perang Dingin di pihak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, yang bisa

menggerus rasa saling percaya di antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Rina Oktavia menggunakan beberapa konsep sebagai pisau analisis dalam

menganalisis respon tiga negara terhadapa kehadiran pangkalan militer Amerika

Serikat di Darwin. Konsep yang dia gunakan terdiri dari empat konsep

diantaranya: bilateral, kepentingan nasional, politik luar negeri, dan budaya politik

dan pengaruhnya terhadap politik luar negeri. Penjelasan di atas menjadi

gambaran seperti apa tulisan dari Rina Oktavia terkait respon ketiga negara di

kawasan Asia-Pasifik terhadap pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat

di Darwin.

Kedua, karya dari Rahmah Nazhafah dengan judul “Strategi Militer

Amerika Serikat dalam Membendung Pengaruh Republik Rakyat China di Asia

Pasifik”. Dalam tulisan ini mendeskripsikan kemajuan yang dicapai oleh China

sampai saat ini terutama dalam hal kapasitas militer dan perluasan ekspansinya di

kawasan Asia Pasifik. Prilaku China di kawasan dan langkah-langkah yang di

tempuhnya telah menjadi kausal Amerika Serikat khawatir dan takut terhadap

12Satu reaksi yang muncul dimana suatu negara tidak merasa diuntungkan.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

10

kebangkitan China. Oleh karena itu, mau tidak mau Amerika dalam rangka

mempertahankan power dan menjaga national security-nya di kawasan Asia Pasifik,

Amerika terdorong kembali memperkuat dan mengambil langkah konkrit dalam hal

menambahan kapasitas militernya di Asia Pasifik dengan cara pembaharuan strategi

militer untuk membendung ekspansi China.

Langkah yang di ambilnya adalah melakukan evolusi kerjasama militer antara

AS dan Australia dengan menempatkan pasukan marinir sebesar 2500 dan

penempatan peralatan militernya dari 2012 sampai 2017 di Darwin. Secara intrinsik

dalam tulisan tersebut, respon yang dilancarkan China bersifat negatif. Dua hari

setelah pengumuman penempatan pasukan marinir dan peralatan AS di Darwin,

China langsung meresponnya dengan melakukan latihan mengumumkan akan segera

melakukan latihan militer di Pasifik Barat. Selain itu, China akan meluncurkan patroli

bersama dengan Laos, Myanmar dan Thailand di Sungai Mekong untuk

mengembalikan pelayaran dan jaminan keamanan di sungai itu. Sedangkan landasan

konsep yang digunakan dalam tulisan tersebut adalah kebijakan luar negeri,

strategi militer dan regional security complex.

Ketiga, tulisan yang berasal dari Mohamad Rosyidin dengan judul “Politik

Luar Negeri sebagai Konstruksi Sosial: Sikap Indonesia terhadap Kebijakan

Penempatan Pasukan Marinir Amerika di Darwin”.13 Mohamad Rosyidin dalam

tulisannya mengungkap bagaimana respon Indonesia terhadap pembangunan

pangkalan Amerika Serikat di Darwin. Dia membagi dua respon sebagai hasil

13Penulis tulisan ini menempuh Program Studi S2 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gajah

Mada. Tulisan ini dimuat di website Jurnal Unair dan dapat diakses dengan link

“journal.unair.ac.id/article_5570_media89_category.html”. (Di akses pada 30 April 2014, Pkl.

22.36 WIB)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

11

klasifikasi dua golongan yang berbeda pendapat di Indonesia. Kelompok eksekutif

yang tidak sama responnya dengan non eksekutif yang berasal dari legislatif.

Kelompok eksekutif menganggap bahwa pembangunan pangkalan militer

Amerika Serikat di Darwin, bukanlah sebuah ancaman tetapi malah

menguntungkan bagi kepentingan nasional Indonesia. Sedangkan kelompok non-

eksekutif yang berasal dari legislatif merespon dengan cara berbeda dengan

pemerintah. Legislatif merespon keberadaan pangkalan Amerika Serikat tersebut

mengancam keamanan Indonesia, khususnya ancaman terhadap PT. Freeport di

Papua.

Mohamad Rosyidin dalam melihat respon berbeda dari internal Indonesia,

anatara pemerintah dan non pemerintah terhadap keberadaan pangkalan militer

Amerika Serikat di Darwin. Respon yang berbeda itu dianggap oleh Rosyidin, dua

teori mainstream HI kurang bahkan tidak relevan, terutama realis dalam

menjelaskan respon yang berbeda dari internal Indonesia. Perspektif konstruktivis

salah satu teori mainstream ilmu hubungan internasional sangat relevan dalam

menjelaskan respon yang berbeda dari Indonesia terhadap pembangunan

pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin. Dalam tulisan dia mengatakan

bahwa, “Perspektif konstruktivis melihat ancaman tidak bersifat obyektif,

melainkan subyektif yakni berada dalam pikiran aktor. Mengancam atau tidak itu

bukan ditentukan oleh realitas material di luar sana, tetapi oleh pemaknaan aktor

terhadap realitas tersebut. Konstruktivis melihat bahwa faktor-faktor sosial

seperti identitas berperan penting dalam membentuk pemaknaan aktor terhadap

lingkungannya”.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

12

Dari ketiga tulisan di atas mengantarkan peneliti bahwa fenomena yang

akan diteliti, relevan untuk diteliti dan didalami. Jadi, perbedaan tulisan dari Rina

Oktavia, Rahmah Nazhafah dan Muhammd Rosyidin dengan tulisan yang akan di

buat ini terletak pada state, respon dan landasan teoritis/ konseptual serta menguji

relevansi sebuah teori. Dalam tulisan ini, fokus pada small state yaitu Timor Leste

sebagai negara termuda di kawasan Asia Pasifik, sebuah negara yang paling dekat

dengan sumber ancaman dan juga dijadikan tempat perebutan pengaruh oleh dua

kekuatan terbesar di regional. Dalam tulisan ini menggunakan teori Balance of

Threat dan small state, yang mana tujuan penelitian ini dengan mengetahui

prilaku Timor Leste sebagai small state dimaksudkan untuk menggoyang

pemikiran Stephen M. Walt yaitu Balance of Threat yang hanya menawarkan dua

pilihan sebuah negara ketika dihadapkan pada sumber ancaman, jika bukan

balancing maka bandwagoning.

1.5.2 Landasan Konseptual

1.5.2.1 Balance Of Threat

Reformulasi teori dan konsep terus dilahirkan para tokoh realis dari generasi

ke generasi guna menjawab tantangan dinamisasi dunia internasional dan sebagai

manifestasi dialektika kotenstasi pemikiran. Pengembangan konsep yang menarik

dari paradigma realis yaitu munculnya perbedaan pemikiran antara kelompok

deffensive dan offensive – “security”.14 Sampai saat ini, isu keamanan masih tetap

menjadi grand issue diantara dua perdebatan dalam paradigma realis. Ancaman

14Baca, Liu Feng dan Zhang Ruizhuang, “Tipologi Realisme”. Dalam buku, 2009, “Realisme Teori

Hubungan Internasional”, Yogyakarta: Graha Ilmu, p. 32-37.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

13

dari dalam dan dari luar (internastional system) menjadi perhatian setiap negara.

Dimana keamanan adalah harga mati untuk dicari, ditingkatkan dan dijaga oleh

sebuah negara. Salah satu pemikiran dasar paradigma relais yaitu sistem

internasional yang tidak lepas dari kondisi anarchy.15

Mengkaji tentang keamanan suatu negara, sumber ancaman dari luar yang

lahir dari persespsi negara akan terus menarik dalam disiplin Ilmu Hubungan

Internasional. Menurut Arnold Wolfers bahwa, “Security is any objective sense,

measure the absence of threats to acquire values, in a subjective sense, the

absence of fear that such values will be attacked.”16 Pemikiran Wolfer tersebut

menganjurkan bahwa sebelum suatu negara melancarkan tindakan balasan atau

respon, sangatlah penting melakukan analisis lebih mendalam tentang ukuran atau

besarnya sumber ancaman yang akan mengancam keamanan negara.

Teori Balance of Threat bagian dari varian paradigma realis dapat

digunakan dalam menjelaskan konstelasi sistem internasional, dalam hal ini

Source of Threat dari kondisi eksternal sebuah negara. Balance Of Threat

dirumuskan oleh Stephen M. Walt sebagai hasil reformulasi konsepsi Balance Of

Power dari Kenneth N. Waltz.17 Aliansi menjadi inti dari teori Balance Of Threat,

yang mana aliansi didefiniskan sebagai hubungan formal atau informal dari

15Baca, Richard W. Mansbach dan Kirsten L. Rafferty, 2012, ”Pengantar Politik Global”,

Bandung: Nusamedia, p. 301-304. Baca juga lebih lanjut, Morgenthau, “Politik Antar Bangsa”. 16Baca, Anak Angung Bayu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, “Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional”, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, p. 121. 17Baca, Stephen M. Walt, The Origin of Alliance”, p. 17-21, 27-32. Copyright @ 1987 by Cornell

University Press. Used by permission of the publisher. Portions of the text and some footnotes

have been omitted. Dalam, Robert J. Art dan Robert Jervis, 2007, Ínternational Politics:

Enduring Concept and Contemporary Issues, New York:Pearson Longman, p. 96-102. Baca

juga, Stephen M. Walt, “Alliance Formation and The Balance Of World Power”, Internasional

Security, Vol. 9, No. 4 (Spring, 1985), 3-34.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

14

kerjasama keamanan antara dua atau beberapa negara dengan tingkat komitmen

dan saling menguntungkan antara negara yang melakukan kerjasama.

Aliansi dalam konteks ini dapat berbentuk Balancing dan Bandwagoning.

Ketika negara yang terancam merespon dengan cara mengimbangi ancaman yang

ada atau membalas dengan modal kekuatan sendiri disebut sebagai Balancing.

Sedangkan bandwagoning yaitu negara yang merasa terancam akan cenderung

memamfaatkan peluang dengan cara mengikuti atau beraliansi dengan sumber

anacaman. Sumber ancaman dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu mengancam

sehingga negara bersifat reaksionis ataukah mengancam tetapi ancaman itu

dijadikan peluang untuk memenuhi kepentingan nasional.

Stephen M. Walt, dalam teorinya Balancing Of Threat telah membagi empat

persepsi atau sumber-sumber ancaman terhadap suatu negara antara lain:

Aggregate Power, dimana semakin besar sumber kemampuan total suatu negara,

maka semakin besar pula potensi ancaman yang mereka tunjukkan kepada negara

lain.18 Geographic proximity yang artinya kekuatan yang dekat dengan wilayah

suatu negara menunjukkan ancaman yang lebih besar dari pada kekuatan yang

jauh. Offensive power, maksudnya adalah negara dengan kemampuan serangan

yang besar lebih memungkinkan untuk menunjukkan ancaman yang lebih besar

pula dari pada negara-negara yang menekankan kemampuan pertahanan.

Aggresive Intentions, dimana beberapa negara yang dirasakan berperilaku agresif

18Ukuran ini didasarkan pada logika sederhana realism yaitu dalam hal ini kemampuan militer

suatu Negara.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

15

mungkin bisa memancing negara lain untuk menyeimbangkan kekuatan dengan

mereka.19

Stephent M. Waltz dalam menguji dua konsep dari bagian Balance Of

Threat menggunakan Timur Tengah sebagai objek penelitian pada tahun 1955 dan

1979. Hasil dari penelitiannya yaitu balancing lebih umum dibandingkan dengan

bandwagoning dalam menciptakan kestabilan di kawasan Timor Tengah. Variabel

pendukung yang disimpulkan Waltz ketika aliansi terjadi dapat dilihat dari aspek

persamaan ideologi dan dukungan negara (bantuan ekonomi dan militer) menjadi

indikator meningkatkan komitmen untuk beraliansi. Selain Timor Tengah, perang

dingin juga menjadi penguat bahwa balancing lebih menjanjikan menjaga

stabilitas sistem internasional dan keamnan sebuah negara dibandingkan

bandwagoning.

Balance of Threat dari Walt menjadi refleksi lahirnya sebuah pertanyaan,

apakah hanya terdapat dua pilihan bagi sebuah negara khususnya small state

ketika dihadapkan sumber ancaman besar dari luar. Ataukah dengan mengamati

kompleksitas sistem internasional saat ini, ketika terdapat sumber ancaman besar

bagi sebuah negara terdapat pilihan lain. Pilihan lain itu yakni dapat lebih

menguntungkan bagi negara yang terancam dan lebih menjaga stabilitas sistem

internasional dibandingkan memilih salah satu dari dua konsep teori Balance Of

Threat.

19Baca, Ya’qub Farid, 2012, Respon Rusia Terhadap Rencana Penempatan Pertahanan AS di

Cheko dan Polandia, Malang: HI UMM, p. 10

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

16

1.5.2.2. Small State

Dinamisasi perkembangan dan kemajuan dunia internasional sampai

sekarang telah mengisahkan tiga kategori bentuk negara jika dilihat dalam power

(tangible dan intangible). Ketiga kategori tersebut, diantaranya: (1) Negara besar

(Great State); (3) Negara Sedang (Middle State) (2) Negara kecil (Small State).

Dalam konteks ini, small state menjadi spesialisasi dan akan dideskripsikan.

Penemuan konseptualisasi small state mengalami perkembangan dari tahun ke

tahun, yang artinya bagaimana memaknai sebuah negara sehingga dikatakan

sebagai small state. Dalam pengkategorisasian sebuah negara sebagai small state

dalam dunia internasional, syarat-syarat pengklasifikasian sangat diperlukan dan

dipenuhi negara terkait sehingga dikatakan sebagai the class of small states.

Pada 1970-an, terdapat perkembangan literatur pada konseptualisasi

small state walaupun perkembangan negara kecil memberikan dorongan dengan

tawaran adanya politik baru setelah perang dunia dua. Pertanyaan utama dalam

diskursus akademik adalah apa itu negara kecil?. Dalam mendeskripsikan negara

kecil tidak hanya membutuhkan satu faktor untuk mendapatkan penjelasan yang

akurat. Oleh karena itu, kategorisasi negara sebagai negara kecil dapat ditinjau

dari keterbatasan wilayah teritorial, sedikitnya jumlah penduduk, Kapasitas

produksi kecil sebagai keterangan dari Gross National Product (GNP), kapasitas

dan kemampuan militer kecil.20

20Lihat, Bilverr Singh, 1999, The Vulnerability of Small State Revisited: A Study Of Singapore’s

Post-Cold War Foreign Policy, Yogyakarta: UGM, Hal., 1-2.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

17

Beberapa poin syarat pengkategorisasian negara sebagai small state di atas

memberikan gambaran secara utuh bahwa negara-negara di dunia pastinya masih

ada yang memenuhi semua poin yang dimaksud. Syarat-syarat tersebut yang

diyakini berpengaruh besar pada prilaku atau pola yang dibangun sebuah negara

kecil dalam konstelasi sistem internasional dan pemenuhan kebutuhan domestik.

Kedua, negara yang dianggap sebagai negara kecil juga mempengaruhi seperti apa

perilaku negara besar terhadapnya. Oleh karena itu, perlu kiranya mengetahui

seperti apa prilaku small state ketika dibenturkan pada sumber ancaman dan disisi

lain kepentingan dan/ atau kebutuhan pada waktu yang sama.

Dalam konteks ini, Timor Leste telah memenuhi syarat-syarat sebagai

sebagai small state menjadi objek penelitian dan melihat prilaku dan respon small

state ketika dihadapkan pada sumber ancaman. Timor Leste sebagai small state,

seperti apa prilakunya dalam dunia internasional dalam merespon pembangunan

pangkalan militer AS di Darwin. Hal tersebut relevan menjadi objek penelitian

dalam melihat dan menjelaskan prilaku ataukah respon sebuah negara kecil ketika

dihadapkan pada ancaman besar dari eksternal. Hal tersebut menjadi instrumen

untuk membuktikan, apakah hanya balancing ataukah bandwagoning menjadi

pilihan bagi negara yang mendapat ancaman dari luar.

Berdasarkan Source Of Threat Stephen M. Waltz, dapat dibuat pola dengan

menghubungkan PPM AS di Darwin Sebagai Sumber ancaman bagi Timor Leste

sebagai small state, sebagai berikut:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

18

Gambar 1.1. Operasionalisasi Source Of Threat Stephen M. Walt

Ancaman militer dan upaya penangkalan melalui penggunaan kapabilitas

militer masih menjadi prioritas dalam kerangka pemikiran kajian keamanan

kontemporer. Source of Threat di atas menunjukkan bahwa kapabilitas militer

merupakan suatu variabel yang vital menjadi ancaman bagi negara lain. Dalam

konteks ini, kehadiran pasukan dan peralatan militer AS di Darwin dengan skala

kekuatan besar (Aggreagat Power) menjadi sumber ancaman besar bagi Timor

Leste sebagai small state. Apalagi di tinjau dari aspek geografis Timor Leste

negara Asia Pasifik yang paling dekat dengan PPM AS di Darwin (Geographic

Proximity). Selain itu, kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki Timor Leste lemah

karena dipengaruhi oleh terbatasnya luas teritorial, sedikitnya jumlah penduduk,

kecilnya kapasitas produksi dan kapasitas dan kemampuan militer masih kecil.

Sebagian kondisi yang dihadapi Timor Leste karena Timor Leste adalah negara

muda atau negara termuda di kawasan dan rentan akan konflik.

Indikator Pembangunan

Pangkalan Militer AS di Darwin

Aggregate Power

Geographic Proximity

Source of Threat Offensive Power

Aggresive Power

Source Of Threat terhadap

Timor Leste (Small State)

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

19

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Tingkat Analisis

Pada dasarnya penelitian ini dilakukakan oleh peneliti untuk mengetahui

bagaimana behavior Timor Leste sebagai small state di kawasan Asia-Pasifik atas

Pembangunan Pangkalan Militer Amerika Serikat di Darwin, Australia Utara.

Dalam penelitian ini penulis telah menyederhanakan permasalahan kedalam tiga

variabel demi mempermudah melakukan penelitian, yaitu variabel dependen dan

variabel independen dan kedua variabel tersebut didukung oleh intervening

variabel (variabel perantara). Variabel dependen atau unit analisis dalam

penelitian ini adalah respon Timor Leste sebagai state. Sedangkan variabel

Independen atau unit eksplanasinya adalah pembangunan pangkalan militer

Amerika Serikat di Darwin (Australia Utara) sebagai system21.

Menurut Mohtar Mas’oed, jika sebuah penelitian memiliki unit analisis

berupa nation – state dan unit eksplanasinya adalah system, atau unit

eksplanasinya lebih besar daripada unit analisanya merupakan pendekatan

induksionis. Sesuai dengan penomena yang diangkat yaitu Timor Leste sebagai

state dan Pembangunan Pangkalan Militer AS sebagai system, maka penelitian ini

menggunakan level analisa induksionis.22 Selain itu, Intervening variabel

(variabel perantara) digunakan dalam penelitian ini guna mendukung dua variabel

di atas, yang bertujuan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.

21Unit eksplanasi dalam penelitian ini dikatakan sebagai sistem karena AS berada di luar kawasan

Pasifik yang telah menempatkan kekuatan militernya di Pasifik melalui Darwin, yang secara

otomatis mempengaruhi struktur sistem kawasan Asia-Pasifik. 22Lihat, Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”, Jakarta:

LP3ES, p. 80.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

20

Variabel perantaranya adalah rivalitas China dan Amerika Serikat dalam

kontestasi memperebutkan pengaruh di kawasan Asia Pasifik dan dalam konteks

penelitian ini yaitu fokus pada perebutan pengaruh di Timor Leste.

1.6.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deduktif (umum ke khusus).Penelitian yang

bersifat deduktif berarti penelitian dimulai dari pengetahuan yang sifatnya umum

ke dalam bentuk khusus. Jadi, sesuai dengan pendekatan deduktif maka penulis

mengumpulkan sebanyak-banyaknya data dan menganalisanya. Penegasan dari

cara berfikir deduktif yaitu memungkinkan untuk menyatukan proposisi-proposisi

dan menguji teori, juga memungkinkan seorang teoritis untuk bekerja tanpa harus

berkaitan langsung terus menerus dengan data.23

Mohtar Mas’oed menjelaskan bahwa tujuan akhir sains adalah deskripsi,

eksplanasi, dan prediksi, semisal ilmuwan politik berusaha mencandra,

menjelaskan, dan meramalkan berbagai fenomena. Dalam penelitian ini

menggunakan jenis penelitian yaitu “deksriptif-analitis”.24 Maka penelitian ini

memiliki tujuan untuk medeksripsikan penomena yang diangkat dan

menganalisanya. Untuk itu dalam konteks penelitian ini, penomena yang akan

dijelaskan adalah Pembangunan Pangkalan Militer Amerika Serikat di Darwin dan

kemudian menganalisis prilaku Timor Leste sebagai small state yang akan

membentuk respon atau sikapnya terhadap Pangkalan Militer AS di Darwin yang

teridentifikasi sebagai Source of Threat bagi national security Timor Leste.

23Baca, Nur Cholis, 2010, Kepentingan Rusia Dalam Melakukan Kerjasama Pertahanan Dengan

Iran, Malang, Hal.14 . Dalam Skripsi Mahasiswa Hubugan Internasional UMM. 24Baca, Op.Cit.,p. 68.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

21

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Peneletian sederhana ini bersifat studi pustaka yang mana data yang

diperoleh dari penelitian ini yaitu bersumber dari referensi sekunder. Referensi

yang dimaksud ialah referensi baik yang sudah dikelola oleh orang lain dalam

bentuk dokumen baik tulis maupun verbal publikasi dan melakukan interview

dengan sumber informasi yang terkait. Data jenis ini di antaranya adalah surat

kabar, jurnal, buku, artikel yang bersumber dari internet serta dari Kementrian

Pertahanan Indonesia. Sumber-sumber terebut menjadi referensi penulisan

penelitian ini dan kemudian mengolahnya kembali untuk menghasilkan karya

ilmiah baru.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Penulis dalam penelitian ini melakukan teknik analisa sebanyak tiga

tahap.Petama, pemeriksaan yaitu penulis harus berusaha memeriksa setiap saat

apakah data-data yang diperlukan sudah lengkap atau belum. Jika terdapat

kekurangan data maka penulis akan berusaha melengkapi dan memperbaiki data

yang kurang. Kedua, pengolahan yaitu penulis harus disiplin dalam mengelolah

data dengan baik untuk menempatkan data pada tempatnya. Ketiga, analisa dan

interpretasi yaitu data yang sudah dikelolah dengan baik kemudian selanjutnya di

tapsirkan oleh peneliti.

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan membatasi waktu penelitian yaitu mulai

dari tahun 2011 sampai 2014. Pada tahun 2011 Presiden Amerika Serikat Barack

Obama dan Perdana Menteri Australia Julia Gillard telah mengumumkan bahwa,

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

22

AS akan mengirim pasukan militernya ke Australia yang dimulai pada 2012

sampai 2017. Setelah itu, beberapa negara kawasan Asia-Pasifik merespon agenda

tersebut seperti China, Filipina dan Indonesia. Timor Leste menjadi spesialisasi

dalam penelitian ini tentang seperti apa prilaku atau respon Timor Leste terhadap

keberadaan pangkalan militer Amerika Serikat yang diasumsikan sebagai

ancaman bagi stabilitas keamanan negaranya.

1.7 Hipotesa

Untuk mengetahui respon dan sikap Timor Leste sebagai small state

terhadap source of threat di Darwin maka yang urgent diamati dan dipahami yaitu

seperti apa sikap Timor Leste dalam menyikapi source of threat (Pangkalan

Militer AS di Darwin) dan rivalitas source of threat (China). Dalam penelitian ini

telah membuktikan Timor Leste telah bekerjasama kepada dua kekuatan yang

saling berlawanan yaitu baik ke AS maupun ke China. Oleh karena itu, prilaku

Timor Leste tersebut menandakan bahwa Timor Leste dalam merespon proyek

Pembangunan Pangkalan Militer AS di Darwin, lebih memilih mempererat

kerjasama dengan AS sebagai pemilik source of threat maupun dengan China

sebagai rival source of threat. Berarti pilihan Timor Leste yang berpegang

diantara dua superpower regional Asia-Pasifik melahirkan hipotesa dalam

penelitian ini yaitu Timor Leste lebih memilih bersikap oportunis.

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam rangka mengetahui apakah argumen dasar yang dibangun benar-

benar terjadi maka diperlukan penilitian yang mendalam dengan membangun

kerangka berpikir dan kerangka sistematika penulisan demi kevalidan hasil

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

23

penelitian. Penelitian ini akan dibagi ke dalam empat bab, pembagian bab

disesuikan dengan urutan kerangka pemikiran yang membentuk keseluruhan dari

penilitan ini. Sederhananya, sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bab Judul Pembahsan

Bab I Pendahuluan Latar Belakang, Rumusan Permasalahan,

Tujuan Penelitian, Mamfaat Penelitian,

Landasan Konseptual, Metode Penelitian,

Sistematika Penulisan

Bab II Timor Leste Sebagai Small

State dan Pembangunan

Pangkalan Militer AS di

Darwin

- Memotret Timor Leste Sebagai Small

State

- Peta Kekuatan Politik-Militer di Asia

Pasifik.

- Pembangunan Pangkalan Militer AS di

Darwin

- Pangkalan Militer AS di Darwin sebagai

Source of Threat di Asia Pasifik

Bab III Respon Timor Leste Sebagai

Small State Terhadap

Pembangunan Pangkalan

Militer AS di Darwin

- Identifikasi Pangkalan Militer AS sebagai

source of threat bagi Timor Leste

Sebagai Small State

- Polemik di Timor Gap: Potensi

Keterlibatan AS

- Rivalitas AS Vesrus China di Timor Leste

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/21590/2/jiptummpp-gdl-muhammadju-39230-2-babi.pdf · Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh

24

- Oportunisme Timor Leste dalam

konsentris AS versus China

Bab IV Kesimpulan,Implikasi

Teoritik dan Saran