bab ii konsep dasar -...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Mary C.Townsend, 1998). Gangguan harga diri rendah dapat
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya rasa percaya diri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan
(Budi Anna Keliat, 1999). Gangguan harga diri rendah adalah keadaan dimana
individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang
kemampuan atau diri (Lynda Juall Carpenito, 1997).
Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif
yang di rasakan tentang dirinya sendiri yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung dan dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
B. Komponen Konsep Diri
Konsep diri yang didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk
waktu lahir tetapi dipelajari sehingga hasil pengalaman unik seseorang dalam
dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Gail Wiscarz
Stuart, 2006).
8
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini:
1. Citra tubuh
Kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap
tubuhnya.termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang
ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara
berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru (Gail Wiscarz
Stuart, 1998).
2. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu (Gail
Wiscarz Stuart, 1998).
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi
orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan.
Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada
orang tua, guru, teman.
Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :
a. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
Kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang
realitis; keinginan untuk menghindari kegagalan; perasaan cemas,
rendah diri (Budi Anna Keliat, 1992).
9
3. Harga diri
Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa
syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa
sebagai seorang penting dan berharga (Gail Wiscarz Stuart, 1998).
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1991) empat cara meningkatkan harga diri
rendah pada anak:
a. Memberikan kesempatan untuk berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri
pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.
b. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk
berkembang.
c. Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan
yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang
positif dan bermakna.
d. Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas
perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil
jika diterima dan diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi
kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri rendah yang
10
rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama
menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi.
4. Performa peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran
yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai
pilihan. peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih individu
(Gail Wiscarz Stuart, 1998).
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stress peran
terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari :
a. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem
individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
b. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas
dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
c. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi
merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu
profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
d. Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal
sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal
terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan (Budi Anna Keliat,
1992)
11
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran
harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :
a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
b. Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan
c. Kesesuaian dan keseimbangan
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
e. Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku
peran
5. Identitas diri
Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu (Gail W.
Stuart 2006).
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri. Individu dengan kepribadian yang sehat akan
mengalami hal-hal berikut ini:
a. Gambaran diri positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian
yang sesuai akan kesehatan diri. termasuk persepsi saat ini dan yang
lalu, akan diri sendiri, dan perasaan tentang ukuran, fungsi penampoilan
dan potensi tubuh.
b. Ideal diri yang realistis
Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan mempunyai
tujuan hidup yang dicapai.
12
c. Konsep diri yang positif
Konsep diri positif menunjukan bahwa individu akan sukses didalam
hidupnya.
d. Harga diri yang tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang
dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. ia memandang
dirinya sangat sama dengan apa yang diinginkan.
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan dapat
berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. ia
dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubunhan
interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan
dalam mencapai tujuan. (Budi Anna Keliat, 1992).
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status
aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta
depersonalisasi yang lebih maladaptif (Skema1.3). Kerancuan identitas
merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa
asing pada diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan
kegagalan dalam uji reallitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri
13
sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing
baginya (Gail Wiscarz Stuart, 2006).
C. Rentang Respon Konsep Diri
RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Respon adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri diri positif rendah identitas
Skema 1.3 Rentang Respon Konsep Diri (Townsend, 1996).
Keterangan:
1. Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri
Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri maladaptive
14
4. Kerancauan identitas
Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
diri dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1998).
D. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang, Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada
gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap
perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan
tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian. Anak
yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal
mencitai dirinya dan menggapai cinta orang lain. Individu yang kurang
mengerti akan dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung
jawab untuk diri sendiri. ia akan tergantung pada orang lain dan gagal
mengembangkan kemampuan sendiri. ia mengingkari kebebasan
15
mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan
menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri
yang ditetapkan tidak dapat dicapai.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.
Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh
masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri,
kurang objektif dan kurang rasional dibandingkan pria. pria dianggap
kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif disbanding wanita.
Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak
seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik didalam diri maupun
hubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara tradisional harus tinggal
di rumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk sekolah atau kerja akan
menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai
muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita
atau pria. peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai
sejumlah peran.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang
percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika
tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah.
Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja akan menimbulkan
perasaan benci anak pada orang tua. teman sebaya merupakan faktor lain
16
yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan,
diinginkan dan dimiliki oleh kelompoknya (Budi Anna Kelliat, 1992).
2. Stresor Pencetus
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi
individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi
atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. stressor
yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat
misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan
dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal
tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen, 1991).
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai
berikut:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
17
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh Kehilangan
bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh Perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal
dan prosedur medis dan keperawatan (Gail Wiscarz Stuart, 1998)
E. Tanda Dan Gejala
Stuart (2006) mengemukakan Gangguan perilaku pada konsep diri dapat
dibagi menjadi sebagai bertikut:
1. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah:
a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b. Penurunan produktivitas
c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
d. Gangguan dalam berhubungan
e. Rasa diri pentinng yang berlebihan
f. Perasaan tidak mampu
g. Rasa bersalah
h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
i. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri
j. Ketegangan peran yang dirasakan
k. Pandanangan hidup yang pesimis
18
l. Keluhan fisik
m. Pandangan hidup yang bertentangan
n. Penolakan terhadap kemampuan personal
o. Destruktif terhadap diri sendiri
p. Pengurangan diri
q. Menarik diri secara sosial
r. Penyalahgunaan zat
s. Menarik diri dari realitas
t. Khawatir
2. Perilaku yang berhubungan dengan kerancauan identitas :
a. Tidak ada kode moral
b. Sifat kepribadian yang bertentangan
c. Hubunganm interpersonal eksploitatif
d. Perasaan hampa
e. Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri
f. Kerancuan gender
g. Tingkat ansietas tinggi
h. Ketidak mampuan untuk empati pada oranng lain
i. Kehilangan keautentikan
j. Masalah intimasi
3. Perilaku yang Berhubungan dengan Depersonalisasi:
a. Afektif
1) Perasaan asing
19
2) Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
3) Perasaan tidak realistis
4) Rasa isolasi yang kuat
5) Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenagan atau perasaan
mencapai sesuatu
6) Kurang rasa kesinambungan dalam diri
7) Kehilangan identitas
b. Persepsi
1) Halusinasipendengaran dan penglihatan
2) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri
3) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain
4) Gangguan citra tubuh
5) Mengalami dunia seperti dalam mimpi
c. Kognitif
1) Bingung
2) Disorientasi waktu
3) Gangguan berfikir
4) Gangguan memori
5) Gangguan penilaian
6) Kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama
d. Perilaku
1) Afek tumpul
2) Emosi yang pasif dan tidak berespon
20
3) Komunikasi yang tidak sesuai
4) Kurang spontanitas dan animasi
5) Kehilangan kendali terhadap impuls
6) Kehilangan inisiatif dan kemampuan membuat keputusan
7) Menarik diri secara sosial
F. Mekanisme Koping
Mekanise koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan
Pertahanan jangka pendek meliputi:
1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri(misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif)
2. Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara(misal: ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3. Aktifitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu (misalnya: olah raga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
4. Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di
luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misal: penyalah gunaan obat)
21
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:
1. Penutupan identitas-adopsi identitas premature yng diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negatif-asumsi identitas yang tidak sesuai daengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah terhadap diri
sendiri, dan amuk (Stuart, 2006).
G. Etiologi
1. Gangguan citra tubuh
Mikanisme: gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang
tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukur, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh, klien
biasanya tidak dapat menerima kondisinya merasa kurang sempurna
kemudian akan timbul harga diri rendah.
2. Ideal diri tidak realistik
Mikanisme: ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan sukar realitas,
idial diri yang sukar dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalan-
kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat
dicapai membuat frustasi dan timbul harga diri rendah (Keliat Anna Keliat,
1998).
22
H. Akibat
1. Perubahan penampilan peran
Mikanisme: berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang
disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah.
2. Keputusan
Mikanisme: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya
karena menganggap dirinya tidak mampu
3. Menarik diri
Mikanisme: perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas
berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari harga diri rendah
(Budi Anna Keliat, 1998)
I. Pohon masalah
Perubahan sensori persepsi
Isolasi social
Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
Gangguan Citra Tubuh Idial diri tidak realistic
(Budi Anna Keliat, 1998)
23
Masalah dan Data yang perlu di kaji
1. Resiko gangguan sensorik persepsi : halusinasi
a. Data objektif :
Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar
atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu, disorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara,
diam dan asyik sendiri.
b. Data subjektif :
Mendengar suatu bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata,
melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa
stimulus, takut pada suara atau bunyi atau gambaran yang didengar,
ingin memukul atau melempar barang.
2. Isolasi sosial : menarik diri
a. Data objektif :
Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), mendak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data subjektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak.
3. Harga diri rendah
a. Data objektif :
Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri.
24
b. Data subjektif
Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak
tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri.(Townsend, 1998).
J. Diagnosa keperwatan
1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
3. Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi. (Townsend, 1998)
25
K. Perencanaan keperawatan
Perencanaan
No
Diagnosa
Keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
1 Gangguan
konsep
diri : harga
diri rendah
Sp lp
1. Klien dapat
membina
hubungan
saling percaya
Setelah Ix
interaksi
diharapkan:
a. Klien
menunjukkan
ekspresi wajah
bersahabat,
menunjukkan
rasa tenang,
ada kontak
mata, mau
berjabat
tangan, mau
berjabat
tangan, mau
menyebutkan
nama, mau
menjawab
salam, klien
mau duduk
berdampingan
dengan
perawat,
mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
1.1 Bina
hubungan
saling
percaya
dengan
menggunakan
komunikasi
yang
terapeutik:
a. Sapa
pasien
dengan
ramah
tamah baik
verbal
maupun
nonverbal
b. Perkenalkan
diri
dengan
sopan
c. Tanyakan
nama
lengkap
dan nama
panggilan
yang
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur
dan
menepati
janji
f. Tunjukan
sikap empati
dan
menerima
pasien
1. Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar
kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya
26
g. Beri
perhatian
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
2. Klien dapat
mengidentifik
asi
a. Aspek
positif
dan
kemampua
n yang
di miliki
klien
b. Aspek
positif
keluarga
c. Aspek
positif
lingkungan
klien
b. Klien dapat
menyebutkan
aspek positif
yang dimiliki
klien, keluarga
lingkungan
2.1 Diskusikan
kemampuan
dan aspek
positif yang di
miliki klien
2.2 Setiap
pertemuan
hindari
nilai negatif
2.3 Bersama klien
buat daftar
tentang aspek
positif yang
dimiliki klien,
keluarga,
lingkungan
dan
kemampuan
yang dimiliki
klien
2.1 Utamakan
pemberian
pujian yang
realitis
2. Sebagai
dasar
asuhan
keperawa-
tan
3. membantu
klien menilai
kemampuan
klien
yang masih
dapat
digunakan
c. Klien dapat
menilai
kemampuan
yang di miliki
untuk
dilaksanakan
3.1 Diskusikan
dengan klien
kemampuan
yang masih
dapat di
gunakan
selama sakit
Dan dapat di
lanjutkan
penggunaan
3. Memoti-
vasi diri
untuk tetap
mempertah
ankan
penggun
aannya
4. membantu
klien memilih
kegiatan
yang akan di
latihan sesuai
dengan
d. klien dapat
merencanakan
kegiatan yang
sesuai
kemampuan
yang dimiliki
4.1 Tingkatkan
kegiatan yang
sesuai dengan
toleransi dan
kondisi
4.2 Rencanakan
4. Klien
dapat
berfikiran
positif
sehingga
bisa
27
kemampuan
klien
bersama klien
aktifitas yang
dapat
dilakukan
setiap hari
sesuai
kemampuan
klien
(kegiatan
mandiri,
dengan
bantuan)
4.1 Beri contoh
kegiatan yang
boleh
digunakan
membuat
klien
percaya
diri
5. melatih
klien kegiatan
yang di pilih
sesuai rencana
yang di buat
sesuai
kemampuan
klien
e. Klien dapat
melakukan
kegiatan
sesuai jadwal
yang dibuat
5.1 Anjurkan klien
untuk
melaksanakan
kegiatan yang
telah
direncanakan
5.2 Pantau
kegiatan yang
telah
dilaksanakan
5.1 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan
setelah pulang
5. Karena
klien
adalah
individu
yang
bertanggun
g jawab
terhadap
dirinya
6. Menganjurkan
klien
memasukkan
dalam
jadwal
kegiatan
harian
f. Klien dapat
melakukan
kegiatan
sesuai jadwal
yang dibuat
6.1 Motivasi klien
untuk
memasukkan
kegiatan yang
telah
dilakukan
kedalam
jadwal
kegiatan
harian
6. Agar klien
terbiasa
melakukan
-nya
1 Gangguan
konsep
diri : harga
diri
Sp 2 p
1. Memvalidasi
masalah
dari latihan
Setelah 2x
interaksi
diharapkan:
1.1 Motivasi
klien untuk
menyebutkan
1. Untuk
mengingat
kembali
28
rendahnya
sebelum
a. Klien
dapat
menyebutkan
dan
mendemon-
strasi kan
latihan yang
diajarkan
sebelum nya
dan
mendemons-
trasikan
latihan
sebelumnya
latihan
sebelum-
nya
2. Melatih
kegiatan
selanjutnya
yang
dipilih sesuai
kemampuan
b. Klien
mendemo-
nstrasikan
cara yang
dilatih
2.1 Beri pujian
atas jawaban
yang benar
a. Motivasi
klien
untuk lebih
bisa apa
yang
diajarkan
b. Anjurkan
klien
untuk
mengikuti
lain
memprak-
tekan
c. Beri
reinforceme
n positif
atas tidakan
yang di
lakukan
klien
2. Karena
klien
adalah
individu
yang
bertanggun
g jawab
terhadap
dirinya
3. Membimbing
klien
memasukan
ke dalam
jadwal
kegiatan
harian
c. Klien
bersedia untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah di
lakukan ke
dalam
kegiatan
jadwal harian
3.1 Motivasi klien
untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah
dilakukan
kedalam
jadwal
kegiatan
harian
3. Agar klien
terbiasa
melakukan
-nya
1 Gangguan
konsep
diri : harga
diri rendah
Sp lk
1. Mendiskusi-
kan masalah
yang di
a. Keluarga
dapat:
- Menjelaskan
1.1 Bina
hubungan
saling
1. Hubungan
saling
percaya
29
rasakan
keluarga
dalam
merawat klien
perasaannya
- Menjelaskan
cara
merawat
harga
diri rendah
- Mendemon-
strasikan
cara
perawatan
klien harga
diri rendah
- Berpartisi-
pasi dalam
perawatan
klien harga
diri rendah
percaya
dengan
keluarga :
a. Saling
berkenalan
b. Jelaskan
tujuan
c. Buat
kontrak
d. Ekplorasi
1.1 Motivasi
keluarga klien
menyetujui
dan mengikuti
kontrak
merupakan
dasar
kelancaran
hubungan
interaksi
selanjut-
nya
2. Menjelaskan
pengertian
harga diri
rendah, tanda
dan gejala
serta
prosesnya
b. Keluarga
mengerti dan
menyebutkan
kembali
pengertian
tanda dan
gejala dan
proses
terjadinya
harga diri
rendah.
2.1 Diskusikan
dengan
keluarga klien
tentang :
a. Harga diri
rendah
b. Penyebab
harga diri
rendah
c. Akibat yang
akan terjadi
jika harga
diri rendah
tidak
ditangani
d. Cara
keluarga
menghadapi
harga diri
rendah
2. Menganti-
sipasi
masalah
yang
timbul
3. Menjelaskan
cara merawat
pasien harga
diri rendah
c. Keluarga
mengerti
tentang cara
merawat klien
dengan harga
diri rendah
3.1 Beri
pendidikan
kesehatan
pada keluarga
tentang cara
merawat klien
dengan harga
diri rendah
3. Mening-
katkan
kemam-
puan
keluarga
dalam
merawat
klien
dengan
30
harga diri
rendah.
4. Melatih
keluarga
memprakteka
n cara meawat
klien dengan
harga diri
rendah
d. Keluarga
mampu
mempraktekan
cara merawat
klien dengan
harga diri
rendah
4.1 Dorong
anggota
keluarga untuk
mengikuti cara
merawat klien
harga diri
rendah
4. Mendorong
keluarga
akan
sangat
berpenga-
ruh dalam
memper-
cepat
proses
penyem-
buhan
klien.
2 Isolasi
sosial :
menarik
diri
Sp lp
1. Membina
hubungan
saling percaya
a. Klien
menunjukkan
ekspresi
wajah
bersahabat,
menunjukan
rasa tenang,
ada kontak
mata, mau
berjabat
tangan,
mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan
nama,
mau
menjawab
salam, klien
mau duduk
berdampingan
dengan
perawat, mau
mengutarakan
masalah
yang dihadapi.
l. Bina
hubungan
saling
percaya dengan
menggunakan
komunikasi
yang terapeutik:
a. Sapa
pasien
dengan
ramah tamah
baik verbal
maupun
non verbal
b. Perkenalkan
diri dengan
sopan
c. Tanyakan
nama
lengkap dan
nama
panggilan
yang
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukan
sikap
empati dan
1. Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar
kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya
31
menerima
pasien
g. Beri
perhatian dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
2. Mengidenti-
fikasi
penyebab
isolasi sosial
: menarik
diri klien
b. Klien
dapat
mengungkap-
kan penyebab
isolasi sosial :
menarik diri.
2.1 Tanyakan
pada klien
tentang orang
yang tinggal
serumah /
teman
sekamar,
orang
yang paling
dekat dengan
klien di rumah
/ di ruang
perawatan,
apa yang
membuat klien
dekat dengan
orang tersebut
dan tidak
dekat dengan
orang tersebut,
dan upaya apa
yang sudah
dilakukan
supaya dekat
dengan
orang tersebut.
2.1 Diskusikan
dengan
klien
penyebab
menarik diri
/ tidak mau
bergaul
dengan orang
lain
2. untuk
mengeta-
hui
pengeta-
huan klien
dan alasan
menarik
diri
3. Mengidentifi-
kasi
keuntungan
berinteraksi
c. Diharapkan
klien
mampu
menyebutkan
3.1 Tanyakan pada
klien tentang
manfaat
hubungan
3. Meningk-
atkan
pemaha-
man klien
32
dan kerugian
tidak
berinteraksi
dengan orang
lain.
keuntungan
berhubungan
sosial
misalnya :
- Banyak
teman
- Tidak
kesepian
- Bisa
berdiskusi
- Saling
menolong,
Dan kerugian
menarik diri,
misal:
- Sendiri
- Kesepian
- Tidak bisa
diskusi
sosial dan
kerugian
menarik diri
3.1 Diskusikan
pada klien
tentang
manfaat
hubungan
sosial dan
kerugian
menarik diri
tentang
berhubung
an dengan
orang lain.
4. Melatih klien
berkenalan
dengan satu
orang
d. Klien
dapat
memperagaka
n cara
berkenalan
dengan 1
orang
4.1 Beri motivasi
dan bantu
klien
berkenalan
atau komukasi
dengan
: perawat,
pasien dan
kelompok
4.2 Beri
reinforcement
positif
atas
keberhasilan
dan usaha
klien dalam
berkenalan
dengan 1
orang
4.1 Motivasi
klien untuk
lebih banyak
lagi
berkenalan
dengan orang
4. Mening-
katkan
interaksi
klien
dengan
lingkungan
.
33
5. Membimbing
klien
memasukkan
ke dalam
jadwal
e. Klien
mau
memasukkan
kegiatan
yang telah
dilakukan
kedalam
jadwal harian
5.1 Motivasi klien
untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah
dilakukan ke
dalam jadwal
harian
5. Agar klien
terbiasa
melakukan
-nya
2 Isolasi
sosial :
menarik
diri
Sp2p
1. Memvalidasi
masalah
dan latihan
sebelumnya
2. Melatih
klien
berkenalan
dengan 2
orang atau
lebih
a. Klien
dapat
menyebutkan
dan
mendemostra-
sikan latihan
yang diajarkan
sebelum nya
b. Klien
dapat
mendemonstra
si-kan
cara
berkenalan
dengan 2
orang atau
lebih
1.1 Motivasi
klien untuk
menyebutkan
dan
mendemonstra
sikan
latihan
sebelumnya
2.1 Motivasi
klien untuk
berkenalan
lebih banyak
lagi dengan
orang
2.2 Anjurkan
klien untuk
mengikuti lalu
mempraktekan
berkenalan
dengan
lebih banyak
orang
1. Untuk
mengingat
latihan
sebelum
nya
2. meningkat-
kan
interaksi
klien
dengan
lingkungan
.
3. Membimbing
klien memasu-
kan ke dalam
jadwal
kegiatan
harian
c. Klien
memasukan
kegiatan yang
telah di
lakukan ke
dalam kegiatan
jadwal harian
3.2 Motivasi
klien untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah di
lakukan
kedalam
jadwal
kegiatan
harian
3. Agar klien
terbiasa
melakukan
nya
34
2 Isolasi
sosial :
menarik
diri
Sp 3 p
1. Memvalidasi
masalah dan
latihan
sebelum nya
a. Klien
dapat
mengungkap-
kan apa
yang
dirasakan
b. Klien
dapat
menyebutkan
dan
Memperaga-
kan kembali
latihan
sebelumnya
1.1 Motivasi
klien untuk
mengungkap-
kan masalah
dan
mendemonstra
si kan
kembali
latihan
sebelumnya
1. Untuk
mengingat
latihan
sebelum-
nya
2. Melatih
klien
berinteraksi
dengan
kelompok
c. Klien
mau
mengikuti
dan
mempraktek-
kan apa yang
di ajarkan
2.1 Motivasi
klien untuk
mengikuti apa
yang telah
diajarkan
2. meningkat-
kan
interaksi
klien
dengan
lingku-
ngan.
3. Membimbing
klien
memasukkan
ke dalam
jadwal
kegiatan
harian
d. Klien
bersedia untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah di
lakukan ke
dalam jadwal
kegiatan
harian
3.1 Motivasi
klien untuk
memasukkan
kegiatan yang
akan
diakukan ke
dalam jadwal
kegiatan
harian
3. Agar klien
terbiasa
melakukan
-nya
2 Isolasi
sosial
menarik
diri
Sp l k
1. Mendiskusi-
kanmasalah
yang dirasakan
keluarga
dalam
merawat klien
a. Keluarga
dapat :
-. Menjelaskan
perasaannya
-. Menjelaskan
cara
merawat
klien
menarik diri
- Mendemon-
strasikan
cara
perawatan
klien
1.1 Bina
hubungan
saling
percaya
dengan
keluarga
a. Saling
berkenalan
b. Jelaskan
tujuan
c. Buat
kontrak
d. Ekplorasi
perasaan
1. Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar
kelancaran
hubungan
interaksi
selanjutnya
35
menarik diri
- Berpartisi-
pasi dalam
perawatan
klien
menarik diri
keluarga
klien
2. Menjelaskan
pengertian
menarik diri,
tanda dan
gejala serta
proses
terjadinya
2. Keluarga
mengerti
dan
menyebutkan
kembali
pengertian,
tanda
dan gejala,
dan proses
terjadinya
isolasi sosial
: menarik diri.
2.1 Diskusikan
dengan
keluarga
klien tentang :
Isolasi sosial :
menarik diri,
Penyebab
isolasi
sosial, akibat
yang akan
terjadi jika
isolasi sosial
: menarik
diri tidak di
tangani, cara
keluarga
menghadapi
isolasi sosial
: menarik diri
2. Menganti-
sipasi
masalah
yang
timbul
3. Menjelaskan
cara merawat
klien isolasi
sosial
:menarik diri
3. Keluarga
mengerti
dan
meyebutkan
kembali
cara merawat
klien isolasi
sosial :
menarik diri
3.1 Dorong
anggota
keluarga
untuk
mengikuti
cara merawat
klien isolasi
sosial :
menarik diri
3. Mening-
katkan
kemam-
puan
keluarga
dalam
perawat
klien
dengan
isolasi
sosial :
menarik
diri
3 Perubahan
sensori
persepsi :
halusinasi
Sp lp
1. Mengidenti-
fikasi jenis
halusinasi
2.Mengidentifi-
kasi isi
halusinasi
3.Mengidentifi-
Setelah Ix
interaksi
diharapkan:
a. Klien
dapat
menyebutkan :
- Mengetahui
jenis
1.1 Observasi
tingkah
laku klien
terkait dengan
halusinasinya
(dengar / lihat /
pennghidu
/ raba / kecap )
1. Mengenal
perilaku
pada saat
halusina si
timbul
memudah-
kan
perawatan
36
kasi waktu
halusinasi
4. Mengidentifi-
kasi frekuensi
halusinasi
5. Mengidenti-
fikasi situasi
yang
menimbulkan
halusinasi
halusinasi
- Mengetahui
isi halusinasi
- Mengetahui
waktu
halusinasi
- Mengetahui
frekuensi
halusinasi
- Mengetahui
situasi dan
kondisi yang
menimbulka
n halusinasi
jika
menemukan
pasien
yang sedang
halusinasi :
a. Tanyakan
apakah
pasien
mengalami
sesuatu
halusinasi
(dengar /
lihat /
pennghidu
/ raba /
kecap)
b. Jika
pasien
menjawab
ya, tanyakan
apa yang
sedang
dialaminya
c. Katakan
bahwa
perawat
percaya klien
mengalami
(dengan
nada
bersahabat
tanpa
menuduh
atau
menghakimi)
d. Katakan
bahwa
ada klien
lain yang
mengalami
hal yang
sama
e. Katakan
bahwa
klien akan
membantu
dalam
melaksana-
kan
intervenisi
dan
mengena1
halusinasi
memungkin
-kan klien
untuk
menghindar
kan faktor
pencetus
timbulnya
halusinasi
37
klien
Jika pasien
tidak sedang
berhalusinasi,
diskusikan
dengan
pasien :
a. Isi, waktu
dan
frekuensi
terjadinya
halusinasiny
a (pagi,
siang, sore,
malam atau
sering dan
kadang-
kadang)
b. Situasi
dan kondisi
yang
menimbul-
kan atau
tidak menim-
bulkan
halusinasi
6. Mengidentifi-
kasi respon
pasien
terhadap
halusinasi
b. Klien
menyatakan
perasaan
dan responnya
saat
mengalami
halusinasi :
- Marah -
Takut
- Sedih
- Senang
- Cemas
- Jengkel
6.1 Diskusikan
dengan
klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinasi
dan beri
kesempatan
untuk meng-
ungkapkan
perasaannya
6.2 Diskusikan
dengan
klien apa
yang dilakukan
untuk
mengatasi
perasaan
tersebut
6.1 Diskusikan
6. Sebagai
dasar
asuhan
kepera-
watan
38
tentang
dampak yang
akan
dialaminya bila
klien
menikmati
halusinasinya.
7. Melatih cara
mengontrol
halusinasi
dengan
menghardik.
b Klien
menyebutkan
tindakan yang
biasanya
dilakukan
untuk
mengendalikan
halusinasinya
c. Klien
menyebutkan
cara baru
mengontrol
halusinasinya
d. Klien dapat
memilih
dan Mempe-
ragakan cara
mengatasi
halusinasi
(dengar / lihat /
penghidu /
raba kecap )
e Klien
melaksanakan
cara yang telah
dipilih untuk
mengontrol
halusinasinya
7.1 Identifikasi
bersama
klien cara atau
tindakan
yang dilakukan
jika terjadi
halusinasi
(tidur,
marah,
menyibukkan
diri dll)
7.2 Diskusikan
cara yang
digunakan
klien :
a. Jika cara
yang
digunakan
adaptif
beri pujian
b. Jika cara
yang
digunakan
maladaptive
Diskusikan
kerugian
cara tersebut
7.3 Diskusikan
cara baru
untuk
memutuskan/
mengontrol
timbulnyahalu
sinasi :
a. Katakan
pada diri
sendiri
bahwa itu
tidak
7. Upaya
untuk
memutusk
an siklus
halusinasi
sehingga
halusinasi
tidak
berlanjut.
39
nyata ("saya
tidak mau
dengar /
lihat /
penghidu /
raba/kecap
pada
saathalusina
si terjadi")
b. Menemui
orang lain
(perawat
/teman
/anggota
keluarga )
untuk
mencerita-
kan tentang
halusinasi-
nya
c. Membuat
dan
melaksana-
kan jadwal
yang telah
disusun
d. Meminta
keluarga
/ teman
/ perawat
menyapa
jika sedang
berhalusi-
nasi
7.4 Bantu
klien memilih
cara yang
sudah
dianjurkan
dan latih
untuk
mencobanya
7.5 Beri
kesempatan
untuk
melakukan cara
40
yang dipilih
dan dilatih
7.1 Pantau
pelaksanaan
yang
telah dipilih
dan dilatih,
jika berhasil
beri pujian
8. Membimbing
memasukkan
kedalam
jadwal
kegiatan
harian
f. klien mau
memasukkan
kegiatan
yang telah
dilakukan
kedalam
jadwal harian
8.1 Motivasi
klien untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah
dilakukan ke
dalam jadwal
harian
8. Agar klien
terbiasa
melakukan
-nya
3 Perubahan
sensori
persepsi :
halusinasi
Sp2p
1. Memvalidasi
masalah dari
latihan
sebelum nya
2. Melatih cara
control
halusinasi
dengan
berbincang
dengan orang
lain
3. Membimbing
klien
memasukan ke
dalam jadwal
kegiatan harian
a. Klien dapat
menyebutkan
dan
mendemonstra
si-kan latihan
yang
diajarkan
sebelum nya
b. Klien
melaksanakan
cara yang
dipilih untuk
mengendalikan
halusinasiny
c. Klien merasa
senang
d. Klien bersedia
untuk
memasukkan
kegiatan yang
telah
dilakukan
ke dalam
kegiatan
jadwal harian
1.1 Motivasi klien
untuk
menyebutkan
dan
mendemonstra
-sikan latihan
sebelumnya
2.1 Bantu pasien
memilih cara
yang sudah
dianjurkan dan
latih untuk
mencobanya
2.1 Beri
kesempatan
untuk
melakukan
yang dipilih
dan di latih
3.1 Motivasi klien
untuk
memasukkan
kegiatan yang
telah
dilakukan ke
dalam jadwal
kegiatan
harian
1. Untuk
mengingat
latihan
sebelumnya
2. Upaya
untuk
memutuska
n siklus
halusinasi
sehingga
halusinasi
tidak
berlanjut
3. Agar klien
terbiasa
melakukan
nya
41
3 Perubahan
sensori
persepsi :
halusinasi
SP3p
1. Memvalidasi
masalah dari
latihan
sebelum nya
2. Melatih cara
control
halusinasi
dengan
kegiatan
(yang
biasa
dilakukan
klien)
a. Klien dapat
menyebutkan
dan
mendemonstra
sikan latihan
yang di
ajarkan
sebelum nya
b. Klien
melaksanakan
cara yang
dipilih
untuk
mengendalikan
halusinasinya
c. Klien merasa
senang
1.1 Motivasi klien
untuk
menyebutkan
dan
mendemons-
trasikan
latihan
sebelumnya
2.1 Bantu pasien
memilih cara
yang sudah
dianjurkan
dan latih
untuk
mencobanya
2.1 Beri
kesempatan
untuk
melakukan
yang dipilih
dan di latih
1. Untuk
mengingat
latihan
sebelumny
a
2. Upaya
untuk
memutuska
n siklus
halusinasi
sehingga
halusinasi
tidak
berlanjut
3. Membimbing
klien
memasukan
ke dalam
jadwal
kegiatan
harian
d. Klien bersedia
untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah
di lakukan
ke dalam
kegiatan
jadwal harian
3.1 Motivasi klien
untuk
memasukkan
kegiatan yang
telah
dilakukan
kedalam
jadwal
kegiatan
harian
3. Agar klien
terbiasa
melakukan
-nya
3 Perubahan
sensori
persepsi :
halusinasi
Sp 4 p
1. Memvalidasi
masalah dan
latihan
sebelumnya
2. Mengajarkan
cara kontrol
halusinasi
a. Klien dapat
mengungkapk
an apa
yang dirasakan
b. Klien dapat
menyebutkan
dan Mempe-
ragakan lagi
latihan
sebelumnya
c. Klien melak-
sanakan cara
yang telah
1. Motivasi
klien untuk
mengucapkan
masalah
dan
mendemonstra-
sikan
kembali latihan
sebelumnya
2. Diskusikan
dengan
Pasien tentang
1. Untuk
menging
at
latihan
sebelum
nya
2. Upaya
untuk
memutuska
42
dengan minum
obat (prinsip 5
benar minum
obat)
dipilih untuk
mengontrol
halausinasinya
d. Klien mengerti
tentang
manfaat dan
kerugian tidak
minum obat,
nama, warna,
dosis, cara,
efek terapi dan
efek samping
penggunaan
obat
e. Klien mengerti
akibat berhenti
minum obat
tanpa
konsultasi
dengan dokter
manfaat dan
kerugian tidak
minum obat,
nama,warna,
dosis, cara, efek
terapi dan
efek samping
penggunaan
obat
3. Pantau
Pasien saat
penggunaan
obat
4. Ben pujian jika
Pasien
menggunakan
obat
dengan benar
5. Diskusikan
akibat
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi
dengan dokter
6. Anjurkan
Pasien untuk
konsultasi
kepada
dokter/ perawat
jika terjadi
hal-hal yang
tidak diinginkan
n siklus
halusinasi
sehingga
halusinasi
tidak
berlanjut
3. Membimbing
klien
memasukkan
kedalam
jadwal
kegiatan
harian
f. Klien bersedia
untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah
dilakukan
ke dalam
jadwal
kegiatan
harian
3.1 Motivasi
klien untuk
memasukkan
kegiatan yang
telah dilakukan
kedalam jadwal
kegiatan harian
3. Agar klien
terbiasa
melakukan
-nya
3 Perubahan
sensori
persepsi :
halusinasi
Sp lk
1. Mendiskusi-
kan masalah
yang
a. Keluarga
dapat:
- Menjelaskan
l.l Diskusikan
masalah
yang dihadapi
1. Mengenal
masalah
yang di
43
dirasakan
keluarga
dalam
merawat klien
perasaannya
- Menjelaskan
cara
merawat
halusinasi-
nya
- Mendemons-
trasikan cara
perawatan
klien halusi-
nasinya
- Berparti-
sipasi dalam
perawatan
halusinasi-
nya.
keluarga
dalam merawat
klien
hadapi
keluarga
memudah-
kan
perawatan
dalam
melaksana
-kan
intervenisi
2. Menjelaskan
pengertian,
tanda dan
gejala
halusinasi,
dan jenis
halusinasi
yang
dialami klien
beserta proses
terjadinya.
b. Keluarga
mengerti dan
menyebutkan
kembali
pengertian
tanda dan
gejala
serta proses
terjadinya
halusinasinya.
2.1 Berikan
pendidikan
kesehatan
tentang
pengertian
halusinasi,
jenis halusinasi
yang dialami
klien, tanda
dan gejala
halusinasi,
proses
terjadinya
halusinasi,
dan cara
merawat klien
halusinasi, cara
merawat
anggota
keluarga yang
halusinasi
2. Mengenal
perilaku
pada saat
halusinasi
timbul
memu-
dahkan
perawatan
dalam
melaksa-
nakan
intervenisi
dan
mengena1
halusinasi
memungki
n kan klien
untuk
menghinda
rkan faktor
pencetus
timbulnya
halusinasi
3. Menjelasan
cara-cara
merawat
klien
halusinasi
c. Keluarga
dapat
menyebutkan
dan Mempe-
ragakan lagi
latihan
sebelumnya
3.1 Berikan
kesempatan
pada keluarga
untuk Mempe-
ragakan cara
merawat klien
dengan
3. Menganti-
sipasi
masalah
yang
timbul
44
4. Melatih
keluarga
memprakteka
n cara
merawat klien
dengan
halusinasi
5. Melatih
keluarga
melakukan
cara merawat
langsung
pada klien
halusinasi
d. Keluarga
mampu
memprak-
tekkan
cara merawat
klien dengan
halusinasi
e. Keluarga
mampu
memprak-
tekkan
langsung cara
merawat klien
dengan
halusinasi
halusinasi
4.1 Diskusikan
bersama
keluarga
mempraktekan
cara
merawat klien
dengan
halusinasi
5.1 Diskusikan
bersama
keluarga
mempraktekan
cara
merawat klien
dengan
halusinasi
4. Meningkat-
kan
kemam-
puan
keluarga
dalam
merawat
klien
dengan
harga diri
rendah.
5. Mendorong
keluarga
akan
sangat
berpe-
ngaruh
dalam
memper
cepat
proses
penyembu
han klien
6. Membantu
keluarga
membuat
jadwal
aktifitas
dirumah
termasuk
minum obat
7. Menjelaskan
follow
up pasien
setelah pulang
f. Keluarga
bersedia untuk
memasukkan
kegiatan
yang telah
dilakukan
ke dalam
jadwal
kegiatan
harian
g. Keluarga
mengerti /
memahami
follow up
yang telah
diarahkan
pada klien.
6.1. Diskusikan
bersama
keluarga
membuat
jadwal
aktifitas
dirumah
termasuk
minum obat
7.1 Diskusikan
follow up
untuk keluarga