bab ii konsep dasar -...

38
7 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Mary C.Townsend, 1998). Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan (Budi Anna Keliat, 1999). Gangguan harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau diri (Lynda Juall Carpenito, 1997). Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif yang di rasakan tentang dirinya sendiri yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung dan dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain. B. Komponen Konsep Diri Konsep diri yang didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sehingga hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Gail Wiscarz Stuart, 2006).

Upload: doanbao

Post on 11-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung

diekspresikan (Mary C.Townsend, 1998). Gangguan harga diri rendah dapat

digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk

hilangnya rasa percaya diri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan

(Budi Anna Keliat, 1999). Gangguan harga diri rendah adalah keadaan dimana

individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang

kemampuan atau diri (Lynda Juall Carpenito, 1997).

Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif

yang di rasakan tentang dirinya sendiri yang diekspresikan secara langsung

maupun tidak langsung dan dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain.

B. Komponen Konsep Diri

Konsep diri yang didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan

kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk

waktu lahir tetapi dipelajari sehingga hasil pengalaman unik seseorang dalam

dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Gail Wiscarz

Stuart, 2006).

8

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini:

1. Citra tubuh

Kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap

tubuhnya.termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang

ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara

berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru (Gail Wiscarz

Stuart, 1998).

2. Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku

berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu (Gail

Wiscarz Stuart, 1998).

Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi

orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan atau harapan.

Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada

orang tua, guru, teman.

Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :

a. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.

b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

Kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.

c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang

realitis; keinginan untuk menghindari kegagalan; perasaan cemas,

rendah diri (Budi Anna Keliat, 1992).

9

3. Harga diri

Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.harga diri

yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa

syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa

sebagai seorang penting dan berharga (Gail Wiscarz Stuart, 1998).

Menurut (Stuart dan Sundeen, 1991) empat cara meningkatkan harga diri

rendah pada anak:

a. Memberikan kesempatan untuk berhasil

Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri

pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.

b. Menanamkan gagasan

Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk

berkembang.

c. Mendorong aspirasi

Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan

yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang

positif dan bermakna.

d. Membantu membentuk koping

Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas

perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil

jika diterima dan diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi

kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri rendah yang

10

rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan terutama

menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi.

4. Performa peran

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial

berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran

yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai

pilihan. peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih individu

(Gail Wiscarz Stuart, 1998).

Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stress peran

terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak.

Sikap peran terdiri dari :

a. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem

individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.

b. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas

dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.

c. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi

merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu

profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.

d. Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal

sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal

terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan (Budi Anna Keliat,

1992)

11

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran

harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :

a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran

b. Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan

c. Kesesuaian dan keseimbangan

d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran

e. Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku

peran

5. Identitas diri

Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap

kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu (Gail W.

Stuart 2006).

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan

perkembangan konsep diri. Individu dengan kepribadian yang sehat akan

mengalami hal-hal berikut ini:

a. Gambaran diri positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian

yang sesuai akan kesehatan diri. termasuk persepsi saat ini dan yang

lalu, akan diri sendiri, dan perasaan tentang ukuran, fungsi penampoilan

dan potensi tubuh.

b. Ideal diri yang realistis

Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan mempunyai

tujuan hidup yang dicapai.

12

c. Konsep diri yang positif

Konsep diri positif menunjukan bahwa individu akan sukses didalam

hidupnya.

d. Harga diri yang tinggi

Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang

dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. ia memandang

dirinya sangat sama dengan apa yang diinginkan.

e. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan dapat

berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. ia

dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubunhan

interdependen.

f. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan

dalam mencapai tujuan. (Budi Anna Keliat, 1992).

Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status

aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta

depersonalisasi yang lebih maladaptif (Skema1.3). Kerancuan identitas

merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai

identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang

harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa

asing pada diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan

kegagalan dalam uji reallitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri

13

sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing

baginya (Gail Wiscarz Stuart, 2006).

C. Rentang Respon Konsep Diri

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

Diri diri positif rendah identitas

Skema 1.3 Rentang Respon Konsep Diri (Townsend, 1996).

Keterangan:

1. Aktualisasi diri

Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang

pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

2. Konsep diri

Apa bila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam

beraktualisasi diri.

3. Harga diri rendah

Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri maladaptive

14

4. Kerancauan identitas

Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa

kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada

masa dewasa yang harmonis

5. Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan

diri dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1998).

D. Pengkajian

1. Faktor Predisposisi

Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang, Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri.

Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada

gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap

perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan

tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian. Anak

yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal

mencitai dirinya dan menggapai cinta orang lain. Individu yang kurang

mengerti akan dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung

jawab untuk diri sendiri. ia akan tergantung pada orang lain dan gagal

mengembangkan kemampuan sendiri. ia mengingkari kebebasan

15

mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan

menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri

yang ditetapkan tidak dapat dicapai.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.

Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh

masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri,

kurang objektif dan kurang rasional dibandingkan pria. pria dianggap

kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif disbanding wanita.

Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak

seperti lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik didalam diri maupun

hubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara tradisional harus tinggal

di rumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk sekolah atau kerja akan

menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai

muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita

atau pria. peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai

sejumlah peran.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri

Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang

percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika

tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah.

Kontrol orang tua yang tetap pada anak remaja akan menimbulkan

perasaan benci anak pada orang tua. teman sebaya merupakan faktor lain

16

yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan,

diinginkan dan dimiliki oleh kelompoknya (Budi Anna Kelliat, 1992).

2. Stresor Pencetus

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi

individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi

atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. stressor

yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang

penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat

misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan

dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal

tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen, 1991).

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai

berikut:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

peristiwa yang mengancam kehidupan

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis

transisi peran:

1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang

berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-

norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

17

2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat

ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh Kehilangan

bagian tubuh, Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi

tubuh Perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal

dan prosedur medis dan keperawatan (Gail Wiscarz Stuart, 1998)

E. Tanda Dan Gejala

Stuart (2006) mengemukakan Gangguan perilaku pada konsep diri dapat

dibagi menjadi sebagai bertikut:

1. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah:

a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain

b. Penurunan produktivitas

c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain

d. Gangguan dalam berhubungan

e. Rasa diri pentinng yang berlebihan

f. Perasaan tidak mampu

g. Rasa bersalah

h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan

i. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri

j. Ketegangan peran yang dirasakan

k. Pandanangan hidup yang pesimis

18

l. Keluhan fisik

m. Pandangan hidup yang bertentangan

n. Penolakan terhadap kemampuan personal

o. Destruktif terhadap diri sendiri

p. Pengurangan diri

q. Menarik diri secara sosial

r. Penyalahgunaan zat

s. Menarik diri dari realitas

t. Khawatir

2. Perilaku yang berhubungan dengan kerancauan identitas :

a. Tidak ada kode moral

b. Sifat kepribadian yang bertentangan

c. Hubunganm interpersonal eksploitatif

d. Perasaan hampa

e. Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri

f. Kerancuan gender

g. Tingkat ansietas tinggi

h. Ketidak mampuan untuk empati pada oranng lain

i. Kehilangan keautentikan

j. Masalah intimasi

3. Perilaku yang Berhubungan dengan Depersonalisasi:

a. Afektif

1) Perasaan asing

19

2) Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu

3) Perasaan tidak realistis

4) Rasa isolasi yang kuat

5) Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenagan atau perasaan

mencapai sesuatu

6) Kurang rasa kesinambungan dalam diri

7) Kehilangan identitas

b. Persepsi

1) Halusinasipendengaran dan penglihatan

2) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri

3) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain

4) Gangguan citra tubuh

5) Mengalami dunia seperti dalam mimpi

c. Kognitif

1) Bingung

2) Disorientasi waktu

3) Gangguan berfikir

4) Gangguan memori

5) Gangguan penilaian

6) Kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama

d. Perilaku

1) Afek tumpul

2) Emosi yang pasif dan tidak berespon

20

3) Komunikasi yang tidak sesuai

4) Kurang spontanitas dan animasi

5) Kehilangan kendali terhadap impuls

6) Kehilangan inisiatif dan kemampuan membuat keputusan

7) Menarik diri secara sosial

F. Mekanisme Koping

Mekanise koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau

jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk

melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan

Pertahanan jangka pendek meliputi:

1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas

diri(misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif)

2. Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara(misal: ikut serta

dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)

3. Aktifitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri

yang tidak menentu (misalnya: olah raga yang kompetitif, prestasi

akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)

4. Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di

luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misal: penyalah gunaan obat)

21

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:

1. Penutupan identitas-adopsi identitas premature yng diinginkan oleh orang

terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.

2. Identitas negatif-asumsi identitas yang tidak sesuai daengan nilai dan

harapan yang diterima masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,

proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah terhadap diri

sendiri, dan amuk (Stuart, 2006).

G. Etiologi

1. Gangguan citra tubuh

Mikanisme: gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang

tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukur, bentuk, struktur, fungsi,

keterbatasan makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh, klien

biasanya tidak dapat menerima kondisinya merasa kurang sempurna

kemudian akan timbul harga diri rendah.

2. Ideal diri tidak realistik

Mikanisme: ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan sukar realitas,

idial diri yang sukar dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalan-

kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat

dicapai membuat frustasi dan timbul harga diri rendah (Keliat Anna Keliat,

1998).

22

H. Akibat

1. Perubahan penampilan peran

Mikanisme: berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang

disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah.

2. Keputusan

Mikanisme: merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuannya

karena menganggap dirinya tidak mampu

3. Menarik diri

Mikanisme: perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari

interaksi dengan oarang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas

berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari harga diri rendah

(Budi Anna Keliat, 1998)

I. Pohon masalah

Perubahan sensori persepsi

Isolasi social

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

Gangguan Citra Tubuh Idial diri tidak realistic

(Budi Anna Keliat, 1998)

23

Masalah dan Data yang perlu di kaji

1. Resiko gangguan sensorik persepsi : halusinasi

a. Data objektif :

Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar

atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk

mendengarkan sesuatu, disorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara,

diam dan asyik sendiri.

b. Data subjektif :

Mendengar suatu bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata,

melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa

stimulus, takut pada suara atau bunyi atau gambaran yang didengar,

ingin memukul atau melempar barang.

2. Isolasi sosial : menarik diri

a. Data objektif :

Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar,

banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), mendak berhubungan

dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.

b. Data subjektif :

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab

dengan singkat, ya atau tidak.

3. Harga diri rendah

a. Data objektif :

Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri.

24

b. Data subjektif

Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak

tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri.(Townsend, 1998).

J. Diagnosa keperwatan

1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

2. Isolasi Sosial

3. Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi. (Townsend, 1998)

25

K. Perencanaan keperawatan

Perencanaan

No

Diagnosa

Keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional

1 Gangguan

konsep

diri : harga

diri rendah

Sp lp

1. Klien dapat

membina

hubungan

saling percaya

Setelah Ix

interaksi

diharapkan:

a. Klien

menunjukkan

ekspresi wajah

bersahabat,

menunjukkan

rasa tenang,

ada kontak

mata, mau

berjabat

tangan, mau

berjabat

tangan, mau

menyebutkan

nama, mau

menjawab

salam, klien

mau duduk

berdampingan

dengan

perawat,

mau

mengutarakan

masalah yang

dihadapi.

1.1 Bina

hubungan

saling

percaya

dengan

menggunakan

komunikasi

yang

terapeutik:

a. Sapa

pasien

dengan

ramah

tamah baik

verbal

maupun

nonverbal

b. Perkenalkan

diri

dengan

sopan

c. Tanyakan

nama

lengkap

dan nama

panggilan

yang

d. Jelaskan

tujuan

pertemuan

e. Jujur

dan

menepati

janji

f. Tunjukan

sikap empati

dan

menerima

pasien

1. Hubungan

saling

percaya

merupakan

dasar

kelancaran

hubungan

interaksi

selanjutnya

26

g. Beri

perhatian

dan

perhatikan

kebutuhan

dasar klien

2. Klien dapat

mengidentifik

asi

a. Aspek

positif

dan

kemampua

n yang

di miliki

klien

b. Aspek

positif

keluarga

c. Aspek

positif

lingkungan

klien

b. Klien dapat

menyebutkan

aspek positif

yang dimiliki

klien, keluarga

lingkungan

2.1 Diskusikan

kemampuan

dan aspek

positif yang di

miliki klien

2.2 Setiap

pertemuan

hindari

nilai negatif

2.3 Bersama klien

buat daftar

tentang aspek

positif yang

dimiliki klien,

keluarga,

lingkungan

dan

kemampuan

yang dimiliki

klien

2.1 Utamakan

pemberian

pujian yang

realitis

2. Sebagai

dasar

asuhan

keperawa-

tan

3. membantu

klien menilai

kemampuan

klien

yang masih

dapat

digunakan

c. Klien dapat

menilai

kemampuan

yang di miliki

untuk

dilaksanakan

3.1 Diskusikan

dengan klien

kemampuan

yang masih

dapat di

gunakan

selama sakit

Dan dapat di

lanjutkan

penggunaan

3. Memoti-

vasi diri

untuk tetap

mempertah

ankan

penggun

aannya

4. membantu

klien memilih

kegiatan

yang akan di

latihan sesuai

dengan

d. klien dapat

merencanakan

kegiatan yang

sesuai

kemampuan

yang dimiliki

4.1 Tingkatkan

kegiatan yang

sesuai dengan

toleransi dan

kondisi

4.2 Rencanakan

4. Klien

dapat

berfikiran

positif

sehingga

bisa

27

kemampuan

klien

bersama klien

aktifitas yang

dapat

dilakukan

setiap hari

sesuai

kemampuan

klien

(kegiatan

mandiri,

dengan

bantuan)

4.1 Beri contoh

kegiatan yang

boleh

digunakan

membuat

klien

percaya

diri

5. melatih

klien kegiatan

yang di pilih

sesuai rencana

yang di buat

sesuai

kemampuan

klien

e. Klien dapat

melakukan

kegiatan

sesuai jadwal

yang dibuat

5.1 Anjurkan klien

untuk

melaksanakan

kegiatan yang

telah

direncanakan

5.2 Pantau

kegiatan yang

telah

dilaksanakan

5.1 Diskusikan

kemungkinan

pelaksanaan

kegiatan

setelah pulang

5. Karena

klien

adalah

individu

yang

bertanggun

g jawab

terhadap

dirinya

6. Menganjurkan

klien

memasukkan

dalam

jadwal

kegiatan

harian

f. Klien dapat

melakukan

kegiatan

sesuai jadwal

yang dibuat

6.1 Motivasi klien

untuk

memasukkan

kegiatan yang

telah

dilakukan

kedalam

jadwal

kegiatan

harian

6. Agar klien

terbiasa

melakukan

-nya

1 Gangguan

konsep

diri : harga

diri

Sp 2 p

1. Memvalidasi

masalah

dari latihan

Setelah 2x

interaksi

diharapkan:

1.1 Motivasi

klien untuk

menyebutkan

1. Untuk

mengingat

kembali

28

rendahnya

sebelum

a. Klien

dapat

menyebutkan

dan

mendemon-

strasi kan

latihan yang

diajarkan

sebelum nya

dan

mendemons-

trasikan

latihan

sebelumnya

latihan

sebelum-

nya

2. Melatih

kegiatan

selanjutnya

yang

dipilih sesuai

kemampuan

b. Klien

mendemo-

nstrasikan

cara yang

dilatih

2.1 Beri pujian

atas jawaban

yang benar

a. Motivasi

klien

untuk lebih

bisa apa

yang

diajarkan

b. Anjurkan

klien

untuk

mengikuti

lain

memprak-

tekan

c. Beri

reinforceme

n positif

atas tidakan

yang di

lakukan

klien

2. Karena

klien

adalah

individu

yang

bertanggun

g jawab

terhadap

dirinya

3. Membimbing

klien

memasukan

ke dalam

jadwal

kegiatan

harian

c. Klien

bersedia untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah di

lakukan ke

dalam

kegiatan

jadwal harian

3.1 Motivasi klien

untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah

dilakukan

kedalam

jadwal

kegiatan

harian

3. Agar klien

terbiasa

melakukan

-nya

1 Gangguan

konsep

diri : harga

diri rendah

Sp lk

1. Mendiskusi-

kan masalah

yang di

a. Keluarga

dapat:

- Menjelaskan

1.1 Bina

hubungan

saling

1. Hubungan

saling

percaya

29

rasakan

keluarga

dalam

merawat klien

perasaannya

- Menjelaskan

cara

merawat

harga

diri rendah

- Mendemon-

strasikan

cara

perawatan

klien harga

diri rendah

- Berpartisi-

pasi dalam

perawatan

klien harga

diri rendah

percaya

dengan

keluarga :

a. Saling

berkenalan

b. Jelaskan

tujuan

c. Buat

kontrak

d. Ekplorasi

1.1 Motivasi

keluarga klien

menyetujui

dan mengikuti

kontrak

merupakan

dasar

kelancaran

hubungan

interaksi

selanjut-

nya

2. Menjelaskan

pengertian

harga diri

rendah, tanda

dan gejala

serta

prosesnya

b. Keluarga

mengerti dan

menyebutkan

kembali

pengertian

tanda dan

gejala dan

proses

terjadinya

harga diri

rendah.

2.1 Diskusikan

dengan

keluarga klien

tentang :

a. Harga diri

rendah

b. Penyebab

harga diri

rendah

c. Akibat yang

akan terjadi

jika harga

diri rendah

tidak

ditangani

d. Cara

keluarga

menghadapi

harga diri

rendah

2. Menganti-

sipasi

masalah

yang

timbul

3. Menjelaskan

cara merawat

pasien harga

diri rendah

c. Keluarga

mengerti

tentang cara

merawat klien

dengan harga

diri rendah

3.1 Beri

pendidikan

kesehatan

pada keluarga

tentang cara

merawat klien

dengan harga

diri rendah

3. Mening-

katkan

kemam-

puan

keluarga

dalam

merawat

klien

dengan

30

harga diri

rendah.

4. Melatih

keluarga

memprakteka

n cara meawat

klien dengan

harga diri

rendah

d. Keluarga

mampu

mempraktekan

cara merawat

klien dengan

harga diri

rendah

4.1 Dorong

anggota

keluarga untuk

mengikuti cara

merawat klien

harga diri

rendah

4. Mendorong

keluarga

akan

sangat

berpenga-

ruh dalam

memper-

cepat

proses

penyem-

buhan

klien.

2 Isolasi

sosial :

menarik

diri

Sp lp

1. Membina

hubungan

saling percaya

a. Klien

menunjukkan

ekspresi

wajah

bersahabat,

menunjukan

rasa tenang,

ada kontak

mata, mau

berjabat

tangan,

mau berjabat

tangan, mau

menyebutkan

nama,

mau

menjawab

salam, klien

mau duduk

berdampingan

dengan

perawat, mau

mengutarakan

masalah

yang dihadapi.

l. Bina

hubungan

saling

percaya dengan

menggunakan

komunikasi

yang terapeutik:

a. Sapa

pasien

dengan

ramah tamah

baik verbal

maupun

non verbal

b. Perkenalkan

diri dengan

sopan

c. Tanyakan

nama

lengkap dan

nama

panggilan

yang

d. Jelaskan

tujuan

pertemuan

e. Jujur dan

menepati

janji

f. Tunjukan

sikap

empati dan

1. Hubungan

saling

percaya

merupakan

dasar

kelancaran

hubungan

interaksi

selanjutnya

31

menerima

pasien

g. Beri

perhatian dan

perhatikan

kebutuhan

dasar klien

2. Mengidenti-

fikasi

penyebab

isolasi sosial

: menarik

diri klien

b. Klien

dapat

mengungkap-

kan penyebab

isolasi sosial :

menarik diri.

2.1 Tanyakan

pada klien

tentang orang

yang tinggal

serumah /

teman

sekamar,

orang

yang paling

dekat dengan

klien di rumah

/ di ruang

perawatan,

apa yang

membuat klien

dekat dengan

orang tersebut

dan tidak

dekat dengan

orang tersebut,

dan upaya apa

yang sudah

dilakukan

supaya dekat

dengan

orang tersebut.

2.1 Diskusikan

dengan

klien

penyebab

menarik diri

/ tidak mau

bergaul

dengan orang

lain

2. untuk

mengeta-

hui

pengeta-

huan klien

dan alasan

menarik

diri

3. Mengidentifi-

kasi

keuntungan

berinteraksi

c. Diharapkan

klien

mampu

menyebutkan

3.1 Tanyakan pada

klien tentang

manfaat

hubungan

3. Meningk-

atkan

pemaha-

man klien

32

dan kerugian

tidak

berinteraksi

dengan orang

lain.

keuntungan

berhubungan

sosial

misalnya :

- Banyak

teman

- Tidak

kesepian

- Bisa

berdiskusi

- Saling

menolong,

Dan kerugian

menarik diri,

misal:

- Sendiri

- Kesepian

- Tidak bisa

diskusi

sosial dan

kerugian

menarik diri

3.1 Diskusikan

pada klien

tentang

manfaat

hubungan

sosial dan

kerugian

menarik diri

tentang

berhubung

an dengan

orang lain.

4. Melatih klien

berkenalan

dengan satu

orang

d. Klien

dapat

memperagaka

n cara

berkenalan

dengan 1

orang

4.1 Beri motivasi

dan bantu

klien

berkenalan

atau komukasi

dengan

: perawat,

pasien dan

kelompok

4.2 Beri

reinforcement

positif

atas

keberhasilan

dan usaha

klien dalam

berkenalan

dengan 1

orang

4.1 Motivasi

klien untuk

lebih banyak

lagi

berkenalan

dengan orang

4. Mening-

katkan

interaksi

klien

dengan

lingkungan

.

33

5. Membimbing

klien

memasukkan

ke dalam

jadwal

e. Klien

mau

memasukkan

kegiatan

yang telah

dilakukan

kedalam

jadwal harian

5.1 Motivasi klien

untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah

dilakukan ke

dalam jadwal

harian

5. Agar klien

terbiasa

melakukan

-nya

2 Isolasi

sosial :

menarik

diri

Sp2p

1. Memvalidasi

masalah

dan latihan

sebelumnya

2. Melatih

klien

berkenalan

dengan 2

orang atau

lebih

a. Klien

dapat

menyebutkan

dan

mendemostra-

sikan latihan

yang diajarkan

sebelum nya

b. Klien

dapat

mendemonstra

si-kan

cara

berkenalan

dengan 2

orang atau

lebih

1.1 Motivasi

klien untuk

menyebutkan

dan

mendemonstra

sikan

latihan

sebelumnya

2.1 Motivasi

klien untuk

berkenalan

lebih banyak

lagi dengan

orang

2.2 Anjurkan

klien untuk

mengikuti lalu

mempraktekan

berkenalan

dengan

lebih banyak

orang

1. Untuk

mengingat

latihan

sebelum

nya

2. meningkat-

kan

interaksi

klien

dengan

lingkungan

.

3. Membimbing

klien memasu-

kan ke dalam

jadwal

kegiatan

harian

c. Klien

memasukan

kegiatan yang

telah di

lakukan ke

dalam kegiatan

jadwal harian

3.2 Motivasi

klien untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah di

lakukan

kedalam

jadwal

kegiatan

harian

3. Agar klien

terbiasa

melakukan

nya

34

2 Isolasi

sosial :

menarik

diri

Sp 3 p

1. Memvalidasi

masalah dan

latihan

sebelum nya

a. Klien

dapat

mengungkap-

kan apa

yang

dirasakan

b. Klien

dapat

menyebutkan

dan

Memperaga-

kan kembali

latihan

sebelumnya

1.1 Motivasi

klien untuk

mengungkap-

kan masalah

dan

mendemonstra

si kan

kembali

latihan

sebelumnya

1. Untuk

mengingat

latihan

sebelum-

nya

2. Melatih

klien

berinteraksi

dengan

kelompok

c. Klien

mau

mengikuti

dan

mempraktek-

kan apa yang

di ajarkan

2.1 Motivasi

klien untuk

mengikuti apa

yang telah

diajarkan

2. meningkat-

kan

interaksi

klien

dengan

lingku-

ngan.

3. Membimbing

klien

memasukkan

ke dalam

jadwal

kegiatan

harian

d. Klien

bersedia untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah di

lakukan ke

dalam jadwal

kegiatan

harian

3.1 Motivasi

klien untuk

memasukkan

kegiatan yang

akan

diakukan ke

dalam jadwal

kegiatan

harian

3. Agar klien

terbiasa

melakukan

-nya

2 Isolasi

sosial

menarik

diri

Sp l k

1. Mendiskusi-

kanmasalah

yang dirasakan

keluarga

dalam

merawat klien

a. Keluarga

dapat :

-. Menjelaskan

perasaannya

-. Menjelaskan

cara

merawat

klien

menarik diri

- Mendemon-

strasikan

cara

perawatan

klien

1.1 Bina

hubungan

saling

percaya

dengan

keluarga

a. Saling

berkenalan

b. Jelaskan

tujuan

c. Buat

kontrak

d. Ekplorasi

perasaan

1. Hubungan

saling

percaya

merupakan

dasar

kelancaran

hubungan

interaksi

selanjutnya

35

menarik diri

- Berpartisi-

pasi dalam

perawatan

klien

menarik diri

keluarga

klien

2. Menjelaskan

pengertian

menarik diri,

tanda dan

gejala serta

proses

terjadinya

2. Keluarga

mengerti

dan

menyebutkan

kembali

pengertian,

tanda

dan gejala,

dan proses

terjadinya

isolasi sosial

: menarik diri.

2.1 Diskusikan

dengan

keluarga

klien tentang :

Isolasi sosial :

menarik diri,

Penyebab

isolasi

sosial, akibat

yang akan

terjadi jika

isolasi sosial

: menarik

diri tidak di

tangani, cara

keluarga

menghadapi

isolasi sosial

: menarik diri

2. Menganti-

sipasi

masalah

yang

timbul

3. Menjelaskan

cara merawat

klien isolasi

sosial

:menarik diri

3. Keluarga

mengerti

dan

meyebutkan

kembali

cara merawat

klien isolasi

sosial :

menarik diri

3.1 Dorong

anggota

keluarga

untuk

mengikuti

cara merawat

klien isolasi

sosial :

menarik diri

3. Mening-

katkan

kemam-

puan

keluarga

dalam

perawat

klien

dengan

isolasi

sosial :

menarik

diri

3 Perubahan

sensori

persepsi :

halusinasi

Sp lp

1. Mengidenti-

fikasi jenis

halusinasi

2.Mengidentifi-

kasi isi

halusinasi

3.Mengidentifi-

Setelah Ix

interaksi

diharapkan:

a. Klien

dapat

menyebutkan :

- Mengetahui

jenis

1.1 Observasi

tingkah

laku klien

terkait dengan

halusinasinya

(dengar / lihat /

pennghidu

/ raba / kecap )

1. Mengenal

perilaku

pada saat

halusina si

timbul

memudah-

kan

perawatan

36

kasi waktu

halusinasi

4. Mengidentifi-

kasi frekuensi

halusinasi

5. Mengidenti-

fikasi situasi

yang

menimbulkan

halusinasi

halusinasi

- Mengetahui

isi halusinasi

- Mengetahui

waktu

halusinasi

- Mengetahui

frekuensi

halusinasi

- Mengetahui

situasi dan

kondisi yang

menimbulka

n halusinasi

jika

menemukan

pasien

yang sedang

halusinasi :

a. Tanyakan

apakah

pasien

mengalami

sesuatu

halusinasi

(dengar /

lihat /

pennghidu

/ raba /

kecap)

b. Jika

pasien

menjawab

ya, tanyakan

apa yang

sedang

dialaminya

c. Katakan

bahwa

perawat

percaya klien

mengalami

(dengan

nada

bersahabat

tanpa

menuduh

atau

menghakimi)

d. Katakan

bahwa

ada klien

lain yang

mengalami

hal yang

sama

e. Katakan

bahwa

klien akan

membantu

dalam

melaksana-

kan

intervenisi

dan

mengena1

halusinasi

memungkin

-kan klien

untuk

menghindar

kan faktor

pencetus

timbulnya

halusinasi

37

klien

Jika pasien

tidak sedang

berhalusinasi,

diskusikan

dengan

pasien :

a. Isi, waktu

dan

frekuensi

terjadinya

halusinasiny

a (pagi,

siang, sore,

malam atau

sering dan

kadang-

kadang)

b. Situasi

dan kondisi

yang

menimbul-

kan atau

tidak menim-

bulkan

halusinasi

6. Mengidentifi-

kasi respon

pasien

terhadap

halusinasi

b. Klien

menyatakan

perasaan

dan responnya

saat

mengalami

halusinasi :

- Marah -

Takut

- Sedih

- Senang

- Cemas

- Jengkel

6.1 Diskusikan

dengan

klien apa

yang dirasakan

jika terjadi

halusinasi

dan beri

kesempatan

untuk meng-

ungkapkan

perasaannya

6.2 Diskusikan

dengan

klien apa

yang dilakukan

untuk

mengatasi

perasaan

tersebut

6.1 Diskusikan

6. Sebagai

dasar

asuhan

kepera-

watan

38

tentang

dampak yang

akan

dialaminya bila

klien

menikmati

halusinasinya.

7. Melatih cara

mengontrol

halusinasi

dengan

menghardik.

b Klien

menyebutkan

tindakan yang

biasanya

dilakukan

untuk

mengendalikan

halusinasinya

c. Klien

menyebutkan

cara baru

mengontrol

halusinasinya

d. Klien dapat

memilih

dan Mempe-

ragakan cara

mengatasi

halusinasi

(dengar / lihat /

penghidu /

raba kecap )

e Klien

melaksanakan

cara yang telah

dipilih untuk

mengontrol

halusinasinya

7.1 Identifikasi

bersama

klien cara atau

tindakan

yang dilakukan

jika terjadi

halusinasi

(tidur,

marah,

menyibukkan

diri dll)

7.2 Diskusikan

cara yang

digunakan

klien :

a. Jika cara

yang

digunakan

adaptif

beri pujian

b. Jika cara

yang

digunakan

maladaptive

Diskusikan

kerugian

cara tersebut

7.3 Diskusikan

cara baru

untuk

memutuskan/

mengontrol

timbulnyahalu

sinasi :

a. Katakan

pada diri

sendiri

bahwa itu

tidak

7. Upaya

untuk

memutusk

an siklus

halusinasi

sehingga

halusinasi

tidak

berlanjut.

39

nyata ("saya

tidak mau

dengar /

lihat /

penghidu /

raba/kecap

pada

saathalusina

si terjadi")

b. Menemui

orang lain

(perawat

/teman

/anggota

keluarga )

untuk

mencerita-

kan tentang

halusinasi-

nya

c. Membuat

dan

melaksana-

kan jadwal

yang telah

disusun

d. Meminta

keluarga

/ teman

/ perawat

menyapa

jika sedang

berhalusi-

nasi

7.4 Bantu

klien memilih

cara yang

sudah

dianjurkan

dan latih

untuk

mencobanya

7.5 Beri

kesempatan

untuk

melakukan cara

40

yang dipilih

dan dilatih

7.1 Pantau

pelaksanaan

yang

telah dipilih

dan dilatih,

jika berhasil

beri pujian

8. Membimbing

memasukkan

kedalam

jadwal

kegiatan

harian

f. klien mau

memasukkan

kegiatan

yang telah

dilakukan

kedalam

jadwal harian

8.1 Motivasi

klien untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah

dilakukan ke

dalam jadwal

harian

8. Agar klien

terbiasa

melakukan

-nya

3 Perubahan

sensori

persepsi :

halusinasi

Sp2p

1. Memvalidasi

masalah dari

latihan

sebelum nya

2. Melatih cara

control

halusinasi

dengan

berbincang

dengan orang

lain

3. Membimbing

klien

memasukan ke

dalam jadwal

kegiatan harian

a. Klien dapat

menyebutkan

dan

mendemonstra

si-kan latihan

yang

diajarkan

sebelum nya

b. Klien

melaksanakan

cara yang

dipilih untuk

mengendalikan

halusinasiny

c. Klien merasa

senang

d. Klien bersedia

untuk

memasukkan

kegiatan yang

telah

dilakukan

ke dalam

kegiatan

jadwal harian

1.1 Motivasi klien

untuk

menyebutkan

dan

mendemonstra

-sikan latihan

sebelumnya

2.1 Bantu pasien

memilih cara

yang sudah

dianjurkan dan

latih untuk

mencobanya

2.1 Beri

kesempatan

untuk

melakukan

yang dipilih

dan di latih

3.1 Motivasi klien

untuk

memasukkan

kegiatan yang

telah

dilakukan ke

dalam jadwal

kegiatan

harian

1. Untuk

mengingat

latihan

sebelumnya

2. Upaya

untuk

memutuska

n siklus

halusinasi

sehingga

halusinasi

tidak

berlanjut

3. Agar klien

terbiasa

melakukan

nya

41

3 Perubahan

sensori

persepsi :

halusinasi

SP3p

1. Memvalidasi

masalah dari

latihan

sebelum nya

2. Melatih cara

control

halusinasi

dengan

kegiatan

(yang

biasa

dilakukan

klien)

a. Klien dapat

menyebutkan

dan

mendemonstra

sikan latihan

yang di

ajarkan

sebelum nya

b. Klien

melaksanakan

cara yang

dipilih

untuk

mengendalikan

halusinasinya

c. Klien merasa

senang

1.1 Motivasi klien

untuk

menyebutkan

dan

mendemons-

trasikan

latihan

sebelumnya

2.1 Bantu pasien

memilih cara

yang sudah

dianjurkan

dan latih

untuk

mencobanya

2.1 Beri

kesempatan

untuk

melakukan

yang dipilih

dan di latih

1. Untuk

mengingat

latihan

sebelumny

a

2. Upaya

untuk

memutuska

n siklus

halusinasi

sehingga

halusinasi

tidak

berlanjut

3. Membimbing

klien

memasukan

ke dalam

jadwal

kegiatan

harian

d. Klien bersedia

untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah

di lakukan

ke dalam

kegiatan

jadwal harian

3.1 Motivasi klien

untuk

memasukkan

kegiatan yang

telah

dilakukan

kedalam

jadwal

kegiatan

harian

3. Agar klien

terbiasa

melakukan

-nya

3 Perubahan

sensori

persepsi :

halusinasi

Sp 4 p

1. Memvalidasi

masalah dan

latihan

sebelumnya

2. Mengajarkan

cara kontrol

halusinasi

a. Klien dapat

mengungkapk

an apa

yang dirasakan

b. Klien dapat

menyebutkan

dan Mempe-

ragakan lagi

latihan

sebelumnya

c. Klien melak-

sanakan cara

yang telah

1. Motivasi

klien untuk

mengucapkan

masalah

dan

mendemonstra-

sikan

kembali latihan

sebelumnya

2. Diskusikan

dengan

Pasien tentang

1. Untuk

menging

at

latihan

sebelum

nya

2. Upaya

untuk

memutuska

42

dengan minum

obat (prinsip 5

benar minum

obat)

dipilih untuk

mengontrol

halausinasinya

d. Klien mengerti

tentang

manfaat dan

kerugian tidak

minum obat,

nama, warna,

dosis, cara,

efek terapi dan

efek samping

penggunaan

obat

e. Klien mengerti

akibat berhenti

minum obat

tanpa

konsultasi

dengan dokter

manfaat dan

kerugian tidak

minum obat,

nama,warna,

dosis, cara, efek

terapi dan

efek samping

penggunaan

obat

3. Pantau

Pasien saat

penggunaan

obat

4. Ben pujian jika

Pasien

menggunakan

obat

dengan benar

5. Diskusikan

akibat

berhenti minum

obat tanpa

konsultasi

dengan dokter

6. Anjurkan

Pasien untuk

konsultasi

kepada

dokter/ perawat

jika terjadi

hal-hal yang

tidak diinginkan

n siklus

halusinasi

sehingga

halusinasi

tidak

berlanjut

3. Membimbing

klien

memasukkan

kedalam

jadwal

kegiatan

harian

f. Klien bersedia

untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah

dilakukan

ke dalam

jadwal

kegiatan

harian

3.1 Motivasi

klien untuk

memasukkan

kegiatan yang

telah dilakukan

kedalam jadwal

kegiatan harian

3. Agar klien

terbiasa

melakukan

-nya

3 Perubahan

sensori

persepsi :

halusinasi

Sp lk

1. Mendiskusi-

kan masalah

yang

a. Keluarga

dapat:

- Menjelaskan

l.l Diskusikan

masalah

yang dihadapi

1. Mengenal

masalah

yang di

43

dirasakan

keluarga

dalam

merawat klien

perasaannya

- Menjelaskan

cara

merawat

halusinasi-

nya

- Mendemons-

trasikan cara

perawatan

klien halusi-

nasinya

- Berparti-

sipasi dalam

perawatan

halusinasi-

nya.

keluarga

dalam merawat

klien

hadapi

keluarga

memudah-

kan

perawatan

dalam

melaksana

-kan

intervenisi

2. Menjelaskan

pengertian,

tanda dan

gejala

halusinasi,

dan jenis

halusinasi

yang

dialami klien

beserta proses

terjadinya.

b. Keluarga

mengerti dan

menyebutkan

kembali

pengertian

tanda dan

gejala

serta proses

terjadinya

halusinasinya.

2.1 Berikan

pendidikan

kesehatan

tentang

pengertian

halusinasi,

jenis halusinasi

yang dialami

klien, tanda

dan gejala

halusinasi,

proses

terjadinya

halusinasi,

dan cara

merawat klien

halusinasi, cara

merawat

anggota

keluarga yang

halusinasi

2. Mengenal

perilaku

pada saat

halusinasi

timbul

memu-

dahkan

perawatan

dalam

melaksa-

nakan

intervenisi

dan

mengena1

halusinasi

memungki

n kan klien

untuk

menghinda

rkan faktor

pencetus

timbulnya

halusinasi

3. Menjelasan

cara-cara

merawat

klien

halusinasi

c. Keluarga

dapat

menyebutkan

dan Mempe-

ragakan lagi

latihan

sebelumnya

3.1 Berikan

kesempatan

pada keluarga

untuk Mempe-

ragakan cara

merawat klien

dengan

3. Menganti-

sipasi

masalah

yang

timbul

44

4. Melatih

keluarga

memprakteka

n cara

merawat klien

dengan

halusinasi

5. Melatih

keluarga

melakukan

cara merawat

langsung

pada klien

halusinasi

d. Keluarga

mampu

memprak-

tekkan

cara merawat

klien dengan

halusinasi

e. Keluarga

mampu

memprak-

tekkan

langsung cara

merawat klien

dengan

halusinasi

halusinasi

4.1 Diskusikan

bersama

keluarga

mempraktekan

cara

merawat klien

dengan

halusinasi

5.1 Diskusikan

bersama

keluarga

mempraktekan

cara

merawat klien

dengan

halusinasi

4. Meningkat-

kan

kemam-

puan

keluarga

dalam

merawat

klien

dengan

harga diri

rendah.

5. Mendorong

keluarga

akan

sangat

berpe-

ngaruh

dalam

memper

cepat

proses

penyembu

han klien

6. Membantu

keluarga

membuat

jadwal

aktifitas

dirumah

termasuk

minum obat

7. Menjelaskan

follow

up pasien

setelah pulang

f. Keluarga

bersedia untuk

memasukkan

kegiatan

yang telah

dilakukan

ke dalam

jadwal

kegiatan

harian

g. Keluarga

mengerti /

memahami

follow up

yang telah

diarahkan

pada klien.

6.1. Diskusikan

bersama

keluarga

membuat

jadwal

aktifitas

dirumah

termasuk

minum obat

7.1 Diskusikan

follow up

untuk keluarga