bab i pendahuluan 1.1 latar belakang 1.pdf1.1 latar belakang keluarga terdiri dari beberapa orang...

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman bagi setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Biasanya ayah dalam keluarga berperan sebagai kepala rumah tangga dan bertanggung jawab untuk menghidupi istri serta anak-anaknya. Sedangkan sebagai ibu, seringkali dituntut untuk melaksanakan tugas–tugas dalam rumah tangga, yaitu mengurus suami, anak, dan keadaan rumah tangganya (Tri Kamasanthi, 2001). Didalam keluarga utuh biasanya antara ibu, ayah, dan anak bisa saling bercanda bersama, saling bercerita, menonton televisi bersama, menghabiskan waktu bersama yang dapat menimbulkan kelekatan tidak hanya secara fisik namun juga kelekatan secara emosional antar anggota keluarga, namun tidak semua keluarga yang masih utuh dapat melakukan kebersamaan dengan anggota keluarganya. Setiap keluarga menginginkan bersama-sama hingga akhir hayat tetapi hal itu tidak mungkin karena setiap keluarga akan mengalami perpisahan / kehilangan, misalnya ada anggota keluarga yang meninggal. Santrock (2002) mengatakan bahwa kehilangan dapat datang dalam berbagai bentuk didalam kehidupan, seperti misalnya perceraian akan tetapi rasa kehilangan tersebut tidak begitu mendalam jika dibandingkan dengan kematian dari seseorang yang

Upload: trandien

Post on 18-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah

seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

menyenangkan dan nyaman bagi setiap anggota keluarga. Setiap anggota

keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Biasanya ayah

dalam keluarga berperan sebagai kepala rumah tangga dan bertanggung jawab

untuk menghidupi istri serta anak-anaknya. Sedangkan sebagai ibu, seringkali

dituntut untuk melaksanakan tugas–tugas dalam rumah tangga, yaitu mengurus

suami, anak, dan keadaan rumah tangganya (Tri Kamasanthi, 2001). Didalam

keluarga utuh biasanya antara ibu, ayah, dan anak bisa saling bercanda bersama,

saling bercerita, menonton televisi bersama, menghabiskan waktu bersama yang

dapat menimbulkan kelekatan tidak hanya secara fisik namun juga kelekatan

secara emosional antar anggota keluarga, namun tidak semua keluarga yang

masih utuh dapat melakukan kebersamaan dengan anggota keluarganya.

Setiap keluarga menginginkan bersama-sama hingga akhir hayat tetapi hal

itu tidak mungkin karena setiap keluarga akan mengalami perpisahan /

kehilangan, misalnya ada anggota keluarga yang meninggal. Santrock (2002)

mengatakan bahwa kehilangan dapat datang dalam berbagai bentuk didalam

kehidupan, seperti misalnya perceraian akan tetapi rasa kehilangan tersebut tidak

begitu mendalam jika dibandingkan dengan kematian dari seseorang yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

dicintai dan disayangi, baik itu kematian orangtua, saudara kandung, atau pun

yang lainnya. Menurut Santrock (2002) bahwa kematian orang-orang yang

dicintai merupakan suatu kehilangan yang sangat besar pengaruhnya terhadap

seseorang. Perpisahan dengan orang-orang terkasih atau orangtua terutama ibu,

merupakan pengalaman yang menyakitkan. Sosok ibu didalam keluarga

memberikan pengaruh yang besar terhadap keluarga. Peran dan fungsi ibu dalam

kehidupan anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih

terbuka dalam menanyakan sesuatu dengan ibu (Puji Astuti, 2009). Ketika ibu

meninggal dunia, keadaan itu dapat memberikan perubahan yang besar terhadap

anggota keluarga khususnya pada anak-anak yang ditinggalkannya.

Dari hasil penelitian (Puji Astuti, 2009) yang berjudul “Dampak Kematian

Ibu terhadap Kondisi Psikologis Remaja Putri” diperoleh hasil bahwa kondisi

seseorang saat mengalami duka cita atas kematian ibu yaitu mengalami respon

seperti shock, sedih, dunia hampa, rasa rindu, kehilangan dan kesepian.

Kematian ibu juga memberikan perubahan dalam keluarga antara lain, keluarga

tidak berperan optimal, bahkan hadirnya orang baru dalam keluarga, namun

disisi lain hubungan dengan saudara menjadi lebih solid.

Kematian seorang ibu dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi

anggota keluarganya terutama pada anak-anaknya. Dampak negatif yang

ditimbulkan antara lain yaitu remaja mengalami ketidakmampuan dalam

menyelesaikan suatu masalah, remaja kehilangan sosok ibu yang selalu

memberikan nasehat dan support yang dapat berakibat perubahan nilai-nilai

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

akademis. Sedangkan dampak positifnya antara lain remaja menjadi lebih

mandiri (Puji Astuti, 2009).

Kehidupan setelah meninggalnya ibu memang tidak mudah. Seorang ayah

yang seharusnya memberikan perhatian, menyayangi dan melindungi anaknya

bahkan ada yang menghancurkan keluarganya sendiri. Berikut ini merupakan

kutipan salah satu contoh kasus dimana sebuah keluarga ditinggal meninggal

oleh ibu kandungnya.

“Sungguh berat cobaan yang harus dialami gadis EH yang baru berusia 12 tahun. Ia pun sudah kehilangan sosok sang ibu karena meninggal dunia. Malangnya, ayah kandungnya, S (45), malah tega menjadikannya sebagai pekerja seks komersial (PSK) dan 'menjualnya' ke pria hidung belang”. Selain dijual oleh ayahnya, EH yang menolak menuruti ayahnya kerap kali digampar dan dipukuli oleh ayahnya.”(tabloid nova)

Berdasarkan contoh kasus yang terjadi pada EH merupakan pengalaman

yang menyedihkan karena setelah ibu kandungnya meninggal, EH yang

seharusnya bisa bergantung dan berlindung kepada ayahnya, ternyata yang

terjadi pada EH justru sebaliknya. EH “dijadikan” seorang Pekerja Seks

Komersial oleh ayah kandungnya.

Anggota keluarga yang ditinggal meninggal ibu seharusnya saling

menguatkan. Tetapi sebaliknya ada keluarga yang justru menjadi sumber

ancaman dan ketidaktentraman bagi anak, dengan memberikan perlakuan yang

salah pada anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh

Putra (dalam Andayani, 2001) melalui penelitiannya ”A Focused on Child Abuse

in Six Selected Provinces in Indonesia”, menemukan bahwa hasil-hasil perlakuan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

yang salah (maltreated) terhadap anak yang terjadi dimasyarakat dan di dalam

keluarga ternyata sebagian besar dilakukan oleh orangtua mereka. Menurut

Irwanto (dalam Andayani, 2001) yang dimaksud dengan perlakuan salah dalam

hal ini, adalah segala jenis bentuk perlakuan terhadap anak yang mengancam

kesejahteraan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik,

sosial, psikologis, mental dan spiritual. Didalam keluarga sendiri pun yang

seharusnya menjadi tempat tumbuh dan berkembang yang baik untuk remaja,

justru menjadi tempat yang mengancam bagi remaja.

Setelah meninggalnya ibu, secara otomatis peran utama dalam keluarga

adalah ayah. Ketika tidak adanya sosok ibu, ayah mempunyai peran dan tugas

baru yaitu sebagai pengganti ibu. Sebagai pengganti ibu, ayah mempunyai peran

penting dalam keluarga, terutama dalam pengasuhan anak. Seorang ayah dituntut

profesional, peduli, perhatian dan hadir secara utuh dalam keluarga bagi anak-

anaknya. Ayah juga diharapkan mampu berperan sebagai figur utama

menggantikan sosok ibu bukan hanya “figuran” dalam keluarga (Fazriyati, 2013).

Setelah kematian ibu, terdapat hal positif yang dapat dibangun antara remaja

dengan ayah yang mungkin sebelumnya kurang dekat namun setelah kematian

ibu dapat mendekatkan mereka atau yang sebelumnya sudah dekat menjadi lebih

dekat lagi. Artinya tanpa kehadiran ibu disisi remaja, remaja seharusnya mampu

membangun kelekatan (attachment) dengan ayah. Berikut ini adalah petikan

wawancara peneliti dengan remaja perempuan bernama N berusia 21 tahun. N

merupakan remaja yang ibu kandungnya sudah meninggal dunia 3 tahun yang

lalu. Berikut hasil petikan wawancara.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

“nyamannya gue ke bokap ngelebihin nyaman gue ke temen-temen gue. Gue nyaman karna bokap gue bisa ngerti apa mau gue kaya nonton konser, bokap ngerti dan ngizinin. Gue ngeliat bokap itu kaya pahlawan buat gue. Bokap tau kemauan gue kayak apa. Terkadang bokap nyenengin tapi kadang juga ngga. Ngganya nyenenginnya itu kalo bokap mulai bawa masalah kantor ke rumah dan gue yang kena trus nyenenginnya kalo jalan-jalan aja atau lagi makan bareng. Gue cemas kalo bokap cuek. karna takut ngga bisa minta duit. Cueknya itu kaya misalnya pas gue lagi badmood, kadang gue ngga nyapa bokap atau diem aja. Trus juga kalo bokap bawaannya lagi kesel pun sama gue bisa cuek. Trus hubungan gue sama bokap kadang hangat kadang dingin, yaitu tadi hangat tapi bisa dingin juga kalo sama-sama punya permasalah masing-masing. Kenapa kadang bisa hangat dan juga dingin sama bokap karna gue itu orangnya moody-an kalo lagi seneng ya bawaanya seneng kalo lagi badmood gitu kesiapa aja kena, termasuk bokap gue. Bokap gue kurang memberikan respon ke gue kalo ada masalah kayak masalah pacar, temen, atau kuliah tapi kalo soal materi, lumayanlah. Gue ngerasa deket sama bokap kalo lagi ngerasa kalo bokap lagi berpihak ke gue misalnyabokap tau gue lagi cape atau lagi sibuk ngerjain tugas, dia belain gue dengan nyuruh kakak gue buat gantiin gue beres-beres rumahdan bokap bisa nyenengin atau ngertiin gue tapi kalo lagi ngga ngedukung gue atau bikin kesel ya kadang bisa berubah jadi dingin, gitulah hubungan gue sama bokap gue. Gue kurang tau kalo soal kepercayaan. Soalnya gue jarang curhat masalah pacar, kuliah, atau apapun ke bokap. Soalnya bokap kalo udah dengerin keluhan gue pasti jadi beban pikiran dia Makanya jarang cerita, gue paling cerita ke kakak gue yang pertama”. (dalam wawancara pribadi, 27 Maret 2013)

Dapat disimpulkan bahwa N merasa tidak nyaman mengekspresikan

masalah-masalah yang sifatnya pribadi dengan ayah sebagai pengganti ibu.

Namun disisi lain, N menilai ayah sebagai pengganti ibu cukup mampu peduli

dan mengerti akan keinginan-keinginan N. Artinya, hanya beberapa masalah saja

yang nyaman untuk diceritakan kepada ayahnya namun menjadi tidak nyaman

bila terkait dengan masalah pribadi.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

Kualitas hubungan remaja dengan ayah setelah ibu meninggal merupakan

sumber emosional dan kognitif bagi remaja. Hubungan tersebut dapat memberi

kesempatan bagi remaja dan ayah untuk menjadi lebih dekat satu sama lain.

Hubungan remaja dan ayah dapat menjadi model dalam hubungan selanjutnya

dan dari hubungan tersebut bisa menjadikan remaja secure dan tidak secure

dilingkungan sosialnya. Kelekatan remaja dengan ayah yang secure akan

menjadikan remaja lebih dewasa. Saat dewasa nanti, mereka yang memperoleh

secure attachment memiliki kemampuan untuk berbagi perasaan dengan orang

lain (McCarthy G, 1999). Sedangkan kelekatan antara remaja dan ayah yang

insecure dapat menjadi akar dari berbagai masalah kriminal dan sosial yang

marak terjadi di masyarakat umum.

Kelekatan yang secure, cenderung menilai ayahnya sebagai figur yang

hangat dan penuh kasih sayang. Remaja juga nyaman kepada ayahnya, menjalin

hubungan yang menyenangkan dengan ayahnya serta memiliki rasa percaya diri

dan ayahnya merupakan sumber dukungan bagi remaja. Remaja yang memiliki

pola secure attachment dapat melakukan aktifitas bersama dengan ayahnya dan

ayahpun dapat bereaksi lebih cepat terhadap kebutuhan anak mereka daripada

remaja dengan orangtua yang memiliki pola insecure attachment.

Ketika ibu meninggal, remaja harus mampu mengembangkan kelekatan yang

baru dengan figur yang berbeda yaitu, ayah, terutama bagi remaja yang terbiasa

dekat dengan ibu. Remaja dengan ayah yang memiliki pola kelekatan yang

insecure (Anxious attachment) akan memiliki pandangan bahwa orangtua tidak

sensitif, orangtua kurang responsif terhadap kebutuhan anaknya, menjalin

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

hubungan dengan orangtua meskipun sebenarnya tidak nyaman bersama

orangtua. Remaja cenderung mudah curiga terhadap orang asing. Sedangkan

yang insecure (Avoidant attchment), remaja beranggapan bahwa orangtua tidak

memberikan perhatian, hubungan dengan orangtua relatif dingin, merasa tidak

nyaman saat bersama orangtua, dan sulit untuk percaya dengan orangtua.

Remaja yang terbiasa dekat dengan ibu, namun ketika ibu meninggal, secara

otomatis remaja harus mampu mengembangkan kelekatan yang secure terhadap

ayahnya sebagai pengganti ibu, agar di lingkungan sosialnya pun remaja bisa

lebih empatik, mampu berbagi perasaan dengan orang lain dan mampu

menikmati hubungan intim. Sebaliknya, remaja dengan pola insecure avoidant

dan anxious attachment sering merasa enggan menjalin hubungan yang dekat

dengan orang lain dan khawatir bahwa pasangan mereka tidak membalas

perasaan mereka, mengalami kesulitan dengan hubungan intim dan dekat dengan

oranglain. Dari uraian diatas, peneliti ingin melihat gambaran attachment remaja

terhadap ayah ketika ibu sudah meninggal.

1.2. Identifikasi Masalah

Idealnya keluarga utuh terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Mereka pun

menjalankan peran dan tugas mereka masing-masing. Ayah memiliki peran

sebagai kepala rumah tangga yang bertanggungjawab menafkahi istri dan anak.

Sedangkan ibu memiliki peran mengurus suami, anak, dan keadaan

rumahtangganya. Dengan kebersamaan yang utuh ayah, ibu, dan anak dapat

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

membangun kelekatan yang erat meskipun keluarga yang utuhpun terkadang

belum mampu membangun kelekatan yang erat.

Namun ketika ibu telah meninggal, secara otomatis ayah menjadi pengasuh

utama. Remaja yang terbiasa dekat dengan ibu, tiba-tiba harus mengembangkan

kelekatan yang baru dengan figur yang berbeda, yaitu ayah cenderung

membutuhkan waktu untuk membangun kelekatan baru tersebut. Ada remaja

yang tidak mampu mengembangkan kelekatan dengan ayah, karena ayah

cenderung abusif dan tidak peduli dengan kesejahteraan psikologis remaja namun

sebaliknya ada juga remaja yang mampu membangun kelekatan baru yang

nyaman dengan figur pengganti ibu yaitu ayah.

Remaja yang mampu mengembangkan kelekatan yang secure dengan ayah

sebagai pengganti ibu cenderung menilai ayah figur yang hangat, penuh kasih

sayang, dan menyenangkan. Sementara yang memiliki kelekatan insecure

avoidant atau anxious attachment menilai ayah sebagai figur yang tidak sensitif

terhadap anak, kurang responsif, tidak memberikan perhatian, dan sukar untuk

mempercayai orangtua, bahkan bisa bertingkahlaku abusif.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui :

Mengetahui gambaran attachment remaja terhadap ayah setelah ibu

meninggal.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi dan masukan

terhadap disiplin Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan. Penelitian

ini diharapkan mampu menjelaskan mengenai attachment yang terjalin antara

remaja dengan ayah setelah ibu meninggal.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat

pada :

a. Bagi Remaja dan Ayah

Tulisan ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang gambaran

attachment remaja terhadap ayah setelah kematian ibu.

b. Bagi Pembaca dan Masyarakat

Melalui tulisan ini diharapkan mampu memberikan informasi dan wawasan

baru serta pengetahuan bagi pembaca dan masyarakat mengenai attachment

remaja kepada ayah setelah ibu meninggal.

1.5 Kerangka Berpikir

Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Masa remaja juga merupakan masa yang penting dalam perkembangan remaja.

Remaja membutuhkan figur ibu, sebagai figur utama dalam pengasuhan

keluarga. Menurut Bowlby (dalam Liliana, 2009) tokoh ibu menjadi sosok yang

cukup sentral dalam relasi antara remaja dan orang tua. Bahkan dalam sebuah

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

keluarga seringkali yang dipersepsikan sebagai keluarga oleh anak-anak adalah

tokoh ibu. Kebanyakan orang mengasosiasikan ibu memiliki kualitas seperti

hangat, tidak mementingkan diri sendiri, menjalankan kewajibannya dengan

setia, dan toleran (Liliana, 2009). Ketika ibu meninggal, akan memberikan

perubahan yang besar bagi anggota keluarga khusunya remaja.

Ketika ibu meninggal, remaja akan mengalami duka cita atas kematian ibu

yaitu seperti shock, sedih, dunia hampa, rasa rindu, kehilangan dan kesepian.

Kematian ibu juga memberikan perubahan dalam keluarga antara lain, keluarga

tidak berperan optimal, bahkan hadirnya orang baru dalam keluarga, namun

disisi lain hubungan dengan saudara menjadi lebih solid. Setelah ibu meninggal

remaja dituntut untuk mulai menjalin dan mengembangkan (attachment)

kelekatan baru dengan figur pengganti ibu yaitu, ayah (Puji Astuti, 2009).

Menurut Bowlby (dalam Santrock 2002) attachment (kelekatan) adalah

adanya suatu relasi atau hubungan antara figur sosial tertentu dengan suatu

fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik.

Attachment (kelekatan) akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan

manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti

ibu. Sementara itu, menurut Ainsworth (1969) attachment (kelekatan) adalah

ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat

spesifik, mengikat mereka dalan suatu attachment yang bersifat kekal sepanjang

waktu. Artinya, bila dikaitkan dengan penelitian ini maka kelekatan atau ikatan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

emosional antara remaja dengan ayah sebagai pengganti ibu juga dapat mengikat

hubungan keduanya dalam suatu attachment (kelekatan) yang bersifat abadi.

Kelekatan antara remaja dengan ayah dapat membentuk pola secure

attachment atau insecure attachment. Remaja yang memiliki secure attachment

dengan ayah cenderung memiliki pandangan nyaman saat bersama ayah, remaja

tidak sepenuhnya bergantung pada ayah, memandang ayah sebagai figur yang

hangat dan penuh kasih sayang, menjalin hubungan yang menyenangkan dengan

ayah, memiliki rasa percaya diri dan ayah merupakan sumber dukungan bagi

remaja.

Sebaliknya remaja yang memiliki insecure anxious attachment cenderung

menilai ayah tidak sensitif, kurang responsif, tidak bersikap adil, dan merasa

tidak nyaman dengan remaja. Selain anxious attachment, remaja yang memiliki

pola insecure avoidant attachment juga menilai ayah yang tidak memberikan

perhatian, mengalami penolakan, hubungan relatif dingin, tidak ingin menjalin

hubungan dekat, dan sukar untuk mempercayai ayahnya.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.pdf1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan

 

 

Tabel 1.1. Kerangka Berpikir

Remaja

Ibu Meninggal

Reaksi-reaksi:

-Shock -Sedih

-Dunia Hampa -Kehilangan

-Rasa Rindu -Kesepain

Ayah Pengganti

Secure Attachment:

- Nyaman bersama Ayah

- Orangtua sbg Figur yang Hangat dan Penuh Kasih Sayang

- Menjalin Hubungan yang Menyenangkan

- Orangtua sebagai sumber dukungan

Insecure Attachment:

- Orangtua tidak responsif

- Orangtua tidak bersikap Adil

- Merasa Cemas Diabaikan

- Orangtua tidak Memberika Perhatian

- Mengalami Penolakan

- Hubungan Relatif Dingin

- Tidak Menjalin Hubungan dekat