bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu dari industri terbesar di dunia yang menyumbang kontribusi yang signifikan bagi Produk Domestik Bruto di beberapa negara dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar. Industri ini juga memiliki potensi tumbuh lebih besar lagi mengingat kemudahan akses setiap negara untuk masuk ke industri pariwisata ini. Pertumbuhan wisatawan dunia tahun 2012 lalu mencapai 4% atau sebanyak 1,03 miliar wisatawan dari 995 juta orang di tahun 2011 (WTTC, 2013). Dari sepuluh negara most visited by international tourist di tahun 2012, tempat tertinggi diduduki oleh Perancis dengan kunjungan 83 juta wisatawan. Dalam daftar tersebut, terdapat tujuh negara dari kawasan Eropa, dua negara dari benua Asia yaitu China (57,7 juta) dan Malaysia (25 juta), serta satu negara dari benua Amerika yaitu Amerika Serikat (67 juta) (UNWTO, 2013). Besarnya industri pariwisata dapat diukur dari kontribusi industri ini terhadap GDP yang secara worldwide menghasilkan devisa US$ 1,3 triliun secara langsung dan berkontribusi 9,3% dari keseluruhan GDP dunia (langsung, tidak langsung dan ikutan sektor). Amerika Serikat memperoleh nilai terbesar dengan US$ 126,2 miliar, kemudian Spanyol dengan US$59,9 miliar, dan Perancis US$54,4 miliar (UNWTO, 2013). PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA YOGYAKARTA JAKA SUSANTA Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: phungnga

Post on 09-Jun-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri pariwisata merupakan salah satu dari industri terbesar di dunia

yang menyumbang kontribusi yang signifikan bagi Produk Domestik Bruto di

beberapa negara dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar.

Industri ini juga memiliki potensi tumbuh lebih besar lagi mengingat kemudahan

akses setiap negara untuk masuk ke industri pariwisata ini. Pertumbuhan

wisatawan dunia tahun 2012 lalu mencapai 4% atau sebanyak 1,03 miliar

wisatawan dari 995 juta orang di tahun 2011 (WTTC, 2013).

Dari sepuluh negara most visited by international tourist di tahun 2012,

tempat tertinggi diduduki oleh Perancis dengan kunjungan 83 juta wisatawan.

Dalam daftar tersebut, terdapat tujuh negara dari kawasan Eropa, dua negara dari

benua Asia yaitu China (57,7 juta) dan Malaysia (25 juta), serta satu negara dari

benua Amerika yaitu Amerika Serikat (67 juta) (UNWTO, 2013).

Besarnya industri pariwisata dapat diukur dari kontribusi industri ini

terhadap GDP yang secara worldwide menghasilkan devisa US$ 1,3 triliun secara

langsung dan berkontribusi 9,3% dari keseluruhan GDP dunia (langsung, tidak

langsung dan ikutan sektor). Amerika Serikat memperoleh nilai terbesar dengan

US$ 126,2 miliar, kemudian Spanyol dengan US$59,9 miliar, dan Perancis

US$54,4 miliar (UNWTO, 2013).

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

2

Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat dalam industri pariwisata

pada tahun 2013, industri pariwisata mempekerjakan 102 juta orang sebagai

pekerja langsung dan menjadi sektor terbesar kedua setelah pendidikan

(education). Apabila sektor tidak langsung dan ikutannya juga diukur, akan

mencapai 266 juta pekerjaan dan mencapai 8,8% dari total pekerja di dunia

(WTTC, 2013).

Untuk ukuran sepuluh negara most visited di kawasan Asia, China dan

Malaysia menduduki posisi pertama dan kedua, kemudian posisi ketiga adalah

Thailand dengan 22,3 juta, Korea Selatan di posisi keempat dengan 11,1 juta, dan

Jepang pada posisi kelima dengan 8,3 juta wisatawan. Indonesia berada pada

posisi keenam dengan 8,0 juta wisatawan.

Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan dengan pertumbuhan yang

sangat tinggi yang mencapai tujuh persen dengan jumlah wisatawan mencapai

233,5 juta pada tahun 2012. Apabila dilihat pertumbuhan dari tahun 2010 ke 2011

dan 2011 ke 2012, Thailand konsisten tumbuh dengan 20,7% dan 16,2%.

Sedangkan pertumbuhan Korea Selatan dalam tahun tersebut mencapai 11,3% dan

13,7%. (WTTC, 2013).

Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi mendorong

pertumbuhan industri pariwisata dengan kemampuannya menyebarkan informasi

akan suatu destinasi, salah satunya melalui media sosial seperti Facebook,

Twitter, Path, dan sebagainya. Penyebaran informasi ini telah mendorong

pertumbuhan demand dan menjadi media pemasaran yang semakin meningkat

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

3

peranannya. Teknologi informasi khususnya internet, telah meningkatkan

kemudahan dalam melakukan akses pemesanan tiket perjalanan dan akomodasi

yang membuat kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan perjalanan. Agen

perjalanan konvensional mulai masuk ke media internet ini seperti panorama-

tours.com setelah jenis layanan penjualan tiket perjalanan dan hotel melalui

website seperti booking.com, agoda, dan sebagainya sangat diminati para

travelers.

Teknologi informasi dan komunikasi juga telah mempengaruhi

pengetahuan dan perilaku para travelers. Wisatawan masa kini telah sangat

berpengalaman dan mandiri, terdidik secara baik dan mampu melakukan

pencarian informasi yang diinginkan atas sebuah destinasi (King, 2002).

Wisatawan sering kali telah memiliki pengetahuan yang cukup saat memutuskan

untuk melakukan perjalanan dan tidak lagi mengandalkan tawaran dari agen

perjalanan.

Sektor industri pariwisata di Indonesia menjadi salah satu dari lima besar

penyumbang devisa yang signifikan bagi Indonesia. Pada tahun 2010, devisa dari

sektor pariwisata menyumbang US$7,60 miliar dan menempati urutan kelima

sebagai penyumbang devisa negara setelah migas, kelapa sawit, batubara, dan

karet olahan. Menurut LAK-Kemenparekraf, kontribusi sektor pariwisata terhadap

produk domestik bruto nasional pada tahun 2012 mencapai 3,9% dengan jumlah

penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara mencapai US$9,12 miliar dari

kunjungan 8,04 juta orang wisatawan (Kemenparekraf, 2013).

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

4

Sektor pariwisata di Indonesia juga berkontribusi signifikan terhadap

penciptaan tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan

ikutan sektor pariwisata mencapai 9,77 juta orang atau 8,81% dari total

penyerapan tenaga kerja nasional. Sedangkan produktivitas yang dihasilkan oleh

tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata mencapai

Rp34,6 juta per tenaga kerja per tahun.

Pembangunan pariwisata dunia dan juga diadopsi oleh pariwisata

Indonesia mengamanatkan etos dan prinsip pemasaran pariwisata yang

bertanggung jawab (responsible tourism marketing) (Janita, 2011). Etos dan

prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab mengintegrasikan

pemasaran pariwisata dengan tujuan pembangunanan kepariwisataan yang

berkelanjutan, yaitu menyeimbangkan kebutuhan wisatawan dengan perlindungan

sumber daya sosial, budaya, dan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan

masyarakat lokal. Perencanaan strategis pariwisata mencakup pendekatan yang

terintegrasi atas pengelolaan destinasi yang berkelanjutan dan membuat rasa

memiliki pada seluruh pemangku kepentingan/stakeholder (Cooper, 2002).

Perubahan konsumen di masa depan memiliki tren menurut Kotler dan

Keller (2012) sebagai berikut: meningkatnya daya beli konsumen (consumer

buying power), ketersediaan informasi yang lengkap (consumer information),

partisipasi aktif konsumen (consumer participation), dan resistensi konsumen

(consumer resistance).

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

5

Pemasaran pariwisata memiliki ciri-ciri yang khas sebagai berikut (Martin,

1989 dan Morrison, 2010):

a. Produk pariwisata sangat dominan unsur jasa dan pelayanan. Sifat jasa yang

tidak kasat mata (intangible) dan kualitas layanan yang tidak mudah

distandarisasi (variable) menyebabkan faktor penyedia jasa dan pengendalian

kualitas menjadi faktor penentu keberhasilan pemasaran produk pariwisata.

b. Sisi penawaran yang bersifat kaku (rigid) sedangkan sisi permintaan yang

berfluktuasi. Kapasitas penawaran produk pariwisata tidak mudah dikurangi

atau ditambah seperti kapasitas hotel, jumlah kursi penerbangan, kapasitas

rumah makan, dan sebagainya. Disisi lain, permintaan mudah berubah-ubah

atau musiman seperti hari libur, kondisi cuaca, pengaruh bencana alam, atau

sebagainya.

c. Karakteristik ‘people contact’ dan ‘nature contact’ yang kuat dikarenakan

produk dan penyedia jasa seringkali merupakan pihak yang sama atau sangat

dekat berhubungan.

Dalam era global, destinasi bersaing secara worldwide sehingga keunikan

sebagai suatu produk perlu ditingkatkan dan dikomunikasikan (Buhalis 2000).

Dalam menghadapi tantangan daya saing, sebuah destinasi harus meningkatkan

diversifikasi produk dan mencari pasar baru. Hal tersebut tentu memerlukan

komitmen yang kuat dari para stakeholders dan proses perencanaan destinasi yang

fleksibel.

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

6

Evolusi pengembangan suatu destinasi yang digabungkan dengan posisi

kompetitif akan menentukan strategi yang akan dipilih untuk destinasi yang

berkelanjutan (Cooper, 2002). Apabila diperlukan dapat ditinjau kembali model

perencanaan strategis yang telah ditetapkan sehingga perlu menganalisis posisi

destinasi saat ini, melihat kembali visi dan misi, pembaharuan program dan aksi,

serta proses evaluasi kinerja destinasi.

Strategi pengembangan pariwisata Indonesia tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, yang mengatur kebijakan

pembangunan kepariwisataan meliputi destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata,

industri pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan.

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengadopsi kebijakan PP

Nomor 50 tersebut dalam Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2012 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2012-2025. Dalam peraturan daerah tersebut, telah ditetapkan

visi pembangunan kepariwisataan daerah adalah terwujudnya Yogyakarta sebagai

destinasi pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara, berkelas dunia,

berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah untuk

kesejahteraan masyarakat. Adapun misi pembangunan kepariwisataan daerah

adalah sebagai berikut:

a. mewujudkan kepariwisataan berbasis budaya yang kreatif dan inovatif;

b. mengembangkan daya tarik wisata berbasis budaya;

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

7

c. meningkatkan daya saing pariwisata pada tingkat nasional maupun global

sehingga mampu meningkatkan jumlah kunjungan;

d. mengembangkan tujuan wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,

dan berwawasan lingkungan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat;

e. mengembangkan pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung

jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara maupun

mancanegara;

f. mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, mampu

menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab atas kelestarian dan

keseimbangan lingkungan alam dan sosial budaya;

g. mengembangkan organisasi kelembagaan Pemerintah Daerah, Pemerintah

Kabupaten/Kota, swasta, dan masyarakat;

h. mengembangkan sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional

yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya kepariwisataan

yang berkelanjutan; dan

i. mewujudkan masyarakat sadar wisata untuk mendukung tercapainya Sapta

Pesona.

Dengan diberlakukannya Pasar Bebas ASEAN pada tahun 2015, pasar

kawasan regional akan menjadi boundaryless yang juga memberikan peluang

yang sangat besar bagi pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia termasuk

Yogyakarta. Wisatawan dari Candi Angkor Wat di Siem Reap (Cambodia) dapat

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

8

langsung berkunjung ke Candi Prambanan di Yogyakarta, atau dari Istana Raja

Selangor di Malaysia wisatawan dapat langsung memilih berkunjung ke Keraton

Yogyakarta.

Yogyakarta telah membangun branding kepariwisataan yang kuat dengan

tagline Jogja “Never Ending Asia” yang sejak tahun 2001 telah memposisikan

Yogyakarta sebagai destinasi yang mampu bersaing di tingkat internasional.

Branding pariwisata Yogyakarta masih terfokus pada target wisatawan

mancanegara sebagai upaya untuk mewujudkan pariwisata Yogyakarta sebagai

destinasi terkemuka di Asia Tenggara dan berkelas dunia.

1.2 Perumusan Masalah

Perkembangan industri pariwisata di dunia yang tumbuh 4% dengan titik

utama pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik yang mencapai 7% memberikan

harapan yang sangat besar bagi dunia pariwisata di Indonesia. Dengan jumlah

wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia sebanyak delapan juta,

masih menempati urutan keenam di tingkat Asia Pasifik, terpaut jauh dengan

Malaysia yang dikunjungi 25 juta wisatawan mancanegara dan menempati posisi

kedua setelah China (WTTC, 2013). Disisi lain potensi wisatawan domestik

masih sangat besar, dimana pada tahun 2012 telah mencapai 245 juta wisatawan

dengan total nilai industri mencapai Rp321,5 triliun, berkontribusi 3,98% dari

total pendapatan domestik bruto di tahun 2012 (Kemenparekraf, 2013).

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

9

Salah satu konsep dalam menjaga pariwisata yang berkelanjutan adalah

dengan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas dengan mengukur length

of stay dari pada banyaknya jumlah wisatawan (Billington, 2008). Yogyakarta

telah lama dikenal sebagai provinsi dengan beragam destinasi wisata, baik

destinasi alam, destinasi budaya, maupun destinasi buatan manusia yang

mempunyai potensi sangat besar. Apabila diukur dari tamu yang menginap di

hotel berbintang maupun non bintang, Yogyakarta memperoleh kunjungan

sebanyak 3,68 juta wisatawan mancanegara dan domestik dan menduduki

peringkat ke-6 dari 10 provinsi dengan kunjungan wisatawan terbanyak pada

tahun 2008.

Namun, pada tahun 2012, posisi Yogyakarta telah bergeser menurun

menjadi nomor ke-7 dan memiliki tingkat pertumbuhan paling rendah yaitu 15%

selama lima tahun diantara 10 besar seperti pada tabel berikut:

Tabel 1.1: Total Tamu pada Hotel Berbintang dan Non Bintang Tahun 2008 dan 2012

2008 2012 Growth

1 Jawa Barat 6.705.825 Jawa Barat 10.806.605 61%

2 DKI Jakarta 5.225.333 DKI Jakarta 8.718.015 67%

3 Jawa Timur 4.721.218 Jawa Timur 7.294.460 55%

4 B a l i 4.444.684 B a l i 6.810.175 53%

5 Jawa Tengah 3.627.378 Jawa Tengah 6.310.982 74%

6 DI Yogyakarta 3.200.555 Sumatera Utara 3.901.978 122%

7 R i a u 1.794.583 DI Yogyakarta 3.685.413 15%

8 Sumatera Utara 1.753.964 Kepulauan Riau 2.532.002 78%

9 Kepulauan Riau 1.419.723 Kalimantan Timur 2.255.671 72%

10 Kalimantan Timur 1.315.150 R i a u 2.175.810 21%

Sumber: BPS, 2013.

Apabila dilihat dari tingkat hunian (occupation rate) ditahun 2008 dan 2012

masing masing adalah 60,3% dan 60,7% terlihat masih terdapat ruang untuk

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

10

tumbuh (Diparta DIY, 2013). Dengan demikian, pertumbuhan jumlah wisatawan

yang tidak setinggi daerah lain menunjukkan perlunya menelaah keunggulan

kompetitif Yogyakarta sebagai destinasi wisata yang unggul.

Secara natural dan historis Yogyakarta merupakan wilayah yang potensial

bagi industri pariwisata dengan banyaknya keunggulan antara lain:

a) Yogyakarta merupakan destinasi yang masih kuat mememihara heritage,

dengan destinasi bangunan buatan manusia yang berskala internasional

seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

b) Yogyakarta terletak di tengah Pulau Jawa yang memiliki fasilitas bandara dan

jalan raya yang memudahkan aksesibilitas para wisatawan.

c) Mempunyai destinasi alam yang lengkap dari gunung, pantai, hutan, dan lain-

lain.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana teknologi informasi dan komunikasi memberikan pengaruh

terhadap pengalaman berwisata di Yogyakarta?

2. Apakah teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi komponen penting

dalam strategi pengembangan pariwisata Yogyakarta yang tertuang dalam

Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata

Yogyakarta?

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

11

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini diperlukan sebagai masukan bagi program pengembangan

pariwisata di Yogyakarta antara lain:

1. Mengidentifikasi pengaruh teknologi informasi dan komunikasi terhadap

pengalaman berwisata di Yogyakarta.

2. Mengevaluasi strategi pengembangan pariwisata Yogyakarta yang tertuang

dalam Perda Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan

Pariwisata Yogyakarta telah memasukkan komponen teknologi informasi dan

komunikasi dalam pengembangan pariwisata Yogyakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

meningkatkan kualitas perencanaan yang lebih implementable serta kebijakan

yang lebih tepat sasaran dan sesuai dengan perkembangan dan dinamika

terbaru dalam sektor pariwisata.

b. Bagi pelaku industri pariwisata, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai

referensi yang dapat meningkatkan kapabilitas dan kualitas layanan mereka

dalam meningkatkan keunggulan kompetitif serta mendorong pertumbuhan

industri pariwisata di masa depan.

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

12

c. Bagi masyarakat luas, penelitian ini akan menjadikan tambahan referensi

hasil kajian dan penelitian atas pengaruh teknologi dan perkembangan

industri pariwisata di Yogyakarta.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan telaah dan kajian atas pengaruh teknologi

informasi dan komunikasi terhadap pengalaman berwisata termasuk pengambilan

keputusan dalam pemilihan destinasi wisata, hingga peningkatan pengalaman dan

kepuasan dalam berwisata di destinasi utama di Yogyakarta. penelitian dilakukan

dengan kajian literatur dan konsep yang telah ada, serta dilakukan dengan

kuesioner dan wawancara dengan wisatawan sebagai pemeran utama dalam

menilai pengalaman berwisata, para pelaku industri pariwisata seperti pengelola

hotel, pengelola destinasi wisata, dan agen perjalanan.

Selanjutnya dilakukan kajian atas strategi pengembangan pariwisata Yogyakarta

yang tertuang dalam Perda No. 1 tahun 2012 dalam kaitannya dengan komponen

teknologi informasi dan komunikasi yang dapat menunjang pengembangan

pariwisata. Kajian dilakukan dengan telaah dokumen, wawancara dengan pejabat

dinas Pariwisata Daerah tingkat Provinsi dan daerah tingkat II sebagai pengambil

kebijakan.

Penelitian dilakukan dengan metode analisis dan framework “Co-creating

the destination experience” dari Prahalad dan Ramaswami yang memetakan Co-

creation process meliputi: tourism suppliers, tourism consumer, dan tourism co-

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

13

consumers. Dengan berbasis pada framework tersebut dilanjutkan dengan konsep

pengaruh teknologi yang dipaparkan Barbara Neuhofer bersama dengan Dimitrios

Buhalis dan Adele Ladkin yang menambahkan extended experience co-creation

space, physical and virtual co-creation.

1.7 Sistematika Penulisan

Secara garis besar penulisan tesis ini akan terdiri dari lima bagian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan berisi latar belakang yang menjelaskan mengenai kondisi dan

perkembangan industri pariwisata di dunia, Asia Tenggara, Indonesia termasuk

kontribusinya terhadap ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Lebih lanjut

dipaparkan perkembangan dan kontribusi industri pariwisata Yogyakarta,

perkembangan destinasi wisata (obyek wisata), dan beberapa permasalahan dan

kendala yang dihadapi. Beberapa faktor yang mempengaruhi industri pariwisata

serta potensi yang dapat mendorong pertumbuhan industri ini di masa depan.

Dengan latar belakang tersebut, selanjutnya bab ini menjelaskan mengenai

rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

ruang lingkup, dan sistematika penulisan.

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

14

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab Tinjauan Pustaka membahas teori-teori yang melandasi penelitian ini

dan menjadi acuan teori yang digunakan dalam analisis penelitian ini. Teori dan

konsep yang dimuat dalam berbagai jurnal yang kredibel serta beberapa dokumen

hasil seminar, buku, dan karya ilmiah lain yang relevan akan melengkapi kajian

pustaka penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan hasil penelitian-penelitian yang

telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang berkaitan dengan subyek

penelitian yang akan dilakukan. Dengan landasan teori dan penelitian terdahulu,

akan dapat dibuat kerangka penelitian yang menjadi dasar penyusunan kuesioner

dan wawancara.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab Metode Penelitian menjelaskan framework yang digunakan dalam

penelitian ini, metode pengumpulan data dan informasi, asumsi dasar serta faktor

faktor yang mempengaruhinya.

BAB IV: PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan menjelaskan deskripsi situasi dan

perubahan yang terjadi pada sisi wisatawan sebagai konsumer, destinasi sebagai

produser penyedia produk wisata, industri pariwisata yang diwakili hotel, serta

pandangan para pejabat di Pemerintah Daerah sebagai pembuat kebijakan. Dalam

bab ini juga akan dipaparkan sejumlah potensi dan alternatif solusi yang akan

mendorong peningkatan kualitas dan mendukung pertumbuhan industri pariwisata

Yogyakarta di masa mendatang.

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92088/potongan/S2-2015-341327...US$ 126,2 miliar, ... Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat

15

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

Bab penutup berisi simpulan penelitian yang diperoleh dari pembahasan

hasil penelitian pada Bab IV. Setelah diperoleh simpulan dari penelitian ini, maka

bab ini juga memberikan penjelasan mengenai implikasi penelitian, keterbatasan

penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.

PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/