bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Industri pariwisata merupakan salah satu dari industri terbesar di dunia
yang menyumbang kontribusi yang signifikan bagi Produk Domestik Bruto di
beberapa negara dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar.
Industri ini juga memiliki potensi tumbuh lebih besar lagi mengingat kemudahan
akses setiap negara untuk masuk ke industri pariwisata ini. Pertumbuhan
wisatawan dunia tahun 2012 lalu mencapai 4% atau sebanyak 1,03 miliar
wisatawan dari 995 juta orang di tahun 2011 (WTTC, 2013).
Dari sepuluh negara most visited by international tourist di tahun 2012,
tempat tertinggi diduduki oleh Perancis dengan kunjungan 83 juta wisatawan.
Dalam daftar tersebut, terdapat tujuh negara dari kawasan Eropa, dua negara dari
benua Asia yaitu China (57,7 juta) dan Malaysia (25 juta), serta satu negara dari
benua Amerika yaitu Amerika Serikat (67 juta) (UNWTO, 2013).
Besarnya industri pariwisata dapat diukur dari kontribusi industri ini
terhadap GDP yang secara worldwide menghasilkan devisa US$ 1,3 triliun secara
langsung dan berkontribusi 9,3% dari keseluruhan GDP dunia (langsung, tidak
langsung dan ikutan sektor). Amerika Serikat memperoleh nilai terbesar dengan
US$ 126,2 miliar, kemudian Spanyol dengan US$59,9 miliar, dan Perancis
US$54,4 miliar (UNWTO, 2013).
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Dilihat dari sektor tenaga kerja yang terlibat dalam industri pariwisata
pada tahun 2013, industri pariwisata mempekerjakan 102 juta orang sebagai
pekerja langsung dan menjadi sektor terbesar kedua setelah pendidikan
(education). Apabila sektor tidak langsung dan ikutannya juga diukur, akan
mencapai 266 juta pekerjaan dan mencapai 8,8% dari total pekerja di dunia
(WTTC, 2013).
Untuk ukuran sepuluh negara most visited di kawasan Asia, China dan
Malaysia menduduki posisi pertama dan kedua, kemudian posisi ketiga adalah
Thailand dengan 22,3 juta, Korea Selatan di posisi keempat dengan 11,1 juta, dan
Jepang pada posisi kelima dengan 8,3 juta wisatawan. Indonesia berada pada
posisi keenam dengan 8,0 juta wisatawan.
Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan dengan pertumbuhan yang
sangat tinggi yang mencapai tujuh persen dengan jumlah wisatawan mencapai
233,5 juta pada tahun 2012. Apabila dilihat pertumbuhan dari tahun 2010 ke 2011
dan 2011 ke 2012, Thailand konsisten tumbuh dengan 20,7% dan 16,2%.
Sedangkan pertumbuhan Korea Selatan dalam tahun tersebut mencapai 11,3% dan
13,7%. (WTTC, 2013).
Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi mendorong
pertumbuhan industri pariwisata dengan kemampuannya menyebarkan informasi
akan suatu destinasi, salah satunya melalui media sosial seperti Facebook,
Twitter, Path, dan sebagainya. Penyebaran informasi ini telah mendorong
pertumbuhan demand dan menjadi media pemasaran yang semakin meningkat
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
peranannya. Teknologi informasi khususnya internet, telah meningkatkan
kemudahan dalam melakukan akses pemesanan tiket perjalanan dan akomodasi
yang membuat kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan perjalanan. Agen
perjalanan konvensional mulai masuk ke media internet ini seperti panorama-
tours.com setelah jenis layanan penjualan tiket perjalanan dan hotel melalui
website seperti booking.com, agoda, dan sebagainya sangat diminati para
travelers.
Teknologi informasi dan komunikasi juga telah mempengaruhi
pengetahuan dan perilaku para travelers. Wisatawan masa kini telah sangat
berpengalaman dan mandiri, terdidik secara baik dan mampu melakukan
pencarian informasi yang diinginkan atas sebuah destinasi (King, 2002).
Wisatawan sering kali telah memiliki pengetahuan yang cukup saat memutuskan
untuk melakukan perjalanan dan tidak lagi mengandalkan tawaran dari agen
perjalanan.
Sektor industri pariwisata di Indonesia menjadi salah satu dari lima besar
penyumbang devisa yang signifikan bagi Indonesia. Pada tahun 2010, devisa dari
sektor pariwisata menyumbang US$7,60 miliar dan menempati urutan kelima
sebagai penyumbang devisa negara setelah migas, kelapa sawit, batubara, dan
karet olahan. Menurut LAK-Kemenparekraf, kontribusi sektor pariwisata terhadap
produk domestik bruto nasional pada tahun 2012 mencapai 3,9% dengan jumlah
penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara mencapai US$9,12 miliar dari
kunjungan 8,04 juta orang wisatawan (Kemenparekraf, 2013).
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Sektor pariwisata di Indonesia juga berkontribusi signifikan terhadap
penciptaan tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan
ikutan sektor pariwisata mencapai 9,77 juta orang atau 8,81% dari total
penyerapan tenaga kerja nasional. Sedangkan produktivitas yang dihasilkan oleh
tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata mencapai
Rp34,6 juta per tenaga kerja per tahun.
Pembangunan pariwisata dunia dan juga diadopsi oleh pariwisata
Indonesia mengamanatkan etos dan prinsip pemasaran pariwisata yang
bertanggung jawab (responsible tourism marketing) (Janita, 2011). Etos dan
prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab mengintegrasikan
pemasaran pariwisata dengan tujuan pembangunanan kepariwisataan yang
berkelanjutan, yaitu menyeimbangkan kebutuhan wisatawan dengan perlindungan
sumber daya sosial, budaya, dan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat lokal. Perencanaan strategis pariwisata mencakup pendekatan yang
terintegrasi atas pengelolaan destinasi yang berkelanjutan dan membuat rasa
memiliki pada seluruh pemangku kepentingan/stakeholder (Cooper, 2002).
Perubahan konsumen di masa depan memiliki tren menurut Kotler dan
Keller (2012) sebagai berikut: meningkatnya daya beli konsumen (consumer
buying power), ketersediaan informasi yang lengkap (consumer information),
partisipasi aktif konsumen (consumer participation), dan resistensi konsumen
(consumer resistance).
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Pemasaran pariwisata memiliki ciri-ciri yang khas sebagai berikut (Martin,
1989 dan Morrison, 2010):
a. Produk pariwisata sangat dominan unsur jasa dan pelayanan. Sifat jasa yang
tidak kasat mata (intangible) dan kualitas layanan yang tidak mudah
distandarisasi (variable) menyebabkan faktor penyedia jasa dan pengendalian
kualitas menjadi faktor penentu keberhasilan pemasaran produk pariwisata.
b. Sisi penawaran yang bersifat kaku (rigid) sedangkan sisi permintaan yang
berfluktuasi. Kapasitas penawaran produk pariwisata tidak mudah dikurangi
atau ditambah seperti kapasitas hotel, jumlah kursi penerbangan, kapasitas
rumah makan, dan sebagainya. Disisi lain, permintaan mudah berubah-ubah
atau musiman seperti hari libur, kondisi cuaca, pengaruh bencana alam, atau
sebagainya.
c. Karakteristik ‘people contact’ dan ‘nature contact’ yang kuat dikarenakan
produk dan penyedia jasa seringkali merupakan pihak yang sama atau sangat
dekat berhubungan.
Dalam era global, destinasi bersaing secara worldwide sehingga keunikan
sebagai suatu produk perlu ditingkatkan dan dikomunikasikan (Buhalis 2000).
Dalam menghadapi tantangan daya saing, sebuah destinasi harus meningkatkan
diversifikasi produk dan mencari pasar baru. Hal tersebut tentu memerlukan
komitmen yang kuat dari para stakeholders dan proses perencanaan destinasi yang
fleksibel.
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Evolusi pengembangan suatu destinasi yang digabungkan dengan posisi
kompetitif akan menentukan strategi yang akan dipilih untuk destinasi yang
berkelanjutan (Cooper, 2002). Apabila diperlukan dapat ditinjau kembali model
perencanaan strategis yang telah ditetapkan sehingga perlu menganalisis posisi
destinasi saat ini, melihat kembali visi dan misi, pembaharuan program dan aksi,
serta proses evaluasi kinerja destinasi.
Strategi pengembangan pariwisata Indonesia tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, yang mengatur kebijakan
pembangunan kepariwisataan meliputi destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata,
industri pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengadopsi kebijakan PP
Nomor 50 tersebut dalam Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2012 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012-2025. Dalam peraturan daerah tersebut, telah ditetapkan
visi pembangunan kepariwisataan daerah adalah terwujudnya Yogyakarta sebagai
destinasi pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara, berkelas dunia,
berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah untuk
kesejahteraan masyarakat. Adapun misi pembangunan kepariwisataan daerah
adalah sebagai berikut:
a. mewujudkan kepariwisataan berbasis budaya yang kreatif dan inovatif;
b. mengembangkan daya tarik wisata berbasis budaya;
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
c. meningkatkan daya saing pariwisata pada tingkat nasional maupun global
sehingga mampu meningkatkan jumlah kunjungan;
d. mengembangkan tujuan wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,
dan berwawasan lingkungan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
e. mengembangkan pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung
jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara maupun
mancanegara;
f. mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, mampu
menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab atas kelestarian dan
keseimbangan lingkungan alam dan sosial budaya;
g. mengembangkan organisasi kelembagaan Pemerintah Daerah, Pemerintah
Kabupaten/Kota, swasta, dan masyarakat;
h. mengembangkan sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional
yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya kepariwisataan
yang berkelanjutan; dan
i. mewujudkan masyarakat sadar wisata untuk mendukung tercapainya Sapta
Pesona.
Dengan diberlakukannya Pasar Bebas ASEAN pada tahun 2015, pasar
kawasan regional akan menjadi boundaryless yang juga memberikan peluang
yang sangat besar bagi pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia termasuk
Yogyakarta. Wisatawan dari Candi Angkor Wat di Siem Reap (Cambodia) dapat
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
langsung berkunjung ke Candi Prambanan di Yogyakarta, atau dari Istana Raja
Selangor di Malaysia wisatawan dapat langsung memilih berkunjung ke Keraton
Yogyakarta.
Yogyakarta telah membangun branding kepariwisataan yang kuat dengan
tagline Jogja “Never Ending Asia” yang sejak tahun 2001 telah memposisikan
Yogyakarta sebagai destinasi yang mampu bersaing di tingkat internasional.
Branding pariwisata Yogyakarta masih terfokus pada target wisatawan
mancanegara sebagai upaya untuk mewujudkan pariwisata Yogyakarta sebagai
destinasi terkemuka di Asia Tenggara dan berkelas dunia.
1.2 Perumusan Masalah
Perkembangan industri pariwisata di dunia yang tumbuh 4% dengan titik
utama pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik yang mencapai 7% memberikan
harapan yang sangat besar bagi dunia pariwisata di Indonesia. Dengan jumlah
wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia sebanyak delapan juta,
masih menempati urutan keenam di tingkat Asia Pasifik, terpaut jauh dengan
Malaysia yang dikunjungi 25 juta wisatawan mancanegara dan menempati posisi
kedua setelah China (WTTC, 2013). Disisi lain potensi wisatawan domestik
masih sangat besar, dimana pada tahun 2012 telah mencapai 245 juta wisatawan
dengan total nilai industri mencapai Rp321,5 triliun, berkontribusi 3,98% dari
total pendapatan domestik bruto di tahun 2012 (Kemenparekraf, 2013).
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
Salah satu konsep dalam menjaga pariwisata yang berkelanjutan adalah
dengan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas dengan mengukur length
of stay dari pada banyaknya jumlah wisatawan (Billington, 2008). Yogyakarta
telah lama dikenal sebagai provinsi dengan beragam destinasi wisata, baik
destinasi alam, destinasi budaya, maupun destinasi buatan manusia yang
mempunyai potensi sangat besar. Apabila diukur dari tamu yang menginap di
hotel berbintang maupun non bintang, Yogyakarta memperoleh kunjungan
sebanyak 3,68 juta wisatawan mancanegara dan domestik dan menduduki
peringkat ke-6 dari 10 provinsi dengan kunjungan wisatawan terbanyak pada
tahun 2008.
Namun, pada tahun 2012, posisi Yogyakarta telah bergeser menurun
menjadi nomor ke-7 dan memiliki tingkat pertumbuhan paling rendah yaitu 15%
selama lima tahun diantara 10 besar seperti pada tabel berikut:
Tabel 1.1: Total Tamu pada Hotel Berbintang dan Non Bintang Tahun 2008 dan 2012
2008 2012 Growth
1 Jawa Barat 6.705.825 Jawa Barat 10.806.605 61%
2 DKI Jakarta 5.225.333 DKI Jakarta 8.718.015 67%
3 Jawa Timur 4.721.218 Jawa Timur 7.294.460 55%
4 B a l i 4.444.684 B a l i 6.810.175 53%
5 Jawa Tengah 3.627.378 Jawa Tengah 6.310.982 74%
6 DI Yogyakarta 3.200.555 Sumatera Utara 3.901.978 122%
7 R i a u 1.794.583 DI Yogyakarta 3.685.413 15%
8 Sumatera Utara 1.753.964 Kepulauan Riau 2.532.002 78%
9 Kepulauan Riau 1.419.723 Kalimantan Timur 2.255.671 72%
10 Kalimantan Timur 1.315.150 R i a u 2.175.810 21%
Sumber: BPS, 2013.
Apabila dilihat dari tingkat hunian (occupation rate) ditahun 2008 dan 2012
masing masing adalah 60,3% dan 60,7% terlihat masih terdapat ruang untuk
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
tumbuh (Diparta DIY, 2013). Dengan demikian, pertumbuhan jumlah wisatawan
yang tidak setinggi daerah lain menunjukkan perlunya menelaah keunggulan
kompetitif Yogyakarta sebagai destinasi wisata yang unggul.
Secara natural dan historis Yogyakarta merupakan wilayah yang potensial
bagi industri pariwisata dengan banyaknya keunggulan antara lain:
a) Yogyakarta merupakan destinasi yang masih kuat mememihara heritage,
dengan destinasi bangunan buatan manusia yang berskala internasional
seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
b) Yogyakarta terletak di tengah Pulau Jawa yang memiliki fasilitas bandara dan
jalan raya yang memudahkan aksesibilitas para wisatawan.
c) Mempunyai destinasi alam yang lengkap dari gunung, pantai, hutan, dan lain-
lain.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana teknologi informasi dan komunikasi memberikan pengaruh
terhadap pengalaman berwisata di Yogyakarta?
2. Apakah teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi komponen penting
dalam strategi pengembangan pariwisata Yogyakarta yang tertuang dalam
Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Yogyakarta?
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini diperlukan sebagai masukan bagi program pengembangan
pariwisata di Yogyakarta antara lain:
1. Mengidentifikasi pengaruh teknologi informasi dan komunikasi terhadap
pengalaman berwisata di Yogyakarta.
2. Mengevaluasi strategi pengembangan pariwisata Yogyakarta yang tertuang
dalam Perda Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Yogyakarta telah memasukkan komponen teknologi informasi dan
komunikasi dalam pengembangan pariwisata Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
meningkatkan kualitas perencanaan yang lebih implementable serta kebijakan
yang lebih tepat sasaran dan sesuai dengan perkembangan dan dinamika
terbaru dalam sektor pariwisata.
b. Bagi pelaku industri pariwisata, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
referensi yang dapat meningkatkan kapabilitas dan kualitas layanan mereka
dalam meningkatkan keunggulan kompetitif serta mendorong pertumbuhan
industri pariwisata di masa depan.
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
c. Bagi masyarakat luas, penelitian ini akan menjadikan tambahan referensi
hasil kajian dan penelitian atas pengaruh teknologi dan perkembangan
industri pariwisata di Yogyakarta.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan telaah dan kajian atas pengaruh teknologi
informasi dan komunikasi terhadap pengalaman berwisata termasuk pengambilan
keputusan dalam pemilihan destinasi wisata, hingga peningkatan pengalaman dan
kepuasan dalam berwisata di destinasi utama di Yogyakarta. penelitian dilakukan
dengan kajian literatur dan konsep yang telah ada, serta dilakukan dengan
kuesioner dan wawancara dengan wisatawan sebagai pemeran utama dalam
menilai pengalaman berwisata, para pelaku industri pariwisata seperti pengelola
hotel, pengelola destinasi wisata, dan agen perjalanan.
Selanjutnya dilakukan kajian atas strategi pengembangan pariwisata Yogyakarta
yang tertuang dalam Perda No. 1 tahun 2012 dalam kaitannya dengan komponen
teknologi informasi dan komunikasi yang dapat menunjang pengembangan
pariwisata. Kajian dilakukan dengan telaah dokumen, wawancara dengan pejabat
dinas Pariwisata Daerah tingkat Provinsi dan daerah tingkat II sebagai pengambil
kebijakan.
Penelitian dilakukan dengan metode analisis dan framework “Co-creating
the destination experience” dari Prahalad dan Ramaswami yang memetakan Co-
creation process meliputi: tourism suppliers, tourism consumer, dan tourism co-
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
consumers. Dengan berbasis pada framework tersebut dilanjutkan dengan konsep
pengaruh teknologi yang dipaparkan Barbara Neuhofer bersama dengan Dimitrios
Buhalis dan Adele Ladkin yang menambahkan extended experience co-creation
space, physical and virtual co-creation.
1.7 Sistematika Penulisan
Secara garis besar penulisan tesis ini akan terdiri dari lima bagian sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan berisi latar belakang yang menjelaskan mengenai kondisi dan
perkembangan industri pariwisata di dunia, Asia Tenggara, Indonesia termasuk
kontribusinya terhadap ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Lebih lanjut
dipaparkan perkembangan dan kontribusi industri pariwisata Yogyakarta,
perkembangan destinasi wisata (obyek wisata), dan beberapa permasalahan dan
kendala yang dihadapi. Beberapa faktor yang mempengaruhi industri pariwisata
serta potensi yang dapat mendorong pertumbuhan industri ini di masa depan.
Dengan latar belakang tersebut, selanjutnya bab ini menjelaskan mengenai
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab Tinjauan Pustaka membahas teori-teori yang melandasi penelitian ini
dan menjadi acuan teori yang digunakan dalam analisis penelitian ini. Teori dan
konsep yang dimuat dalam berbagai jurnal yang kredibel serta beberapa dokumen
hasil seminar, buku, dan karya ilmiah lain yang relevan akan melengkapi kajian
pustaka penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan hasil penelitian-penelitian yang
telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu yang berkaitan dengan subyek
penelitian yang akan dilakukan. Dengan landasan teori dan penelitian terdahulu,
akan dapat dibuat kerangka penelitian yang menjadi dasar penyusunan kuesioner
dan wawancara.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab Metode Penelitian menjelaskan framework yang digunakan dalam
penelitian ini, metode pengumpulan data dan informasi, asumsi dasar serta faktor
faktor yang mempengaruhinya.
BAB IV: PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan menjelaskan deskripsi situasi dan
perubahan yang terjadi pada sisi wisatawan sebagai konsumer, destinasi sebagai
produser penyedia produk wisata, industri pariwisata yang diwakili hotel, serta
pandangan para pejabat di Pemerintah Daerah sebagai pembuat kebijakan. Dalam
bab ini juga akan dipaparkan sejumlah potensi dan alternatif solusi yang akan
mendorong peningkatan kualitas dan mendukung pertumbuhan industri pariwisata
Yogyakarta di masa mendatang.
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN
Bab penutup berisi simpulan penelitian yang diperoleh dari pembahasan
hasil penelitian pada Bab IV. Setelah diperoleh simpulan dari penelitian ini, maka
bab ini juga memberikan penjelasan mengenai implikasi penelitian, keterbatasan
penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP STRATEGI PENGEMBANGANPARIWISATA YOGYAKARTAJAKA SUSANTAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/