bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.uph.edu/812/4/chapter1.pdf · 2018. 7. 12. ·...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting semakin maju suatu bangsa tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan dan minuman bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar tetapi semakin kompleks. Konsumen semakin sadar bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan tubuh. Makanan merupakan suatu kebutuhan primer bagi manusia yang sangat penting kebutuhan akan makan dan minum yang disebut pangan, karena tanpa makanan dan minuman manusia tidak akan dapat bertahan hidup. Pangan adalah salah satu dari tiga kebutuhan primer yang paling mendasar. Namun bila diurutkan melalui skala priotitas nya dalam tiga kebutuhan primer tersebut berupa pangan, sandang, dan papan. Melihat dari skala prioritas diatas maka kebutuhan pangan baik yang berupa makanan dan minuman adalah menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Seiring semakin sibuk dan padatnya waktu manusia untuk mengelola makanan dan minumannya sendiri makanan siap saji dan makanan instant menjadi pilihan utama pelaku konsumen saat ini. Secara umum makanan dan minuman yang instant atau cepat saji tidak akan lepas dari proses pengawetan makanan terhadap makanan tersebut agar tahan

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

   

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting

semakin maju suatu bangsa tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang

akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan dan

minuman bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar tetapi semakin kompleks.

Konsumen semakin sadar bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan

kebutuhan zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral

untuk menjaga kesehatan tubuh.

Makanan merupakan suatu kebutuhan primer bagi manusia yang sangat

penting kebutuhan akan makan dan minum yang disebut pangan, karena tanpa

makanan dan minuman manusia tidak akan dapat bertahan hidup. Pangan adalah

salah satu dari tiga kebutuhan primer yang paling mendasar. Namun bila

diurutkan melalui skala priotitas nya dalam tiga kebutuhan primer tersebut berupa

pangan, sandang, dan papan. Melihat dari skala prioritas diatas maka kebutuhan

pangan baik yang berupa makanan dan minuman adalah menjadi hal yang sangat

dibutuhkan oleh manusia. Seiring semakin sibuk dan padatnya waktu manusia

untuk mengelola makanan dan minumannya sendiri makanan siap saji dan

makanan instant menjadi pilihan utama pelaku konsumen saat ini.

Secara umum makanan dan minuman yang instant atau cepat saji tidak

akan lepas dari proses pengawetan makanan terhadap makanan tersebut agar tahan

   

2  

lama dalam jangka waktu yang panjang. Secara umum pengawetan makanan

dapat dibagi dua yaitu menggunakan teknologi/metode dan penambahan bahan

pengawet.

Banyak cara dan teknologi yang telah dipakai dalam proses pengawetan,

pemilihan teknologi pengawetan didasarkan pada beberapa faktor antara lain

biaya, skala produksi, rentang waktu makanan tersebut dikonsumsi, cara

pengawetan tradisional yang paling mudah dan telah dikenal sejak dahulu yaitu

pengeringan1. Proses pengeringan dapat menggunakan sinar matahari maupun

menggunakan mesin-mesin pengering. Pemanfaatan sinar matahari dapat

menekan biaya sehingga proses ini dengan mudah ditemui pada masyarakat

tradisional misalnya untuk pengeringan ikan. Pemanfaatan mesin pengering

banyak digunakan dalam skala industri maupun laboratorium, kelebihannya yaitu

tidak tergantung cuaca dan prosesnya lebih bisa dikontrol.

Pemakaian bahan pengawet sintetis/buatan (preservative agents) Boraks,

Formalin adalah jenis bahan-bahan pengawet saat ini yang banyak digunakan,

terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemakaian bahan

pengawet yaitu jenis bahan pengawet dan dosis/ambang penggunaan-nya. Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah memiliki jenis bahan pengawet

yang diijinkan lengkap dengan dosis/ambang batasnya serta bahan pengawet yang

dilarang di Indonesia. Formalin/formaldehyde adalah salah satu bahan tambahan

makanan untuk pengawet yang sudah dilarang. Selain formalin masyarakat perlu

mewaspadai terhadap keberadaan bahan-bahan pengawet berikut ini dalam bahan

                                                                                                               1  Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan. Diunduh http://kbbi.web.id.  

   

3  

makanan sehari-hari: (a) Asam borat/boric acid atau boraks; (b) Asam salisilat

(salicylic acid) dan garamnya; (c) Dietilpirokarbonat(Diethylpyrocarbonate),

(DEPC); (d) Dulsin (Dulcin); (e) Kalium Khlorat (potassium chlorate);

(f) Kloramfenikol (chloramphenicol); (g) Minyak nabati yang dibrominasi

(brominated vegetable oils) 2.

Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan

oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun

2012 disertai dengan batasan maksimum penggunaannya. Di samping itu UU No.

18 tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan) Pasal 75 ayat 1 dan 2 beserta

penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan untuk membatasi

para pelaku usaha dalam penggunan zat-zat pengawet serta melindungi konsumen

agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi dan

tidak membahayakan konsumen.

Perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah menghasilkan

berbagai jenis serta variasi dari barang-barang dan/atau jasa yang dapat

dikonsumsi oleh masyarakat. Dengan perkembangan produk yang semakin luas

serta dengan adanya dukungan kemajuan teknologi telekomunikasi dan

informatika, dimana pergerakan arus transaksi barang dan/atau jasa yang melintasi

batas-batas wilayah suatu negara semakin luas, menyebabkan konsumen

berhadapan dengan penawaran berbagai jenis produk yang variatif, baik berupa

produk domestik maupun produk luar negeri.3

                                                                                                               2  Dwi Prayogo, “Jenis-Jenis Zat Aditif Berbahaya yang Terdapat Dalam Makanan”, diakses dari http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007 2 Oktober 2014, pukul 13.35  3  Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003). Hal. 11.

   

4  

Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai

bidang, termasuk dalam bidang pangan, kemajuan dalam teknologi ini membawa

dampak positif maupun negatif. Dampak positif dalam teknologi penggunaan

bahan pengawet sintetis/buatan tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan

kualitas pangan, juga meningkatkan hygiene, sanitasi, praktis dan lebih

ekonomis. Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar

bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat pengawet

sintetis/buatan yang berbahaya atau zat-zat lain yang terkandung dalam makanan

dan minuman.

Makanan siap saji atau makanan beku4 yang di produksi oleh industri

pengolaan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif

untuk mengawetkan serta memberikan cita rasa bagi produk tersebut makanan

yang telah beredar banyak jenis dari setiap kategori makanan. Namun dalam segi

positif penyajian makanan cepat saji memiliki nilai positif dalam masyarakat,

ketersediaan berbagai jenis makanan dan minuman siap saji ini akan memberikan

kemudahan bagi para konsumen dalam proses pemilihan jenis makanan dan

minuman yang telah disajikan dengan kualitas makanan yang praktis.

Dilihat dari sumber produksinya, Makanan siap saji5 dibagi menjadi tiga

kategori yaitu: makanan siap saji restoran, produk instan industri pabrik, dan

makanan masak industri rumah tangga atau biasa disebut dengan pedagang kaki

lima. Makanan cepat atau makanan instant makanan yang dikemas secara rapih

                                                                                                               4 makanan beku;makanan yg diawetkan dng proses pembekuan sehingga tahan lama. Diunduh http://kbbi.web.id 5 makanan yg pengolahannya dan penyajiannya dilakukan dng serba cepat. Diunduh http://kbbi.web.id

   

5  

dan bersih berupa plastik, kaleng, kaca, atau bahan lainnya ada yang berupa lauk

pauk, mie instant, susu, keju, santan, atau sosis6. Dampak negatif pada kategori

ini adalah yang paling tinggi karena dilihat dari faktor produksi yang digunakan,

kemasan yang dipakai, dan zat aditif7 yang ditambahkan, makanan instant ini

paling banyak mengandung bahan kimia yang berbahaya. Faktor produksi yang

berupa bahan mentah yang digunakan oleh produsen dapat berupa bahan yang

bergizi rendah. Selain itu sebagian besar produsen menggunakan kemasan yang

tidak sesuai dengan standart nasional Indonesia (SNI) pemilihan jenis kemasan

harus memperhatikan food grade dan food safety.8

Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan

adalah tampilan yang menarik, dan pertimbangan ekonomis. Bahan yang

digunakan selama ini berupa plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan

sosis), PVC/polyvinyl clorida9 untuk pembungkus kembang gula, kaleng makanan

buah, susu, dan makanan lauk pauk.10

Zat aditif yang digunakan banyak macam, mulai dari bahan pengawet,

pewarna, perasa hingga pemanis buatan terkandung dalam sebungkus makanan

instan. Penggunaan zat aditif yang berlebihan dan dikonsumsi secara terus

menerus dapat menimbulkan dampak negatif yang nyata bagi kesehatan. Dampak

negatif zat aditif yang terkandung dalam makanan cepat saji bisa terjadi sacara

                                                                                                               6   bentuk silinder panjang; daging cincang yg dibumbui dikemas dl selaput sehingga berbentuk silinder panjang. Diunduh http://kbbi.web.id.  7   zat;wujud;hakikat bahan; additif ; dihasilkan dg penambahan misal sbg penambah warna,pengawet pada makanan,penyedap rasa. Diunduh http://kbbi.web.id. 8  food grade ;istilah untuk menjelaskan golongan material yang layak dipakai untuk memproduksi perlengkapan makan. Food safety; keamanan makanan terhadap berbagai macam bahaya. 9  Material plastic. Diunduh http://kbbi.web.id.  10   “Standarisasi Produk Makanan”, Diakses dari http://www.ikatanapotekerindonesia.net/ Pusat komunikasi Publik Sekretariat jendral Department Kesehatan RI, 10 oktober 2014 pukul 07.55

   

6  

langsung maupun tidak langsung, bisa terjadi dalam jangka pendek maupun

jangka panjang. Dampak dari mengkonsumsi makanan yang mengandung zat

aditif/pengawet.

Zat aditif/pengawet dapat memicu terjadinya mutasi sel11 yang akhirnya

mengakibatkan penyakit Kanker. Zat pewarna dapat Menimbulkan alergi dan

kanker hati. Zat perasa seperti MSG menimbulkan kerusakan otak. Zat pemanis

dapat menyebabkan kanker kantong kemih, gangguan saraf dan tumor otak. Dapat

disimpulkan bahwa penyakit kanker mendominasi dampak negatif yang

ditimbulkan oleh zat aditif. Adapun zat aditif berbahaya yang tidak layak dipakai

dalam pembuatan makanan, namun masih saja dipakai sebagai bahan tambahan,

zat tersebut adalah formalin12 dan boraks13. 14

Boraks merupakan bahan kimia yang banyak dipergunakan untuk industri

kertas, pengawet kayu, pengontrol kecoa dan industri keramik. Di masyarakat

luas boraks sering disalahgunakan sebagai bahan tambahan makanan untuk

pembuatan kerupuk, mie basah, lontong, bakso dan produk makanan lainnya.

Boraks juga merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai

industri non-pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan

keramik. Ia tidak berwarna dan mudah larut dalam air. Formalin berupa cairan

yang tidak berwarna, berbau menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol.

                                                                                                               11mutasi;perubahan yg terjadi mendadak dl kromosom sel;bagian atau bentuk terkecil dr organisme, terdiri atas satu atau lebih inti, protoplasma, dan zat-zat mati yg dikelilingi oleh selaput sel; diunduh http://kbbi.web.id. 12 larutan bening berbau menyengat, mengandung sedikit metanol untuk bahan pengawet dan pembunuh kuman diunduh http://kbbi.web.id. 13 bahan pembersih(antiseptik; zat pembantu melelehkan zat padat) yg berupa hablur (kristal) berwarna kuning atau serbuk berwarna cokelat. Diunduh http://kbbi.web.id. 14 http://www.depkes.go.id diunduh tanggal 8 oktober 2014 jam 13.00.

   

7  

Formalin biasanya dipergunakan sebagai desinfektan, cairan pembalsem,

pengawet jaringan, pembasmi serangga dan digunakan juga pada indutri tekstil

dan kayu lapis.15

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di

sektor industri sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formalin

memiliki banyak manfaat, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga

dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat

dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk

pengeras lapisan gelatin16 dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea,

bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetik. Formalin juga

dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu

sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis .17

Jika mengkonsumsi zat aditif/pengawet dalam jumlah yang banyak maka

akan berdampak tidak baik untuk kesehatan formalin menyebabkan kanker paru-

paru, penyakit jantung, dan merusak sistem syaraf. Boraks menyebabkan

kerusakan ginjal, serta gangguan pada otak dan hati. Siklamat18 menyebabkan

kanker. Aspartan19 gangguan saraf dan tumor otak. Nitrit dan Nitrat20 Keracunan,

mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh,

sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah. Sulfit

                                                                                                               15 F.G Winarno dan Titi Sulistyowati Rahayu, Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 103. 16 zat kimia padat, tembus cahaya, tak berwarna, rapuh (jika kering) diunduh http://kbbi.web.id. 17 Op.Cit,. hal. 101 18 Pemanis buatan ini merupakan garam natrium dari asam siklamat yg menimbulkan rasa manis diunduh http://kbbi.web.id. 19 Pemanis buatan ; didalam permen karet atau diminuman kaleng diunduh http://kbbi.web.id. 20 senyawa pupuk diunduh http://kbbi.web.id.

   

8  

menyebab sesak nafas, gatal-gatal, dan bengkak. Zat pewarna menimbulkan

menimbulkan kanker hati,menyebabkan penebalan pada dinding jantung, kelenjar

tiroid/tenggorokan. 21

MSG mengakibatkan timbulnya kerusakan otak, kelainan hati,

hipertensi/tekanan darah tinggi, stress, demam tinggi, mempercepat proses

penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidakmampuan belajar, dan

depresi.

Dapat dilihat adanya beberapa kasus yang mewabah makanan yang

mengandung formalin masih sering kali ditemukan di beberapa pasar swalayan

dikutip dari Koran Reaksi Nasional tanggal 25 juli 2013 di Jakarta yang

menyatakan bahwa ditemukan makanan berkadaluarsa masih beredar didalam

pasar swalayan tersebut dan beberapa makanan berupa tahu dan mie yang

mengandung formalin.

Berdasarkan penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI),

yang bekerja sama dengan Laboratorium Departemen Kimia Fakultas MIPA

Universitas Indonesia, menyebutkan dari total sampel 28 produk yang masuk

laboratorium, 10 produk diantaranya terbukti mengandung melamin22. Produk-

produk tersebut adalah23.

1. Kino Bear Coklat Crispy, registrasi MD 662211108168, produksi PT

Kinosentraindustrindo, kawasan Niaga Selatan Blok B 15, Bandar Kemayoran.

                                                                                                               21 Op.Cit, hal. 138. 22 Melamin:bahan kristal tanpa warna, dapat larut dl air, digunakan sbg bahan pelapis dan plastik; 2 benda yg dibuat dr bahan melamin diunduh http://kbbi.web.id. 23 Wisnu, “Ditemukan oleh YLKI, 10 Produk Mengandung melamin”,< http://www.Kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Ditemukan+oleh+YLKI%2C+10+Produk+Mengandung+Melamin&dn =20090304160417>, diunduh 7 november 2014.  

   

9  

Mengandung melamin 97,28 ppm;

2. Yake assorted Candies, tanpa nomor registrasi, produksi Fujian Yake Food, tak

ada alamat importir, permen coklat panjang. Melamin: 56,54 ppm;

F&M, suku kental manis, registrasi ML 505417006156, importir Ikad- Jakarta.

Melamin: 45,09 ppm;

4. Kembang gula Tirol Choco Mix, registrasi ML 237103407045, importir PT

Indomaru Lestari, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakarta Barat, melamin: 17,

18 ppm;

5. Dutchmill, yogurt drink natural, registrasi ML 406505001229, produksi Diary

Plus Company Limited Nakom Sawan, Thailand. Importir PT Nirwana Lestari,

Bantar Gebang, Bekasi. Melamin: 15, 98 ppm;

6. Pura Low Fat UHT milk beverage, registrasi ML 40508002189, produksi

Fonterra Brands New Zealand, importir PT Sukanda Jaya, Cibitung, Bekasi.

Melamin: 11,70 ppm;

7. Nestle Bear Brand sterilized low fat milk, produksi F&N Dairies Thailand.

Melamin: 10, 88 ppm;

8. Crown Lonx Biskuit rasa coklat, registrasi ML 8227118009109, improtir PT

Koin Bumi, Jalan Senayan, Jakarta, produksi Crown Con Co. Melamin: 9,54 ppm;

9. Fanfun sweet heart biscuit, tanpa nomor registrasi, tak ada alamat importir.

Melamin: 3,17 ppm;

10. Yake Assorted Candies, tanpa nomor registrasi, produksi Fujian Yake Food,

jenis permen coklat lonjong agak lentur. Melamin: 1, 15 ppm.

   

10  

Dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam Pasal 4 Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), yang

mengatakan bahwa yang menjadi hak konsumen adalah: (a) hak atas keamanan,

kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, (b) hak

untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan, (c)

hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa, (d) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang

dan/atau jasa yang digunakan, (e) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan

dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut, (f) hak

untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen, (g) hak untuk

diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, (h) hak

untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan yang perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya, (i) hak- hak yang diatur dalam ketentuan perundang-

undangan lainnya

Dalam UUPK juga di atur tentang kewajiban konsumen yang diatur dalam

UUPK pasal 5 huruf (j) adalah membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan

prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan, huruf (k) adalah beritikad baik dalam melakukan transaksi

pembelian barang dan/atau jasa (l) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang

disepakati (2) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

   

11  

Dalam hal ini pemerintah ikut ambil andil dalam memperhatikan sektor

produksi makanan dan bahan bahan apa saja serta bagaimana pengawasan mutu

dalam suatu zat yang akan dipakai dalam pembuatan makanan dan minuman

tersebut. Pasal 27 ayat 2 UUPangan No. 18 Tahun 2012 berbunyi “untuk

meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu yang diperdagangkan,

Pemerintah dapat menetapkan persyaratan khusus mengenai komposisi pangan”

dalam UU pangan Nomor. 18 Tahun 2012 Pasal 74 berbunyi “ Pemerintah

berkewajiban memeriksa keamanan bahan yang akan digunakan sebagai Bahan

Tambahan Pangan yang belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia

dalam kegiatan atau proses produksi pangan untuk diedarkan.” serta pasal 75 ayat

1 berbunyi “ Setiap Orang yang melakukan produksi pangan untuk diedarkan

dilarang menggunakan huruf (a) bahan tambahan pangan yang melampaui

ambang batas maksimal yang ditetapkan; dan/atau huruf (b) bahan yang dilarang

digunakan sebagai bahan tambahan pangan. UU Pangan Nomor 18 Tahun 2012

Pasal 83 ayat (1) Setiap Orang yang melakukan produksi pangan untuk diedarkan

dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai kemasan pangan yang dapat

melepaskan cemaran yang membahayakan kesehatan manusia. (3)Ketentuan

mengenai kemasan pangan, tata cara pengemasan Pangan, dan bahan yang

dilarang digunakan sebagai Kemasan Pangan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Dalam UU Pangan telah melarang penambahan zat-zat berbahaya dan terlarang

dalam makanan dan minuman yang akan diproduksikan .

Dalam hal ini diperlukan kesadaran produsen dan tanggung jawab

produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksi,

   

12  

memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang

ditambahkan ke dalam makanan dan minuman yang beredar dan dikonsumsi oleh

masyarakat luas. Sikap konsumen juga dibutuhkan dalam hal pemilihan jenis

makanan yang akan di konsumi dan memastikan produk tersebut telah mendapat

izin produksi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kerugian yang

dialami konsumen selama ini juga banyak disebabkan karena konsumen kurang

kritis terhadap barang-barang yang ditawarkan sehingga kerugian yang dialami

konsumen tidak hanya kerugian finasial akan tetapi juga dapat merugikan

kesehatan atau keselamatan hidup konsumen sendiri.24 Dalam hal ini pemerintah

memegang peran penting untuk menerapkan aturan dan sanksi-sanksi yang tegas

terhadap produsen yang melanggar aturan yang berlaku.

Dalam era modern ini, konsumerisme25 merupakan sesuatu yang tidak

dapat dihindari. Oleh karena gaya hidup konsumerisme inilah perlindungan

konsumen sangat diperlukan. Perlindungan konsumen merupakan bagian tidak

terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat

terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dan produsen.

Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen berada pada

posisi yang lemah.26

                                                                                                               24 Bambang Setiawan, Meningkatkan Citra Konsumen Indonesia yang Berkualitas, dalam makalah No 15 hal 67, Disajikan Dalam Temu Wicara Nasional Perlindungan Konsumen. 25 gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan; 2 paham atau gaya hidup yg menganggap barang-barang (mewah) sbg ukuran kebahagiaan, kesenangan, dsb; gaya hidup yg tidak hemat diunduh http://kbbi.web.id. 26 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 1

   

13  

Setelah disahkannya Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan

Dunia/World Trade Organization (WTO) oleh Pemerintah Republik Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Pengesahan tersebut

memungkinkan produk-produk dari negara lain memenuhi pasar Indonesia, yang

walaupun mempunyai sisi positif karena konsumen mempunyai banyak pilihan

tentang produk mana yang betul-betul diinginkan sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan atau daya belinya.27 Namun bagi konsumen yang kurang kritis hal itu

akan tetap berpotensi untuk mengakibatkan terjadinya kerugian akibat

penggunaan produk. Kerugian yang dialami akibat kurang kritisnya konsumen

terhadap barang/jasa yang ditawarkan tersebut tidak terlepas dari tingkat

pendidikan konsumen yang rendah. YLKI yang bertujuan untuk membantu

konsumen agar tidak dirugikan dalam mengkonsumsi barang dan jasa, belum

sepenuhnya dapat membantu konsumen sebagaimana yang diharapkan. Kondisi

konsumen yang banyak dirugikan, memerlukan peningkatan upaya untuk

melindunginya, sehingga hak-hak konsumen dapat ditegakan. Menurut Friedman,

agar hukum dapat bekerja, harus dipenuhi tiga syarat yaitu pertama, aturan itu

harus dapat dikomunikasikan kepada subjek yang diaturnya; kedua, subjek yang

diatur mempunyai kemampuan untuk melaksanakan aturan itu; ketiga, subjek itu

harus mempunyai motivasi untuk melaksanakan aturan itu.28 Berdasarkan

pandangan tersebut dapat dikemukakan bahwa pembentukan ketentuan hukum

atau pembaruan hukum bukan sekadar pembaruan substansi hukumnya,

                                                                                                               27  Nurhayati Abbas, Hukum Perlindungan Konsumen dan beberapa Aspeknya, dalam makalah, Penerbit Elips Project, Ujungpandang, 1996, hal. 1 28 Ahmadi Miru, Op. Cit., hal. 5

   

14  

melainkan pembaruan orientasi dan nilai-nilai yang melandasi aturan hukum

harus diartikan sebagai mengadopsi nilai-nilai hukum yang baru sebagai akibat

perubahan nilai-nilai hidup bermasyarakat. Nilai-nilai hukum yang baru inilah

yang merupakan landasan filosofis bagi subtansi hukum yang baru.29

Indonesia sebagai negara berkembang, yang industrinya baru mengalami

tahap permulaan, perkembangan hukum perlindungan konsumen belum

berkembang sebagaimana di negara-negara maju. Hal ini disebabkan karena

lazimnya perkembangan perlindungan konsumen merupakan akibat dari

perkembangan industri suatu negara. Sebelum lahirnya UUPK, upaya

perlindungan terhadap konsumen kurang dirasakan oleh masyarakat karena

disamping tersebarnya ketentuan perlindungan konsumen dalam berbagai

peraturan perundang-undangan, pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan

tersebut memang belum dirasakan oleh masyarakat sebagai perlindungan terhadap

konsumen. Walaupun telah lahir UUPK yang sudah lama dinanti-nantikan

tersebut, namun belum mencapai perkembangan sebagaimana di negara maju.

Sebagai contoh, ganti kerugian yang dapat diberikan kepada konsumen karena

mengonsumsi suatu produk (hanya kerugian karena rusaknya produk) dan tidak

meliputi akibat (kerugian harta benda) yang ditimbulkannya, lebih-lebih pada

keuntungan yang tidak diperoleh (kehilangan keuntungan yang diharapkan) akibat

penggunaan produk30. Pembatasaan ganti kerugian diatur dalam pasal 19 UUPK

berbunyi (1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi

                                                                                                               29 Ibid. 30 Ahmadi Miru, Op.Cit., hal. 68-69

   

15  

barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. (2) Ganti rugi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau

penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan

kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut UUPK yang dimaksud dengan perlindungan konsumen adalah

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum memberi perlindungan

kepada konsumen yang di maksud dengan konsumen adalah setiap orang pemakai

barang atau jasa baik bagi kepentingan diri sendiri, baik orang lain maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan sedangkan pelaku usaha

setiap orang perseorangan baik yang berbentuk badan hukum maupun yang

didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi, dan

oleh karena itu keberadaan UUPK adalah sebagai landasan hukum yang kuat bagi

pemerintah, sedangkan yang dimaksud dengan konsumen adalah merupakan salah

satu pihak dalam hubungan dan transaksi ekonomi yang hak-haknya sering di

abaikan ( oleh sebagian pelaku usaha ). Namun UUPK masih perlu dilengkapi

dengan beberapa Peraturan Pemerintah, agar dapat dilaksanakan sebagaimana

mestinya. Demikian pula masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang-

undang baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi

konsumen. 31

                                                                                                               31 Penjelasan umum Undang-undang Perlindungan Konsumen.

   

16  

Pengertian konsumen dalam UUPK yang diajukan oleh YLKI yaitu:32

“konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi

kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk

diperdagangkan kembali” Sebagai akhir dari usaha pembentukan Undang Undang

Perlindungan Konsumen adalah dengan lahir nya UUPK, yang di dalamnya

dikemukakan pengertian konsumen, sebagai berikut : 33 Konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan. Pengertian konsumen dalam UUPK ini lenih luas

daripada pengertian konsumen pada kedua Rancangan UUPK yang diajukan oleh

YLKI.

Dalam UUPK tidak digunakan istilah produsen dalam lawan dari istilah

konsumen melainkan pelaku usaha, pengertian pelaku usaha dalam UUPK adalah

pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

penyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.34

Di dalam era globalisasi ini, pengawasan makanan menjadi semakin

kompleks, hal ini dikarenakan batas perdagangan internasional yang semakin

menipis. Semakin banyak produk-produk impor, baik obat-obatan, makanan,                                                                                                                32 Yayasan Lembaga Konsumen, Perlindungan Konsumen Indonesia, Suatu Sumbangan Pemikiran tentang Rancangan Undang –Undang Perlindungan Konsumen,(Jakarta:Yayasan Lembaga Konsumen, 1981), hal. 2. 33 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.  34  Pasal 3 angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen  

   

17  

suplemen dan bahkan kosmetika yang diperdagangkan secara luas. Konsekuensi

yang harus dihadapi dalam hal demikian adalah mengenai kesehatan dan

keselamatan konsumen atas kemungkinan peredaran produk yang tidak memenuhi

persyaratan mutu dan keamanan.

Pengawasan makanan memiliki aspek masalah yang berdimensi luas dan

kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif, dari

awal proses suatu produk masuk ke wilayah suatu negara hingga produk tersebut

beredar di masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar produk-produk makanan yang

masuk ke Indonesia tidak menimbulkan akibat yang dapat merugikan konsumen.

Namun, pengawasan yang dilakukan oleh BPOM terhadap peredaran makanan

dan minuman saat ini belum dapat menjangkau secara keseluruhan permasalahan,

dengan masih banyaknya produk-produk makanan yang mengandung zat

berbahaya, seperti misalnya melamin sehingga menimbulkan kerugian terhadap

konsumen. Konsumen yang dirugikan akan menanggung dampaknya, dengan

demikian upaya-upaya untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen

merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dan harus segera dicari solusinya.

Terutama di Indonesia mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang

menyangkut perlindungan konsumen, pemerintah bertanggung jawab sepenuhnya

untuk menjamin hak-hak konsumen, dengan dijaminnya hak-hak konsumen

tersebut akan menciptakan iklim usaha yang sehat.

BPOM adalah suatu lembaga pemerintahan yang bertugas melakukan

regulasi, standardisasi, dan sertifikasi produk makanan dan obat yang mencakup

keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan, dan keamanan makanan,

   

18  

obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. BPOM adalah Lembaga Pemerintah

Non Departemen yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden nomor 3 tahun

2013 perubahan ketujuh tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.

BPOM merupakan sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi

peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas badan ini

menyerupai fungsi dan tugas Food and Drug Administration (FDA) di Amerika

Serikat, fungsi BPOM antara lain pengaturan, regulasi, dan standardisasi, lisensi

dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan cara-cara produksi yang

baik, evaluasi produk sebelum diizinkan beredar sampling dan pengujian

laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan

penegakan hukum, dan promosi produk, riset terhadap pelaksanaan kebijakan

pengawasan obat dan makanan dan komunikasi, informasi dan edukasi publik

termasuk peringatan publik, dan lain-lain.

BPOM mempunyai peran dan fungsi dalam menjalankan kewajinan di

bidangnya. Tugas dari BPOM diatur dalam Kepres No. 166 Tahun 2000 Pasal 73

yang menyebutkan bahwa BPOM mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Fungsi, tugas, dan kewenangan BPOM adalah penilaian

khasiat/kemanfaatan, keamanan, mutu, dan penandaan serta analisis laboratorium

dalam rangka pemberian izin edar obat termasuk narkotika, bahan obat, produk

diagnostik invivo, obat tradisional, kosmetika, dan makanan; pemeriksaan

   

19  

kelengkapan administrasi dan pemeriksaan setempat terhadap permohonan izin

usaha, industri dan distribusi, obat termasuk narkotika, bahan obat dan obat

tradisional dalam rangka pemberian izin oleh Menteri Kesehatan; pemeriksaan

setempat dalam rangka pembinaan dan pengawasan di bidang produksi dan

distribusi obat termasuk narkotika, bahan obat, obat tradisional, kosmetika,

perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan serta sertifikasi cara pembuatan

yang baik.35

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dengan ini penulis tertarik untuk

melakukan penelitian hukum mengenai perlindungan konsumen terhadap

makanan yang mengandung zat berbahaya mulai dari zat berbahaya yang tidak

boleh dipakai lagi untuk makanan hingga zat-zat lain yang terkandung dalam

makanan dan minuman melihat dari beberapa kasus yang sering terjadi di

indonesia dan banyaknya konsumen yang menjadi dampak dari kelalaian BPOM

serta penulis juga ingin membahas lebih dalam tentang Perlindungan Konsumen

di Indonesia Penulis ingin mengetahui peran, tugas, dan wewenang BPOM secara

menyeluruh terhadap perlindungan konsumen di Indonesia. Topik yang ingin

penulis sajikan adalah tentang perlindungan terhadap konsumen mengenai

makanan dan minuman yang menjadi konsumsi sehari-hari. Karena masih banyak

makanan yang beredar dipasaran tanpa melalui prosedur BPOM, dalam hal inilah

peran, tugas, dan wewenang BPOM dibutuhkan. Karena BPOM sebagai suatu

lembaga pemerintah yang bertugas melakukan regulasi, standardisasi, dan

sertifikasi produk makanan dan minuman serta obat-obatan. Oleh karena itu

                                                                                                               35  “Peran, Fungsi, Tugas dan Kewenangan” , diakses dari www.pom.go.id/ppid/ 1 november 2014 pukul 23.00

   

20  

Penulis mengangkat topik KEWENANGAN BPOM TERHADAP

PENGAWASAN DAN PENINDAKAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG

MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas,

selanjutnya perumusan pokok permasalahan yang perlu penulis bahas adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan terhadap peredaran makanan dan minuman yang

mengandung zat berbahaya?

2. Bagaimana kewenangan BPOM dalam pengawasan dan penindakan terhadap

makanan dan minuman yang mengandung zat berbahaya?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Menganalisis perlindungan konsumen terhadap peran dan fungsi Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada makanan yang mengandung zat

berbahaya.

2. Menganilisis akibat hukum terhadap peran dan fungsi Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (BPOM ) terhadap perlindungan konsumen pada makanan yang

mengandung zat berbahaya

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Secara praktis, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para

praktisi hukum khususnya dalam bidang Perlindungan Konsumen.

2. Manfaat Teoritis

   

21  

Secara teoritis, karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat

memberikan masukan yang baru dalam bidang Perlindungan Konsumen.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan gambaran dari isi bab-bab selanjutnya, yang saling

berkaitan untuk membahas tema pokok dari skripsi ini. Disusun secara sistematis

dalam latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibagi menjadi landasan teori dan landasan konseptual. Dalam

landasan teori diuraikan tentang pengertian perlindungan konsumen, fungsi

perlindungan konsumen, sejarah perlindungan konsumen, dan hak-hak dan

kewajiban konsumen. Dalam landasan konseptual diuraikan tentang hal-hal yang

terkait tentang Perlindungan Konsumen agar tidak terjadi perluasan makna dalam

skripsi ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas mengenai jenis metode penelitian yang akan digunakan.

Menjelaskan bagaimana prosedur dalam memperoleh bahan penilitian, dilanjutkan

membahas mengenai sifat analisis penelitian dan diakhiri dengan hambatan yang

dihadapi pada saat penelitian serta bagaimana penulis menghadapi berbagai

bentuk hambatan yang dihadapi tersebut.

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

   

22  

Pada bab ini menguraikan tentang akibat hukum yang diterima Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) terhadap perlindungan konsumen pada makanan

yang mengandung zat berbahaya yang beredar di kalangan masyarakat terkait

dengan Undang Undang no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan bab terakhir yang menyampaikan kesimpulan dari hasil

penelitian yang telah di bahas mulai dari bab 1 sampai bab 5 dengan saran yang

benar dan relevan .