bab i pendahuluan 1. latar belakang masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 bab i...

64
38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai peran sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan. Laba dapat digunakan sebagai dasar didalam pengambilan keputusan seperti pembagian bonus atau insentif kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak oleh pihak internal dan eksternal perusahaan (Wijayanti, 2006). Oleh karena itu, kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings), dapat mempertahankan jumlah laba dimasa depan, relevan, dan reliabel (Penman, 2001). Kualitas laba dari suatu perusahaan sering dikaitkan dengan persistensi laba, karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value (Jonas dan Blanchet, 2000). Laba yang tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri-ciri dari laba yang persisten dan kualitas laba yang dilaporkan perusahaan adalah baik (Andi dan Ida, 2013).

Upload: others

Post on 11-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

38

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai peran

sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap suatu

perusahaan. Laba dapat digunakan sebagai dasar didalam pengambilan

keputusan seperti pembagian bonus atau insentif kepada manajer,

pengukur prestasi atau kinerja manajemen, dan dasar penentuan

besarnya pengenaan pajak oleh pihak internal dan eksternal perusahaan

(Wijayanti, 2006). Oleh karena itu, kualitas laba menjadi pusat

perhatian bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan

pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat

mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings), dapat

mempertahankan jumlah laba dimasa depan, relevan, dan reliabel

(Penman, 2001).

Kualitas laba dari suatu perusahaan sering dikaitkan dengan

persistensi laba, karena persistensi laba merupakan komponen dari

karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value (Jonas dan

Blanchet, 2000).

Laba yang tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri-ciri dari laba

yang persisten dan kualitas laba yang dilaporkan perusahaan adalah baik

(Andi dan Ida, 2013).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

39

Informasi mengenai laba dapat ditemukan pada laporan keuangan

perusahaan. Penyusunan laporan keuangan oleh perusahaan salah

satunya digunakan sebagai dasar penilaian kinerja dan keadaan

finansial. Laporan keuangan perusahaan selain ditujukan untuk

kepentingan pemegang saham juga ditujukan untuk kepentingan

perpajakan, sehingga untuk perhitungan pajak perusahaan harus

membuat laporan keuangan fiskal. Standar yang mengatur

penyusunan laporan keuangan fiskal adalah peraturan perpajakan,

sedangkan standar yang mengatur penyusunan laporan keuangan

komersial adalah Standar Akuntansi Keuangan. Dasar yang berbeda

dalam penyusunan laporan keuangan tersebut dapat menimbulkan

terjadinya perbedaan penghitungan laba (rugi) perusahaan. Perbedaan

itulah yang menimbulkan istilah book-tax differences dalam analisis

perpajakan (Resmi, 2011:369). Adanya 2 jenis laba tersebut

menyebabkan laba yang dihasilkan perusahaan berbeda sehingga

mempengaruhi kualitas laba. Persistensi merupakan salah satu

karakteristik kualitatif relevansi laba, maka semakin besar perbedaan

antara laba akuntansi dengan laba fiskal persistensi laba perusahaan akan

semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil perbedaan laba akuntansi

dengan laba fiskal, maka semakin tinggi persistensi laba yang

dimiliki oleh perusahaan. Persistensi laba ditentukan oleh komponen

akrual dan aliran kas yang terkandung dalam laba saat ini yang

mewakili sifat transitori dan permanen laba (Hanlon, 2005). Laporan

arus kas merupakan salah satu laporan keuangan pokok, di samping neraca

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

40

dan laporan laba rugi. Nilai yang terkandung didalam arus kas atau aliran

kas pada suatu periode mencerminkan nilai laba dalam metode kas (cash

basis). Data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih baik

dibandingkan dengan akuntansi karena arus kas relatif lebih sulit

untuk dimanipulasi. Arus kas dari aktivitas operasi terutama

diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan sehingga

semakin tingginya aliran kas operasi terhadap laba, maka akan semakin

tinggi pula kualitas laba tersebut (Andreani dan Vera, 2014).

Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tidak dapat

terlepas dari sumber modal perusahaan guna membiayai kegiatan

perusahaan agar dapat terus mengembangkan usahanya dan

menghasilkan laba yang maksimal. Salah satu sumber modal

perusahaan adalah hutang. Tingkat hutang yang tinggi dari perusahaan

akan menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba dengan

tujuan untuk mempertahankan kinerja perusahaan yang baik di mata

auditor dan investor (Fanani, 2010).

TABEL 1.1

TAHUN ALIRAN KAS

OPERASI

LABA AKUNTANSI-

LABA FISKAL

TINGKAT

HUTANG

PERSISTENSI

LABA

2010 1,919,864,074 -0.00359 0.62583 16,849,363,559

2011 -351,459,738 0.00660 0.68131 20,238,873,881

2012 36,586,058,071 0.00938 0.83348 14,259,705,007

2013 18,935,641,209 -0.00175 0.87980 48,843,003,420

2014 35,119,929,804 0.00409 0.82305 38,627,797,717

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

41

Pada tabel 1.1 dan gambar 1.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011

terjadi adanya kenaikan persistensi laba meskipun aliran kas operasi

mengalami penurunan sedangkan pada laba akuntansi dengan laba fiskal

dan tingkat hutang mengalami kenaikan hal ini bertentangan pada aliran

kas operasi dan laba akuntansi dengan laba fiskal yang menyatakan bahwa

kenaikan aliran kas operasi menyebabkan terjadinya kenaikan pada

persistensi laba begitupun sebaliknya dan kenaikan laba akuntansi dengan

laba fiskal menyebabkan penurunan pada persistensi laba begitupun

sebaliknya.

Pada tahun 2012 terjadi kenaikan aliran kas operasi, laba akuntansi

dengan laba fiskal dan tingkat hutang, akan tetapi kenaikan dari ketiga

variabel tersebut berdampak persistensi laba pada tahun 2012 mengalami

penurunan dari tahun 2011. Hal tersebut bertentangan dengan pernyataan

bahwa kenaikan pada laba akuntansi dengan laba fiskal menyebabkan

penurunan persistensi laba.

Tahun 2013 mengalami penurunan pada aliran kas operasi dan laba

akuntansi dengan laba fiskal serta adanya kenaikan pada tingkat hutang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

42

dan kenaikan pada persistensi laba pada tahun 2013. Di tahun 2014 terjadi

penurunan persistensi laba yang diiringi dengan kenaikan pada aliran kas

operasional dan laba akuntansi dengan laba fiskal, serta penurunan pada

tingkat hutang.

Kenaikan signifikan persistensi laba dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014 ada pada tahun 2013, yaitu sebesar 48.843.003.420,

sehingga perusahaan harus berupaya mempertahankan laba atau bahkan

meningkatkan labanya. Salah satu faktor untuk menarik investor adalah

dengan laba yang tidak berfluktuasi dengan demikian investor tetap akan

berinvestasi pada perusahaan.

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini menguji

pengaruh aliran kas operasi, perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, dan

tingkat hutang terhadap persistensi laba di perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan

jasa yang terdaftar di BEI. Hal ini dilakukan dengan alasan pemilihan

sektor perdagangan jasa dan investasi merupakan perusahaan musiman

yang memiliki laba lebih berfluktuasi dibandingkan perusahaan

manufaktur dan yang lainnya sehingga dalam upaya mempertahankan laba

persisten lebih sulit.

2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

43

1) Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas

penghasil utama pendapatan perusahaan sehingga

mencerminkan nilai laba, arus kas merupakan indikator

keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan akuntansi

karena arus kas relatif lebih sulit untuk dimanipulasi.

2) Adanya 2 jenis laba yaitu laba akuntansi dan laba fiskal

menyebabkan laba yang dihasilkan perusahaan berbeda

sehingga mempengaruhi kualitas laba yang diukur melalui

salah satu komponen nilai prediktif laba yaitu persistensi laba.

3) Tingkat hutang yang tinggi dari perusahaan akan

menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba

dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja perusahaan yang

baik di mata auditor dan investor.

4) Volatilitas penjualan menunjukkan fluktuasi lingkungan operasi

dan penyimpangan aproksimasi yang besar dan berhubungan

dengan kesalahan estimasi yang lebih besar sehingga

menyebabkan persistensi laba yang rendah dan besaran akrual

mempengaruhi persistensi laba karena semakin banyak akrual

berarti semakin banyak estimasi dan error estimasi, dan karena

itu persistensi laba akan semakin rendah.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

44

b. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2014.

2) Data yang digunakan adalah data sekunder laporan keuangan

perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2010 sampai dengan 2014.

3) Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Aliran Kas

Operasi, Perbedaan antara Laba Akuntansi dengan laba Fiskal,

dan Tingkat Hutang.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apakah aliran kas operasi mempunyai pengaruh terhadap

persistensi laba?

b. Apakah perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

mempunyai pengaruh terhadap persistensi laba?

c. Apakah tingkat hutang mempunyai pengaruh terhadap persistensi

laba?

d. Apakah aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan

laba fiskal, dan tingkat hutang mempunyai pengaruh simultan

terhadap persistensi laba?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

45

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Menganalisis pengaruh aliran kas operasi terhadap

persistensi laba.

b. Menganalisis pengaruh perbedaan antaralaba akuntansi

dengan laba fiskal terhadap persistensi laba.

c. Menganalisis pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi

laba.

d. Menganalisis pengaruh simultan aliran kas operasi,

perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal, dan

tingkat hutang terhadap persistensi laba.

5. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

a. Manfaat akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan

dibidang ekonomi khususnya akuntansi keuangan.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

diperlukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam usaha

meningkatkan dan mengembangkan perusahaan untuk lebih baik.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

46

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

1. KAJIAN PUSTAKA

a. Teori keagenan

Teori keagenan adalah kumpulan kontrak antara pemilik

sumber daya ekonomis dan manajer yang mengurus penggunaan serta

pengendalian sumber daya tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).

Kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemilik tersebut dapat

menimbulkan konflik yang secara eksplisit maupun implisit tercermin

dalam laporan keuangan (Astika, 2010:65).

Sesuai dengan agency theory, motivasi manajemen dapat

dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu opportunistic dan signaling

(Beaver, 2002). Pada motivasi opportunistic, manajemen melalui

kebijakan aggressive accounting menghasilkan angka laba lebih tinggi

daripada laba yang sesungguhnya. Apabila laporan laba tidak dapat

menggambarkan laba yang sesungguhnya, maka laporan laba mengarah

pada overstate earnings. Laba yang mengarah pada overstate earnings

mengakibatkan laba menjadi kabur (opaque). Motivasi opportunistic yang

dilakukan oleh manajemen berhubungan dengan kompensasi berdasarkan

kontrak yang disepakati dengan pihak pemilik.

Pada motivasi signaling, manajemen menyajikan informasi

keuangan (khususnya laba) diharapkan dapat memberikan sinyal

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

47

kemakmuran kepada para pemegang saham. Laporan laba yang dapat

memberikan sinyal kemakmuran adalah laba yang relatif tumbuh dan

stabil (sustainable). Sustainable earnings adalah laba yang mempunyai

kualitas tinggi dan sebagai indikator future earnings disebut sebagai

persistensi laba (Penman dan Zhang, 2002).

b. Persistensi Laba

Persistensi laba mengindikasikan laba yang berkualitas karena

menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu

ke waktu. Investor menginginkan laba yang persisten karena investor

dapat memprediksi nilai perusahaan yang tercermin dalam harga

saham.

Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan di masa

depan yang tercermin dari laba tahun berjalan (Meythi, 2006).

Persistensi laba adalah revisi laba yang diharapkan di masa mendatang

(expected future earnings) yang diimplikasikan oleh laba tahun berjalan

yang dihubungkan dengan perubahan harga saham (Scot, 2009).

Semakin permanen laba dari waktu ke waktu semakin tinggi earnings

response coefficientnya. Hal ini mengindikasikan laba yang diperoleh

perusahaan tersebut meningkat terus menerus.

Persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas

laba karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik

kualitatif relevansi yaitu predictive value (Jonas dan Blanchet, 2000)

dalam Martani dan Aulia (2008). Persistensi diukur dengan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

48

menggunakan koefisien dari regresi antara laba akuntansi periode

sekarang dengan periode yang akan datang (Wijayanti,2006).

Di dalam penelitian ini yang digunakan sebagai proxy dari

persistensi laba adalah laba akuntansi sebelum pajak (PTBI) atau laba

operasi (Asma, 2013).Laba yang digunakan adalah laba operasi. Laba

operasi memiliki tingkat persistensi yang tinggi karena merupakan

pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan (Sugiri, 2003).

Laba akuntansi sebelum pajak (PTBI) adalah laba atau rugi bersih

yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi dengan beban pajak.

Persistensi laba dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Ket : PTBIt+1 = Laba akuntansi sebelum pajak periode mendatang.

PTBIt = Laba akuntansi sebelum pajak periode saat ini.

c. Aliran kas

1) Pengertian aliran kas

Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Nomor 2 tahun 2009, aliran kas masuk dan aliran kas keluar atau setara

kas adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan

dapat dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa

menghadapi resiko perubahan pada nilai yang signifikan. Informasi

aliran kas sering digunakan sebagai indikator dari jumlah waktu dan

kepastian aliran kas masa depan.

PTBI t+1 = γ0 + γ1 PTBI t + Ut+1

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

49

Aliran kas masuk (cash inflow) merupakan sumber-sumber dari

mana kas diperoleh sedangkan arus kas keluar (cash outflow) merupakan

kebutuhan kas untuk pembayaran-pembayaran (Martono dan Harjito,

2012).

Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa aliran kas atau arus kas

merupakan jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu periode

tertentu. Dengan kata lain, aliran kas adalah perubahan yang terjadi dalam

pos kas suatu periode tertentu.

2) Pengertian laporan aliran kas

Kieso et al. (2011) menyatakan definisi laporan aliran kas adalah :

“The statement of cash is a primary statements that reports the cash

receipt, cash payment and net change resulting from the operating,

investing and financial activities of an enterprise during a period”.

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 2 Tahun 2009

menyatakan, laporan aliran kas melaporkan aliran kas selama periode

tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan

pendanaan (Ikatan Akuntansi Indonesia 2013).

3) Klasifikasi aliran kas

a) Aktivitas operasi

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan

perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang

bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aliran

kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

50

utama pendapatan entitas. Pada umumnya arus kas tersebut berasal

dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penentapan laba

atau rugi bersih (Syakur, 2009).

Dalam PSAK Nomor 2 paragraf 13 (IAI : 2009) menyatakan

bahwa jumlah aliran kas yang berasal dari aktivitas operasi

merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya

perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi

pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar

deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada

sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas

historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi

arus kas operasi masa depan.

b) Aktivitas investasi

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka

panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi

perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk

menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan (Syakur, 2009).

c) Aktivitas pendanaan

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan

perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman

perusahaan. Pengungkapan arus kas yang timbul dari transaksi ini berguna

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

51

untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para

pemasok modal perusahaan (Syakur, 2009).

Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, sehingga

memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai

dan membandingkan nilai sekarang dari laporan arus kas dengan

laporan arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah dari

aktivitas operasi. Hal ini disebabkan karena semakin tingginya aliran kas

operasi terhadap laba maka akan semakin tinggi pula kualitas laba

tersebut.

d. Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian-penyesuaian terhadap

laporan keuangan komersial berdasarkan ketentuan peraturan

perpajakan di Indonesia. Rekonsiliasi fiskal tersebut dilakukan pada

akhir periode pembukuan yang menyebabkan terjadi perbedaan antara

laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara standar

akuntansi keuangan dan peraturan pajak. Perbedaan tersebut secara umum

dikelompokkan kedalam perbedaan permanen dan perbedaan temporer

atau waktu (Martani dan Persada, 2009).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

52

Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda

terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara standar

akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan. Jadi dapat dikatakan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan

merupakan objek pajak, sedangkan secara komersial penghasilan

tersebut diakui sebagai penghasilan. Begitu juga sebaliknya, ada

beberapa biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan

termasuk biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan, sedangkan

menurut komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya (Lestari,

2011).

Perbedaan temporer atau waktu disebabkan karena adanya

perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya untuk penghitungan

laba. Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan terdapat penghasilan atau biaya yang

boleh dikurangkan pada periode akuntansi terdahulu atau periode

akuntansi berikutnya dari periode akuntansi sekarang. Sementara itu,

komersial mengakuinya sebagai penghasilan atau biaya pada periode

yang bersangkutan (Lestari, 2011).

Penghasilan kena pajak atau laba fiskal merupakan terminologi

pada perpajakan yang berarti laba atau rugi selama satu periode yang

dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar

penghitungan pajak penghasilan. Di sisi lain, laba akuntansi yang

digunakan standar akuntansi keuangan merupakan laba bersih atau

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

53

rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi dengan beban pajak.

(Martini dan Persada, 2009).

Tujuan pajak perusahaan hanya untuk mengakui pendapatan yang

diterima dan biaya yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan

(Wijayanti, 2006). Dengan kata lain, pendapatan dicatat ketika kas

diterima, penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam

laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas dikeluarkan (cash basic). Lagi

pula, peraturan pajak tidak memberikan banyak kebebasan bagi

manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan

pajaknya. Peraturan pajak tidak memperkenankan adanya

pengestimasian dan pencadangan biaya yang dapat mengurangi

penghasilan kena pajak.

Penelitian ini hanya memfokuskan pada perbedaan temporer sesuai

dengan model penelitian Hanlon (2005). Penelitian ini tidak

menggunakan perbedaan permanen dalam analisis utama, karena

perbedaan permanen hanya mempengaruhi periode terjadinya saja dan

tidak mengindikasikan kualitas laba , selain itu perbedaan permanen

tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan

jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat

menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan

dimasa depan (future taxable and future deductible amounts),

sehingga dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan.

Perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak di

masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

54

perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deferred

tax expense), sehingga kenaikan utang pajak tangguhan konsisten

dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau

menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak.

Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak

dimasa depan akan diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dan

perusahaan harus mengakui adanya keuntungan atau manfaat pajak

tangguhan (deferred tax benefit), yang berarti bahwa kenaikan aktiva

pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya

lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan

keuangan dibanding pelaporan pajak (Phillips et al., 2003 dalam

Wijayanti, 2006).

Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

menggunakan proksi beban pajak tangguhan (Wiryandari:2008), dengan

formula sebagai berikut:

e. Tingkat Hutang

Hutang diartikan sebagai seluruh kewajiban perusahaan kepada

kreditor atau pihak lain yang memberikan pinjaman modal kepada

perusahaan (Munawir, 2004:18). Kewajiban atau hutang adalah semua

kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak lain yang belum

terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal suatu

Beban pajak tangguhan it

Total aset i (t-1)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

55

perusahaan. Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu

kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka

panjang.

Tingkat hutang yang besar akan menyebabkan perusahaan

meningkatkan persistensi laba dengan tujuan untuk mempertahankan

kinerja perusahaan yang baik di mata auditor dan investor (Fanani,

2010). Hasil penelitian Pagalung (2006) menunjukan bahwa adanya

pengaruh positif antara tingkat hutang terhadap persistensi laba. Tingkat

hutang diukur dengan proksi rasio hutang terhadap total aktiva. Rasio

hutang terhadap total aktiva didapat dari membagi total hutang perusahaan

dengan total aktivanya, yaitu :

f. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

no Judul, Nama, Tahun Variabel Hasil

1 Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Persistensi Laba Pada

Perusahaan Manufaktur di BEI

(Andreani dan Vera, 2014)

Variabel Dependen :

Persistensi laba

Variabel Independen :

Aliran Kas Operasi,

Perbedaan Laba

Akuntansi dengan Laba

Fiskal, Tingkat Hutang

Aliran kas operasi

berpengaruh signifikan

terhadap persistensi laba,

perbedaan laba akuntansi

dengan laba fiskal dan

tingkat hutang tidak

berpengaruhi signifikan

terhadap persistensi laba.

2 Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi,

Laba Fiskal, Tingkat Hutang Pada

Persistensi Laba (Andi dan Ida, 2013)

Variabel Dependen :

Persistensi Laba dengan

proxy laba sebelum pajak

tahun depan.

Variabel Independen :

Large negative book-tax

large negative book-tax

differencestidak memiliki

persistensi laba yang

lebih rendah darismall

book-tax differences.

large positive book-tax

differences memiliki

Debt to Total Assets Ratio : Total Hutang

Total Aktiva

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

56

differences,Large positive

book—tax differences,

Small book-tax

differences, Tingkat

hutang diukur dengan

rasio solvabilitas.

persistensi laba yang

lebih rendah dari small

book-tax differences.

Tingkat hutang tidak

berpengaruh signifikan

pada persistensi laba.

3 Pengaruh Aliran Kas dan Perbedaan

Antara Laba Akutansi dengan Laba

Fiskal terhadap Persistensi Laba (Asma,

2013)

Variabel Dependen :

Persistensi Laba dengan

koefisien regresi antara

laba akuntansi sebelum

pajak periode masa depan

dengan laba akuntansi

sebelum pajak periode

sekarang.

Variabel independen :

Aliran Kas dihitung

berdasarkan total aliran

kas operasi. Perbedaan

Laba Akuntansi dengan

Laba Fiskal

menggunakan proxy

beban pajak tanggguhan.

Aliran kas operasi

berpengaruh signifikan

positif terhadap

persistensi laba.

Perbedaan laba akuntansi

dengan laba fiskal

berpengaruh signifikan

negatif terhadap

persistensi laba.

4 Analisis Faktor-Faktor Penentu

Persistensi Laba (Fanani, 2010)

Variabel Dependen :

Persistensi Laba

Variabel Independen :

Volatilitas arus kas,

besaran akrual, volatilitas

penjualan, operasi

peruusahaan.

Volatilitas arus kas

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap

persistensi laba, besaran

akrual berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap persistensi laba,

volatilitas penjualan

berpengaruh negatif dan

signifikan secara

signifikan terhadap

persistensi laba, tingkat

hutang berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap persistensi laba,

siklus operasi tidak

berpengaruh signifikan

terhadap persistensi laba

5 Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi

dan Laba Pajak dengan Perilaku

Manajemen Laba dan Persistensi Laba

(Wiryandari dan Yulianti, 2008).

Laba akuntansi sebelum

pajak, pajak tangguhan,

large positive book tax

differences, aliran kas

operasi, laba akrual.

Beban pajak tangguhan

dan akrual tidak terbukti

dapat digunakan untuk

mendeteksi manajemen

laba dengan tujuan untuk

menghindari penurunan

laba. large positive book

tax differences

mempunyai persistensi

laba yang lebih rendah

6 Analisis Perbedaan Antara Laba

Akuntansi dan Laba FiskalTerhadap

Persistensi Laba, Akrual, dan Aliran

Kas pada Perusahaan Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

(Djamaluddin,dkk, 2008)

Laba sebelum pajak masa

depan.Kumulatif return

tidak normal masa depan.

Aliran kas operasi.Laba

akrual. book-tax

differences

perusahaan dengan book-

taxdifferencesbesar dan

akrual tidak terbukti

secara statistikmempunyai

persistensi laba lebih

rendah dibanding

perusahaan dengan book

tax differences kecil harga

saham mampu

mencerminkan informasi

laba sekarang untuk

memprediksikan laba

mendatang.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

57

7 Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap

Harga Saham Dengan Persistensi Laba

Sebagai Variabel Intervening (Meythi,

2006).

Variabel Dependen :

Harga Saham

Variabel Independen :

Arus kas operasi, dan

persistensi laba

Arus kas operasi tidak

berpengaruh terhadap

harga saham dan

persistensi laba,

persistensi laba juga tidak

berpengaruh terhadap

harga saham.

8 AnalisisPengaruhPerbedaanantara

LabaAkuntansidan LabaFiskal terhadap

Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas

(Wijayanti, 2006)

Variabel Dependen :

Laba sebelum pajak

masa depan (PTBIt+1)

sebagai proksi laba

akuntansi dan Kumulatif

return tidak normal

masa depan (CARt+1)

sebagai proksi perubahan

harga saham.

Variabel Independen :

Aliran kas operasi

(PTCF) sebagai proksi

komponen laba

permanen, laba akrual

(PTACC) sebagai proksi

komponen laba

transitori, perbedaan

antara laba akuntansi

dan laba fiskal (book-tax

differences) sebagai

proksi discretionary

accrual.

Book-tax differences

secara negatif

berpengaruh signifikan

secara statistik terhadap

persistensi laba akuntansi

satu periode ke depan,

perusahaan dengan large

(negative) positive book

tax differences signifikan

secara statistik

mempunyai persistensi

laba lebih rendah yang

disebabkan oleh

komponen akrualnya

daripada

perusahaandengan small

book-tax differences, dan

harga saham tidak

mencerminkan informasi

yang digunakan dalam

model ekspektasi.

9 The Persistence and Pricing of

Earnings, Accrual and Cash Flows

when Firm Have Large Book Tax

Differences(Hanlon, 2005).

Earning persistence,

accrual, cash flow,

deffered tax.

perusahaan dengan

positive book tax

differences yang besar

cenderung memiliki

persistensi laba yang lebih

rendah dibandingkan

perusahaan dengan small

book tax differences yang

kecil, dan perusahaan

dengan negative book tax

differences yang besar

cenderung memiliki

persistensi laba, akrual,

dan arus kas yang lebih

rendah dibandingkan

perusahaan dengan book

tax differences yang kecil.

2. Kerangka pemikiran

Informasi laba digunakan untuk menilai kinerja suatu

perusahaan, apakah perusahaan tersebut melaporkan labanya lebih

tinggi atau lebih rendah dari tahun sebelumnya serta menilai prospek

perusahaan di masa mendatang. Pentingnya informasi laba dalam

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

58

mengambil keputusan menyebabkan kualitas laba yang dilaporkan

perusahaan menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan oleh para

pengguna laporan keuangan. Kualitas laba yang rendah akan membuat

investor dan kreditor salah dalam pengambilan keputusan. Namun

tidak jarang perusahaan melakukan manipulasi laba dalam melaporkan

labanya, sehingga mengakibatkan kualitas laba menjadi buruk dan

kurang persisten.

Laba yang berkualitas adalah laba yang persisten, yaitu laba yang

lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori (sementara).

Investor akan lebih melirik angka laba yang memilikipersistensi diatas

nol dan di bawah satu.Sifat transitori dan permanen dari persistensi laba

umumnya ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas yang

tercermin dalam laba saat ini (Diana dan Indra, 2004). Aliran kas

operasi disebut sebagai proksi kualitas laba, dimana kualitas laba akan

semakin baik seiring semakin tingginya aliran kas operasi terhadap laba.

Dalam melakukan keputusan pendanaan (struktur modal),

perusahaan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis sumber

pendanaan yang ekonomis. Sumber pendanaan yang dipilih oleh

perusahaan harus bertujuan mendatangkan keuntungan dan lebih besar

dari biaya aset. Apabila perusahaan memilih hutang sebagai sumber

pendanaanya maka akan timbul beberapa konsekuensi dari pinjaman

tersebut seperti pembayaran bunga dan pokok pinjaman.

Sesuai dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

persistensi laba dipengaruhi oleh aliran kas dan perbedaan laba

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

59

akuntansi dengan laba fiskal. Pengukuran aliran kas menggunakan

aliran kas operasi, yaitu dari total aliran kas dari aktivitas operasi pada

tahun berjalan. Pengukuran perbedaan laba akuntansi dengan laba

fiskal menggunakan proksi beban pajak tangguhan.

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran pengaruh aliran kas, perbedaan antara laba akuntansi

dengan laba fiskal, dan tingkat hutang terhadap persistensi laba

H1

H2

H3

H4

3. Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah penjelasan sementara yang harus diuji

kebenarannya mengenai masalah yang dipelajari, dimana suatu hipotesis

selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua

variabel atau lebih.

Aliran Kas Operasi (X1)

Perbedaan Laba

Akuntansi dengan Laba

Fiskal (X2)

Persistensi Laba (Y)

Tingkat Hutang (X3)

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

60

a. Pengaruh aliran kas operasi terhadap persistensi laba

Data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih

baik dibandingkan dengan akuntansi karena arus kas relatif lebih

sulit untuk dimanipulasi. Sehingga semakin tingginya aliran kas

operasi terhadap laba maka akan semakin tinggi pula kualitas laba

tersebut (Andreani dan Vera, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Andreani dan Vera (2014) serta Asma (2013) menyatakan bahwa

aliran kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

persistensi laba, hasil ini berbeda dengan penelitian Hanlon (2005)

yaitu aliran kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persistensi

laba sedangkan pada penelitian Meythi (2006) yaitu aliran kas tidak

berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, maka penulis akan

mengembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha1: Aliran kas operasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

persistensi laba.

b. Pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

terhadap persistensi laba.

Adanya 2 jenis laba tersebut menyebabkan laba yang

dihasilkan perusahaan berbeda sehingga mempengaruhi kualitas

laba. Persistensi merupakan salah satu karakteristik kualitatif

relevansi laba. Peneliti yang melakukan penelitian perbedaan antara

laba akuntansi dan laba fiskal seperti Wijayanti (2006), Wiryandari dan

Yulianti (2008) serta Hanlon (2005) memperoleh hasil penelitian yang

sama bahwa perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

61

mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap persistensi laba,

maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

Ha2 : Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.

c. Pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba

Manajemen yang memilih hutang sebagai alternatif sumber

modal dituntut untuk dapat bekerja keras agar penggunaan modal

tersebut dapat memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan,

sehingga perusahaan dapat berkembang dan mampu membayar

hutang tersebut kepada kreditor. Andreani dan Vera (2014)

menyatakan bahwa tingkat hutang tidak berpengaruh signifiikan

terhadap persistensi laba, hal ini berbeda dengan penelitian Fanani

(2010) yaitu tingkat hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap

persistensi laba, sehingga penulis dapat mengemukakan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

Ha3 : Tingkat hutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

persistensi laba.

4) Pengaruh aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi

dengan laba fiskal, dan tingkat hutang terhadap persistensi laba.

Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran diatas penulis

dapat mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha4 : Aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal dan tingkat hutang berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap persistensi laba.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan termasuk kedalam kategori

kuantitatif dengan metode korelasional, yaitu suatu metode penelitian untuk

membuktikan ada atau tidaknya hubungan dan pengaruh antara dua variabel

atau lebih dengan menggunakan model regresi linier sederhana.

2. Sumber dan Cara Penentuan Data

a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,

dimana data diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut

berupa data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh

pihak lain.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

laporan-laporan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti

yaitu data tentang Aliran Kas Operasi, Perbedaan antara Laba Akuntansi

dengan Laba Fiskal, dan Tingkat Hutang pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di BEI. Data yang

digunakan yaitu laporan keuangan tahunan. Periode yang digunakan dari

tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

b. Teknik Penentuan Data

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

63

Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu

populasi dan sampel.

1) Populasi

Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat

kaitannya dengan yang akan diteliti. Populasi yang menjadi obyek

penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan-perusahaan jasa

sektor perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2010 sampai 2014 yaitu sebanyak 115

perusahaan.

2) Sampel

Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan

penelitian terhadap seluruh anggota populasi maka dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu

dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. Menurut

Sugiyono (2010:84), diungkapkan bahwa: “Nonprobability

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel”.

Teknik nonprobability sampling yang digunakan penulis

dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode sampling

purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

64

Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

a) Perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan investasi yang

terdaftar di BEI dan konsisten ada selama periode penelitian

(tahun 2010 – 2014).

b) Perusahaan jasa sektor perdangan jasa dan investasi yang

menyediakan data laporan keuangan lengkap selama kurun

waktu penelitian (tahun 2010 – 2014).

Berdasarkan pada kriteria ini, jumlah perusahaan jasa

sektor perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di BEI dan

perusahaan yang memiliki laporan keuangan tahunan yang

lengkap sebanyak 27 perusahaan. Sehingga diperoleh jumlah

sampel dalam penelitian ini sebanyak 27 perusahaan.

3. Obyek penelitian (unit of analysis)

Objek penelitian menurut Sugiyono (2010:32) diartikan bahwa,

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang

ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan pengertian tersebut, obyek penelitian merupakan

variable yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aliran Kas Operasi,

Perbedaan antara Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal, Tingkat Hutang,

dan Persistensi Laba.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

65

4. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang bersifat kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka yang

diperoleh dari laporan keuangan tahunan pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di BEI. Teknik pengumpulan

data yang digunakan penulis dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu:

a. Penelitian dengan metode dokumentasi

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode

dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data

sekunder dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan di BEI melalui

www.idx.co.id.

b. Studi pustaka (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha guna memperoleh data

yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang

diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh dari literatur, catatan kuliah serta

tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini penulis

juga menggunakan media internet sebagai penelusuran informasi

mengenai teori maupun data-data penelitian yang dilakukan.

5. Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Variabel Bebas / Independen (Variabel X)

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel

yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

66

variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk

menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.

Variabel bebas dalam penelitian ini ada tiga yaitu Aliran Kas

Operasi (X1), Perbedaan antara Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal

(X2), dan Tingkat Hutang (X3) dengan rumus sebagai berikut :

X1 = Total Aliran Kas Operasi

X2 = Beban Pajak Tangguhan t / Total Aktiva i (t-1)

X3 = Tingkat Hutang / Total Aktiva

b. Variabel Terikat / Dependen (Variabel Y)

Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi/respon

jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah persistensi laba (Y). Persistensi laba adalah

revisi laba yang diharapkan di masa depan yang terkandung

dalam laba saat ini (Meythi, 2006). Persistensi laba dapat diukur

dengan menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi

sebelum pajak satu periode masa depan dengan laba akuntansi

sebelum pajak periode sekarang (Wijayanti, 2006). Laba

akuntansi dianggap semakin persisten apabila koefisien regresinya

semakin kecil. Persitensi laba dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

PTBI(t+1) = y0 + y1PTBIt + Ut+1

Berdasarkan uraian di atas, operasionalisasi variabel penelitian ini

dapat dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

67

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala Referensi

Persistensi

Laba (Y)

Persistensi laba merupakan

revisi laba yang diharapkan

di masa depan yang tercermin

dari laba tahun berjalan.

PTBI(t+1)= y0 + y1PTBIt

+Ut+1

Nominal Meythi,

2006

Aliran kas

operasi (X1)

Aktivitas operasi adalah

aktivitas penghasil utama

pendapatan perusahaan

(principal revenue-producing

activities) dan aktivitas lain

yang bukan merupakan

aktivitas investasi dan

aktivitas pendanaan.

Aliran kas yang dihitung

berdasarkan total aliran

kas operasi pada tahun

berjalan.

Nominal Syakur,

2009

Perbedaan

antara Laba

Akuntansi

dengan

Laba Fiskal

(X2)

Perbedaan laporan keuangan

akuntansi (komersial) dengan

laporan keuangan fiskal

adalah perbedaan yang

terjadi karena tidak semua

peraturan akuntansi dalam

standar akuntansi keuangan

diperbolehkan dalam

peraturan pajak.

Beban Pajak Tangguhan it =

Beban Pajak Tangguhan t /

Total Aktiva (t-1)

Rasio Andreani

dan Vera,

2014

Tingkat

Hutang(X3)

Hutang diartikan sebagai

seluruh kewajiban

perusahaan kepada kreditor

atau pihak lain yang

memberikan pinjaman modal

kepada perusahaan.

DAR = Total Hutang / Total

Aktiva

Rasio Munawir,

2004:18

6. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

a. Teknik Analisis Data.

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan

menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

68

penelitian ini. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk memastikan

bahwa di dalam model regresi yang digunakan tidak terdapat

multikolinieritas dan heteroskedastisitas serta untuk memastikan

bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal (Imam Ghozali,

2006).

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model

regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi

normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada

pengujian signifikansi koefisien regresi. Model regresi yang baik

adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau

mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara

statistik. Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan

berdasarkan probabilitas yaitu:

(1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah

normal.

(2) Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi

secara normal

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data

yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang

digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-

Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa

sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

69

melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak

normal.

b) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa

atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi

yang kuat di antara sesama variabel independen maka

konsekuensinya adalah:

(1) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

(2) Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak

terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara

sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari

koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar

errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk

mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan

menggunakan Variance Inflation Factors (VIF). Jika nilai VIF

nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat

Multikolinieritas (Gujarati, 2004: 362).

c) Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran

koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran

dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan

demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan,

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

70

maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari

model regresi.

Untuk menguji apakah varian dari residual homogen

digunakan uji Glejser test, yaitu dengan mengregresikan variabel

bebas terhadap nilai absolut dari residual (error). Apabila

koefisien regresi dari masing-masing variabel modal kerja ada

yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan

adanya heteroskedastisitas. Jika nilai koefisien korelasi dari

masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual

(error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat

heteroskedastisitas (Gujarati, 2004: 406).

Selain itu, dengan menggunakan program SPSS.21,

heteroskedastisitas juga bisa dilihat dengan melihat grafik

scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED

dengan residualnya SDRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-

titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah

terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak membentuk pola

tertentu yang teratur, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d) Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi

yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau

dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh

error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya

autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

71

menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi

sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik

melalui uji Durbin-Watson (DW test) (Ghozali, 2006). Dasar

pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:

Tabel 3.2

Kriteria Autokorelasi Durbin Watson

2) Analisis regresi linier berganda.

Penjelasan garis regresi menurut Andi Supangat (2007:325)

yaitu:

“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating line)

adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram)

sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir

besarnya variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat

Jika Keputusan

d < dl Terjadi masalah autokorelasi yang positif dan

perlu perbaikan

dl < d < du Ada masalah autokorelasi positif tetapi lemah,

dimana perbaikan akan lebih baik

du < d < 4 – du Tidak ada masalah autokorelasi

4 – du < d < 4 - dl Masalah autokorelasi lemah, dimana perbaikan

akan lebih baik

4 – dl < d Masalah autokorelasi serius

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

72

juga dipergunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau

negatifnya).”

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan

untuk membuktikan sejauh mana pengaruh aliran kas operasi,

perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, dan tingkat hutang terhadap

persistensi laba di perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan

investasi yang terdaftar di BEI.

b. Teknik Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan

dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis

alternatif (Ha) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan

variabel terikat.

Pengujian statistik yang dilakukan adalah :

a. Uji signifikansi parsial (Uji statistik t).

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

1) Jika thitung < ttabel, maka variabel independen secara individual

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis

ditolak).

2) Jika thitung > ttabel, maka variabel independen secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis diterima).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

73

Uji t dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t

masing-masing variabel pada output hasil regresi menggunakan

Statistical Package for the Social Sciences 21 (SPSS 21) dengan

significance level 0,05 (α = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar

dari α maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan),

yang berarti secara individual variabel independen tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α maka hipotesis diterima

(koefisien regresi signifikan), berarti secara individual variabel

independen.

b. Uji signifikansi simultan (Uji statistik F).

Uji F dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang

digunakan fit. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

1) Jika Fhitung < Ftabel, maka model regresi tidak fit (hipotesis

ditolak)

2) Jika Fhitung > Ftabel, maka model regresi fit (hipotesis diterima).

Uji F dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikan F pada

output hasil regresi menggunakan SPSS.21 dengan significance level

0,05 (α = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis

ditolak, yang berarti model regresi tidak fit. Jika nilai signifikan lebih

kecil dari α maka hipotesis diterima, yang berarti bahwa model

regresi fit.

c. Koefisien Determinasi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

74

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk

melihat seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap

variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase.

Untuk memudahkan pelaksanaan analisis data, maka penelitian

ini akan menggunakan program SPSS.21.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Obyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor perdangan

jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014

yang terdiri dari 115 perusahaan. Sampel dipilih dalam penelitian ini adalah

perusahaan go public yang tercatat di BEI dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 4.1

No Kriteria Jumlah

1 Jumlah perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan

investasi 2010 – 2014

115

2 Perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan investasi yang

tidak konsisten menerbitkan laporan keuangannya di BEI

selama periode 2010 - 2014 (delisting)

(55)

3 Perusahaan perdagangan jasa sektor perdagangan jasa dan

investasi yang tidak ada akun beban pajak tangguhan

(33)

Total sampel yang dipakai 27

Total sampel selama 5 tahun 135

2. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran dari

masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Dari analisis

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

42

tersebut, dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan

standar deviasi dari masing-masing variabel. Berikut ini merupakan statistik

deskriptif dari variabel dependen dan masing-masing variabel independen

dalam penelitian ini.

Tabel 4.2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ln_Persistensi Laba 135 .00 26.87 19.2969 8.86887

Ln_Arus Kas Operasi 135 .00 26.80 17.1998 9.65560

Laba Akuntansi vs Laba Fiskal 135 -.14 .24 .0029 .02721

Tingkat Hutang 135 .02 11.84 .7687 1.49979

Valid N (listwise) 135

Berdasarkan tabel diatas, penjelasan mengenai hasil pengujian statistik

diuraikan sebagai berikut:

a. Persistensi Laba

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Persistensi Laba memiliki nilai

minimum 0,00, nilai maksimum 26,87. Nilai rata-rata (mean)

menunjukkan nilai 19,2969 yang berarti bahwa rata-rata perusahaan

untuk merevisi laba akuntansi sebelum pajak untuk periode mendatang

sebesar 19,2969. Standar deviasinya menunjukkan nilai 8,86887 lebih

kecil dari rata-ratanya yang menunjukkan bahwa tingkat penyebaran

datanya homogen.

b. Arus Kas Operasi

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Arus Kas Operasi memiliki nilai

minimum 0,00, nilai maksimum 26,80. Nilai rata-rata (mean)

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

43

menunjukkan nilai 17,1998 yang berarti bahwa rata-rata perusahaan

dengan arus kas operasi yang pendapatan utama mempengaruhi laba

sebesar 17,1998. Standar deviasinya menunjukkan nilai 9,65560 lebih

kecil dari rata-ratanya menunjukkan bahwa tingkat penyebaran datanya

homogen.

c. Perbedaan antara Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Perbedaan antara Laba Akuntansi

dengan Laba Fiskal memiliki nilai minimum -0,14, nilai maksimum 0,24.

Nilai rata-rata (mean) menunjukkan nilai 0,0029 yang berarti bahwa rata-

rata perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal sebesar 0,29%.

Standar deviasinya menunjukkan nilai 0,02721 lebih besar dari rata-

ratanya menunjukkan bahwa tingkat penyebaran datanya heterogen.

d. Tingkat Hutang

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Tingkat Hutang memiliki nilai

minimum 0,02, nilai maksimum 11,84. Nilai rata-rata (mean)

menunjukkan nilai 0,7687 yang berarti bahwa rata-rata perusahaan

memiliki hutang 76,87% dari total aktiva. Standar deviasinya

menunjukkan nilai 1,49979 lebih besar dari rata-ratanya menunjukkan

bahwa tingkat penyebaran datanya heterogen.

3. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi

linier berganda, ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar kesimpulan

dari regresi tersebut tidak bias, diantaranya adalah uji normalitas, uji

multikolinieritas (untuk regresi linear berganda), uji heteroskedastisitas dan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

44

uji autokorelasi (untuk data yang berbentuk deret waktu). Pada penelitian ini

keempat asumsi yang disebutkan diatas tersebut diuji karena variabel bebas

yang digunakan pada penelitian ini lebih dari satu (berganda) dan data yang

dikumpulkan mengandung unsur deret waktu (5 tahun pengamatan).

a. Hasil Pengujian Normalitas Data Residual

Pengujian normalitas data residual hasil taksiran model regresi

(error term) dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov

terhadap data residual hasil taksiran model regresi. Hasil perhitungan

untuk model yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

Hasil perhitungan nilai Kolmogorov untuk model regresi yang

diperoleh sebesar 0,085 dengan probability (p-value) sebesar 0,08. Nilai

probability uji Kolmogorov lebih besar dari tingkat kekeliruan 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa nilai residual dari model regresi berdistribusi

normal.

b. Hasil Pengujian Multikolinearitas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara

beberapa atau semua variabel bebas pada model regresi. Jika terdapat

Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat

kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 112

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7 Std. Deviation .57858309

Most Extreme Differences Absolute .119 Positive .058 Negative -.119

Kolmogorov-Smirnov Z 1.256 Asymp. Sig. (2-tailed) .085

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

45

koefisien determinasi yang sangat besar tetapi pada pengujian parsial

koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat sedikit sekali

koefisien regresi yang signifikan. Pada penelitian ini digunakan nilai

variance inflation factors (VIF) sebagai indikator ada tidaknya

multikolinieritas diantara variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas dapat

dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4

Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas

Berdasarkan nilai VIF yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 4.4

diatas menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup kuat antara sesama

variabel bebas, dimana nilai VIF dari ketiga variabel bebas lebih kecil dari

10 dan nilai Tolerance di atas 0.10 dapat disimpulkan tidak terdapat

multikolinieritas diantara ketiga variabel bebas.

c. Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual tidak

homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak efisien.

Untuk menguji apakah varian dari residual homogen digunakan uji Glejser

test, yaitu dengan mengregresikan variabel bebas terhadap nilai absolut dari

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Arus Kas Operasi .979 1.021

Laba Akuntansi vs Laba Fiskal .962 1.039

Tingkat Hutang .968 1.033

a. Dependent Variable: Log_Persistensi_Laba

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

46

residual (error). Apabila koefisien korelasi dari masing-masing variabel

independen ada yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%,

mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Pada tabel 4.5 berikut dapat

dilihat nilai signifikansi masing-masing koefisien korelasi variabel bebas

terhadap nilai absolut dari residual (error).

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .431 .047

9.110 .000

Arus Kas Operasi 3.776E-013 .000 .072 .741 .460

Laba Akuntansi vs Laba Fiskal -.105 1.334 -.008 -.079 .937

Tingkat Hutang -.020 .046 -.042 -.433 .666

a. Dependent Variable: ABSRESID

Dari tabel di atas, diperoleh korelasi nilai residual dengan variabel

X1, X2, dan X3 tidak signifikan yang ditunjukkan dengan nilai signifikan

(X1 = 0.460, X2 = 0.937, X3 = 0.666) lebih dari 0,05. Sehingga

disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi yang

diperoleh.

d. Hasil Pengujian Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang

diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain

error dari observasi tahun berjalan dipengaruhi oleh error dari observasi

tahun sebelumnya. Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

47

untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regressi dan berikut

nilai Durbin-Watson yang diperoleh melalui hasil estimasi model regressi.

Tabel 4.6

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .301a .091 .066 .58656 1.836

a. Predictors: (Constant), Tingkat Hutang, Arus Kas Operasi, Laba Akuntansi vs Laba

Fiskal

b. Dependent Variable: Log_Persistensi_Laba

Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai statistik Durbin-

Watson (D-W) = 1,836. Karena nilai Durbin-Watson model regressi

(1,836) lebih besar dari dU (1.7645) dan kurang dari 4-dU (2.2355), yaitu

daerah tidak ada autokorelasi maka dapat disimpulkan tidak terjadi

autokorelasi pada model regresi.

4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk melakukan

prediksi, perubahan nilai variabel dependen yaitu persistensi laba apabila

nilai variabel bebas yaitu aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi

dengan laba fiskal, dan tingkat hutang naik atau turun nilainya. Dalam

penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan karena variabel yang

menjadi kajian dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu aliran kas

operasi sebagai variabel X1, perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal sebagai variabel X2, dan tingkat hutang sebagai X3 dan satu variabel

dependen yaitu persistensi laba. Untuk model matematis untuk hubungan

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

48

antara ketiga variabel tersebut adalah persamaan regresi berganda, yaitu

sebagai berikut:

Hasil perhitungan koefisien regresi linier berganda dengan

menggunakan bantuan program SPSS berdasarkan data penelitian adalah

berikut :

Tabel 4.7

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil koefisien regresi yang diperoleh dari tabel di atas dapat ditulis

dalam bentuk persamaan yang menggambarkan hubungan data X dan Y yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Y = 17.510 + 0.168 X1 + 12.138 X2 + (1.476) X3

Persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 17.510 persen menunjukkan nilai rata-rata persistensi laba

pada Perusahaan Jasa Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi selama periode

tahun 2010-2014 tidak ada perubahan pada aliran kas operasi, perbedaan

antara laba akuntansi dengan laba fiskal maupun tingkat hutang.

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 17.510 1.734

10.098 .000

Arus Kas Operasi .168 .081 .183 2.068 .003

Laba Akuntansi vs

Laba Fiskal 12.138 27.554 .037 .441 .408

Tingkat Hutang -1.476 .515 -.250 -2.865 .303

a. Dependent Variable: Log_Persistensi_Laba

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

49

b. Aliran kas operasi memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0.168, artinya

setiap peningkatan aliran kas operasi sebesar 1 kali diprediksi akan

meningkatkan persistensi laba sebesar 0.168 persen dengan asumsi perbedaan

antara laba akuntansi dengan laba fiskal dan tingkat hutang tidak berubah.

c. Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal memiliki koefisien

bertanda positif sebesar 12.138, artinya setiap peningkatan perbedaan antara

laba akuntansi dengan laba fiskal sebesar 1 kali diprediksi akan meningkatkan

persistensi laba sebesar 12.138 persen dengan asumsi aliran kas operasi dan

tingkat hutang tidak berubah.

d. Tingkat hutang memiliki koefisien bertanda negatif sebesar -1.476, artinya

setiap peningkatan tingkat hutang sebesar 1 kali diprediksi akan menurunkan

persistensi laba sebesar -1.476 persen dengan asumsi aliran kas operasi dan

perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal tidak berubah.

5. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Hasil Uji Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Statistik uji yang

digunakan pada pengujian parsial adalah uji t. Nilai statistik uji t yang

digunakan pada pengujian secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 17.510 1.734

10.098 .000

Arus Kas Operasi .168 .081 .183 2.068 .003

Laba Akuntansi vs Laba Fiskal 12.138 27.554 .037 .441 .408

Tingkat Hutang -1.476 .515 -.250 -2.865 .303

a. Dependent Variable: Log_Persistensi_Laba

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

50

Nilai statistik uji t yang terdapat pada tabel 4.8 selanjutnya akan

dibandingkan dengan nilai ttabel untuk menentukan apakah variabel yang sedang

diuji berpengaruh signifikan atau tidak.

1) Pengaruh Aliran Kas Operasi Secara Parsial Terhadap Persistensi Laba.

Untuk melihat pengaruh aliran kas operasi terhadap persistensi laba,

hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

H01: Aliran kas operasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap persistensi laba.

Ha1: Aliran kas operasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

persistensi laba.

Tingkat signifikansi tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 % dengan

derajat kebebasan (df= n-k-1) df= 135-3-1= 131, dimana nilai ttabel pengujian

dua arah sebesar 1.97824. Dan Dengan bantuan software SPSS, seperti

terlihat pada tabel 4.8 diperoleh nilai thitung variabel aliran kas operasi sebesar

2.068. Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel

menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel (2.068 > 1.97824) dengan nilai

signifikansi (p-value) = 0,000 lebih kecil dari 0,05 artinya dengan tingkat

kepercayaan 95% dapat disimpulkan pada tingkat Ho1 ditolak dan Ha1

diterima yang berarti aliran kas operasional secara parsial memiliki pengaruh

signifikan terhadap persistensi laba.

Dengan pengaruh yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa hasil

uji hipotesis variabel aliran kas operasi terhadap persistensi laba dalam

penelitian ini dapat digeneralisasikan atau diberlakukan umum pada anggota

populasi secara keseluruhan. Hal ini disebabkan kenaikan dan penurunan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

51

persistensi laba tidak hanya tercemin pada aliran kas operasi, namun adanya

faktor lain yang mempengaruhi persistensi laba.

2) Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal

Secara Parsial Terhadap Persistensi Laba.

Untuk melihat pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal terhadap persistensi laba, hipotesis statistik yang digunakan adalah

sebagai berikut :

H02: Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.

Ha2: Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.

Tingkat signifikansi tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 % dengan

derajat kebebasan (df= n-k-1) df= 135-3-1= 131, dimana nilai ttabel pengujian

dua arah sebesar 1.97824. Dan Dengan bantuan software SPSS, seperti

terlihat pada tabel 4.8 diperoleh nilai thitung variabel perbedaan laba akuntansi

dengan laba fiskal sebesar 0.441. Hasil yang diperoleh dari perbandingan

thitung dengan ttabel menunjukkan thitung lebih kecil dari ttabel (0.441 < 1.97824)

dengan nilai signifikansi (p-value) = 0,408 lebih besar dari 0,05 artinya

dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan pada tingkat Ho2

diterima dan Ha2 ditolak yang berarti perbedaan antara laba akuntansi dengan

laba fiskal secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

persistensi laba.

Dengan tidak berpengaruh tersebut menunjukkan bahwa hasil uji

hipotesis variabel perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal terhadap

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

52

persistensi laba dalam penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan atau

diberlakukan umum pada anggota populasi secara keseluruhan. Hal ini

disebabkan kenaikan dan penurunan persistensi laba tidak hanya tercemin

pada perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal. Secara konseptual tentunya

perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal berpengaruh terhadap

persistensi laba, karena semakin besar perbedaan antara laba akuntansi

dengan laba fiskal maka persistensi laba perusahaan akan semakin kecil.

Sebaliknya semakin kecil perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal,

maka semakin tinggi persistensi laba yang dimiliki oleh perusahaan.

3) Pengaruh Tingkat Hutang Secara Parsial Terhadap Persistensi Laba.

Untuk melihat pengaruh tingkat hutang terhadap persistensi laba,

hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

H03: Tingkat hutang secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap persistensi laba.

Ha3: Tingkat hutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

persistensi laba.

Tingkat signifikansi tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 % dengan

derajat kebebasan (df= n-k-1) df= 135-3-1= 131, dimana nilai ttabel pengujian

dua arah sebesar 1.97824. Dan Dengan bantuan software SPSS,seperti terlihat

pada tabel 4.8 diperoleh nilai thitung variabel tingkat hutang sebesar -2.865.

Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel (-2.865< -1.97824)

dengan nilai signifikansi (p-value) = 0,303 lebih besar dari 0,05 artinya

dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan pada tingkat Ho3 ditolak

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

53

dan Ha3 diterima yang berarti tingkat hutang secara parsial memiliki

pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap persistensi laba.

Berdasarkan data sekunder yang ada dan dari hasil penelitian yang

diperoleh, mengindikasikan bahwa variabel tingkat hutang berpengaruh

terhadap persistensi laba. Dengan berpengaruh tersebut menunjukkan bahwa

hasil uji hipotesis variabel tingkat hutang terhadap persistensi laba dalam

penelitian ini dapat digeneralisasikan atau diberlakukan umum pada anggota

populasi secara keseluruhan.

b. Hasil Uji Simultan (Uji F)

Pengaruh Aliran Kas Operasi, Perbedaan antara Laba Akuntansi

dengan Laba Fiskal, dan Tingkat Hutang Secara Simultan Terhadap

Persistensi Laba

Selanjutnya untuk menguji apakah terdapat pengaruh aliran kas

operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal, dan tingkat

hutang terhadap persistensi laba hipotesis statistik yang digunakan adalah

sebagai berikut :

H04: Aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal dan tingkat hutang secara simultan tidak berpengaruh

signifikan terhadap persistensi laba.

Ha4: Aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal dan tingkat hutang secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap persistensi laba.

Untuk melakukan pengujian hipotesis secara simultan yang dapat

dilihat dari tabel ANOVA hasil pengolahan SPSS sebagai berikut:

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

54

Tabel 4.9

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 3.710 3 1.237 3.594 .016b

Residual 37.158 108 .344

Total 40.868 111

a. Dependent Variable: Log_Persistensi_Laba

b. Predictors: (Constant), Tingkat Hutang, Arus Kas Operasi, Laba Akuntansi vs Laba Fiskal

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Fhitung untuk model regresi

yang diperoleh adalah 3,594 dengan nilai signifikansi sebesar 0,016.

Sedangkan perhitungan untuk Ftabel adalah dengan tingkat signifikansi

tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 % dengan derajat kebebasan (k-1;-n-k)

df = 3;131. Pada tabel F untuk df1= 3, df2=131, maka diperoleh nilai Ftabel

sebesar 2,67 sehingga dari hasil yang diperoleh dari perbandingan Fhitung

dengan Ftabel adalah Fhitung > Ftabel (3,594 > 2,67), sehingga pada tingkat

kekeliruan 5% H04 ditolak dan Ha4 diterima yang berarti ketiga variabel

bebas, yaitu aliran kas operasional, perbedaan antara laba akuntansi dengan

laba fiskal dan tingkat hutang secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap persistensi laba pada perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan

investasi di BEI.

Hal ini disebabkan kenaikan dan penurunan persistensi laba tidak hanya

tercemin pada nilai aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi

dengan laba fiskal dan tingkat hutang. Dengan pengaruh yang signifikan

tersebut menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis variabel aliran kas operasi,

perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal dan tingkat hutang

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

55

terhadap persistensi laba dalam penelitian ini dapat digeneralisasikan atau

diberlakukan umum pada anggota populasi secara keseluruhan.

Persistensi laba mengindikasikan laba yang berkualitas karena

menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke

waktu. Investor menginginkan laba yang persisten karena investor dapat

memprediksi nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham. Hal ini

mengindikasikan laba yang diperoleh perusahaan tersebut meningkat terus

menerus.

c. Hasil Uji Determinasi (Uji R Square)

Koefisien Determinasi (KD) yang menunjukkan besarnya

pengaruh aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan

laba fiskal dan tingkat hutang terhadap persistensi laba dapat dilihat

dari tabel 4.10 sebagai berikut:

Table 4.10

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .301a .091 .066 .58656 1.836

a. Predictors: (Constant), Tingkat Hutang, Arus Kas Operasi, Laba Akuntansi vs Laba

Fiskal

b. Dependent Variable: Log_Persistensi_Laba

Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh Nilai Adjusted R square sebesar

0,066 atau 6,6%. Hasil ini berarti bahwa ada kontribusi sebesar 6,6%

pengaruh aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan

laba fiskal dan tingkat hutang secara simultan terhadap persistensi laba

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

56

dan sisanya yaitu 93,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diikutsertakan dalam penelitian.

6. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian data diatas dapat dibuktikan bahwa :

a. Aliran Kas Operasi Pada Perusahaan Jasa Sektor Perdagangan

Jasa dan Investasi di BEI.

Penelitian pertama yang diajukan pada penelitian ini adalah

aliran kas operasi. Untuk menjaga laba yang persistensi atau laba yang

tidak berfluktuasi maka perusahaan perlu meningkatkan aliran kas

operasinya karena aliran kas operasi diperoleh dari penghasil utama

pendapatan perusahaan sehingga semakin tinggi aliran kas operasi

terhadap laba maka akan semakin tinggi pula persistensi laba.

Berdasarkan data yang diperoleh serta dari hasil penelitian dapat

dilihat bahwa aliran kas operasi mengalami fluktuasi naik dan turun

setiap tahunnya, hal ini dapat mencerminkan penghasil utama

pendapatan perusahaan tidak persisten setiap tahunnya, menyebabkan

aliran kas operasi terhadap laba yang dimiliki perusahaan berfluktuasi

atau bersifat transitori (sementara).

Penjelasan untuk data aliran kas operasi pada perusahaan jasa

sektor perdagangan jasa dan investasi dari tahun ke tahun sebagai

berikut:

1) Pada tahun 2010 rata-rata aliran kas operasi perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi adalah 10,367,265,999. Pada tahun

tersebut masih ada beberapa perusahaan yang mempunyai aliran

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

57

kas operasi rendah seperti PT. Pembangunan Graha Lestari Indah

Tbk (PGLI), PT. Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk (SHID), PT.

Leo Investments Tbk (ITTG), PT. Lautan Luas Tbk (LTLS), PT.

Multi Indocitra Tbk (MICE), PT. Millennium Pharmacon

International Tbk (SDPC), PT. Wahana Phonix Mandiri Tbk

(WAPO), perusahaan tersebut memiliki aliran kas operasi yang

sangat rendah bahkan sampai dengan minus.

2) Pada tahun 2011 rata-rata aliran kas operasi perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi adalah -1,897,882,584. Terjadi

penurunan dari tahun 2010 sebesar 12.265.148.583. Hal ini

disebabkan adanya penurunan aliran kas operasi dari beberapa

perusahaan pada tahun tersebut.

3) Pada tahun 2012 rata-rata aliran kas operasi mengalami kenaikan

dari tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut merupakan rata-rata

tertinggi selama 5 tahun yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2014.

Rata-rata aliran kas operasi pada tahun 2012 yaitu sebesar

197,564,713,583.

4) Pada tahun 2013 rata-rata aliran kas operasi pada perusahaan jasa

sektor perdagangan jasa dan investasi mengalami penurunan

sebesar 95.312.251.054. Penurunan tersebut terjadi karena adanya

perusahaan yang mengalami penurunan aliran kas operasi yang

signifikan yaitu pada PT. Millennium Pharmacon International Tbk

(SDPC), dan PT. Rimo Catur Lestari Tbk (RIMO).

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

58

5) Pada tahun 2014 rata-rata aliran kas operasi pada perusahaan jasa

sektor perdagangan jasa dan investasi mengalami kenaikan dari

tahun 2013. Rata-rata aliran kas operasi pada tahun 2014 yaitu

sebesar 189,647,620,942 yang merupakan angka tertinggi kedua

setelah tahun 2012.

b. Perbedaan antara Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal Pada

Perusahaan Jasa Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi di BEI.

Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian-penyesuaian

terhadap laporan keuangan komersial berdasarkan ketentuan

peraturan perpajakan di Indonesia. Standar yang mengatur

penyusunan laporan keuangan fiskal adalah peraturan perpajakan,

sedangkan standar yang mengatur penyusunan laporan keuangan

komersial adalah Standar Akuntansi Keuangan. Dasar yang berbeda

dalam penyusunan laporan keuangan tersebut dapat menimbulkan

terjadinya perbedaan penghitungan laba (rugi) perusahaan.

Penjelasan untuk data perbedaan antara laba akuntansi dengan

laba fiskal pada perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan investasi

dengan menggunakan proxi beban pajak tangguhan dari tahun ke tahun

sebagai berikut:

1) Pada tahun 2010 perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal pada perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan investasi

terbilang rendah yaitu sebesar -0.01941. Semakin rendahnya

perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal maka

persistensi laba yang dimiliki oleh perusahaan semakin tinggi.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

59

2) Pada tahun 2011 perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal pada perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan investasi

mengalami peningkatan dari tahun 2010. Perbedaan antara laba

akuntansi dengan laba fiskal pada tahun 2011 yaitu sebesar

0.03566.

3) Pada tahun 2012 perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal mengalami kenaikan sebesar 0,01501. Pada tahun 2012

tersebut merupakan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal terbesar dalam periode 5 tahun yaitu dari tahun 2010 sampai

tahun 2014. Kenaikan yang tinggi akan menyebabkan penurunan

pada persistensi laba perusahaan.

4) Pada tahun 2013 perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal sebesar -0.00944. Dengan kata lain adanya penurunan

sebesar 0,06011 pada tahun 2013 dari tahun 2012.

5) Hasil perhitungan data perbedaan antara laba akuntansi dengan laba

fiskal pada tahun 2014 sebesar 0.02207. Pada tahun 2014 adanya

kenaikan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal dari

tahun 2013 sebesar 0,03151.

c. Tingkat Hutang Pada Perusahaan Jasa Sektor Perdagangan Jasa

dan Investasi di BEI.

Tingkat hutang yang besar akan menyebabkan perusahaan

meningkatkan persistensi laba dengan tujuan untuk

mempertahankan kinerja perusahaan yang baik di mata auditor dan

investor.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

60

Berdasarkan data yang diperoleh serta dari hasil penelitian dapat

dilihat bahwa tingkat hutang cenderung meningkat meskipun pada

tahun 2014 mengalami penurunan.

Penjelasan untuk data tingkat hutang pada perusahaan jasa

sektor perdagangan jasa dan investasi dari tahun ke tahun sebagai

berikut:

1) Pada tahun 2010 tingkat hutang, perusahaan tercatat pada nilai

3.37951 atau 338% sehingga kemampuan perusahaan untuk

membayar kembali utang jangka panjang dengan menggunakan

aktiva yang dimiliki perusahaan tinggi dan dikatakan solvabel

karena hasil lebih dari 100%.

2) Pada tahun 2011 tingkat hutang pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi naik dari tahun 2010 yaitu

3.67909 atau 368%. Kemampuan perusahaan untuk membayar

kembali utang jangka panjang dengan menggunakan aktiva yang

dimiliki perusahaan tinggi dan dikatakan solvabel karena hasil

lebih dari 100%.

3) Pada tahun 2012 tingkat hutang pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi naik dari tahun 2011 yaitu

4.50077 atau 450%. Kemampuan perusahaan untuk membayar

kembali utang jangka panjang dengan menggunakan aktiva yang

dimiliki perusahaan tinggi dan dikatakan solvabel karena hasil

lebih dari 100%.

4) Pada tahun 2013 tingkat hutang pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi naik dari tahun 2012 yaitu

4.75091 atau 475%. Kemampuan perusahaan untuk membayar

kembali utang jangka panjang dengan menggunakan aktiva yang

dimiliki perusahaan tinggi dan dikatakan solvabel karena hasil

lebih dari 100%.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

61

5) Pada tahun 2014 tingkat hutang pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi turun dari tahun 2013 yaitu

4.44445 atau 444%. Meskipun terjadinya penurunan tingkat

hutang perusahaan di tahun 2014 akan tetapi kemampuan

perusahaan untuk membayar kembali utang jangka panjang

dengan menggunakan aktiva yang dimiliki perusahaan tinggi

dan dikatakan solvabel karena hasil lebih dari 100%.

Tingkat hutang pada perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan

investasi yang terdaftar di BEI dari tahun 2010 hingga 2014 dapat

dikatakan solvable karena lebih dari 100%. Semakin tinggi tingkat hutang

maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk

investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

d. Persistensi Laba Pada Perusahaan Jasa Sektor Perdagangan Jasa

dan Investasi di BEI.

Persistensi laba mengindikasikan laba yang berkualitas karena

menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari

waktu ke waktu. Investor menginginkan laba yang persisten karena

investor dapat memprediksi nilai perusahaan yang tercermin dalam

harga saham.

Penjelasan untuk data persistensi laba pada perusahaan jasa

sektor perdagangan jasa dan investasi dari tahun ke tahun sebagai

berikut:

1) Pada tahun 2010 persistensi laba pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi sebesar 90,986,563,221. Pada

tahun 2010 beberapa perusahaan memiliki persistensi laba yang

rendah (minus) yaitu PT. Leo Investments Tbk (ITTG) dan PT.

Rimo Catur Lestari Tbk (RIMO).

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

62

2) Pada tahun 2011 persistensi laba pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi naik dari tahun 2010 yaitu sebesar

109,289,918,956. Disebabkan adanya beberapa perusahaan yang

persistensi labanya naik dari tahun sebelumnya.

3) Pada tahun 2012 persistensi laba mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan penurunan terendah

selama 5 tahun yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2014.

Persistensi laba pada tahun 2012 yaitu sebesar 77,002,407,037.

4) Pada tahun 2013 persistensi laba mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan tertinggi

selama 5 tahun yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2014.

Persistensi laba pada tahun 2013 yaitu sebesar 263,752,218,470.

5) Pada tahun 2014 persistensi laba pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi sebesar 208,590,107,672. Pada

tahun 2014 adanya perusahaan yang memiliki persistensi laba

rendah (minus) yaitu PT. Rimo Catur Lestari Tbk (RIMO).

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

63

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai pengaruh aliran kas operasi,

perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal, dan tingkat hutang

terhadap persistensi laba yang dilakukan dengan menggunakan data tahunan

dari laporan keuangan perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan investasi

yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan 2014 diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

a. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda

membuktikan bahwa variabel aliran kas operasi memiliki pengaruh

signifikan terhadap persistensi laba pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di BEI. Dengan demikian

menerima hipotesis pertama (Ha1) yang menyatakan aliran kas operasi

secara parsial berpengaruh terhadap persistensi laba.

b. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda

membuktikan bahwa variabel perbedaan antara laba akuntansi dengan

laba fiskal tidak memiliki pengaruh terhadap persistensi laba pada

perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di

BEI. Dengan demikian menerima hipotesis nol (Ho2) yang menyatakan

perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal secara parsial tidak

berpengaruh terhadap persistensi laba.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

64

c. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda

membuktikan bahwa variabel tingkat hutang memiliki pengaruh tetapi

tidak signifikan terhadap persistensi laba pada perusahaan jasa sektor

perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di BEI. Dengan demikian

menerima hipotesis (Ha3) yang menyatakan tingkat hutang secara parsial

berpengaruh terhadap persistensi laba.

d. Hasil analisis regresi memperlihatkan secara simultan atau bersama-sama

aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal,

dan tingkat hutang mempunyai pengaruh signifikan terhadap persistensi

laba pada perusahaan jasa sektor perdagangan jasa dan investasi yang

terdaftar di BEI. Dengan demikian menerima hipotesis (Ha4) yang

menyatakan aliran kas operasi, perbedaan antara laba akuntansi dengan

laba fiskal, dan tingkat hutang secara simultan berpengaruh terhadap

persistensi laba.

2. Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini antara lain :

a. Penelitian ini hanya meneliti aliran kas aktivitas operasi, masih ada

beberapa aktivitas lainnya seperti aliran kas aktivitas investasi dan aliran

kas aktivitas pendanaan.

b. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan jasa sektor perdagangan jasa

dan investasi. Sampel data yang digunakan sangat terbatas yaitu 27

perusahaan.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

65

3. Saran

Saran yang dapat digunakan bagi pihak yang ingin melanjutkan

penelitian ini adalah:

a. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lainnya, tidak hanya

menggunakan variabel aliran kas operasi, perbedan antara laba akuntansi

dengan laba fiskal dan tingkat hutang.

b. Jumlah sampel yang diambi lebih banyak dan luas dengan menambahkan

jenis-jenis perusahaan Go Public yang lain dengan periode pengamatan

yang lebih lama serta menggunakan data-data yang literatur Pusat

Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market

Library (ICaMEL), Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan

situs BEI (www.idx.co.id).

DAFTAR PUSTAKA

Asma, T. N. 2013. Pengaruh Aliran Kas dan Perbedaan antara Laba Akuntansi

dengan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba. Jurnal Akuntansi. Vol 1,

No. 1, seri E. Universitas Negeri Padang. Padang.

Astika, Ida Bayu Putra. (2010). Hubungan Keagenan dan Hukum Besi dalam

Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol 4 No. 2.

Barus, Andreani Caroline.,Vera Rica. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa

Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Medan.

Beaver, W.H. (2002). Perspectives on Recent Capital Market Research. The

Accounting Review, Vol 77, No 2.

Diana, Shinta Rahma., Kusuma, Indra Wijaya. (2004). Pengaruh Faktor

Kontekstual terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi

dalam Menjelaskan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol

7, No. 1.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

66

Djamaluddin, Subekti., Handayani Tri Wijayanti dan Rahmawati. (2008). Analisis

Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal

terhadap Persistensi Laba, Akrual Dan Aliran Kas pada Perusahaan

Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia. Vol 11, No. 1.

Fanani, Z. (2010). Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi Laba, Jurnal

Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 7, No 1. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta.

Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Gujarati, Damodar. (2004). Basic Economietrics. Fourth Edition. Mc.Graw Hill

International Edition. Singapore.

Hanlon, M. (2005). The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and

Cash Flows When Firms Have Large Book­tax Differences. The

Accounting Review 80 (March).

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Salemba Empat. Jakarta.

Jensen, M. and Meckling, W. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior

Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance Economic.

Vol 3, No 4.

Jonas, G. and J. Blanchet. (2000). Assessing Quality of Financial Reporting.

Accounting Horizons.

Kieso, D. E., Weygandt, J. J, Warfiled,T.D. (2011). Intermediate Accounting.

Volume 1. IFRS Edition. John Wiley & Son. New York.

Lestari, Budi. (2011). Analisis Pengaruh Book Tax Differences terhadap

Pertumbuhan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di BEI. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Martani, Dwi., Persada, Aulia Eka. (2008). Pengaruh Book Tax Gap terhadap

Persistensi Laba. Jurnal Akuntansi Keuangan. Jakarta.

Martani, Dwi., Persada, Aulia Eka. (2009). Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Book Tax Gap dan Pengaruhnya Terhadap Persistensi

Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 7, No 2 .

Universitas Indonesia. Jakarta.

Martono., Harjito, D. Agus. (2012). Manajemen Keuangan. Ekonosia.

Yogyakarta.

Meythi. (2006). Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham dengan

Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional

Akuntansi 9. Padang.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalahdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...38 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berkaitan dengan laba (earnings) mempunyai

67

Munawir, S. (2004). Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Pagalung, G. (2006). Kualitas Informasi Laba:Faktor-Faktor Penentu dan

Konsekuensi Ekonominya. Disertasi. Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta.

Penman, S. (2001). Financial Statement Analysis and Security Valuation.

McGraw­Hill Irwan. New York.

Penman, S., X.J. Zhang. (2002). Accounting Conservatism, The Quality of

Earnings, and Stock Return. The Accounting Review. Vol 77, No 2.

Resmi, Siti. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. Buku 1 Edisi 6. Salemba

Empat. Jakarta.

Scott, William R. (2000). Financial Accounting Theory. Prentice Hall Inc.

Ontario. Canada.

Sugiri, Slamet. (2002). Akuntansi Pengantar 2. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Supangat, Andi. (2007). Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan

Nonparametrik. Kencana. Jakarta.

Suwandika, I Made Andi., Astika, Ida Bagus Putra. (2013). Pengaruh

Perbedaan Laba Akuntansi, Laba Fiskal Tingkat Hutang Pada Persistensi

Laba. Bali.

Syakur, Ahmad Syafi’I .(2009). Intermediate Accounting. Publisher. Jakarta.

Wijayanti, Handayani. (2006). Analisis Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan

Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas. Simposium

Nasional Akuntansi 9. Padang.

www.idx.co.id