bab i pendahuluan...1 bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah menurut data yang diperoleh dari...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017
jumlah industri yang bergerak di bidang jasa pembiayaan mencapai 263 perusahaan (OJK,
2017). Maraknya perusahaan pembiayaan di Indonesia membuat persaingan bisnis dalam
lingkup pembiayaan semakin ketat. Masing-masing perusahaan pembiayaan saat ini berusaha
mendapatkan konsumen sebanyak mungkin melalui berbagai strategi pemasaran salah
satunya adalah dengan cara meringankan persyaratan masyarakat untuk bisa mendapatkan
kredit. Dengan semakin diringankannya persyaratan tersebut, mampu meningkatkan minat
masyarakat untuk menggunakan jasa perusahaan pembiayaan.
Meningkatnya konsumen yang pengajuan kreditnya diterima namun kondisi
perekonomiannya cenderung terbatas juga dapat menimbulkan masalah. Salah satunya adalah
konsumen mengalami hambatan untuk dapat membayar angsuran tepat waktu dikarenakan
perlu memenuhi kebutuhan yang lebih mendesak seperti biaya pendidikan. Adanya
konsumen yang mengalami hambatan dalam melakukan pembayaran memberikan tuntutan
pekerjaan ekstra pada staff collection sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab utama
untuk mengatasi masalah tersebut.
Tugas dan tanggung jawab staff collection adalah mengantarkan surat peringatan
mengenai keterlambatan pembayaran, melakukan kunjungan ke konsumen (tempat tinggal
atau lokasi yang disepakati), melakukan penagihan atas kewajiban pembayaran, serta menarik
unit kendaraan mobil atau motor apabila konsumen tidak sanggup membayar. Staff collection
diberikan target setiap bulannya dalam bentuk sejumlah nominal tertentu yang harus
![Page 2: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Universitas Kristen Maranatha
diperoleh dan unit kendaraan yang harus diambil kembali dari pihak konsumen apabila sudah
tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran. Selain diwajibkan untuk mencapai target
pribadi, staff collection juga diharuskan untuk mampu menyelesaikan masalah konsumen
yang terlambat melakukan pembayaran di cabang tersebut.
Menurut keterangan yang diperoleh peneliti melalui wawancara dengan sembilan
orang staff collection, diketahui bahwa jumlah kasus konsumen yang mengalami hambatan
melakukan pembayaran dan menjadi beban target bulanannya bisa bertambah banyak setiap
hari. Setiap harinya masing-masing staff collection diberikan target sejumlah konsumen yang
harus dikunjungi, memberikan janji akan membayar pada waktu tertentu, dan konsumen yang
menepati janji pembayaran sesuai dengan waktu yang disepakati. Rata-rata setiap staff
collection ditargetkan untuk mengunjungi enam hingga sepuluh orang konsumen setiap
harinya. Dari konsumen yang ditargetkan tersebut, staff collection dituntut untuk melaporkan
sekurang-kurangnya terdapat 80% konsumen memberikan janji bahwa ia akan membayar
pada tanggal tertentu. Kemudian, staff collection juga diharuskan memenuhi target 80%
konsumen yang melakukan pembayaran. Apabila staff collection mampu membuat 90% dari
konsumen yang ditargetkannya melakukan pembayaran, mereka akan mendapatkan insentif
dalam jumlah yang cukup besar. Dalam memperhitungkan insentif, selain melibatkan target
pribadi juga akan ditinjau mengenai jumlah target cabang yang mampu terselesaikan.
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, staff collection seringkali
menemukan hambatan dan kesulitan yang bervariasi. Menurut penuturan staff collection,
pekerjaan mereka sehari-hari penuh dengan ketidakpastian. Misalnya mereka seringkali
menghadapi karakter konsumen yang tidak dapat diprediksi. Meskipun mereka sudah
melakukan penagihan disertai dengan memberikan tekanan pada konsumen, belum tentu
konsumen yang bersangkutan akan melunasi kewajiban pembayarannya. Ketika telah
diberikan penekanan, tetapi konsumen tetap tidak melakukan pembayaran akan sangat
![Page 3: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Universitas Kristen Maranatha
mempengaruhi pencapaian target bulanannya dan key performance indicator. Ketika sudah
tiba di tempat, konsumen terkadang tidak ada di rumahnya walaupun misalkan sudah
membuat janji terlebih dahulu untuk bertemu. Terkadang juga staff collection mendapat
verbal abuse dalam bentuk kata-kata yang tidak enak didengar dan ancaman dari konsumen.
Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan stres. Tidak jarang ada juga konsumen yang
mencari perlindungan ke pihak lain dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sehingga menghambat staff collection dalam
bekerja. Ketika melakukan penagihan ada konsumen yang sudah pindah tempat tinggal tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu sehingga harus berusaha mencari lagi. Ketika datang ke
tempat tinggal dan akan menarik mobil atau motor tetapi unitnya sudah tidak ada
(disembunyikan atau dialihkan ke orang lain). Untuk menelusurinya ada konsumen yang
bersedia menyebutkan letak kendaraannya namun ada juga yang cenderung
menyembunyikan.
Staff collection juga banyak menghadapi konsumen yang tidak menepati janji,
misalnya sepakat melakukan pembayaran pada waktu tertentu namun meminta dispensasi
untuk ditunda lagi. Staff collection dituntut untuk bekerja pada jam yang tidak teratur,
terkadang tetap melakukan penagihan atau kunjungan ke konsumen pada pagi hari, siang,
sore, malam, bahkan dini hari yang disesuaikan dengan keadaan konsumennya. Staff
collection dituntut harus patuh pada Standar Operasional Prosedur (SOP) perusahaan namun
terkadang perlu improvisasi dalam melakukan tugasnya. Seorang staff collection juga
menyebutkan bahwa dirinya seringkali mengalami konflik ketika melakukan penagihan pada
konsumen. Ia ingin bersikap ramah kepada konsumen namun dengan adanya tekanan dari
atasan untuk segera mencapai target disertai dengan risiko kehilangan pekerjaan dan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, staff collection menjadi terpaksa harus
memberikan penekanan.
![Page 4: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Universitas Kristen Maranatha
Ketika menjalankan tugasnya sehari-hari, staff collection juga seringkali mendapatkan
tekanan dan tuntutan dari atasannya. Bentuk tekanan yang didapatkan staff collection dari
atasan diantaranya adalah penekanan bahwa target yang dibebankan harus tercapai, telepon
yang berisi instruksi/ permintaan report secara terus menerus mengenai pencapaian target,
dan konsekuensi bila target tidak tercapai. Pihak PT “X” finance memberikan beberapa
sanksi apabila targetnya tidak tercapai. Sanksi tersebut diantaranya adalah berkurangnya
jumlah pendapatan bulanan staff collection untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
mendapatkan surat peringatan satu hingga tiga, dan teguran dari atasan. Staff collection akan
mendapatkan surat peringatan satu/ pertama (SP 1) apabila melakukan pelanggaran misalnya
seperti nilai KPI kurang dari 3,00; memalsukan tanda tangan konsumen, sikap kerja buruk
(terlambat dan sering tidak hadir), menagih hanya via telepon, menerima uang dari
konsumen, terbukti melakukan kekerasan, dan juga tidak menyampaikan surat peringatan
pada konsumen. Surat peringatan dua (SP 2) akan diberikan pada staff collection yang tidak
menunjukkan perbaikan setelah ditegur dengan SP 1. Staff collection yang masih belum
menunjukkan perbaikan atau peningkatan kinerja setelah diberikan SP 2 akan dilanjutkan
dengan pemberian SP 3.
Dengan beratnya tuntutan dan beban pekerjaan sebagaimana yang diuraikan
sebelumnya, ada kalanya staff collection tidak berhasil mencapai target sesuai dengan yang
diharapkan perusahaan. Menurut keterangan dari staf human capital, staff collection
merupakan unit kerja yang tingkat stresnya cukup tinggi. Beliau juga menambahkan dengan
tekanan pekerjaan yang tinggi tersebut berdampak pada tingginya angka turn over pada posisi
pekerjaan staff collection. Penyebabnya mayoritas berasal dari kurang mampunya mencapai
target bulanan. Menurut branch collection head, untuk menunjang staff collection dalam
menjalankan tugas beliau memberikan pelatihan di kelas mengenai etika kerja, tugas dan
tanggung jawab, penjelasan terkait dengan kriteria KPI dan jumlah insentif yang akan
![Page 5: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Universitas Kristen Maranatha
diberikan ketika mencapai target, penjelasan mengenai profil perusahaan, dan juga ditambah
dengan mencoba melakukan penagihan kepada konsumen tertentu dengan didampingi oleh
supervisor atau beliau selama beberapa kali saja. Setelah diberikan pelatihan, staff collection
langsung diberikan sejumlah target yang harus dicapai per-bulannya.
Branch collection head selaku pimpinan staff collection mengatakan bahwa sejauh ini
mayoritas sudah mampu mencapai target bulanan pribadinya sebanyak 75% hingga
mendapatkan kategori 3,00 sekalipun belum mampu konsisten untuk setiap bulannya, namun
ketika dijumlahkan dengan pencapaian target cabang, nilai KPI yang diperoleh menjadi
berkurang dikarenakan masih sedikitnya target cabang yang belum terselesaikan. Beliau
mengharapkan staff collection juga mampu untuk tetap berupaya membantu penyelesaian
target cabang meskipun target pribadinya sudah mencapai kriteria 3,00 sebagai batas aman
tidak mendapatkan teguran.
Dengan adanya tuntutan dari pihak perusahaan mengenai pencapaian target yang akan
mempengaruhi jumlah insentif untuk menambah pendapatan dan hambatan dari sisi
konsumen ketika staff collection berupaya mencapai target membuat kesembilan staff
collection tersebut menyebutkan beberapa keluhan yang acapkali dialaminya ketika
menjalankan tugas. Keluhan tersebut diantaranya sebagian dari staff collection tersebut
menyebutkan seringkali merasa putus asa dengan sikap konsumen yang cenderung sulit
dtemui dan tidak menepati janji. Mereka juga menambahkan seringkali merasakan cemas,
sering menjadi tidak nafsu makan pada saat mencemaskan beban target, sering mengalami
insomnia/ sulit tidur saat menjelang evaluasi pencapaian target, dan juga sering mengeluhkan
sakit kepala dan pusing setelah mengunjungi konsumen yang ternyata tidak menepati janji
membayar. Selain itu ditemukan sebagian dari staff collection lainnya mengatakan dirinya
jarang merasakan cemas pada saat konsumen tidak ada di tempat ataupun belum menepati
janji membayar, hampir tidak pernah mengalami gangguan tidur sekalipun targetnya masih
![Page 6: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Universitas Kristen Maranatha
belum tercapai, cenderung jarang mengeluhkan pusing ataupun sakit kepala ketika menjelang
evaluasi pencapaian target.
Adanya tuntutan dari pihak perusahaan mengenai pencapaian target dan hambatan
yang dialami oleh staff collection ketika bertugas melaksanakan kewajibannya menimbulkan
berbagai respon adaptif dalam bentuk fisiologis dan psikologis yang diduga sebagai gejala
stres. Stres didefinisikan sebagai respon adaptif yang dimoderasi oleh karakteristik individual
sebagai konsekuensi dari berbagai tindakan, situasi, atau kejadian yang memberikan tuntutan
tertentu pada seseorang (Ivancevich & Matteson, 2002: 266). Tuntutan tertentu yang
dimaksud berarti tidak biasa, memberikan ancaman secara fisiologis atau psikologis, atau di
luar pengalaman biasanya (Ivancevich & Matteson, 2002: 267).
Berikutnya ditemukan juga konsumen yang mengeluhkan merasa kecewa dengan
pelayanan staff collection PT ‘X’ Finance, Tbk melalui beberapa forum diskusi. Salah
satunya adalah yang dikutip dari Faktanews.com, dimana seorang konsumen PT ‘X’ Finance,
Tbk merasa kesal dengan perlakukan staff collection terhadap dirinya yang marah-marah,
mengungkapkan kata-kata yang terkesan kasar atas pinjaman kredit, dan mengancam hendak
menarik unit kendaraannya melalui pihak eksternal ketika melakukan penagihan (Faktanews,
2017). Keluhan konsumen PT ‘X’ Finance, Tbk lainnya yang ditulis melalui surat terbuka di
konsumen.org, mengatakan dirinya merasa kesal dengan staff collection dikarenakan dirinya
baru terlambat membayar selama dua minggu akan tetapi ia sudah ditagih dengan cara yang
kasar dan mengancam akan menarik unit kendaraan (Konsumen.org, 2017).
Seorang konsumen lainnya dari sumber yang sama juga mengungkapkan keluhannya
bahwa ia merasa kecewa dengan sikap staff collection PT ‘X’ Finance, Tbk yang menagih
dengan cara kasar dan mengancam padahal ia baru terlambat membayar satu minggu. Selain
itu ada juga konsumen yang menuliskan bahwa dirinya merasa kecewa dengan pelayanan
yang diberikan oleh staff collection PT ‘X’ Finance, Tbk. Konsumen tersebut merasa kecewa
![Page 7: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/7.jpg)
7
Universitas Kristen Maranatha
ketika ia sudah menerima collection dengan ramah namun yang bersangkutan menunjukkan
sikap arogan dan diintimidasi untuk melunasi tagihan sekaligus serta diminta meninggalkan
unit kendaraannya sebagai jaminan. Konsumen lainnya dari sumber yang sama juga
mengeluhkan dirinya baru terlambat membayar satu minggu, namun staff collection sudah
mau menarik unit kendaraannya.
Menurut branch collection head, sebenarnya staff collection yang menagih dengan
cara kasar dan terlalu cepat memberikan ancaman pada konsumen untuk melakukan
pembayaran akan cenderung menimbulkan reaksi perlawanan kembali dari konsumen dan
semakin menyulitkan staff collection itu sendiri. Beliau juga menambahkan, meskipun
konsumen acapkali menghambat pencapaian kerja staff collection seperti tidak menepati janji
membayar ataupun sulit ditemui, apabila staff collection tersebut mampu memahami keadaan
konsumen dan melakukan negosiasi terlebih dahulu dengan sikap yang ramah, konsumen
akan cenderung bersikap terbuka dengan permasalahannya dalam membayar tagihan
sehingga dapat menyarankan solusi terbaik sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
Branch collection head juga mengatakan dirinya tidak mengharuskan staff collection untuk
bersikap kasar dan mengancam konsumen ketika melakukan kunjungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara kepada branch collection head,
memang ada kalanya ditemukan staff collection yang diketahui menerima uang dari
konsumen. Ia bersedia menerima uang dari konsumen karena merasa sangat
membutuhkannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta sulit menahan diri. Selain itu
juga beliau menjelaskan masalah lainnya adalah ada juga staff collection yang memalsukan
tanda tangan konsumen pada surat peringatan sebagai tanda terima. Menurut keterangan
beliau berdasarkan klarifikasi kepada yang bersangkutan, staff collection tersebut
memalsukan tanda tangan konsumen yang ditargetkan karena ia ditekan terus menerus dari
atasan, sedangkan konsumennya sulit ditemui dan harus menyampaikan surat peringatan ke
![Page 8: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Universitas Kristen Maranatha
rumah. Staff collection tersebut merasa putus asa dengan konsumen dan pada akhirnya hanya
melakukan penagihan via telepon dimana hal tersebut menyalahi prosedur perusahaan. Hal
ini juga dikonfirmasi oleh branch collection head yang seringkali melihat staff collection
tidak bersemangat kembali untuk melakukan penagihan pada konsumen.
Selain itu menurut branch collection head juga tidak jarang menemukan staff
collection yang terlihat kurang fokus bekerja dikarenakan mencemaskan masalah keuangan
keluarganya dan beban target terus menerus hingga nilai KPI nya rendah. Menurut branch
collection head semakin dirinya menekan staff collection untuk lebih optimal dalam
mencapai target seperti lebih sering menanyakan laporan kemajuan kerja, mereka justru
merasa semakin cemas dan tertekan dengan hal tersebut alih-alih merasa lebih bersemangat
dalam bekerja hingga kinerjanya belum terlihat memuaskan secara keseluruhan.
Beliau juga menambahkan, rata-rata staff collection yang pencapaian targetnya rendah
mengeluhkan beberapa kesulitan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, antara lain merasa
bingung dengan cara menjalin relasi dengan konsumen untuk melakukan bernegosiasi
dikarenakan karakteristiknya yang bervariasi dan juga dituntut harus segera menunjukkan
kemajuan kerja. Disisi lain, staff collection yang bersangkutan juga mengalami kesulitan
untuk memahami kondisi konsumen yang tak kunjung menepati janji membayar hingga
kebingungan untuk menawarkan solusi alternatif pada konsumen, ditambah dengan tekanan
dari pihak atasan yang membuatnya merasa pusing
Kemudian beliau menambahkan adanya staff collection yang merasa putus asa dan
tidak bersemangat untuk kembali mengunjungi konsumen yang membuatnya kesal karena
sulit ditemui dan perasaan cemas dengan kondisi konsumen yang seringkali sulit ditemui
sedangkan waktu untuk mencapai target cukup terbatas, serta merasa sulit menahan amarah
ketika konsumen menyembunyikan unit kendaraannya pada saat hendak ditarik padahal staff
collection tersebut merasa cemas dengan pencapaian target. Selain itu beliau juga
![Page 9: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/9.jpg)
9
Universitas Kristen Maranatha
mengeluhkan sikap staff collection PT ‘X’ Finance, Tbk yang seringkali hanya
mengutamakan pencapaian target pribadi dan sudah tidak bersedia membantunya dalam
mencapai target perusahaan ketika target pribadinya telah tercapai.
Menurut Ivancevih & Matteson (2002), kepribadian seseorang dapat menjadi
moderator stres kerja yang dihayatinya. Bagian dari kepribadian yang penting bagi seseorang
dimana ia kerap kali mengalami hambatan dalam menjalankan tuntutan pekerjaannya sehari-
hari adalah kemampuan untuk bertahan menghadapi berbagai kesulitan saat hendak mencapai
tujuan, memotivasi diri, dan mengendalikan suasana hati. Khususnya seseorang yang bekerja
sebagai collection dimana mereka dimungkinkan untuk menghadapi konsumen yang
menunjukkan kemarahan, membuatnya acapkali merasa takut atau merasa kesal perlu
kemampuan untuk mengendalikan emosi agar tidak terpancing untuk kembali membalas
perilaku konsumen tersebut (Hochschild, Sutton, VanMaanen & Kunda, dalam Grandey,
2000). Hal ini disebut oleh Goleman sebagai kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional
merupakan kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan dalam menghadapi frustrasi,
mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan, meregulasi suasana hati dan menjaga
distress dari menenggelamkan kemampuan berpikir, dan berempati serta berharap (Goleman,
1995: 34). Kecerdasan emosional memiliki lima ranah yaitu mengetahui emosi diri,
mengendalikan emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina relasi.
Keluhan yang diungkapkan oleh konsumen atas kekecewaannya terhadap pelayanan
staff collection PT ‘X’ Finance, Tbk dan juga keterangan yang dijelaskan oleh branch
collection head selaku pimpinan mengenai kesulitan yang dialami oleh staff collection dalam
mengatasi hambatan dari pihak konsumen ketika menjalankan tugas dan tuntutan dari
perusahaan untuk segera mencapai target. Kemudian ditambah dengan staff collection yang
menunjukkan keluhan seperti merasa pusing pada saat merasa tertekan dengan tuntutan
atasan untuk segera mencapai target, merasa cemas dengan kondisi kondisi konsumen yang
![Page 10: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/10.jpg)
10
Universitas Kristen Maranatha
sering mengingkari janji untuk membayar tepat waktu, dan juga merasa putus asa ketika
menghadapi konsumen yang sulit ditemui hingga tidak merasa bersemangat untuk kembali
mengunjunginya supaya dapat mencapai target sebagai tujuan kerja. Hal tersebut
mengindikasikan adanya fenomena keterkaitan antara kecerdasan emosional dan stres kerja
pada staff collection PT ‘X’ Finance, Tbk.
Kecerdasan emosional dapat mengurangi derajat stres dan mengatasi permasalahan
emosional (Singh, 2006: 43). Kecerdasan emosional dapat membantu individu memilih
strategi yang tepat dalam mengatasi stres (Matthews, Zeidner & Roberts, 2002: 495).
Kecerdasan emosional dapat dihubungkan dengan rendahnya derajat stres yang dipersepsikan
dan dialami serta kondisi kesehatan fisiologis yang lebih baik (Stough, Parker, & Salkofkse,
2009:177). Suatu penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2008) kepada 40 orang karyawan
customer service representative mengatakan terdapat hubungan negatif yang erat antara
kecerdasan emosional dengan stres kerja. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Hidayati
Purwanto, dan Yuwono (2016) pada karyawan bank menunjukkan adanya korelsi negatif
antara kecerdasan emosional dan stres kerja. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosional
akan diikuti oleh rendahnya derajat stres kerja. Demikian pula semakin rendah kecerdasan
emosional akan diikuti oleh tingginya derajat stres kerja seseorang.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui terdapat fenomena dimana staff collection yang
sehari-harinya dihadapkan pada hambatan dari sisi konsumen dan tekanan dari pihak
perusahaan untuk segera mencapai target yang akan mempengaruhi kelangsungan pekerjaan
serta pendapatannya. Selain itu juga terdapat keluhan dari konsumen terkait dengan kinerja
staff collection sehari-hari yang masih mengecewakan konsumen ketika memberikan
pelayanan. Ditambah juga dengan pernyataan atasan staff collection yang menunjukkan
adanya indikasi keterkaitan antara kecerdasan emosional dan stres kerja dimana menurut
pendapat beberapa tokoh yang dipaparkan sebelumnya, menyebutkan bahwa kecerdasan
![Page 11: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/11.jpg)
11
Universitas Kristen Maranatha
emosional dapat mengurangi derajat stres dan mengatasi permasalahan emosional. Hal
tersebut juga didukung oleh penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya hubungan negatif
antara kecerdasan emosional dan derajat stres kerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut tentang “Hubungan antara kecerdasan emosional dengan derajat stres
kerja pada staff collection PT ‘X’ Finance Tbk.”
1.2 Identifikasi Masalah
“Apakah terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosional dan derajat stres kerja pada
staff collection PT ‘X’ Finance Tbk”
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan kecerdasan emosional dan stres kerja pada
staff collection PT ‘X’ Finance Tbk.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan
antara kecerdasan emosional dan stres kerja pada staff collection staff collection PT ‘X’
Finance Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
a. Memberikan tambahan informasi bagi ilmu psikologi, khususnya Psikologi Industri dan
Organisasi mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan stres kerja pada karyawan.
![Page 12: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/12.jpg)
12
Universitas Kristen Maranatha
b. Memberikan sumbangan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut
mengenai hubungan kecerdasan emosional dan stres kerja.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Memberikan informasi kepada PT ‘X’ Finance Tbk mengenai hubungan kecerdasan
emosional yang dimiliki oleh staff collection dan derajat stres kerja yang dialami sehingga
dapat menjadi masukan untuk menentukan jenis pelatihan yang dapat diberikan.
b. Memberikan informasi bagi staff collection PT ‘X’ Finance Tbk mengenai hubungan
kecerdasan emosional dan stres kerja agar para staff collection dapat lebih mengenal dirinya
dan dapat mengelola stres yang dialami, sehingga dapat mengatasi hambatan dari perilaku
konsumen dan bekerja sesuai harapan dengan harapan dari perusahaan.
1.5 Kerangka Pemikiran
Ketika menjalankan bisnis jasa pembiayaan kendaraan, PT ‘X’ Finance, Tbk kerap
kali mendapatkan konsumen yang terlambat dalam melakukan pembayaran. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, PT ‘X’ Finance, Tbk membentuk suatu divisi khusus yang bertugas
untuk menangani kasus keterlambatan pembayaran konsumen yang disebut sebagai divisi
collection. Dalam divisi tersebut terdapat staff collection yang diberikan tanggung jawab
utama oleh perusahaan untuk menghadapi konsumen yang terlambat melakukan pembayaran.
Setiap staff collection diberikan tuntutan oleh perusahaan dalam bentuk target bulanan
yaitu sejumlah kasus keterlambatan pembayaran konsumen yang wajib diselesaikan dan
memiliki kemungkinan untuk bertambah banyak setiap hari. Staff collection diharuskan
melakukan kunjungan ke tempat tinggal konsumen yang telah ditentukaan setiap harinya.
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, staff collection seringkali menemukan
![Page 13: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Universitas Kristen Maranatha
hambatan dan kesulitan. Karakteristik konsumen yang bervariasi dan cenderung kurang
kooperatif menjadi kesulitan tersendiri ketika memenuhi tuntutan dari perusahaan. Selain
kesulitan yang berasal dari karakteristik konsumen, staff collection juga mendapatkan
tekanan dari pihak atasan untuk segera mencapai target sesuai dengan yang telah ditentukan
oleh perusahaan. Apabila perkembangan pencapaian target staff collection kurang sesuai
dengan yang telah ditargetkan perusahaan, mereka akan mendapatkan teguran dari atasannya
dan terancam kehilangan pekerjaan.
Dengan adanya tekanan yang diberikan oleh perusahaan melalui atasan mengenai
permintaan untuk segera menunjukkan kemajuan pencapaian target dan hambatan dari sisi
konsumen berpotensi menyebabkan stres bagi staff collection. Ivancevich & Matteson (2002)
membagi potensi sumber stres yang berasal dari dalam diri menjadi tiga kelompok. Sumber
stres yang pertama adalah konflik peran. Konflik peran terjadi ketika pemenuhan seseorang
terhadap harapan tertentu dari suatu pekerjaan bertentangan dengan pemenuhan harapan
lainnya (Ivancevich & Matteson, 2002). Karakteristik pekerjaan staff collection yang
dihadapkan pada situasi ketika mereka ada kalanya diharuskan bertugas di luar jam kerja baik
malam maupun dini hari dapat berpotensi menjadi sumber stres (stressor) yang berasal dari
dalam diri. Tuntutan untuk bekerja pada jam lembur maupun sering bepergian merupakan
sumber konflik keluarga dan pekerjaan (Ivancevich & Matteson, 2002). Sumber stres yang
kedua adalah quantitative overload. Quantitative overload terjadi ketika seseorang
mengalami banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang terbatas. Banyaknya
beban target yang bisa bertambah setiap hari, sedangkan tidak ada penambahan waktu dari
pihak perusahaan juga merupakan potensi sumber stres bagi staff collection. Sumber stres
yang lainnya adalah qualitative overload. Qualitative overload terjadi ketika seseorang
dituntut untuk melakukan tugas yang melampaui kemampuan dirinya atau memenuhi standar
yang tinggi (Ivancevich & Matteson, 2002). Tuntutan dari perusahaan yang menginginkan
![Page 14: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Universitas Kristen Maranatha
target pembayaran segera tercapai, sedangkan kondisi konsumen yang kerapkali meminta
dispensasi waktu terus menerus karena belum mampu membayar ditambah dengan
terbatasnya kemampuan teknis staff collection terkait dengan cara melakukan penagihan
membuat mereka kesulitan bekerja sesuai harapan.
Potensi sumber stres yang terdapat pada pekerjaan staff collection memberikan
tuntutan yang mengancam secara fisiologis ataupun psikologis hingga memunculkan respon
adaptif, dimana kondisi tersebut menurut Ivancevich & Matteson (2002) dikatakan sebagai
stres. Ivancevich & Matteson (2002) mengungkapkan bahwa stres merupakan respon adaptif
yang dimoderasi oleh karakteristik individual sebagai konsekuensi dari berbagai tindakan,
situasi, atau kejadian yang memberikan tuntutan yang tidak biasa, mengancam secara
fisiologis ataupun psikologis, atau di luar pengalaman biasanya. Respon adaptif yang muncul
ketika seseorang mengalami stres dapat berupa gejala fisiologis dan psikologis (Ivancevich &
Matteson, 2002). Gejala fisiologis yang muncul ketika seseorang menghayati stres kerja
adalah seringnya mengalami keluhan jantung, pusing, leher terasa kaku, berkeringat, lambung
terasa perih, adanya perubahan nafsu makan, dan gangguan tidur. Selain gejala fisiologis,
stres kerja juga tampak dalam bentuk gejala psikologis antara lain adalah seringnya
mengalami kecemasan, kurang bersemangat untuk beraktivitas, merasa putus asa, dan sulit
berkonsentrasi. Staff collection yang menghayati derajat stres tinggi akan menunjukkan
seringnya ia mengalami gejala fisiologis dan psikologis. Namun apabila staff collection yang
tidak menghayati tuntutan dari perusahaan mengenai pencapaian target maupun hambatan
dari konsumen sebagai sesuatu yang menekan akan jarang menunjukkan gejala fisiologis
maupun psikologis.
Kavitha (2009) dalam penelitiannya terhadap pegawai bank menyebutkan adanya
kecenderungan hubungan berkebalikan antara usia dan derajat stres kerja. Individu di bawah
usia 35 tahun cenderung memiliki derajat stres yang lebih tinggi dibandingkan subjek berusia
![Page 15: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/15.jpg)
15
Universitas Kristen Maranatha
di atas 35 tahun. Orang yang berusia di atas 35 tahun dikatakan lebih matang dalam bertindak
dan familiar dengan masalah yang mungkin terjadi di lingkungan kerja (Kavitha, 2009: 133).
Selain itu, melalui penelitiannya ia juga mengungkap bahwa terdapat perbedaan derajat stres
individu yang sudah menikah dan belum menikah. Penelitian yang dilakukan oleh Wireko-
Gyebi & Ametepeh (2016) kepada pegawai frontline hotel menunjukkan adanya perbedaan
antara status marital dan derajat stres. Responden yang telah menikah memiliki derajat stres
lebih tinggi dibandingkan dengan yang belum menikah.
Tinggi atau rendahnya derajat stres kerja yang dihayati seseorang dapat dimoderasi
oleh beberapa faktor ketika dihadapkan dengan situasi menekan, salah satunya menurut
Ivancevich & Matteson (2002) adalah kepribadian. Kepribadian merujuk pada suatu
karakteristik, temperamen, dan kecenderungan yang relatif stabil membentuk persamaan dan
perbedaan dalam perilaku seseorang. Seseorang yang bekerja sebagai collection dimana
mereka dimungkinkan untuk menghadapi konsumen yang menunjukkan kemarahan,
membuatnya acapkali merasa takut atau merasa kesal perlu kemampuan untuk
mengendalikan emosi agar tidak terpancing untuk kembali membalas perilaku konsumen
tersebut (Hochschild, Sutton, VanMaanen & Kunda, dalam Grandey, 2000). Hal ini disebut
oleh Goleman sebagai kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan
seseorang dalam memotivasi diri sendiri dan bertahan dalam menghadapi frustrasi,
mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan, meregulasi suasana hati dan menjaga
distress dari menenggelamkan kemampuan berpikir, dan berempati serta berharap (Goleman,
1995: 34). Kecerdasan emosional mencakup lima ranah yaitu mengetahui emosi diri,
mengendalikan emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina relasi.
Ranah pertama dari kecerdasan emosional adalah mengenali emosi diri. Kemampuan
mengenali emosi diri merupakan kunci dari kecerdasan emosional dan dasar dari ranah
kecerdasan emosional berikutnya yaitu mengendalikan emosi diri (Goleman, 1999). Staff
![Page 16: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/16.jpg)
16
Universitas Kristen Maranatha
collection yang dikatakan mampu mengenali emosi diri menunjukkan perilaku mampu
mengenali emosi yang sedang dirasakannya dan mampu memahami penyebab timbulnya
emosi. Sebagai contoh staff collection akan menyadari perasaan kecewa yang timbul saat
konsumen tidak menepati janji. Selain itu staff collection dengan kemampuan mengenali
emosi diri yang tinggi juga mengetahui hal yang membuatnya sedih ketika ditegur oleh
atasannya serta mengetahui perasaan kesal terhadap konsumen yang sebaiknya tidak perlu
ditanggapi. Selain itu staff collection yang mampu mengenali emosi diri akan dapat
mengendalikan perasaan putus asa ketika konsumen sulit ditemui dan juga lebih mampu
dalam meyakinkan dirinya bisa melalui masa sulit yang terjadi saat bekerja. Dengan
kemampuan tersebut memungkinkan staff collection menghayati derajat stres kerja yang
rendah. Sebaliknya, staff collection yang kurang mampu mengenali emosi diri akan
menujukkan perilaku bahwa dirinya mengalami kesulitan untuk menyadari perasaan jenuh
yang dirasakannya mendapatkan tekanan terus menerus dari atasannya, sulit mengetahui
penyebab dirinya merasa kesal saat menghadapi konsumen, dan acapkali merasa kesal tanpa
alasan. Ia juga akan merasa kesulitan untuk dapat mengendalikan emosi negatif ketika
menghadapi tekanan pekerjaan hingga sulit kembali memotivasi diri dalam mencapai target
sehingga menghayati derajat stres yang tinggi.
Ranah yang kedua dari kecerdasan emosional yaitu mengendalikan emosi.
Kemampuan mengendalikan emosi menurut Goleman (1999) dibuat berdasarkan kemampuan
mengenali emosi diri. Staff collection yang dapat membuat perasaan marah dengan
banyaknya beban target yang belum tercapai sebagai sumber motivasi dalam bertugas,
mampu bangkit dari keputusasaan/ kesedihan dengan cara tetap semangat bekerja ketika
ditegur atasan saat belum menunjukkan kemajuan kerja, tidak cepat merasa putus asa ketika
dipersulit oleh konsumen pada saat berupaya mencapai target, dan menahan diri untuk tidak
melampiaskan kekesalan ketika konsumen tak kunjung melakukan pembayaran dikatakan
![Page 17: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/17.jpg)
17
Universitas Kristen Maranatha
memiliki kemampuan mengendalikan emosi yang tinggi. Staff collection yang menunjukkan
ciri-ciri mampu menjadikan perasaan cemas sebagai sumber semangat untuk mencapai target,
mampu merenungkan hal positif yang harus disyukuri ketika merasa putus asa dengan
pencapaian target, serta mampu meredakan perasaan kecewa ketika konsumen belum
membayar sesuai dengan waktu yang dijanjikan sebelumnya dikatakan cukup tinggi dalam
ranah kemampuan mengendalikan emosi diri. Ketika staff collection mengenali perasaan
putus asa yang muncul karena kemajuan pencapaian targetnya cenderung lambat ia akan
mampu mengendalikan perasaan putus asanya tersebut dan akan lebih mampu memotivasi
diri. Ia juga akan lebih mampu untuk mengendalikan emosi yang dapat menghambat
produktivitasnya dalam mencapai target karena dapat mengenali emosi yang dirasakan
beserta penyebabnya. Kemampuan yang dimilikinya dalam mengenali perasaan putus asa dan
mengendalikannya supaya tidak menghambat pencapaian target menjadikan staff collection
tersebut menghayati stres kerja rendah. Staff collection yang kurang mampu bekerja optimal
untuk mencapai target apabila sedang merasa kesal, terus terpaku pada perasaan sedih yang
muncul karena kurang berhasil mencapai target, sulit kembali bersemangat pada saat
konsumen tidak berada di tempat ketika dikunjungi, serta sulit menahan diri untuk tidak
melampiaskan rasa marah saat konsumen menunda pembayaran terus menerus dikatakan
kurang mampu mengendalikan emosi dirinya. Staff collection yang terus menerus terpaku
dengan perasaan sedih ketika kurang berhasil mencapai target karena kurang mampu
mengendalikan emosi dirinya akan membuatnya sulit untuk kembali semangat bekerja.
Dengan kesulitannya untuk meredakan perasaan cemas, putus asa, dan sedih yang berlarut-
larut dirasakan akan membuatnya menghayati stres kerja yang tinggi.
Ranah yang ketiga dari kecerdasan emosional adalah memotivasi diri sendiri.
Kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dipengaruhi oleh kemampuan mengendalikan
emosi dan mengenali emosi diri (Goleman, 1999). Staff collection dikatakan mampu
![Page 18: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/18.jpg)
18
Universitas Kristen Maranatha
memotivasi dirinya sendiri ketika ia mampu menunda kesenangan demi kesuksesan dalam
bekerja, mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan, dan bersikap antusias
dan gigih dalam menghadapi tantangan. Kemampuan staff collection dalam menghilangkan
perasaan putus asa dan cemas ketika menghadapi hambatan dari konsumen maupun tekanan
dari atasan dapat menunjangnya untuk memusatkan perhatian dalam tugas, tetap merasa
yakin mampu mengatasi stres/ tekanan kerja yang terjadi sehari-hari hingga derajat stres kerja
yang dihayati cenderung rendah. Staff collection yang mampu memotivasi diri akan terlihat
mampu menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan hiburan terlebih dahulu sebelum target
tercapai, mampu tetap fokus ketika mengunjungi konsumen meskipun ada perasaan takut
gagal mencapai target, dan mampu tetap bersemangat saat atasan memarahinya karena belum
ada kemajuan pencapaian target. Staff collection yang dikatakan kurang mampu memotivasi
diri akan menunjukkan ciri-ciri perilaku tetap melakukan kegiatan yang menjadi kegemaran
(hobi) walaupun pencapaian targetnya masih sedikit, terus menerus mencemaskan kegagalan
mencapai target hingga kurang fokus saat bekerja, dan semangat kerjanya menurun pada saat
konsumen bersikap kurang ramah ketika dikunjungi. Staff collection dengan kondisi yang
dipaparkan tersebut akan mengurangi usahanya dalam mencapai target saat konsumennya
terus menerus ingkar janji. Dengan adanya kesulitan dalam mengendalikan perasaan cemas
saat bekerja mencapai target dapat menyulitkannya untuk meyakinkan diirnya bahwa ia
sebenarnya mampu mengatasi hambatan ketika bertugas hingga derajat stres kerja yang
dihayatinya cenderung tinggi.
Ranah kecerdasan emosional yang keempat adalah mengenali emosi orang lain.
Kemampuan dalam mengenali emosi orang lain dipengaruhi oleh kemampuan seseorang
untuk mengenali emosi dirinya sendiri (Goleman, 1999). Staff collection dengan kemampuan
mengenali emosi orang lain yang tinggi akan mengenali perasaan yang dialami atasannya saat
ia ditegur karena pencapaian targetnya kurang, peka terhadap perasaan konsumen saat
![Page 19: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/19.jpg)
19
Universitas Kristen Maranatha
dikunjungi untuk diminta melakukan pembayaran, mengetahui tanda-tanda konsumen yang
masih kesulitan membayar dan hendak mengingkari janji saat dikunjungi, dan merasakan
yang diinginkan maupun dibutuhkan orang lain. Kemampuan staff collection dalam
mengenali emosi orang lain dapat membantunya untuk lebih baik/ efektif ketika berelasi
dengan orang lain seperti konsumen ataupun atasan hingga memperluas jaringan dukungan
sosial yang berpotensi membuat derajat stres kerjanya menjadi rendah. Staff collection yang
mampu mengenali emosi orang lain meunjukukkan ciri-ciri perilaku seperti mampu
memahami pemikiran atasan ketika berbeda pendapat, mampu mengetahui perasaan
konsumen ketika ia menyampaikan pemberitahuan untuk segera membayar, mampu
menentukan tanggapan yang harus dilakukan pada saat atasan mulai ketus berbicara, dan juga
mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan harapan atasan ketika beliau kesulitan
mencapai target perusahaan. Sebaliknya, staff collection dengan kemampuan mengenali
emosi orang lain yang rendah terlihat minim memberikan tanggapan saat atasannya
mengalami masalah untuk mencapai target, mengalami kesulitan untuk dapat mengetahui
perasaan konsumen ketika menunjukkan nada bicara yang ketus saat dikunjungi, mengalami
kebingungan untuk melakukan pendekatan ketika konsumen yang dikunjungi berbalik
memberikan ancaman, dan tidak mengetahui apakah atasannya masih perlu bantuan untuk
dapat mencapai target dari perusahaan. Kesulitan yang dialami bagi staff collection yang
kurang mampu peka/ mengenali emosi orang lain akan menghambatnya ketika berinteraksi
dengan orang lain hingga akhirnya menghayati derajat stres kerja tinggi karena jaringan
dukungan sosial yang dimilikinya cenderung terbatas.
Ranah yang terakhir dari kecerdasan emosional adalah membina relasi dengan orang
lain. Kemampuan untuk membina relasi dengan orang lain dipengaruhi oleh kemampuan
berempati dan mengendalikan emosinya sendiri (Goleman, 1999). Staff collection yang
memiliki kemampuan membina relasi yang tinggi akan terlihat mudah bergaul dengan orang
![Page 20: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/20.jpg)
20
Universitas Kristen Maranatha
lain, terampil dalam berkomunikasi, mampu menyelesaikan perselisihan sosial dengan baik,
dan mengutamakan kepentingan sosial. Kemampuan staff collection dalam mengenali emosi
konsumen ketika dikunjunginya dan mampu menahan diri untuk tidak memberikan
perlawanan ketika konsumen menunjukkan sikap yang kurang menyenangkan bisa
menunjangnya untuk berelasi dengan efektif hingga memperluas jaringan dukungan sosial
yang dapat membuat derajat stres kerjanya menurun. Staff collection dengan ciri-ciri tersebut
mampu melakukan pendekatan pada konsumen dengan mudah, mampu memberikan banyak
tanggapan saat atasan membahas kendala pencapaian target perusahaan, mampu
bernegosisasi untuk menyelesaikan masalah dengan konsumen, dan mampu menunda waktu
istirahatnya untuk membantu atasan mencapai target perusahaan. Staff collection dengan
kemampuan membina relasi yang rendah terlihat sulit menyesuaikan diri dengan berbagai
variasi karakter konsumen, mengalami kesulitan untuk menjaga perasaan atasan saat
memberikan laporan mengenai pencapaian target sekalipun belum ada kemajuan, sulit
melakukan negosiasi dengan konsumen yang terus menerus ingkar janji, dan ia memlih untuk
beristirahat sekalipun atasannya masih sibuk mencapai target. Staff collection yang sulit
mengenali emosi konsumen ketika dikunjungi dan kurang mampu menahan diri supaya tidak
memberikan perlawanan pada konsumen yang bersikap ketus membuatnya juga sulit untuk
membina relasi dengan orang lain. Kesulitan yang dialami oleh staff collection untuk
membina relasi tersebut membuatnya kurang memiliki jaringan dukungan sosial hingga
derajat stres kerjanya cenderung tinggi.
Singh (2006) berpendapat bahwa kecerdasan emosional dapat berperan dalam
mengurangi derajat stres dan mengatasi permasalahan emosional seseorang. Kemampuan
mengenali emosi diri, mengendalikan emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain,
dan membina relasi yang dimiliki oleh staff collection dapat mengurangi stres yang
dihayatinya. Menurut Matthews, Zeidner & Roberts (2002), individu dengan kecerdasan
![Page 21: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/21.jpg)
21
Universitas Kristen Maranatha
emosional yang tinggi akan cenderung menginterpretasikan kondisi stres sebagai tantangan
dibandingkan ancaman, lebih efektif dalam mengatasi perasaan negatif, dan menghayati stres
lebih rendah dalam hidup dibandingkan orang, serta strategi yang lebih tepat dalam resolusi
menghadapi stres. Staff collection yang mampu mengenali emosi diri, mengendalikan emosi
ketika mengalami kecemasan ataupun keputusasaan saat bekerja, mampu memotivasi diri
pada saat mengalami hambatan dalam mencapai target, mengenali emosi konsumen yang
dikunjungi dan atasannya, serta membina relasi yang baik dengan konsumen dan atasan akan
cenderung mempersepsikan hambatan dari konsumen dan tuntutan untuk segera mencapai
target perusahaan sebagai tantangan dan mampu memilih strategi yang lebih tepat dalam
menghadapi situasi yang menekan hingga derajat stres kerjanya rendah.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kartika (2008) dan Rejeki (2007)
menunjukkan adanya hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan derajat stres
kerja. Artinya adalah semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang akan
diikuti oleh rendahnya derajat stres kerja. Demikian pula sebaliknya, ketika seseorang
memiliki kecerdasan emosional yang rendah, akan semakin tinggi derajat stres kerja yang
dihayatinya. Staff collection yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan diikuti oleh
rendahnya penghayatan stres kerja. Namun ketika staff collection dikatakan memiliki
kecerdasan emosional yang rendah, ia akan menghayati stres kerja tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Kumar & Muniandy menemukan adanya pengaruh
signifikan variabel demografis usia dan pengalaman bekerja di bidang yang sama terhadap
kecerdasan emosional (Kumar & Muniandy, 2012). Semakin bertambah usia, pengalaman
hidup yang dimiliki seseorang juga semakin banyak. Menurut Goleman, kecerdasan
emosional seseorang pun berkembang sepanjang hidup seiring dengan bertambahnya
pengalaman (Goleman, 1995). Mengacu pada pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa
semakin bertambahnya usia staff collection, pengalaman hidupnya akan semakin bertambah
![Page 22: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/22.jpg)
22
Universitas Kristen Maranatha
hingga dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya karena pengaruh kematangan diri.
Locke (2009: 8) menyebutkan pengalaman kerja tiga tahun pertama seseorang merupakan
prediktor yang baik terhadap performance.
Staff collection yang mampu menyadari perubahan suasana hati yang dirasakan saat
menghadapi konsumen yang sulit, mengendalikan emosi saat mengalami kesulitan dalam
melakukan penagihan kepada konsumen, mampu untuk kembali semangat berusaha saat
atasan menegur karena belum ada kemajuan kerja, mampu mengetahui perasaan konsumen
ketika menyampaikan pemberitahuan untuk segera membayar tagihan, serta mampu bergaul
dengan atasan dan konsumen akan jarang/ minim menunjukkan gejala stres kerja. Sebaliknya,
staff collection yang sulit mengetahui penyebab ia merasa kesal saat menghadapi konsumen,
kurang mampu menggunakan emosi sebagai sumber motivasi dalam bertugas, kurang mampu
menenangkan diri untuk tidak mengungkapkan kemarahan pada konsumen, terus menerus
mencemaskan kegagalan mencapai target hingga kurang fokus bekerja, sulit memahami
harapan atasan terhadap dirinya, sulit menentukan sikap saat konsumen berbalik mengancam,
serta kurang mampu menyesuaikan diri dengan variasi karakter konsumen serta harapan
atasan akan sering menunjukkan gejala stres kerja seperti merasa cemas, kurang bersemangat
untuk beraktivitas, merasa putus asa, sulit berkonsentrasi, jantung terasa berdebar kencang,
pusing, leher terasa kaku, berkeringat, lambung terasa perih, adanya perubahan nafsu makan,
dan gangguan tidur
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
![Page 23: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Universitas Kristen Maranatha
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran
1.6 Asumsi Penelitian
a. Staff collection PT ‘X’ Finance Tbk memiliki derajat kecerdasan emosional yang
berbeda-beda.
b. Dengan memiliki kecerdasan emosional, staff collection PT ‘X’ Finance Tbk akan
mampu mengenali kapan stres menyerang dan apa yang dirasakannya, bagaimana
mengelola stres dan emosi yang muncul serta memanfaatkannya secara efektif
maupun efisien untuk meningkatkan kinerja.
Pengalaman kerja sebagai staff collection
Usia
Staff collection Stres Kerja
Beban target terus bertambah namun waktu terbatas (quantitative overload)
Dituntut pencapaian target tinggi namun pelatihan terbatas (qualitative overload).
Waktu bekerja yang tidak teratur & waktu keluarga berkurang (role conflict)
Status marital Usia
Kecerdasan Emosional
Gejala Fisiologis
Gejala Psikologis
Mengenali Emosi Diri
Mengendalikan Emosi
Memotivasi Diri
Mengenali Emosi Orang
Lain (Empati)
Membina Relasi
![Page 24: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per bulan Juni 2017 jumlah industri yang bergerak](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022041601/5e30c6f015a73436bd7fe557/html5/thumbnails/24.jpg)
24
Universitas Kristen Maranatha
c. Staff collection PT ‘X’ Finance Tbk dalam melakukan pekerjaannya menghadapi
perilaku konsumen yang mempersulit pencapaian target serta mendapatkan tekanan
dari atasan dimana hal tersebut dapat menyebabkan stres.
d. Staff collection PT ‘X’ Finance Tbk menghayati derajat stres kerja yang berbeda-
beda.
e. Stres kerja yang dihayati oleh staff collection PT ‘X’ Finance Tbk menimbulkan
berbagai akibat (outcomes) atau gejala, yaitu: gejala fisiologis dan gejala psikologis,
f. Kecerdasan emosional turut berperan dalam munculnya respon fisiologis dan
psikologis merupakan gejala stres kerja staff collection PT ‘X’ Finance Tbk dalam
menghadapi tuntutan dimiliki dalam bekerja.
g. Staff collection PT ‘X’ Finance Tbk yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan
menghayati derajat stres kerja rendah.
1.7 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan derajat stres kerja pada staff
collection PT ‘X’ Finance Tbk.