bab i pendahulan - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang...

25
1 BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Islam dalam makna yang umum sebagai agama atau ajaran maupun Islam dalam pengertian yang khusus menyangkut hukum Islam ketika dipahami oleh penganutnya membentuk banyak kecenderungan orientasi paham keagamaan, diantaranya membentuk paham atau aliran (mazhab) (Nashir, 2013: 147). Selain faktor tersebut, kondisi-kondisi sosiologis para penganutnya ikut mempengaruhi munculnya paham-paham dalam agama Islam. Paham atau aliran (mazhab) itu diantaranya adalah aliran Salafiyah. Salafiyah sebagai aliran paham (mazhab) atau gerakan, muncul pada abad ke-7 H dikembangkan oleh para ulama atau pengikut mazhab Hanbali (Ahmad bin Hanbal) yang berpendapat bahwa garis besar pemikiran mereka bermuara pada pemikiran Ahmad bin Hanbal yang menghidupkan akidah ulama Salaf dan berusaha memerangi paham lainnya. Aliran ini dihidupkan dan disebarluaskan secara gencar oleh Syaikh Al-Islam Ibn Taimiyyah. Selanjutnya, pada abad ke-12 pemikiran Salafiyah itu muncul dan dihidupkan kembali di Jazirah Arab oleh Muhammad bin Abdul Wahab dengan pengikutnya kaum Wahabi, yang secara terus-menerus mengkampanyekan paham ini dengan keras dan membangkitkan amarah sebagian ulama. Perkembangan berikutnya, Salafiyah dikembangkan dan dinisbahkan kepada para pembaru Islam

Upload: hahanh

Post on 22-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

1

BAB I

PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Islam dalam makna yang umum sebagai agama atau ajaran maupun

Islam dalam pengertian yang khusus menyangkut hukum Islam ketika

dipahami oleh penganutnya membentuk banyak kecenderungan orientasi

paham keagamaan, diantaranya membentuk paham atau aliran (mazhab)

(Nashir, 2013: 147). Selain faktor tersebut, kondisi-kondisi sosiologis para

penganutnya ikut mempengaruhi munculnya paham-paham dalam agama

Islam. Paham atau aliran (mazhab) itu diantaranya adalah aliran Salafiyah.

Salafiyah sebagai aliran paham (mazhab) atau gerakan, muncul

pada abad ke-7 H dikembangkan oleh para ulama atau pengikut mazhab

Hanbali (Ahmad bin Hanbal) yang berpendapat bahwa garis besar

pemikiran mereka bermuara pada pemikiran Ahmad bin Hanbal yang

menghidupkan akidah ulama Salaf dan berusaha memerangi paham

lainnya. Aliran ini dihidupkan dan disebarluaskan secara gencar oleh

Syaikh Al-Islam Ibn Taimiyyah. Selanjutnya, pada abad ke-12 pemikiran

Salafiyah itu muncul dan dihidupkan kembali di Jazirah Arab oleh

Muhammad bin Abdul Wahab dengan pengikutnya kaum Wahabi, yang

secara terus-menerus mengkampanyekan paham ini dengan keras dan

membangkitkan amarah sebagian ulama. Perkembangan berikutnya,

Salafiyah dikembangkan dan dinisbahkan kepada para pembaru Islam

Page 2: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

2

pada era dunia modern, yaitu Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1838-1987),

(Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Rasyid Ridha (1856-1935),

dan Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) (Nashir, 2013: 151). Atau dapat

dikatakan mereka sebagai tokoh penggerak Salafiyah modern.

Pemikiran Salafiyah selain mengajak kembali pada Islam generasi

awal yang dipandang murni, juga berusaha membangkitkan kembali dunia

Islam dengan mengadakan pembaruan keagamaan dan reformasi moral

sebagaimana dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh,

Abdurrahman Al-Kawakibi, dan Muhammad Rasyid Ridha, yang dikenal

pula sebagai gerakan pembaruan. Gerakan Salafiyah juga memiliki

orientasi keagamaan lainnya, yaitu mengecam praktik tarekat karena

dianggap melanggengkan keterbelakangan dan mengajarkan fatalisme atau

kepasrahan hidup, serta praktik-praktik keagamaan yang mengajarkan

pemujaan berlebihan terhadap wali, kuburan, dan orang-orang yang

dianggap suci (2013: 152).

Menurut Hasan (dalam Nashir, 2013: 152), kaum Salafiyah sering

pula disebut sebagai golongan tradisional, kadang disamakan juga dengan

fundamentalisme. Kategori tradisional atau fundamentalisme disebutkan

karena kecenderungan Salafiyah untuk kembali ke asal dan akar, ke masa

lampau pada zaman Nabi dan para sahabatnya dalam generasi kaum Salaf.

Sedangkan gerakan modernisme Islam yang dipelopori oleh Jamaluddin

Al-Afghani dan Muhammad Abduh disebut sebagai gerakan Salafiyah

Modern (Syamsuddin, 2001: 31-38).

Page 3: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

3

Kedua tokoh di atas yang menjadi pelopor gerakan modernisme

atau disebut juga kaum modernis masuk dalam kategori Salafiyah karena

watak utama moderisme ialah mengajak kembali ke Islam yang murni

yang bertema ar-ruju>’u ila> al-Qura>n wa as-Sunnah, selain orientasi pada

pembaruan melalui ijtihad. Gerakan modernisme Islam belakangan ini

disebut pula dengan gerakan pemurnian (purifikasi), sehingga dalam

makna lain sering pula disebut sebagai gerakan puritan. Perkembangan

berikutnya dari corak dan orientasi Salafisme atau juga modernisme Islam

itu maka muncul berbagai ragam gerakan baik yang bersifat radikal atau

fundamentalis, moderat, maupun liberal (Nashir, 2013: 153).

Rais memaparkan bahwa gerakan pembaruan atau reformasi Islam

mulai muncul sejak zaman Dinasti Umayyah, ketika pemerintahan Islam

mengambil bentuk kerajaan dan secara sewenang-wenang pemerintah

melakukan penindasan terhadap masyarakat. Aktor yang cukup berperan

pada saat itu muncul dari gerakan sufi. Gerakan ini merupakan reaksi

terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul

sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi

umat dan untuk mempersempit kesenjangan antara Islam dalam teori ideal

Islam dan Islam dalam praktik historical Islam. Gerakan pembaruan yang

menekankan pada membangkitkan semangat ijtihad ini muncul dari

kesadaran umat Islam sendiri, bukan karena desakkan dan pengaruh Barat

(Rais, 1994: v-xiii).

Page 4: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

4

Masa taklid muncul akibat umat Islam mengalami kemunduran dan

degenerasi umat. Masa ini umat Islam mengalami kemunduran dalam

berbagai bidang, baik pemikiran keagamaan, politik, sosial, ekonomi,

maupun moral. Setelah Baghdad jatuh ke tangan Mongol, negara Islam

jatuh bangun, para penguasa tidak berdaya, kezaliman merajalela dan para

ulama tidak berijtihad secara murni lagi. Sementara itu masyarakat muslim

banyak menjadi penyembah kuburan nabi, ulama, tokoh-tokoh tarekat, dan

sufi untuk mengharapkan berkah para nabi.

Situasi seperti itu memunculkan inisiatif ulama yang ingin

membangun kembali alam pikiran kaum muslimin dengan menyadarkan

mereka agar kembali pada al-Qur’an dan hadis sebagaimana yang telah

ditempuh kaum Salaf. Gerakan ini dipelopori oleh Ibn Taimiyah pada abad

7 Hijriah. Ia mendesak kaum muslimin dengan gencar agar kembali pada

ajaran yang utama, al-Qur’an dan sunnah Nabi saw (Ensiklopedi Islam,

1994: 204).

Ibn Taimiyah menyiarkan pahamnya ini dengan gencar sehingga

menyebabkan perselisihan antara mereka dengan mazhab lain. Pada abad

ke-12 Hijriyah muncul ajaran serupa yang di bawa oleh Muhammad ibn

Abdul Wahhab yang terus menerus mengampanyekannya sehingga

membangkitkan amarah ulama. Gerakan ini pada awalnya dinamakan

dengan Wahhabiyah namun karena berkonotasi negatif mereka

menamakannya dengan Salafiyah. Penyebabnya adalah dikarenakan dalam

menyebarkan pahamnya mereka menggunakan kekerasan. Sebenarnya

Page 5: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

5

gerakan semacam ini pernah muncul pada abad ke-4 Hijriyah, mereka

terdiri dari ulama mazhab Hanbali yang berpendapat bahwa garis besar

pemikiran mereka bermuara pada pemikiran Imam Ahmad ibn Hanbal

yang menghidupkan akidah ulama salaf dan berusaha memerangi paham

lainnya (Abu Zahrah, 1996: 225).

Memasuki abad ke-19 M, dunia Islam benar-benar terpuruk.

Hampir seluruh dunia Muslim berada dalam cengkraman penjajahan.

Umat Islam benar-benar terjebak pada taklid buta dan mengalami

kejumudan dalam berbagai bidang, baik pendidikan, sosial, politik, dan

budaya. Di tengah kondisi dunia Islam yang benar-benar terbelakang itu,

Jamaludin Al-Aghani (1839-1897) dan Muhammad Abduh (1849-1905)

menghidupkan dan mendirikan Salafiyah modern

(http://khazanah.republika.co.id: 2012).

Modernisme atau pembaruan Islam sendiri bagi para penggeraknya

sebagaimana ditunjukkan oleh kedua pembaru Islam tersebut memiliki

perspektif yang kukuh bahwa original message Islam yang telah

memberikan bagan Ideal bagi pembentukan masyarakat Muslim pada

masa lalu tetap berlaku untuk masa kini maupun masa yang akan datang.

Berdasarkan ulasan singkat mengenai latar belakang muculnya

gerakan (mazhab) Salafiyah modern yang dipelopori oleh Jamaluddin Al-

Afghani dan Muhammad Abduh di atas, peneliti tertarik untuk membahas

sebuah penelitian yang berjudul Peran Tokoh Dua Serangkai Jamaluddin

Page 6: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

6

Al-Afghani (1828 M- 1897 M) dan Muhammad Abduh (1849 M- 1905 M)

dalam Pemikiran Salafiyah Modern.

Manfaat penelitian ini secara teoretis sebagai upaya untuk

meningkatkan daya kritis pemikiran mahasiswa terhadap pemikiran-

pemikiran yang lahir dari para pemikir terkhusus Jamaluddin Al-Afghani

dan Muhammad Abduh dalam gerakan-gerakan Islam muncul seiring

perkembangan zaman. Secara praktis penelitian ini memberikan

sumbangan karya tulis ilmiah kepada kekayaan wawasan intelektual Islam

dan kebudayaan Islam, serta sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan

bahan acuannya bagi peneliti lain yang mengkaji perihal gerakan Salafiyah

Modern.

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini mengambil referensi dari

beberapa penelitian terdahulu, artikel, jurnal, dan juga buku-buku yang

terkait dengan pembahasan penelitian. Namun, sepanjang peneliti mencari

referensi yang membahas tentang Salafiyah Modern, peneliti hanya

menemukan beberapa penelitian terdahulu dan beberapa buku yang

penulis dapatkan. Sehingga penelitian tentang peran Jamaluddin Al-

Afghani (1838 M- 1897 M) dan Muhammad Abduh (1849 M- 1905 M)

dalam Pemikiran Salafiyah Modern sejauh pengamatan penulis belum

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Namun demikian, banyak

penelitian dengan objek yang sama yaitu pemikiran modernisasi

Muhammad Abduh, tetapi berbeda tinjauan dan kacamata keilmuan yang

Page 7: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

7

digunakan. Terdapat pula penelitian dengan cara pengkajian yang sama,

tetapi berbeda objek. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya:

Pertama, jurnal yang berjudul Islamic Civilization In The Face of

Modernity : The Case of Jamal Al-Din Al-Afghani And Muhammad Abduh

oleh Abba Idris Adam dalam Proceeding of The Sosial Sciences Research

ICSSR 2014. Dalam tulisannya, Abba Idris membahas tentang peran Al-

Afghani dan Muhammad Abduh sebagai pelopor Modernisme Islam pada

akhir abad 19 M sampai awal abad 20 M. Selanjutnya ia menjelaskan

tentang peran Jamal Al-Din dan Muhammad Abduh dalam

mempertahankan Peradaban Islam terhadap kekuatan Kolonial Barat

dalam bidang pendidikan, agama, dan terutama bidang politik.

Kedua, Jurnal yang berjudul Aliran Kalam Salafiyah oleh

Muhammaddin dalam Jurnal Ilmu Agama Vol. 16, No 1 (2015). Dalam

jurnalnya tersebut, Muhammaddin membahas tiga bagian pokok, yaitu 1).

pengertian Salaf, 2). Pemikiran kalam Ahmad bin Hambal, dan 3).

Pemikiran Ahmad Ibn Taimiyah. Kesimpulan dari penelitian

Muhammaddin yaitu 1.) manhaj Salaf adalah ajaran Islam sesungguhnya

yang dibawa oleh Nabi SAW dan difahami serta dijalankan oleh para

Salafush-sha>lih-radhiyalahu ‘anhum, yang ditokohi oleh para sahabat,

kemudian oleh para Tabi’in dan selanjuntnya Tabi’tabi’in, 2). ciri khas

dari pemikiran Imam Hanbali yaitu lebih menerapkan pendekatan tekstual

daripada pendekatan ta’wil, dan 3). Ibnu Taimiyah merupakan tokoh Salaf

yang ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak leluasa pada akal.

Page 8: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

8

Ketiga, jurnal yang berjudul Prinsip-Prinsip Dakwah Salafiyah

oleh Muhammaddin dalam Jurnal Ilmu Agama Vol. 15 No. 1 tahun 2014.

Dalam penelitian tersebut Muhammaddin fokus membahas tentang

prinsip-prinsip dakwah dari mazhab Salafiyah. Prinsip-prinsip tersebut

yaitu berdakwah kepada tauhid, berdakwah dengan ikhlas, berdakwah

dengan ilmu, memerangi bid’ah dan beragam pemikiran dari luar Islam

yang masuk ke dalamnya, berdakwah dengan akhlak yang baik dan

berdakwah dengan hikmah, menggunakan kelemah lembutan dalam

berdakwah, mengajarkan kesabaran dalam mengahadapi segala macam

gangguan dan rintangan manusia yang ditemui dalam berdakwah,

tashfiyah (pemurnian Islam) dan tarbiyah (pembinaan di atas yang murni),

berlaku adil dan menjadi penengah dalam dakwah, memerangi hizbiyah

dan fanatik golongan.

Keempat, Andi Aderus (UIN Alauddin Makassar, 2011) dengan

hasil penelitiannya yang berjudul Karakteristik Pemikiran Salafi di

Tengah Aliran-Aliran Pemikiran Keislaman. Dalam disertasinya tersebut,

Andi menjelaskan secara total mengenai Salafi baik Salafi literalis maupun

rasionalis. Penelitian tersebut juga menyinggung seputar gerakan Wahabi

yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Kesimpulan yang

didapat dalam disertasi ini ialah pemikiran Salafi dalam masalah

i’tiqadiyyah, furu’iyyah, dan prinsip beragama.

Kelima, jurnal yang ditulis oleh Drs. H. Muhammaddin, M.Hum

dengan judul Manhaj Salafiyah dalam Jurnal Ilmu Agama Vo. 16 No. 2

Page 9: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

9

tahun 2013. Dalam jurnal ketiganya ini, Muhammaddin membahas tentang

pengertian dari kata Salafi, prinsip-prinsip yang dipegang oleh manhaj

Salaf, dan di akhir pembahasan Muhammaddin menyebutkan kaidah-

kaidah dalam amar ma’ruf nahi munkar.

Keenam, buku yang berjudul Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah

Ideologis di Indonesia yang ditulis oleh Dr. Haedar Nashir. Buku yang

diterbitkan oleh penerbit Mizan tahun 2013 tersebut membahas tentang

pengertian dari Islam Syariat dan faktor-faktor lahirnya gerakan Islam

seperti gerakan atau mahzhab Salafiyah Ideologis di Indonesia. Dalam

buku tersebut juga dijelaskan mengenai munculnya gerakan Salafiyah

yang bercorak modernis yang dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani dan

Muhammad Abduh.

Ketujuh, buku yang berjudul Islam Politik di Dunia Kontemporer:

Konsep, Genealogi, dan Teori karya Noorhaidi Hasan tahun 2012. Dalam

buku tersebut Noorhaidi membagi pembahasan menjadi enam bab

pembahan. Bab pertama membahas tentang definisi dan konsep dari Islam

politik, bab kedua mengupas tentang genealogi Islam politik yang di

dalamnya terdapat gerakan-gerakan puritanisme Islam yang dicetuskan

oleh Muhammad bin Abdul Wahab termasuk kedalamnya gerakan dakwah

Salafiyah, bab ketiga membahas tentang ideologi-ideologi dalam Islam

politik, bab keempat mengupas sosiologi Islam politik, bab kelima

mendiskusikan teori gerakan sosial dalam menganalisis bagaimana

Page 10: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

10

gerakan Islam politik muncul dan berkembang, dan bab terakhir

menghadirkan diskusi tentang tantangan Islam politik terhadap Indonesia.

Kedelapan, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad N. Amir, dkk

dalam jurnal Asian Journal Of Management Sciences And Education

Vol.1. No.1, 2012.Jurnal dengan judul Muhammad Abduh’s Contributions

to Modernity tersebut Ahmad N. Amir dkk menjelaskan mengenai

kontribusi modernisme yang dilakukan oleh Muhammad Abduh di

beberapa aspek kehidupan masyarakat Mesir, seperti dalam reformasi

pendidikan di Mesir, reformasi di bidang sosial dan politik. Di awal jurnal

Amir dkk, menjelaskan pengertian dari modernisme dan perbedaan antara

modernitas, modernisme, modern, dan modernisasi. Selanjutnya di dalam

pembahasan dibahas tentang gerakan reformasi modern yang dicetuskan

oleh Muhammad Abduh yang di dalamnya membahas tentang Pan Islami.

Dalam jurnal tersebut juga dijelaskan mengenai kontribusi Modernisme

Muhammad Abduh dalam bidang sosial yaitu tentang kesetaraan gender

yang pada waktu itu terdapat kesalahpahaman hak dan kewajiban antara

laki-laki dan perempuan Mesir.

Beberapa penelitian dan pembahasan terkait gerakan Salafiyah dan

Salafiyah modern di dunia Islam khususnya di Mesir telah dilakukan dari

berbagai sudut pandang dan kacamata keilmuan. Maka dalam penelitian

ini peneliti tertarik untuk meneliti peran tokoh dua serangkai Jamaluddin

Al-Afghani (1838 M- 1897 M) dan Muhammad Abduh (1849 M- 1905 M)

dalam Pemikiran Salafiyah Modern.

Page 11: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

11

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah sejarah munculnya gerakan Salafiyah Modern?

2. Bagaimanakah peran Jamaluddin Al-Afghani (1838 M- 1897

M) Dan Muhammad Abduh (1849 M- 1905 M) dalam

Pemikiran Salafiyah Modern?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan sejarah lahirnya gerakan Salafiyah Modern.

2. Mendeskripsikan peran Jamaluddin Al-Afghani (1838 M- 1897

M) dan Muhammad Abduh (1849 M- 1905 M) dalam

Pemikiran Salafiyah Modern.

D. PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah diperlukan supaya permasalahan dalam objek

penelitian tidak meluas, oleh karena itu perlu dijelaskan mengenai batasan

objek penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dan

memperdalam penelitian tersebut.

Penelitian ini dibatasi pada kajian tentang peran tokoh dua

serangkai Jamaluddin Al-Afghani (1838 M- 1897 M) dan Muhammad

Page 12: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

12

Abduh (1849 M- 1905 M) dalam Pemikiran Salafiyah Modern. Batasan

waktu yang digunakan dalam penelitian adalah tahun lahir Jamaluddin Al-

Afghani 1838 M sampai tahun wafatnya beliau 1897 M dan tahun lahir

Muhammad Abduh yaitu tahun 1849 M sampai tahun wafatnya beliau

1905 M. Sedangkan batasan tempat dalam penelitian adalah di Mesir.

Sebelumnya, dalam pembahasan akan dijelaskan mengenai biografi

singkat Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Fokus dalam

penelitian ini adalah menjelaskan tentang peran Jamaluddin Al-Afghani

dan Muhammad Abduh dalam pemikiran Salafiyah Modern.

E. LANDASAN TEORI

Penelitian ini bermaksud untuk mengupas peran tokoh dua

serangkai Jamaluddin Al-Afghani (1838 M- 1897 M) dan Muhammad

Abduh (1849 M- 1905 M) dalam Pemikiran Salafiyah Modern. Untuk

mempermudah dalam mengupas masalah yang akan ditulis maka penulis

melakukkan beberapa batasan teoritis agar dalam pelaksanaanya

pembahasan tidak menyimpang dari topik yang telah ditentukan.

Penelitian ini juga menggunakan teori modernisasi. Pembahasannya

sebagai berikut:

1. Batasan Tokoh Dua Serangkai Jamaluddin Al-Afghani dan

Muhammad Abduh

Penelitian ini bermaksud untuk membahas peran dari tokoh dua

serangkai Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh dalam

Page 13: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

13

pemikiran gerakan Salafiyah modern. Jamaluddin Al-Afghani dan

Muhammad Abduh merupakan tokoh pembaharu atau modernisme pada

akhir abad ke-19 M dan awal abad ke-20 M.

Kedua tokoh tersebut dikatakan sebagai tokoh dua serangkai

karena Al-Afghani dan Abduh memiliki hubungan yang sangat dekat.

Kedekatan antara kedua tokoh tersebut disebabkan tidak bukan karena

Jamaluddin Al-Afghani merupakan seorang guru dan Muhammad Abduh

sebagai muridnya. Hubungan yang terjalin diantara keduanya dimulai

ketika pada tahun 1869 Jamaluddin Al-Afghani yang terkenal sebagai

Mujahid (pejuang), Mujaddid (Pembaharu, reformer) dan seorang ulama

datang ke Mesir. Saat itu Muhammad Abduh masih menjadi mahasiswa di

Universitas Al-Azhar. Muhammad Abduh bertemu dengan Jamaluddin

untuk pertama kalinya ketika Abduh datang ke rumah Al-Afghani bersama

Syekh Hasan At Tawil untuk belajar ilmu tasawuf dan tafsir ( Abduh,

1975: 17).

Melihat cara berfikir dan corak keilmuan Al-Afghani yang modern

membuat Muhammad Abduh tertarik kepadanya. Hal tersebut membuat

Muhammad Abduh benar-benar mengaguminya dan selalu berada di

sampingnya. Selain Muhammad Abduh, banyak pula mahasiswa-

mahasiswa Al-Azhar lain yang diajak oleh Abduh untuk ikut datang

belajar bersama Jamaluddin Al-Afghani. Salah satunya adalah Rasyid

Ridha.

Page 14: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

14

Menurut Nashir (2013: 151-152) Jamaluddin Al-Afghani (1838-

1897), Muhammad Abduh (1849-1905), dan Rayid Ridha (1856-1935)

merupakan para pembaru Islam pada era dunia modern. Ketiga tokoh

tersebut berusaha membangkitkan kembali dunia Islam dengan

mengadakan pembaharuan keagamaan dan reformasi moral. Esposito

(dalam Nashir, 2013: 154) juga menambahkan jika Afghani adalah

katalisator, maka muridnya, Muhammad Abduh (1849-1905) dan Rasyid

Ridho (1865-1935) adalah pemandu Islam Modern.

Terlepas dari hubungan guru dan murid antara ketiga tokoh di atas,

terdapat perbedaan pemikiran antara Jamaluddin Al-Afghani dan

Muhammad Abduh dengan Rasyid Ridha. Dalam perkembangannya,

pemikiran Salafiyah modern Rasyid Ridha mengarah pada konservatisme.

Esposito memberikan catatan menarik tentang kencenderungan

konservativisme Salafiyah Rasyid Ridha sebagai berikut:

“Ridha mengubah orientasi gerakan Salafi ke arah

yang lebih konservatif selama tiga puluh tahun setelah

kematian Abduh pada tahun 1905. Meski sangat tertarik

dengan Afghani dan Abduh, Ridha memiliki perjumpaan

yang lebih terbatas dengan Barat. Dia tidak pernah banyak

berkenalan dengan Barat, tidak pula berbicara dengan bahasa

Barat. Konservativisme Ridha tercermin dalam

pemahamannya yang lebih terbatas mengenai istilah Salaf,

generasi pendahulu yang saleh. Sedangkan menurut Abduh,

Salaf menunjuk arti umum sebagai abad-abad Islam awal”

Esposito (dalam Nashir, 2013: 156).

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti hanya membahas

tokoh dua serangkai Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh

saja. Hal tersebut disebabkan karena antara kedua tokoh tersebut

Page 15: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

15

memiliki kecocokan dalam hal pemikiran tentang reformasi atau

pembaharuan Islam. Sedangkan tokoh Rasyid Ridha yang juga

merupakan murid dari Al-Afghani dan Abduh memiliki pemikiran

tentang refomasi Islam yang lebih bersifat konservatisme.

2. Teori Modernisasi

Gagasan “modern” berasal dari sebutan terhadap institusi, ide, dan

perilaku yang muncul dari kemerosotan masyarakat pertengahan di Eropa.

Walaupun benih modernitas itu telah bersemai ratusan tahun sebelumnya,

barulah pada abad ke-19 kehidupan modern itu benar-benar terwujud.

Perubahan besar tersebut menjadi momentum penting sebagaimana

disebut oleh Karl Polanyi (1973) sebagai Transformasi Besar (Jones, 2009:

32).

Menurut Eisentadat dalam Abraham (1991: 4), berdasarkan

sejarahnya, modernisasi merupakan proses perubahan menuju tipe sistem

sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan

Amerika Utara dari abad ke-19 dan 20 meluas ke negara-negara Amerika

Selatan, Asia serta Afrika. Abraham menambahkan modernisasi berarti

turut serta bersama dunia modern dan karena itu meningkatkan kesatuan

yang diperlukan, kendatipun secara kacau. Sedangkan menurut Everet

Rogers dalam Abraham (1991:5), modernisasi merupakan proses dengan

mana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup

lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah.

Page 16: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

16

Black mendefinisikan modernisasi sebagai proses dengan mana

secara historis lembaga-lembaga yang berkembang secara perlahan

disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat yang menimbulkan

peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal

pengetahuan manusia, yang memungkinkannya untuk menguasai

lingkungannya, yang menimbulkan revolusi ilmiah (Abraham, 1991: 6)

Sztompka (2010: 148) menjelaskan makna modernisasi paling

khusus mengacu pada masyarakat terbelakang atau tertinggal dan

melukiskan upaya mereka untuk mengejar ketertinggalan dari masyarakat

paling maju yang hidup berdampingan dengan mereka pada periode

historis yang sama dalam masyarakat global.

a. Konsep Modernisasi

Konsep modernisasi yang disepakati teoritisi modernisasi di tahun

1950-an dan tahun 1960-an, didefinisikan dengan tiga cara: historis,

relatif, dan analisis. Menurut Eisenstadt dalam Sztompka (2010: 152)

secara historis modernisasi adalah proses perubahan menuju tipe sistem

sosial, ekonomi, dan politik yang telah maju di Eropa Barat dan Amerika

Utara dari abad ke-17 hingga 19 dan kemudian menyebar ke negara Eropa

lain dan dari abad ke-19 dan 20 ke negara Amerika Selatan, Asia, dan

Afrika. Sedangkan menurut tokoh lainnya yaitu Wilbert Moore

menjelaskan definisi modernisasi secara historis adalah tranformasi total

masyarakat tradisional atau pra-modern ke tipe masyarakat teknologi dan

Page 17: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

17

organisasi sosial yang menyerupai kemajuan dunia Barat yang

ekonominya makmur dan situasi politiknya stabil.

Menurut pengertian relatif, modernisasi berarti upaya yang

bertujuan untuk menyamai standar yang dianggap modern baik oleh rakyat

banyak maupun oleh elite penguasa. Definisi untuk analisis berciri lebih

khusus daripada kedua definisi di atas, yakni melukiskan dimensi

masyarakat modern dengan maksud untuk ditanamkan dalam masyarakat

tradisional atau masyarkat pra-modern. Sebagian analis memusatkan

perhatian pada aspek struktural. Neil Smelser misalnya, melukiskan

modernisasi sebagai transisi multidimensional yang meliputi enam bidang.

Modernisasi di bidang ekonomi, mengakarnya teknologi dalam ilmu

pengetahuan. Di bidang politik, ditandai oleh transmisi dari kekuasaan

suku ke sistem hak pilih, perwakilanm partai politik, dan kekuasaan

demokrasi. Di bidang pendidikan, modernisasi meliputi penurunan angka

buta huruf dan peningkatan perhatian pada pengetahuan, keterampilan, dan

kecakapan. Di bidang agama ditandai dengan sekulerisasi. Di bidang

keluarga ditandai oleh berkurangnya peran ikatan kekeluargaan dan makin

besarnya spesialisasi fungsional keluarga. Di bidang stratifikasi,

modernisasi berarti penekanan pada mobilitas dan prestasi individual

ketimbangn pada status yang diwarisi (Sztompka, 2010: 152-153).

b. Unsur-unsur Modernisasi

Seandainya kita abaikan proses modernisasi yang sedang

berlangsung pada suatu titik tertentu untuk kepentingan suatu analisis

Page 18: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

18

teoritis, dengan sendirinya ia akan tampak sebagai segitiga yang terdiri

dari tiga bagian yang berbeda seperti tergambar berikut ini:

Gambar 1. Unsur-Unsur Modernisasi

Contoh modernisasi tersebut memiliki tiga sisi yang saling terkait.

Perubahan dalam satu faset otomatis akan mengakibatkan perubahan pada

dua sisi lainnya.

A. Struktural : diferensiasi struktur kelembagaan.

B. Attitidinal : orientasi individu ke arah “maju”.

C. Prosessual : spesialisasi fungsional proses sosial.

Faset struktural meliputi peningkatan diferensial dan integrasi

struktur yang ada serta pengembangan pengaturan insitusi secara inovatif.

Namun, diferensiasi dan spesialisasi pada suatu ketika diperkuat dan

ditopang oleh semua mekanisme pencakupan integrasi- perluasan peranan

negara dan meningkatnya saling keterkaitan organisasi-organisasi yang

berdasarkan spesialisasi.

Faset sikap mencakup transformasi sikap tradisional yang

didasarkan pada adat dan sistem keyakinan agama menjadi berbagai

bentuk rasionalitas sekuler yang didasarkan pada lmu dan skeptisisme

Attitudinal Stuctural

Processual

Page 19: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

19

yang terorganisasi. Elemen faset tingkah laku lainnya mencakup motivasi

berprestasi yang makin meluas, spririt wiraswasta, aspirasi berpendidikan

tinggi, revolusi harapan yang meningkat, bangkitnya sikap-sikap

egalitarian dan pemberontokan melawan paternalisme dan otoritarianisme,

keterbukaan terhadap pengalaman baru dan sikap positif terhadap

kehidupan dan alam, serta pandangan dunia yang rasonal.

Dasar piramida segitiga tersebut merupakan suatu variasi yang luas

perubahan presesual yang mencakup spesialisasi fungsional, peranan

status baru, revolusi dalam komunikasi massa, pelepasan secara sukarela

tradisi, perencanaan pembangunan dan bencana sosial yang dtimbulkan

oleh agen perubahan “resmi”, dan bencana-bencana sosial- histeri massa,

letupan kekerasaan, gerakan agama dan politik dan lain-lain – yang

merefleksikan ketidakseimbangan gerakan diferensial dan intergrasi.

Berdasarkan penjelasan mengenai landasan teori diatas, maka

peneliti menggunakan teori modernisasi sebagai landasan utama dalam

memaparkan pemikiran-pemikiran modernisasi dalam Salafiyah modern

dari tokoh dua serangkai Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.

F. DATA DAN SUMBER DATA

1. Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh

alam (dalam arti luas), yang harus dicari, dikumpulkan dan dipilih oleh

peneliti. Data dapat berwujud angka, perkataan, kalimat, wacana, gambar

Page 20: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

20

atau foto, rekaman, catatan ataupun arsip, dokumen dan buku (Subroto,

1992: 34). Suatu bentuk data merupakan fakta-fakta yang relevan atau

saling berkaitan antara satu dengan lainnya secara logis dengan (a)

masalah-masalah dalam penelitian yang ingin dijawab, dan dengan (b)

kerangka teori atau paradigma yang digunakan untuk menjawab berbagai

permasalahan tersebut. Jadi data adalah fakta-fakta yang telah dipilih dan

diseleksi berdasarkan atas relevansinya (Putra, 2009: 23).

Data yang menjadi bahan penelitian ini adalah pemaparan kalimat-

kalimat yang berupa perkataan dari para ahli sejarah mengenai pemikiran

Jamaluddin Al-Afghani (1838 M- 1897 M) dan Muhammad Abduh (1849

M- 1905 M) dalam gerakan Salafiyah Modern. Data- data tersebut

dikumpulkan dari penelitian pustaka, yaitu proses mencari, menelusuri,

memilih data yang relevan dengan topik bahasan dan menganalisa.

2. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi

dua, yaitu (1) data primer, dan (2) data sekunder. Data primer adalah data

yang digunakan oleh peneliti dengan maksud khusus untuk menyelesaikan

permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian. Sedangkan data

sekunder yaitu data yang sudah dikumpulkan sebagai tambahan dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi sebagai acuan penelitian. Dalam

sebuah penelitian, yang biasanya menjadi data sekunder yaitu literature,

Page 21: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

21

artikel, jurnal, serta situs internet yang berkenaan dengan penelitian yang

dilakukan (Sugiyono, 2009:137).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kepustakaan yang berupa buku, e-book, hasil penelitian dan lain

sebagainya yang diuraikan dengan perincian sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Menurut Ratna (2010:475) sumber data primer merupakan

sumber data yang di dalamnya data utama dihasilkan. Sumber data

utama pada penelitian ini adalah buku Islam Syariat: Reproduksi

Salafiyah Ideologi Di Indonesiakarya Haedar Nashir,Islam Politik

di Dunia Kontemporer: Konsep, Genealogi, dan Teori karya

Noorhaidi Hasan, buku Risalah Tauhid karya Syekh Muhammad

Abduh, buku Pembaharu dan Pembaharuan Dalam Islam karya

Busthami M. Saaid M.A,buku Muhammad Abduh dan Teologi

Rasional Muktazilah karya Harun Nasution, Pembaharuan

Pemikiran Modern Dalam Islamkarya Rusli Ris’andanAliran

Pembaharuan Islam: Dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H.A.

Dahlan karya Djarnawi Hadikusuma.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang di

dalamnya data sekunder dihasilkan, seperti buku-buku teks dan

berbagi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik yang

sudah diterbitkan maupun belum (Ratna, 2010:475). Sumber data

Page 22: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

22

sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari

buku-buku, skripsi, artikel, jurnal serta situs internet yang

berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

G. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif dan metode cross-cultural studies. Penelitian kualitatif

menurut Zuldafrial (2011:2) adalah penelitian yang berdasarkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau

perilaku yang diamati. Metode cross-cultural studies adalah model kajian

budaya yang menitikberatkan pada komparatif dan pemahaman antar

budaya atau disebut dengan perbandingan antar budaya (Endraswara,

2006: 73-74).

Berbagai hal yang dapat diperbandingkan dalam cross-cultural

studies antara lain: (1) persepsi, yaitu bagaimana tanggapan pelaku budaya

satu dengan yang lain ketika menerima dan atau menolak budaya yang

hadir, (2) kognisi, yaitu membandingkan pola pemikiran pendukung

budaya masing-masing, (3) kepribadian dan jati diri, yaitu

membandingkan kepribadian dan jati diri pemilik budaya masing-masing

(2006: 76). Dari berbagai hal yang dibandingkan ini, peneliti akan mencari

kolerasi atau hubungan kemiripan.

Teknik penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan tekik akhir.

Page 23: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

23

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan melalui penelitian kepustakaan (library research).

Pengumpulan data dengan teknik pustaka, yaitu mengumpulkan data yang

berkaitan dengan objek penelitian melalui buku, jurnal, skripsi,artikel,

situs internet yang mendukung penelitian in. Selain itu penelitian

kepustakaan peneliti lakukan ke berbagai perpustakaan untuk mendukung

penelitian ini, diantaranya :

a) perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

b) perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta

(UMS).

c) perpustakaan Institusi Agama Islam (IAIN) Surakarta,

perpustakaan Islam Surakarta.

d) perpustakaan Ganesha Surakarta.

e) perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, dan

f) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

2. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis. Berdasarkan

analisis rumusan masalah yang ada, maka peneliti membagi analisis awal

terdiri dari biografi Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh,

kemudian analisis deskriptif dari pengertian Salafiyah dan munculnya

gerakan Salafiyah modern, terakhir analisis peran Jamaluddin Al-Afghani

Page 24: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

24

(1838 M- 1897 M) dan Muhammad Abduh (1849 M- 1905 M) dalam

Pemikiran Salafiyah Modern.

3. Teknik Akhir

Teknik akhir dari penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil

analisis yang disajikan secara informal, yaitu deskriptif melalui kata-kata,

kalimat, gambar dan bentuk-bentuk narasi yang lain serta kesimpulan.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sebuah penelitian agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas dan

berkesinambungan antara bab demi bab, maka sistematika penulisan

penelitian ini sebagai berikut:

Bab I meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Pembatasan Masalah, Tinjauan Pustaka,

Landasan Teori, Sumber Data dan Data, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

Bab II merupakan pembahasan yang terdiri dari deskripsi biografi

Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, pemaparan tentang

sejarah lahirnya gerakan Salafiyah dan Salafiyah modern, deskripsi

tentang modernisasi pemikiran Jamaluddin Al-Afghani (1838 M- 1897 M)

dan Muhammad Abduh (1849 M- 1905 M) serta perannya dalam

Pemikiran Salafiyah Modern di Mesir.

Page 25: BAB I PENDAHULAN - abstrak.uns.ac.id · terhadap penafsiran berbagai macam gerakan pembaruan yang muncul sebelum abad ke-20 ini diarahkan untuk menghentikan proses degenerasi umat

25

Bab III merupakan penutup yang terdiri dari hasil kesimpulan dan

saran. Kesimpulan merupakan hasil yang diperoleh peneliti setelah

meneliti dan menganalisi pembahasan yang dikaji. Sedangakan saran

berisi anjuran untuk pembaca atau peneliti lain yang akan meneliti pada

objek yang sama. Di akhir laporan penelitian terdapat daftar pustaka dan

lampiran.