bab i - pemimpin otoriter
DESCRIPTION
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Dimana mutu Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang
sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia.
Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan
melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia
(SDM). Dimana mutu Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan
mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang
baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam
pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya.
Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru, sarana
dan prasarana, biaya serta seluruh komponen tersebut memenuhi syarat tertentu.
Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang
professional. Tenaga kependidkan mempunyai peran yang sangat strategis dalam
pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena
itu tenaga kependidikan yang professional akan melaksanakan tugasnya secara
professional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu.
Dari sedikit penjelasan mengenai berbagai sumber daya yang ada dalam
suatu lembaga pendidikan tersebut. Keseluruhannya tidak dapat berjalan secara
baik tanpa adanya manajemen yang jelas serta adanya seorang pemimpin yang
mengarahkan serta mengawasi jalannya sebuah organisasi.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan kepemimpinan dalam
pendidikan dengan pokok pembahasan Pemimpin Otoriter.
1.1.1 Pemimpin ” menurut pandangan kuno dan modern
Menurut pandangan kepemimpinan kuno, yang dipilih sebagai pemimpin
ialah orang yang memiliki segala kelebihan dari orang-orang yang lain, seperti
1 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
orang yang terkuat, paling pemberani, terpandai, dan sebagainya dan juga
dianggap orang yang terpandai tentang segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan kebutuhan kelompok, dan pemimpin itu sendiri harus pandai
melakukannya.
Di zaman modern seperti sekarang ini, tidak mungkin lagi seorang kepala
atau pemimpin menjalankan semua peranan yang diperlukan oleh kelompoknya.
Jadi, persamaannya antara pemimpin dahulu dan sekarang ini adalah mereka
bersama-sama memenuhi kebutuhan kelompok.
Tugas seorang pemimpin antara lain:
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompoknya dan keinginan kelompoknya
2. Dari keinginan-keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis
dan yang benar-benar dapat dicapai
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka,
mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan
4. Menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai/mewujudkan kehendak-
kehendak tersebut
1.1.2 Peranan seorang Pemimpin
Seorang ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa peranan seorang pemimpin yang
baik dapat disimpulkan menjadi 13 macam, yaitu:
1. Sebagai pelaksana (executive)
2. Sebagai perencana (planner)
3. Sebagai seorang ahli (expert)
4. Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)
5. Mengawasi hubungan antar anggota kelompok (controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman (purveyor of rewards
and punishments)
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambang kelompok (symbol of the group)
2 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogete or individual
responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
13. Sebagai “kambing hitam” (scape goat)
1.1.3 Pengambilan Putusan
Pengambilan putusan merupakan fungsi kepemimpinan yang turut
menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri.
Langkah-langkah Pengambilan Putusan:
1. Mendefinisikan/ menetapkan masalah
2. Menentukan pedoman pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi alternatif
4. Mengadakan penilain terhadap alternatif yang telah didapat
5. Memilih alternatif yang “baik”
6. Implementasi alternatif yang dipilih
Model-model Pengambilan Putusan:
1. Model prilaku
Model prilaku adalah model pengambilan keputusan yang di dasarkan atas pola
tingkah laku orang yang terlibat dalam organisasi atau lembaga itu.
2. Model informasi
Model ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
a. Informasi merupakan kondisi yang harus dipenuhi dalam proses pengambilan
putusan
b. Informasi yang berasal dari dalam organisasi yang diberikan oleh seorang yang
mempunyai posisi tinggi dan dikenal
c. Informasi yang diperoleh sehubungan dengan proses pengambilan putusan selalu
di uji dengan informasi yang sudah ada
3. Model normatif
3 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
Model normatif yaitu dimulai dari mengidentifikasi apa yang dilakukan oleh
manajer atau pemimpin yang baik, dan kemudian memberikan pedoman tentang
bagaimana seorang manajer yang baik itu mengambil putusan.
4. Participative Decision Making
Model ini mengemukakan bagaimana cara pengambilan putusan dengan
mengikutsertakan bawahan.
Jenis-jenis Partisipasi
1. Sentralisasi demokratis
2. Parlementer
3. Penentuan oleh peserta
Konsep pengambilan keputusan
Ada beberapa konsep pengambilan putusan yang harus diperhatikan oleh
seorang pemimpin pendidikan misalnya ketika ia harus mengambil sebuah
keputusan yaitu sebagai berikut:
1. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi keputusan, mencakup:
a. Dinamika individu di dalam organisasi
b. Dinamika kelompok di dalam organisasi
c. Dinamika lingkungan di dalam organisasi
2. Ketrampilan pribadi dalam pengambilan keputusan
Bawahan harus banyak berperan aktif (dilibatkan) dalam pengambilan
keputusan, sekalipun “palu” ada pada pemimpin (kepala).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari pemimpin itu?
2. Apa saja sifat-sifat kepemimpinan?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin?
4. Apa pemimpin otoriter itu?
5. Apa ciri-ciri pemimpin otoriter?
4 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
6. Bagaimana cara pengambilan putusan?
7. Apa kelebihan dan kekurangan pemimpin yang otoriter?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui tipe atau gaya kepemimpinan dalam pendidikan
2. Untuk mengetahui sifat-sifat kepemimpinan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin
4. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara kepala dan pemimpin
5. Untuk mengetahui peranan seorang pemimpin
6. Untuk mengetahui cara pengambilan putusan
5 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tipe atau Gaya Kepemimpinan
Didalam kepemimpinan ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur
manusia, unsur sarana, dan unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga
unsur tersebut secara seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan
atau kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan
kepemimpinannya. Cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu
kepemimpinan disebut tipe atau gaya kepemimpinan.
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yang pokok, atau dapat juga disebut juga
ekstrem, ada tiga yaitu:
2.1.1 Kepemimpinan yang otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan yang
otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota
kelompoknya. Baginya, memimpin adalah menggerakkan dan memaksa
kelompok. Pemimpin yang otokratis tidak menghendaki rapat-rapat atau
musyawarah. Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat di ganggu gugat.
Supervisi bagi pemimpin yang otokratis hanyalah berarti mengontrol, apakah
segala perintah yang telah di berikan itu ditaati atau dijalankan dengan baik oleh
angota-anggotanya.
2.1.2 Kepemimpinan yang laissez faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan
pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat
sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan
kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Tingkat keberhasilan
organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata
disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan
bukan karena pengaruh dari pemimpinnya. Di dalam tipe kepemimpinan ini,
6 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan
tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
2.1.3 Kepemimpinan yang demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan
sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota
kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan
mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik
yang membangun dari para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan
dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.
2.1.4 Kepemimpinan yang Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatik.
Kepemimpinan model ini sebenarnya pemimpin yang mempunyai sifat dan sikap
otokratis, tetapi ia pandai memberikan kesan seolah-olah demokratis. Pemimpin
yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis
padahal sebenarnya dia bersikap otokratis.
2.2 Sifat-sifat Kepemimpinan
Untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat tertentu dan
syarat-syarat serta sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin berbeda-beda
menurut golongan dan fungsi jabatan yang dipegangnya.
Prof. Dr. A Abdurrachman menyimpulkan macam-macam sifat
kepemimpinan menjadi lima sifat pokok yang disebutnya pancasifat, yaitu:
1. Adil.
2. Suka melindungi.
3. Penuh Inisiatif.
4. Penuh daya tarik.
5. Penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Ordway Tead, mengemukakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin sebagai berikut:
1. Berbadan sehat, kuat dan penuh energi.
2. Yakin akan maksud dan tujuan organisasi.
7 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
3. Selalu bergairah.
4. Bersifat ramah-tamah.
5. Mempunyai keteguhan hati.
6. Unggul dalam teknik bekerja.
7. Sanggup bertindak tegas.
8. Memiliki kecerdasan.
9. Pandai mengajari bawahan.
10. Percaya pada diri sendiri.
Elsbree dan Reutter, sebagai seorang ahli administrasi pendidikan
mengemukakan, syarat-syarat bagi seorang pemimpin yang baik harus memiliki:
1. Sifat-sifat personal dan sosial yang baik.
2. Kecakapan Intelektual.
3. Latar belakang pengetahuan yang sesuai.
4. Filsafat Pendidikan dan bimbingan.
5. Kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan teknik-teknik mengajar.
6. Pengalaman profesional dan nonprofessional.
7. Potensi untuk mengembangkan profesinya.
8. Kesehatan fisik dan mental.
Menurut Suprapto, yang mendasarkan uraiannya kepada asas kepemimpinan
yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, tut wuri handayani. Dari asas kepemimpinan tersebut
diturunkannya 17 sifat kepemimpinan yang semuanya dimulai dengan huruf “ T ”,
yaitu:
1. Takwa
2. Taat
3. Temen (jujur)
4. Tekun
5. Terampil
6. Tanggap
8 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
7. Trengginas (lincah)
8. Tegas
9. Tangguh
10. Tanggon (iman)
11. Terbuka
12. Toleran
13. Teliti
14. Tertib
15. Tepo seliro
16. Tanpa pamrih
17. Tanggung jawab
Menurut Sutarto, dari hasil rangkumannya terhadap pendapat para ahli
administrasi dan manajemen tentang sifat-sifat kepemimpinan yang baik,
menyimpulkan menjadi 30 sifat yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin,
yaitu:
1. Takwa
2. Sehat
3. Cakap
4. Jujur
5. Tegas
6. Setia
7. Cerdik
8. Berani
9. Berilmu
10. Efisien
11. Disiplin
12. Manusiawi
13. Bijaksana
14. Bersemangat
15. Percaya diri
9 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
16. Berjiwa matang
17. Bertindak adil
18. Berkemauan keras
19. Berdaya cipta asli
20. Berwawasan situasi
21. Berpengharapan baik
22. Mampu berkomunikasi
23. Berdaya tanggap tajam
24. Mampu menyusun rencana
25. Mampu membuat putusan
26. Mampu melakukan kontrol
27. Bermotivasi kerja sehat
28. Memiliki rasa tanggung jawab
29. Satunya kata dengan perbuatan
30. Mendahulukan kepentingan orang lain
Sifat-sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan, yaitu:
1. Rendah hati dan sederhana
2. Bersifat suka menolong
3. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
4. Percaya kepada diri sendiri
5. Jujur, adil dan dapat dipercaya
6. Keahlian dalam jabatan
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemimpin
Di antara pemimpin banyak yang memiliki keahlian dan jabatan dalam
pekerjaaan yang sama, selalu kita lihat adanya perbedaan-perbedaan dalam
perilaku dan sikap serta gaya kepemimpinannya. Hal ini disebabkan karena
adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud, yaitu:
10 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
a. Keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya oleh pemimpin untuk
menjalankan kepemimpinannya. Pemimpin yang ideal tidak akan merasa puas
dengan hanya mengandalkan pada latar belakang pendidikan dan pengalamannya
saja.
b. Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas
jabatannya. Tiap jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan
yang berbeda pula.
c. Sifat-sifat kepribadian pemimpin. Watak dan sifat-sifat pribadi seorang
pemimpin turut menentukan bagaimana sikap dan prilakunya dalam menjalankan
kepemimpinan.
d. Sifat-sifat kepribadian pengikut atau kelompok yang dipimpinnya. Untuk
dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Sangat penting bagi seorang
pemimpin untuk mengetahui dan mempeljari sifat atau tipe kepengikutan yang
ada pada kelompoknya.
e. Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin. Tinggi-rendahnya tingkat
kekuasaan menentukan tinggi rendahnya sangsi seorang pemimpin.
11 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
2.4 Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan gaya otoriter, otokratis, atau diktator adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh
pimpinan.
Seorang diktator jelas tidak menyukai adanya meeting, rapat apalagi musyawarah
karena bagi seorang diktator tidak menghendaki adanya perbedaan dan pastinya
suka dengan memaksakan kehendaknya.
Dengan kepemimpinan diktator semua kebijakan ada di tangan pemimpin,
semua keputusan ada di tangan pemimpin, semua bentuk hukuman, larangan
peraturan dapat juga berubah sesuai dengan suasana hati pemimpin.
Jika kita lihat dari sisi gaya kepemimpinan secara ekstrim kepemimpinaan
otoriter menempati urutan pertama karena di lihat dari seberapa besar pengaruh
atau campur tangan pemimpin dibandingkan kepemimpinan demokratis dan
kepemimpinan laissez faire.
Jika di tinjau menurut sistem kepemimpinan menurut likert maka sistem
otoriter menempati sistem pertama (I), berikutan lengkap sistem
kepemimpinan menurut likert
(1) sistem l : otoriter (explosive/authoritative).
(2) sistem ll : otoriter bijaksana (benevolent authoritative).
(3) sistem lll : konsultatif
(4) sisten lV : partisipatif.
2.5 Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter :
1. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
2. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
3. Kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan
4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan
5. Pengawasan dilakukan secara ketat
12 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
6. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan
7. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk mengeluarkan pendapat
8. Tugas diberikan dengan intruksi
9. Banyak kritik daripada pujian
10. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan
11. Pemimpin menuntut kesetiaan mutlak dari bawahan
12. Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
13. Kasar dalam bertindak
14. Kaku dalam bersikap
15. Tanggung jawab dipikul oleh pimpinan
2.6 Ciri Kepemimpinan Otoriter
Adapun ciri kepemimpinan otoriter sistem l menurut likert dalam buku
wahjosumidjo: kepemimpinan dan motivasi terbitan PT. Ghalia tahun 1987 adalah
sebagai berikut :
(1) manajer menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh
pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya.
(2) manajer menentukan semua standart bagaimana bawahan melakukan tugas.
(3) manajer memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak
berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah di tentukan.
(4) manajer kurang percaya terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan tidak atau
sedikit sekali terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
(5) atasan dan bawahan bekerja dalam suasana yang saling mencurigai.
2.7 Contoh Kepemimpinan Otoriter
Kasus 1 : Hartoyo sebagai Manajer
Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen
produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan
setelah dia pensiun dari tentar. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia
bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak
puas dan agresif.
13 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
Pada jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya kepada Drs. Abdul Hakim,
AK, manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat
kerja yang rendah dalam departemen produksi. Abdul Halim menjawab bahwa dia
telah mendengar secara informal melalui komunikasi “grapevine”, bahwa para
karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan
yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “dalam tentara, saya
membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan
saya untuk berbuat seperti itu.”
Pertanyaan kasus :
1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana
keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang
dan dulu sewaktu di tentara.
Jawab :
Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh hartoyo adalah gaya kepemimpinan
otoriter, yaitu gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otoriter
ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan
sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik
itu sasaran utama maupun sasaran minornya.
2.8 Pemimpin Otoriter Terkait Beberapa Hal Dalam Kewirausahaan
Terkait Produksi
Dalam produksi, karyawan sangat produktif dalam bekerja karena gaya
kepemimpinan otoriter menuntut karyawan untuk memenuhi target yang
telah ditentukan.
Terkait Pemasaran
Perkembangan pemasaran dalam perusahaan akan cenderung stabil bahkan
menurun karena kreativitas dan inovasi karyawan sangat dibatasi.
14 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
Terkait Kemampulabaan
Karena kreativitas dan inovasi dari karyawan yang dibatasi oleh pemimpin
yang bersifat otoriter tersebut sehingga akan berpengaruh pada
kemampulabaan yang juga akan menurun.
Terkait Manajemen
Dengan sifat otoriter yang dimiliki seorang pemimpin juga berpengaruh
dalam hal mengatur yang akan cenderung memegang kendali penuh dalam
perusahaan, kepemimpinan tidak transparan, kreativitas dan inovasi
karyawan dibatasi, namun karyawan taat pada perintah pemimpin sehingga
perusahaan dapat mendapatkan target produksi yang diinginkan.
2.7 Keuntungan dan Kerugian Kepemiminan Otoriter
Keuntungan Gaya Otoriter:
Ketepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak
sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik.
Hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi
keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi
terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini harus segera
ditinggalkan.
Kerugian Gaya Otoriter:
Suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat
lebih lanjut timbulnya ketidak puasan.
Merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan,
agresivitas, keluhan, absen, pindah, dan tidak puas.
15 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tipe kepemimpinan otoriter jika di terapkan sekarang mungkin kurang relevan,
namun jika di lihat lagi menurut gaya kepemimpinan situasional tipe
kepemimpinan ini bisa di terapkan terhadap anggota atau bawahan dengan tingkat
kematangan rendah yaitu ketika seorang pemimpin menghadapi bawahan yang
belum bisa atau belum menguasai hampir semua bidang yang menjadi tanggung
jawabnya.
16 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, ngalim, drs. M. Mp. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://www.duniaremaja.org/makalah-f59/tipe-tipe-kepemimpinan-dalam-
pendidikan-t145.htm
http://file.upi.edu/Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BAHASA
%20DAERAH/195906141986011%20-%20DEDI%20KOSWARA/MAKALAH
%20KEPEMIMPINAN%20DALAM%20PENDIDIKAN.pdf
Argawal, Organization and Management, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, New Delhi, 1982, p 226.
17 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r