bab i pendahuluanrepository.uph.edu/42056/4/chapter1.pdf1 bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa ketentuan pembelajaran yang dilakukan di sekolah sesuai dengan aturan jam pembelajaran serta waktu pelaksanaan setiap minggu dan semester yang berlangsung secara tatap muka. Namun, menjelang akhir tahun 2019 hingga tahun 2021 terjadi sebuah kejadian tidak terduga yang melanda keseluruhan negara yang menyangkut keberlangsungan hidup seluruh manusia yakni pandemi Coronavirus Disease (Covid-19). Penelitian yang dilakukan oleh Hui, et al (2020) dalam Setiawan (2020, 29), mengungkapkan bahwa virus Covid-19 ditemukan pertama kali di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019. Kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Indonesia sejak 2 Maret 2020, dan hingga 9 Februari 2021 jumlah kasus terdeteksi di Indonesia adalah sebanyak 1.174.779 juta total kasus positif. Demikian yang dilansir worldometers dan menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-19 kasus penyebaran secara global yang jauh melewati China (sumber: kompas.com). Penyebaran virus Covid-19 ini berdampak positif dan negatif bagi keberlangsungan hidup seluruh mahkluk hidup. Salah satu hal yang merasakan dampak penyebaran ini adalah pada proses belajar mengajar mulai dari tingkat dasar, menengah, dan atas hingga perguruan tinggi. Segala daya dan upaya agar keberlangsungan pendidikan tetap berjalan, maka dibuatlah surat edaran oleh

Upload: others

Post on 29-Aug-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan menyatakan bahwa ketentuan pembelajaran yang dilakukan di sekolah

sesuai dengan aturan jam pembelajaran serta waktu pelaksanaan setiap minggu

dan semester yang berlangsung secara tatap muka. Namun, menjelang akhir tahun

2019 hingga tahun 2021 terjadi sebuah kejadian tidak terduga yang melanda

keseluruhan negara yang menyangkut keberlangsungan hidup seluruh manusia

yakni pandemi Coronavirus Disease (Covid-19).

Penelitian yang dilakukan oleh Hui, et al (2020) dalam Setiawan (2020, 29),

mengungkapkan bahwa virus Covid-19 ditemukan pertama kali di Wuhan, Hubei,

China pada tahun 2019. Kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Indonesia sejak

2 Maret 2020, dan hingga 9 Februari 2021 jumlah kasus terdeteksi di Indonesia

adalah sebanyak 1.174.779 juta total kasus positif. Demikian yang dilansir

worldometers dan menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-19 kasus

penyebaran secara global yang jauh melewati China (sumber: kompas.com).

Penyebaran virus Covid-19 ini berdampak positif dan negatif bagi

keberlangsungan hidup seluruh mahkluk hidup. Salah satu hal yang merasakan

dampak penyebaran ini adalah pada proses belajar mengajar mulai dari tingkat

dasar, menengah, dan atas hingga perguruan tinggi. Segala daya dan upaya agar

keberlangsungan pendidikan tetap berjalan, maka dibuatlah surat edaran oleh

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

2

Kadisdik dimana pembelajaran yang sebelumnya dilaksanakan secara

konvensional berubah menjadi home learning atau Belajar dari Rumah (BDR).

Kegiatan home learning yang terjadi di Indonesia berawal sejak 16 Maret

2020, namun dengan banyak pertimbangan ketetapan kebijakan baru

perpanjangan home learning dikeluarkan oleh Kemdikbud. Ketentuan umum

mengenai panduan yang tertuang tersebut terbagi berdasar status wilayah ke

dalam empat zona yakni zona kuning, zona oranye, zona merah dan zona hijau

yang telah dibagi oleh tim gugus tugas (sumber: dikti.kemendikbud.go.id).

Berdasarkan ketentuan pemerintah terkait menyebabkan wilayah Jakarta dan

beberapa titik di Indonesia yang berada pada zona merah mewajibkan setiap

peserta didik untuk tetap melakukan pembelajaran secara daring atau home

learning.

Berdasarkan wawancara melalui telepon bersama dua Kepala Sekolah pada

dua sekolah yang berbeda di Jakarta, menyatakan bahwa pelaksanaan home

learning merupakan sebuah tantangan baru bagi sekolah, tenaga pendidik dan

kependidikan serta peserta didik. Melepaskan diri dari pembelajaran tatap muka

dan beralih pada pembelajaran menggunakan teknologi merupakan kesulitan yang

harus dihadapi. Hal ini sangat menantang setiap tenaga pendidik dan

kependidikan dalam penggunaan teknologi yang dibutuhkan dalam kegiatan

belajar mengajar. Mengingat tidak sedikit tenaga pendidik dan kependidikan yang

gagap teknologi (gaptek), menyulitkan pihak pimpinan sekolah dalam

meningkatkan kompetensi guru khususnya dalam memakai platform-platform

yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Padahal, menurut penelitian Kavalić

et al. (2021, 2) menyatakan bahwa:

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

3

teknologi informasi berhasil digunakan untuk komunikasi dan memperoleh pengetahuan serta efektif diterapkan pada proses manajemen pengetahuan terutama dalam memantau perubahan lingkungan.

Terlebih lagi, pada era industri 4.0 yang dikenal dengan revolusi digital dan

era teknologi seperti sekarang ini, maka kekayaan yang dimiliki sebuah

perusahaan ataupun organisasi adalah pengetahuan yang dimiliki. Menurut Peter

Senge (1990, 343) pada bukunya yang berjudul “The Fifth Discipline: The Art

and Purpose of the Learning Organization” menyatakan bahwa:

kemampuan untuk belajar dari orang lain serta adanya keterbukaan dalam organisasi sangat berpengaruh signifikan pada bagaimana pengetahuan tersebut ditransmisikan pada pembelajaran organisasi (Zahra et al. 2020, 1219).

Pembelajaran organisasi tersebut tidak berjalan sendiri, namun harus dikelola dan

diorganisir dengan baik yang disebut dengan manajemen pengetahuan. Salah satu

hal yang menjadi faktor penting dalam manajemen pengetahuan adalah pada

proses berbagi pengetahuan atau knowledge sharing (Kavalić et al. 2021, 13).

Melalui hasil wawancara dengan salah satu kepala sekolah dari dua sekolah

swasta yang berbeda di atas, dikemukakan bahwa dari tujuh puluh enam tenaga

pendidik dan kependidikan dua puluh empat diantaranya terbilang senior dan

gagap teknologi (gaptek). Maka dari itu, penulis tertarik untuk memahami lebih

jauh mengenai perilaku berbagi pengetahuan khususnya saat terjadi perubahan

situasi yang tak terduga seperti adanya pandemi covid-19 ini. Peneliti tertarik

dengan sekolah Bina Bangsa Bandung dikarenakan sekolah ini hanya memiliki

seorang kepala sekolah yang memimpin seluruh jenjang pendidikan, yakni mulai

dari SD hingga SMA. Kemudian, kepala sekolah tersebut bukanlah warga negara

Indonesia melainkan berkewarganegaraan Filipina. Hal tersebut membuat peneliti

hendak mengetahui perilaku berbagi pengetahuan di antara guru-guru dengan

kepala sekolah terkait perbedaan budaya yang berbeda dari dua negara.

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

4

Oleh karena itu, penulis meneliti lebih jauh mengenai perilaku knowledge

sharing dalam lingkungan sekolah Bina Bangsa Bandung menghadapi

pembelajaran jarak jauh saat ini. Mengacu pada beberapa literatur yang ada,

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku knowledge sharing.

Faktor pertama adalah psychological empowerment. Penelitian yang

dilakukan oleh Wang, Wang, and Chang (2019, 1061) membuktikan bahwa

psychological empowerment secara signifikan mempengaruhi minat karyawan

dalam hal berbagi pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Organisasi pada bidang manapun akan sangat membutuhkan karyawan yang

penuh dengan motivasi diri. Seorang karyawan yang termotivasi atas apa yang

dikerjakannya pasti akan menimbulkan keterikatan atas pekerjaan itu sendiri.

Keterikatan terkait akan membuat karyawan terkait terlibat sepenuhnya dalam

menginvestasikan diri dan waktu serta energinya dalam pekerjaan. Motivasi tidak

muncul dengan sendirinya, namun ada upaya dari dalam diri ataupun luar diri

seseorang yang menghasilkan energi dan keyakinan akan apa yang dikerjakannya.

Motivasi dari dalam maupun luar tersebut akan menghasilkan motivasi

instrinsik yang dikenal dengan psychological empowerment. Kata empowerment

mengandung arti sebuah proses untuk menjadi lebih kuat dan lebih percaya diri

khususnya dalam melakukan sebuah pekerjaan. Colquitt et al. (2014, 185)

mendefinisikan psychological empowerment memiliki kesamaan dengan kepuasan

atas pekerjaan itu sendiri, dimana organisasi berupaya dalam memberikan

beberapa jenis pemberdayaan atas karyawannya dengan harapan bahwa dirinya

termotivasi secara intrinsik serta merasa puas atas hasil pekerjaannya.

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

5

Kanter (1983, 159) menciptakan istilah empowerment (pemberdayaan) dan

berkembang secara berbeda dalam perspektif sosiostruktural dan psikologis.

Pendekatan sosiokultural mendefinisikan pemberdayaan tersebut sebagai struktur,

praktik dan kebijakan yang dibuat oleh organisasi guna mendesentralisasikan

kekuasaan sehingga menghasilkan keputusan sendiri serta membimbing dirinya

sendiri. Sedangkan, pendekatan psikologis mendefinisikan pemberdayaan sebagai

bagian dari fokus pihak manajemen dalam upaya memperkuat kompetensi diri

karyawan dan hubungan antara usaha dengan penghargaan (Turnipseed dan

VandeWaa 2020, 3).

Karyawan yang secara intrinstik merasa diberdayakan dan percaya bahwa

dirinya kompeten dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan cenderung akan

membantu organisasi. Terlebih lagi pada masa pandemi Covid-19 ini, dimana

teknologi menjadi faktor pendukung utama dalam mengerjakan pekerjaan

khususnya pendidikan. Pendidik yang merasa dirinya berkompeten dan lebih

memahami teknologi akan cenderung membagikan pengetahuannya kepada rekan

kerjanya. Maka dari itu, untuk memastikan dugaan tersebut peneliti berkeinginan

untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh psychological empowerment

terhadap knowledge sharing dalam lingkungan sekolah terkhusus saat menghadapi

pembelajaran jarak jauh.

Faktor yang kedua adalah emotional intelligence. Individu yang memiliki

kemampuan kognitif yang tinggi akan sangat berguna bagi keefektifan organisasi.

Namun, seperti yang dinyatakan oleh Bora (2012, 20) dalam Priyadarshi dan

Premchandran (2019, 7) seseorang yang memiliki kemampuan emosional yang

tinggi akan lebih banyak terlibat dalam kegiatan berkomunikasi dan kegiatan

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

6

berbasis otak, hal ini dikarenakan mereka cenderung memiliki tingkat self-esteem,

keterampilan sosial yang tinggi serta dapat bekerja sama dengan orang lain.

Menurut Boyaztis (2009, 757) dalam Miao, Humphrey, dan Qian (2020, 3),

kemampuan emosional merupakan informasi emosional seseorang dalam

mengenali, memahami, dan menggunakan informasi emosional orang lain

sehingga menghasilkan kinerja yang efektif dan unggul. Seorang yang memiliki

kemampuan kognitif yang tinggi belum tentu dapat memahami perasaan dirinya

sendiri, mengatur emosinya bahkan memahami perasaan orang lain. Hal tersebut

sangat membutuhkan kemampuan emosional sehingga dapat mempengaruhi

fungsi sosialnya dan menjadi efektif dalam konteks sosial.

Sistem pembelajaran jarak jauh sedikit banyak menghambat kehidupan

bersosial khususnya pada dunia pendidikan hari ini. Bekerja secara kolaboratif

menggunakan teknologi saat ini menjadi tantangan yang tidak dapat terhindarkan

oleh para pendidik. Memahami situasi sosial serta dorongan diri dalam

berinteraksi dengan orang lain menjadi latihan tambahan bagi setiap individu.

Oleh karena itu, peneliti hendak meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh

emotional intelligence terhadap knowledge sharing dalam lingkungan sekolah

khususnya saat menghadapi pembelajaran jarak jauh.

Faktor ketiga yang mempengaruhi knowledge sharing adalah organizational

citizenship behavior. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Afshar dan

Salemipour (2019, 128-130) memperlihatkan bahwa tiga dari lima indikator

variabel organizatinal citizenship behavior, yakni altruism, conscientiousness dan

civic virtue berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku berbagi pengetahuan.

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

7

Sedangkan, dua indikator lainnya yakni courtesy dan sportsmanship dinyatakan

tidak signifikan.

Pada era revolusi industri 4.0 sekarang ini, organisasi manapun pasti

membutuhkan pekerja-pekerja cerdas dimana mereka yang dapat bekerja secara

inovatif, penuh dengan inisiatif dan kreatif. Organisasi membayar mahal para

karyawannya adalah untuk mengurangi beban kerja dan secara kolaboratif bekerja

secara cerdas. Maka dari itu, orang yang dengan rela bekerja dan membantu

kinerja organisasi agar produktif sangat di pandang tinggi. Hal tersebut dikenal

dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Menurut Organ (1988, 85) dalam Afshar dan Salemipour (2019, 119), OCB

merupakan cakupan perilaku karyawan yang bersifat diskresioner, secara tidak

langsung dikenal dalam sistem penghargaan organisasi namun bermanfaat bagi

peningkatan kinerja organisasi. Bernard (1938, 83) dalam Turnipseed dan

VandeWaa (2020, 4-5) mengkonseptualkan organisasi sebagai asosiasi yang

korporatif dan mencatat kerelaan orang-orang dalam berkontribusi pada sistem

kooperatif. Kemudian, pernyataan terkait disempurnakan oleh Katz (1966) dan

Khan (1978) dalam Turnipseed dan VandeWaa (2020, 4-5) dengan memasukkan

ide berupa perilaku spontanitas dan inovatif serta adanya perilaku diluar peran

formal individu sehingga hal tersebut berperan penting dalam meningkatkan

keefektifan kinerja organisasi. Perilaku-perilaku tersebut dikenal dengan perilaku

organizational citizenship.

Meskipun pengetahuan dan berbagi pengetahuan dalam kerja organisasi

begitu penting, namun tidak sedikit orang yang menyimpannya bagi diri sendiri

karena menurut Davenport dan Prusak (1998, 5) hal tersebut merupakan

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

8

kecenderungan alami (Afshar dan Salemipour 2019, 118). Organisasi sangat

membutuhkan pengetahuan yang ada pada setiap karyawannya dalam berbagai

jenis pekerjaan, namun dengan syarat bahwa mereka diberikan insentif karenanya.

Organisasi tidak dapat memaksa karyawannya untuk dapat berbagi pengetahuan

pada rekan kerjanya. Terutama pada masa pembelajaran jarak jauh seperti

sekarang ini yang karena terbatasnya ruang, membuat organisasi kesulitan

memotivasi karyawannya dalam membagikan pengetahuan yang dimiliki kepada

rekan kerja yang membutuhkan. Maka dari itu, peneliti berkeinginan untuk

meneliti sejauh mana perilaku organizational citizenship terhadap perilaku

knowledge sharing dalam lingkungan sekolah terutama pada masa pembelajaran

jarak jauh.

Pada masa tak terduga sekarang ini, yaitu terjadinya penyebaran penyakit

jenis baru Covid-19, maka sekolah di mana pun akan mengalami permasalahan

yang sama dalam menangani perubahan sistem pembelajaran dari konvensional

menjadi home learning. Terlebih lagi dengan terhentinya proses kegiatan di

sekolah dengan kata lain sekolah menjadi mati fungsi, maka tata kelola organisasi

pun ikut terhenti. Demikian, dengan adanya perubahan drastis yang terjadi

mengharuskan berbagai pihak mengambil langkah maksimal agar kegiatan

pembelajaran tetap berlangsung dengan efektif. Berdasarkan pemaparan di atas,

yang melatarbelakangi dilakukannya penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh

Psychological Empowerment dan Emotional Intelligence Terhadap Knowledge

Sharing yang Dimediasi Oleh Organizational Citizenship Behavior pada Tenaga

Pendidik dan Kependidikan Sekolah Bina Bangsa Bandung”.

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

9

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Belum adanya pengelolaan knowledge sharing di sekolah yang efektif.

2) Kepala sekolah kesulitan menciptakan budaya berbagi pengetahuan pada

masa pembelajaran jarak jauh.

3) Kurangnya kepala sekolah dalam memotivasi karyawan untuk berbagi

pengetahuan terutama pada masa pembelajaran jarak jauh.

4) Rendahnya kesadaran para guru dalam berbagi pengetahuan.

5) Rendahnya perasaan peka karyawan dalam membantu rekan guru lain yang

kesulitan memakai teknologi.

6) Masih banyak guru yang acuh tak acuh dalam membagikan kemampuan

kepada rekan lain yang tidak dekat dengannya.

7) Minimnya guru yang memiliki kemampuan memadai dalam hal cakap

teknologi, sehingga proses berbagi pengetahuan menjadi terbatas.

8) Senioritas tinggi yang menyebabkan enggan untuk membagikan

pengetahuan ataupun menerima pengetahuan dari rekan lain.

9) Adanya perasaan insecure terhadap kepala sekolah maupun rekan kerja lain

yang menyebabkan beberapa individu malu bertanya.

10) Jarak dan waktu yang membatasi adanya proses berbagi pengetahuan pada

masa pembelajaran jarak jauh saat ini.

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

10

1.3 Batasan Masalah

Mengarah pada beberapa permasalahan yang teridentifikasi, peneliti

memfokuskan ke berbagai variabel yang mempengaruhi knowledge sharing.

Menghendaki penelitian lebih terfokus, maka penelitian ini dibatasi khusus pada

Sekolah Bina Bangsa Bandung serta meninjau beberapa variabel yakni

Psychological Empowerment, Emotional Intelligence terhadap Knowledge

Sharing dan dimediasi oleh Organizational Citizenship Behavior.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dipaparkan adalah hasil dari identifikasi

masalah dan fokus penelitian meliputi:

1) Apakah Psychological Empowerment berpengaruh positif terhadap

Organizational Citizenship Behavior?

2) Apakah Emotional Intelligence berpengaruh positif terhadap Organizational

Citizenship Behavior?

3) Apakah Psychological Empowerment berpengaruh positif terhadap

Knowledge Sharing?

4) Apakah Emotional Intelligence berpengaruh positif terhadap Knowledge

Sharing?

5) Apakah Organizational Citizenship Behavior berpengaruh positif terhadap

Knowledge Sharing?

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

11

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dipaparkan berikut adalah hasil dari perumusan

masalah sebelumnya yaitu untuk menganalisis:

1) Pengaruh positif psychological empowerment terhadap organizational

citizenship behavior.

2) Pengaruh positif emotional intelligence terhadap organizational citizenship

behavior.

3) Pengaruh positif psychological empowerment terhadap knowledge sharing.

4) Pengaruh positif emotional intelligence terhadap knowledge sharing.

5) Pengaruh positif organizational citizenship behavior terhadap knowledge

sharing.

1.6 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Berbagai studi literatur telah dilakukan oleh peneliti mengenai knowledge

sharing, sehingga peneliti menemukan banyak variabel-variabel lain yang

mempengaruhi maupun dipengaruhi olehnya. Seperti halnya penelitian yang

dilakukan oleh Priyadarshi and Premchandran (2019) yang meneliti

mengenai hubungan antara core self-evaluation, emotional intelligence

terhadap knowledge sharing behavior dan di mediasi oleh role of political

skill, Miao et al. (2020) yang meneliti mengenai emotional intelligence

terhadap organizational citizenship behavior dan conterproductive work

behavior, penelitian mengenai group organizational citizenship behavior

terhadap knowledge sharing dan dimoderasi oleh role of workgroup

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

12

emotional climate oleh Afshar dan Salemipour (2019), adapun penelitian

Turnipseed dan VandeWaa (2020) yang meneliti dampak dari psychological

empowerment terhadap organizational citizenship behavior, Wang et al.

(2019) melakukan penelitian mengenai dampak psychological

empowerment dan interpersonal conflict terhadap employee’s knowledge

sharing intentions. Namun, dalam tiga tahun terakhir peneliti jarang

menemukan litaratur yang membahas mengenai knowledge sharing yang

dimediasi secara langsung oleh variabel organizational citizenship behavior.

Oleh karenanya peneliti melakukan penelitian mengenai psychological

empowerment, emotional intelligence terhadap knowledge sharing dan

menambahkan organizational citizenship behavior sebagai mediator,

dengan maksud guna mengisi kesenjangan yang terjadi dalam penelitian ini.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Lembaga Pendidikan: penelitian ini diharapkan mampu memberikan

masukan bagi manajemen sekolah berupa informasi dalam mengatasi

permasalahan yakni perilaku berbagi pengetahuan khususnya penggunaan

teknologi pada masa pembelajaran jarak jauh dikalangan organisasi.

b. Bagi Kepala Sekolah: penelitian ini diharapkan dapat membantu kepala

sekolah dalam memberikan gambaran mendalam dalam menghadapi

tantangan baru berupa meningkatkan kompetensi guru khususnya dalam

meningkatkan perilaku berbagi pengetahuan dan pemakaian platform-

platform yang mendukung kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah

terutama pada saat terjadi perubahan kondisi dan situasi seperti pandemi

Covid-19.

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

13

c. Bagi Guru: penelitian ini diharapkan dapat membantu pendidik dalam

meningkatkan kompetensi diri khususnya perilaku berbagi pengetahuan,

mengevaluasi proses pembelajaran dan menghadapi permasalahan bersama

otoritas sekolah terutama pada saat terjadi perubahan kondisi dan situasi

seperti pandemi Covid-19.

d. Bagi Peneliti: penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan mengenai dunia pendidikan dan tata kelola organisasi sekolah

terkhusus mengenai perilaku berbagi pengetahuan pada saat menghadapi

tantangan berupa masalah-masalah bahkan yang tak terduga sekalipun

sehingga kelak dapat menjadi pengalaman yang berguna bagi diri sendiri

dan orang lain terutama di dunia pendidikan.

1.7 Sistematika Penelitian

Penulisan proposal tesis ini terdapat kerangka penulisan yang terbagi secara

sistematis dan rinci menjadi lima bab serta terdeskripsi dengan jelas pada tiap

pembabakan. Pada bab satu, peneliti mendeksripsikan beberapa hal terkait latar

belakang penulisan yakni pertama, perlunya perilaku berbagi pengetahuan

khususnya pada masa pandemi covid-19 dimana mengharuskan proses belajar dari

rumah (BDR). Kedua, pentingnya memotivasi secara intrinsik setiap karyawan

organisasi dan mengenali kompetensi diri sehingga mampu membagikan

pengetahuan yang dimilikinya guna meningkatkan kinerja organisasi. Ketiga,

dalam organisasi perlu memiliki karyawan yang berkemampuan untuk mengenal

emosi diri serta lingkungannya sehingga mempengaruhi fungsi sosialnya terutama

dalam hal membagikan pengetahuan yang dimiliki. Keempat, diperlukan

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

14

karyawan yang dengan sukarela membantu rekan kerja terutama dalam membantu

membagikan pengetahuan. Bab ini juga mengidentifikasi beberapa masalah yang

muncul akibat adanya pandemi covid-19 khususnya pada beberapa organisasi

sekolah yakni sulitnya beradaptasi pada proses pembelajaran jarak jauh. Peneliti

juga membatasi permasalahan dalam penelitian yakni berkaitan dengan

Psychological Empowerment, Emotional Intelligence dan Organizational

Citizenship Behavior terhadap Knowledge Sharing. Bab ini juga menjabarkan

harapan peneliti mengenai hasil penelitian dimana diharapkan dapat membantu

berbagai pihak yang berkepentingan, khususnya pada dunia pendidikan.

Pada bab dua peneliti mendeksripsikan teori-teori yang menjadi landasan

penelitian untuk tiap variabel. Kajian Pustaka yang dipaparkan pada bab dua

meliputi pendeskripsian variabel Psychological Empowerment, Emotional

Intelligence dan Organizational Citizenship Behavior serta Knowledge Sharing.

Selain itu, peneliti juga mencantumkan beberapa uraian mengenai beberapa

penelitian-penelitian terdahulu terkait masalah dalam penelitian. Pendeskripsian

yang terakhir adalah mengenai kerangka berpikir dan penarikan hipotesis.

Pada bab tiga terdapat uraian pendeskripsian mengenai metodologi

penelitian. Bab ini mendeskripsikan secara terperinci mengenai rancangan

penelitian yakni terdiri dari beberapa tahap, mulai dari mengumpulkan data

hingga pada menganalisa data. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

kausalitas, pengumpulan data dilakukan secara online dengan menyebarkan

kuesioner dikarenakan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kemudian, pengolahan data menggunakan aplikasi Smart-PLS. Penelitian

dilakukan di Bina Bangsa School Bandung terhitung sejak bulan Maret 2021

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/42056/4/Chapter1.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

15

hingga Mei 2021 dikarenakan pengambilan data sekolah dilakukan lebih awal,

dengan guru-guru pada sekolah sebagai responden. Prosedur penelitian dilakukan

beberapa tahap yakni mengidentifikasi, memilih dan merumuskan masalah,

menyusun kerangka penelitian dan merumuskan hipotesis, menguji hipotesis

penelitian serta membahas dan menyimpulkan data. Instrumen penelitian dikelola

menjadi beberapa butir pertanyaan dalam bentuk kuesioner dengan berlandaskan

pada teori mengenai variabel-variabel yang diteliti yakni psychological

empowerment, emotional intelligence, dan organizational citizenship behavior

terhadap knowledge sharing. Terakhir, pada bab ini data dianalisis menggunakan

dua teknik analisis data yakni statistik deskriptif dan statistik inferensial guna

menjawab rumusan masalah serta menguji perumusan hipotesis penelitian.

Bab empat berisi mengenai penjabaran atas permasalahan masalah yang

tertulis pada bab satu. Jawaban atas rumusan masalah dijabarkan secara terperinci

mengenai hasil penelitian juga pembahasan dari penelitian. Penjelasan mengenai

hasil penelitian atas data tersebut didapatkan melalui subjek penelitian serta

interpretasi data dari masing-masing variabel dengan menguji hipotesis yang ada

dan menghubungkannya dengan landasan teori pada bab dua. Bab ini ditutup

dengan keterbatasan pada penelitian ini, sehingga dapat menjadi acuan untuk

saran pada bab lima.

Kesimpulan, implikasi dan saran terdapat pada bab lima. Bab ini

menjelaskan secara terperinci mengenai kesimpulan atas hasil penelitian,

implikasi yang berguna bagi pihak manajerial organisasi, serta saran sebagai

penutup yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.