bab i makalah notaris

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan demikian salah satu tugas terpenting bagi pemerintah adalah memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakatnya. Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh pemerintah melalui Undang-Undang diberikan dan dipercayakan kepada Notaris dan sebaliknya masyarakat juga harus percaya bahwa Akta Notaris yang dibuat itu memberikan kepastian hukum bagi para warganya, sesuai dengan bunyi Pasal 15 ayat 1 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. “Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan dan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak juga Etika Profesi Seorang Notaris Page 1

Upload: fitria-anggraeni

Post on 01-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan demikian salah satu tugas terpenting bagi pemerintah adalah memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakatnya.Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh pemerintah melalui Undang-Undang diberikan dan dipercayakan kepada Notaris dan sebaliknya masyarakat juga harus percaya bahwa Akta Notaris yang dibuat itu memberikan kepastian hukum bagi para warganya, sesuai dengan bunyi Pasal 15 ayat 1 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Makalah Notaris

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan demikian salah satu tugas terpenting

bagi pemerintah adalah memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para

warga anggota masyarakatnya.

Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh pemerintah melalui Undang-Undang

diberikan dan dipercayakan kepada Notaris dan sebaliknya masyarakat juga harus percaya

bahwa Akta Notaris yang dibuat itu memberikan kepastian hukum bagi para warganya, sesuai

dengan bunyi Pasal 15 ayat 1 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan

ketetapan yang diharuskan oleh peraturan dan perundang-undangan dan/atau yang

dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin

kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan

kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-

undang”.

Kepastian hukum tersebut selain otentiknya suatu akta yaitu mempunyai kekuatan

pembuktian, yaitu secara lahiriah, formil maupun materil termasuk juga etika seorang Notaris

dalam menjalankan jabatannya. Dalam melaksanakan tugas jabatannya para Notaris tidak

hanya menjalankan pekerjaan yang diamanatkan oleh undang-undang semata sekaligus

menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting yaitu bertanggung jawab untuk

melaksanakan kepercayaan yang diberikan masyarakat umum yang dilayaninya, seorang

Notaris harus berpegang teguh kepada Kode Etik Notaris, namun dalam realitasnya,

Etika Profesi Seorang Notaris Page 1

Page 2: Bab i Makalah Notaris

keselarasan pelaksanaan hukum dilapangan masih ada Notaris yang melakukan pelanggaran

kode etik Notaris tersebut. Disamping itu, aturan demi aturan yang mengikat setiap

anggotanya belum dijalankan sebagaimana mestinya.

Salah satu kasus pelanggaran kode etik profesi hukum yang dilakukan oleh seorang

Notaris pernah terjadi di wilayah Bintaro kabupaten Tangerang sebut saja Notaris X, dimana

seorang klien yang membeli tanah dengan status tanah Girik didaerah tersebut berkehendak

merubah status tanah menjadi sertipikat yang merupakan tanda bukti hak yang kuat bagi

pemegang hak yang bersangkutan, dimana Notaris X tersebut mengharuskan klien membayar

dimuka seluruh biaya pembuatan sertipikat tersebut dan klien tersebut telah memenuhi

permintaan Notaris tersebut.

Namun setelah berjalan lebih dari dua tahun ternyata sertipikat tersebut tidak kunjung

selesai, beberapa kali Notaris tersebut dihubungi klien yang bersangkutan melalui telepon,

tetapi Notaris tersebut selalu menghindar dengan menyuruh pegawainya berbohong bahwa

notaris tersebut tidak berada ditempat.

Pada saat klien yang bersangkutan mendatangi kantor Notaris tersebut, dengan alasan

sibuk Notaris tersebut tidak mau bertemu. Karena terus- menerus menghindar, klien mencoba

mendatangi kantor Notaris X tersebut yang menerimanya dengan nada yang tinggi dan

berbicara tidak sopan. Pada akhirnya dengan berbagai macam alasan, Notaris tersebut lepas

tangan dan tidak bertanggung jawab dengan menyerahkan berkas-berkas girik tersebut tanpa

terbit sertipikat dengan memotong biaya lebih dari 50 (lima puluh) persen dari pelunasan

yang telah dibayar oleh klien setelah lebih dari dua tahun klien tersebut menunggu.

Dalam kasus tersebut diatas jelas, telah terjadi pelanggaran kode etik Notaris yang

merugikan klien tersebut dan nama baik lembaga Notaris, dimana seharusnya seorang Notaris

berkewajiban menegakkan Kode Etik Notaris dan memiliki perilaku profesional

( professional behaviour ) yaitu mepunyai integritas moral, menghindari sesuatu yang tidak

baik, jujur, sopan santun, tidak semata-mata karena pertimbangan uang dan berpegang teguh

pada kode etik profesi dimana didalamnya ditentukan segala prilaku yang harus dimiliki oleh

notaris.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 2

Page 3: Bab i Makalah Notaris

Dalam Pasal 4 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,

disebutkan bahwa sebelum menjalankan jabatannya, Notaris wajib mengucapkan sumpah

antara lain menjalankan jabatan dengan amanah, jujur, menjaga sikap, tingkah laku dan

menjalankan kewajiban sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat dan

bertanggung jawab sebagai Notaris, dengan demikian prilaku Notaris X tersebut diatas sangat

bertentangan dengan kandungan bunyi pasal tersebut.

Kode Etik Notaris dibuat untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan

Notaris yang memuat kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan yang

telah diatur, baik dalam Staatsblad 1860 Nomor 3 maupun dalam Pasal 89 Undang-undang

Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris berikut sanksi-sanksi yang

akan diberikan bila anggota melalukan pelanggaran.

Adanya kode etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan profesional

dengan motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta berargumentasi secara

rasional dan kritis serta menjunjung tinggi nilai- nilai moral.

Pelayanan jasa Notaris sebagai bagian pelayanan terhadap masyarakat harus berjalan

sejajar dengan perkembangan masyarakat dimasa depan. Kecermatan, kecepatan dan

kecakapan Notaris, tidak hanya semata-mata berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat

formalistik, akan tetapi harus berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat profesionalistik,

sehingga usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan Notaris benar-benar membawa hasil

yang positif bagi masyarakat.

Dalam hal kasus tersebut diatas, sebenarnya sudah terbentuk suatu badan yang

mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan Pengawasan

terhadap Notaris seperti tersebut dalam Pasal 67 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris, Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri dalam hal ini

adalah Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan membentuk

Majelis Pengawas yang terbagi atas Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah dan

Majelis Pengawas Daerah. Masing-masing Majelis Pengawas tersebut memiliki tugas dan

wewenang tersendiri, dan secara berjenjang Majelis Pengawas Daerah bertanggung jawab

atas kinerjanya kepada Majelis Pengawas Wilayah kemudian Majelis Pengawas Wilayah

bertanggung-jawab atas kinerjanya kepada Majelis Pengawas Pusat dan Majelis Pengawas

Etika Profesi Seorang Notaris Page 3

Page 4: Bab i Makalah Notaris

Pusat tersebut bertanggungjawab atas kinerjanya kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia.

Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris harus

lebih maksimal dalam menjalankan tugas pengawasan juga dalam memberikan peringatan

kepada Notaris yang melakukan pelanggaran dengan memberikan sanksi yang tegas dengan

menggunakan Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris yang dituangkan

dalam Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.39-PW.07.10 Tahun 2004.

Untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dan menjamin pelaksanaan jabatan

Notaris yang dipercayakan oleh undang-undang dan masyarakat pada umumnya, maka

adanya pengaturan secara hukum mengenai pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan

Notaris Sanga tepat, karena dalam menjalankan jabatannya seorang Notaris tidak hanya

menjalankan jabatan yang diamanatkan oleh undang-undang, tetapi juga berfungsi sebagai

pengabdi hukum yang meliputi bidang yang Sangat luas. Dengan adanya kode etik,

kepentingan masyarakat yang dilayani akan terjamin sehingga semakin memperkuat

kepercayaan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam melakukan penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah Notaris

dalam menjalankan tugas jabatan sudah berpedoman pada Kode Etik Notaris yang telah

ditetapkan dalam Kongres Ikatan Notaris Indonesia (INI) dan Undang-undang nomor 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah pokok yang

hendak dibahas dalam Makalah ini adalah:

1.       Pengertian etika dan kode etik profesi ?

2.      Apakah itu Profesi notaris ?

Etika Profesi Seorang Notaris Page 4

Page 5: Bab i Makalah Notaris

3.      Seperti apakah Kode etik notaris itu ?

4.      Penegakan hukum kode etik notaris ?

5.      Pengawasan ?

6.      Pelanggaran terhadap kode etik notaris ?

7.      Dan Sanksi apakah jika seorang notaris melanggar kode etik ?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui tinjauan tentang profesi dan kode etik Notaris.

Untuk mengetahui pengaturan Notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris.

Untuk memahami pelanggaran yang dilakukan Notaris atas Kode Etik Notaris.

Untuk menganalisa secara sistematis mengenai penerapan sanksi atas pelanggaran

kode etik profesi notaris dengan cara melakukan analisis terhadap analisis-analisis

hukum yang berkaitan dengan kode etik notaris dala sistem hukum di Indonesia.

Untuk menganalisa dan menganalisis tanggungjawab notaris dalam pembuatan

akta yang berakibat pidana.

Manfaat Penelitian

Secara teoritis, diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi

pelaksanaan Pengembangan  ilmu  hukum di  bidang  Hukum Perdata,  terutama

yang mempunyai hubungan dengan bidang kenotariatan.

Secara praktis, dengan   penulisan   penelitian   ini   diharapkan   dapat  

memberikan Masukan   yang   berharga   bagi   semua    pihak  yang  terkait 

dalam   pelaksanaan  jabatan  notaris dan  juga dapat menambah wawasan bagi 

notaris mengenai masalah pelanggaran kode etik yang berakibat perbuataan

pidana.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 5

Page 6: Bab i Makalah Notaris

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika

Menurut Bertens (1994), Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk

tunggal yang berarti adat kebiasaaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Arti etika adalah ilmu

tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan, dengan demikian,

menurut Bertens tiga arti Etika dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga

sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat.

2. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas-asas atau nilai moral, yang dimaksud disini

adalah kode etik, misalnya Kode Etik Notaris Indonesia.

3. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti Etika disini

sama dengan filsafat moral.

Pengertian Etika menurut Sumaryono (1995), Etika mempunyai arti adat istiadat atau

kebiasaan yang baik, bertolak dari pengertian ini kemudian etika berkembang menjadi studi

tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda,

yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Selain itu, etika

Etika Profesi Seorang Notaris Page 6

Page 7: Bab i Makalah Notaris

juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidak-benaran berdasarkan kodrat

manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.

Etika moral berhubungan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan

kodrat manusia. Apabila Etika ini dilanggar timbul perbuatan yang tidak baik dan tidak

benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.

Contoh Etika moral adalah:

a. Berkata dan berbuat jujur;

b. Menghargai hak orang lain;

c. Menghormati orang tua atau guru;

d. Membela kebenaran dan keadilan;

e. Menyantuni anak yatim/piatu

Berdasarkan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dirumuskan

pengertian etika, yaitu:

1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok

orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya.

2. Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral.

3. Etika bisa pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk.

Etika adalah refleksi kritis, metodis,dan sistematis tentang tingkah laku manusia

sejauh berkaitan dengan norma-norma atau tentang tingkah laku manusia dari sudut baik dan

buruk.

Dalam Ensiklopedia Indonesia, terbitan Ikhtisar Baru tahun 1984, dijelaskan bahwa

etika berasal dari bahasa Inggris Ethics yang berarti ilmu tentang kesusilaan yang

menentukan bagaimana seharusnya manusia hidup di dalam masyarakat.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 7

Page 8: Bab i Makalah Notaris

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan tahun 1988, etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu;

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlak).

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

umum.

Dalam menjalankan jabatannya, Notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang

telah hidup dan berkembang di masyarakat. Selain tanggung jawab dan etika profesi,

integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus dimiliki oleh

seorang Notaris, karena tanggung jawab dan etika profesi mempunyai hubungan yang erat

dengan integritas dan moral.

“Etika Profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan yang harus

dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut sebagai kalangan professional”.

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat, seorang profesional harus menjalankan jabatannya dengan menyelaraskan antara

keahlian yang dimilikinya dengan menjunjung tinggi kode etik profesi.

2.2. Kode Etik Profesi

Bertens dalam bukunya tentang etika menyatakan bahwa kode etik profesi merupakan

norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi

petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya dan sekaligus menjamin mutu moral itu

di mata masyarakat. Apabila salah satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang

dari kode etiknya, maka kelompok profesi tersebut akan tercemar di mata rnasyarakat. Oleh

karena itu, kelornpok profesi harus menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 8

Page 9: Bab i Makalah Notaris

Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan

penerapan pemikiran etis atas suatu profesl", Kode etik profesi dapat berubah dan diubah

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok

profesi tidak akan ketinggalan jaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri

profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak

dipaksakan dari luar. Kode etik ini hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan

nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik profesi merupakan

rumusan norma moral manusia yang mengemban profesi itu. Kode etik profesi merupakan

tolok ukur perbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik profesi merupakan upaya

pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.

Kode etik perlu dirumuskan secara tertulis, menurut Sumaryono dalam bukunya

tentang Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum mengemukakan 

alasannya :

1.      sebagai sarana kontrol sosial

2.      sebagai pencegah campur tangan pihak lain

3.      sebagai pencegah kesaJahpahaman dan konflik

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan,

sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru ataupun

calon anggota kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi

konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok anggota profesi atau antara anggota

kelompok profesi dan masyarakat. Anggota kelompok protesi atau anggota masyarakat dapat

melakukan control melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok protesi telah

memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai dengan kode etik protesi.

Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota

kelompok profesi. Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan

untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok protest melaksanakan kewajiban

profesionalnya. Hubungan antara pengemban profesi dengan masyarakat, misalanya antara

Notaris dengan klien tidak perlu diatur secara detail dengan undang-undang oleh pemerintah

Etika Profesi Seorang Notaris Page 9

Page 10: Bab i Makalah Notaris

atau oleh masyarakat karena kelompok protesi telah menetapkan secara tertulis norma atau

patokan terentu berupa kode etik protesi.

Kode etik protesi pad a dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar

atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi apabila norma berlaku tersebut

dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan.

Kode etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat

umum karena berdasarkan pertimbangan kepentingan protesi yang bersangkutan. Dengan

demikian kode etik profesi dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, dan sebaliknya berg

una sebagai bahan refleksi nama baik protesi. Kode etik protesi yang baik adalah yang

mencerminkan nilai moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak-pihak yang

membutuhkan pelayanan protesi yang bersangkutan.

2.3. Profesi Notaris

Dalam kehidupan bermasyarakat dibutuhkan suatu ketentuan yang mengatur

pembuktian terjadinya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum, sehingga dalam

hukum keperdataan dibutuhkan peran penting akta sebagai dokumen tertulis yang dapat

memberikan bukti tertulis atas adanya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum

tersebut yang menjadi dasar dari hak atau suatu perikatan.

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya pejabat umum dan atau suatu

lembaga yang diberikan wewenang untuk membuat akta otentk yang juga dimaksudkan

sebagai lembaga notariat. Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai "notariat' ini

muncul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat

bukti dalam hubungan hukum keperdataan yang ada dan/atau terjadi diantara mereka.

Lembaga Notaris timbul karena adanya kebutuhan masyarakat di dalam mengatur

pergaulan hidup sesama individu yang membutuhkan suatu alat bukti mengenai hubungan

keperdataan di antara mereka".

Etika Profesi Seorang Notaris Page 10

Page 11: Bab i Makalah Notaris

Oleh karenanya kekuasaan umum (openbaar gezaag) berdasarkan perundang-

undangan memberikan tugas kepada petugas yang bersangkutan untuk membuatkan alat bukti

yang tertulis sebagaimana dikehendaki oleh para pihak yang mempunyai kekuatan otentik.

Notaris yang mempunyai peran serta aktivitas daJam prafesi hukum tidak dapat

dilepaskan dari persoalan-persoalan mendasar yang berkaitan dengan fungsi serta peranan

hukum itu sendiri, dimana hukum diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mengatur segala

perikehidupan masyarakat, lebih luas lagi hukum berfungsi sebagai alat untuk pembaharuan

masyarakat.

Indonesia sebagai negara yang berkembang dan sedang membangun, maka peran

serta fungsi hukum bagi suatu prafesi hukum tidaklah lebih mudah daripada di negara yang

maju, karena terdapatnya berbagai keterbatasan yang bukan saja mengurangi kelancaran

lajunya proses hukum secara tertib dan pasti tetapi juga memerlukan pendekatan dan

pemikiran-pemikiran yang menuju kepada suatu kontruksi hukum yang adaptip yang dapat

menyeimbangkan berbagai kepentingan yang ada secara mantap.

Tanggung jawab notaris dalam kaitannya dengan prafesi hukum di dalam

melaksanakan jabatannya tidak dapat dilepaskan dari keagungan hukurn itu sendiri, sehingga

terhadapnya diharapkan bertindak untuk merefleksikannya di dalam pelayanannya kepada

masyarakat",

Dua hal yang perlu mendapat perhatian di dalam rangka menjalankan profesinya

tersebut:

Adanya kemampuan untuk menJunJung tinggi profesi hukurn yang mensyaratkan

adanya integritas pribadi serta kebolehan profesi dan itu dapat dijabarkan ;

•         Kedalam, kemampuan untuk tanggap dan menjunjung tinggi kepentingan umum yaitu

memegang teguh standar profesional sebagai pengabdi hukurn yang baik dan tanggap.

berperilaku individual. mampu menunjukkan sifat dan perbuatan yang sesuai bagi

seorang pengabdi hukum yang baik,

•         Keluar. kemampuan untuk berlaku tanggap terhadap perkembangan masyarakat dan

lingkungannya, menjunjung tinggi kepentingan urnurn, mampu mengakomodir,

Etika Profesi Seorang Notaris Page 11

Page 12: Bab i Makalah Notaris

menyesuaikan serta mengembangkan norma hukum serta aplikasinya sesuai dengan

tuntutan perkembangan masyarakat dan teknologi.

Untuk lebih menjelaskan hal tersebutdikutip tulisan dari David Mellinkoff (The

Conscience of Lawyer, 1973 ) " Lawyers are obliged to pursue their work according to

certain standards of competence, disspasion and faithful/ness, lawyers accept those standards

because that is the only way they may be lawyer"

Di Indonesia pengertian profesi itu sendiri dalam pelaksanaannya adalah menciptakan

dilakukannya suatu kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat yang berbekalkan keahlian yang

tinggi serta berdasarkan rasa keterpanggilan, jadi kerja tersebut tidak boleh disamakan

dengan kerja biasa, yang bertujuan mencari nafkah dalam jabatannya profesionalisme

mensyaratkan adanya tiga watak kerja:

1. Kerja itu merefleksikan adanya itikad untuk merealisasi kebajikan yang dijunjung

tinggi dalam masyarakat,

2. Bahwa kerja itu dilaksanakan berdasarkan kemahiran teknis yang bermutu tinggi

yang karena itu mensyaratkan adanya pendidikan dan pelatihan yang berlangsung

bertahun-tahun secara eksklusif dan be rat,

3. Kualitas teknik dan kualitas moral yang disyaratkan dalam kerja-kerja pemberian

jasa profesi dalam pelaksanaannya menundukkan diri pada kontrol sesama yang

terorganisasi berdasarkan kode-kode etik yang dikembangkan dan disepakati

bersama di dalam organisasi. (lihat Soetandyo Wignyosoebroto, Pratesi.

Profesianalisme dan Etika Protest (makalah pengantar untuk sebuah diskusi !

entang profesionalisme khususnya Notaria!) upgrading IN!.

Di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620, Melchior Ketchem, Sekretaris dari

College Van Scepenen di Jacatra, diangkat sebagai notaris pertama di Indonesia, yang

pengangkatannya berbeda dengan pengangkatan notaris pada saat ini dimana di dalam

pengangkatannya dimuat sekaligus secara sing kat yang menguraikan pekerjaan dalam bidang

dan wewenangnya.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 12

Page 13: Bab i Makalah Notaris

2.4. Sejarah Notaris

Sejarah lembaga notariat dimulai pada abad ke 11 atau ke 12 di daerah Pusat

perdagangan Italia. Pada abad ke 13 lembaga notariat mencapai puncak perkembangannya,

setelah itu pada abad ke 14 terjadilah kemerosotan di bidang notariat, hal ini disebabkan

tindakan dari penguasa pada waktu itu yang seolah-olah menjual jabatan-jabatan Notaris

kepada orang-orang tanpa mengindahkan apakah orang tersebut memiliki keahlian atau tidak,

sehingga menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat.

Pada permulaan abad ke 19, lembaga notariat in meluas ke negara- negara sekitarnya

bahkan ke negara-negara lainnya. Pada saat puncak perkembangannya dan setelah terjadi

pelembagaan notariat, lembaga ini dibawa Belanda dengan dua buah dekrit kaisar yaitu pada

tanggal 8 Nopember tahun 1810 dan tanggal 1 Maret tahun 1811 yang berlaku di seluruh

negeri Belanda.

Perundang-undangan notariat Perancis yang diberlakukan di Negeri Belanda tidak

segera hilang walaupun negara itu telah lepas dari kekuasaan Perancis, setelah adanya

desakan dari rakyat Belanda yang berulang kali untuk membentuk suatu perundang-undangan

nasional yang sesuai dengan aspirasi rakyat di bidang notariat, maka pada tanggal 9 Juli

tahun 1842 dikeluarkan Undang-undang tentang Jabatan Notaris, yaitu Nederland Staatblad

Nomor 20.

Perkembangan sejarah notariat di negeri Belanda Sangat penting artinya bagi lembaga

notariat di Indonesia. Notariat di Zaman Republik der verenigde Nederlanden mulai masuk

ke Indonesia pada permulaan abad ke 17.

Pada tahun 1860 peraturan-peraturan mengenai jabatan Notaris di Indonesia

disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku di negara Belanda dengan di undangkannya

Staatblad Nomor 3 Tentang Peraturan Jabatan Notaris pada tanggal 26 Januari 1860 yang

mulai berlaku pada tanggal 1 Juli tahun 1860, dengan diundangkannya “Notaris Reglemen”

maka diletakkanlah dasar yang kuat bagi pelembagaan notariat di Indonesia.

Seiiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia,

berbagai ketentuan dalam peraturan perundang- undangan tersebut diatas sudah tidak sesuai

Etika Profesi Seorang Notaris Page 13

Page 14: Bab i Makalah Notaris

lagi, maka perlu diadakan pembaharuan dan pengaturan kembali secara menyeluruh dalam

satu undang-undang yang mengatur tentang jabatan Notaris, sehingga dapat tercipta suatu

unifikasi hukum yang berlaku untuk semua penduduk di seluruh wilayah negara Republik

Indonesia. Dalam rangka mewujudkan unifikasi hukum dibidang kenotariatan tersebut, pada

tanggal 6 Oktober tahun 2004 disahkan dan diundangkan Undang-undang Nomor 30 tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris.

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang

dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik

dan kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud dengan undang-undang.

Berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata juncto Pasal 15 Ayat 1 Undang- Undang Nomor

30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang

membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan

oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan

untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,

menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang

pembuatan akta itu tidak dapat ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang

lain yang ditetapkan oleh undang-undang

Menurut pendapat Prof. Abdulkadir Muhammad, dalam mengemban tugasnya

tersebut, Notaris harus bertanggung jawab, artinya:

a. Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar. Artinya akta yang

dibuat itu memenuhi kehendak hukum dan permintaan pihak berkepentingan karena

jabatannya.

b. Notaris dituntut menghasilkan akta yang bermutu. Artinya akta yang dibuatnya itu

sesuai degnan aturan hukum dan kehendak pihak yang berkepentingan dalam arti

sebenarnya, buka mengada-ada. Notaris harus menjelaskan kepada pihak yang

berkepentingan kebenaran isi dan prosedur akta yang dibuatnya tersebut.

c. Berdampak positif. Artinya siapapun akan mengakui akta notaris itu mempunyai

kekuatan bukti sempurna.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 14

Page 15: Bab i Makalah Notaris

”Dengan kehadiran UUJN tersebut merupakan satu-satunya Undang- undang yang

mengatur Notaris Indonesia, yang berarti telah terjadi unifikasi hukum dalam bidang

pengaturan Notaris, sehingga UUJN dapat disebut sebagai penutup (pengaturan) masa

lalu dunia Notaris Indonesia dan membuka (pengaturan) dunia Notaris Indonesia

masa datang. Sekarang UUJN saja yang merupakan ”rule of law” untuk dunia Notaris

Indonesia”

Kedudukan Notaris sebagai pejabat umum adalah merupakan salah satu organ negara

yang mendapat amanat dari sebagian tugas dan kewenangan negara yaitu berupa tugas,

kewajiban, wewenang dan tanggung Habib Adjie, Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN)

sebagai Unifikasi Hukum Pengaturan Notaris, Renvoi 28 (September 2005): 38. jawab dalam

rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dibidang keperdataan.

2.5. Kode Etik Notaris

Notaris dalam menjalankan jabatannya selain mengacu kepada Undang-Undang

Jabatan Notaris, juga harus bersikap sesuai dengan etika profesinya. Etika profesi adalah

seikap etis yang dituntut untuk dipenuhi oleh profesional dalam mengemban profesinya.

Etika profesi berbeda-beda menurut bidang keahliannya yang diakui dafam masyarakat. Etika

profesi diwujudkan secara formal ke dalam suatu kode etik. "Kode " adalah segala yang

tertulis dan disepakati kekuatan hukumnya oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga kode

etik dalam hal ini adalah hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat profesi tertentu dalam

menjalankan profesinya .

Para Notaris yang berpraktek di Indonesia bergabung dalam suatu perhimpunan

organisasi yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI). INI merupakan kelanjutan dari De

Nederlandsch-Indische Notarieele Vereeniging, yang dahulu didirikan di Batavia pad a

tanggal 1 Juli 1908 yang mendapat pengesahan sebagai badan hukum dengan Gouvernements

Besluit (Penetapan Pemerintah) tanggal 5 September 1908 Nomor 9. Nama Belanda

kemudian diganti atau diu bah menjadi Ikatan Notaris Indonesia yang hingga sekarang

merupakan satu-satunya wadah organisasi profesi di Indonesia.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 15

Page 16: Bab i Makalah Notaris

Kemudian mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Keputusan Mentri

kehakiman RI pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-1011.HT.01.06 Tahun 1995, dan

telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan Nomor

1/P-1995, oleh karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris sebagaimana dimaksud

dalam UUJN nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diundagkan dalam

Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 117. Menurut Pasal 1 angka (5) UUJN,

menyebutkan bahwa Organisasi Notaris adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang

terbentuk perkumpulan yang berbadan hukum.

Notaris dengan organisasi profesi jabatannya menjabarkan etika profesi terse but

kedalam Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris menurut organisasi profesi jabatan Notaris

Hasil Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia (INI) pada tanggal 28 Januari 2005 yang

diadakan di Bandung, diatur dalam Pasal 1 angka (2) adalah sebagai berikut

Seluruh kaedah moral yang ditentukan oteh Perkumpulan lkatan Notaris Indonesia

yang selanjutnya disebut "Perkumpulan" berdasar keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau

yang ditentukan oleh dan dialur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur ten

tang hal itu dan yang berlaku bagi setie wajib ditaati oteh setieo dan semua anggota

Perkumpulan dan semua orang yang menja/ankan tugas jabatan sebagai Noieris, etrmasuk

dida/amnya Pejabat Sementara Noieris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.

Melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada Kode

Etik jabatan Notaris. Kode etik adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan

untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban dalam menjalankan suatu

profesi yang disusun oleh anggota profesi itu sendiri damn mengikat mereka dalam

mempraktekkarinya. Dengan demikian Kode etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan,

pedoman moral atau kesusilaan Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang

diangkat oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat umum

khususnya dalam bidang pembuatan akta.(lihat Liliana Tedjosaputro. Elika Profesi Notaris

Da/am Penegakan Hukum Pidana, Bigraf Publishing, Yogyakarta. 1995, him 29.

Pembahasan mengenai Kode etik tidak terlepas dari UndangUndang Jabatan Notaris

Nomor 30 tahun 2004. Dalam kode etik Notaris terdiri dari kewajiban, larangan maupun

Etika Profesi Seorang Notaris Page 16

Page 17: Bab i Makalah Notaris

sangsi serta penegakan hukum agar tujuan dari terbentuknya kode etik maupun Uridang-

Undang Jabatan Notaris dapat berjalan tertib.

Menurut Pendapat Prof. Abdulkadir Muhammad, uraian mengenai Kode Etik Notaris

meliputi antarlain: Etika Kepribadian Notaris, Etika melakukan tugas jabatan, etika pelayanan

terhadap klien, etika hubungan sesama rekan Notaris, dan etika pengawasan terhadap Notaris.

1. Etika Kepribadian Notaris

Sebagai pejabat umum, notaris harus:

a. Berjiwa Pancasila;

b. Taat pada hukum, sumpah jabatan dan Kode Etik Notaris;

c. Berbahasa Indonesia yang baik.

Sebagai profesional, Notaris harus:

a. Memiliki perilaku profesional;

b. Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum;

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Notaris.

Yang dimaksud dengan perilaku profesional ( Professional behaviour ), adalah

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi;

b. Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun imbalan

jasanya tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan nilai-nilai

kemasyarakatan, sopan santun, dan agama;

c. Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga kepada diri sendiri;

Etika Profesi Seorang Notaris Page 17

Page 18: Bab i Makalah Notaris

d. Tidak semata-mata pertimbangan uang, melainkan juga pengabdian, tidak

membedakan antara orang mampu dan tidak mampu;

f. berpegang teguh pada kode etik profesi karena di dalamnya ditentukan segala

perilaku yang harus dimiliki oleh Notaris, termasuk berbahasa Indonesia yang

sempurna.

2. Etika melakukan tugas jabatan

Notaris sebagai pejabat umum dalam melakukan tugas jabatan harus:

a. Menyadari kewajibannya, bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak, dan penuh rasa

tanggung jawab;

b. Menggunakan satu kantor yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang,

tidak mengadakan kantor cabang perwakilan, dan tidak menggunakan perantara;

c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi;

d. Harus memasang tanda papan nama menur ut ukuran yang berlaku.

3. Etika pelayanan terhadap klien

Sebagai pejabat umum, notaris harus:

a. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan jasanya

dengan sebaik-baiknya;

b. Menyelesaikan akta sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan

pengumuman dalam Berita Negara, apabila klien yang bersangkutan dengan tegas

mengatakan akan menyerahkan pengurusannya kepada Notaris yang bersangkutan

dan klien telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan;

c. Memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaran dan pengumumam, dan

atau mengirim kepada atau menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar atau

Berita Negara yang sudah selesai dicetak tersebut oleh klien yang bersangkutan;

Etika Profesi Seorang Notaris Page 18

Page 19: Bab i Makalah Notaris

d. Memberikan penyuluhan hukum agar masyarakat menyadari hak dan kewajiban

sebagai warga negara dan anggota masyarakat;

e. Memberikan jasa kepada anggota masyarakat yang kurang mampu dengan Cuma-

Cuma;

f. Dilarang menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu membuat

akta pada Notaris yang menahan berkas itu;

g. Dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk semata-mata menandatangani

akta buatan orang lain sebagai akta buatan Notaris yang bersangkutan;

h. Dilarang mengirim minuta kepada klien atau klien-klien untuk ditandatangani oleh

klien atau klien-klien yang bersangkutan;

i. Dilarang membujuk-bujuk atau dengan cara apapun memaksa klien membuat akta

padanya, atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah dari Notaris lain;

j. Dilarang membentuk kelompok di dalam tubuh Ikatan Notaris Indonesia dengan

tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga secara

khusus/ekslusif, apalagi menutup kemungkinan anggota lain untuk berpartisipasi.

4. Etika hubungan sesama rekan Notaris

Sebagai sesama pejabat umum, Notaris harus:

a. Saling menghormati dalam suasana kekeluargaan;

b. Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan Notaris, baik moral

maupun material;

c. Harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik korps Notaris atas

dasar rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara konstruktif.

Dalam penjelasan diatas, maksud menghormati dalam suasana kekeluragaan artinya,

Notaris tidak mengeritik, menyalahkan akta-akta yang dibuat rekan notaris lainnya dihadapan

Etika Profesi Seorang Notaris Page 19

Page 20: Bab i Makalah Notaris

klien atau masyarakat. Notaris tidak membiarkan rekannya berbuat salah dalam jabatannya

dan seharusnya memberitahukan kesalahan rekannya dan menolong memperbaikinya. Tidak

melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan dalam arti tidak menarik karyawan

Notaris lain secara tidak wajar, tidak menggunakan perantara yang mendapat upah, tidak

menurunkan tarif jasa yang telah disepakati. Menjaga dan membela kehormatan dan nama

baik, dalam arti tidak mencampurkan usaha lain dengan jabatan Notaris, memberikan

informasi atau masukkan mengenai klien-klien yang nakal setempat.

5. Etika Pengawasan

a. Etika pengawasan terhadap Notaris melalui pelaksanaan Kode Etik Notaris

dilakukan oleh Majelis Kehormatan Daerah dan atau Majelis Kehormatan Pusat

Ikatan Notaris Indonesia;

b. Tata cara pelaksanaan kode etik, sanksi-sanksi dan eksekusi diatur dalam peraturan

tersendiri;

c. Tanpa mengurangi ketentuan mengenai tata cara maupun pengenaan tingkatan

sanksi-sank si berupa peringatan dan teguran, maka pelanggaran-pelanggaran yang

oleh Pengurus Pusat secara mutlak harus dikenakan sanksi pemberhentian

sementara sebagai anggota Ikatan Notaris Indonesia disertai usul Pengurus Pusat

kepada Kongres untuk memecat anggota yang bersangkutan adalah pelanggaran-

pelanggaran yang disebut dalam Kode Etik Notaris dan Peraturan Jabatan Notaris

yang berakibat bahwa anggota yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan

keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2.6. Penegakan Hukum Kode Etik Notaris

Pengertian Penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha melaksanakan hukum

sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan

Etika Profesi Seorang Notaris Page 20

Page 21: Bab i Makalah Notaris

hukum yang dilanqqar itu supaya ditegakkan kembali. Penegakkan hukum dilakukan dengan

penindakan hukum menurut urutan berikut:

a.      Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat lagi

b.      Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda)

c.       Penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu)

d.      Pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati) Dalam pelaksanaannya

tugas penegakan hukum, penegak hukurn wajib menaati norma-norma yang

telah ditetapkan.

Penegakan kode etik Notaris adalah usaha melaksanakan kode etik Notaris

sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi pelanggaran, dan jika

terjadi pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali.

Penegakan hukum Kode Etik Notaris tercantum dalam Bab IV dan V yaitu dari Pasal

6 sampai dengan Pasal 13. Yang meliputi :

Sanksi, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penjatuhan sanksl, Pemeriksaan dan

Penjatuhan Sanksi Pada tingkat Pertama, Banding dan Terakhir, Eksekusi atas sanksi-sanksi

dalarn Pelanggaran Kode Etik.

2.7. Pengawasan

Pengawasan Notaris dimaksud diharapkan oleh pembentuk Undang-undang Jabatan

Notaris merupakan lembaga pembinaan agar para Notaris dalam menjalankan jabatannya

dapat leblh meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam Pasal 67 ayat (5)

UUJN, yang harus diawasi adalah Perilaku Notaris dan Pelaksanaan Jabatan Notaris.

Pengawasan baik preventif dan represif diperlukan bagi pelaksanaan tug as Notaris

sebagai pejabat umum. Fungsi Preventif dilakukan oleh Negara sebagai pemberi wewenang

Etika Profesi Seorang Notaris Page 21

Page 22: Bab i Makalah Notaris

yang I dilimpahkan pada instansi pemerintah. Fungsi represif dilakukan oleh organisasi

profesi jabatan Notaris dengan acuan kepada UUJN dan Kode Etik Notaris.

Pengawasan Notaris diatur dalam Pasal 67-81 UUJN, yang intinya pengawasan

dilakukan oleh Menteri dan dalarn rnelaksanakan pengawasan tersebut Menteri menunjuk

Majelis Pengawas, yang terdiri dari Majelis Pengawas Oaerah, Majelis Pengawas Wilayah

dan Majelis Pengawas Pusat. Majelis Pengawas terdiri dari 3 unsur yaitu unsure dari

Pemerintah, organisasi Notaris dan akademisi.

a.      Majelis Pengawas Daerah (MPD)

MPD melakukan pengawasan secara berkala 6 bulan sekali dengan melakukan

pemerikasaan protocol Notaris, memberikan izin cuti selama 6 bulan dan pemeriksaan

adanyalaporan atau pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris. Apabila ada pengaduan dari

masyarakat terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik maupun pelanggaran

Undang-Undang jabatan Notaris, maka MPD berwenang menyelenggarakan Sidang tertutup

untuk umum, MPD akan memeriksa dan mendengar keterangan pelapor, tanggapan terlapor,

memeriksa bukti yang diajukan pelapor dan terlapor, kemudian hasil pemeriksaan dituangkan

dalam Berita Acara pemeriksaan (BAP) dan wajib diberikan kepada MajeJis Pengawas

Wilayah dalam waktu 30 hari dengan tembusan kepada notaris yang bersangkutan, pengurus

Daerah Ikatan Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas Pusat

MPD tidak berwenang membenkan penilaian pembuktian terhadap fakta-fakta hukum

dan juga tanpa kewenangan untuk menjatuhkan sanksi

b.      Majelis Pengawas Wilayah (MPW)

MPW berwenang meberikan cuti untuk 6 bulan sampai 1 tahun. \ Berdasarkan BAP

yang telah diberikan kepada MPW melalui MPD, MPW berwenang melakukan Sidang

Pemeriksaan Tertutup untuk umum dan Sidang Pengambilan Keputusan yang terbuka untuk

umum. Blla dalam sidang pemeriksaan MPW Netarts tidak terbukti rnelakukan pelanggaran,

maka laporan BAP ditolak dan Notaris direhabilitasi nama baiknya. Bila Notaris terbukti

melanggar, putusan harus memuat alasan dan pertimbangan yang cukup yang dijadikan dasar

untuk menjatuhkan putusan.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 22

Page 23: Bab i Makalah Notaris

MPW membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi, yang kemudian

disampaikan kepada Mennteri, pelapor, teriapor, MPD, MPP dan pengurus Pusat Ikatan

Notaris Indonesia.

Apabila Notaris terlapor keberatan alas putusan sidang MPW, maka Notaris dapat

mengajukan banding pad a tingkat Majelis Pengawas Pusat

c.       Majelis Pengawas Pusat (MPP)

Berwenang memberi cuti notaris untuk jangka waktu 1 tahun lebih. Menindaklanjuti

Notaris yang melakukan banding yang disampaikan melalui MPW. MPP wajib melakukan

Sidang Pemeriksaan dan Sidang Pengambilan Putusan yang terbuka untuk umum.

2.8. Pelanggaran Terhadap Kode Etik Notaris

Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum Notaris

dalam pembuatan akta-akta Notaris, yaitu :

a.       Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksl-saksl, padahal di dalam akta itu sendiri disebut

dan dinyatakan "denqan dihadiri saksi-saksi"

b.      Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris

c.       Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan min uta Akta

tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat yang tidak

diketahui oleh Notaris yang bersangkutan

d.      Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang bersangkutan

mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan dalam wilayah hukum

kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat kedudukan dari Notaris tersebut.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 23

Page 24: Bab i Makalah Notaris

e.       Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang dalarn . waktu

yang bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta Notaris yang seolah-olah

kesemua akta tersebut dibuat di hadapan Notaris yang bersangkutan.

Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang telah rnelakukan

pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu kata Notaris tersebut tidak

otentik dan akta itu hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan

apabila ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan.

Pelanggaran terhadap UUJN seperti yang dicontohkan di atas, sudah mengakibatkan

kerugian terhadap masyarakat atau pengguna jasa Notaris, bisa diajukan oleh masyarakat

kepada        Majelis Pengawas Daerah. Yang kemudian mekanismenya disesuaikan dengan

UUJN. Dalam UUJN ditentukan sanksi-sanksi dalam Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran

jabatan Notaris.

Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu !katan Notaris Indonesia

(IN!) merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang diakui dan telah

mempunyai cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur

dalam Pasal1 angka (9) yaitu :

Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh Perkumpulan

maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan nolaris yang melanggar

ketentuan Kode Etik dan/atu disiplin organisas;

2.9. Sanksi

Sanksi dalam Kode Etik tercantum dalam pasal 6 :

1.      Sanks; yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pefanggaran Kode Etik dapat

berupa :

a. teguran

b. peringatan

Etika Profesi Seorang Notaris Page 24

Page 25: Bab i Makalah Notaris

c. schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan

d. onzetfing ( pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan

e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan

2.      Penjatuhan senksi-senksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar

kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota.

Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai

sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang

lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan

disiplin organisasi.

Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik

Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat perlengkapan perkumpulan

yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik termasuk didalamnya

juga menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing

(termuat dalam Pasal B)

Terhadap pelanggaran Notaris dilakukan pengawasan oleh organisasi Notaris yaitu

Ikatan Notaris Indonesia (INI) terhadap anggotanya, yang secara langsung mengontrol

Notaris yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan, yang dalam Pasal 1 angka (8) Kode Etik

Notaris .

Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan Perkumpulan sebaga; suatu badan atau

lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan da/am Perkumpulan yang bertugas untuk:

a. melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam

menjunjung tinggi Kode Etik,

b. memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etii:

yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan

rnasyarakatsecara~ngsung

Etika Profesi Seorang Notaris Page 25

Page 26: Bab i Makalah Notaris

c. rnemberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pe/anggaran

kode etik dan jabatan Notaris

Dewan Kehormatan memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran

ketentuan kode etik yang sifatnya "internal" atau yang tidak mempunyai kaitan dengan

kepentingan masyarakat secara langsung (pasal 1 ayat 8 bagian a)

Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan oleh Dewan

Kehormatan Daerah yang baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya

pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya, setelah mendengar

keterangan dan pembefaan diri dari keperluan itu. Bila dalam putusan sidang dewan

kehormatan daerah terbukti adanya pelanggaran kode etik, maka sidang sekaligus

"menentukan sanksi" terhadap pefanggarnya. (pasal 9 ayat (5). Sanksi teguran dan peringatan

oleh Dewan Kehormatan Daerah tidak wajib konsultasi dahulu demgan Pengurus Daerahnya,

tetapi sanksi pemberhentian sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) adri

keanggotaan diputusakan dahulu dengan pengurus Dasarnya (Pasaf 9 ayat (8). Pemeriksaan

dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Wilayah

(Pasal 10). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau

pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan dapat diajukan/dimohonkan banding

kepada Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam

tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat

kepengurusan daerah yang bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka

keputusan Dewan Kehormatan Wilayah tersebut merupakan keputusan tingkat banding.

Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pad a tingkat terakhir dilaksanakan oleh Dewan

Kehormatan Pusat (pasal 11). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara

(schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan yang dilakukan oleh

Dewan Kehormatan Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir

kepada Dewan Kehormatan Pusat. Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam pelanggaran kode etik

berdasarkan putusan yang ditetapkan oleh dewan Kehormatan Daerah, dewan Kehorrnatan

Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat dilaksanakan oleh Penqurus

Daerah.

Etika Profesi Seorang Notaris Page 26

Page 27: Bab i Makalah Notaris

Dalam hal pemecatan sementara secara rind tertuang dalam pasal 13. Dalam hal

pengenaan sanksi pemecatan sementara (schor sing) demikian juga sanksi onzetting maupun

pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota perkumpulan terhadap pelanggaran

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 diatas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat

kepada Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia.

BAB III

Etika Profesi Seorang Notaris Page 27

Page 28: Bab i Makalah Notaris

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga diperlukan lembaga

kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik

Notaris adalah merupakan penjabaran lebih lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang

Jabatan Notaris , mengingat Notaris dalarn melaksanakan jabatannya harus tunduk dan

mentaati seqala ketentuan dalam Undang-undang yang mengatur jabatannya.

Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang

merupakan satu-satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan UUJN.

Artinya seluruh notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.

3.2. Saran

Etika Profesi Seorang Notaris Page 28