bab i makalah notaris
DESCRIPTION
Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan demikian salah satu tugas terpenting bagi pemerintah adalah memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakatnya.Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh pemerintah melalui Undang-Undang diberikan dan dipercayakan kepada Notaris dan sebaliknya masyarakat juga harus percaya bahwa Akta Notaris yang dibuat itu memberikan kepastian hukum bagi para warganya, sesuai dengan bunyi Pasal 15 ayat 1 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan demikian salah satu tugas terpenting
bagi pemerintah adalah memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para
warga anggota masyarakatnya.
Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh pemerintah melalui Undang-Undang
diberikan dan dipercayakan kepada Notaris dan sebaliknya masyarakat juga harus percaya
bahwa Akta Notaris yang dibuat itu memberikan kepastian hukum bagi para warganya, sesuai
dengan bunyi Pasal 15 ayat 1 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
ketetapan yang diharuskan oleh peraturan dan perundang-undangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin
kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang”.
Kepastian hukum tersebut selain otentiknya suatu akta yaitu mempunyai kekuatan
pembuktian, yaitu secara lahiriah, formil maupun materil termasuk juga etika seorang Notaris
dalam menjalankan jabatannya. Dalam melaksanakan tugas jabatannya para Notaris tidak
hanya menjalankan pekerjaan yang diamanatkan oleh undang-undang semata sekaligus
menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting yaitu bertanggung jawab untuk
melaksanakan kepercayaan yang diberikan masyarakat umum yang dilayaninya, seorang
Notaris harus berpegang teguh kepada Kode Etik Notaris, namun dalam realitasnya,
Etika Profesi Seorang Notaris Page 1
keselarasan pelaksanaan hukum dilapangan masih ada Notaris yang melakukan pelanggaran
kode etik Notaris tersebut. Disamping itu, aturan demi aturan yang mengikat setiap
anggotanya belum dijalankan sebagaimana mestinya.
Salah satu kasus pelanggaran kode etik profesi hukum yang dilakukan oleh seorang
Notaris pernah terjadi di wilayah Bintaro kabupaten Tangerang sebut saja Notaris X, dimana
seorang klien yang membeli tanah dengan status tanah Girik didaerah tersebut berkehendak
merubah status tanah menjadi sertipikat yang merupakan tanda bukti hak yang kuat bagi
pemegang hak yang bersangkutan, dimana Notaris X tersebut mengharuskan klien membayar
dimuka seluruh biaya pembuatan sertipikat tersebut dan klien tersebut telah memenuhi
permintaan Notaris tersebut.
Namun setelah berjalan lebih dari dua tahun ternyata sertipikat tersebut tidak kunjung
selesai, beberapa kali Notaris tersebut dihubungi klien yang bersangkutan melalui telepon,
tetapi Notaris tersebut selalu menghindar dengan menyuruh pegawainya berbohong bahwa
notaris tersebut tidak berada ditempat.
Pada saat klien yang bersangkutan mendatangi kantor Notaris tersebut, dengan alasan
sibuk Notaris tersebut tidak mau bertemu. Karena terus- menerus menghindar, klien mencoba
mendatangi kantor Notaris X tersebut yang menerimanya dengan nada yang tinggi dan
berbicara tidak sopan. Pada akhirnya dengan berbagai macam alasan, Notaris tersebut lepas
tangan dan tidak bertanggung jawab dengan menyerahkan berkas-berkas girik tersebut tanpa
terbit sertipikat dengan memotong biaya lebih dari 50 (lima puluh) persen dari pelunasan
yang telah dibayar oleh klien setelah lebih dari dua tahun klien tersebut menunggu.
Dalam kasus tersebut diatas jelas, telah terjadi pelanggaran kode etik Notaris yang
merugikan klien tersebut dan nama baik lembaga Notaris, dimana seharusnya seorang Notaris
berkewajiban menegakkan Kode Etik Notaris dan memiliki perilaku profesional
( professional behaviour ) yaitu mepunyai integritas moral, menghindari sesuatu yang tidak
baik, jujur, sopan santun, tidak semata-mata karena pertimbangan uang dan berpegang teguh
pada kode etik profesi dimana didalamnya ditentukan segala prilaku yang harus dimiliki oleh
notaris.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 2
Dalam Pasal 4 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
disebutkan bahwa sebelum menjalankan jabatannya, Notaris wajib mengucapkan sumpah
antara lain menjalankan jabatan dengan amanah, jujur, menjaga sikap, tingkah laku dan
menjalankan kewajiban sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat dan
bertanggung jawab sebagai Notaris, dengan demikian prilaku Notaris X tersebut diatas sangat
bertentangan dengan kandungan bunyi pasal tersebut.
Kode Etik Notaris dibuat untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan
Notaris yang memuat kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan yang
telah diatur, baik dalam Staatsblad 1860 Nomor 3 maupun dalam Pasal 89 Undang-undang
Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris berikut sanksi-sanksi yang
akan diberikan bila anggota melalukan pelanggaran.
Adanya kode etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan profesional
dengan motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta berargumentasi secara
rasional dan kritis serta menjunjung tinggi nilai- nilai moral.
Pelayanan jasa Notaris sebagai bagian pelayanan terhadap masyarakat harus berjalan
sejajar dengan perkembangan masyarakat dimasa depan. Kecermatan, kecepatan dan
kecakapan Notaris, tidak hanya semata-mata berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat
formalistik, akan tetapi harus berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat profesionalistik,
sehingga usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan Notaris benar-benar membawa hasil
yang positif bagi masyarakat.
Dalam hal kasus tersebut diatas, sebenarnya sudah terbentuk suatu badan yang
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan Pengawasan
terhadap Notaris seperti tersebut dalam Pasal 67 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris, Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri dalam hal ini
adalah Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan membentuk
Majelis Pengawas yang terbagi atas Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah dan
Majelis Pengawas Daerah. Masing-masing Majelis Pengawas tersebut memiliki tugas dan
wewenang tersendiri, dan secara berjenjang Majelis Pengawas Daerah bertanggung jawab
atas kinerjanya kepada Majelis Pengawas Wilayah kemudian Majelis Pengawas Wilayah
bertanggung-jawab atas kinerjanya kepada Majelis Pengawas Pusat dan Majelis Pengawas
Etika Profesi Seorang Notaris Page 3
Pusat tersebut bertanggungjawab atas kinerjanya kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.
Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris harus
lebih maksimal dalam menjalankan tugas pengawasan juga dalam memberikan peringatan
kepada Notaris yang melakukan pelanggaran dengan memberikan sanksi yang tegas dengan
menggunakan Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris yang dituangkan
dalam Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:
M.39-PW.07.10 Tahun 2004.
Untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dan menjamin pelaksanaan jabatan
Notaris yang dipercayakan oleh undang-undang dan masyarakat pada umumnya, maka
adanya pengaturan secara hukum mengenai pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan
Notaris Sanga tepat, karena dalam menjalankan jabatannya seorang Notaris tidak hanya
menjalankan jabatan yang diamanatkan oleh undang-undang, tetapi juga berfungsi sebagai
pengabdi hukum yang meliputi bidang yang Sangat luas. Dengan adanya kode etik,
kepentingan masyarakat yang dilayani akan terjamin sehingga semakin memperkuat
kepercayaan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam melakukan penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah Notaris
dalam menjalankan tugas jabatan sudah berpedoman pada Kode Etik Notaris yang telah
ditetapkan dalam Kongres Ikatan Notaris Indonesia (INI) dan Undang-undang nomor 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah pokok yang
hendak dibahas dalam Makalah ini adalah:
1. Pengertian etika dan kode etik profesi ?
2. Apakah itu Profesi notaris ?
Etika Profesi Seorang Notaris Page 4
3. Seperti apakah Kode etik notaris itu ?
4. Penegakan hukum kode etik notaris ?
5. Pengawasan ?
6. Pelanggaran terhadap kode etik notaris ?
7. Dan Sanksi apakah jika seorang notaris melanggar kode etik ?
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui tinjauan tentang profesi dan kode etik Notaris.
Untuk mengetahui pengaturan Notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris.
Untuk memahami pelanggaran yang dilakukan Notaris atas Kode Etik Notaris.
Untuk menganalisa secara sistematis mengenai penerapan sanksi atas pelanggaran
kode etik profesi notaris dengan cara melakukan analisis terhadap analisis-analisis
hukum yang berkaitan dengan kode etik notaris dala sistem hukum di Indonesia.
Untuk menganalisa dan menganalisis tanggungjawab notaris dalam pembuatan
akta yang berakibat pidana.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi
pelaksanaan Pengembangan ilmu hukum di bidang Hukum Perdata, terutama
yang mempunyai hubungan dengan bidang kenotariatan.
Secara praktis, dengan penulisan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan Masukan yang berharga bagi semua pihak yang terkait
dalam pelaksanaan jabatan notaris dan juga dapat menambah wawasan bagi
notaris mengenai masalah pelanggaran kode etik yang berakibat perbuataan
pidana.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Etika
Menurut Bertens (1994), Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk
tunggal yang berarti adat kebiasaaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Arti etika adalah ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan, dengan demikian,
menurut Bertens tiga arti Etika dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga
sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat.
2. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas-asas atau nilai moral, yang dimaksud disini
adalah kode etik, misalnya Kode Etik Notaris Indonesia.
3. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti Etika disini
sama dengan filsafat moral.
Pengertian Etika menurut Sumaryono (1995), Etika mempunyai arti adat istiadat atau
kebiasaan yang baik, bertolak dari pengertian ini kemudian etika berkembang menjadi studi
tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda,
yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Selain itu, etika
Etika Profesi Seorang Notaris Page 6
juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidak-benaran berdasarkan kodrat
manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
Etika moral berhubungan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan
kodrat manusia. Apabila Etika ini dilanggar timbul perbuatan yang tidak baik dan tidak
benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Contoh Etika moral adalah:
a. Berkata dan berbuat jujur;
b. Menghargai hak orang lain;
c. Menghormati orang tua atau guru;
d. Membela kebenaran dan keadilan;
e. Menyantuni anak yatim/piatu
Berdasarkan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dirumuskan
pengertian etika, yaitu:
1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya.
2. Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral.
3. Etika bisa pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk.
Etika adalah refleksi kritis, metodis,dan sistematis tentang tingkah laku manusia
sejauh berkaitan dengan norma-norma atau tentang tingkah laku manusia dari sudut baik dan
buruk.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, terbitan Ikhtisar Baru tahun 1984, dijelaskan bahwa
etika berasal dari bahasa Inggris Ethics yang berarti ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana seharusnya manusia hidup di dalam masyarakat.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 7
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 1988, etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu;
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
umum.
Dalam menjalankan jabatannya, Notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang
telah hidup dan berkembang di masyarakat. Selain tanggung jawab dan etika profesi,
integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus dimiliki oleh
seorang Notaris, karena tanggung jawab dan etika profesi mempunyai hubungan yang erat
dengan integritas dan moral.
“Etika Profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan yang harus
dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut sebagai kalangan professional”.
Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, seorang profesional harus menjalankan jabatannya dengan menyelaraskan antara
keahlian yang dimilikinya dengan menjunjung tinggi kode etik profesi.
2.2. Kode Etik Profesi
Bertens dalam bukunya tentang etika menyatakan bahwa kode etik profesi merupakan
norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi
petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya dan sekaligus menjamin mutu moral itu
di mata masyarakat. Apabila salah satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang
dari kode etiknya, maka kelompok profesi tersebut akan tercemar di mata rnasyarakat. Oleh
karena itu, kelornpok profesi harus menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 8
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesl", Kode etik profesi dapat berubah dan diubah
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok
profesi tidak akan ketinggalan jaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri
profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak
dipaksakan dari luar. Kode etik ini hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan
nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik profesi merupakan
rumusan norma moral manusia yang mengemban profesi itu. Kode etik profesi merupakan
tolok ukur perbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik profesi merupakan upaya
pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.
Kode etik perlu dirumuskan secara tertulis, menurut Sumaryono dalam bukunya
tentang Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum mengemukakan
alasannya :
1. sebagai sarana kontrol sosial
2. sebagai pencegah campur tangan pihak lain
3. sebagai pencegah kesaJahpahaman dan konflik
Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan,
sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru ataupun
calon anggota kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi
konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok anggota profesi atau antara anggota
kelompok profesi dan masyarakat. Anggota kelompok protesi atau anggota masyarakat dapat
melakukan control melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok protesi telah
memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai dengan kode etik protesi.
Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota
kelompok profesi. Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan
untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok protest melaksanakan kewajiban
profesionalnya. Hubungan antara pengemban profesi dengan masyarakat, misalanya antara
Notaris dengan klien tidak perlu diatur secara detail dengan undang-undang oleh pemerintah
Etika Profesi Seorang Notaris Page 9
atau oleh masyarakat karena kelompok protesi telah menetapkan secara tertulis norma atau
patokan terentu berupa kode etik protesi.
Kode etik protesi pad a dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar
atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi apabila norma berlaku tersebut
dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan.
Kode etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat
umum karena berdasarkan pertimbangan kepentingan protesi yang bersangkutan. Dengan
demikian kode etik profesi dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, dan sebaliknya berg
una sebagai bahan refleksi nama baik protesi. Kode etik protesi yang baik adalah yang
mencerminkan nilai moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak-pihak yang
membutuhkan pelayanan protesi yang bersangkutan.
2.3. Profesi Notaris
Dalam kehidupan bermasyarakat dibutuhkan suatu ketentuan yang mengatur
pembuktian terjadinya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum, sehingga dalam
hukum keperdataan dibutuhkan peran penting akta sebagai dokumen tertulis yang dapat
memberikan bukti tertulis atas adanya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum
tersebut yang menjadi dasar dari hak atau suatu perikatan.
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya pejabat umum dan atau suatu
lembaga yang diberikan wewenang untuk membuat akta otentk yang juga dimaksudkan
sebagai lembaga notariat. Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai "notariat' ini
muncul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat
bukti dalam hubungan hukum keperdataan yang ada dan/atau terjadi diantara mereka.
Lembaga Notaris timbul karena adanya kebutuhan masyarakat di dalam mengatur
pergaulan hidup sesama individu yang membutuhkan suatu alat bukti mengenai hubungan
keperdataan di antara mereka".
Etika Profesi Seorang Notaris Page 10
Oleh karenanya kekuasaan umum (openbaar gezaag) berdasarkan perundang-
undangan memberikan tugas kepada petugas yang bersangkutan untuk membuatkan alat bukti
yang tertulis sebagaimana dikehendaki oleh para pihak yang mempunyai kekuatan otentik.
Notaris yang mempunyai peran serta aktivitas daJam prafesi hukum tidak dapat
dilepaskan dari persoalan-persoalan mendasar yang berkaitan dengan fungsi serta peranan
hukum itu sendiri, dimana hukum diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mengatur segala
perikehidupan masyarakat, lebih luas lagi hukum berfungsi sebagai alat untuk pembaharuan
masyarakat.
Indonesia sebagai negara yang berkembang dan sedang membangun, maka peran
serta fungsi hukum bagi suatu prafesi hukum tidaklah lebih mudah daripada di negara yang
maju, karena terdapatnya berbagai keterbatasan yang bukan saja mengurangi kelancaran
lajunya proses hukum secara tertib dan pasti tetapi juga memerlukan pendekatan dan
pemikiran-pemikiran yang menuju kepada suatu kontruksi hukum yang adaptip yang dapat
menyeimbangkan berbagai kepentingan yang ada secara mantap.
Tanggung jawab notaris dalam kaitannya dengan prafesi hukum di dalam
melaksanakan jabatannya tidak dapat dilepaskan dari keagungan hukurn itu sendiri, sehingga
terhadapnya diharapkan bertindak untuk merefleksikannya di dalam pelayanannya kepada
masyarakat",
Dua hal yang perlu mendapat perhatian di dalam rangka menjalankan profesinya
tersebut:
Adanya kemampuan untuk menJunJung tinggi profesi hukurn yang mensyaratkan
adanya integritas pribadi serta kebolehan profesi dan itu dapat dijabarkan ;
• Kedalam, kemampuan untuk tanggap dan menjunjung tinggi kepentingan umum yaitu
memegang teguh standar profesional sebagai pengabdi hukurn yang baik dan tanggap.
berperilaku individual. mampu menunjukkan sifat dan perbuatan yang sesuai bagi
seorang pengabdi hukum yang baik,
• Keluar. kemampuan untuk berlaku tanggap terhadap perkembangan masyarakat dan
lingkungannya, menjunjung tinggi kepentingan urnurn, mampu mengakomodir,
Etika Profesi Seorang Notaris Page 11
menyesuaikan serta mengembangkan norma hukum serta aplikasinya sesuai dengan
tuntutan perkembangan masyarakat dan teknologi.
Untuk lebih menjelaskan hal tersebutdikutip tulisan dari David Mellinkoff (The
Conscience of Lawyer, 1973 ) " Lawyers are obliged to pursue their work according to
certain standards of competence, disspasion and faithful/ness, lawyers accept those standards
because that is the only way they may be lawyer"
Di Indonesia pengertian profesi itu sendiri dalam pelaksanaannya adalah menciptakan
dilakukannya suatu kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat yang berbekalkan keahlian yang
tinggi serta berdasarkan rasa keterpanggilan, jadi kerja tersebut tidak boleh disamakan
dengan kerja biasa, yang bertujuan mencari nafkah dalam jabatannya profesionalisme
mensyaratkan adanya tiga watak kerja:
1. Kerja itu merefleksikan adanya itikad untuk merealisasi kebajikan yang dijunjung
tinggi dalam masyarakat,
2. Bahwa kerja itu dilaksanakan berdasarkan kemahiran teknis yang bermutu tinggi
yang karena itu mensyaratkan adanya pendidikan dan pelatihan yang berlangsung
bertahun-tahun secara eksklusif dan be rat,
3. Kualitas teknik dan kualitas moral yang disyaratkan dalam kerja-kerja pemberian
jasa profesi dalam pelaksanaannya menundukkan diri pada kontrol sesama yang
terorganisasi berdasarkan kode-kode etik yang dikembangkan dan disepakati
bersama di dalam organisasi. (lihat Soetandyo Wignyosoebroto, Pratesi.
Profesianalisme dan Etika Protest (makalah pengantar untuk sebuah diskusi !
entang profesionalisme khususnya Notaria!) upgrading IN!.
Di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620, Melchior Ketchem, Sekretaris dari
College Van Scepenen di Jacatra, diangkat sebagai notaris pertama di Indonesia, yang
pengangkatannya berbeda dengan pengangkatan notaris pada saat ini dimana di dalam
pengangkatannya dimuat sekaligus secara sing kat yang menguraikan pekerjaan dalam bidang
dan wewenangnya.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 12
2.4. Sejarah Notaris
Sejarah lembaga notariat dimulai pada abad ke 11 atau ke 12 di daerah Pusat
perdagangan Italia. Pada abad ke 13 lembaga notariat mencapai puncak perkembangannya,
setelah itu pada abad ke 14 terjadilah kemerosotan di bidang notariat, hal ini disebabkan
tindakan dari penguasa pada waktu itu yang seolah-olah menjual jabatan-jabatan Notaris
kepada orang-orang tanpa mengindahkan apakah orang tersebut memiliki keahlian atau tidak,
sehingga menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat.
Pada permulaan abad ke 19, lembaga notariat in meluas ke negara- negara sekitarnya
bahkan ke negara-negara lainnya. Pada saat puncak perkembangannya dan setelah terjadi
pelembagaan notariat, lembaga ini dibawa Belanda dengan dua buah dekrit kaisar yaitu pada
tanggal 8 Nopember tahun 1810 dan tanggal 1 Maret tahun 1811 yang berlaku di seluruh
negeri Belanda.
Perundang-undangan notariat Perancis yang diberlakukan di Negeri Belanda tidak
segera hilang walaupun negara itu telah lepas dari kekuasaan Perancis, setelah adanya
desakan dari rakyat Belanda yang berulang kali untuk membentuk suatu perundang-undangan
nasional yang sesuai dengan aspirasi rakyat di bidang notariat, maka pada tanggal 9 Juli
tahun 1842 dikeluarkan Undang-undang tentang Jabatan Notaris, yaitu Nederland Staatblad
Nomor 20.
Perkembangan sejarah notariat di negeri Belanda Sangat penting artinya bagi lembaga
notariat di Indonesia. Notariat di Zaman Republik der verenigde Nederlanden mulai masuk
ke Indonesia pada permulaan abad ke 17.
Pada tahun 1860 peraturan-peraturan mengenai jabatan Notaris di Indonesia
disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku di negara Belanda dengan di undangkannya
Staatblad Nomor 3 Tentang Peraturan Jabatan Notaris pada tanggal 26 Januari 1860 yang
mulai berlaku pada tanggal 1 Juli tahun 1860, dengan diundangkannya “Notaris Reglemen”
maka diletakkanlah dasar yang kuat bagi pelembagaan notariat di Indonesia.
Seiiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia,
berbagai ketentuan dalam peraturan perundang- undangan tersebut diatas sudah tidak sesuai
Etika Profesi Seorang Notaris Page 13
lagi, maka perlu diadakan pembaharuan dan pengaturan kembali secara menyeluruh dalam
satu undang-undang yang mengatur tentang jabatan Notaris, sehingga dapat tercipta suatu
unifikasi hukum yang berlaku untuk semua penduduk di seluruh wilayah negara Republik
Indonesia. Dalam rangka mewujudkan unifikasi hukum dibidang kenotariatan tersebut, pada
tanggal 6 Oktober tahun 2004 disahkan dan diundangkan Undang-undang Nomor 30 tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang
dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
dan kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud dengan undang-undang.
Berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata juncto Pasal 15 Ayat 1 Undang- Undang Nomor
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan
untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang
pembuatan akta itu tidak dapat ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang
lain yang ditetapkan oleh undang-undang
Menurut pendapat Prof. Abdulkadir Muhammad, dalam mengemban tugasnya
tersebut, Notaris harus bertanggung jawab, artinya:
a. Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar. Artinya akta yang
dibuat itu memenuhi kehendak hukum dan permintaan pihak berkepentingan karena
jabatannya.
b. Notaris dituntut menghasilkan akta yang bermutu. Artinya akta yang dibuatnya itu
sesuai degnan aturan hukum dan kehendak pihak yang berkepentingan dalam arti
sebenarnya, buka mengada-ada. Notaris harus menjelaskan kepada pihak yang
berkepentingan kebenaran isi dan prosedur akta yang dibuatnya tersebut.
c. Berdampak positif. Artinya siapapun akan mengakui akta notaris itu mempunyai
kekuatan bukti sempurna.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 14
”Dengan kehadiran UUJN tersebut merupakan satu-satunya Undang- undang yang
mengatur Notaris Indonesia, yang berarti telah terjadi unifikasi hukum dalam bidang
pengaturan Notaris, sehingga UUJN dapat disebut sebagai penutup (pengaturan) masa
lalu dunia Notaris Indonesia dan membuka (pengaturan) dunia Notaris Indonesia
masa datang. Sekarang UUJN saja yang merupakan ”rule of law” untuk dunia Notaris
Indonesia”
Kedudukan Notaris sebagai pejabat umum adalah merupakan salah satu organ negara
yang mendapat amanat dari sebagian tugas dan kewenangan negara yaitu berupa tugas,
kewajiban, wewenang dan tanggung Habib Adjie, Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN)
sebagai Unifikasi Hukum Pengaturan Notaris, Renvoi 28 (September 2005): 38. jawab dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dibidang keperdataan.
2.5. Kode Etik Notaris
Notaris dalam menjalankan jabatannya selain mengacu kepada Undang-Undang
Jabatan Notaris, juga harus bersikap sesuai dengan etika profesinya. Etika profesi adalah
seikap etis yang dituntut untuk dipenuhi oleh profesional dalam mengemban profesinya.
Etika profesi berbeda-beda menurut bidang keahliannya yang diakui dafam masyarakat. Etika
profesi diwujudkan secara formal ke dalam suatu kode etik. "Kode " adalah segala yang
tertulis dan disepakati kekuatan hukumnya oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga kode
etik dalam hal ini adalah hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat profesi tertentu dalam
menjalankan profesinya .
Para Notaris yang berpraktek di Indonesia bergabung dalam suatu perhimpunan
organisasi yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI). INI merupakan kelanjutan dari De
Nederlandsch-Indische Notarieele Vereeniging, yang dahulu didirikan di Batavia pad a
tanggal 1 Juli 1908 yang mendapat pengesahan sebagai badan hukum dengan Gouvernements
Besluit (Penetapan Pemerintah) tanggal 5 September 1908 Nomor 9. Nama Belanda
kemudian diganti atau diu bah menjadi Ikatan Notaris Indonesia yang hingga sekarang
merupakan satu-satunya wadah organisasi profesi di Indonesia.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 15
Kemudian mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Keputusan Mentri
kehakiman RI pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-1011.HT.01.06 Tahun 1995, dan
telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan Nomor
1/P-1995, oleh karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris sebagaimana dimaksud
dalam UUJN nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diundagkan dalam
Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 117. Menurut Pasal 1 angka (5) UUJN,
menyebutkan bahwa Organisasi Notaris adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang
terbentuk perkumpulan yang berbadan hukum.
Notaris dengan organisasi profesi jabatannya menjabarkan etika profesi terse but
kedalam Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris menurut organisasi profesi jabatan Notaris
Hasil Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia (INI) pada tanggal 28 Januari 2005 yang
diadakan di Bandung, diatur dalam Pasal 1 angka (2) adalah sebagai berikut
Seluruh kaedah moral yang ditentukan oteh Perkumpulan lkatan Notaris Indonesia
yang selanjutnya disebut "Perkumpulan" berdasar keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau
yang ditentukan oleh dan dialur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur ten
tang hal itu dan yang berlaku bagi setie wajib ditaati oteh setieo dan semua anggota
Perkumpulan dan semua orang yang menja/ankan tugas jabatan sebagai Noieris, etrmasuk
dida/amnya Pejabat Sementara Noieris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.
Melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada Kode
Etik jabatan Notaris. Kode etik adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan
untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban dalam menjalankan suatu
profesi yang disusun oleh anggota profesi itu sendiri damn mengikat mereka dalam
mempraktekkarinya. Dengan demikian Kode etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan,
pedoman moral atau kesusilaan Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang
diangkat oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat umum
khususnya dalam bidang pembuatan akta.(lihat Liliana Tedjosaputro. Elika Profesi Notaris
Da/am Penegakan Hukum Pidana, Bigraf Publishing, Yogyakarta. 1995, him 29.
Pembahasan mengenai Kode etik tidak terlepas dari UndangUndang Jabatan Notaris
Nomor 30 tahun 2004. Dalam kode etik Notaris terdiri dari kewajiban, larangan maupun
Etika Profesi Seorang Notaris Page 16
sangsi serta penegakan hukum agar tujuan dari terbentuknya kode etik maupun Uridang-
Undang Jabatan Notaris dapat berjalan tertib.
Menurut Pendapat Prof. Abdulkadir Muhammad, uraian mengenai Kode Etik Notaris
meliputi antarlain: Etika Kepribadian Notaris, Etika melakukan tugas jabatan, etika pelayanan
terhadap klien, etika hubungan sesama rekan Notaris, dan etika pengawasan terhadap Notaris.
1. Etika Kepribadian Notaris
Sebagai pejabat umum, notaris harus:
a. Berjiwa Pancasila;
b. Taat pada hukum, sumpah jabatan dan Kode Etik Notaris;
c. Berbahasa Indonesia yang baik.
Sebagai profesional, Notaris harus:
a. Memiliki perilaku profesional;
b. Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum;
c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Notaris.
Yang dimaksud dengan perilaku profesional ( Professional behaviour ), adalah
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi;
b. Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun imbalan
jasanya tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan nilai-nilai
kemasyarakatan, sopan santun, dan agama;
c. Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga kepada diri sendiri;
Etika Profesi Seorang Notaris Page 17
d. Tidak semata-mata pertimbangan uang, melainkan juga pengabdian, tidak
membedakan antara orang mampu dan tidak mampu;
f. berpegang teguh pada kode etik profesi karena di dalamnya ditentukan segala
perilaku yang harus dimiliki oleh Notaris, termasuk berbahasa Indonesia yang
sempurna.
2. Etika melakukan tugas jabatan
Notaris sebagai pejabat umum dalam melakukan tugas jabatan harus:
a. Menyadari kewajibannya, bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak, dan penuh rasa
tanggung jawab;
b. Menggunakan satu kantor yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang,
tidak mengadakan kantor cabang perwakilan, dan tidak menggunakan perantara;
c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi;
d. Harus memasang tanda papan nama menur ut ukuran yang berlaku.
3. Etika pelayanan terhadap klien
Sebagai pejabat umum, notaris harus:
a. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan jasanya
dengan sebaik-baiknya;
b. Menyelesaikan akta sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan
pengumuman dalam Berita Negara, apabila klien yang bersangkutan dengan tegas
mengatakan akan menyerahkan pengurusannya kepada Notaris yang bersangkutan
dan klien telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan;
c. Memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaran dan pengumumam, dan
atau mengirim kepada atau menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar atau
Berita Negara yang sudah selesai dicetak tersebut oleh klien yang bersangkutan;
Etika Profesi Seorang Notaris Page 18
d. Memberikan penyuluhan hukum agar masyarakat menyadari hak dan kewajiban
sebagai warga negara dan anggota masyarakat;
e. Memberikan jasa kepada anggota masyarakat yang kurang mampu dengan Cuma-
Cuma;
f. Dilarang menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu membuat
akta pada Notaris yang menahan berkas itu;
g. Dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk semata-mata menandatangani
akta buatan orang lain sebagai akta buatan Notaris yang bersangkutan;
h. Dilarang mengirim minuta kepada klien atau klien-klien untuk ditandatangani oleh
klien atau klien-klien yang bersangkutan;
i. Dilarang membujuk-bujuk atau dengan cara apapun memaksa klien membuat akta
padanya, atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah dari Notaris lain;
j. Dilarang membentuk kelompok di dalam tubuh Ikatan Notaris Indonesia dengan
tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga secara
khusus/ekslusif, apalagi menutup kemungkinan anggota lain untuk berpartisipasi.
4. Etika hubungan sesama rekan Notaris
Sebagai sesama pejabat umum, Notaris harus:
a. Saling menghormati dalam suasana kekeluargaan;
b. Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan Notaris, baik moral
maupun material;
c. Harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik korps Notaris atas
dasar rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara konstruktif.
Dalam penjelasan diatas, maksud menghormati dalam suasana kekeluragaan artinya,
Notaris tidak mengeritik, menyalahkan akta-akta yang dibuat rekan notaris lainnya dihadapan
Etika Profesi Seorang Notaris Page 19
klien atau masyarakat. Notaris tidak membiarkan rekannya berbuat salah dalam jabatannya
dan seharusnya memberitahukan kesalahan rekannya dan menolong memperbaikinya. Tidak
melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan dalam arti tidak menarik karyawan
Notaris lain secara tidak wajar, tidak menggunakan perantara yang mendapat upah, tidak
menurunkan tarif jasa yang telah disepakati. Menjaga dan membela kehormatan dan nama
baik, dalam arti tidak mencampurkan usaha lain dengan jabatan Notaris, memberikan
informasi atau masukkan mengenai klien-klien yang nakal setempat.
5. Etika Pengawasan
a. Etika pengawasan terhadap Notaris melalui pelaksanaan Kode Etik Notaris
dilakukan oleh Majelis Kehormatan Daerah dan atau Majelis Kehormatan Pusat
Ikatan Notaris Indonesia;
b. Tata cara pelaksanaan kode etik, sanksi-sanksi dan eksekusi diatur dalam peraturan
tersendiri;
c. Tanpa mengurangi ketentuan mengenai tata cara maupun pengenaan tingkatan
sanksi-sank si berupa peringatan dan teguran, maka pelanggaran-pelanggaran yang
oleh Pengurus Pusat secara mutlak harus dikenakan sanksi pemberhentian
sementara sebagai anggota Ikatan Notaris Indonesia disertai usul Pengurus Pusat
kepada Kongres untuk memecat anggota yang bersangkutan adalah pelanggaran-
pelanggaran yang disebut dalam Kode Etik Notaris dan Peraturan Jabatan Notaris
yang berakibat bahwa anggota yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan
keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
2.6. Penegakan Hukum Kode Etik Notaris
Pengertian Penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha melaksanakan hukum
sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan
Etika Profesi Seorang Notaris Page 20
hukum yang dilanqqar itu supaya ditegakkan kembali. Penegakkan hukum dilakukan dengan
penindakan hukum menurut urutan berikut:
a. Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat lagi
b. Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda)
c. Penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu)
d. Pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati) Dalam pelaksanaannya
tugas penegakan hukum, penegak hukurn wajib menaati norma-norma yang
telah ditetapkan.
Penegakan kode etik Notaris adalah usaha melaksanakan kode etik Notaris
sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi pelanggaran, dan jika
terjadi pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali.
Penegakan hukum Kode Etik Notaris tercantum dalam Bab IV dan V yaitu dari Pasal
6 sampai dengan Pasal 13. Yang meliputi :
Sanksi, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penjatuhan sanksl, Pemeriksaan dan
Penjatuhan Sanksi Pada tingkat Pertama, Banding dan Terakhir, Eksekusi atas sanksi-sanksi
dalarn Pelanggaran Kode Etik.
2.7. Pengawasan
Pengawasan Notaris dimaksud diharapkan oleh pembentuk Undang-undang Jabatan
Notaris merupakan lembaga pembinaan agar para Notaris dalam menjalankan jabatannya
dapat leblh meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam Pasal 67 ayat (5)
UUJN, yang harus diawasi adalah Perilaku Notaris dan Pelaksanaan Jabatan Notaris.
Pengawasan baik preventif dan represif diperlukan bagi pelaksanaan tug as Notaris
sebagai pejabat umum. Fungsi Preventif dilakukan oleh Negara sebagai pemberi wewenang
Etika Profesi Seorang Notaris Page 21
yang I dilimpahkan pada instansi pemerintah. Fungsi represif dilakukan oleh organisasi
profesi jabatan Notaris dengan acuan kepada UUJN dan Kode Etik Notaris.
Pengawasan Notaris diatur dalam Pasal 67-81 UUJN, yang intinya pengawasan
dilakukan oleh Menteri dan dalarn rnelaksanakan pengawasan tersebut Menteri menunjuk
Majelis Pengawas, yang terdiri dari Majelis Pengawas Oaerah, Majelis Pengawas Wilayah
dan Majelis Pengawas Pusat. Majelis Pengawas terdiri dari 3 unsur yaitu unsure dari
Pemerintah, organisasi Notaris dan akademisi.
a. Majelis Pengawas Daerah (MPD)
MPD melakukan pengawasan secara berkala 6 bulan sekali dengan melakukan
pemerikasaan protocol Notaris, memberikan izin cuti selama 6 bulan dan pemeriksaan
adanyalaporan atau pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris. Apabila ada pengaduan dari
masyarakat terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik maupun pelanggaran
Undang-Undang jabatan Notaris, maka MPD berwenang menyelenggarakan Sidang tertutup
untuk umum, MPD akan memeriksa dan mendengar keterangan pelapor, tanggapan terlapor,
memeriksa bukti yang diajukan pelapor dan terlapor, kemudian hasil pemeriksaan dituangkan
dalam Berita Acara pemeriksaan (BAP) dan wajib diberikan kepada MajeJis Pengawas
Wilayah dalam waktu 30 hari dengan tembusan kepada notaris yang bersangkutan, pengurus
Daerah Ikatan Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas Pusat
MPD tidak berwenang membenkan penilaian pembuktian terhadap fakta-fakta hukum
dan juga tanpa kewenangan untuk menjatuhkan sanksi
b. Majelis Pengawas Wilayah (MPW)
MPW berwenang meberikan cuti untuk 6 bulan sampai 1 tahun. \ Berdasarkan BAP
yang telah diberikan kepada MPW melalui MPD, MPW berwenang melakukan Sidang
Pemeriksaan Tertutup untuk umum dan Sidang Pengambilan Keputusan yang terbuka untuk
umum. Blla dalam sidang pemeriksaan MPW Netarts tidak terbukti rnelakukan pelanggaran,
maka laporan BAP ditolak dan Notaris direhabilitasi nama baiknya. Bila Notaris terbukti
melanggar, putusan harus memuat alasan dan pertimbangan yang cukup yang dijadikan dasar
untuk menjatuhkan putusan.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 22
MPW membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi, yang kemudian
disampaikan kepada Mennteri, pelapor, teriapor, MPD, MPP dan pengurus Pusat Ikatan
Notaris Indonesia.
Apabila Notaris terlapor keberatan alas putusan sidang MPW, maka Notaris dapat
mengajukan banding pad a tingkat Majelis Pengawas Pusat
c. Majelis Pengawas Pusat (MPP)
Berwenang memberi cuti notaris untuk jangka waktu 1 tahun lebih. Menindaklanjuti
Notaris yang melakukan banding yang disampaikan melalui MPW. MPP wajib melakukan
Sidang Pemeriksaan dan Sidang Pengambilan Putusan yang terbuka untuk umum.
2.8. Pelanggaran Terhadap Kode Etik Notaris
Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum Notaris
dalam pembuatan akta-akta Notaris, yaitu :
a. Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksl-saksl, padahal di dalam akta itu sendiri disebut
dan dinyatakan "denqan dihadiri saksi-saksi"
b. Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris
c. Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan min uta Akta
tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat yang tidak
diketahui oleh Notaris yang bersangkutan
d. Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang bersangkutan
mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan dalam wilayah hukum
kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat kedudukan dari Notaris tersebut.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 23
e. Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang dalarn . waktu
yang bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta Notaris yang seolah-olah
kesemua akta tersebut dibuat di hadapan Notaris yang bersangkutan.
Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang telah rnelakukan
pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu kata Notaris tersebut tidak
otentik dan akta itu hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan
apabila ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan.
Pelanggaran terhadap UUJN seperti yang dicontohkan di atas, sudah mengakibatkan
kerugian terhadap masyarakat atau pengguna jasa Notaris, bisa diajukan oleh masyarakat
kepada Majelis Pengawas Daerah. Yang kemudian mekanismenya disesuaikan dengan
UUJN. Dalam UUJN ditentukan sanksi-sanksi dalam Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran
jabatan Notaris.
Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu !katan Notaris Indonesia
(IN!) merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang diakui dan telah
mempunyai cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur
dalam Pasal1 angka (9) yaitu :
Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh Perkumpulan
maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan nolaris yang melanggar
ketentuan Kode Etik dan/atu disiplin organisas;
2.9. Sanksi
Sanksi dalam Kode Etik tercantum dalam pasal 6 :
1. Sanks; yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pefanggaran Kode Etik dapat
berupa :
a. teguran
b. peringatan
Etika Profesi Seorang Notaris Page 24
c. schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan
d. onzetfing ( pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan
e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan
2. Penjatuhan senksi-senksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar
kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota.
Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai
sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang
lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan
disiplin organisasi.
Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik
Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat perlengkapan perkumpulan
yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik termasuk didalamnya
juga menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing
(termuat dalam Pasal B)
Terhadap pelanggaran Notaris dilakukan pengawasan oleh organisasi Notaris yaitu
Ikatan Notaris Indonesia (INI) terhadap anggotanya, yang secara langsung mengontrol
Notaris yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan, yang dalam Pasal 1 angka (8) Kode Etik
Notaris .
Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan Perkumpulan sebaga; suatu badan atau
lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan da/am Perkumpulan yang bertugas untuk:
a. melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam
menjunjung tinggi Kode Etik,
b. memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etii:
yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan
rnasyarakatsecara~ngsung
Etika Profesi Seorang Notaris Page 25
c. rnemberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pe/anggaran
kode etik dan jabatan Notaris
Dewan Kehormatan memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran
ketentuan kode etik yang sifatnya "internal" atau yang tidak mempunyai kaitan dengan
kepentingan masyarakat secara langsung (pasal 1 ayat 8 bagian a)
Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan oleh Dewan
Kehormatan Daerah yang baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya
pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya, setelah mendengar
keterangan dan pembefaan diri dari keperluan itu. Bila dalam putusan sidang dewan
kehormatan daerah terbukti adanya pelanggaran kode etik, maka sidang sekaligus
"menentukan sanksi" terhadap pefanggarnya. (pasal 9 ayat (5). Sanksi teguran dan peringatan
oleh Dewan Kehormatan Daerah tidak wajib konsultasi dahulu demgan Pengurus Daerahnya,
tetapi sanksi pemberhentian sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) adri
keanggotaan diputusakan dahulu dengan pengurus Dasarnya (Pasaf 9 ayat (8). Pemeriksaan
dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Wilayah
(Pasal 10). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau
pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan dapat diajukan/dimohonkan banding
kepada Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam
tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat
kepengurusan daerah yang bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka
keputusan Dewan Kehormatan Wilayah tersebut merupakan keputusan tingkat banding.
Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pad a tingkat terakhir dilaksanakan oleh Dewan
Kehormatan Pusat (pasal 11). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara
(schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan yang dilakukan oleh
Dewan Kehormatan Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir
kepada Dewan Kehormatan Pusat. Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam pelanggaran kode etik
berdasarkan putusan yang ditetapkan oleh dewan Kehormatan Daerah, dewan Kehorrnatan
Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat dilaksanakan oleh Penqurus
Daerah.
Etika Profesi Seorang Notaris Page 26
Dalam hal pemecatan sementara secara rind tertuang dalam pasal 13. Dalam hal
pengenaan sanksi pemecatan sementara (schor sing) demikian juga sanksi onzetting maupun
pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota perkumpulan terhadap pelanggaran
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 diatas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat
kepada Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
BAB III
Etika Profesi Seorang Notaris Page 27
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga diperlukan lembaga
kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik
Notaris adalah merupakan penjabaran lebih lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang
Jabatan Notaris , mengingat Notaris dalarn melaksanakan jabatannya harus tunduk dan
mentaati seqala ketentuan dalam Undang-undang yang mengatur jabatannya.
Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang
merupakan satu-satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan UUJN.
Artinya seluruh notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.
3.2. Saran
Etika Profesi Seorang Notaris Page 28