bab i (latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keaslian penelitian

17
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial menjadi penting bagi mahasiswa awal dalam mengeksplorasi lingkungan sosial yang lebih luas untuk membangun pribadi yang mandiri dan menjadi terlibat secara sosial (Kenniston dalam Santrock, 2002). Selain itu, keterampilan sosial juga membantu mahasiswa awal dalam memberikan kontribusi pada penerimaan teman sebaya serta mampu melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sosial yang lebih besar (Walker dalam Stedley dkk, 2008). Yuksel (Suheda, 2013) menjelaskan bahwa pentingnya keterampilan sosial pada mahasiswa awal, mereka dapat dengan mudah memahami emosi, pikiran, dan perilaku yang terdapat pada diri sendiri maupun orang lain sehingga mampu beradaptasi dalam suatu lingkungan sosial. 1

Upload: thufeil-amr-stifler

Post on 10-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

;atnbe;

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan sosial menjadi penting bagi mahasiswa awal dalam

mengeksplorasi lingkungan sosial yang lebih luas untuk membangun pribadi yang

mandiri dan menjadi terlibat secara sosial (Kenniston dalam Santrock, 2002).

Selain itu, keterampilan sosial juga membantu mahasiswa awal dalam

memberikan kontribusi pada penerimaan teman sebaya serta mampu melakukan

penyesuaian terhadap lingkungan sosial yang lebih besar (Walker dalam Stedley

dkk, 2008). Yuksel (Suheda, 2013) menjelaskan bahwa pentingnya keterampilan

sosial pada mahasiswa awal, mereka dapat dengan mudah memahami emosi,

pikiran, dan perilaku yang terdapat pada diri sendiri maupun orang lain sehingga

mampu beradaptasi dalam suatu lingkungan sosial.

Menurut Gresham dan Elliott (2008), keterampilan sosial yang tinggi adalah

mereka yang mampu melakukan komunikasi timbal balik dengan berbagai pihak,

melakukan pertemanan dengan mudah, terlibat dalam berbagai kegiatan, dapat

menyampaikan perasaan-perasaan serta suatu permasalahan, juga memiliki

kontrol perilaku yang tepat. Bacan (Suheda, 2013) pun mengatakan bahwa

keterampilan sosial yang tinggi adalah mereka yang mampu memulai,

mengembangkan, dan secara terus menerus dapat menjalin hubungan

interpersonal, dapat memperkenalkan dan mengekspresikan diri kepada orang

lain, memiliki resolusi konflik yang tepat, mampu mengendalikan amarah, mampu

1

Page 2: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

2

mengambil suatu keputusan, serta dapat berbicara serta mendengarkan secara

timbal balik dengan pihak lain.

Gresham dan Elliott (Elliott & Busse, 1991) mengatakan bahwa rendahnya

keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu akan berdampak pada

ketidakmampuan dalam melakukan interaksi secara tepat dengan pihak lain, gagal

dalam menunjukkan perilaku yang dapat diterima oleh lingkungan, adanya

perasaan emosional (kecemasan, kesedihan, serta agresi verbal), dan kurang

memiliki kontrol diri yang tepat. Kazdin (Klaussen & Rasmussen, 2013) pun

mengatakan bahwa keterampilan sosial yang rendah adalah mereka yang

mengalami kesulitan dalam memulai dan menjalin hubungan yang positif dengan

lingkungannya, ditolak atau diabaikan oleh lingkungannya, adanya agresi pada

teman sebaya, ketidakpatuhan dalam suatu permintaan, serta adanya

penghindaraan kontak mata karena cemas. Spence (Spence, 2003) mengatakan

rendahnya keterampilan sosial akan berdampak pada ketidakmampuan dalam

melakukan kontak mata, pemberian eskpresi wajah yang kurang tepat, adanya

jarak sosial, dan penggunaan bahasa tubuh yang kurang tepat pada tuntutan situasi

sosial yang berbeda. Tidak hanya itu saja, kualitas verbal seperti nada suara,

volume, tingkat, dan kejelasan berbicara pun tidak dapat digunakan secara tepat.

Setelah dilakukan pengambilan data penelitian terhadap 190 mahasiswa

awal atau mahasiswa angkatan 2014 di Universitas Islan Indonesia, terdapat 37

mahasiswa awal yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sangat rendah

(19,5%) dan 38 mahasiswa awal dengan kategori rendah (20%). Hal ini

menunjukkan bahwa masih terdapat mahasiswa awal yang belum melakukan

Page 3: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

3

perjuangan antara membangun pribadi yang mandiri dan menjadi terlibat secara

sosial pada lingkungan sosial yang lebih luas, yakni universitas dimana

universitas merupakan suatu struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat

pribadi, interaksi dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan

kadang lebih beragam latar belakang etniknya.

Berdasarkan studi terdahulu dari beberapa aitem skala keterampilan sosial

menunjukkan bahwa mahasiswa awal yang mampu menggunakan bahasa tubuh

yang tepat ketika berhadapan orang lain, hanya sebesar 13,2%. Mahasiswa awal

yang mampu mengungkapkan perasaan-perasaan ketika tidak diperlakukan

sepantasnya, hanya sebesar 14,2%. Mahasiswa awal yang mampu mengutarakan

adanya suatu permasalahan, hanya sebesar 12,1%. Mahasiswa awal yang mampu

membuat pihak lain merasa nyaman, hanya sebesar 29,5%. Mahasiswa awal yang

mampu menunjukkan kepedulian terhadap pihak lain, hanya sebesar 21,6%.

Mahasiswa awal yang mampu membuat serta mencapai suatu kesepakatan ketika

sedang berkonflik, hanya sebesar 10,5% dan mahasiswa awal yang mampu

mengunakan penggunaan bahasa yang tepat ketika saat marah, hanya sebesar

8,4%. Rendahnya persentase dari beberapa aitem skala keterampilan tersebut

menunjukkan bahwa keterampilan sosial mahasiswa awal dapat dikatakan rendah.

Berdasarkan data rekapitulasi layanan konseling tahun 2013-2014 dari Pusat

Bimbingan dan Konseling Mahasiswa UII (PBKM) pun terdapat beberapa

mahasiswa awal yang terlibat permasalahan terkait dengan keterampilan sosial.

Beberapa permasalahan tersebut berupa kurangnya minat untuk berhubungan

dengan orang lain disebabkan sulitnya beradaptasi, hubungan interpersonal

Page 4: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

4

dengan teman sebaya, sulit bergaul, dan dijauhi oleh teman. Berdasarkan beberapa

permasalahan tersebut penyebab utamanya ialah berhubungan dengan keluarga,

dimana adanya pola asuh orangtua berupa penolakan terhadap anak, tindakan

kekerasan atau KDRT, dan kurangnya komunikasi dengan orangtua.

Kenny (Ross & Fuertes, 2010) menunjukkan bahwa proses meninggalkan

rumah untuk kuliah mirip dengan situasi yang aneh dalam studi awal kelekatan,

yang meneliti reaksi anak ketika dipisahkan dari ibunya. Ketika masa muda

menuju ke universitas atau perguruan tinggi, mereka dapat memanfaatkan

orangtua sebagai basis yang aman untuk mengembangkan kompetensi dan

otonomi dalam situasi baru ini. Menurut De Armas dan Kelly (Ross & Fuertes,

2010), pada masa muda individu yang terlibat berbagai situasi sosial dan diminta

untuk menangani situasi ini secara independen atau mandiri. Hal ini terutama jelas

dalam situasi perguruan tinggi, ketika sebagian besar masa muda tinggal jauh dari

rumah untuk pertama kalinya. Golan (Ross & Fuertes, 2010) menunjukkan bahwa

masa muda memasuki perguruan tinggi harus bernegosiasi pada tugas

perkembangan baik secara psikologis memisahkan diri dari keluarga mereka dan

beradaptasi dengan kondisi dunia dewasa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli perkembangan, Kobak

dkk (Santrock, 2002) percaya bahwa kelekatan dengan orangtua pada masa remaja

dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja, sebagaimana

tercermin dalam ciri-ciri seperti penyesuaian emosional. Menurut Engels dkk

(Ross & Fuertes, 2010) dalam penyesuaian emosional terdapat keterampilan sosial

sebagai salah satu mediator. Misalnya, remaja yang memiliki relasi yang nyaman

Page 5: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

5

dengan orangtuanya memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang lebih

baik (Armsden & Greenberg dalam Santrock, 2002). Sebaliknya, detachment

emosional dari orangtua terkait dengan perasaan-perasaan akan penolakan oleh

orangtua yang lebih besar dan perasaan lebih rendahnya daya tarik sosial dan

romantik yang dimiliki diri sendiri (Ryan & Lynch dalam Santrock, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Hazen dan Shaver (Santrock, 2002)

menunjukkan bahwa mahasiswa yang dekat dengan orangtua mereka sebagai

anak-anak cenderung memiliki relasi dekat dengan teman-teman, pacar, dan

pasangan dibandingkan dengan rekan-rekan mahasiswa yang tidak dekat dengan

orangtua. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif

antara kelekatan aman pada mahasiswa dengan keterampilan sosial, yang meliputi

ekspresi emosi, sensitivitas emosi, ekspresi sosial, dan kontrol sosial juga kontrol

emosi (Dereli & Karakus, 2011). Dengan demikian, kelekatan dengan orangtua

selama masa remaja dapat berlaku sebagai fungsi adaptif yang menyediakan

landasan yang kokoh dimana remaja dapat menjelajahi dan menguasai

lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas dalam suatu cara

yang secara psikologis sehat, terlebih ketika masa remaja memasuki masa transisi

menuju dewasa untuk berada dalam situasi perguruan tinggi.

Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti

berdasarkan penjabaran di atas adalah apakah terdapat hubungan antara kelekatan

orangtua dan keterampilan sosial pada mahasiswa awal yang memasuki

universitas?

Page 6: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

6

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara kelekatan orangtua dengan keterampilan sosial pada remaja akhir yang

memasuki universitas.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat

memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu psikologi, khususnya

psikologi perkembangan dan psikologi sosial. Psikologi perkembangan

berhubungan dengan kelekatan orangtua dan keterampilan sosial remaja akhir

sebagai bagian dari tugas perkembangan. Keterampilan sosial pun juga

berhubungan dengan psikologi sosial.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat

memberikan pengetahuan kepada orangtua tentang bagaimana membina

kelekatan yang baik dengan anak, yang mana ketika anak tumbuh dewasa

kelekatan dengan orangtua dapat membantu sang anak menjalankan tugas

perkembangannya dengan baik, khususnya keterampilan sosial.

D. Keaslian Penelitian

Topik penelitian mengenai hubungan kelekatan orangtua dengan

keterampilan sosial pada mahasiswa awal yang memasuki universitas di Indonesia

Page 7: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

7

sendiri masih jarang dijumpai. Namun terdapat beberapa penelitian dari luar yang

meneliti dengan topik penelitian serupa. Penelitian yang dilakukan oleh Dereli dan

Karakus (2011) mengenai “An Examination of Attachment Styles and Social Skills

of University Students” ingin menguji hubungan antara gaya kelekatan dan nilai

keterampilan sosial, serta apakah gaya kelekatan memprediksi nilai keterampilan

sosial teruji. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa ada hubungan positif

yang signifikan antara kelekatan aman dengan keterampilan sosial pada

mahasiswa yang meliputi ekspresi emosi, sensitivitas emosi, ekspresi sosial,

kontrol sosial, dan kontrol emosi. Kemudian tidak adanya hubungan antara

kelekatan tidak aman dengan keterampilan sosial pada mahasiswa yang meliputi

ekspresi emosi, sensitivtas emosi, kontrol emosi, ekspresi sosial, sensitivitas

sosial, dan kontrol sosial. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel

penelitian ini adalah Social Skill Inventory (SSI) yang dikembangkan oleh Riggio

dan Relationships Scales Questionare (RSQ) yang dikembangkan oleh Griffin dan

Bartholomew. RSQ terdiri dari 17 aitem Likert berjenis skala untuk mengukur

perbedaan empat gaya kelekatan (aman, menolak, takut, sibuk). Subjek dalam

penelitian ini adalah 343 mahasiswa dari seluruh mahasiswa Fakultas Pendidikan

di Universitas Selcuk yang dipilih secara acak dengan usia rata-rata 20 tahun.

Selain penelitian tersebut, terdapat penelitian lainnya yang dilakukan oleh

Laible (2007) mengenai “Attachment with Parents and Peers in Late

Adolescence: Links with Emotional Competence and Social Behavior” ingin

menguji apakah hubungan antara kelekatan aman orang tua dan kelekatan aman

teman sebaya, dan laporan diri remaja dari perilaku prososial dan agresif

Page 8: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

8

dimediasi oleh ekspresi emosi, empati, dan kesadaran emosi. Hasil dari penelitian

ini mengemukakan bahwa remaja yang memiliki kelekatan aman dengan orangtua

dilaporkan memiliki tingkat kompetensi sosio-emosional yang tinggi, termasuk

ekspresi positif, kesadaran emosi, dan perilaku sosial yang tinggi serta rendahnya

ekspresi negatif yang dominan. Selain itu, remaja yang memiliki tingkat

kompetensi emosi yang tinggi juga dilaporkan memiliki perilaku sosial yang lebih

kompeten. Remaja yang memiliki tingkat empati, kesadaran emosi, dan ekspresi

positif dilaporkan juga memiliki tingkat perilaku prososial yang tinggi dan

rendahnya tingkat perilaku agresi. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur

variabel penelitian ini adalah Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA)

yang dikembangkan oleh Armsden dan Greenberg, Interpersonal Reactivity

Questionare, dan Self-Expresiveness Questionare (SEQ). Subjek dalam penelitian

ini adalah 117 remaja akhir (65 perempuan dan 52 laki-laki) dan sebagian besar

adalah Kaukasia.

Terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Ross dan Fuertes (2010)

mengenai “Parental Attachment, Interparental Conflict, and Young Adults

Emotional Adjustment” ingin meneliti remaja dengan kelekatan orang tua yang

lebih kuat memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dibandingkan remaja

dengan kelekatan orang tua yang lebih rendah. Selain itu penelitian ini juga ingin

memperluas model Engels dan kawan-kawan akan penyesuaian emosi untuk

dewasa muda dan termasuk konstruksi dari konflik interparental dan resolusi

konflik. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa kelekatan pada ayah

ditemukan menjadi prediktif keterampilan sosial yang lebih baik, dimana

Page 9: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

9

mendorong kompetensi relasional yang lebih besar dan penyesuaian emosi yang

lebih baik. Kemudian kelekatan pada ibu ditemukan menjadi prediktif perilaku

resolusi yang lebih baik, dimana mendorong kompetensi relasional yang lebih

besar dan penyesuaian emosi yang lebih baik. Alat ukur yang digunakan untuk

mengukur variabel penelitian ini adalah Inventory of Parent and Peer Attachment-

Mother and Father Form (IPPA) yang dikembangkan oleh Armsden dan

Greenberg, Children’s Perception of Interparental Conflict Scale (CPIC), Scale

for Interpersonal Behavior (SIB), Conflict-Resolution Behavior Questionare

(CRBQ), Self-Perception Profile for College Students, Self-Esteem Scale (SES),

dan Kandel Depression Scale (KDS). Subjek dalam penelitian ini adalah 295

mahasiswa (82 laki-laki dan 213 wanita) dari tiga universitas di wilayah Timur

Laut Amerika Serikat mulai usia 18-22 tahun.

Suatu penelitian dianggap orisinil atau asli apabila ada sesuatu yang baru

yang dapat ditampilkan oleh sang peneliti dalam suatu penelitian. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kelekatan orangtua

dengan Keterampilan sosial pada mahasiswa awal yang memasuki universitas.

Adapun penjelasan secara rinci mengenai keaslian penelitian ini, antara lain:

1. Keaslian Topik

Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang meneliti apakah

terdapat hubungan antara kelekatan orangtua dan keterampilan sosial pada

mahasiswa di universitas. Hal yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah penelitian ini ingin mengungkap bagaimana

Page 10: BAB I (Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Dan Keaslian Penelitian

10

keterampilan sosial yang dimiliki oleh mahasiswa awal yang meninggalkan

rumah dan tidak tinggal bersama orangtua untuk memasuki universitas.

2. Keaslian Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Gresham dan

Elliott (2008) untuk menjelaskan variabel keterampilan sosial dan teori dari

Armsden dan Greenberg (1987) untuk menjelaskan variabel kelekatan

orangtua. Teori dari Gresham dan Elliott belum digunakan pada penelitian-

penelitian sebelumnya, sehingga teori ini menjadi pembeda antara penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya.

3. Keaslian Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Social Skills

Improvement System (SSIS) dari Gresham dan Elliott untuk mengukur

variabel keterampilan sosial dan Inventory Parent and Peer Attachment

(IPPA) dari Armsden & Greenberg untuk mengukur variabel kelekatan

orangtua. Skala Social Skills Improvement System (SSIS) belum digunakan

pada penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga alat ukur ini menjadi

pembeda antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

4. Keaslian Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa awal

semester satu. Pada penelitian sebelumnya mengenai topik yang serupa,

subjek yang digunakan adalah mahasiswa secara umum dalam universitas,

sehingga subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya.