bab i latar belakang a....
TRANSCRIPT
1
BAB I
LATAR BELAKANG
A. PENDAHULUAN
Perubahan sosial dalam masyarakat adalah pokok bahasan yang penting dalam
sosiologi. Perubahan merupakan gejala sosial yang dialami oleh setiap masyarakat.
Masyarakat memiliki kecenderungan untuk semakin maju dan berkembang, seiring dengan
kemajuan pola pikir dan tingkat kemampuannya. Menurut J.P. Gillin dan J.L. Gillin
(wordpress,dederosadi 2012), perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,
komposisi penduduk, dan ideologi karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat. Seperti halnya dengan perubahan sosial pada diri seseorang dalam
menggunakan pakaian khususnya dalam menggunakan jilbab.
Secara etimologis (dikutip dari kumpulan sejarah) jilbab berasal dari bahasa arab
jalaba yang berarti menghimpun atau membawa. Istilah jilbab digunakan pada negeri-negeri
berpenduduk muslim lain sebagai jenis pakaian dengan penamaan berbeda-beda. Di Iran
disebut chador, di India dan Pakistan disebut pardeh, di Libya milayat, di Irak abaya, di
Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut hijab.
Pada tahun 1983 perdebatan tentang penggunaan "jilbab" disekolah antara Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Noegroho Notosoesanto yang kemudian direspon oleh MUI,
masih menggunakan kata kerudung. Noegroho menyatakan bahwa pelajar yang karena suatu
alasan merasa harus memakai kerudung, pemerintah akan membantunya pindah ke sekolah
yang seragamnya memakai kerudung. Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga
mengadakan pertemuan khusus dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan menegaskan
bahwa seragam harus sama bagi semua orang berkaitan dengan peraturannya, karena bila
tidak sama berarti bukan seragam.
2
Di Indonesia, kemudian penggunaan kata "jilbab" digunakan secara luas sebagai
busana kerudung yang menutupi sebagaian kepala perempuan (rambut dan leher) yang
dirangkai dengan baju yang menutupi tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Dimana kriteria
jilbab yang benar harus menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak. Dan
pakaianpun itu seharusnya tidak tipis, tidak ketat sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh,
tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan
pakaian untuk mencari popularitas.
Menutup aurat bagi perempuan muslim adalah wajib hukumnya. Aurat adalah bagian
tubuh yang terlarang bila dilihat orang lain yang bukan mukhrimnya dan tubuh perempuan
yang boleh terlihat hanya muka dan pergelangan tangan hingga jari-jari saja. Untuk menutup
aurat bagian kepala salah satunya yaitu jilbab. Jilbab yaitu kain yang digunakan para
perempuan untuk menutup bagian kepala, rambut, hingga leher. Dengan menggunakan jilbab
ini maka kepala dan rambut perempuan akan tertutup. Muslimah yang taat akan agama Islam
itu mereka akan melakukan sesuatu yang diajarkan oleh agamanya salah satunya yaitu
menutup aurat dengan berjilbab. Jilbab dalam Islam merupakan sebuah sistem nilai dan sosial
masyarakat Muslim.
Pada awalnya belum banyak wanita muslim yang mengenakan jilbab khususnya di
Indonesia, mungkin hanya sebagian wanita saja yang mengenakannya, diantaranya mereka
yang menuntut ilmu disuatu pesantren ataupun sekolah yayasan Islam saja. Berjilbab saat itu
dianggap para perempuan sebagai sesuatu yang aneh, tidak modis, tidak flexibel bahkan
kampungan. Model jilbab dan baju muslim pada saat itu tidak banyak dan tidak beragam
sehingga membuat para wanita muslim enggan mengenakan jilbab. Apalagi para remaja-
remaja perempuan mereka jarang mengenakan jilbab dan lebih senang dan percaya diri
dengan tidak mengenakan jilbab. Akan tetapi seiring perkembangan zaman perkembangan
jilbab mulai tumbuh di kalangan perempuan yang mengenakannya khususnya para remaja
3
perempuan, mereka merasa nyaman dan percaya diri dengan mengenakan jilbab, bisa kita
lihat banyaknya mahasiswi mengenakan jilbab saat kuliah.
Pemakaian jilbab yang dahulu sebagai paksaan bila dikenakan oleh para perempuan
muslim khususnya remaja akan tetapi lambat laun keberadaan jilbab mengalami perubahan.
Jilbab yang diidentikkan dengan sesuatu yang tidak modern dan jilbab merupakan suatu
kearifan seorang perempuan sebagai orang yang menggunakannya pada saat itu. Jilbab
merupakan simbol agama Islam bahwa mereka adalah perempuan muslim, akan tetapi
sekarang pandangan masyarakat khususnya remaja perempuan muslim berubah, penggunaan
jilbab dikenakan bukan karena sebagai simbol agama Islam akan tetapi sebagai lifestyle
apalagi dikalangan mahasiswi saat ini, keberadaan jilbab itu tidak terlepas dari para public
figure di indonesia itu sendiri, para perancang jilbab pertama kali memasarkan jilbabnya pada
para public figure alhasil para public figure itu akan terlihat cantik modis walaupun memakai
jilbab (menutup aurat), hal inilah yang menjadikan para muslimah untuk mengenakan jilbab
untuk menunjang tampilannya seperti para artis-artis, agar terlihat cantik.
Dalam industri mode pakaian, pakaian perempuanlah yang paling cepat berubah dan
banyak variannya dibandingkan dengan model pakaian para pria. Di Indonesia sendiri, sangat
pesat pertumbuhan pakaian perempuan apalagi sepuluh tahun terakhir ini salah satunya
munculnya jilbab dengan berbagai varian dan model setiap saat berganti. Model jilbab yang
mengalami kemajuan dalam hal bentuk, model dan gaya sangat varian sebagai penunjang
penampilan para perempuan muslim.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan jilbab saat ini diantaranya yaitu
keberadaan tayangan di televisi seperti sinetron di Indonesia saat ini yang para pemain
sinetronnya mengenakan jilbab terlihat modis dan terlihat cantik, itulah yang menyebabkan
para kaum hawa khususnya anak muda untuk meniru model yang dikenakan oleh para artis.
4
Media massa dan perkembangan teknologi yang mutakhir membuat para mahasiswa
ini mendapatkan model berjilbabnya. Bisa dilihat gaya mereka berjilbab meniru para public
figure yang sering terlihat di layar kaca televisi, internet ataupun majalah muslim dan jilbab
seperti model jilbab yang dikenakan oleh para artis. Dan artis inilah yang merupakan trend
setter para remaja. Ketika artis marak berjilbab, mempunyai dampak positif semakin banyak
perempuan yang memakai jilbab karena artis telah menjadi public figure dan idola
masyarakat. Model jilbab yang dikenakan para public figure tersebut banyak ditiru dan ikut
dikenakan oleh banyak kelompok remaja dan mahasiswi. Model jilbab yang ditampilkan para
artis yang inovatif,modis dan trendy itu memacu para khalayak atau masyarakat ingin
menirunya. Dengan mereka meniru para public figure ini mereka bisa disebut sebagai orang
yang gaul karena selalu mengikuti perkembangan model saat ini. ’’Jilbab gaul’’ adalah
ekspresi generasi muda yang menuntut kebebasan dalam berpakaian, para perempuan Islam
yang ingin mengikuti ajaran agama dengan mengenakan jilbab tetapi juga tetap ingin
mengikuti perkembangan zaman (tren mode) dengan mempopulerkan model ’’jilbab gaul’’
tersebut. Peran media sangat berpengaruh dalam perkembangan model jilbab tersebut karena
bisa dilihat mereka banyak yang meniru model jilbab yang dikenakan oleh para artis.
Adanya Perguruan tinggi swasta Islam yang mewajibkan para mahasiswi untuk
mengenakan jilbab inilah yang memicu perkembangan model jilbab itu sendiri dikalangan
Kampus ,dengan banyaknya mahasiwa yang sebelum masuk di kampus ini tidak mengenakan
jilbab akan tetapi sekarang mereka mengenakan jilbab dalam kesehariannya di Kampus
karena sudah menjadi aturan, maka dari itulah mereka berlomba-lomba mengenakan jilbab
yang lagi trend saat ini dengan gaya yang up to date. Dengan model dan gaya jilbab yang
dikenakan untuk menutup kepalanya agar terlihat modis dan trendy, maka mereka akan
merasa percaya diri bila mengenakannya. Bentuk daripada model jilbab yang dikenakan dan
5
ditampilkan oleh para mahasiswa itu sendiri menunjukkan suatu identitas diri orang yang
mengenakannya.
Pesatnya laju pertumbuh gaya berpakaian saat ini, tampilan luar seseorang itu
memiliki nilai tertinggi dalam segala penampilan. Salah satunya yaitu penampilan para
mahasiswi mengenakan jilbab, karena bagi kaum perempuan muslim untuk menunjukkan
identitas dirinya ditunjukkan dengan pemakaian jilbab yang mengikuti mode saat ini. Oleh
karena itu, untuk dapat berpenampilan yang cantik itulah perempuan remaja mengkonsumsi
jilbab yang secara tidak langsung dapat membentuk gaya hidup tersendiri bagi mereka.
Meskipun dorongan agama yang paling banyak menjadi alasan yang utama untuk
mengenakan jilbab akan tetapi dorongan untuk cantik itu lebih besar yaitu jilbab bisa
dijadikan salah satu penunjang fisik dari seorang perempuan . Hal ini disebabkan karena
jilbab itu tidak memiliki bentuk yang tetap, apalagi tunggal. Jadi jilbab bukan lagi semata-
mata simbol dan kewajiban agama tetapi sebagai lifestyle.
Di lingkungan Kampus swasta Islam itu sendiri, setiap mahasiswi yang mengenakan
jilbab itu mempunyai gaya tersendiri yang menurut mereka cocok dengan mereka. Jilbab
yang dikenakan dianggap mode tersendiri untuk berpenampilan modis di Kampus. Bahkan
diantara mereka itu bisa menemukan mode tersendiri atau meniru para model jilbab seperti
artis yang sedang trendy dan hal ini bisa membedakan antara mahasiswi satu dengan yang
lainnya. Hal ini bisa menimbulkan terjadinya persaingan diantara para mahasiswi untuk
berpenampilan modis dengan “jilbab gaul” nya tersebut.
Di Perguruan tinggi swasta Islam ini, para mahasiwinya sangat mengikuti model
dalam berpakaian yaitu berjilbab. Pada saat ini mereka banyak yang meniru para public
figure, gejolak para mahasiswi muda yang belum mempunyai tanggung jawab, membuat
mereka membeli barang-barang yang lagi trendy saat ini tak kecuali jilbab, bisa kita lihat saat
6
ini keberadaan jilbab ini yang telah memasyarakat bagi para kaum muslimah dan perempuan
dan mahasiswi sebagai objek konsumsinya, para mahasiswi yang mengenakan jilbab selalu
ingin menampilkan penampilan jilbab yang modis dan trendy dan mengikuti perkembangan
pada saat ini. Seiring dengan pesatnya perkembangan model berjilbab ini bagi kaum hawa
muslim jilbab dijadikan sebagai gaya hidup bagi para remaja, kaum hawa dan mahasiswi.
Banyaknya model jilbab yang ditampilkan oleh para public figure yang ditiru oleh
para kelompok remaja atau mahasiswi ini, menunjukkan identitas diri bagi mereka. Memakai
jilbab seperti jilbab yang dikenakan oleh para public figure ini menunjukkan jiwa pada
dirinya dan agar mereka diakui keberadaannya. Suatu gaya yang mulai menjadi modus
keberadaan manusia modern, dimana orang yang bergaya salah satu dalam berpenampilan
jilbab akan lebih bisa memperlihatkan identitas mereka.
Maraknya pemakaian jilbab selebritis dikalangan mahasiswi di lingkungan kampus
itu, menjadikan jilbab yang dikenakan biasanya adalah jilbab yang lagi nge-trend pada saat
ini dikalangan anak muda yang sering disebut “jilbab gaul”, para mahasiswi yang
mengenakan jilbab tersebut seperti tidak begitu memperhatikan aturan dan akidah pemakaian
jilbab yang telah diatur dalam Al-Quran akan tetapi mereka langsung memakai saja tidak
melihat apakah jilbab yang dikenakan itu sesuai akidahnya, dan bisa dikatakan mereka
semata-mata memburu gaya saja.
Bisa saya lihat fenomena yang menonjol saat ini pada kelompok remaja dan para
mahasiswi dimana jilbab seharusnya digunakan karena untuk menutup aurat akan tetapi saat
ini dijadikan sebagai lifestyle. Keberadaan jilbab juga tak lepas dari pengaruh fashion,
sehinnga jilbab saat ini menjadi mode bagi para mahasiswi. Warna,corak, bahan ,dan
modelnya saat ini yang bervariasi menjadi daya tarik sendiri untuk para perempuan untuk
mengenakannya. Bahkan saat ini nama model jilbab diambil dari para artis yang pertama
7
kali mempopulerkan model jilbab tersebut. Hal inilah yang menyebabkan para mahasiswi
mulai mengikuti trend berjilbab layaknya para selebritis di Indonesia.
Pada saat ini menjamurnya toko busana muslim di Yogyakarta ikut memudahkan
para mahasiswi untuk memiliki jilbab selebritis tersebut. Di Jogja saja banyak toko yang
menjual jilbab dengan harga yang terjangkau hanya puluhan ribu saja bisa ditemui di pasar
Beringharjo. Keadaan inilah semakin memanjakan para mahasiswi untuk tampil lebih tren
dan modis dengan biaya yang relatif murah.
Jilbab yang dahulu hanya dipakai oleh segelintir wanita muslim saja akan tetapi
lambat laun keberadaan jilbab saat ini justru mencapai status elitis dan modis ketika para artis
berbondong-bondong mengenakannya. Dan banyaknya masyarakat yang menirunya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa jilbab selebritis populer dan faktor apa yang membangun popularitas jilbab
selebritis di kalangan mahasiswi ekonomi UMY?
2. Identitas apa yang terbentuk ketika mengimitasi jilbab selebritis?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui budaya populer jilbab selebritis dikalangan mahasiswi Fakultas Ekonomi
UMY
2. Mengetahui faktor-faktor yang turut membentuk konstruksi jilbab selebritis.
3. Mengetahui pembentukan identitas dikalangan mahasiswi
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang sosial
mengenai dinamika kehidupan dan perilaku para mahasiswi di lingkungan Kampus UMY
8
(Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti
masalah yang sama. Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam
mengadakan penelitian, serta sebagai sarana pembuktian antara teori yang ada dengan
kenyataan di lapangan. Dari perspektif teoritis penelitian ini akan menambah pengetahuan
tentang fenomena jilbab selebritis di lingkungan Fakultas Ekonomi UMY saat ini.
Disamping itu penelitian ini ditujukan agar menambah referensi akademis yang bisa
digunakan oleh para peneliti yang memiliki ketertarikan pada masalah yang serupa.
E. TINJAUAN PUSTAKA
a. Jilbab dan Cara Berpakaian
Menurut Lisanul Arab secara etimologi (dalam kamus standar dalam Bahasa Arab,
kamus besar bahasa Indonesia, 1990) Jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang
dipakai wanitauntuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya. Sedangkan Al
Mu'jamal-Wasit, Jilbab berarti pakaian yang dalam (gamis) atau selendang (khimar), atau
pakaian untuk melapisi segenap pakaian wanita bagian luar untukmenutupi semua tubuh
seperti halnya mantel. Sementara kerudung sendiri di dalam Al Qur'an disebut dengan istilah
khumur, sebagaimana terdapat pada surat An Nuur ayat 31.
Dengan tema yang peneliti angkat, adapun tinjauan pustaka yang ditampilkan diantaranya,
Cecile Laborde dalam kutipan skripsi berjudul “Female Autonomy, Education and the Hijab”
memberikan pemikirannya menjadi tiga bagian, dimana bagian pertama menetapkan sebuah
republik perfeksionis kasus untuk larangan dalam berjilbab, berdasarkan asumsi pencerahan
tentang progresif sekuler rasionalisme, otonomi untuk pendidikan, dan kritik dari pra-
modern, patriarkal dengan sifat Islam. Bagian kedua tunggangan respon kritis, yang menolak
republik paternalisme dan menghubungkan wawasan dari sosiologi pasca-modern agama
9
dengan radikal feminis teori badan perempuan. Pada bagian ketiga, ia menunjukkan bahwa
kedua argumen, bahkan pada interpretasi yang paling simpatik hadir di sini, adalah cacat.
Cecile berpendapat bahwa meskipun larangan pada jilbab tidak dapat dibenarkan, republiken
benar-benar khawatir tentang bahaya dominasi dalam masyarakat sipil. Cecile kemudian
berangkat dari teori 'republik kritis' non-dominasi yang menghindari perangkap paternalisme
tanpa koersif, bagaimanapun, meninggalkan individu tanpa bantuan dalam menghadapi
dominasi.
Ismail Machfud (Fenomena Jilbab Funky, 1998) “Fenomena Jilbab Funky (Sebuah
Kajian Terhadap Penggunaan Jilbab Funky di Kalangan Mahasiswa Fakultas Agama
Islam-Universitas Muhammadiyah Malang)”, dari hasil penelitian tersebut, diketahui
bahwa pertama, dikalangan mahasiswi FAI terdapat tiga macam jenis jilbab, yaitu, jilbab
besar, jilbab standart dan jilbab funky. Namun, jenis kedua adalah yang terbanyak di antara
peminatnya di kalangan mahasiswi FAI. Kedua, faktor yang menyebabkan mahasiswi
gemar menggunakan jenis jilbab funky adalah a) ingin tampak modis, b) mencari
kepraktisan dalam menggunakan jilbab, c) mengikuti trend (perkembangan jenis busana
modern) dari ketiga faktor tersebut, ternyata yang menjadi latar belakang utama mahasiswi
menggunakan jilbab funky adalah karena kurangnya wawasan keagamaan dan pengaruh
keluarga, lingkungan, budaya serta media massa. Ketiga, latar belakang mahasiswi yang
menggunakan jilbab funky tidak semua berlatar belakang pendidikan umum, namun
banyak dari mereka berlatar belakang pendidikan keagamaan (pesantren), hal ini penulis
ketahui dari delapan orang mahasiswi yang menjadi informan. Kedelapan mahasiswi
pengguna jilbab funky tersebut diketahui kelima mahasiswi berlatar belakang pendidikan
Keagamaan (pesantren), dan ketiga mahasiswi lainnya adalah mahasiswi yang berlatar
belakang pendidikan umum. Dari ketiga pembahasan diatas penulis simpulkan bahwa
pendidikan prakuliah baik pendidikan keagamaan maupun umum, tidak menjadi pengaruh
10
dalam penggunaan jilbab funky (gaul) dikalangan mahasiswi fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Malang.
b. Mahasiswi dan Lifestyle masa kini
Chaney(1996) dalam bukunya ‘Lifestyle-sebuah pengantar komprehensif’
menjelaskan bahwa gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam penggunaan, pemahaman,
atau penghargaan artefak – artefak budaya material untuk menegosiasikan permainan
kriteria status dalam konteks sosial yang tidak diketahui namanya. Gaya hidup selanjutnya
merupakan cara-cara terpola dan menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-
hari dengan nilai sosial atau simbolik, ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara
bermain dengan identitas.
c. Public Figure dan artis dengan Gaya Berjilbab Mahasisiwi
Artis adalah sesorang yang melibatkan dirinya dalam bidang seni. bisa seni suara, seni
tari, seni lukis, dan seni-seni lainnya yang memiliki nilai-nilai positif bagi pelakon dan
penikmat seni tersebut. walaupun seni memiliki makna yang luas, tetap saja seni dibatasi
dengan budaya dan keadaan dimana seni itu tumbuh dan berkembang. Sehingga bisa saja
seni, suatu daerah tidak pantas untuk diterapkan di daerah lainnya, hal ini tidak menutup
kemungkinan bahwa ada juga sebagian yang pantas.
Publik figur sendiri adalah seseorang yang menjadi panutan, contoh, suri tauladan,
tentu saja dalam hal yang positif, bagi orang yang melihat,mengagumi dan
menghormatinnya. sehinnga sebagai suri teladan sebagai panutan dan sebagai contoh
seorang publik figur harus dapat berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur,
mengikuti norma-norma yang berlaku dimana ia bermasyarakat.
11
Ketika seorang artis yang terekspose media dan banyak ditonton orang berpakaian
menarik dengan modifikasi dari cara berpakaian dan menadopsi cara berpakaian orang-
orang arab dan dikembangkan menurut kreatifitas mereka msing-masing dan karena artis
selalu muncul di televisi dan kemudian cara berpakaianya menjadi trend tersendiri
terutama dikalangan mahasiswi. Tak berbeda jauh seorang public figure yang sebagai
contoh dan suri tauladan yang memberikan contoh-contoh kebaikan kemudian
menginspirasi perempuan untuk berpakaian seperti dirinya dengan berbagai alasan yang
mendukung seseorang semakin mengagumi sosok idolanya. Cara berpakaian seorang
ustad perempuan dan artis-artis yang di adopsi oleh mahasiswi-mahasiswi dalam berjilbab
kemudia menjadi trend bagaimana pencitraanya apakan seorang artis belum tentu seorang
pulic figure.
d. Trend dan Trendsetter Mahasiswi
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta. Sedangkan trendsetter sendiri adalah merupakan frase
yang digunakan untuk mendefinisikan seseorang yang menjadi panutan dalam hal tertentu,
karena keunikan dan kreatifitasnya, sehingga selalu membuat terobosan (breakthrough) di
tengah kemapanan yang ada. Walaupun trendsetter memiliki arti luas dan bidang yang
bermacam-macam (fashion/mode, gudget, information technology, automotif, dll),
biasanya frasa ini dipergunakan dalam hal mode atau fashion, dan lebih spesifik lagi
dalam lingkungan kaum perempuan. Kita lihat pesohor-pesohor negeri ini yang kadang
membawa mode cara berdandan yang unik, yang kemudian ditiru oleh sebagian besar
masyarakat, misalnya Maia Ahmad (Dengan model rambut bob-panjang depan), Agnes
Monica (dengan kaos kedombrangan ala 80-an-celana pendek atau potongan rambut
harajuku-nya) dan sebagainya. Namun, ternyata untuk menjadi trendsetter, Anda tidak
perlu harus menjadi pesohor terlebih dahulu. Karena Anda pun bisa menjadi trendsetter di
12
lingkungan Anda seperti, kampus, tempat kerja, teman-temang satu gank, atau bahkan
dalam lingkungan keluarga. Bahkan trendsetter berjilbab kini juga sedang menjamur dan
banyak perempuan muda mengikuti bahkan jadi trendsetter berjilbab mereka berusaha
berpakaian unik tetapi tetap menutup auratnya akan tetapi perkembanganya makna
berjilbab yang sebenarnya bergeser demi trend dan menjadi trendsetter.
e. Fashion dan Substansi pada Mahasiswi Masa Kini
Fashion telah lama menjadi bagian dari hidup manusia. Yang perlu diupayakan
adalah menjadikan fashion sebagai alat untuk mengekspresikan substansi diri. Fashion
adalah medium ekspresi sekaligus sebagai alat untuk menangkap esensi diri. Di sisi lain
fashion adalah simbol dari dilema. Banyak aspek yang bertentangan hidup di dalamnya.
Fashion adalah pencipta sekaligus pemecah kepastian identitas. Fashion adalah simbol
kebebasan sekaligus tanggung jawab yang mengikat dengan batas. Fashion menawarkan
kebaruan yang tak pernah sungguh baru.
Fashion atau mode adalah hal yang slalu nampak di permukaan, selain itu fashion
juga mencerminkan sesuatu yang lebih dalam, yakni praktek-praktek sosial yang sedang
diterima oleh masyarakat pada suatu waktu dan tempat tertentu. Di dalamnya berunsur
cara atau seni berpakaian, aksesoris, sampai dengan sepatu. Lebih dalam dari itu, fashion
mencerminkan semangat dari suatu jaman tertentu.
Apa yang kita pakai mencerminkan siapa kita merupakan hal yang mendasar dari
fashion kita dalam berpakaian. Apa yang kita pakai mencerminkan jiwa kita. Selera kita
mencerminkan ‘bahasa’ yang kita yakini. Dan apa yang kita yakini mempengaruhi
tindakan maupun keputusan yang kita buat. Fashion sebagai industri tidak bisa secara
elitis menentukan apa yang menjadi ‘jiwa’ masyarakat. Fashion harus muncul dari
sanubari masyarakat itu sendiri. Jika ini terjadi maka fashion sungguh merupakan
13
cerminan dari kedalaman diri. Inilah yang saya sebut sebagai fashion dengan substansi.
Fashion dengan substansi adalah fashion yang berusaha menangkap jiwa penggunanya.
Fashion atau mode menjadi sarana bagi orang untuk mencipta identitas diri seutuhnya.
Mereka menemukan kenyamanan di dalamnya. Fashion diciptakan sekaligus menciptakan
manusia yang membuatnya.
Maka di masa depan, fashion bukanlah sekedar industri, melainkan medium untuk
mengenali dan menyalurkan hasrat manusia. Dan karena hasrat manusia begitu beragam,
maka fashion pun juga merupakan perayaan keberagaman. Ketika dunia dihimpit
fundamentalisme sempit, fashion bisa memberikan contoh tata kelola keberagaman
peradaban. Fashion adalah simbol dari pembebasan.
Keindahan yang ditawarkan fashion mampu menarik manusia dari keterasingan
dirinya. Justru di tengah peradaban yang semakin rumit, fashion menemukan ruang-ruang
ekspresinya untuk membuat hidup semakin bermakna. Fashion menawarkan pembebasan
di tengah himpitan kerja dan tanggung jawab kehidupan. Ia memberikan warna ketika
dunia terasa buta dan hampa.
Fashion dan substansi yang ada cerminan identitas diri seorang perempuan berjilbab
akan terasa biasa ketika dia tetap pada syariat berjilbab yang ada. Tetapi dia akan
mendapatkan status lebih dengan memodifikasi jilbab mereka dan akan lebih menunjukan
identitas mereka dan berasal dari kelas sosial yang bagaimana. Adapun perbedaaan
berdasarkan apa yang ada dalam masyarakat tentang bagaimana seseorang memaknai
jilbab mereka,
1.
2. Ketitahuyanolehsanberlawdala
3. BenIsla
4. Hamen
Su
F. Keran
a. Media
L
penemua
sejatinya
Ji
ika zaman daun delapan p
ng mengenakh setiap oran
ntun dalam rsikap, salaluwan jenis, dan
am batin.
ntuk keyakinam.
anya perempnggunakanya
umber : www
ngka Teorit
Massa dan M
Lebih lanjut
an-penemuan
a sebuah pen
Jilbab Dulu
lbab Dulu
ahulu contohnpuluhan ke bekan jilbab sanng. Memiliki
berbicara, u menahan pn memiliki aur
nan batin me
uan tertentua.
.indojilbab.co
ik
Masyarakat
pembahasa
n penelitian
ncitraan me
u dan Sekara
nya saja di erelakang, oranngat dihorma banyak ilmusopan dalamandangan dara tersendiri d
emeluk agam
u yang beran
om, definisi ji
Simulasi
an ini, didu
n. Seperti h
erupakan ba
Tabel. I
ang (Makna
ra ng ati u, m
ari di
ma
ni
1.
2. Namukeruddiartikerud
3. Hanyanut.
4. Saat berbatelah maya
5. Mahamengmengberga
ilbab dalam a
ukung teori
halnya teori
gian atau s
dan Cara Pe
Jilbab
un, jilbab ddung (khimakan dalam
dung yang tid
ya sebagai si
ini, kerudagai macam
hangat dibica maupun ling
asiswi atau ggunakan jiggunakan jilbaya trendi.
al-quran dan ji
i tambahan
Baudrillard
alah satu m
emakaian )
b Sekarang
di sini diarar). Khimarbahasa indoak lebar dan t
imbol dari a
dung dimodipernak-perni
carakan di kgkungan fakta
remaja pereilbab karenbab tetap b
ilbab zaman s
yang akan
d (1993) te
model dari s
1
rtikan sebagr yang biasonesia sebagtidak panjang
gama yang
iskan dengaik mode yankalangan duna.
empuan banyna meskipuisa gaul ata
sekarang
n mendukun
entang bahw
simulasi yan
14
gai sa
gai g.
di
an ng nia
ya un au
ng
wa
ng
15
dimaksudkan oleh Baudrillard. Sebagaimana yang juga dinyatakan oleh Yasraf Amir Piliang
(hantu-hantu politik dan matinya sosial, 2003: 134) bahwa simulasi adalah citra tanpa
referensi (suatu simulacrum). Simulakrum sendiri dapat dipahami sebagai sebuah cara
pemenuhan kebutuhan masyarakat modern atas tanda (Piliang, 2003: 134), atau penampakan
yang menyatakan diri sebagai realitas (Petit Robert dalam Haryatmoko, 2010: 23).
Baudrillard (simulacra and simulacrum, yasraf amir pailing.1983) sendiri menggunakan
simulasi untuk membandingkan sebuah model dengan realitas, yang mana hal tersebut
dilakukan atau dibuat berdasarkan hasil acak dari model yang dibandingkan (atau lebih
tepatnya direpresentasikan) dengan realitas itu sendiri. Simulasi Inilah masyarakat yang
hidup dengan silang-sengkarut kode, tanda, dan model yang diatur sebagai produksi dan
reproduksi dalam sebuah simulacra (Lechte, 1994: 235). Simulacra adalah ruang dimana
mekanisme simulasi berlangsung dan ada tiga macam yaitu pertama, simulacra yang
berlangsung semenjak era Renaisans hingga permulaan Revolusi Industri. Simulacra pada
tingkatan ini merupakan representasi dari relasi alamiah berbagai unsur kehidupan. Kedua,
simulacra yang berlangsung seiring dengan perkembangan era industrialisasi Baudrillard
menunjukkan bahwa citra yang sampai pada masyarakat modern telah mensimulasi (atau
lebih tepatnya memanipulasi) pandangan masyarakat itu sendiri atas realitas yang terjadi di
sekitarnya. Artinya bahwa masyarakat telah terpengaruhi oleh media sehingga apa yang ada
disekitarnya menjadi tampak tak ada bedanya dengan apa yang ada di media sehingga citra
media tentang perempuan berjilbab nampak tak ada bedanya dengan apa yang biasa orang
kenakan di kehidupan nyata. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya berpakaian seseorang
secara spesifik memiliki penjabaran teoritisnya sendiri-sendiri. Penjelasan–penjelasan atas
teori tersebut kemudian menjadi sub-bab pembahasan pada bab 3.
Media massa sejalan dengan sifat dasarnya adalah institusi media yang memproduksi
dan penyedia informasi memang sedikit banyak akan terlibat dalam proses perubahan
16
masyarakat, di antaranya ketika dalam masyarakat mengalami semacam transformasi
identitas sosial baik yang terjadi pada individu maupun dalam masyarakat keseluruhannya.
Tentu saja di sini media massa bukanlah satu-satunya faktor yang menggerakkan perubahan
tersebut. Disamping faktor-faktor lain yang demikian kompleks, media massa hanyalah salah
satu agent yang turut memainkan peranan tertentu dalam suatu perubahan masyaraka
Tabel .II
Peran media, gaya perempuan berjilbab dan konsumerisme
Sumber tabel 2 :. http://www.bimbingan.org/proses-komunikasi-massa.htm
Berdasarkan ilustrasi di atas remaja perempuan tidak dapat lepas dari pengaruh media
massa, khususnya majalah, televisi dan internet. Remaja cenderung ingin tahu dan juga
mencari informasi tentang hal-hal yang diminatinya. Berdasarkan pengamatan penulis
terhadap majalah-majalah yang beredar diperuntukkan untuk segmen remaja, kebanyakan
merupakan majalah fashion dan musik. Majalah-majalah fashion dan musik adalah majalah
yang paling populer di kalangan remaja perempuan, dan sebagian besar majalah tersebut
diakses oleh remaja perempuan. Majalah mengkronstruksikan budaya-budaya tertentu yang
dianggap ideal dan budaya tersebut diamini oleh pembacanya. Pembaca majalah merupakan
audiens pasif sehingga mereka cenderung untuk menerima teks-teks yang tersaji di majalah.
Hal ini terutama disebabkan karena tujuan sebagian besar orang membaca majalah untuk
Industri jilbab selebriti
Media (tv, majalah, tabloid, dll)
Public figure (artis dan selebritis
Penonton atau Masyarakat konsumtif
Style jilbab atau gaya berjilbab
Media (tv, majalah, tabloid, dll)
17
memperoleh informasi tertentu, informasi itu kemudian menjadi knowledge mereka.
Berdasarkan pengamatan penulis juga, majalah remaja dan fashion biasanya memuat tips-tips
yang berkaitan dengan kecantikan, pergaulan dan fashion. Teks-teks tersebut tidak hanya
informatif, tetapi juga persuasif.
Pengaruh public figure bagi masyarakat konsumerisme dalam hal ini cara mereka
berpakaian dengan mnggunakan jilbab telah mengkonstruksi mereka dalam hal berpakaian,
ada beberapa contoh artis atau selebritis yang membawa pengaruh dari pengaruh yang ada
kemudian merekapun mengimitasi gaya mereka berpakaian sehingga sampai kepada
msyarakat dengan gaya jilbab mereka yng menunjukan ciri khas mereka sebagai contoh gaya
jilbab aktris atau selebritis marshanda dia mnjadikan gaya jilbab segi empat dengan dalaman
bandana atau bando sebagai ciri khasnya dalam menggunakan jilbab selain itu gaya
femininnya dengan memadu padankan warna jilbab dengan pakainya pastinya menjadi
pelengkap ciri khasnya dalam menggunakan jilbab, selain itu zaskia mecca yang seorang
selebritis juga mempunya ciri sendiri meskipun ciri tersebut tidak terlalu menonjol, gaya
zaskia dalam berjilbab lebih sering menggunakan jilbab simpel atau ninja dengan padu padan
jilbab paris atau kadang pilihan jilbab zaskia cenderung jilbab langsung pake dengan model
sendiri tanpa menggunakan jarum atau hiasan lain dan pakaian yang sedikit dengan warna-
warna muda dan cenderung terlihat santai. Kemudian bagi masyarakat konsumerisme gaya
pakaian yang mereka tiru akan menjadi identitas diri di lingkungan sosial mereka.
Biasanya artikel- artikel menurut Barnard Malcolm yang berisi informasi tentang
tokoh, tempat, review buku dan makanan juga menjadi isi majalah. Gambar-gambar yang
tersaji dalam majalah remaja dan fashion juga menarik sehingga membuat pembacanya
masuk ke imaji tertentu yang mereka anggap indah. Fotografi fashion tidak diragukan lagi
berperan sebagai pemasok utama citra dan menjadi salah satu media paling kuat dalam
menciptakan dan mengkomunikasikan citra laki-laki dan perempuan. Foto-foto dalam
18
majalah itu mendorong para perempuan untuk mebayangkan seperti apa mereka terlhat di
mata laki-laki, dalam situasi seperti ini dan dengan pakaian itu, tanpa berniat berbuat dalam
dirinya pada situasi pakaian itu.
b. Gaya Hidup (postmodern)
Terminologi seperti information revolution, globalization, postmodern society mulai
menjadi wacana-wacana intelektual yang menarik pasca penemuan komputer dan teknologi
digital ini. Hubungan sosial ataupun interaksi di dalam masyarakat berubah total dari
sebelumnya. Dengan adanya perkembangan new media, baru-baru ini interaksi sosial
berpindah dari tempat-tempat yang real menjadi tempat-tempat yang semu atau maya.
Dampak Globalisasi yang melukiskan keterkaitan dan ketergantungan antar manusia di dunia
melalui perdagangan, investasi, budaya populer, dan bentuk interaksi lain sehingga batas-
batas suatu negara menjadi relatif. Hal ini digambarkan Anthony Giddens, bahwasanya
mayoritas umat manusia menyadari sebenarnya setiap individu turut ambil bagian dalam
dunia yang harus berubah tanpa terkendali, yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan
terhadap hal yang sama, perubahan, ketidakpastian dan realita sosial yang mungkin terjadi.
Mcluhan, ahli komunikasi, membahasakan dunia menjadi sebuah global village, sebuah desa
global. Dimana semua masyarakat manusia dibuat untuk menjadi sebuah masyarakat global.
Namun, desa identik dengan tradisi yang kuat padahal era global ini membuat manusia tidak
memiliki tradisi mapan, melainkan menjadi village massif yang telah kehilangan kohesi sosial
dan ideologi. Dalam konteks ini, Jean Baudrillard (Strinati, 2010 : 14) melukiskan situasi ini
sebagai implosion, dengan perkembangan media baik media massa, elektronik, dan new
media, semuanya telah menyatukan manusia kemudian membiarkannya meledak kedalam
batas-batas geografis bangsa, ideologi, kelas, yang cair dan luluh begitu saja. Masyarakat
menjadi penuh ketidakpastian tanpa identitas yang jelas dan kuat. Masyarakat ini dapat
disebut sebagai masyarakat postmodern, masyarakat yang terlahir pasca modernisasi,
19
masyarakat post-industrial society. Masyarakat yang tidak lagi mencintai reasoning,
masyarakat yang meyakini kebenaran itu tidaklah mutlak namun kebenaran dapat diciptakan
secara personal dan relatif, masyarakat yang skeptis, masyarakat yang melahirkan
spiritualitas baru, masyarakat yang unik karena erat kaitannya dengan media.
Dalam perkembanganya di lingkungan pendidikan bahwa mahasiswi mulai
terpengaruhi dengan hadirnya media seperti yang dikatakan Baudrillard media membuat
konstruksi baru atau dalam teori postmo mereka terjadi dekonstruksi dengan merambahnya
gaya hidup mewah dengan pengaruh media pada mahasiswi. Gaya berpakaian yang glamaour
seperti mereka yang berprofesi sebagai selebritis. Mereka menjadi satu dan membentuk
sebuah cara berpakain atau gaya berpakaian ala mereka
c. Identitas
Sebagaimana pakaian pada umumnya, maka jilbab juga memiliki fungsi yang sama.
Menurut J.Erkelens dkk, pakaian adalah suatu penanda yang paling jelas dari sekian banyak
penanda penampilan luar, dengan apa orang membedakan diri mereka dari orang lain dan
pada gilirannya diidentifikasikan sebagai sebuah kelompok tertentu (Nordhold, 1997: 57).
Giddens sendiri berpendapat bahwa komodifikasi kedirian (selfhood), melalui genre-genre
narasi media (media narratives), begitu pula strategi-strategi pemasaran, menekankan gaya
pada biaya investasi makna personal ( Chaney, 1996: 14). Suatu gaya hidup adalah sebuah
identitas diri bagi seseorang, dalam hal berbusana khususnya berjilbab, orang yang
mengenakan “jilbab gaul” ala artis bisa mebuat penampilan seseorang menonjol dan
menjadikan suatu identitas bagi dirinya, karena mereka bisa meniru berjilbab ala para artis,
disamping itu mereka para pengguna “jilbab gaul” tersebut mendapatkan cap atau label
sebagai anak gaul karena mereka telah mengikuti trend yang lagi in saat ini.
20
Identitas diri dan perilaku individu seseorang dipengaruhi dengan adanya interaksi
atau proses yang secara terus-menerus dengan lingkungan yang ada dengan unsur-unsur yang
ada seperti unsur budaya, sosial, produksi, dan adanya distribusi. Salah satu pencetus teori
identitas adalah Sheldon Styker (1980). Teori memusatkan perhatiannya pada hubungan
saling mempengaruhi diantara individu dengan struktur sosial yang lebih besar lagi
(masyarakat). Individu dan masyarakat dipandang sebagai dua sisi dari satu mata uang.
Seseorang dibentuk oleh interaksi, namun struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini
Styker tampaknya setuju dengan perspektif struktural, khususnya teori peran. Namun dia
juga memberi sedikit kritik terhadap teori peran yang menurutnya terlampau tidak peka
terhadap kreativitas individu. Identitas terbentuk karena adanya konstruksi sosial yang ada di
masyarakat. Identitas terbangun karena adanya suatu interkasionisme simbolik yang dija
dikan suatu pembeda antara satu dengan yang lainnya. Jilbab dijadikan sebagai identitas oleh
kaum muda jaman sekarang, jilbab bukan sekedar use value atau nilai guna dalam artian tidak
sekedar sebagai penutup aurat, melainkan sekarang ini sudah menjadi sign value atau nilai
tanda yang artinya sebagai identitas bagi pribadin atau sesuatu yang menunjukkan identitas
seseorang. Jilbab yang dulu sebagai simbol agama dan berfungsi untuk menutup aurat, namun
saat ini jilbab memiliki makna lain, hal ini karena adanya model jilbab yang dinilai baik dan
stylist sehingga banyak yang meniru. Pemakaian berbagai model jilbab juga akan
mempengaruhi suatu identitas, seseorang yang memakai jilbab dengan model apik akan
mendapatkan perhatian dan label sebagai orang yang peka terhadap fashion dan dicap sebagai
orang kalangan menengah keatas.
21
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena dimaksud untuk memperoleh
pemahaman dari fenomena sosial dengan pendekatan diskripsi-interpretatif. Untuk
mengetahui lingkup dari subyek penelitian sebagai sumber, tempat memperoleh
keterangan(fakta) maka dalam penelitian kualitatif digunakan penentuan satuan kajian (Lexy
J Moleong. Hal. 165). Satuan kajiannya adalah perseorangan yaitu mereka yang menjadi
bagian dari mahasiswi UMY. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metedologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah sosial.
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang
menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu keadaan
atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis
dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya.
Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu
terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk
menghasilkan dan menguji hipotesis. Sehinnga dapat dihasilkan hasil tentang mahasiswi
dengan jilbab bergaya seperti selebritis yang ada di UMY dapat dengan baik dan memperoleh
hasil penelitian yang mendalam.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi di UMY (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta) tepatnya terletak di jalan Lingkar Selatan Tamantirto Kasihan
Bantul Yogyakarta, pemilihan lokasi ini dikarenakan mahasiswi UMY yang diwajibkan
22
untuk mengenakan jilbab bila kuliah. Didasarkan pada sebuah fakta, dimana keberadaan
mahasiswi dalam suatu jurusan bisa mempengaruhi identitas diri mereka. Di UMY khususnya
mahasiswi Fakultas Ekonomi banyak ditemui mahasiswi yang mengenakan “jilbab gaul” ala
artis. UMY juga dipilih oleh penulis karena terdapatnya fenomena-fenomena yang dianggap
perlu dianalisis dalam kacamata sosiologi, dan UMY yang dekat dengan tempat tinggal
peneliti sehingga dapat mempermudah proses penelitian yang lebih dalam, dapat
meminimalisis biaya, waktu, dan tenaga dalam proses penelitian.
3.Teknik Pemilihan Informan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki kriteria khusus dalam pemilihan
informan, yang akan membantu peneliti dalam pengambilan data primer dan informasi.
Pemilihan informan ini ditujukan untuk memberikan batasan agar peneliti tidak keluar dari
batas yang dibahas. Peneliti lebih mengutamakan kualitas informasi daripada kuantitas
informasi. Jumlah informan yang tidak ditentukan sebelumnya, akan tetapi ditentukan disaat
terjun ke lapangan. Adapun informan atau subjek yang akan diteliti adalah Mahasiswi
Fakultas Ekonomi di UMY. Berdasarkan judul dan rumusan masalah, maka ada beberapa ciri
atau kriteria informan yang akan dibidik oleh penulis, antara lain : mahaisiswi yang
fashionable, mahasiswi fashionable dicirikan sebagai wanita yang berpakaian ala anak gaul
layaknya artis atau public figure, selalu mengikuti perkembangan trend dalam berbusana tak
terkecuali dalam hal berkerudung, senantiasa memakai model jilbab yang sedang in di
kalangan selebritis saat ini.
4.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder, data primer
diperoleh langsung dari lapangan, pengumpulan data secara primer ini dapat memberikan
gambaran mengenai keadaan serta dapat mengidentifikasi permasalahan serta menjawab
23
semua pertanyaan penelitian. Penggunaan data primer dalam penelitian sosial dapat
dikumpulkan dengan tiga cara yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data
sekunder bisa diperoleh diantaranya dari buku, catatan sipil, jurnal, internet.
a. Observasi
Observasi cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan secara langsung dan sistematis atas fenomena sosial yang akan diteliti.
Hasil pengamatan merupakan keadaan sebenarnya yang terjadi (riil) dari objek yang
diteliti. Peneliti melakukan observasi sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik dengan fenomena yang sedang diamati. Melalui observasi ini peneliti bisa
mempelajari mengenai fenomena sosial, khususnya fenomena mengenai model-model
“jilbab gaul” yang dikenakan oleh para mahasisiwi di Kampus UMY Fakultas
Ekonomi.
b. Wawancara
Wawancara sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara yang akan diteliti. Dengan kata lain,
wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau
pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Dalam penelitian ini wawancara
dilakukan untuk keperluan mengumpulkan informasi yang lengkap dan akurat. Oleh
karena itu, wawancara difokuskan untuk mencari sebuah pengungkapan atau wawasan
tentang pikiran atau sudut pandang yang menarik dan cukup bernilai untuk diketahui.
Sifat wawancara terstruktur dipandu interview guide, tergantung dari
informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi
yang dihadapi orang yang diwawancarai. Wawancara dapat dilakukan setiap individu
tanpa dibatasi oleh faktor usia, data yang diperoleh dari wawancara dapat langsung
diketahui obyektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka. Wawancara ini
24
dilakukan di UMY tepatnya di fakultas Ekonomi, tatap muka dengan 8 mahasiswi
sebagai informanya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang
menyediakan informasi tentang suatu subyek yang didasarkan pada catatan atau
dokumen-dokumen yang digunakan untuk melengkapi sebuah data yang diperlukan
dalam suatu penelitian. Dalam melakukan teknik dokumentasi, seorang peneliti
sebaiknya memegang prinsip-prinsip dokumentasi yaitu ; metode yang tepat,
keseimbangan jumlah dokumentasi, kesederhanaan dan desain yang sesuai.
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto dan hasil wawancara yang didapat dari
informan.
H. Teknis Analisis Data
Analisis data kualitatif meliputi proses reduksi data, penyajian data, serta penarikan
kesimpulan dan verifikasi ( Salim, 2006;22). Hal ini yang membedakannya dengan penelitian
kuantitatif. Dimana analisis dapat dilakukan tidak hanya setelah pengumpulan, namun juga
ketika pengumpulan data sedang berlangsung. Ditambah dengan sifat wawancara yang
mendalam, diharapkan informasi yang didapat akan lebih aktual dan terpercaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah pembahasan tentang imitasi jilbab selebritis
dikalangan mahasiswi, alasan senang meniru gaya para selebritis dalam hal berjilbab.
Pendekatan kualitatif merupakan teknik yang paling cocok untuk memahami dan
menjelaskan fenomena yang sedang diteliti. Adapun data yang diperoleh tidak semuanya
akan dipakai oleh peneliti hanya data yang relevan yang akan digunakan. Data diambil dari
para informan dengan teknik wawancara, setelah data terkumpul maka data diklasifikasikan
berdasarkan fokus penelitian. Setelah data terkumpul maka dianalisis berdasarkan fokus
25
kajian penelitian. Hasil penelitian tersebut kemudian dikaitkan dengan kerangka teori, dari
situlah data diolah dan ditarik kesimpulan.
I. Sistematika Penulisan
Hasil data dari penelitian disajikan dalam bentuk penjalasan data dengan uraian
kalimat hasil temuan dan analisa. Bentuk dari penyajian data tertulis dalam lima bab. Dimana
pada Bab I menjelaskan pendahuluan yang merupakan perluasan dari proposal, kemudian
Bab II berisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta, gambaran umum keberadaan dan letak
UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), profil mengenai UMY(Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta) yang menjadi lokasi penelitian, dan penjelasan mengenai jilbab
selebritis. Disamping itu penulis juga akan menjawab tentang alasan dan faktor pendorong
penggunaan jilbab model selebritis yang banyak digunakan mahasiswi UMY. Pada Bab III
berikutnya mulai masuk kebagian analisis, mendiskripsikan jawaban dari rumusan masalah
pertama yaitu ‘Mengapa jilbab selebritis populer dan faktor apa yang membangun populer
jilbab selebritis di kalangan mahasiswi ekonomi UMY’ termasuk didalamnya menjelaskan
pola terbentuknya jilbab selebritis itu beserta faktor yang membangun. Mendiskripsikan
mengenai profil informan. Masuk pada analisis kedua di Bab IV mengenai ‘Identitas apa
yang terbentuk ketika mengimitasi jilbab selebritis”, pada bab ini penulis akan menjelaskan
pola-pola konsumsi jilbab selebriti dikalangan mahasiswi, dengan memberikan penjelasan
mengenai pola-pola konsumsi dan gejala-gejala social yang ada di Kampus UMY maka
penulis dapat memberikan dan menjelaskan gambaran-gambaran mengenai fenomena
konsumsi dan keterkaitannya dengan ilmu social,maka dapat ditarik kesimpulan yang
nantinya akan terangkum dalam bab selanjutnya. Pada akhirnya analisa-analisa sebelumnya
akan ditarik kesimpulan diakhir Bab V merupakan kesimpulan akhir bab dan beberapa
catatan kritis mengenai jilbab selebritis dikalangan mahasiswi UMY.