bab i & ii.doc

29
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut. Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah- marah merupakan alasan utama yang paling banyak

Upload: dekha-doank

Post on 21-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi

kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan

tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri

sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan.

Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan

rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi

kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa

diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi

kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap

menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa

dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien

diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan

pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota

keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-

marah merupakan alasan utama yang paling banyak

dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum

memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan

kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku

kekerasan)

1

2

B.  Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui dan dapat melaksanakan

Asuhan Keperawatan pada pasien Perilaku Kekerasan.

2. Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa mengetahui konsep dasar Perilaku

Kekerasan

b. Agar mahasiswa mengetahui pengkajian keperawatan

Perilaku Kekerasan

c. Agar mahasiswa mengetahui diagnosa keperawatan

Perilaku Kekerasan

d. Agar mahasiswa mengetahui intervensi Perilaku

Kekerasan

C. METODE PENULISAN

Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan

metode sebagai berikut :

1. Wawancara

Penulis melakukan Tanya jawab langsung dengan

klien mengenai kondisi klien

2. Observasi

Penulis melakukan pengamatan langsung dan ikut

berpartisipasi langsung dalam perawatan klien

3. Studi dokumentasi

Penulis mendapatkan data dari status klien.

3

4. Studi pustaka

Penulis menggunakan literatur tentang kesehatan

jiwa yang berhubungan dengan perilaku kekerasan

dengar kemudian mencoba untuk membandingkannya

dengan kenyataan dilapangan.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam menyusun asuhan keperawatan ini, penulis

menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II KONSEP DASAR

Bab ini berisi tentang : pengertian perilaku

kekerasan, tanda dan gejala, faktor

predisposisi, faktor presipitasi, rentang respon,

pohon masalah, diagnosa keperawatan dan rencana

tindakan.

BAB III TINJAUAN KASUS

Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan klien

dengan perilaku kekerasan dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, rencana tindakan,

implementasi dan evaluasi.

4

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang asuhan keperawatan klien

perilaku kekerasan dengan pengkajian diagnosa

keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan

evaluasi.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran.

5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu

bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang

secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).

Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat

dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan

fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus

memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada

suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya

disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul

sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan

sebagai ancaman (Keliat, 1996)

Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab

adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena

secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh

karena itu marah sering diekspresikan secara tidak

langsung.

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I,

hlm 52 tahun 1996: “Marah adalah pengalaman emosi yang

kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus

dicapai terhambat”.

5

6

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah

akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan

interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung

dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan

individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan

yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui

tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif

marah.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana

seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak

konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

2.Penyebab

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari

segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam,

sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi,

hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise

yang tidak terpenuhi.

       Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam

mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan

ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika

ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara

7

lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan

sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu

mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika

kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu

tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani

bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan

sebagainya. Kebutuhan akan status dan prestise: Manusia

pada umumnya mempunyai keinginan untuk

mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui

statusnya.

3. Rentang respons marah

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang

adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat

digambarkan sebagai berikut :(Keliat, 1997, hal 6).

Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti,

melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan

harga diri orang lain.

Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal

mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami

sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman

tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu

mengungkapkan perasaan yang dialami.

8

Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun

masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif

biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia

berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk

mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan

perlakuan yang sama dari orang lain

Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat

disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini

individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap

orang lain.

4. Tanda dan Gejala

a. Muka merah

b. Pandangan tajam

c. Otot tegang

d. Nada suara tinggi

e. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan

kehendak

f. Memukul jika tidak senang

5. Akibat dari Perilaku kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan

resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan

lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan

yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang

lain dan lingkungan.

9

6. Proses Marah

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan

sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu.

Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan

perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan

dapat menimbulkan kemarahan. Berikut ini digambarkan

proses kemarahan :(Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam

Keliat, 1996).

a. Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah

dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan

secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga

cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang

dua cara yang lain adalah destruktif.

b. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan

rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus

menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri

sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi

dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.

7. Gejala marah

Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada

yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya

diam seribu bahasa.Gejala-gejala atau perubahan-

perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah

diantaranya adalah :

10

a. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut

nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus

otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar

meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon

tinggi.

b. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar,

frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk

kehilangan kontrol diri.

c. Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri,

bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras

dan kasar.

8. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan

antara lain :

a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

b. Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena

kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi

epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,

takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl

meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran

urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan

juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti

rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku

dan disertai reflek yang cepat.

11

c. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

d. Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam

mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku

pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah

cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena

individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa

menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis.

Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk

pengembangan diri klien.

e. Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik

perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang

lain.

f. Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada

diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

9. Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan

pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian

masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan

untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal

33).

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang

timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping

12

yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri

antara lain :(Maramis, 1998, hal 83).

a. Sublimasi :Menerima suatu sasaran pengganti yang

mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan

yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.

Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan

kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan

kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah

untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi :Menyalahkan orang lain mengenai

kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.

Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa

ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan

sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut

mencoba merayu, mencumbunya.

c. Represi :Mencegah pikiran yang menyakitkan atau

membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang

anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak

disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan

yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua

merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,

sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia

dapat melupakannya.

d. Reaksi formasi :Mencegah keinginan yang berbahaya

bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan

perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai

13

rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman

suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan

kasar.

e. Displacement :Melepaskan perasaan yang tertekan

biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu

berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan

emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena

ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena

menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain

perang-perangan dengan temannya.

B. Konsep dasar asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan

yaitu :Pengkajian, perencanaan/intervensi, pelaksanaan/

implementasi dan evaluasi, yang masing-masing

berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan

professional tenaga keperawatan.

Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis

yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan,

ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik sistimatis,

bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.

Proses keperawatan klien marah adalah sebagai

berikut : (Keliat, dkk, 1996).

14

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama

dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari

pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan

perumusan masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa

keperawatan.

Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan meliputi:

data biologis

psikologis

sosial dan spiritual.

1. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system

saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin

sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka

merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada

gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya

kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup,

tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini

disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah

bertambah.

2. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak

berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang

lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan

dan menuntut.

15

3. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan

melalui proses intelektual, peran panca indra sangat

penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang

selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai

suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien

marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana

informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

4. Aspek social

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa

percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering

merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali

menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku

yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan

mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai

suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu

sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak

mengikuti aturan.

5. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan

individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan

norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang

dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat

perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi

16

aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual

yang secara singkat.

6. Aspek fisik

Terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas

pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik,

penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi

: tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek

intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat,

meremehkan. Aspek sosial : menarik diri, penolakan,

kekerasan, ejekan, humor.

2. Klasifiaksi data

Data yang didapat pada pengumpulan data

dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan

data obyektif. Data subyektif adalah data yang

disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data

ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien

dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan

secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau

pemeriksaan langsung oleh perawat.

3. Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data objektif

dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan

dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui

penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari

hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa

keperawatan.

17

4. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

5. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis

tentang respons aktual dan potensial dari individu,

keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan

sebagai proses kehidupan”. (Carpenito, 1995). Adapun

kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan

masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai

berikut :

a. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain,

lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri

rendah.

18

6. Rencana tindakan keperawatan/intervensi

Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan

suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan intervensi

yang tepat.

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain /

lingkungan.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku

kekerasan.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

kekerasan.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan

yang biasa dilakukan.

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku

kekerasan.

6. Klien dapat melakukan cara berespons terhadap

kemarahan secara konstruktif.

7. Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku

kekerasan.

8. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol

perilaku kekerasan.

9. Klien dapat menggunakan obat yang benar.

19

Tindakan keperawatan :

a. Bina hubungan saling percaya.

Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan

interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan

lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon

verbal dan non verbal, bersikap empati.

Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan

terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk

intervensi selanjutnya.

b. Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan

perasaannya.

Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat

untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang

konstruktif.

c. Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel /

kesal

Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu

lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien

untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.

d. Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat

jengkel.

Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif

untuk mencari penyelesaian masalah yang konstruktif

pula.

20

e. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh

klien sehingga memudahkan untuk intervensi.

Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang

dialami klien.

Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku

kekerasan.

f. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada

klien.

g. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan.

Rasional : mengetahui bagaimana cara klien

melakukannya.

h. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien

lakukan masalahnya selesai.

Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk

menyelesaikan masalahnya.

i. Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan

yang dilakukan klien.

Rasional : mencari metode koping yang tepat dan

konstruktif.

j. Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku

kekerasan yang dilakukan.

21

Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan

perasaan marah.

k. Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara

baru yang sehat”.

Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping

yang konstruktif.

l. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.

Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang

positif, meningkatkan harga diri klien.

m. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

a. Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol /

kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan

tenaga.

b. Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel /

kesal.

c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah

yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen

perilaku kekerasan.

d. Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang,

meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.

Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah

mengontrol kemarahan klien.

n. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk

klien.

Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan

cara mengontrol perilaku kekerasan.

22

o. Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah

dipilih.

Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang

diberikan.

p. Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.

Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara

yang sehat.

q. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien

menstimulasi cara tersebut.

Rasional : meningkatkan harga diri klien.

r. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah

dipelajari saat jengkel / marah.

Rasional : mengetahui kemajuan klien selama

diintervensi.

s. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien

dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap

klien selama ini.

Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan

perawatan kepada klien.

t. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat

berperan dalam perubahan perilaku klien.

u. Jelaskan cara-cara merawat klien.

Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan

secara konstruktif.

Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.

23

v. Bantu keluarga mengenal penyebab marah.

Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam

merawat klien secara bersama.

w. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan

cara yang dianjurkan.

x. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah

melakukan demonstrasi.

Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat

klien.

y. Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang

diminum klien seperti : CPZ, haloperidol, Artame.

Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga

tentang obat dan fungsinya.

z. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti

minum obat tanpa seizin dokter.

Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat

dalam mempercepat penyembuhan.