bab i ideologi pancasila

Upload: mohamad-metel-rizki

Post on 19-Jul-2015

506 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mengetahui latar belakang atau sejarah Pancasila dijadikan ideologi atau dasar negara coba baca teks Proklamasi berikutini.

Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik. Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan. Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji1

ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura). Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya

dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia. Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang ter diri atas lima hal, yaitu 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima hal, yaitu: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Persatuan Indonesia 3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam2

:

Permusyawaratan/Perwakilan. 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiriatas lima hal,yaitu: 1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia) 2. Internasionalisme (Perikemanusiaan) 3. Mufakat atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan yang Berkebudayaan Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila,yaitu: 1. Sosio nasionalisme 2. Sosio demokrasi 3. Ketuhanan Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong. Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang,yaitu: 1. Ir. Soekarno 2. Ki Bagus Hadikusumo 3. K.H. Wachid Hasjim 4. Mr. Muh. Yamin 5. M. Sutardjo Kartohadikusumo 6. Mr. A.A. Maramis3

7. R. Otto Iskandar Dinata 8. Drs. Muh. Hatta Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik UsulUsul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang ,yaitu: 1. Ir. Soekarno 2. Drs. Muh. Hatta 3. Mr. A.A. Maramis 4. K.H. Wachid Hasyim 5. Abdul Kahar Muzakkir 6. A bikusno Tjokrosujoso 7. H. Agus Salim 8. Mr. Ahmad Subardjo 9. Mr. Muh. Yamin Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta. Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.

4

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi

Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata ketuhanan yang berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokohtokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokohtokoh Islam itu merelakan dicoretnya dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan Yang Maha Esa. Adapun bunyi Pembukaan UUD1945 selengkapnya sebagai berikut: UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan de-ngan5

didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadil-an sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asal Mula Pancasila Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara kausalitas Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat Negara nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religious. Kemudian secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat Pancasila pertama kali. Kemudian dibahas lagi dalam siding BPUPKI kedua, setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat Negara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar Negara Republik Indonesia. 1. Asal Mula Langsung Pancasila pengertian asal mula secara ilmiah filsafati dibedakan atas empat macam yaitu : Kausa Materialis, Kausa Formalis, Kausa Effisient dan Kausa Finalis. Teori Kausalitas ini dikembangakan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar Negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi Kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan oleh para pendiri Negara sejak siding BPUPKI pertama, Panitia Sembilan, sidang BPUPKI kedua serta siding PPKI sampai pengesahannya. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila tersebut menurut Notonagoro adala sebagai berikut:7

a. Asal mula bahan (Kausa Materialis) Bangsa indonesia adalah asal dari nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Dengan demikian asal bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian dan pandangan hidup.

b. Asal mula bentuk (Kausa Formalitas) Hal ini dimaksudkan bagaimana asal mula bentuk atau bagaimana bentuk pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam

pembukaan UUD 1945. Maka asal mula bentuk pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama Drs. Moh. Hatta serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama pancasila. c. Asal mula karya (Kausa Effisien) Kausa effisien atau asal mula karya yaitu asal mula yang menjadikan pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar Negara yang sah. Adapun asal mula karya adalah PPKI sebagai pembentuk Negara dan atas kuasa pembentuk Negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar Negara yang sah. Setelah dilakukan pembahasan baik dalam sidang-sidang BPUPKI, Panitia Sembilan. d. Asal mula tujuan (Kausa Finalis) Pancasila dirumuskan dam dibahas dalam sidang-sidang para pendiri Negara, tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai dasar Negara. Oleh karena itu asal mula tujuan tersebut adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar Negara yang sah. Demikian pula para pendiri Negara tersebut8

juga berfungsi sebagai kausa sambungan karena yang merumuskan dasar filsafat Negara.

2. Asal mula tidak langsung Secara kausalitas asal mula yang tidak langsung pancasila adalah asala mula sebelum proklamasi kemerdekaan. Berarti asal mula nilai-nilai pancasila yang terdapat dalam adat-istiadat, dalam kebudayaan serta dalam nilai-nilai agama bangsa Indonesia, sehingga dengan demikian asal mula tidak langsung pancasila terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Maka asal mula tidak langsung pancasila bilamana dirinci adalah sebagai berikut: a. Unsur-unsur pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya yaitu nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara b. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, yang berupa nila-nilai adatistiadat, nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman dalam memecahkan problema kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. c. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asal mula tidak langsung pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia sendiri, atau dengan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai kausa materialis atau sebagai asal mula tidak langsung nilai-nilai pancasila. Demikianlah tinjauan pancasila dari segi kausalitas, sehingga memberikan dasar-dasar ilmiah bahwa pancasila itu pada hakikatnya adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, yang jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk negara nilai-nilai tersebut telah tercermin dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain tinjauan lausalitas tersebut

memberikan bukti secara ilmiah bahwa pancasila bukan merupakan hasil9

perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang bahkan pancasila juga bukan merupakan hasil sintesa paham-paham besar dunia, melainkan nilai-nilai pancasila secara tidak langsusng telah terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia. 3. Bangsa Indonesia berpancasila dalam Tri Prakara Berdasarkan tinjauan pancasila secara kausalitas tersebut di atas maka memberikan pemahaman perspektif pada kita bahwa proses terbentuknya pancasial melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Dengan demikian kita mendapatkan suatu kesatua pemahaman bahwa pancasila sebelum disahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat negara Indonesia secara yuridis, dalam kenyataan unsure-unsur pancasila telah ada pada bangsa Indonesia telah melekat pada bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari berupa nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut yang kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara diolah dibahas yang kemudian disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Berdasarkan pengertian tersebut maka pada hakikatnya bangsa Indonesia berpancasila dalam tiga asas atau Tri Prakara yang rinciannya adalah sebagai berikut: Pertama bahwa unsur-unsur pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara-negara secara yuridis sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai asas-asas dalam adat istiadat dan kebudayaan dalam arti luas (pancasila asas kebudayaan) Kedua demikian juga unsure-unsur pancasila terdapat pada bangsa Indonesia sebagai asas-asas dalam agama-agama (nilai-nilai religius)(Pancasila asas religius) Ketiga unsure-unsur tadi kemudian diolahm dibahas dan dirumuskan secara saksama oleh para pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI. Panitia Sembilan, setelah bangsa Indonesia merdeka rumusan pancasila calon dasar negara tersebut kemudian disahkan PPKI sebagai dasar filsafat negara Indonesia dan

10

terwujudlah pancasila sebagai asas kenegaraan (pancasila asas kenegaraan). Oleh Karena itu pancasila yang terwujud dalam tiga asas tersebut atau tri prakara yaitu pancasila asas kebudayaan, pancasila asas religius, serta pancasila sebagai asas kenegaraan dalam kenyataannya tidak dapat dipertentangkan karena ketiganya terjalin dalam suatu proses kausalitas, sehingga ketiga hal tersebut pada hakikatnya merupakan unsure-unsur yang membentuk Pancasila (Notonagoro, 1975 : 16,17).

B. Kedudukan dan fungsi pancasila Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi pancasila. Setiap kedudukan dan fungsi pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi masing-masing yang konsekuensinya dan aktualitasnyapun juga memiliki aspek yang berbeda-beda, walaupun hakikat dan sumbernya sama. Pancasila sebagai dasar negara memiliki pengertian yang berbeda dengan fungsi pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, demikian pula berkaitan dengan kedudukan dan fungsi pancasila yang lainnya. Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi pancasila sebagai titik sentral pembahasan adalah kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara republic Indonesia, hal ini sesuai dengan kausa finalis pancasila yang negara republic Indonesia. Namun hendaklah dipahami bahwa asal mula pancasila sebagai dasar negara republic Indonesia, adalah digali dari unsureunsur berupa pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu dari berbagai macam kedudukan dan fungsi pancasila sebenarnya dapat dikembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi pancasila yang pokok yaitu sebagai dasar negara republic Indonesia dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Namun yang terpenting bagi kajian ilmiah adalah bagaimana yang bermacam-macam tersebut. Oleh karena itu kedudukan dan fungsi pancasila dapat dipahami melalui uraian berikut.

11

1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang maha esa, dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lenih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup. Nilai-nilai luhur adalah merupakan suatu tolok ukur kebaikan yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia, seperti cita-cita yang hendak dicapainya dalam hidup manusia. Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri. Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Sebagai makhluk individu dan makhluk social manusia tidaklah mungkin memenuhi segala kebutuhannya sendiri, oleh Karena itu untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya, ia senantiasa memerlukan orang lain. Dalam pengertian inilah maka manusia pribadi senantiasa hidup sebagai bagian dari lingkuan social yang lebih luas, secara berturutturut lingkuangan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan bangsa dan lingkungan negara yang merupakan lembaga-lembaga masyarakat utama yang diharapkan dapat menyalurkan dan mewujudkan pandangan hidupnya. Dengan demikian dalam kehidupan bersama dalam suatu negara membutuhkan suatu tekad kebersamaan, cita-cita yang ingin dicapainya yang bersumber pada pandangan hidupnya tersebut. Dalam pengertian inilah maka proses perumusan pandangan hidup bangsa dan selanjutnya pandangan hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara. Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideology bangsa(nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai ideology negara. Dalam proses penjabaran pada kehidupan modern antara pandangan hidup masyarakat dengan pandangan hidup bangsa memiliki hubungan yang bersifat timbul balik. Pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup masyarakat serta tercermin dalam sikap12

hidup pribadi warganya. Dengan demikian dalam negara pancasila pandangan hidup masyarakat tercermin dalam kehidupan negara yaitu pemerintah terikat oleh kewajiban konstitusional, yaitu kewajiban pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyar yang luhu (Darmodiharjo, 1996:35). Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa dan akhirnya menjadi dasar negara juga terjadi pada pandangan hidup pancasila. Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara serta ideology negara, nilai-nilainya telah terdapat pada bangsa Indonesia dalam adat-istiadat, dalam budaya serta dalam agama-agama sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan yang ada pada masyarakat Indonesia tersebut kemudian menjelma menjadi pandangan hidup bangsa yang telah terintis sejak zaman sriwijaya, majapahit kemudian sumpah pemuda 1928. Kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara dalam sidang-sidamg BPUPKI, panitia Sembilan serta sidang PPKI kemudian ditentukan dan disepakati sebagai dasar negara republic Indonesia, dan dalam pengertian inilah maka pancasila sebagai pandangan hidup negara dan sekaligus sebagai ideology negara. Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memiliki suatu pandangan hidup bersama yang bersumber pada akar budaya dan nilainilai religiusnya. Dengan pandangan hidup yang mantap maka bangsa Indonesia akan mengetahui kea rah mana tujuan yang ingin dicapainya. Dengan suatu pandangan hidup yang mantap maka bangsa Indonesia akan mampu memandang dan memecahkan segala persoalan yang dihadapinya secara tepat sehingga tidak terombang ambing dalam menghadapi persoalan tersebut. Dengan suatu pandangan hidup yang jelas maka bangsa Indonesia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan berbagai masalah politik, social budaya, ekonomi, hokum, hankam dan persoalan lainnya dalam gerak masyarakat yang semakin maju.

13

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung di dalamnya konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, terkandung dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik, oleh karena pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena pandangan hidup pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat, dengan demikian pandangan hidup pancasila bagi bangsa Indonesia yang bhinneka tunggal ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman. Sebagai intisari nilai budaya masyarakat Indonesia, maka pancasila merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berprilaku luhur dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai dasar filsafat atau dasar falsafah negara (philosofiche Gronslag) dari negara, ideologi negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaannya dan penyelenggaraan negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini, dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila, maka pancasil amerupakan sumber dari segala sumber hokum. Pancasila merupakan sumber kaidah hokum negara yang secara konstitusional mengatur rakyat, wilayah serta pemerintahan negara. Sebagai asas negara, pancasila merupakam suatu asas kerokhanian yang meliputi suasana kebatina atau cita0cita hokum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah. Baik moral maupun hokum negara, dan menguasai hokum dasar baik yang tertulis atau undang-undang dasar negara. Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secar hukum.14

Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum indonesia maka pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945, serta hokum positif lainnya. Kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut: a. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala hokum Indonesia. Dengan demikian pancasila merupakan asas kerokhanian tertib hokum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran. b. Meliputi suasan kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari undangundang dasar 1945 c. Mewujudkan cita-cita hokum bagi hokum dasar negara (baik hokum tertulis maupun tidak tertulis) d. Mengandung norma yang mengharuskan undang-undang dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain

penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional) e. Merupakan sumber semangat bagi undang-undang dasar 1945, bagi penyelenggara negara, lain penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksanaan dan

penyelenggaraan negara, Karen masyarakat dan negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat. Dengan semangat yang bersumber pada asas kerokhanian negara sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerokhanian negara. 3. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatau hasil perenungan atau15

pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilainilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan lain perkataan unsure-unsur yang merupakan materi pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupkan kausa materialis ( asal bahan) pancasila. Unsur-unsur pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia, dengan demikian pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsure-unsur bangsa secara komprehensif, oleh karena cirri khas pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia. a. Pengertian Ideologi Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Kata idea berasal dari kata bahasa yunani eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein yang artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai. Sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus dasar, pandangan atau faham, memang pada hakikatnya antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditatapkan Karen atas suatu landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideology mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.

16

Apabila ditelusuri secara historis, istilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukana oleh seorang berkebangsaan prancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1796. Seperti hal nya Leibniz, de Tracy mempunyai ciita-cita untuk membangun suatu system pengetahuan. Apabila Leibnus menyebutkan impiannya sebagaione great system of truth, dimana tergabung segala cabang ilmu dan science of ides, suatu program institusional yang diharapkan dapat masyarakat membawa perubahan namun Napoleon

dalam

perancis,

mencemoohkannya sebagai suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan menemukan kenyataan(Pranarka,1987). Perhatian kepada konsep ideology menjadi berkembang lagi antara lain karenan pengaruh Karl Marx. Indeologi menjadi vokabuler penting di dalam pemikiran politik maupun ekonomi, Karl Marx mengartikan ideology sebagai pandangan hidup yang dikembangakan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas social tertentu dalam bidang politik atau social ekonomi. Dalam artian ini ideologi menjadi bagian dari apa yang disebutnya Uberbau atau suprasturktur (bangunan atas) yang didirikan di atas kekuatan-kekuatan yang memiliki faktor-faktor produksi yang menentukan coraknya, dank arena itu kebenaran relatif dan semata-mata hanya benar untuk golongan tertentu, dengan demikian maka ideology lalu merupaka keseluruhan ide yang relatif Karena justru mencerminkan kekuatan lapisan. Seperti halnya filsafat, ideologi pun memiliki pengertian yang berbeda-beda, begitu pula dapat ditemukan berbagai defines, batasan pengertian tentang ideology. Hal ini antara lain disebabkan juga oleh dasar filsafat apa yang dianut Karen sesungguhnya ideology itu bersumber kepada suatu filsafat. Pangertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulangagasan-gagasan,ide-ide,keyakinan-keyakinan,

17

kepercayaan-kepercayaan. Yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut: 1) Bidang politik dan hankam 2) Bidang social 3) Bidang kebudayaan 4) Bidang keagamaan maka ideology negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau system kenegegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki cirri sebagai berikut: 1) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan. 2) Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia,

pandangan hidup, peganagn hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban (Notonegoro).

b.

Ideologi terbuka dan ideologi tertutup Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran, maka ideology terbuka itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka, sedangkan ideology tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari berbagai ciri khas. Ideologi itu bukan citacita yang sudah hidup dalam masyarakat., melainkan merupakan citacita satu kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui masyarakat, dengan demikian adalah menjadi ciri ideologi tertutup bahwa atasa nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat, demi ideologi masyarakat harus berkorban dan kesediaan untuk menilai kepercayaan ideologis para warga masyarakat serta kesetiaannya masing-masing sebagai warga masyarakat.18

ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan, melainkan dibutuhkan. Kiranya dalam semua system politik yang tidak ideologis dalam artian merupaka ideologi tertutup, kita akan menemukan bahwa penyelenggaraan negara berdasarkan pandangan-pandangan dan nilainilai dasar tertentu kadang-kadang dasar normative itu tidak dirumuskan secara eksplisit, akan tetapi dalam kebanyakan negara, undang-undang dasar konstitusi memuat bagian yang merumuskan dasar normatif itu, dasar normatif itu dapat pula disebut dasar filsafah negara, dan merupakan kesepakatan bersama yang berlandaskan kepada nilai-nilai dasar dan cita-cita masyarakat, dengan demikian maka ideologi terbuka yakni bahwa isinya tidak operasional. Hal tersebut baru menjadi operasional apabila sudah dijabarkan ke dalam perangkat yang berupa konstitusional atau peraturan perundangan lainnya. Oleh karena itu setiap generasi baru dapat menggali kembali dasar filsafat negara itu untuk menentukan apa implikasinya bagi situasi atau zaman itu masing-masing. (Magnis Suseno, 1987), oleh karena itu ideologi terbuka sebagaimana yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia senantiasa terbuka untuk proses reformasi dalam bidang kenegaraan, karena ideologi terbuka berasal dari masyarakat dinamis, selain itu sifat ideologi terbuka juga senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi, pemikiran serta akselerasi dari masyarakat dalam mewujudkan cita-citanya untuk hidup berbangsa dalam mencapai harkat dan martabat kemanusiaan.

C. Makna Ideologi bagi Bangsa dan Negara Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harkat dan martabatnya, dalam kenyataannya senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia membutuhkan suatu lembaga bersama untuk melindungi haknya, dan dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu negara. Negara sebagai lembaga kemasyarakat, sebagai organisasi hidup manusia senantiasa memiliki cita-cita harapan. Ide-ide serta pemikiran-pemikiran yang secara

19

bersama merupakan suatu orientasi yang bersifat dasar bagi semua tindakan dalam kehidupan kenegaraan. Kompleks pengetahuan yang berupa ide, pemikiran, gagasan, harapan serta cita-cita merupakan suatu nilai yang dianggap benar dan memiliki derajat yang tertinggi dalam negara. Hal ini merupakan suatu landasan bagi seluruh warga negara umtuk memahami alam serta menentukan sikap dasar untuk bertindak dalam hidupnya. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupan. Maka terdapat suatu yang bersifat dialektis antara ideologi semakin realistis dan di pihak lain mendorong masyarakat makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-cita. Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara, ideologi membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan, hal ini diesbabkan dalam ideologi terkandung suatu orientasi praktis. Selain sebagai sumber motivasi, ideologi juga merupakan sumber semangat dalam berbagai kehidupan negara. Ideologi akan menjadi realistis manakala terjadi orientasi yang bersifat dinamis antara masyarakat bangsa dengan ideology, karena dengan demikian ideology akan bersifat terbuka dan antisifatif bahkan bersifat reformatif dalam arti senantiasa mampu mengadaptasi perubahan-perubahan sesuai dengan aspirasi bangsanya. Namun jikalau perlakuan terhadap ideologi diletakkan sebagai alat legitimasi kekuasaan maka dapat dipastikan ideologi akan menjadi tertutup, kaku, beku, dogmatis dan menguasai kehidupan bangsanya, oleh karena itu agar benarbenar ideology mampu menampung aspirasi para pendukungnya untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara maka ideologi tersebut haruslah bersifat dinamis, terbuka, antisifatif yang senantiasa mampu mengadaptasikan dirinya dengan perkembangan zaman, inilah peranan penting ideologi bagi bangsa dan negara agar bangsa dapat mempertahankan eksistensinya.

20

D. Pancasila sebagai ideologi yang reformatif, dinamis dan terbuka Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku atau tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila adalah bersifat actual, dinamis, antisipatif dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspurasi masyarakat. Keterbukaan ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah actual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek serta zaman. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah sehingga tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus dieksplisitkan, eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya pada berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional sehingga terungkap makna

operasionalnya. Dengan demikian penjabaran ideologi dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional, sebagai suatu contoh keterbukaan ideologi pancasila antara lain dalam kaitannya dengan kebebasan berserikat berkumpul sekarang terdapat 48 partai politik, dalam kaitan dengan ekonomi (misalnya ekonomi kerakyatan), demikian pula dalam kaitan dengan pendidikan, hokum, kebudayaan, iptek, hankam dan bidang lainnya. Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut: 1. Nilai dasar Hakikat kelima sila pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai dasar tersebut adalah merupakan esensi dari sila-sila pancasila yang bersifat universal, sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar tersebut tertuang dalam pembukaan UUD 1945, sehingga oleh Karena itu pembukaan UUD 1945 merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertib hokum tertinggi, sebagai sumber hukum positif sehingga21

dalam negara memiliki kedudukan sebagai ;staatfundamentalnorm; atau pokok kaidah fundamental, sebagai ideologi terbuka nilai dasar inilah yang bersifat tetap dan terlekat kelangsungan hidup negara, sehingga mengubah pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai-nilai dasar ideologi pancasila tersebut sama halnya dengan pembubaran negara. Adapun nilai-nilai dasar tersebut kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 yang didalamnya terkandung lembaga-lembaga penyelenggaraan negara,

hubungan antara lembaga penyelenggara negara beserta tugas dan wewenangnya

2. Nilai instrumental Nilai yang kedua merupaka arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan eksplitasi penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideology, misalnya garis-garis besar haluan negara yang lima tahun senantiasa deisesuaikan dengan perkembangan zaman serta aspirasi masyarakat, undang-undang,

departemen-departemen sebagai lembaga pelaksanaan dan lain sebagainya. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan perubahan.

3. Nilai praksis Nilai yang ketiga merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (lihat BP-7 Pusat, 1994:8). Dalam realisasi praksisi inilah maka penjabaran niali-nilai pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakuakan perubahan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspirasi masyarakat. Suatu ideologi selain memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal yang berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran serta nilai-nilai yang dianggap baik juga harus memiliki norma yang jelas karena ideologi harus mampu direalisasikan dalam kehidupan praksis yang merupakan suatu aktualisasi secara konkret,22

oleh Karena itu pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi yaitu: 1. Dimensi idealistis Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu kahikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan dan keadilan. Hakikat nilai-nilai pancasila tersebut bersumber pada filsafat pancasila, karena setiap ideology bersumber pada suatu nilai-nilai filosofis atau system filsafat. Kadar serta idealism yang terkandung dalam pancasila mampu memberikan harapan, optimism serta mampu mengubah motivasi para

pendukungnya untuk mewujudkan pa yang dicita-citakan.

2. Dimensi Normatif Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan norma tertib hukum tertinggi dalam negara Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang Fundamental). Dalam pengertian ini ideologi pancasila agar mampu dijabarkan ke dalam langkah operasional, maka perlu memiliki norma yang jelas. 3. Dimensi ralitas Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, oleh Karen itu pancasila selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata (konkrit) baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggara negara. Dengan demikian pancasiala sebagai ideologi terbuka tidak bersifat utopis yang hanya berisi ide-ide yang bersifat mengawang, melainkan suatu ideologi yang bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata.23

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai ideologi terbuka maka sifat ideologi pancasila tidak bersifat utopis yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Demikian pula ideologi pancasila bukanlah merupakan sebuah doktrin belaka yang bersifat tertutup yang merupakan norma-norma yang baku melainkan disamping memiliki idealisme. Pancasila juga bersifat nyata dan reformatif yang mampu melakukan perubahan. Akhirnya pancasila bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis yang hanya menekankan segi praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme, maka ideologi pancasila yang bersifat terbuka pada hakikatnya merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat universal dan tetap, adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis reformatif yang senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dinamika aspirasi masyarakat. Hal inilah yang merupakan aspek penting dalam negara, sebab suatu negara harus memiliki landasan nilai, dasar nilai serta asas kerohanian yang jelas memberikan arahan, motivasi, serta visi bagi bangsa dan negara dalam meghadapi perkembangan dunia yang semakin tidak menentu ini. Proses reformasi dewasa ini agar tidak terjebak pada suatu ajang perebutan kekuasaan oleh kelompok-kelompok yang merupakan kekuatan social politik negara, maka sudah seharusnya melakukan revitalisasi ideologi negara yang merupakan dasar hidup bersama.

24

BAB III STUDI KASUS A. Permasalahan Sengketa tanah merupakan akar masalah utama Kasus Mesuji di Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan, di Desa Sungai Sodong juga konflik di beberapa daerah lainnya, termasuk di Riau. Akar masalahnya adalah sengketa tanah sebagai ekses pelepasan lahan yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk mencari penghidupan di lahan tersebut. pada tahun 1997 terjadi perjanjian kerjasama antara PT SWA dengan warga, terkait dengan 564 bidang tanah seluas 1070 ha milik warga untuk diplasmakan. Perjanjian tersebut untuk masa waktu 10 tahun, setelah itu akan dikembalikan lagi kepada warga. Selama kurun waktu 10 tahun, setiap tahunnya warga juga dijanjikan akan mendapat kompensasi. Namun hingga saat ini perusahaan ternyata tidak memenuhi perjanjian tersebut. Akhirnya pada bulan april 2011 masyarakat Sungai Sodong mengambil kembali tanah tersebut melalui pendudukan. Tidak juga mengembalikan tanah tersebut, perusahaan malah menuduh pendudukan tanah warga tersebut sebagai gangguan. Kemudian, pada tanggal 21 april 2011, dua orang warga yakni Indra (ponakan) dan Saytu (paman) sekitar pukul 10.00 WIB keluar rumah berboncengan bertujuan ingin membeli racun hama. Mereka melewati jalan poros perkebunan warga (bukan wilayah sengketa dan di luar Desa Sungai Sodong). Tidak ada yang mengetahui peristiwanya, tiba-tiba pada pukul 13.00 WIB tersebar kabar ada yang meninggal 2 orang. Berita itu sampai ke warga Sodong termasuk keluarga korban

25

Mendengar berita tersebut, keluarga korban termasuk paman dan adiknya langsung menuju TKP dan menemukan Indra terkapar di jalan dengan luka tersayat lehernya(tidak sampai putus) dan diduga ada 3 luka tembak, dua di dada dan satu di pinggang. Sementara Saytu ditemukan di dekat perkebunan kelapa sawit atau sekitar 70 meter dari jasad Indra, dengan posisi tengkurap dalam keadaan sekarat. Diduga terbunuh oleh polisi dan Pam swakarsa ( pasukan yang terdiri atas warga sipil di luar warga Sodong, dan dipersenjatai dengan Golok/Pisau besar). Lalu, sekitar pukul 14.00 WIB, sebagian warga mendatangi base camp perusahaan dan ber unjuk rasa di situ. Mereka mempertanyakan, serta meminta pertanggujawaban mengapa keluarga mereka dibunuh. Demo yang dilakukan sama sekali tidak anarkis. Tak lama kemudian ditemukan 5 satpam tewas tanpa sebab dan menyebabkab kesalah pahaman. Sampai 16 desember 2012 korban 32 warga meninggal dan puluhan menjadi korban kekerasan dalam bentuk lainnya. Penyebab Terjadinya Kekerasan di Masyarakat Budaya kekerasan banyak terjadi di masyarakat karena belakangan ini kebiasaan penyelesaian masalah yang cenderung menggunakan cara-cara kekerasan tampaknya semakin menguat dan menjadi budaya. Kekerasan dalam bentuk perbuatan anarkhis atau premanisme di berbagai wilayah di Indonesia telah menjadi warta hampir setiap hari. Tanpa perlu menyodorkan kembali data dan informasi yang sudah seringkali kita dapatkan melalui berbagai media massa, catatan yang bernuansa kekerasan itu tidak sulit ditemukan. Ada sederet perbuatan anarki yang mengedepankan kekuatan otot, batu, kayu, bom molotov dan pedang dalam menanggapi permasalahan yang muncul. Belum tuntas satu kasus, muncul lagi kasus kekerasan lain, demikianlah susul-menyusul. Apabila keadaan ini terus-menerus terjadi dan26

berkembang, dikhawatirkan kerugian material dan nonmaterial kian banyak, termasuk kerugian psikhologis, seperti ketakutan dan trauma masyarakat akan semakin parah. Seperti diketahui, Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negeri yang damai, aman, dan tenteram. Bahkan ada lagu yang liriknya, secara implisit dan eksplisit, mengungkapkan betapa kita adalah bangsa yang santun, toleran, dan suka perdamaian. Pada kenyataannya semua itu kini sebagian sudah menjadi masa lalu, keadaan senyatanya sudah bergeser jauh. Masalahmasalah yang timbul belakangan ini cenderung ditanggapi dengan hati panas, bahkan dengan sikap dan prilaku yang dapat dikatakan dengan siap perang, walaupun dengan saudara sebangsa dan setanah air. Hal ini sungguh menyedihkan. Dengan memperhatikan kekerasan demi kekerasan yang terjadi dan merenungkannya secara mendalam, terdapat ada 4 (empat) faktor yang potensial menjadi penyebab timbulnya kekerasan itu, langsung maupun tidak langsung, secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Hal ini hanyalah hipotesis dari hasil pengamatan dan perenungan, belum merupakan sebuah hasil riset lapangan. Keempat faktor yang berpotensi menjadi penyebab atau penyulut kekerasan itu, diantaranya adalah: 1. Masalah penegakan hukum (law enforcement) yang masih lemah Tanpa penegakan hukum yang tegas dan adil, maka kekecewaan akan tumbuh di dalam masyarakat. Penegakan hukum yang diinginkan adalah yang adil, dalam arti tidak pandang bulu, apakah ia tergolong mampu atau tidak, apakah berkuasa atau tidak, di depan hukum harus diperlakukan secara adil. Jika tidak, kekecewaan demi kekecewaan masyarakat lambat laun akan terakumulasi dan hanya menunggu momentum untuk meledak. Sedikit saja ada permasalahan, masyarakat menjadi cepat marah.

27

2. Kesenjangan (GAP) Ekonomi Masalah kesenjangan ekonomi terjadi di manamana di berbagai belahan dunia. Hanya yang berbeda adalah tingkat kesenjangannya. Semakin besar GAP pendapatan anggota masyarakat yang satu dengan yang lain, semakin potensial untuk mengoyak kestabilan dan keamanan wilayah atau daerah setempat. Kesenjangan ekonomi dapat dengan pasti menimbulkan

kecemburuan sosial. Apalagi mereka yang terbilang mampu tidak peduli dengan mereka yang tidak mampu yang ada di sekitarnya. Kecemburuan sosial inipun secara potensial membahayakan, karena sewaktu-waktu bisa tersulut membara menjadi tindakan anarkis, hanya karena percikan api permasalahan yang kecil saja. 3. Tidak Ada Keteladanan Sang Pemimpin Artinya, pemimpin mulai tidak satya wacana: "apa yang dilakukan berbeda jauh dengan apa yang dikatakan" Beberapa oknum pemimpin melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji, mementingkan diri sendiri, dan keluar dari rel kewenangannya. Masyarakat yang kehilangan figur yang layak diteladani bagai anak ayam yang kehilangan induknya. Dalam kasus ini yang pihak berkuasa yang mampu malah memberikan contoh yang tidak baik. Penindasan dan penganiayaan terhadap masyarakat yang lemah. Pelaku kejahatan tersebut adalah oknum polisi. Polisi merupakan elindung masyarakat. Walaupun secara fisik pelindung tersebut ada , tapi tidak pantas lagi menjadi panutan. Ketika terjadi permasalahan, maka masyarakat yang kehilangan figur keteladanan, menjadi bingung ke mana dan di mana tempat bertanya dan mengadu. Karena tidak ada yang pantas diteladani, maka mereka melakukan tindakan yang semaunya, pertimbangan.28

yang acapkali tanpa

4. Adanya Provokasi Adanya provokasi dari pihak yang berkepentingan ini menjadikan bibitbibit permasalahan yang ada agar menjadi besar. Di balik upaya-upaya mereka itu tentu ada maksud yang tersembunyi, mungkin dalam kaitannya dengan politik, seperti dalam rangka merebut kekuasaan dengan cara merusak image orang yang sedang berkuasa atau lawan politiknya, dan sebagainya. Bagi sebagian masyarakat yang kondisinya sudah labil karena dihimpit oleh berbagai persoalan hidup, bukanlah tidak mungkin mereka dengan mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan destruktif tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang diperalat. B. Solusi Memperhatikan kekerasan yang terjadi serta setelah memprediksi potensi dari sumber-sumber penyebabnya, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam mencegah dan mengantisipasi terjadinya kekerasan itu. Diantaranya dengan upaya penegakan hukum yang menghormati rasa keadilan masyakarakat. Ketegasan dan keberanian pihak penegak hukum sangat diperlukan. Fenomena hukum yang diperjualbelikan harus disudahi. Di samping itu, perlu secara berkesimbungan memperkecil GAP ekonomi antar wilayah, antar kelompok, dan antar anggota masyarakat. Ini, tentu saja bukan perkara gampang, karena sesungguhnya yang namanya GAP ekonomi itu pasti ada di bagian wilayah manapun di dunia. Yang penting adalah bagaimana upaya pemerintah, swasta, dan seluruh komponen masyarakat untuk memperkecil gap itu sehingga dapat mengurangi kecemburuan sosial di samping berusaha meningkatkan solidaritas dan toleransi antar anggota masyarakat. Selanjutnya, para pemimpin, baik formal maupun informal, mesti melakukan introspeksi diri, sehingga dapat keluar dari kebiasaan lama yang kurang terpuji dan kembali menjadi teladan atau panutan yag baik bagi masyakarat yang dipimpinnya. Hendaknya ada kesediaan atau kerelaan untuk29

mulat sarira tanpa harus merasa tersinggung ketika ada orang lain yang mengingatkan. Last but not least, masyarakat harus diperkuat mentalnya melalui berbagai siraman rohani dan pemahaman terhadap ketentuan hukum yang berlaku, sehingga lebih tangguh dalam menghadapi para provokator yang mungkin saja menyelinap diantara mereka tanpa disadari, baik secara fisik maupun secara ideologis (melalui pemikiran yang menyesatkan). Harus senantiasa diingatkan kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah yang rawan konflik, bahwa kekerasan itu tiada gunanya, semua pihak akan rugi, bagai kayu yang sama-sama habis terbakar: yang satu jadi abu, yang lain jadi arang.

30

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Dari makalah yang telah dibuat dapat di simpulkan bahwa pancasila mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan masyarakat bangsa indonesia, pancasila mempunyai nilai-nilai positif bagi kehidupan kita. Disamping itu banyak langkah langkah yang harus kita ambil untuk menjalankan atau menerapkan pancasila dalam kehidupan kita agar tidak terjadi konflik atau perpecahan di masyarakat.

B. Saran

Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa pancasila sangat penting bagi kehidupan kita dan agar pembaca dapat melaksanakan atau bisa menerapkan pancasila di masyarakat

31