bab i epidemiologi kesling

Upload: abditursino25

Post on 16-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP POLA PENYAKIT MALARIA DI DESA LEMPASING KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2014

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    1/14

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPenyakit malaria merupakan penyakit menular disebabkan oleh Plasmodium

    (Klas Sporozoa) yang menyerang sel darah merah. Di Indonesia dikenal 4 (empat)

    macam spesies parasit malaria yaitu Plasmodium vivax sebagai penyebab malaria

    tertiana, Plasmodium falciparum sebagai penyebab malaria tropika yang sering

    menyebabkan malaria otak dengan kematian, Plasmodium malariae sebagai

    penyebab malaria quartana, Plasmodium ovale sebagai penyebab malaria ovale yang

    sudah sangat jarang ditemukan. Penduduk yang terancam malaria pada umumnya

    adalah penduduk bertempat tinggal di daerah endemis malaria baik daerah yang

    kategori daerah endemis malaria tinggi dan daerah endemis malaria sedang

    diperkirakan ada sekitar 15 juta (Friaraiyatini Dkk, 2006).

    Penyakit malaria ini sangat dominan di daerah tropis dan subtropis dan

    mematikan. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1-2 juta penduduk

    meninggal karena penyakit yang disebarluaskan oleh nyamuk Anopheles. DiIndonesia rata-rata kasus malaria klinis sebesar 15 juta per tahun dan mengancam

    penduduk di daerah endemis, sebesar 60% diantaranya menyerang usia produktif

    (Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2011).

    Jumlah kasus malaria di Indonesia tercatat 256.592 orang dari 1.322.451

    kasus suspek malaria yang diperiksa sediaan darahnya. Malaria merupakan salah satu

    penyakit menular yang masih bisa menjadi masalah kesehatan masyarakat dan

    Indonesia merupakan salah satu Negara yang masih menjadi transmisi malaria atau

    beresiko malaria. Karena hingga saat ini terdapat 374 kabupaten endemis malaria.

    Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dr Reihana mengatakan, tahun

    ini, jumlah kasus malaria di Indonesia tercatat 256.529 orang dari 1.322.451 kasus

    suspek malaria yang diperiksa sediaan darahnya, dengan Annual Parasite Insidence

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    2/14

    2

    (API) 1,75 per seribu penduduk, artinya setiap 1000 penduduk terdapat 2 orang

    terkena malaria. Daerah tempat terjadinya penularan malaria terutama wilayah pantai

    yaitu Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Lampung Selatan. (setiap 1000 penduduk

    terdapat 2 orang terkena malaria, 2012 Http://www.rribandarlampung.Co.Id/?cat=36)

    Indikator upaya penemuan penderita di wilayah kabupaten pesawaran

    menggunakanAnnual Parasite Incidance(API) atau angka parasit malaria per 1.000

    penduduk. Angka pasti malaria rentang waktu 3 tahun (2009-2011) berfluktuasi, pada

    tahun 2010 terjadi penurunan dan kemudian peningkatan yang cukup signifikan pada

    tahun 2011 yaitu menjadi 4,79 per 1000 penduduk.

    Dari hasil pemeriksaan darah diperoleh bahwa jumlah kasus malaria tahun

    2011 di Kabupaten Pesawaran cukup tinggi kasusnya di Kecamatan Hanura, PadangCermin, dan Pidada. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Pesawaran ini memang

    memiliki daerah reseptif endemis malaria, khususnya di sepanjang pesisir pantai

    Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada. Kondisi ini sama dengan keadaan

    tahun 20092010. Tingginya kasus malaria di wilayah kerja tersebut, selain karena

    factor mobilitas penduduk yang tinggi, juga karena kondisi alam yang

    memungkinkan banyaknya tempat seperti hutan, lagun dan tambak terlantar.

    Kabupaten Pesawaran Kecamatan Padang Cermin merupakan Kabupaten

    yang secara topografis memungkinkan terjadinya penularan malaria. Hal ini karena

    banyak ditemukannya jenis tempat perindukan nyamuk Anopheles. Desa Lempasing

    beriklim tropis dengan curah hujan 2.264mm 2.868mm dan jumlah hari hujan 90-

    176 hari/tahun. Suhu udara rata-rata tertinggi 36.6oC dan terendah 22

    oC,

    kelembaban udara 37-97% dengan kecepatan angin diantara 01-15 knot. Ini

    menunjukan Desa Lempasing merupakan Wilayah endemis malaria. Desa Lempasing

    sebagian besar penduduk bermukim di pesisir pantai dan bermata pencaharian

    sebagai nelayan. Di Kecamatan Padang Cermin terdapat Puskesmas Hanura sebagai

    Induk tempat pelayanan kesehatan dan memiliki 1 Puskemas Pembantu. Berdasarkan

    data laboratorium Puskesmas Hanura Tahun 2012 dari 1.795 orang yang diperiksa

    dengan menggunakan Rapid Diagnostik Test (RDT) ditemukan 161 orang (12,6%)

    positif malaria.

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    3/14

    3

    Tabel 1

    Data Malaria Positif Di Puskesmas Hanura Kecamatan Padang Cermin.

    No

    Desa

    Mal.positif tahun 2012 Mal.positif tahun s/d Agustus 2013

    N % N %

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Gebang

    Hanura

    Hurun

    Lempasing

    Sidodadi

    TJ. Agung

    108

    23

    25

    161

    24

    0

    31,7

    6,7

    7,3

    47,3

    7,0

    0

    87

    36

    15

    270

    14

    0

    20,6

    8,5

    3,5

    64

    3,40

    0Jml 341 100 422 100

    Berdasarkan data tabel diatas kejadian malaria tertinggi terdapat di Desa

    Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Jumlah kasus malaria

    klinis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada, diantaranya adalah faktor

    lingkungan rumah (keberadaan kandang ternak, keberadaan semak-semak dan

    keberadaan sawah berair); faktor lingkungan fisik rumah (suhu, kelembaban,

    keberadaan kawat pada ventilasi, keberadaan langit-langit rumah, dan kerapatan

    dinding rumah); faktor perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek/perilaku penghuni

    rumah seperti kebiasaan menggunakan kelambu & obat nyamuk saat tidur pada

    malam hari, kebiasaan menutup jendela pada malam hari, kebiasaan keluar rumah

    pada malam hari, dan kebiasaan menggantung pakaian di dalam ruangan); dan faktor

    sosial ekonomi (jenis pekerjaan, pendidikan dan penghasilan).

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    4/14

    4

    Dari Data tabel dan penjelasan beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian

    malaria diatas, penulis ingin mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pola penyakit

    malaria di Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun

    2014.

    B. Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini adalah ingin pengetahui pengaruh lingkungan

    terhadap pola penyakit malaria di Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin

    Kabupaten Pesawaran Tahun 2014.

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    5/14

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian MalariaMalaria adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh Dr. Francisco Torti pada

    abad ke 17, malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara

    udara yang kotor (Gandahusada, 2006). Malaria dapat menyerang manusia, burung,

    kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh

    infeksi protozoa dari genus plasmodium. Penyakit malaria pada manusia ada empat

    jenis dan masing-masing disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu

    adalah:1) Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium vivax

    dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala

    pertama terjadi, ini dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi.

    2) Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut jugamalaria tropika, disebabkan oleh P. falciparum. Plasmodium ini merupakan

    sebagian besar penyebab kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini

    sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan

    kematian.

    3) Malaria kuartana yang disebabkan P. malariae, memiliki masa inkubasi lebihlama dari pada penyakit malaria tertiana atau tropika, gejala pertama biasanya

    tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu

    kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.

    4) Malaria yang mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang ditemukan, dandisebabkan oleh P. ovale. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh

    didalam sel hati, beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organism

    tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sehingga

    menyebabkan demam (Prasetyo, 2006).

    Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan

    Plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan Plasmodium. ovale dan

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    6/14

    6

    Plasmodium malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan Negara Timor

    Leste. Proses penularannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit

    malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala

    demam. Malaria disebabkan oleh sporozoa dari genus plasmodium yang ditularkan ke

    manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam yang sering/periodik, anemia,

    pembesaran limpha dan berbagai kumpulan gejala lain karena pengaruhnya pada

    beberapa organ, misalnya otak, hati, dan ginjal. Malaria dijumpai hampir di seluruh

    pulau di Indonesia, disamping menyebabkan kesakitan dan kematian juga dapat

    menurunkan produktivitas kerja penderita (Rahmati, 2006).

    B. Vektor MalariaNyamuk Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies,

    sedangkan yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia,

    menurut pengamatan terakhir ditemukan 80 spesies Anopheles, sedangkan yang

    menjadi vektor malaria adalah 22 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-

    beda (Gandahusada, 2006). Namun di Indonesia Agent penyebab malaria yang

    diketahui dari genus Plasmodium, Familia Plasmodidae, dari Orde Coccidiidae.

    Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada empat macam Plasmodium, (Depkes RI,

    1995) yaitu :

    a. Plasmodium Falcifarum, penyebab penyakit malaria tropika.

    b. Plasmodium Vivax, penyebab malaria tertiana.

    c. Plasmodium Malariae, peneyebab penyakit malaria kuartana.

    d. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak

    di Afrika.

    C. Bionomik Nyamuk Malaria

    1. Tempat Perindukan

    Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat

    perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    7/14

    7

    kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat

    yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang

    pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang

    dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An.

    Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat

    bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi

    tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan.

    2. Tempat Istirahat

    Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang

    sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahatsementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun

    pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk

    beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai

    perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat

    dekat dengan tanah (An.Aconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di

    tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada

    nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan

    kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah

    menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat. selain

    itu Perilaku istirahat nyamuk An. sundaicus ini biasanya hinggap di dinding-

    dinding rumah penduduk (Hiswani, 2004).

    D. Lingkungan

    1. Lingkungan Fisik

    Menurut Harijanto (2000), Faktor geografi dan meterorologi di Indonesia sangat

    menguntungkan transmisi malaria di Indonesia, seperti :

    1.1. Suhu

    Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga proses metabolisme

    dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan, tidak dapat mengatur

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    8/14

    8

    suhu tubuhnya sendiri terhadap perubahan-perubahan di luar tubuhnya. Nyamuk

    dapat bertahan hidup pada suhu rendah tetapi proses metabolismenya menurun

    bahkan terhenti bila suhu turun sampai suhu kritis. Pada suhu yang lebih tinggi

    dari 35 C, juga mengalami perubahan. Suhu rata-rata optimum untuk

    pertumbuhan nyamuk 25 27C. Toleransi suhu tergantung pada species

    nyamuknya, species nyamuk tidak tahan pada suhu 56C.

    Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan metabolisme

    yang sebagian diatur oleh suhu seperti lamanya masa pra dewasa, kecepatan

    pencernaan darah yang dihisap, pematangan dari indung telur, frekuensi

    mengambil makanan atau mengigit berbeda-beda menurut suhu. Suhu juga

    mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimumberkisar antara 20 dan 30 C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin

    pendek masa inkubasi ekstrinsik (siklus sporogoni dalam tubuh nyamuk) dan

    sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

    1.2. Kelembaban udara

    Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara yang

    biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban yang rendah memperpendek

    umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60

    % merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk.

    Kelembaban juga berpengaruh terhadap kemampuan terbang nyamuk. Badan

    nyamuk yang kecil mempunyai permukaan yang besar oleh karena sistem

    pernapasan dengan trachea. Pada waktu terbang, nyamuk memerlukan oksigen

    lebih banyak sehingga trachea terbuka. Dengan demikian penguapan air dari

    tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air dalam

    tubuh dari penguapan, maka jarak terbang nyamuk terbatas. Kelembaban udara

    menjadi faktor yang mengatur cara hidup nyamuk, beradaptasi pada keadaan

    kelembaban yang tinggi dan pada suatu ekosistem kepulauan atau ekosistem

    hutan. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih

    sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    9/14

    9

    1.3. Hujan

    Hujan menyebabkan naiknya kelembaban udara dan menambah jumlah

    tempat perkembangbiakan (breeding places) dan terjadinya epidemi malaria.

    Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis vektor

    dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar

    kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.

    1.4. Ketinggian

    Setiap ketinggian naik 100 meter maka selisih udara dengan tempat

    semula C. Bila perbedaan tempat cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara

    juga cukup banyak dan mempengaruhi faktor-faktor yang lain, termasukpenyebaran nyamuk , siklus pertumbuhan parasit di dalam nyamuk dan musim

    penularan. Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin

    bertambah pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria.

    1.5. Angin

    Angin secara langsung berpengaruh pada penerbangan nyamuk dan ikut

    menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Kecepatan angin 1114

    m/det atau 2531 mil/jam akan menghambat penerbangan nyamuk.

    1.6. Sinar matahari

    Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-

    beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh. An. hyrcanus dan An.

    punctulatus lebihmenyukai tempat yang terbuka. An. barbirostris dapat hidup baik

    di tempat yang teduh maupun yang terang.

    2. Lingkungan Biologik

    Keadaan lingkungan sekitar penduduk seperti adanya tumbuhan salak, bakau,

    lumut, ganggang dapat mempengaruhi kehidupan larva, karena ia dapat menghalangi

    sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    10/14

    10

    jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala timah (Panchax spp), gambusia, nila,

    mujair dan lain-lain akan mengurangi populasi nyamuk di suatu daerah. Begitu pula

    adanya hewan piaraan seperti sapi, kerbau dan babi dapat mempengaruhi jumlah

    gigitan nyamuk pada manusia, bila ternak tersebut kandangnya tidak jauh dari rumah.

    3. Lingkungan Sosial Budaya

    Sosial budaya juga berpengaruh terhadap kejadian malaria seperti: kebiasaan

    keluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik

    akan memudahkan kontak dengan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat tentang

    bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas

    malaria seperti penyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawatkasa pada rumah dan menggunakan racun nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti

    pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan

    pemukiman baru/transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang

    menguntungkan penularan malaria (Harijanto, 2000). Konflik antar penduduk yang

    menimbulkan peperangan dan perpindahan penduduk, serta peningkatan pariwisata

    dan perjalanan dari daerah endemik dapat menjadi faktor meningkatnya kasus malaria

    (Harijanto, 2000).

    Hasil studi epidemiologi lingkungan memperlihatkan tingkat kesehatan

    masyarakat atau kejadian suatu penyakit dalam suatu kelompok masyarakat

    merupakan resultance dan hubungan timbal balik antara masyarakat itu sendiri

    dengan lingkungan. Pada gilirannya, sebagai unsur yang terlibat langsung dalam

    hubungan timbal balik tersebut, apapun yang terjadi sebagai dampak dari proses

    interaksi berupa perubahan lingkungan akan menimpa dan dirasakan masyarakat.

    Dalam kasus-kasus tertentu, kehidupan nyamuk di habitatnya, entah di Pantai, hutan

    atau gunung sudah demikian harmonis dan mengikuti keseimbangan alam. Nyamuk

    hutan atau gunung, misalnya mereka sebelumnya cukup memenuhi kebutuhan

    darahnya untuk keperluan pertumbuhan telurnya dari tubuh binatang yang ada di

    Hutan. Tanpa harus mengejar manusia, manusiapun relatif terhindar dari gigitan

    nyamuk. Namun seiring dengan rusaknya lingkungan ekosistem hutan, kehidupan

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    11/14

    11

    dan keseimbangan alami tempat hidup mereka pun terganggu. Nyamuk pun menulari

    sumber dan lokasi kehidupan baru. Orang-orang sehat yang keluar masuk hutan,

    terpaksa harus menerima gigitan nyamuk dan pulang membawa parasit di dalam

    darahnya. Demikian pula penduduk yang bermukim disekitar hutan menjadi sasaran

    terdekat nyamuk-nyamuk hutan yang mencari sumber kehidupan mereka.

    PEMBAHASAN

    Sampai saat ini malaria merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

    kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Indonesia masih banyak daerah yang

    merupakan endemis malaria. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoaobligat intraseluler genus Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles,

    Yang dalam perkembangbiakannya membutuhkan faktor-faktor lingkungan seperti:

    faktor fisik, kimia dan biologi. spesies nyamuk Anopheles (vektor malaria) di

    daerah lempasing Kabupaten Pesawaran yaitu An.sundaicus 1 ekor (1,5%),

    An.sinensis 37 ekor (59%), An.barbirostris 24 ekor (38%) dan An. nigerimus 1

    ekor (1,5%) dan nyamuk yang di dapat di luar rumah hanya An.sundaicus sebanyak

    10 ekor (100%). (Oktalia Asmara at.all)

    Lingkungan merupakan faktor penting dalam transmisi malaria meliputi

    lingkungan fisik, biologik, dan sosial budaya. Lingkungan fisik, suhu, kelembaban

    udara, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air sangat dominan terhadap

    perkembangan nyamuk anopheles dari larva, nyamuk dewasa, hingga kemampuan

    terbang nyamuk. Tumbuhan disekitar tempat perindukan nyamuk (breeding places)

    seperti salak, bakau, lumut, ganggang dapat mempengaruhi kehidupan larva dan

    melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. adanya ikan pemangsa seperti ikan

    kepala timah (Panchax spp) akan dapat mengurangi populasi nyamuk anopheles.

    Selain itu salah satu kebiasaan nyamuk malaria adalah berkembang biak di air

    payau yang banyak terdapat di lingkungan pantai. terdapat 3 kemungkinan terjadinya

    lingkungan air payau yaitu adanya genangan air laut, adanya tambahan air tawar atau

    air hujan yang turun dengan intensitas tertentu didaerah tempat genangan dan

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    12/14

    12

    pancaran sinar matahari yang cukup menyinari campuran air laut dengan air hujan

    sehingga salinitas ( kadar garam ) berubah, hal ini yang di jadikan sebagai tempat

    perkembangbiakan vektor malaria di daerah lempasing dikarenakan daerah tersebut

    banyak genangan-genangan air payau yang mendukung untuk transmisi penularan

    penyakit malaria. hal hal tersebut juga didukung dengan perubahan iklim yang dapat

    mempengaruhi lemahnya sistem penanggulangan penyakit malaria karena intensitas

    curah hujan yang tidak tetap.

    Perilaku manusia sehari-hari juga ikut mempengaruhi transmisi malaria

    seperti keluar rumah sampai larut malam, dimana nyamuk anopheles bersifat

    eksofilik dan eksofagik akan memudahkan kontak dengan nyamuk, repelant adalah

    salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk pada malam hari. Pada saat tidurbiasakan menggunakan kelambu apabila berada di wilayah endemis malaria, program

    pendistribusian kelambu merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan

    malaria. Perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia tanpa disadari meningkatkan

    transmisi malaria, kegiatan manusia terkadang mengakibatkan terbentuknya tempat

    perindukan nyamuk (breeding places) selain itu perubahan lingkungan terkadang juga

    mengakibatkan terjadinya perpindahan nyamuk dari satu tempat ke tempat lain. Hal

    ini yang dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan

    kasus malaria di daerah sekitar pantai.

    Selain faktor di atas terdapat beberapa faktor yang mendukung dalam

    penyebaran penyakit malaria diantaranya yang harus di ketahui yaitu :

    a. Umur Populasi Vektor.

    Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan dipengaruhi keadaan

    lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah satu

    cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan melihat beberapa

    persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk

    yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur

    (ovarium).

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    13/14

    13

    b. Distribusi Musiman.

    Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi

    musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan

    menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang

    berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk

    daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi

    pada musim penghujan,

    c. Penyebaran Vektor.

    Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit

    yang ditularkan serangga maupun antropoda. Penyebaran nyamuk dapatberlangsung dengan dua cara yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan

    terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan alat transport atau angin.

    KESIMPULAN

    Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam transmisi malaria

    mulai dari lingkungan fisik, biologik dan sosial budaya. Perkembangan nyamuk

    dipengaruhi faktor geografi dan meterologi mulai dari suhu, kelembaban udara, curah

    hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air. Keberadaan hewan seperti ikan

    dapat menurunkan populasi nyamuk, selain itu perilaku manusia terhaadap

    lingkungan justru yang memudahkan proses transmisi malaria selain itu umur

    populasi vektor, distribusi musiman dan penyebaran vektor dapat mempengaruhi

    terjadinya peningkatan kasus malaria di suatu daerah.

  • 5/26/2018 Bab i Epidemiologi Kesling

    14/14

    14

    DAFTAR PUSTAKA

    http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/1736

    http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/265/337

    http://journal.unair.ac.id

    http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/1736http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/1736http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/265/337http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/265/337http://journal.unair.ac.id/http://journal.unair.ac.id/http://journal.unair.ac.id/http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/265/337http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/1736