bab i - digital library - perpustakaan pusat unikom...

45
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Semantik Menurut Verhar (2004:13) semantik merupakan cabang linguistik yang membahas arti atau makna. O’Grady, et, al (1997:268) menyatakan bahwa “Semantics is the study of meaning in human language,” maksudnya bahwa semantik adalah studi atau pembelajaran mengenai makna di dalam bahasa manusia. Kemudian Kridalaksana (2001:193) mengatakan bahwa semantik adalah subsistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Hal yang senada dengan kridalaksana dikemukakan oleh Palmer, Semantics is the technical term used to refer to the study of meaning and since meaning is part of language, semantics is part of linguistics (1976:1), dari pernyataan tersebut dapat diketahui 7

Upload: ngocong

Post on 05-May-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Semantik

Menurut Verhar (2004:13) semantik merupakan cabang linguistik yang

membahas arti atau makna. O’Grady, et, al (1997:268) menyatakan bahwa

“Semantics is the study of meaning in human language,” maksudnya bahwa

semantik adalah studi atau pembelajaran mengenai makna di dalam bahasa

manusia. Kemudian Kridalaksana (2001:193) mengatakan bahwa semantik adalah

subsistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa. Dengan anggapan

bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari

linguistik. Hal yang senada dengan kridalaksana dikemukakan oleh Palmer,

“Semantics is the technical term used to refer to the study of meaning and since

meaning is part of language, semantics is part of linguistics” (1976:1), dari

pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa semantik merupakan suatu bagian dari

bahasa, dan semantik itu sendiri merupakan bagian dari linguistik.

Menurut Rodman dan Fromkin (1983:200) “Semantics is the meaning of

words and sentences”, maksudnya semantik merupakan makna dari kata dan

kalimat. Dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa semantik

merupakan studi mengenai makna dalam bahasa manusia yang tentu saja meliputi

dua makna, yaitu kata dan kalimat.

7

Page 2: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

8

2.2.1 Makna

Objek studi semantik adalah makna dan makna yang dimaksud

yaitu makna yang terdapat dalam ujaran-ujaran, seperti frasa, klausa,

kalimat dan wacana, (Chaer, 1990:6).

Makna mempunyai pengertian yang sangat luas dan sulit untuk

didefinisikan. Definisi yang ada pada saat ini sangatlah bervariasi dari satu

ahli bahasa ke ahli bahasa lainnya. Hal ini disebabkan karena tiap ahli

bahasa hanya membahas makna berdasarkan bidang ilmu yang

ditekuninya. Kesulitan lain disebabkan karena makna kelihatannya tidak

stabil dan tergantung kepada pemakai, pendengar, dan konteksnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Palmer (1976:7) bahwa “… meaning do no seem

to be stable but to depend upon speaker, hearers, and context.”

Beberapa pengertian dan teori telah dibahas oleh para ahli

linguistik mengenai apa yang dimaksud dengan makna atau what is

meaning? Makna adalah maksud si pembicara; pengaruh satuan bahasa

dalam pemahaman persepsi/perilaku manusia atau sekelompok manusia.

(Kridalaksana, 2001:132).

Selanjutnya para ahli linguistik selalu membedakan antara makna

leksikal dengan makna gramatikal. Makna leksikal merupakan makna

yang diberikan kepada suatu objek oleh si penutur atau makna yang sesuai

dengan apa yang terdapat dalam kamus. Kridalaksana (2001:133)

mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa

sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain-lain yang dipunyai unsur-unsur

Page 3: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

9

bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Sedangkan makna

gramatikal dapat diartikan sebagai hubungan yang muncul di antara

elemen-elemen linguistik. Kridalaksana (2001:132) mengatakan bahwa

makna gramatikal adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam

satuan-satuan yang lebih besar; misalnya hubungan antara kata dengan

kata lain dalam frasa atau klausa.

2.2.2. Ambiguitas

Ambiguitas menurut Kridalaksana (2001:11) adalah sifat kontruksi

yang dapat diberi lebih dari satu tafsiran. Kata sifatnya adalah ambigu,

yang berarti mempunyai lebih dari satu makna. Rodman dan Fromkin

(1993:129) menyatakan bahwa “A word or sentences is ambiguous if it

can be understood or interpreted in more than one way”. Hal ini sejalan

dengan apa yang dianggap oleh Hurford dan Heasley (1984:121), mereka

menyatakan bahwa “A word or sentence is ambiguous when it has more

than one sense”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa satu kata

atau kalimat dikatakan ambigu jika mempunyai lebih dari satu makna.

Sementara itu Chaer (1995:104) menyatakan bahwa ambiguitas atau

ketaksaan diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti.

Dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ambiguitas

merupakan suatu kata atau kalimat yang memiliki makna lebih dari satu.

Ambiguitas dapat timbul dalam berbagai macam tulisan atau tuturan.

Jika kita membaca sebuah tulisan atau mendengarkan pembicaraan seseorang,

kadang kita sulit untuk memahami makna dari kata yang kita baca atau yang

Page 4: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

10

dituturkan. Hal ini terjadi apabila kata atau kalimat tersebut merupakan kata

atau kalimat yang ambigu.

Pada umumnya ambiguitas dapat disebabkan oleh tiga faktor,

yaitu: faktor leksikal, struktur fonetik, dan struktural (Hurford, et al;

1984:128 ; Ulmann, 1972:156).

Hurford, et al. (1983:128) menyatakan bahwa

“Any ambiguity resulting from the ambiguity of a word is a lexical ambiguity” dan “A sentences which ambiguous because its word relate to each other in different way, even though none of the individual word are ambiguous” is structurally (or Grammatically) ambiguous.

Kemudian Ulmann (1972:156) menyatakan bahwa dalam bahasa

lisan, keambiguan dapat disebabkan oleh struktur fonetis kalimat (phonetic

structure of sentence).

Dari pernyataan-pernyataan tersebut nampak bahwa ambiguitas

leksikal adalah ambiguitas yang disebabkan oleh ambiguitas dari suatu kata,

ambiguitas fonetik adalah ambiguitas yang disebabkan oleh ambiguitas dari

unsur fonetik dalam kalimat, sedangkan ambiguitas struktur adalah

ambiguitas yang disebabkan oleh struktur kalimat yang ambigu karena kata-

kata didalamnya berkaitan satu sama lain dengan cara yang berbeda-beda,

meskipun tidak satupun dari kata-kata tersebut yang ambigu

2.2.2.1 Ambiguitas Leksikal

Ambiguitas leksikal menurut Rodman dan Fromkin

(1983:169) yaitu “Sentences maybe ambiguous because they

contain one or more ambiguous word”. Dari pernyataan tersebut

Page 5: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

11

dapat diketahui bahwa kalimat bisa berarti ambigu karena kalimat-

kalimat tersebut mempunyai satu atau lebih kata yang ambigu,

misalnya kata ground. Ground memiliki dua arti; ground yang bisa

merupakan past tense dari kata grind yang berarti ‘menggerinda’

dan ground yang berarti ‘tanah’ (earth).

Ambiguitas leksikal dapat dilihat dari dua segi, yaitu

polisemi dan homonimi (Chaer 1995:104-105), kemudian

Kridalaksana membagi homonimi menjadi dua bagian, yaitu

homografi dan homofoni (2001:76).

2.2.2.2 Ambiguitas Struktur Fonetis

Menurut Ulmann (1972:156) bahwa dalam bahasa lisan

keambiguan dapat disebabkan oleh struktur fonetis kalimat

(Phonetic structure of the sentence). Karena unit akustik dari

ucapan yang berhubungan adalah jeda dan bukan satuan kata, maka

ada kemungkinan terjadinya kegandaan makna yang sebenarnya

disebabkan oleh kata-kata yang berlainan, contoh:

a. The sun’s rays meet and the sons raise meet.

b. A near (ginjal) dan an ear (telinga).

2.2.2.3 Ambiguitas struktur

Ambiguitas struktur menurut Rodman dan Fromkin

(1983:172) adalah “Structural ambiguity is the structure of the

sentence that permits more than one interpretation, rather than the

Page 6: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

12

words in the sentence”. Hurford, et, al, (1983:128) menyatakan

bahwa “A sentence which is ambiguous because its word related to

each other in different ways, even though none of the individual

word are ambiguous, is structurally (or grammatically)

ambiguous”, dan O’Grady (1996:284) menyatakan bahwa “Some

sentence are structurally ambiguous in that the meaning of their

component word can be combined in more than way”.

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan ambiguitas struktur adalah struktur kalimat

yang tiap katanya dapat saling berhubungan satu sama lainnya dalam

dua atau lebih struktur yang berbeda, meskipun tidak ada kata yang

ambigu. Jadi, kalimat tersebut ambigu meskipun tiap katanya tidaklah

ambigu, contoh: Nicole saw the people with binoculars (O, Grady).

Kalimat diatas memiliki konstruksi gramatikal yang dapat

diinterpretasikan berbeda, yaitu:

a. Nicole saw the people who have the binoculars, yang

artinya Nicole melihat orang yang mempunyai teropong

b. Nicole saw the people by using the binoculars, yang

artinya Nicole melihat orang dengan menggunakan

teropong.

Perbedaan konstruksi gramatikal pada kalimat di atas akan

labih jelas terlihat dalam diagram pohon atau tree diagram berikut ini:

Page 7: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

13

Kegandaan makna dalam ambiguitas struktur berasal dari

satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frasa, atau kalimat, dan

terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda

(Chaer, 1995:105).

2.2.3. Konteks

Konteks merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi dan

menentukan makna, apabila kita hendak memahami makna maka kita

harus memahami terlebih dahulu konteks yang melingkupi pembicaraan.

Hurford, et, al, mengemukakan:

“The context of utterance is a small sub part of the universe of discourse shared by the speaker and the hearers, and included facts about the topic of conversation in which the utterance occurs, and also fact about the situation in which the conversation itself takes place,” (1983:68).

Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa konteks suatu

pembicara merupakan bagian dari wacana semesta yang dibawakan oleh si

penutur dan si petutur yang meliputi fakta tentang keadaan dimana

pembicaraan dilakukan. Tanpa melihat konteks, kita akan kebingungan

karena satu kata mungkin memiliki lebih dari satu makna dan hal ini akan

menyebabkan ambiguitas

with binoculars

PPN

NPV

VP

Nicole saw the people

N

NP

Det

S

with binoculars

PPN

VP

Nicole saw the people

N

NP

Det

S

NP

V

Page 8: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

14

Selain pernyataan di atas, Hornby (1995:250) mengemukakan

bahwa” Context is word that come before and after a word, phrase,

statement, etc helping to show its meaning is.” Konteks merupakan kata-

kata yang ada sebelum dan sesudah kata, frasa, kalimat, dan sebagainya.

yang membantu menunjuk makna kata, frasa, dan kalimat tersebut.

Kridalaksana (2001:120) juga menyatakan bahwa konteks merupakan

aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran

tertentu; pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar

sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara.

Kridalaksana (2001:120) membagi konteks menjadi tiga yaitu

konteks budaya (cultural context), linguistik (linguistic context) dan situasi

(context of situation) atau non-linguistik. Konteks budaya (cultural

context) adalah konteks yang berhubungan dengan kebudayaan, yaitu

situasi non-linguistik di mana sebuah komunikasi terjadi yang timbul dari

keseluruhan kebudayaan. Konteks linguistik (linguistic context) adalah

konteks yang memberikan makna yang paling cocok pada unsur bahasa;

meliputi hubungan antar kata, frasa dan kalimat. Konteks linguistik juga

mencakup konteks sintaksis dan konteks semoktatis. Konteks linguistik

juga dikenal sebagai endofora, yaitu hal atau fungsi yang menunjukkan

kembali kepada hal-hal yang ada pada wacana; mencakup katafora dan

anafora (2001:51). Melalui konteks linguistik atau konteks wacana maka

kalimat dapat ditemukan dengan melihat apa yang dibicarakan sebelumnya

(anafora) dan sesudah nya (katafora). Konteks situasi (Context of

Page 9: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

15

situation) adalah lingkungan non-linguistik ujaran yang merupakan alat

untuk memperinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk memahami

ujaran. Konteks situasi dikenal juga sebagai eksofora (exophora), yaitu hal

atau fungsi yang menunjukkan kembali pada sesuatu yang ada di luar

bahasa atau pada situasi (2001:49).

2.2 Kajian Sintaksis

Kata ‘sintaksis’ berasal dari bahasa Yunani, sun ‘dengan’ dan tattein

‘menempatkan’. Istilah tersebut secara etimologi berarti menempatkan bersama-

sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok

kata menjadi kalimat (Verhaar, J.W.M. 1981:70). Definisi lain juga dikemukakan

oleh O’Grady, et, al; (1996:181) bahwa “Syntax is the system of rules and

categories that underlies sentences formation in human language”. Dari

pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sintaksis adalah sistem dari kaidah-

kaidah dan kategori-kategori yang melandasi formasi kalimat dalam bahasa

manusia. Selain pernyataan di atas, Chaer (1995:206), menyatakan bahwa secara

etimologis sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi

kelompok kata atau kalimat.

Dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah

cabang linguistik yang mempelajari semua hubungan antar kata dan bagaimana

kata-kata tersebut disusun sehingga membentuk suatu konstruksi yang lebih besar

yaitu frasa, klausa dan kalimat.

Di dalam sintaksis terdapat dua macam kaidah, yaitu: kaidah struktur frasa

atau phrase structure rules (PS rules) dan kaidah transformasi atau transformational

Page 10: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

16

rules (MC Manis. et. al, 1987:153). Kaidah struktur frasa atau phrase structure rules

(PS rules) digunakan dalam skripsi ini karena dapat digunakan untuk melihat

komponen-komponen pembentuk sebuah kalimat, sementara kaidah transformasi

akan lebih bermanfaat untuk memetakan proses terbentuknya sebuah kalimat dimulai

dengan struktur lahir dan struktur batin atau sebaliknya.

2.2.1 Diagram Pohon dan Konstituen

2.2.1.1 Diagram Pohon

Menurut Kridalaksana (2001:41) bahwa diagram pohon

(tree diagram) adalah gambaran visual dari penjabaran suatu

satuan atas konstituen-konstituen secara hierarkis. Kemudian

Rodman dan Fromkin (1993:519) menyatakan bahwa “Tree

diagram is a graphical representation of the hierarchical

structure of a phrase or sentence, misalnya kalimat the child

found the puppy digambarkan dengan diagram pohon sebagai

berikut:

Jadi dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa tree diagram adalah diagram pohon yang menjabarkan

konstituen-konstituen struktur pada frasa atau kalimat secara

beruntutan unsur bahasanya mulai dari yang terkecil

(terendah) sampai yang terbesar (tertinggi).

Page 11: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

The child found the puppy

NP

VP

V Det N

S

NP

Det N

17

2.2.1.2 Konstituen

Menurut kridalaksana (2001:118) bahwa konstituen

adalah unsur bahasa yang merupakan bagian dari satuan yang

lebih besar. Kemudian Gleason (1955:132) menyatakan “A

constituent is any word or construction (or morphemes) which

enter into some larger construction”. Sementara itu, Ramelan

(1992:112) menyatakan “Constituent is each of parts or

morphemes which forms the construction larger constituent.

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

konstituen adalah unsur atau elemen yang merupakan bagian

dari konstruksi yang lebih besar, dengan kata lain bahwa unsur

tersebut dapat membentuk sebuah konstruksi yang lebih besar.

Berdasarkan kemampuannya untuk dapat di pecah lagi

kedalam bentuk yang lebih kecil lagi, maka konstituen

diklasifikasikan kedalam dua jenis yaitu: ultimate constituent

dan immediate constituent.

Page 12: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

18

a. Ultimate Constituent

Menurut Ramlan (1992:112) bahwa ultimate

constituent adalah konstituen yang tidak dapat dipecah

lagi menjadi bagian yang lebih kecil, misalnya, kata dis-

dan agree dari kata disagree.

b. Immediate Constituent

Menurut Gleason (1955:132) bahwa “ Immediate

constituent is one of two, or a few, constituent of which

any given construction is directly formed.” Parera

(1988:47) mengatakan bahwa unsur bawahan langsung

merupakan teknik analisis secara struktural untuk

menemukan satuan-satuan bahasa yang secara beruntun,

bertahap membentuk satu konstruksi bahasa yang lebih

tinggi. Kemudian Huddleson menambahkan bahwa

immediate constituent adalah satu, dua, atau lebih

konstituen yang masih dapat dibagi lagi kedalam

konstituen yang lebih kecil, misalnya frasa nomina the

boss dalam kalimat the boss must have made a mistake,

frasa nomina the boss dapat dibagi kedalam dua

konstituen yaitu the dan boss (1984:03).

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa IC

adalah satu atau lebih konstituen yang masih dapat dibagi lagi

Page 13: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

19

kedalam konstituen yang lebih kecil dan secara langsung dapat

membentuk sebuah konstruksi.

2.2.2 Kategori Sintaksis

Pendapat O’Grady , et, al. (1996:182) tentang kategori sintaksis

sebagai berikut:

“A fundamental fact about word in all human languages is that they can be grouped together into relatively small number of classes, called syntactic categories. This classification reflects a variety of factor, including the type of meaning that word express, the type of affixes that they take, and the type of structures in which they can occur”. (Includes both lexical and functional categories) .

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa faktor

yang mendasar mengenai kata-kata dalam semua bahasa manusia

adalah bahwa kata-kata tersebut dapat dikelompokan kedalam kelas-

kelas kata yang relatif lebih kecil dikenal dengan kategori sintaksis.

Pengelompokkan ini menggambarkan macam-macam faktor termasuk

jenis makna yang ditunjukkannya, jenis afiks yang digunakannya,

dan jenis struktur yang sesuai dengan konteks kalimatnya (termasuk

juga kategori leksikal dan kategori fungsional). Selain definisi

diatas, Kridalaksana (2001:101) mengungkapkan bahwa kategori

sintaksis merupakan golongan yang diperoleh suatu satuan sebagai

akibat hubungan dengan kata-kata lain dalam konstruksi sintaksis

atau golongan. Satuan bahasa di beda-bedakan atas bentuk, fungsi,

dan makna.

Page 14: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

20

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kategori

sintaksis adalah pengelompokkan kata-kata menjadi kelompok kata yang

lebih kecil lagi berdasarkan pada fungsi, bentuk, dan makna, atau yang

disebut juga sebagai part of speech.

O’Grady, et.al, (1996:182-183) membagi kategori sintaksis

menjadi dua kategori, yaitu kategori leksikal (Lexical categories) dan non-

leksikal (Non-lexical categories). Kategori leksikal memainkan peranan

yang penting dalam formasi kalimat, kategori leksikal terdiri dari nomina

atau noun (N), verba atau verb (Verb), ajektifa atau adjective (Adj),

preposisi atau preposition (P), dan adverbia atau adverb (Adv). Kategori

non-leksikal atau yang disebut juga functional categories mempunyai

makna yang lebih sulit untuk didefinisikan dan dimaknai bila

dibandingkan dengan kategori leksikal. Kategori non-leksikal terdiri atas

beberapa kategori yaitu;

a. Determiner (Det), Contoh; these, this, the, a

b. Auxiliary verb (Aux), Contoh; can, must, will.

c. Conjunction (Con), Contoh; and, but, or.

d. Qualifier (Qual), Contoh; always, perhaps, often, never,

almost.

e. Degree Word (Deg), Contoh; too, so, very, quite, more.

2.2.3 Frasa

Mengenai frasa ada beberapa definisi yang diungkapkan. M. Blace

Lewis (1963) yang dikutip oleh Pateda (1994:89) mengatakan bahwa

Page 15: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

21

“Phrase are sequences of two or more word below the rule of clauses and

a many these words there obtain interior relationship”. Swan

(1995:XXVI) mengemukakan bahwa “Phrase are two or more words that

function together as a group.” Dari kedua pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa frasa terdiri dari dua kata atau lebih, lebih kecil dari

klausa dan antara kata-kata tersebut terdapat hubungan.

Kemudian definisi lain mengatakan bahwa frasa adalah suatu

konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, tetapi yang tidak

mempunyai ciri konstruksi sebuah klausa, dan sering pula ia mengisi slot

atau gatra dalam tingkat klausa (Parera, 1978:35) yang dikutip oleh

(Pateda, 1994:89).

Dari ketiga definisi di atas dapat diketahui bahwa frasa terdiri dari

dua kata atau lebih dan tidak berisi subjek dan predikat. Karena frasa

merupakan sebuah konstruksi yang dapat dibentuk dari dua kata atau

lebih, maka dari hal ini dapat dilibatkan kaidah struktur frasa. Kaidah

struktur frasa menurut pendapat Rodman dan Fromkin (1983:222) adalah

“Phrase structure rules is the rules that determine the basic constituent

structure of sentence”. Kemudian Mc. Manis, et, al. (1998:153)

mengemukakan bahwa “What the phrase (constituent) structure rules

actually do is to specify the internal composition and ordering of different

syntactic categories.” Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kaidah struktur frasa atau PS rules adalah kaidah yang menjabarkan atau

menentukan komposisi internal satuan sintaksis (struktur dasar), seperti

Page 16: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

22

kalimat, dan frasa, dan menjelaskan struktur satuan-satuan kategori

sintaksis yang berbeda.

Kemudian Mc. Manis, et, al (1987:725) menambahkan bahwa PS

Rules juga bisa dikatakan sebagai kaidah untuk membuat diagram pohon yang

menunjukkan struktur dan pengkategorisasian konstituen-konstituen yang

terdapat dalam sebuah kalimat. Menurut O’Grady, et, al, (1996:725) bahwa

“phrase structure rule is a rule of grammar that states the composition of

phrase.” Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa phrase structure rules

(PS Rules) adalah suatu kaidah bahasa yang merumuskan komposisi frasa.

Dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa PS Rules

merupakan kaidah yang menjabarkan bagaimana konstituen-konstituen

pada frasa dan kalimat dikonstruksikan dan dikatagorikan.

Kaidah PS Rules yang dikemukakan oleh O’Grady, et, al

(1996:189) berikut ini menentukan posisi specifier, heads, dan

complements dalam berbagai frasa yang telah disebutkan sebelumnya.

O’Grady (1996:186) menyatakan bahwa “Specifier helps to make more

precise the meaning of the head”. Leech (1982:35) mengatakan bahwa

“Head is the word which can not be omitted from the phrase”. Kemudian

O’Grady (1996: 187) mengatakan bahwa “Complement provides

information about entities and location whose existence is implied by the

meaning of the head.” Dari ketiga pernyataan tersebut dapat diketahui

bahwa specifier adalah sebuah kata yang menjelaskan atau

mengspesifikasikan arti head, misalnya Determiner, kata the pada frasa

Page 17: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

23

nomina the book dapat mengspesifikasikan arti book, kemudian yang

dimaksud dengan head adalah sebuah kata yang tidak dapat dihilangkan

dari sebuah frasa yang bearti head ini bersifat obligatory, misalnya, kata

bicycle dalam frasa nomina my bicycle, dan yang dimaksud dengan

complement adalah kata yang dapat memberikan informasi tentang

keberadaan karakter head atau sabjek., misalnya, kata hamburger pada

frasa verba eat hamburger yang dapat menunjukan sebuah objek yang

dimakan.

Dalam kategori sintaksis tanda panah () yang ada pada kaidah-

kaidah di bawah ini mempunyai arti ‘terdiri dari’ atau ‘cabang dari’. Tanda

tiga buah titik (…) di belakang tiap-tiap kaidah tersebut melambangkan

bahwa tiap-tiap kaidah tersebut masih dapat diikuti oleh berbagai pilihan

komplemen atau complement option yang lain. Tanda kurung ( ) pada

kaidah-kaidah tersebut menandakan bahwa kategori sintaksis yang pertama

merupakan spesifier dan yang kedua merupakan complement. Spesifier dan

complement bersifat optional atau tidak wajib.

Berikut ini adalah kaidah-kaidah struktur frasa yang diambil dari

O’Grady, Rodman dan Fromkin, dan Thomas Linda.

1. Frasa Nomina (NP)

Pendapat A. Pyle (1995: 44) tentang frasa nomina sebagai

berikut:

“The noun phrase is a group of words that ends with a noun. It can contain determiners (the, a, this, etc), adjectives, adverbs, and nouns. It can not begin with a preposition. Remember that both subjects are complements are generally noun phrases “.

Page 18: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

24

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa frasa nomina merupakan

frasa yang dapat terdiri dari determiner, ajektifa, adverbia, dan

nomina, dan tidak dapat didahului oleh sebuah preposisi, serta

dapat bertindak sebagai subjek dan komplemen. Frasa nomina

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kaidah pertama merumuskan bahwa frasa nomina atau

noun phrase (NP) dapat di bentuk dari tiga kaidah, yaitu: pertama,

frasa nomina yang terdiri dari determiner (Det) yang bersifat

optional, sebuah nomina atau noun (N) yang bersifat obligatory,

dan sebuah komplemen frasa preposisi atau prepositional phrase

complement (PP Complement) yang bersifat optional, misalnya;

the books about the war. Kedua, frasa nomina dapat terdiri dari

artikel (Art) atau determiner yang bersifat obligatory, frasa ajektifa

(AP) yang bersifat optional, dan Nomina yang bersifat obligatory,

misalnya; a large red ancient building. Ketiga, Frasa nomina

dapat hanya terdiri dari pronomina saja (Pro) yang bersifat

obligatory, misalnya; They. Dari ketiga kaidah tersebut dapat

disimpulkan bahwa frasa nomina dapat terdiri dari determiner

(Det) dan frasa ajektifa yang keduanya bersifat optional, nomina

(N) yang bersifat obligatory, dan komplemen frasa preposisi atau

Page 19: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

25

prepositional phrase complement (PP Complement) yang bersifat

optional. Selain itu, frasa nomina juga bisa hanya terdiri dari

pronomina atau pronoun saja yang bersifat obligatory.

Rodman dan Fromkin serta O’Grady memakai penamaan

yang berbeda yaitu Det dan Art. Namun pada dasarnya kedua

penamaan tersebut tetap mengacu pada konsep dan definisi yang

sama.

Kridalaksana (2001:42) mengemukakan bahwa determiner

adalah partikel yang ada dilingkungan nomina (di

depan/dibelakang) dan membatasi maknanya. Kemudian O’Grady,

et,al, (1996:711) mengemukakan bahwa “Determiner (Det) is

functional category that serves as the specifier of a anoun.” Hal

senada juga diungkapkan oleh Thomas Linda (1993:6) bahwa

“Determiners are a small group of words and they act to limit or

determine to some extent the possible range of things which the

noun can refer to.” Kemudian Aik, et, al (1992:21)

mengemukakan fungsi determiner, yaitu “A limiting adjective (or

determiner) limits the reference of the noun or pronoun. It tells us

either which person, thing or idea is referred to or how many

persons, things, or idea there are.” Dari ketiga definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa determiner adalah suatu kategori

fungsional yang ada di lingkungan nomina yang berfungsi sebagai

spesifikator dan membatasi maknanya.

Page 20: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

26

Aik, et,al, juga berpendapat bahwa determiner terbagi

kedalam kategori-kategori berikut:

1. Artikel atau article, contoh; a, an, the.

2. Demonstrative adjective, contoh; this, that, there, those, such.

3. Possessive adjective, contoh: my, his, her, your. Our, its,

their.

4. Interrogative Adjective, contoh; whose, which, what.

5. Qualifier terbagi tiga, yaitu definite numerical quantities

(tree, five, twenty), Indefinite quantities (some, few, most),

dan Distributive reference (Whose, which, what).

6. Relative adjective, contoh; whose, which, what.

Nomina (N) bersifat obligatory karena nomina (N)

berfungsi sebagai head dari frasa nomina (NP). Dalam kaidah ini,

terdapat kemungkinan bahwa sebuah frasa dapat berdiri asalkan

posisi head-nya, yaitu nomina (N) dapat terisi (O’Gra1996:185).

Berikut ini adalah contoh tree diagram atau diagram pohon frasa

nomina (NP).

2. Frasa Verba (VP)

PP

aboutbooks

The

Det N

warthe

NP

O’Grady (1996:188)

N

Adj

the

Det AP

NP

lazy child

Rodman dan Fromkin(1983:208)

Page 21: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

27

Menurut A. Pyle bahwa “The verb phrase consists of the

main verb and any auxiliaries” (1995:54). Dari pernyataan

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa frasa verba terdiri dari

verba utama dan auxiliarly. Frasa verba dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Kaidah kedua dalam PS Rules merumuskan bahwa kaidah

frasa verba atau Verb Phrase (VP) dapat dibentuk dalam empat

kaidah. Pertama, frasa verba dapat terdiri dari qualifier (Qual)

yang bersifat optional, verba (V) yang bersifat obligatory, dan

komplemen frasa nomina (NP) yang bersifat optional, misalnya;

never eat a hamburger. Kedua, frasa nomina dapat terdiri dari

verba (V) yang bersifat obligatory, komplemen frasa nomina (NP)

dan frasa preposisi (PP) yang keduanya bersifat optional,

misalnya; the woman put the cake on the cupboard. Ketiga, frasa

verba dapat terdiri dari verba (V) dan kalimat (S) yang keduanya

bersifat obligatory, misalnya; they say you love the boy. Ke empat,

frasa verba dapat terdiri dari verba (V) yang bersifat obligatory

dan komplemen frasa adverbia yang bersifat optional, misalnya;

Ken snores very loudly. Dari keempat kaidah tersebut dapat

disimpulkan bahwa frasa verba (VP) dapat terdiri dari Qualifier

(Qual) yang bersifat optional, Verba (V) yang bersifat obligatory.

Kemudian verba (V) ini dapat diikuti oleh komplement adverbial

Page 22: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

28

phrase (Adv P), frasa nomina (NP), dan frasa preposisi (PP) yang

ketiganya bersifat optional. Selain itu verb phrase (VP) dapat

terdiri dari verb (V) dan kalimat atau sentence (S) yang keduanya

bersifat obligatory.

Menurut Kridalaksana (2001:158) bahwa Pemeri (Qualifier)

adalah kata atau kelompok kata yang membatasi atau meluaskan

makna kata lain. Kemudian O’Grady,et, al (1996:187)

mengemukakan bahwa “Qualifier (Qual) is functional category that

serves as the spesifier of a verb.” Sementara itu, Hornby (1995:950)

menambahkan dengan mengatakan “Qualifier is a word, esp an

adjective or adverb, that Qualifies another word.” Dari ketiga

definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Qualifier

adalah suatu kategori fungsional terutama adjective atau adverb

yang berfungsi sebagai spesifikator yang menerangkan kata lain

seperti verba. Contohnya; never eat, perhaps come, often go, always

work, almost finish.

Perbedaan antara Qualifier dengan adverbial phrase

(AdvP) adalah adverbial phrase sangat serbaguna artinya bahwa

AdvP tidak hanya bisa menjelaskan verba tetapi ajektifa dan juga

seluruh kalimat, seperti yang diungkapkan oleh Thomas Linda

(1993: 25) bahwa “Adverb Phrases are, however, very versatile.

They not only modify verb, but adjective and whole sentences too.”

Page 23: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

29

Pada kaidah frasa verba atau verb phrase (VP), verba

bersifat obligatory karena verba (V) ini merupakan head dari frasa

verba. Sama halnya dengan frasa nomina (NP), frasa verba (VP)

juga dapat berdiri, asalkan posisi head terisi, (O’Grady, et, al,

1996:185). Berikut ini adalah contoh tree diagram atau diagram

pohon frasa verba (VP).

3. Frasa Ajektifa (AP)

Menurut Roberts (Roberts dalam Malina, 2002:22) frasa

adjektiva, digunakan sebagai adjektifa yang menerangkan nomina.

Frasa ajektifa dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kaidah ketiga dalam PS Rules merumuskan bahwa frasa

ajektifa dapat di bentuk dari tiga kaidah, yaitu: pertama, frasa

ajektifa dapat terdiri dari degree word (Deg) yang bersifat

optional, ajektifa (Adj) yang bersifat obligatory, dan komplemen

frasa preposisi (PP) yang bersifat optional, misalnya; quite certain

NP

aeatNever

Qual V

hamburger

VP

Det N

Rodman dan Formkin (1983 : 225)

Page 24: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

30

about Mery. Kedua, frasa ajektifa dapat terdiri dari frasa ajektifa

yang bersifat optional dan ajektifa (Adj) yang bersifat obligatory,

misalnya; large red dalam kalimat a large red ancient building.

Ketiga, frasa ajektifa dapat terdiri frasa adverbia (AdvP) yang

bersifat optional dan ajektifa yang bersifat obligatory, misalnya;

quite disgustingly far. Dari ketiga kaidah tersebut dapat

disimpulkan bahwa frasa ajektifa (AP) dapat terdiri dari degree

word (Deg), frasa ajektifa (AP) yang keduanya bersifat optional,

ajektifa (A) yang bersifat obligatory, dan sebuah komplemen frasa

preposisi (PP) yang bersifat optional. Selain itu frasaa ajektifa

(AP) juga bisa terdiri dari adverbial phrase (AdvP) yang bersifat

optional dan ajektifa (A) yang bersifat obligatory. Thomas Linda

(1993:24) mengemukakan bahwa:

“A degree adverb (deg) as its name suggest, tells us to what degree something is done, as in very loudly. Other degree adverb include word like quite, too, highly, extremely, more, les, rather, and degree adverb is here said to modify or limit the sense of an adverb.”

Pernyataan tersebut mengatakan bahwa adverb

menjelaskan kata kerja sedangkan degree adverb (Deg)

menjelaskan atau membatasi arti dari adverb. Misalnya; very

loudly, very adalah degree adverb (Deg) sedangkan loudly adalah

adverb.

Adjective (A) bersifat obligatory karena ajektifa berfungsi

sebagai head dari frasa ajektifa (AP). Dalam kaidah ini terdapat

Page 25: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

31

kemungkinan bahwa sebuah frasa dapat berdiri asalkan posisi head

nya, yaitu ajektifa dapat terisi, (O’Grady,at, al, 1996:183). Berikut

ini adalah contoh tree diagram pohon frasa ajektifa (AP).

4. Frasa Preposisi (PP)

Menurut Roberts (Roberts dalam Malina, 2002:22), frasa

preposisi, dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan, ditandai

dengan hadirnya preposisi sebagai unsur pembentuk frasa. Frasa

preposisi dapat dirumuskan sebagai berikut:

PP (Deg) P (NP) …

Kaidah ke empat dalam PS Rules adalah kaidah frasa

preposisi/Prepositional Phrase (PP). Kaidah ini merumuskan

PP

aboutcertainQuite

Deg A

Mary

AP

(O’Grady, et al., 1996:186)

Qual

NP

AP

AP

AP

adj

largea

Adj

red

Adj

ancient

N

buiding

Page 26: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

32

bahwa frasaa preposisi (PP) dapat terdiri dari degree word (Deg)

yang bersifat optional, preposisi frasa (PP) yang bersifat

obligatory, dan noun phrase (NP) yang bersifat optional, misalnya;

Almost in the house. Degree word sudah dijelaskan sebelumnya,

sehingga penulis tidak akan membahasnya kembali. Jadi untuk

lebih jelasnya, Degree word dapat dilihat pada kaidah PS Rules

yang ke tiga, yaitu kaidah frasa ajektifa (AP).

Preposisi (P) pada kaidah frasa preposisi (PP) ini bersifat

obligatory karena preposisi (PP) ini merupakan head dari frasa

preposisi. Sama hal nya dengan frasa-frasa yang lain, frasa

preposisi (PP) juga dapat berdiri, asalkan posisi head terisi

(O’Grady, et, al, 1996:185). Berikut ini adalah contoh tree diagram

atau diagram pohon frasa preposisi (PP).

5. Frasa Adverbia (AdvP)

Menurut Roberts (Roberts dalam Malina, 2002:22) frasa

adverbia, digunakan sebagai kata keterangan. Frasa adverbia dapat

dirumuskan sebagai berikut:

AdvP (Deg) Adv …

NP

theinAlmost

Deg P

house

PP

(O’Grady, et al., 1996:186)

Page 27: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

33

Kaidah ke lima dalam PS Rules adalah kaidah adverbial

phrase (AdvP). Kaidah ini dapat terdiri dari Degree word (Deg)

yang bersifat optional dan adverbia (Adv) yang bersifat obligatory,

misalnya: Ken snores very loudly .

Adverb (Adv) pada kaidah frasa adverbia (AdvP) ini

bersifat obligatory karena adverbia merupakan head dari frasa

adverbia (AdvP). Berikut ini contoh tree diagram frasa adverbia.

.

Thomas Linda (1993:25)

6. Kalimat (s)

Kalimat = Sentences (s) NP VP

O’Grady, et, al, (1996:191) mengatakan bahwa “The

largest unit of syntactic analysis is the sentences (s)”, pernyataan

tersebut mengatakan bahwa unit terbesar dari analisis sintaksis

adalah kalimat. Pada kaidah PS Rules, kalimat menggabungkan

frasa nomina (yang sering disebut subject) dengan frasa verba

(VP). Kaidah sentences (s) itu istimewa, dalam arti bahwa tidak

seperti frasa-frasa lain, sentences tidak memiliki struktur internal

( dengan head, complement, dan specifier), meskipun demikian,

VP

S

V

snores

AdvP

AdvDeg

very loudly

NP

Ken

Pro

Page 28: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

34

banyak sekali para ahli linguistik yang kini percaya bahwa

sentences pada dasarnya mirip dengan frasa-frasa lain dan

memiliki struktur seperti yang digambarkan berikut ini.

Menurut kaidah ini, kalimat memiliki kategori abstrak

sebagai head-nya yang disebut inflection (infl), yang menandakan

tense kalimat tersebut. Inflection seperti head tersebut bersifat

obligatory. Sedangkan kategori verb phrase (VP) berfungsi sebagai

komplemen dan noun phrase (NP) berfungsi sebagai specifier.

2.2.4 Klausa

Klausa menurut Kridalaksana (2001:110) merupakan sistem gramatikal

berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan

predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Ini dapat terjadi bila

klausa yang dimaksudkan adalah merupakan klausa yang dapat berdiri sendiri,

sedangkan klausa yang tidak bisa berdiri sendiri merupakan bagian dari

kalimat. Senada dengan Kridalaksana, Chaer (1995:231) mengungkapkan

bahwa klausa sebagai satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkontruksi

VP

scientistA

NP Infl

InflP (=S)

VDet N NP

NDet

discovered

Pst

the answer

(O’Grady, et al., 1983:191)

Page 29: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

35

predikatif artinya didalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frasa

yang berfungsi sebagai predikat dan yang lainnya berfungsi sebagai subjek,

objek, dan sebagai keterangan.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa klausa

adalah kelompok kata-kata yang berkontruksi predikatif yaitu yang

minimal terdiri dari subjek dan predikat, dan berpotensi menjadi sebuah

kalimat.

Klausa memiliki persamaan dengan kalimat sederhana bila dilihat

dari strukturnya. Namun bila klausa dibandingkan dengan frasa, maka

perbedaannya jelas terlihat, klausa berstruktur predikatif sedangkan frasa

berstruktur non predikatif. Elemen-elemen dalam struktur klausa terdiri

atas subjek, verba, objek, komplemen, dan adverbia. Ada dua jenis klausa,

yaitu: klausa bebas (Independent clause) dan klausa terikat (Dependent (or

subordinate) clause) (Frank, 1972)

1. Klausa bebas (Independent clause)

Menurut Frank (1972: 222) bahwa “The independent clause

is a full predication that may stand a lone as a sentence”.

Pernyataan tersebut mengatakan bahwa klausa bebas adalah klausa

yang terdiri dari subjek dan verb dan dapat berdiri sendiri seperti

kalimat, misalnya: John was sick.

2. Klausa terikat (Dependent (or subordinate) clause)

Menurut Frank (1972: 222) bahwa “The dependent clause

has special introductory word that makes predication “depend” on

Page 30: BAB I - Digital library - Perpustakaan Pusat Unikom ...elib.unikom.ac.id/files/disk1/66/jbptunikompp-gdl-s1... · Web viewGround memiliki dua arti; ground yang bisa merupakan past

36

an independent clause”. Dari pernyataan tersebut dikatakan bahwa

klausa terikat adalah klausa yang mempunyai kata pengantar

sepecial maksudnya kata penghubung baik relative conjunction

ataupun relative pronoun dan kalimat terikat ini tidak dapat berdiri

sendiri atau tergantung kepada klausa bebas, misalnya that coffee

grows in Brazil is well known to all.