bab i coronavirus

Upload: mas-eru

Post on 29-Oct-2015

158 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kkp

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPerkembangan teknologi alat angkut yang semakin cepat membuat jarak antar negara seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin singkat, sehingga mobilitas orang dan barang semakin cepat melebihi masa inkubasi penyakit menular. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit secara global.Bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara adalah pintu masuk ke sebuah negara. Maraknya orang berpindah tempat menjadikan bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara sebagai tempat yang mudah menularkan penyakit. Petugas jaga di pintu masuk negara harus siap terhadap segala ancaman penyakit menular yang sedang merebak di dunia.Salah satu penyakit menular tersebut adalah Severa Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat. SARS merupakan suatu infeksi saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh Coronavirus. Dimana sepuluh hari terakhir penderita mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS atau melakukan perjalanan ke tempat yang dilaporkan sebagai daerah fokus penularan SARS atau tinggal di daerah terjangkit (Affected Area) SARS.Sejak bulan Februari 2003 dalam waktu singkat penyakit ini telah menyebar dari Cina daratan ke Hongkong kemudian ke tempat lain di dunia dan menimbulkan kepanikan diberbagai tempat. Sejak pertama kali dilaporkan sampai tanggal 2 Juli 2003, World Health Organization (WHO) telah mencatat 8442 kasus di 30 negara dengan kematian sebanyak 812 kasus dengan Case Fertility Rate (CFR) 9,6% (WHO, 2003). WHO melaporkan negara-negara terjangkit SARS yaitu Australia, Belgia, Brazil, Cina, Hongkong, taiwan Prancis, Jerman Italia, Irlandia, Rumania, Spanyol, Switzerland, United Kingdom, Amerika Serikat, Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam dan negara lainnya.Menurut data dari Departemen Kesehatan RI 2003, di Indonesia sampai dengan 16 Juni 2003 jumlah orang yang berobat di Indonesia karena khawatir dirinya menderita SARS atau diduga SARS 112 orang. Setelah diperiksa, dari jumlah ini ada 103 orang dipastikan bukan penderita SARS. Dari 9 orang tersebut diperoleh 7 kasus suspek SARS, terdiri dari 3 wanita dan 4 pria yang berusia antara 20 57 tahun dan 2 kasus probable SARS. Sebanyak 5 orang kasus suspek di antaranya pernah berkunjung ke Singapura dan 2 orang pernah berkunjung RRC. Mereka berdomisili di Jakarta, Depok dan Tanggerang sedangkan 2 kasus probable SARS terdiri dari 2 pria masing-masing berusia 47 tahun (WNA) berdomisili di Tanggerang dan telah kembali ke Hongkong dan berusia 65 tahun (WNI) berdomisili di Medan, keduanya baru kembali dari Singapura saat menderita SARS. Sebanyak enam kasus suspek SARS dirawat di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta dan satu kasusdi RSUP H. Adam Malik Medan. Dari dua kasus probable SARS seorang dirawat RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta dan seorang perawat di RSUP H. Adam malik Medan.Coronavirus yang merupakan penyebab dari SARS ini disinyalir telah bermutasi menjadi Novel Corona Virus (nCoV) yang dapat menimbulkan gejala mirip Coronavirus. Virus ini pertama kali ditemuakan di Arab Saudi.Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan, Prof. Tjandra Yoga Aditama sejak September 2012 hingga 1 Mei 2013, WHO sudah menerima laporan jumlah total kasus nCoV sebanyak 24 kasus, dimana 16 kasus meninggal dunia dengan total Case Fertility Rate (CFR) mencapai 66,7% dengan kategori cukup tinggi. Sehubungan dengan merebaknya kasus virus nCoV di Arab Saudi, melalui Kementrian Kesehatan RI telah memberikan surat edaran Nomor HK.03.03/D/II.1/1027/2003 tersebut intinya adalah tentang langkah-langkah peningkatan kewaspadaan nCoV yang harus dilakukan di seluruh Dinas Kesehatan, Rumah Sakit dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) seluruh Indonesia.1.2 Tujuan Penulisan Makalah1.2.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan masuknya Corona Virus ke pintu masuk negara.1.2.2 Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui Coronavirus 2. Untuk mengetahui Standard Operating Procedures pencegahan masuknya Corona Virus di pintu masuk negara1.3 Manfaat PenulisanAdapun manfaat makalah ini adalah :1. Bagi MahasiswaMenambah pengetahuan mengenai bagaimana upaya pencegahan dan pengendalian Coronavirus di pintu masuk Negara.2. Bagi KKPUntuk memberikan saran atau masukan terkait Kewaspadaan dan Kesiagaan terhadap penyakit Coronavirus di pintu masuk Negara.3. Bagi Pembaca atau Masyarakat Umum a. Membuka wawasan masyarakat tentang Coronavirus dan penyakit yang dapat ditimbulkannya. b. Untuk menambah pengetahuan masyarakat bagaimana cara melindungi diri agar tidak tertular oleh Coronavirus apabila bepergian ke negara terjangkit.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Kata Corona berasal dari bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota. Bentuk mahkota ini ditandai oleh adanya Protein S yang berupa sepatu, sehingga dinamakan spike protein, yang tersebar disekeliling permukaan virus. Protein S inilah yang berperan penting dalam proses infeksi virus terhadap manusia. Coronavirus adalah virus RNA yang besar dan berselubung.

Gambar. Model Struktur CoronavirusSifat CoronavirusCoronavirus adalah virus yang berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 100-120 nm. Virus ini memiliki RNA positif sebagai genomnya, dan biasanya sering disebut virus RNA. Mutasi virus terjadi pada saat replikasi dan virus RNA bermutasi sekitar 1 juta kali lebih cepat dari pada virus DNA. Panjang genom Coronavirus berkisar antara 27 sampai 32 kb. Nukleokapsid heliks mempunyai diameter 9-11 nm. Genom ini membentuk protein-protein pembentuk tubuh virus seperti fosfoprotein N, glikoprotein M, protein E, protein S, dan glikoprotein HE, dan protein-protein atau enzim-enzim yang perlu untuk replikasi virus itu sendiri.Karakteristik yang menonjol dari virus ini adalah dapat menyebabkan salesma dan sindrom pernafasan akut berat (SARS). Virus ini tidak stabil di udara dan hanya mampu hidup selama 3 jam sehingga kecil sekali kemungkinan penularan lewat udara. Kemungkinan besar penularan virus ini adalah lewat bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kepada orang yang dekat dengannya.Replikasi Coronavirus Kebanyakan Coronavirus hanya menginfeksi sel dari spesies induknya dan spesies yang berhubungan dekat dengan induknya. Pada sel induk tersebut, Coronavirus hanya bisa berkembang-biak pada jaringan tertentu saja. Artinya, sel dan jaringan untuk perkembangbiakan virus ini sangat spesifik. Kespesifikan ini ditentukan oleh sifat dan distribusi molekul reseptor dari pihak sel dan variasi sekuen Protein S dari pihak virus itu sendiri.

Gambar. Replikasi Coronavirus Replikasi Coronavirus berlangsung di sitoplasma sel dan virus ini juga bisa berkembangbiak di sel yang sudah diambil nukleusnya (enucleated cells). Mutasi Coronavirus Mutasi virus RNA, tidak hanya Coronavirus, biasanya terjadi pada saat proses replikasi RNA. Pada proses ini, RNA negatif disintesa dari RNA positif atau sebaliknya. Sintesa ini dilakukan oleh enzim RNA polimerase dan sekuen RNA yang disintesa adalah yang komplemen dengan templet.Pada saat sintesa RNA ini, RNA polimerase terkadang salah baca sehingga yang terbentuk bukanlah sekuen yang komplemen dengan templat. Alhasil, sekuen yang terbentuk adalah yang sudah termutasi. Untuk virus DNA, dimana yang berperan adalah DNA polimerase, kesalahan yang sama juga terjadi. Tatapi kesalahan ini bisa diperbaiki, karena untuk replikasi DNA ada enzim exonuclease yang berfungsi sebagai proof-reading atau error correction.Artinya, kalauada sekuen yang disintesa tidak komplemen dengan template, enzim exonulease ini akan membuang sekuen terebut, dan baru kemudian proses sintesa jalan kembali. Perbedaan inilah sebenarnya yang menyebabkan virus RNA, yang di dalamnya termasuk Coronavirus, bermutasi jauh lebih cepat daripada virus DNA.Hasil analisa tim dari The Centers for Disease Control and protein-protein yang membentuk tubuh Coronavirus penyebab SARS jauh berbeda dengan Coronavirus yang diketahui selama ini, baik dibandingkan dengan virus yang menginfeksi manusia maupun binatang.Berdasarkan antigennya Coronavirus dibagi atas tiga kelompok. Lebih terperinci lagi, hasil analisa gen dan asam amino pembentuk protein N, protein S, dan protein M menunjukan bahwa Coronavirus SARS terpisah dari ketiga kelompok ini. Artinya, Coronavirus yang menjadi penyebab SARS adalah jenis Coronavirus yang baru yang merupakan hasil dari mutasi. Dan virus ini diberi nama virus SARS.2.2 Klasifikasi Karakteristik yang digunakan untuk mengklasifikasikan Coronaviridae antara lain adalah morfologi partikel, strategi replikasi RNA yang unik, susunan genom, dan homologi sekuen nukleotida. Ada dua genus didalam famili Coronaviridae yaitu Coronavirus dan Torovirus.

OrdoNidoviralesFamiliaCoronaviridaeGenusCoronavirusCoronavirus penyebab SARS terletak pada Group IV ((+) ssRNA) Tampaknya terdapat dua kelompok antigenik koronavirus manusia, yang diwakili oleh strain 229E dan OC43.

Suatu coronavirus baru yang ditemukan pada tahun 2003 dari pasien yang mengalami SARS tampaknya merupakan kelompok virus yang baru.

2.3 Etiologi Saat ini penyebab penyakit SARS sudah dapat diketahui, yaitu berupa infeksi virus yang tergolong dalam genus coronavirus (CoV). CoV SARS biasanya tidak stabil bila berada dalam lingkungan. Namun virus ini dapat bertahan berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini juga mampu mempertahankan viabilitasnya dengan baik bila masih berada di dalam feces. CoV SARS tersebut merupakan tipe baru dari coronavirus telah diidentifikasi sebagai penyebab SARS. SARS coronavirus (SARS CoV) secara resmi telah dideklarasikan oleh WHO sebagai agen causative penyebab SARS. SARS-CoV mempunyai patogenesis yang unik sebab mereka menyebabkan infeksi pernafasan pada bagian atas dan bawah sekaligus serta dapat menyebabkan gastroenteritis (WHO, 2003). Ada anggapan bahwa penyakit SARS yang disebabkan oleh coronavirus dan menyerang manusia merupakan keadaan di mana coronavirus yang infektif terhadap beberapa hewan mengalami mutasi dan berevolusi untuk kemudian menjadi patogen terhadap beberapa kelompok hewan lainnya dan juga pada manusia.

Transmisi Cara penularan CoV SARS yang utama adalah melalui kontak langsung membran mukosa (mata, hidung, mulut) dengan droplet pasien yang terinfeksi. Selain itu, berbagai prosedur aerosolisasi di rumah sakit (nebulisasi, intubasi, suction, dan ventilasi) dapat meningkatkan resiko penularan SARS oleh karena kontaminasi alat yang digunakan, baik droplet maupun materi infeksius lain seperti partikel feses dan urin. Pada penelitiannya, Ignatius et al (2004) menemukan bahwa penyebaran virus SARS ternyata bisa diperantarai oleh udara (airborne transmission), hal inilah yang menyebabkan community outbreak pada SARS di Hongkong dan Toronto (USA). Badan Kesehatan Dunia (WHO) bersama-sama dengan Departemen Kesehatan Cina telah menemukan bukti yang kuat bahwa virus SARS memiliki kaitan sangat kuat dengan musang, setelah melakukan penelusuran ke pasar-pasar hewan dan restauran setempat yang menjual makanan hasil laut dan berbagai satwa liar. Hasil surveilans di Cina menunjukkan bahwa virus SARS berhasil diisolasi dari feses dan urin musang yang dipelihara dan diperjual-belikan di pasar-pasar hewan (CDC, 2004). Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya virus pada kelelawar dan anjing. Kelelawar merupakan inang yang ideal bagi virus, kemungkinan manusia melakukan kontak dengan virusnya melalui kotoran kelelawar atau mereka mengkonsumsi binatang yang makanan utamanya kelelawar. Lewat cara inilah kemungkinan virus SARS di Asia melakukan lompatan kepada inang barunya, yakni manusia.

2.4 Patogenesis SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas bagian bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus. Patogenesis SARS terdiri dari 2 macam fase :1. Fase PertamaTerjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan membran hialin.Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan karena efek toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat pada makrofag alveolar.

Gambar. Fase Awal2. Fase kedua Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari). Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nukleus dan nukleoli yang eosinofilik. Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari VoC SARS, namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena COV SARS namun disebabkan karena proses inflamasi yang berat pada tahap DAD eksudatif.

Gambar. Fase kedua, DAD terorganisir

2.5 Langkah MendiagnosisManifestasi KlinisGejala prodormal Masa inkubasi penyakit SARS antara 1-14 hari dengan rerata 4 hari. Gejala prodormal yang timbul dimulai dengan adanya gejala-gejala sistemik yang non spesifik, seperti : 1. Demam > 380C 2. Myalgia3. Menggigil4. Batuk non produktif5. Nyeri kepala dan pusing6. MalaiseGejala-gejala tersebut merupaka gejala tipikal yang sering timbul pada penderita SARS, namun tidak semua gejala tersebut timbul pada setipa pasien pada beberapa kasus demam muncul dan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 4 hingga ke 7, tapi sama sekali tuidak menunjukkan adanya perbaikan pada pasien, dan terkadang demam muncul kembali pada minggu ke 2.

Manifestasi Umum Meskipun SARS merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan namun beberapa kasus ditemukan penderita dengan gejala multiorgan.1. Manifestasi PernafasanPenyakit paru adalah gejala klinis utama dari penderita SARS, gejala gejala utama yang timbul antara lain :batuk kering dan sesak nafas.Pada tahap awal infeksi, gejala tersebut seperti pada Infeksi saluran nafas pada umumnya, namun gejala tersebut mengalami perburuakan pada awal minggu kedua. Dimana gejala sesak makin lama akan semakin berat dan mulai membatasi aktifitas fisik pasien. Sebanyak 20-25% pasien mengalami progresi buruk kearah Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) akibat kerusakan pada pneumosit tipe 2 yang memproduksi surfaktan. Gejala lain yang mungkin timbul adalah pneumotoraks dan penumo medistinum yang diakibatkan karena udara yang terjebak dalam ringga dada, hal ini dilaporkan sebanyak 12% terjadi secara spontan dan 20% timbul setelah pengunaan ventilator di ICU. Penyebab kematian tersering pada SARS adalah dikarenakan oleh ARDS berat, kegagalan multiorgan, infeksi sekunder, septikemia, serta komplikasi tromboembolik.2. Manifestasi PencernaanGejala yang timbul pada system pencernaan diduga disebabkan karena transmisi penularan VoC SARS melalui oral. Gejala utamanya adalah diare. Pada kasus ini didapati sebanyak 20% pasien SARS mengalami diare pada kedatangan pertama dan 70% dari jumlah tersebut tetap mengalami gejala ini selama masa perjalanan penyakitnya. Diare yang ditimbulkan biasanya cair dengan volume yang banyak tanpa disertai darah maupun lendir. Pada kasus berat biasanya dijumpai ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi karena penurunan cairan tubuh akibat diare. Pada beberapa kasus yang tidak disertai pneumonia, gejala diare ini adalah satu-satunya gejala yang tampak, namun pada beberapa kasus lain dengan pneumonia, diare mulai tampak pada mingu kedua sakit bersamaan dengan timbulnya demam dan perburukan pada paru.3. Manifestasi Laina. Sebanyak 25% pasien SARS mengalami peningkatan SGPT pada kedatangan pertama. Belum bisa dipastikan penyebab peningkatan enzim ini namun diduga peningkatan enzim ini disebabkan karena respon tubuh terhadapa infeksi CoV SARS pada tubuh manusia bukan karena infeksi spesisfik CoV pada hepar.b. Dari seri kasus di Hongkong, sekitar 50% pasien mengalami hipotensi selama masa perawatan di rumah sakit. Hipotensi iniu menyebabkan rasa pusing pada pasien SARS.c. Dari seri kasus di hongkong didapati sekitar 40% pasien mengalami takikardi. Namun manifestasi kardiovaskuler pada SARS ini pada umumnya tidak memerlukan terapi spesifik.d. Beberapa kasus dilaporkan gejala epilepsi dan disorientasi pada pasien SARS namun deficit neurologi fokal tidak pernah ditemukan. Meskipun demikian tetap harus diwaspadai terhadapa kemungkinan manfestasi SARS pada system saraf mengingat adanya laporan kasus yang menunujukkan adanya status epileptikus pada pasien dengan disertai penemuan CoV SARS pada CSS dengan kadar yang cukup signifikan.

2.6 Pemeriksaan Fisik dan PenunjangPada pemeriksaan fisik, didapati :a. Auskultasi didapati ronki basal di paru b. Hipotensi (sistolik 38C), dengan b. Disertai batuk, sesak nafas/kesulitan bernafas c. Satu atau lebih keadaan berikut: Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit melakukan perjalanan ke tempat terjangkit SARS. Penduduk dari daerah terjangkit. 2. Seseorang yang meninggal dunia tanggal 1 Nopember 2002 karena mengalami gagal nafas akut yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak dilakukan otopsi untuk mengetahui penyebabnya. Pada 10 hari sebelum meninggal, orang tersebut mengalami salah satu atau lebih kondisi dibawah ini, yaitu: a. Kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa suspect atau probable SARS. b. Riwayat berkunjung ke tempat/negara yang terkena wabah SARS. c. Bertempat tinggal/pernah tinggal di tempat/negara yang terjangkit wabah SARS.

B. Defenisi kasus probable SARS 1. Kasus suspek dengan gambaran infiltrat yang sesuai dengan pneumoni atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada x-Ray thoraks.2. Kasus suspek SARS dengan hasil positif untuk coronavirus pada satu atau lebih pemeriksaan.3. Kasus suspek dengan hasil otopsi yang kosisten dengan gambaran RDS tanpa penyebab yang jelas.

2. Penatalaksanaan Suspeka. Petugas menuyiapkan petralatan dan bahanb. Petugas memakai APD lengkapc. Lakukan kewaspadaan standar terhadap kemungkinan penyebaran melalui dropletd. Pengobatan spesifik Anti viral : Ribavirin 8 mg/kg BB/8 jam iv selama 7 10 hari. Steroid yang dianjurkan adalah hidrocortisone 2 mg/kg BB/6 jam atau 4 mg/kg BB/24 jam iv. Untuk kasus berat diberi methylprednisolone 10 mg/kg BB/24 jam selama 2 hari lalu dilanjutkan dengan hidrocortisone. Antibiotik spektrum luase. Pengobatan simtomatis : Paracetamol jika demam, antitusif bila batuk dan antihistamin.f. Bila perlu dilakukan oksigenasi dan rehidrasi.g. Lalu pasien dirujuk ke RS Rujukan penyakit menular.

BAB IVPENUTUP

4.1 KESIMPULAN1. Corona virus yang merupakan penyebab dari SARS ini disinyalir telah bermutasi menjadi Novel Corona Virus (nCoV) yang dapat menimbulkan gejala mirip Coronavirus. Virus ini pertama kali ditemuakan di Arab Saudi.2. SARS merupakan emerging disease yang sangat infeksius yang disebabkan oleh corona virus yang menyebabkan infeksi akut berat pada jaringan paru-paru dengan sekumpulan gejala klinis yang sangat berat dan dapat menyebabkan kematian.3. Penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung dan tidak langsung dari hewan kemanusia, manusia kemanusia.4. Pengobatan dan vaksin belum ditemukan sehingga pencegahan dan pengendalian penyakit lebih diutamakan.5. Pengobatan pada penderita merupakan terapi suportif untuk menghindari infeksi skunder dan dehidrasi.6. Kebijakan yang dilakukan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan SARS dipintu masuk negara meliputi pencegahan masuknya virus SARS dari luar negri dan program pemberantasan SARS.7. SOP pencegahan masuknya coronavirus atau SARS di pintu masuk negara dengan mendiagnostik dari gejala klinis yang ditimbulkan baik itu suspek atau probable, kemudian melakukan pemeriksaan dan penatalaksaan sesuai diagnostik.8. Langkah strategis yang ditempuh dalam mencegah dan menanggulangi SARS dipintu masuk negara yaitu memantapkan surveilans, sarana kesehatan dan melaksanakan penelitian.

4.2 SARANBerdasarkan uraian bahasan penyakit SARS penulis memberikan saran sebagai berikut :1. KKP sebagai unit terdepan dalam pencegahan masuknya penyakit dari luar negeri perlu mensosialisasikan coronavirus dilintas sektor dengan cara simulasi dan penyuluhan.2. Lintas sektor yang terkait dalam pencegahan masuknya penyakit dari luar negeri berupaya mendukung KKP dalam pelaksanaan pencegahan masuknya virus corona di pintu masuk negara. (Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota, Imigrasi, Angkasa Pura dan lainnya.3. Perlu dilakukan edukasi terhadap pelaku perjalanan internasional dalam upaya proteksi diri ke negara terjangkit.

KKS Public Health FK UISU 20136