bab i analisa terapan revisi
DESCRIPTION
Bab I Analisa Terapan RevisiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh warga di
dunia, terutama di benua Asia. Walaupun umumnya beras yang dikonsumsi
berwarna putih, terdapat juga varietas beras yang memiliki pigmen warna seperti
beras merah, beras cokelat dan beras hitam. Beras merah (Oryza sativa)
merupakan jenis beras yang memiliki warna merah(Maekawa,1998). Beras merah
ini banyak terdapat di berbagai daerah di Asia, juga di sebagian Amerika. Namun,
di Amerika beras merah dianggap sebagai gulma tanaman padi yang menurunkan
nilai jual dari beras putih yang diproduksi (Ahuja et al, 2007).
Beras merah adalah salah satu jenis beras yang tidak digiling dan termasuk
padi-padian alamiah yang mengandung antosianin yang merupakan sumber warna
merah. Kadar glicemic index (IG) yang rendah dan kandungan nutrisi, serat,
vitamin dan mineral yang tinggi pada beras merah dapat mencegah peningkatan
glukosa darah secara berlebihan. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi
pangan masyarakat berdampak terhadap peningkatan penyakit degeneratif, seperti
diabetes mellitus (DM) dan hipertensi.
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kondisi kelainan metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein akibat kelainan sekresi insulin, kegiatan insulin, atau keduanya,
serta perubahan yang progresif terhadap struktur histopatologi pankreas. Dampak
jangka panjang dari DM yaitu disfungsi dan kegagalan beberapa organ, seperti
pembuluh darah, saraf, mata, ginjal (WHO. 1999).
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi
Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam
dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus
yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis.
Tingginya prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia sangat dipengaruhi oleh gaya
hidup, termasuk pola makan. Beras merupakan bahan makanan pokok sebagian
besar penduduk Indonesia, terutama beras putih. Tingginya indeks glikemik saat
1
mengonsumsi beras putih kemungkinan akibat perusakan struktur fisik dan botani
beras selama proses pemurnian, konsekuensi lain dari proses pemurnian, termasuk
kehilangan serat, vitamin, magnesium, dan mineral lainnya, seperti lignan,
phytoestrogen, dan asam fitat, menjadi faktor protektif untuk risiko diabetes.
Selama ini beras merah diyakini masyarakat mampu menurunkan glukosa darah
pada penderita diabetes melitus. Pengolahan pasca panen pada beras merah yang
sebagian besar tanpa penyosohan (pecah kulit) menjadi salah satu faktor
penghambat risiko diabetes. Kandungan protein beras merah lebih tinggi
dibandingkan beras putih yaitu 8,2 : 6,8 IG%. Kandungan protein yang tinggi ini
diharapkan mampu memperbaiki kondisi glikemik pada pasien Diabetes Mellitus,
dengan cara memperbaiki struktur sel beta pankreas yang sangat berpengaruh
pada pengaturan hormon insulin.
Indeks glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap
gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG
tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat
memiliki IG rendah. Nilai IG pangan dikelompokkan menjadi IG rendah (<55),
sedang (55-70), dan tinggi (>70) (Miller et al. 1992 dalam Rimbawan dan Siagian
2004).
Konsep IG merupakan pengembangan dari hipotesis serat yang
menyatakan bahwa konsumsi serat akan menurunkan laju masukan nutrisi dari
usus (Jenskins et al. 2002). Serat memegang peranan penting dalam memelihara
kesehatan individu. Oleh karena itu, serat pangan merupakan salah satu komponen
pangan fungsional yang dewasa ini mendapat perhatian luas. Serat pangan yang
berbentuk karbohidrat kompleks banyak terdapat di dinding sel tumbuhan. Serat
pangan tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia tetapi
memiliki fungsi yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegah
berbagai penyakit dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi. Komponen ini
meliputi polisakarida yang tidak dapat dicerna, seperti selulosa, hemiselulosa,
oligosakarida, pektin, gum, dan waxes (Sardesai 2003;Astawan dan Wresdiyati
2004).
Serat pangan mempengaruhi asimilasi glukosa dan mereduksi kolesterol
darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat tanaman tertentu menghambat
2
penyerapan karbohidrat dan menghasilkan kadar gula darah sesudah 2 jam makan
(post prandial). Peningkatan serat pangan di dalam diet berkaitan dengan reduksi
resistensi insulin. Serat pangan yang berasal dari serealia, kacang-kacangan, dan
sayuran sangat bermanfaat bagi penderita diabetes (Sardesai 2003). Menurut
Willet et al. (2002), karbohidrat yang diserap secara lambat akan menghasilkan
puncak kadar glukosa darah yang rendah dan berpotensi dalam mengendalikan
daya cerna pati beras yang dipengaruhi oleh komposisi amilosa atau amilopektin.
Kandungan pati dan komposisi amilosa/amilopektin berpengaruh terhadap daya
cerna pati beras atau nasi. Sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa amilosa
dicerna lebih lambat dibandingkan dengan amilopektin (Miller et al. 1992; Foster-
Powell et al. 2002; Behall and Hallfrisch,2002), karena amilosa merupakan
polimer dari gula sederhana dengan rantai lurus, tidak bercabang. Rantai yang
lurus ini menyusun ikatan amilosa yang solid sehingga tidak mudah
tergelatinisasi.
Oleh karena itu, amilosa lebih sulit dicerna dibandingkan dengan
amilopektin yang merupakan polimer gula sederhana, bercabang, dan struktur
terbuka. Berdasarkan karakteristik tersebut maka pangan yang mengandung
amilosa tinggi memiliki aktivitas hipoglikemik lebih tinggi dibandingkan dengan
pangan yang mengandung amilopektin tinggi. Berdasarkan mekanisme hidrolisis
enzimatis, amilosa dapat dihirolisis hanya dengan satu enzim yaitu alfa-amilase.
Amilopektin mempunyai rantai cabang, sehingga yang pertama kali dihirolisis
adalah bagian luar oleh alfa-amilase, kemudian dilanjutkan oleh alfa glukosidase.
Berat molekul amilopektin lebih besar dibandingkan dengan amilosa. Berdasarkan
pertimbangan ini, maka amilopektin memerlukan waktu yang lebih lama untuk
dicerna dibandingkan dengan amilosa (Lehninger 1982).
1.2. Perumusan Masalah
Beras merah memiliki nutrisi yang lebih dibandingkan beras putih yang
umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Lapisan bekatul yang berwarna
merah pada beras merah kaya akan serat, mineral, minyak dan vitamin, utamanya
adalah vitamin B. Salah satu studi yang telah dilakukan sebelumnya juga
melaporkan bahwa lapisan bekatul ini juga mengandung zat yang bersifat sebagai
penurun kolesterol atau Diabetes Mellitus (DM) (Hegsted et al, 1990). Maka,
3
dilakukan penelitian terhadap kandungan glukosa dalam berbagai produk beras
merah dengan merek berbeda yang beredar di Pasar Pekanbaru.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah Menganalisis kadar glukosa yang
terdapat dalam 3 jenis sampel beras merah
1.4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik jurusan kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.Penelitian ini
dilaksanakan selama 4 hari.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Beras Merah
Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud beras adalah gabah yang
kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh dengan alat pengupas
dan penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkelupas
bagian kulit luarnya (hull), disebut beras pecah kulit (brown rice). Tinggi
rendahnya tingkat penyosohan menentukan tingkat kehilangan zat-zat gizi. Proses
penggilingan dan penyosohan yang baik akan menghasilkan butiran beras yang
utuh (beras kepala) yang maksimal dan beras patah yang minimal. Beras merah
umumnya dikonsumsi tanpa melalui proses penyosohan, tetapi hanya digiling
menjadi beras pecah kulit, kulit arinya masih melekat pada endosperm. (Haryadi,
2006).
Gambar 1. Beras merah
Klasifikasi Tumbuhan padi biji merah :
Nama Indonesia : Padi Beras Merah
Nama Latin : Oryza nivara
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
5
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza nivara
Indonesia memiliki beragam varietas beras merah lokal dengan kandungan
gizi berbeda sesuai dengan tempat tumbuhnya. Varietas unggul beras merah yang
tumbuh di daerah Jawa Timur antara lain adalah: Cempolulut, Slegreng,
Sidomuncul, Bondoyudo, Kalimas dan Bogor C-3 (Roesmarkam, Suyamto, dan
Suyono, 2002). Varietas lain yang tumbuh di Jawa Barat yaitu Jembar Beureum
dan Cere Beureum. Selain itu, ada juga beras merah varietas unggul lain yang
telah dilepas oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi yaitu beras merah varietas
Aek Sibundong dan Ciherang (Indrasari, 2006). Sedangkan varietas unggul yang
di yang telah dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
adalah varietas Bahbutong dan Aek Sibundong.
2.2. Kandungan Beras Merah
Beras merupakan makanan pokok sebagai sumber energi, disebut makanan
berenergi bilamana mengandung karbohidrat, protein, mineral, lemak, vitamin,
dan air.
Seperti halnya beras putih, beras merah juga memiliki lapisan yang menyelimuti
bagian luar beras pecah kulit, yakni dedak dan/atau bekatul (rice bran)
mengandung sekitar 65% dari zat gizi mikro penting dalam beras. Dedak
mengandung vitamin (tiamin, niasin, vitamin B6), mineral (besi, fosfor, potasium,
magnesium), asam amino, asam lemak esensial, serta antioksidan (Haryadi, 2006).
Berikut adalah gambar bagian-bagian biji padi merah :
6
Gambar 2. Morfologi biji padi beras merah
o Kulit luar, terdiri dari cellulose yang keras, merupakan 20% dari seluruh
butir
o Lapisan pericarp, terdiri dari dua atau beberapa lapis, mengandung
terutama cellulose, protein, fosfor, besi, vitamin B1, B2 dan niacin.
o Lapisan aleuron, terdiri dari selapis sel-sel kubik, tidak mengandung zat
tepung, sedikit lemak, banyak protein, vitamin B1, B2 dan niacin.
o Endosperm, merupakan bagian utama dari butir (lk. 80%), terdiri terutama
dari zat tepung, sedikit cellulose, sangat sedikit protein, mineral, dan
vitamin.
o Lembaga (embryo), merupakan bakal bibit tanaman, terdiri terutama dari
protein, fosfor, besi, vitamin B1, B2 dan niacin (Suardi, Didi, 2005).
Beras merah selain mengandung lima unsur wajib dalam makanan pokok
juga mengandung zat lain yang baik yang bisa mencegah berbagai penyakit.
Berikut adalah beberapa kandungan dari beras merah.
a. Karbohidrat
Sumber hidrat arang atau karbohidrat seluruhnya berasal dari tumbuhan.
Hidrat arang juga berasal dari padi-padian, umbi-umbian, dan sagu, yang meliputi
beras, jagung, gandum, ubi jalar, singkong, talas dan kentang (Suardi, Didi, 2005).
Sedangkan beras merah sendiri mengandung karbohidrat kompleks yang membuat
lebih cepat kenyang.
7
b. Protein
Bahan pangan sumber protein dapat berasal dari hewan, yang disebut
protein hewani dan dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan disebut protein nabati
(Suardi, Didi, 2005).
c. Mineral
Beberapa macam mineral diperlukan lebih banyak seperti misalnya
kalsium dan fosfor, sedangkan mineral lainnya diperlukan dalam jumlah yang
lebih sedikit, tetapi akan tetap mutlak diperlukan, contohnya zat besi (Suardi,
Didi, 2005). Dalam beras merah mengandung zat besi sebesar 4,20% (Suardi,
Didi, 2005).
d. Lemak esensial
Lemak berperan sebagai sumber cadangan energi, sumber asam lemak
esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, penyebab makanan mempunyai
kelunakan-kekerasan (texture) khusus, penyebab lamanya waktu penggosongan
lambung, dan sebagai lapisan lemak tubuh di bawah kulit. Asam lemak yang
menyusun lemak terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang
mempunyai ikatan rangkap. (Suardi, Didi, 2005).
e. Vitamin
Vitamin diperlukan mutlak bagi pertumbuhan yang normal dan bagi
pemeliharaa kesehatan. Vitamin tidak memberikan tenaga, maupun membangun
jaringan. Tetapi walaupun demikian, kita tidak dapat hidup tanpa vitamin.
Umumnya untuk semua rekasi kimia yang penting bagi tubuh, diperlukan vitamin
(Suardi, Didi, 2005). Dalam beras merah mengandung vitamin A, E, dan B
kompleks (B1, B2, B6, asam pantotenat, niasin, biotin, asam folin (folasin), B12).
f. Serat
Beras merah dikenal mengandung lebih banyak serat dibandingkan beras
putih. Selian itu serat dari beras merah lebih mudah dicerna di dalam usus yang
menyebabkan sisa-sisa makanan tidak tertahan terlalu lama di dalam usus
8
sehingga usus belum sempat menyerap racum-racun yang ikut terbawa oleh
makanan. Maka tubuh akan terhindar dari racun-racun yang potensial
menyebabkan kanker.
g. Pigmen Antosianin
Menurut Chang dan Bardenas (1965) pigmen antosianin pada beras merah
tidak hanya terdapat pada kulit beras, tetapi dapat meliputi seluruh bagian beras.
Pigmen antosianin ini berperan sebagai senyawa antioksidan dalam pencegahan
beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kolesterol, dan jantung koroner.
2.3. Manfaat Beras Merah bagi Tubuh
Dilihat dari beberapa kandungannya, beras merah teryata memiliki
manfaat terutama bagi tubuh. Oleh sebab itu sebagian orang mengonsumsinya
sebagai alternatif makanan yang bisa menyembuhkan dan mencegah berbagai
penyakit. Berikut adalah beberapa manfaat beras merah bagi tubuh yang penulis
rangkum dari berbagai sumber.
a. Mencegah beri-beri pada bayi.
Beras merah bagus terutama untuk bayi karena mengandung vitamin B1,
maka dapat mencegah beri-beri pada bayi. Zat besi pada beras merah juga bisa
berperan dalam perkembangan bayi juka ASI sudah tidak lagi mencukupi
kebutuhan tubuh bayi.
b. Menangkal penyakit diabetes.
Beras merah mengandung lebih sedikit kadar gula dibanding beras putih.
Sehingga mampu mengurangi resiko penyakit diabetes meskipun dikonsumsi
setiap hari.
c. Mencegah penyakit kanker
Beras merah mampu mencegah penyakit kanker dikarenakan beras merah
mengandung selenium. Zat ini berfungsi untuk mencegah peroksida menjadi
komponen yang tidak beracun, sehingga selenida berpotensi dapat mencegah
penyakit kanker dan penyakit degeneratif lainnya.
9
d. Mencegah gondok
Beras merah mengandung selenium sehingga bisa mencegah gondok.
Apabila kadar selenium di dalam tubuh rendah maka dapat menurunkan
pembentukan hormon tridotironin (T3) dan tetraidotironin (T4) yang sangat
berperan aktif dalam pertumbuhan tubuh. Akibatnya, pembentukan tiroksin
rendah, dan timbullah penyakit gondok.
e. Mencegah sembelit
Khasiat beras merah dapat mencegah sembelit, karena beras merah
mengandung banyak fiber dan selulosa.
f. Hilangkan asma akut
Beras merah bisa menghilangkan asma akut karena mengandung
magnesium.
g. Menurunkan kolesterol jahat dan meningkatkan kolesterol baik
Beras merah bisa menurunkan kolesterol jahat (LDL) karena mengandung
serat.
h. Sumber energi
Beras merah membantu pembentukan energi di dalam tubuh karena
kandungan vitamin B1, B6, dan B12 bisa membentuk energi di dalam sel yang
difasilitasi vitamin B tersebut.
i. Karbohidrat kompleks
Disamping beras merah kaya akan serat, juga sumber karbohidrat yang
sempurna.
j. Mengontrol kadar gula darah
Beras merah memiliki indeks glikemik yang rendah. Indeks glikemik
merupakan angka yang menunjukkan potensi meningkatnya gula darah yang
berasal dari karbohidrat. Dengan indeks glikemik yang rendah, beras merah
mempunyai andil dalam mengatur kadar gula darah dan juga produksi insulin.
k. Baik untuk diet
10
Dengan mengonsumsi karbohidrat kompleks, seperti beras merah akan
membuat lebih cepat kenyang. Sampai berjam-jam bisa menahan lapar meski
makan tidak lebih dari 320 kalori per-hari. Jadi mengonsumsi beras merah sangat
baik untuk diet dan mencegah kegemukan.
l. Menangkal radikal bebas
Beras merah mengandung pigmen antosianin yang menjadi antioksidan
yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas.
m. Mempercepat penyembuhan luka
Di dalam beras merah kaya akan zinc, mineral yang membantu
penyembuhan luka dan menjaga sistem imun di dalam tubuh agar berfungsi
dengan baik. Zinc juga kaya antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas
yang dapat merusak sel-sel dan jaringan dalam tubuh.
2.4. Tinjauan Umum Karbohidrat
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom
Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari
beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian
besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari,
terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Hutahalung,
2004). Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya
dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai
di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi
CO2 dan H2O melalui proses foto sintese di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang
mengandung hijau daun (klorofil). Matahari merupakan sumber dari seluruh
kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai
(Hutagalung, 2004).
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai
penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak
menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi
sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di
negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan
11
pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat
dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan
yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan
kaya lemak maupun protein. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum,
jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam
(Hutagalung, 2004).
Gambar 3. Struktur Molekul Karbohidrat
Klasifikasi Karbohidrat:
1. Monosakarida
Terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan
asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.
tidak dapat dihidrolisis ke bentuk yang lebih sederhana. berikut macam-macam
monosakarida dengan ciri utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-beda :
triosa (C3), tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7).
Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton
Tetrosa : threosa, Eritrosa, xylulosa
Pentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa
Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa
Heptosa : Sedoheptulosa
2. Disakarida
12
Senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak.
Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi
2 molekul monosakarida.
hidrolisis : terdiri dari 2 monosakatida
sukrosa : glukosa + fruktosa (C 1-2)
maltosa : 2 glukosa (C 1-4)
trehalosa ; 2 glukosa (C1-1)
Laktosa ; glukosa + galaktosa (C1-4)
3. Oligosakarida
senyawa yang terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yang banyak
gabungan dari 3 – 6 monosakarida dihidrolisis : gabungan dari 3 – 6
monosakarida misalnya maltotriosa
4. Polisakarida
senyawa yang terdiri dari gabungan molekul- molekul monosakarida yang
banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul
monosakarida. Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari lebih 6
monosakarida dengan rantai lurus/cabang.
Sifat Karbohidrat
a. Monosakarida
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas
6-rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai
atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis
heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukods, fruktosa, dan galaktosa.
Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama,
yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya
terletak pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-
atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan
dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut.
Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk
isomer dekstro (D). gugus hidroksil ada karbon nomor 2 terletak di sebelah kanan.
Struktur kimianya dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin. Jenis
13
heksosa lain yang kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa. Monosakarida
yang mempunyai lima atom karbon disebut pentosa, seperti ribosa dan arabinosa.
b. Glukosa
Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luasdi alam
dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan
bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa juga memegang peranan sangat
penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme,
glukosa merupakan bentuk karbihidrat yang beredar didalam tubuh dan didalam
sel merupakan sumber energi.
2.5. Tinjauan umum metode Luff Schoorl
Metode Luff Schoorl adalah berdasarkan proses reduksi dari larutan Luff
Schoorl oleh gula-gula pereduksi (semua monosakarida, laktosa dan maltosa).
Hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksikan Cu2+
menjadi Cu1.
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode
Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 S4O6
2- + 2 I-
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2
yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip
metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2
yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri
adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat
oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit
asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya
oksidator (Winarno 2008). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan
standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak
14
larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator
amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan
bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar
karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl
terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan
menggunakan prosedur Lae-Eynon (Winarno 2008).
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah Neraca analitik, timbangan analitik,
refluks, oven, inkubator, ayakan 80 μm, hot plate, lumpang dan alu, refluks,
aluminium foil, seperangkat alat titrasi dan peralatan gelas yang biasa dipakai di
Laboratorium Kimia Analitik.
3.1.2. Bahan-bahan yang digunakan
Beras merah, asam sitrat, natrium karbonat (Na2CO3) tembaga sulfat
(CuSO4.5H2O), kalium iod (KI), asam asetat (CH3COOH), asam klorida (HCl),
larutan amilum, kalium iodat (KIO3) dan aquades
3.2. Prosedur Kerja
3.2.1. Pengambilan Sampel
Teknik sampling dari analisis glukosa ini yaitu, simple random sampling
dengan variabel sampel diperoleh dari tiga merek sampel beras merah yang
berbeda yaitu beras merah merk tropikana, beras merah merk matahari dan beras
merah curah.
3.2.2. Pengolahan Sampel
Masing-masing sampel beras merah dengan merk yang berbeda dihaluskan
dan diayak dengan ayakan ukuran 80 μm, selanjutnya di keringkan dalam oven
suhu 105ºC selama ± 2 jam dan kemudian didinginkan dan di timbang berat
keringnya. Selanjutnya di simpan dalan desikator untuk analisis selanjutnya.
3.3. Analisis Sampel
3.3.1. Penentuan Kadar Glukosa Menggunakan Metoda Luff schrool
3.3.3.1.1. Destruksi
Ditimbang sebanyak 2,5 gram sampel diencerkan dengan aquades
hingga 250 mL kocok dan didiamkan hingga ± 15 menit hingga larutan jernih.
16
3.3.3.1.2. Refluks
Pipet sebanyak 25 mL larutan luff schoorl dan 25 mL sampel ke
dalam labu refluks, panaskan sampai mendidih selama 10 menit. Lalu didinginkan
dengan air pendingin.
3.3.3.1.3. Titrasi
Larutan hasil refluk di tambahkan 50 mL CH3COOH, 25 mL larutan
iodin 0,1 N dan 55 mL HCl 0,75. Kocok sampai semuanya larut, lalu titrasi
dengan larutan tiosulfat pada Cu biru dengan 6 tetes amilum sebagai indikator.
Larutan dititrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi putih susu.
Untuk blanko dipipet 25 mL aquades seperti pada sampel kemudian
lakukan prosedur yang sama seperti sampel.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Standarisasi Larutan Tiosulfat
No Volume KIO3 (mL) Volume Na2S2O3 (mL)1 10 7,52 10 7,23 10 7,1Rata-rata 10 7,3
Tabel 2. Data Hasil Titrasi Larutan Sampel dan Blanko
No Larutan Volume larutan (mL)
Volume Na2S2O3
(mL)1 Blanko 25 23,72 Beras curah 25 21,83 Beras matahari 25 22,54 Beras tropikana 25 22,7
Rata-rata 25
Tabel 3. Kadar Glukosa (Gula Pereduksi) Ssampel Beras Merah
No Sampel Beras Merah Kadar Gula Pereduksi (%)
1 Beras Curah 2,372 Beras Matahari 1,503 Beras Tropikana 1,25
4.2. Pembahasan
Sebagian karbohidrat bersifat gula pereduksi. Sifat gula pereduksi ini
disebabkan adanya gugus aldehida dan gugus keton yang bebas, sehingga dapat
mereduksi ion-ion logam. Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat)
yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya
adalah glukosa dan fruktosa. Gula reduksi mempunyai kemampuan untuk
mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-
18
senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator
seperti Cu (II).
Pada penentuan gula cara Luff-Schrool yang ditentukan bukannya
kuprooksida yang mengendap tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam
larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah
direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan
titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel
ekuivalen dengan kupro oksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah
gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi yang terjadi selama
penentuan karbohidrat cara ini mula-mula kupri oksida yang ada dalam reagen
akan membebaskan iod dari garam kalium iodida. Banyaknya iod yang
dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kupri oksida. Banyaknya iod dapat
diketahui dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Untuk mengetahui
bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan
berubah warnanya dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Agar
perubahan warna biru menjadi putih dapat tepat maka penambahan amilum
diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah diketahui selisih banyaknya
titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan tabel yang
sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Natrium
tiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Sudarmadji,S. 1989).
Reaksi yang terjadi dalam penentuan gula cara Luff dapat dituliskan sebagai
berikut :
R – COH + 2CuO Cu2O + R-COOH
H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O
CuSO4 + 2 KI Cu2I2
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
Seperti diketahui gula umumnya dilarang dikomsumsi oleh pasien diabetes.
Larangan ini dibuat dengan alasan bahwa gula cepat diabsorbsi oleh saluran
pencernaan dan langsung masuk kedalam aliran darah sehingga kadar glukosa
darah meningkat dengan cepat. Oleh karena itu dikhawatirkan akan memperburuk
pengendalian glukosa darah. Maka dari itu, pada penelitian ini penulis melakukan
19
uji kadar glukosa dalam beras merah, untuk melihat seberapa besar kadar glukosa
yang terkandung di dalamnya dan untuk melihat apakah beras merah cocok untuk
penderita diabetes.
Dari hasil penelitian ini, diperoleh kadar glukosa dari beras merah dari tiga jenis
merk yang berbeda, yaitu beras merah curah, beras merah merk matahari dan beras merah
tropicana. Data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebesar 2,37 % untuk beras merah
curah, 1,50 % untuk beras merah merk matahari dan 1,25 % untuk beras merah tropicana.
Dari data hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa beras curah memiliki kadar glukosa
paling tinggi dan beras merah tropicana dengan kadar glukosa rendah.
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu kadar
glukosa untuk masing-masing sampel beras merah dengan merk yang berbeda
adalah beras merah merk curah kadar glukosanya adalah 2,37 %, beras merah
merk matahari kadar glukosanya adalah 1,50% dan beras merah merk tropikana
kadar glukosanya adalah 1,25%. Dari kadar glukosa yang didapat disimpulkan
bahwa beras marah dengan merk tropikana baik digunakan untuk penderita
diabetes dibandingkan dengan dua merk lain dengan kadar glukosa lebih tinggi.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini yaitu :
1. Analisis kadar glukosa dari beras merah ini dapat digunakan berah lain seperti
beras putih. Sehingga dapat dibandingkan hasil dari kadar glukosa dari jenis
beras yang berbeda
2. Dapat menggunakan metoda lain untuk analisis kadar glukosa selain metoda
luff schoorl seperti metoda nelson smogy.
21
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi., 2006. Teknologi Pengelolaan Beras. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hutagalung., Halomoan. 2004. Karbohidrat. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Indrasari., Siti Dewi, 2006. Padi Aek Sibundong: Pangan fungsional. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol.28 No.6.
Roesmarkam, S., Suyamto., dan Suwono. 2002. Varietas Unggul Padi Tahan Tungro, Monograf Rakitan Teknologi. BPTP Jawa Timur.
Suardi., Didi. 2005. Potensi beras merah untuk peningkatan mutu pangan. Jurnal Litbang Pertanian. Vol.24 No.3.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-Brioo Press, Bogor.
22
LAMPIRAN GAMBAR
23
LARUTAN STANDAR setelah ditirasi
Larutan luff schoorl dan sampel
Pembuatan larutan luff schoorl
LARUTAN luff schoorl
LARUTAN STANDAR
Proses penghalusan beras merah
24
Larutan ujiLarutan uji
Hasil akhir
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rancangan Penelitian
25
3 Merk Sampel Beras Merah
Tropikana Matahari Beras curah
Masing-masing sampel di haluskan dan diayak menggunakan ayakan 90 μm
Oven suhu 105°C ±2 jam
Destruksi
Refluks
Analisis glukosa dengan metoda luff schoorl
Lampiran 2. Penentuan Kadar Gula Pereduksi
Kadar Gula Pereduksi = mg kesetaraan x fP x fN
mLsampel x 100 %
- mg kesetaraan = volume blanko – volume sampel
- fP = faktor pengenceran yaitu bagian dari keseluruhan suatu
sampel yang diambil
- fN = faktor normalitas N2S2O3 (0,1 N)
- mL sampel = volume sampel sebelum dianalisis
A. Sampel Beras Curah
Kadar Gula Pereduksi :
Volume titrasi blanko : 23,7 mL
Volume sampel : 21,8 mL
ΔV = 23,7 mL – 21,8 mL = 1,9 mL
mg kesetaraan = 2,4 + (0,9 x 2,4) = 4,56 mg
kadar gula pereduksi = 4,56 mg x10 x0,13 N
250 mL x 100%
= 2,37%
B. Beras Matahari
Kadar Gula Pereduksi :
Volume titrasi blanko : 23,7 mL
Volume sampel : 22,5 mL
ΔV = 23,7 mL – 22,5 mL = 1,2 mL
mg kesetaraan = 2,4 + (0,2 x 2,4) = 2,88
26
kadar gula pereduksi = 2,88 mg x10 x 0,13 N
250 mL x 100%
= 1,5 %
C. Beras Tropikana
Kadar Gula Pereduksi :
Volume titrasi blanko : 23,7 mL
Volume sampel : 22,7 mL
ΔV = 23,7 mL – 22,7 mL = 1 mL
mg kesetaraan = 2,4 mg
kadar gula pereduksi = 2,4 mg x 10 x0,13 N
250 mL x 100%
= 1,25 %
27
Lampiran 3. Pembuatan larutan Larutan luff schoorl
Larutan A: Dilarutkan 25 gram asam sitrat dalam 250 mL aquades.
Larutan B: Dilarutkan 71,9 gram Na2CO3 anhidrat dalam 200 mL aquades.
Larutan C: Dilarutkan 12,5 gram CuSO4.5H2O dalam50 mL aquades.
Lampiran 4. Standarisasi Larutan Tiosulfat 0,1 N dengan KIO3 0,1 N
KIO3 0,1 N 10 mL + KI 10% 5 mL + H2SO4 10 %
Dititrasi dengan dengan N2S2O3 0,1 N dengan indikator amilum 1% 1 mL
Perhitungan Standarisasi Larutan N2S2O3 0,1 N
28
Larutan A
Larutan B
Dicampur dalam labu ukur 1 liter secara hati-hati
Kedalam labu ditambah secara perlahan larutan C
Tepatkan hingga tanda batas dengan aquades
Diamkan pada suhu ruang selama semalam, saring bila terjadi endapan
Tabel Data Standarisasi N2S2O3 0,1 N
No Volume KIO3 (mL) Volume Na2S2O3 (mL)1 10 7,52 10 7,23 10 7,1
Rata-rata 10 7,3
Rumus yang digunakan :
V (KIO3) x N1(KIO3) = V2(N2S2O3) x N2(N2S2O3)
10 mL x 0,1 N = 7,26 mL x X
X = 1mL N7,26 mL
X = 0,13 N
Lampiran 5. Perhitungan pembuatan larutan
a. Asam Asetat 0,4 N
M = % x 10 xbj
Mr V1 . N1 = V2 . N2
= 100 x 10 x 1,06
60 V1 . 17,7 N = 500 mL . 0,4 N
= 17,7 M V1 = 500 mL. 0,4 N
17,7 N
N = M . n V1 = 11,3 mL
= 17,7 × 1
= 17,7 N
29
b. HCl 0,75 N
M = % x 10 xbj
Mr V1 . N1 = V2 . N2
= 37 x10 x1,18
36,5 V1 . 11,96 N = 500 mL . 0,75 N
= 11,96 M V1 = 500 mL. 0,75 N
11,96 N
N = M . n V1 = 31,4 mL
= 11,96 × 1
= 11,96 N
c. Iodium 0,1 N = KI 20 %
KI 20% = gr KI
100 mL × 100 %
Gram KI = 20 g
30