bab i pendahuluandigilib.uinsgd.ac.id/10742/4/4_bab1.pdf1 bab i pendahuluan a. latar belakang...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan mengetahui segala hal, tanpa pendidikan manusia akan berada dalam keterbatasan dan tidaktahuan, karena pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan selalu beriringan dengan perkembangan zaman. Sistem pendidikan di Indonesia dari masa ke masa juga mengalami banyak perubahan. Semua perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha agar pendidikan di tanah air menjadi lebih berkembang. Akibatnya pendidikan nasional semakin maju dan sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong oleh pembaharuan, sehingga di dalam pengajaran pun guru selalu menemukan, metode, model dan media baru yang dapat diterapkan agar semua siswa antusias di setiap proses pembelajaran. Pendidikan merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik kepada anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga merupakan usaha dan upaya pendidik yang bekerja secara interaktif dengan para peseta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memajukan kecerdasan dan

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, tanpa pendidikan

    manusia tidak akan mengetahui segala hal, tanpa pendidikan manusia akan berada

    dalam keterbatasan dan tidaktahuan, karena pendidikan tidak dapat dipisahkan

    dari kehidupan manusia dan selalu beriringan dengan perkembangan zaman.

    Sistem pendidikan di Indonesia dari masa ke masa juga mengalami banyak

    perubahan. Semua perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha

    agar pendidikan di tanah air menjadi lebih berkembang. Akibatnya pendidikan

    nasional semakin maju dan sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan

    yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong oleh pembaharuan,

    sehingga di dalam pengajaran pun guru selalu menemukan, metode, model dan

    media baru yang dapat diterapkan agar semua siswa antusias di setiap proses

    pembelajaran.

    Pendidikan merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan,

    mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang

    dilaksanakan oleh para pendidik kepada anak didik untuk membebaskan

    kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk kepribadian yang lebih

    baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga merupakan

    usaha dan upaya pendidik yang bekerja secara interaktif dengan para peseta didik

    untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memajukan kecerdasan dan

  • 2

    keterampilan semua orang yang terlibat dalam pendidikan. Dengan demikian yang

    dikembangkan dan ditingkatkan ilmu pengetahuan dan kecerdasannya bukan

    hanya peserta didik, melainkan para pendidik dan semua orang yang terlibat

    secara langsung maupun tidak langsung dalam pendidikan (Salahudin, 2011 : 22).

    Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk

    mengembangkan kemampuan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

    dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

    potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

    dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Yahya,

    2009 : 35).

    Dalam dunia pendidikan aktivitas yang dilakukan tentunya belajar dan

    pembelajaran. Kedua hal tersebut saling berkaitan erat dalam pendidikan. Menurut

    Salahudin (2015 : 108) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau

    penampilan dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca,

    mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Selain itu belajar akan lebih

    baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya sehingga tidak bersifat

    verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan

    individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

    Ada belajar ada pula pembelajaran. Hakikat pembelajaran adalah proses

    belajar mengajar yang bukan hanya terfokus pada hasil yang dicapai peseta didik,

    melainkan juga proses pembelajaran yang mampu memberikan pemahaman yang

  • 3

    baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu, serta dapat memberikan

    perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Pengajaran

    dilaksanakan dalam suatu aktivitas yang kita kenal dengan istilah mengajar.

    Pengajaran didefinisikan dengan kegiatan, praktik, pekerjaan atau profesi seorang

    guru, atau sesuatu yang diajarkan, seni atau profesi seorang guru, kegiatan dalam

    mendidik atau mengajar (Suyono & Hariyanto, 2012 : 16). Sedangkan Saefudin

    (2014 : 8) mengungkapkan bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses

    penambahan pengetahuan dan wawasan melalui serangkaian aktivitas yang

    dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam

    dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap akhir

    akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

    Pendidikan dan pembelajaran tersebut dapat diselenggarakan di sekolah.

    Sekolah merupakan hasil rekayasa untuk menyelenggarakan pendidikan, dengan

    seperangkat program yang harus dilaksanakan untuk mencapai sebuah tujuan

    (Ade Aisyah, dkk, 2013 : 3).

    Sekolah dapat dikatakan juga tempat kedua dalam pendidikan setelah

    pendidikan yang paling utama yaitu pendidikan di keluarga, dan termasuk ke

    dalam pendidikan formal. Sekolah pada zaman sekarang terus berkembang

    menjadi lebih baik dan bermunculan sekolah dengan kualitas baik, Madrasah

    ibtidaiyah merupakan salah satu pendidikn formal. Kurikulum Madrasah

    Ibtidaiyah (MI) sama dengan kurikulum Sekolah Dasar (SD), hanya pada

    kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (MI) terdapat porsi lebih banyak mengenai

    pendidikan Agama Islam.

  • 4

    Guru seringkali menemukan kendala di dalam menentukan model dan

    metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar yang akan

    disampaikan. Hal ini tidak dapat dianggap sebagai suatu masalah yang sederhana,

    karena jika terjadi secara terus menerus maka akan terjadi kejenuhan pada peserta

    didik dan akan menjadi penghambat daya serap peserta didik sehingga hasil

    belajar yang mereka dapatkan tidak sesuai harapan. Oleh karena itu perlu adanya

    inovasi atau perbaikan dalam proses belajar mengajar di kelas. Inovasi dalam

    pendidikan sangat penting agar proses pembelajaran dapat menyesuaikan dengan

    perkembangan zaman. Salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai suatu

    inovasi belajar mengajar di kelas yaitu melalui penerapan model pembelajaran

    cooperative tipe make a match.

    Model pembelajaran cooperative tipe make a match ini dapat

    menumbuhkan keaktifan dan minat belajar peserta didik, karena dalam proses nya

    semua peserta didik dituntut untuk berperan aktif dan dapat membangun

    komunikasi dengan teman-temannya, sehingga proses pembelajaran menjadi

    menyenangkan, tidak monoton, serta minat dan hasil belajar peserta didik pada

    mata pelajaran Qur’an Hadits diharapkan dapat meningkat.

    Berdasarkan studi pendahuluan di kelas 3 MI Naelushibyan Kabupaten

    Bandung pada tanggal 19 Oktober 2016 ditemukan beberapa masalah dalam

    pembelajaran Qur’an Hadits. Diantara masalah tersebut adalah masih rendahnya

    hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits, masih banyak siswa yang

    KKM nya hanya 60, sementara KKM untuk mata peajaran Qur’an Hadits kelas 3

    adalah 70.

  • 5

    Masalah-masalah tersebut timbul diakibatkan oleh beberapa faktor

    penyebab, diantaranya adalah siswa kurang antusias saat mengikuti pembelajaran,

    kurang memperhatikan guru, guru hanya menggunakan metode klasik, yaitu

    metode ceramah yang dapat menimbulkan kebosanan pada siswa, serta tidak

    menggunakan model dan media yang dapat menarik minat belajar siswa yang

    akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

    Fenomena di atas melatarbelakangi penyebab rendanya hasil belajar siswa

    pada mata pelajaran Qur’an Hadits. Oleh karena itu dipelukannya penggunaan

    model dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

    pada mata pelajaran Qur’an Hadits. Salah satunya dengan menggunakan model

    pembelajaran Cooperative tipe Make a Match.

    Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian

    mengenai “Penerapan Model Cooperative Learning tipe Make A Match untuk

    meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Qur’an

    Hadits Pokok Bahasan Q.S Al-qariah”. (Penelitian Tindakan Kelas terhadap

    Siswa Kelas III MI Naelushibyan Kabupaten Bandung).

    B. Rumusan Masalah

    Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum menggunakan model

    Cooperative Learning tipe Make a Match pada mata pelajaran Qur’an

    Hadits kelas 3 di MI Naelushibyan?

  • 6

    2. Bagaimana penerapan model Cooperative Learning tipe Make a

    Match pada mata pelajaran Qur’an Hadits siswa kelas 3 di Madrasah

    Ibtidaiyah Naelushibyan pada setiap sikus ?

    3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan model Cooperative

    Learning tipe Make a Match pada mata pelajaran Qur’an Hadits siswa

    kelas 3 di MI Naelushibyan pada setiap siklus ?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

    untuk mengetahui :

    1. Hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits siswa kelas 3 di MI

    Naelushibyan sebelum penerapan model Cooperative Learning tipe

    Make a Match.

    2. Penerapan model Cooperative Learning tipe Make a Match pada mata

    pelajaran Qur’an Hadits kelas 3 di MI Naelushibyan.

    3. Hasil belajar siswa setelah penerapan model Cooperative Learning

    tipe Make a Match pada mata pelajaran Qur’an Hadits kelas 3 di MI

    Naelushibyan.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat

    teoritis dan manfaat praktis.

    1. Manfaat Teoritis

    Manfaat penelitian secara teoritis yaitu :

  • 7

    a. Dapat menambah khazanah keilmuan tentang model pembelajaran

    cooperative tipe make a match pada mata pelajaran Qur’an Hadits.

    b. Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan

    mutu pendidikan dalam pembelajaran Qur’an Hadits melalui model

    cooperative learning tipe make a match.

    c. Dapat memberikan model pembelajaran yang lebih bervariasi di dalam

    pembelajaran Qur’an Hadits.

    d. Penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi terhadap proses

    pembelajaran yang berupa pergeseran pendekatan pembelajaran yang

    tadinya berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan suatu alternatif pembelajaran di

    mata pelajaran Qur’an Hadits dalam upaya meningkatkan hasil belajar

    peserta didik, dan guru dapat berkembang secara professional.

    b. Bagi siswa, agar lebih mudah mempelajari mata pelajaran Qur’an Hadits,

    dan menumbuhkan minat serta hasil belajar nya.

    c. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman secara langsung dalam

    pembelajaran Qur’an Hadits dengan menerapkan model pembelajaran

    cooperative tipe make a match.

    E. Kerangka Pemikiran

    Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran

    Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menekankan pada kemampuan membaca

    dan menulis Al-Qur’an dan Hadits dengan benar, serta hafalan terhadap surat-

  • 8

    surat pendek dalam Al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari

    surat-surat pendek tersebut, dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk

    diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan.

    Materi pembelajaran Qur’an hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah

    sejumlah surat dalam juz ke-30 (Juz Amma) dan segala hal yang berkaitan

    dengannya, yaitu ilmu tajwid. Selain itu ada hadits Nabi yang berkaitan dengan

    tema-tema tertentu. Pemberian materi-materi tersebut berkaitan dengan beberapa

    aspek kemampuan yang terukur dengan jelas, yaitu membaca, menulis,

    mengartikan dan menghafal, dan menjelaskan isi kandungannya. Lebih jauh lagi

    yaitu mengamalkannya (Anwar, 2016 : 83).

    Pembelajaran cooperative merupakan sistem pengajaran yang memberi

    kesempatan kepada siawa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-

    tugas yang terstruktur. Pembelajaran cooperative dikenal dengan pembelajaran

    secara berkelompok. Tetapi belajar cooperative ini lebih dari sekedar belajar

    berkelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar cooperative ada struktur

    dorongan atau tugas yang bersifat cooperative sehingga memungkinkan terjadinya

    interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif

    diantara anggota kelompok (Taniredja, dkk, 2013 : 55).

    Salah satu metode dalam model pembelajaran cooperative adalah metode

    make a match. Metode make a match dikembangkan pertama kali pada tahun

    1994 oleh Lorna Curran, strategi make a match saat ini menjadi salah satu strategi

    penting dalam ruang kelas. Tujuan dari strategi ini antara lain untuk

    memperdalam materi, penggalian materi, dan edutainment (Huda, 2014:251).

  • 9

    Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar

    mengenai suatu konsep atau topik, dalam susasana menyenangkan. Penerapan

    model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu

    yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat

    mencocokkan kartunya diberi poin (Dedih, 2014 : 79).

    Menurut Sudjana (2002:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

    yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam penelitian

    ini penulis mengambil hasil belajar ranah kognitif. Ranah kognitif berkenaan

    dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan

    atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi (Sudjana, 2002 :

    22).

    Model pembelajaran cooperative dikembangkan untuk mencapai hasil

    belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan

    pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model

    pembelajaran cooperative menuntut kerja sama dan interpedensi siswa dalam

    struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas

    berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu

    pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

    maupun reward (Suprijono, 2015 : 61).

    Dalam proses nya hasil belajar bergantung pada bagaimana guru

    menyampaikan materi pembelajaran, bagaimana guru memilih model

    pembelajaran dan metode yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang baik

    untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran di kelas, kemampuan guru

  • 10

    dalam menggunakan model dan metode tersebut, dan kemampuan guru dalam

    menghidupkan suasana kelas, memotivasi siswa, mengembangkan minat siswa

    untuk mengikuti proses pembelajaran.

    Adapun bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

    Gambar 1.1

    Bagan Kerangka Pemikiran

    F. Hipotesis tindakan

    Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang

    masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.

    Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Melalui

    penerapan model cooperative learning tipe make a match diduga dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits kelas 3

    materi pokok Q.S Al-Qariah di MI Naelushibyan Kabupaten Bandung”.

    Pembelajaran

    Qur’an Hadits

    Penerapan Model

    Cooperative

    Learning

    Tipe

    Make a Match

    Match

    Hasil Belajar Kognitif Siswa

    Meningkat

  • 11

    G. Langkah-langkah Penelitian

    1. Setting Penelitian

    a. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini mengambil lokasi di MI Naelushibyan yang

    beralamat di Jalan Desa Cibiru Wetan-Cileunyi-Kabupaten Bandung.

    Adapun alasan peneliti mengambil lokasi tersebut berdasarkan :

    1) Penelitian serupa belum pernah dilakukan pada sekolah tersebut.

    2) Sekolah tersebut telah memberikan izin untuk dijadikan objek

    penelitian.

    3) Berdasarkan hasil observasi kepada guru yang bersangkutan, bahwa

    hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits rendah, sehingga perlu

    adanya penelitian dan adanya inovasi-inovasi baru yang dapat

    diterapkan dalam belajar agar hasil belajar siswa meningkat.

    b. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 MI Naelushibyan, yang

    berjumlah 20 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 9 orang dan siswa

    perempuan 11 orang.

    c. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei

    2017 dengan 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 tindakan.

  • 12

    2. Jenis Data

    a. Kualitatif

    Data kualitatif dalam hal ini dilakukan terhadap data yang berupa

    informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan

    data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau

    sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan

    suatu gambaran yang ada dan sebaliknya. Jadi bentuk analisis ini

    merupakan penjelasan-penjelasan, bukan berupa angka-angka statistik atau

    bentuk angka lainnya (Mahmud, 2010 : 91).

    Data kualitatif pada penelitian ini adalah diperoleh dari lembar

    observasi guru dan aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar

    dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe make a match.

    b. Kuantitatif

    Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk jumlah dituangkan untuk

    menerangkan suatu kejelasan dari angka-angka atau memperbandingkan

    dari beberapa gambaran sehingga memperoleh gambran baru, kemudian

    dijelaskan kembali dalam bentuk kalimat/uraian. Analisis data kuantitatif

    dapat pula dilakukan terhadap data kualitatif maupun terhadap data

    kuantitatif. Terhadap data kuantitatif, jelas bahwa analisis ini

    mengembalikan dalam keadaan serupa, dari data angka ke dalam analisis

    angka pula (Mahmud, 2010 : 91).

    Data kuantitatif pada penelitian ini meliputi hasil belajar siswa pada

    mata pelajaran Qur’an Hadits dengan mnggunakan model pembelajaran

  • 13

    cooperative tipe make a match yang diperoleh dari hasil tes soal setelah

    proses belajar mengajar berlangsung.

    3. Sumber Data (Primer dan Sekunder)

    Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari data primer dan data

    sekunder. Data primer yaitu siswa kelas 3 MI Naeushibyan Kabupaten

    Bandung, dan data sekunder yaitu guru mata pelajaran Qur’an Hadits.

    Data primer diperoleh dari aktivitas dan hasil belajar siswa.

    Sementara data sekunder diperoleh dari aktivitas guru saat mengajar mata

    pelajaran Qur’an Hadits.

    4. Instrumen Penelitian

    Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

    sebagai berikut :

    a. Silabus

    b. RPP

    c. Lembar Observasi Guru dan Siswa

    d. Lembar Evaluasi

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk mempermudah pengunpulan data, penelitian ini menggunakan

    beberapa metode, yaitu :

    a) Observasi

    Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

    sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik

    dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan

  • 14

    dalam melakukan observasi disebut pedoman observasi. Tujuan utama

    observasi adalah (1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai

    suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, (2) untuk

    mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku siswa),

    interaksi antara siswa dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati

    lainnya, terutama kecakapan sosial (Arifin, 2010 : 153).

    Dalam penelitian ini obeservasi dilakukan untuk mengamati aktivitas

    guru dan siswa dalam proses pembelajaran Qur’an Hadits dengan

    menggunakan model cooperative learning tipe make match. Ketika

    mengamati aktivitas guru dan siswa, peneliti menggunakan lembar

    observasi yang dibuat berdasarkan aspek-aspek belajar yang akan di

    observasi.

    b) Tes

    Tes merupakan suatu cara atau teknik yang digunakan dalam rangka

    melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai

    pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau

    dijawab oleh siswa untuk mengukur aspek perilaku siswa (Arifin, 2010 :

    118).

    Dalam peneltian ini digunakan tes berupa unjuk kerja dan soal tes

    sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan model

    pembelajaran cooperative tipe meka a match dalam penelitian tindakan

    kelas pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dengan pokok bahasan Q.S Al-

    Qariah.

  • 15

    Tabel 1.1

    Teknik Pengumpulan Data

    No

    Sumber Data

    Jenis Data

    Teknik

    Pengumpulan

    Data

    Instrument

    1. Siswa dan Guru Aktivitas dalam

    pembelajaran

    Observasi Lembar Observasi

    2. Siswa Hasil belajar Al-

    Qur’an Hadits

    Tes Akhir Tes Formatif

    6. Metode Penelitian

    Metode penelitian adalah tahapan-tahapan cara dalam melaksanakan

    penelitian (Aqib, 2009 : 33). Dalam penelitian ini penulis menggunakan

    metode penelitian tindakan kelas (PTK).

    Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis untuk memperbaiki

    pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya

    guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk

    memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian ini

    merupakan bentuk reflektif berupa tindakan tertentu agar dapat

    memperbaiki praktik pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien secara

    professional (Salahudin, 2015:24).

    Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan masalah

    yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas sehingga tercipta perbaikan,

  • 16

    peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran. Adapun manfaat dari

    penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

    1. Membuat guru peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di

    kelasnya.

    2. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap yang dilakukan oleh peserta.

    3. Meningkatkan kinerja guru.

    4. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui kajian yang

    dalam terhadap hal-hal yang terjadi di kelas (aktual ataupun faktual).

    5. Penilaian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok karena

    terintegrasi antara tugas pokok dalam proses pembelajaran dan kerja

    penelitian.

    6. Penilaian tindakan kelas membuat guru lebih kreatif dan inovatif

    (Salahudin, 2015:35).

    Adapun dalam penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk siklus,

    setiap siklus terdiri dari 2 tindakan. Siklus pembelajaran yang dilaksanakan

    dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seperti pada gambar berikut :

  • 17

    Gambar 1.2

    Siklus Penelitian Tindakan Kelas

    (Iskandar, 114 : 2012)

    Identifikasi

    Masalah

    Perencanaan 1

    Pelaksanaan

    Pengamatan

    Refkeksi

    Siklus II

    Permasalahan baru

    hasil refleksi

    Perbaikan Perencanaan II

    Pengamatan

    Pengamatan

    Siklus I

    Refleksi

    Dilanjutkan Ke

    Siklus Berikut ?

  • 18

    Berdasarkan bagan di atas dapat dipahami bahwa jika suatu siklus

    telah selesai diimplementasikan sampai ke tahap refleksi, maka selanjutnya

    harus diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan di siklus

    kedua kemudian jika masih belum berhasil dapat dilanjutkan pada siklus

    ketiga.

    Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menitikberatkan pada

    aktivitas guru dalam menyampaikan pembelajaran, serta aktivitas siswa

    dalam mengikuti proses pembelajaran Qur’an Hadits dan hasil belajar siswa

    kelas 3 MI Naelushibyan Kabupaten Bandung.

    7. Desain Penelitian

    Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama 2 siklus. Tiap

    siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

    pengamatan, dan tahap refleksi. Pada umumnya peneliti memulai rencana

    tindakan dari tahap awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar

    dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya peneliti merencanakan

    penelitian ini ke dalam dua siklus yang saling berkaitan, masing-masing

    siklus terdiri dari dua tindakan. Masing-masing tindakan memuat empat

    tahap diantaranya perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang

    dapat diuraikan sebagai berikut :

    a. Refleksi Awal

    Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti pada refleksi awal adalah :

    1) Melakukan pengamatan untuk mengetahui situasi yang terjadi di

    lapangan.

  • 19

    2) Memfokuskan masalah yang akan dirumuskan di dalam rumusan

    masalah penelitian.

    3) Menelaah teori-teori yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

    4) Selanjutnya dirumuskan ke dalam kerangka konseptual dari penelitian.

    b. Perencanaan (Planning)

    Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah :

    1) Menganalisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi dan

    Kompetensi Dasar (SK dan KD) yang akan diajarkan kepada siswa.

    2) Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan

    memperhatikan indikator-indikator hasil belajar.

    3) Menetapkan materi ajar.

    4) Mengembangkan media pembelajaran yang menunjang pembentukkan

    SK dan KD dalam rangka mengimplementasi PTK.

    5) Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model

    pembelajaran cooperative tipe make a match.

    6) Menganalisis berbagai alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan

    kondisi pembelajaran.

    7) Mengembangkan lembar kerja siswa (LKS)

    8) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator hasil

    belajar.

    c. Pelaksanaan (Action)

    Pelaksanaan ini mencakup prosedur dan tindakan yang akan

    dilakukan, serta proses perbaikan yang akan dilakukan. Pada penelitian ini

  • 20

    peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer. Pelaksanaan

    tindakan didasarkan pada rencana pembelajaran yang telah disusun

    sebelumnya.

    d. Pengamatan (Observing)

    Pengamatan dilakukan oleh observer yaitu guru mata pelajaranQur’an

    Hadits. Pengamatan dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan.

    Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan

    aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

    e. Refleksi (Reflekting)

    Hasil kegiatan pengamatan kemudian dianalisis dengan menggunakan

    pola berikut:

    1) Hasil pengamatan pada masing-masing siklus dipandang sebagai

    “akibat”.

    2) Dari akibat tersebut kemudian dianalisis faktor “sebab”.

    3) Dari sebab tersebut selanjutnya ditelusuri “akar sebab”.

    Hasil analisis di atas menjadi dasar dalam penyusunan refleksi yaitu

    memikirkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan

    atau akar sebab yang telah ditemukan. Hasil refleksi ini akan menjadi dasar

    dalam merencanakan tindakan yang akan diterapkan di siklus berikutnya.

    8. Analisis Data

    a. Analisis Data Hasil Observasi

    Pengisian observasi yaitu dengan menceklis pada kolom Ya atau

    Tidak pada masing-masing kegiatan yang dilakukan guru maupun siswa.

  • 21

    Teknik analisis dari lembar observasi guru dan siswa dilakukan dengan cara

    dihitung dan dipaparkan secara sederhana dari hasil observasi kemudian

    dipresentasikan.

    Langkah-langkah menghitung presentasi tersebut yaitu :

    1. Menghitung jumlah skor aktivitas yang telah diperoleh

    2. Mengubah jumlah skor yang diperoleh menjadi nilai persentase dengan

    rumus : NP = 𝑅

    𝑆𝑀× 100 %

    Keterangan :

    NP : Nilai persen aktivitas yang dicari atau yang diharapkan

    R : Jumlah skor yang diperoleh

    SM : Skor maksimal ideal

    100 : Bilangan Tetap

    b. Analisis Data Hasil Tes setiap Siklus

    Data hasil tes setiap siklus yang diperoleh diolah untuk mengetahui

    peningkatan hasil belajar Al-Qur’an Hadits setelah menggunakan model

    pembelajaran cooperative tipe make a match. Data tersebut digunakan untuk

    perhitungan :

    1. Menghitung nilai kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan

    rumus :Nilai = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

    𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙×100

    2. Menghitung Ketuntasan Belajar Secara Individu

    Ketuntasan belajar individual bertujuan untuk mengetahui peserta

    didik mana yang tuntas dan peserta didik mana yang belum tuntas dalam

  • 22

    pembelajaran. Untuk mengetahui ketuntasan individual dapat menggunakan

    rumus sebagai berikut:

    Ketuntasan belajar individu =Jumlah jawaban benar yang dicapai peserta didik

    Jumlah soal 𝑥 100%

    (Hayati, 2013:153)

    3. Menghitung Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa yaitu sebagai berikut :

    Rata-rata hasil belajar siswa = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

    𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎×100 %

    Tabel 1.2

    Interpretasi Hasil Belajar

    No. Presentase Hasil Belajar Kategori

    1.

  • 23

    Tabel 1.3

    Kriteria Ketuntasan Klasikal

    Persentase Kategori

    80-100 Amat Baik

    70-79 Baik

    60-69 Cukup

    50-59 Kurang

    0-49 Kurang Sekali

    (Purwanto, 2014 dalam kripsi Kuswanti)