bab gambaran umum serang

18
RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 KONDISI GEOGRAFIS 2.1.1 Luas Wilayah dan Letak Tofografis Daerah Kabupaten Serang merupakan salah satu dari enam Kabupaten/Kota di Propinsi Banten , terletak diujung barat bagian utara pulau jawa dan merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dengan jarak ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. Secara Geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat 550’ sampai sengan 621’ Lintang Selatan dan 1050’ sampai dengan 10622’ Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara keselatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah sekitar 90 km, sedangkan kedudukan secara administratif berbatasan dengan : Sebelah Utara dibatasi dengan Laut Jawa Sebelah Timur dibatasi Kabupaten Tangerang Sebelah barat dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Luas wilayah secara administratif tercatat 173.409 Ha yang terbagi atas 34 (tiga puluh empat) wilayah Kecamatan, 354 Desa dan 20 Kelurahan, secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Upload: faisal

Post on 07-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

BAB Gambaran Umum Serang

TRANSCRIPT

Page 1: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 KONDISI GEOGRAFIS

2.1.1 Luas Wilayah dan Letak Tofografis Daerah

Kabupaten Serang merupakan salah satu dari enam Kabupaten/Kota di

Propinsi Banten , terletak diujung barat bagian utara pulau jawa dan

merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan

Pulau Jawa dengan jarak ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia.

Secara Geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat 550’

sampai sengan 621’ Lintang Selatan dan 1050’ sampai dengan 10622’ Bujur

Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara keselatan adalah sekitar

60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah sekitar 90 km,

sedangkan kedudukan secara administratif berbatasan dengan :

Sebelah Utara dibatasi dengan Laut Jawa

Sebelah Timur dibatasi Kabupaten Tangerang

Sebelah barat dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda

Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang.

Luas wilayah secara administratif tercatat 173.409 Ha yang terbagi atas

34 (tiga puluh empat) wilayah Kecamatan, 354 Desa dan 20 Kelurahan, secara

keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 2: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-2

Tabel 2.1 : Daftar Kecamatan dan Luas Wilayahnya di Kabupaten Serang.

No Nama Kecamatan Ibukota

Kecamatan Luas (km2)

Jumlah Desa/ Kelurahan

1 Anyer Anyer 155,93 10

2 Bandung Bandung 51,29 8

3 Baros Baros 44,07 14

4 Binuang Binuang 26,17 7

5 Bojonegara Bojonegara 30,30 10

6 Carenang Panenjoan 36,40 10

7 Cikande Cikande 50,53 12

8 Cikeusal Cikeusal 88,25 15

9 Cinangka Cinangka 111,47 13

10 Ciomas Sukadana 48,53 10

11 Cipocok Jaya Cipocok Jaya 31,54 8*

12 Ciruas Citerep 34,18 14

13 Curug Curug 43,60 10

14 Gunungsari Gunungsari 37,20 7

15 Jawilan Jawilan 38,95 9

16 Kasemen Kasemen 63,36 11

17 Kibin Kibin 29,60 9

18 Kragilan Kragilan 51,56 14

19 Kramatwatu Kramatwatu 48,59 14

20 Kopo Kopo 44,69 10

21 Mancak Labuan 74,03 13

22 Pabuaran Pabuaran 127,74 7

23 Padarincang Padarincang 99,12 13

24 Pamarayan Pamarayan 67,10 9

25 Petir Petir 46,94 12

26 Pontang Pontang 64,85 15

27 Pulo Ampel Sumuranja 32,56 8

28 Serang Kaligadu 25,88 12*

29 Taktakan Taktakan 47,88 12

30 Tanara Cerukcuk 49,30 9

31 Tirtayasa Tirtayasa 64,46 14

32 Tunjung Teja Tunjung Teja 39,52 8

33 Walantaka Pipitan 48,48 16

34 Waringin Kurung Waringin Kurung 51,29 11

*) Kelurahan

Page 3: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-3

Dari lingkungan kerja sebanyak 34 kecamatan tersebut terdapat

didalamnya pulau-pulau yang berada di wilayah perairan Kabupaten Serang

yang tercatat sebanyak 16 pulau diantaranya adalah Pulau Sangiang, Pulau

Salira, Pulau Kali, Pulau Tarahan, Pulau Kemanisan, Pulau Cikatung, Pulau

Panjang, Pulau Semut, Pulau Kubur, Pulau Lima, Pulau Gedang, Pulau Dua

(Burung), Pulau Satu, Pulau Pamujan Besar, Pulau Pamujan Kecil dan Pulau

Tunda (Babi).

Kondisi Tofografi Kabupaten Serang berada dalam kisaran ketinggian

antara 0 sampai dengan 1.778 diatas permukaan laut (dpl) dan pada umumnya

tergolong pada kelas tofografi lahan dataran dan bergelombang.

Ketinggian 0 m dpl membentang dari Kecamatan Tirtayasa sampai

Kecamatan Cinangka di pantai barat selat Sunda dan ketinggian 1778 m dpl

terdapat dipuncak Gunung Karang yang terletak disebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Pandeglang. Pada umumnya (≥ 97,5 %) wilayah Kabupaten

Serang berada pada ketinggian kurang dari 500 dpl.

2.1.2 Hidrologi dan Klimatologi

a. Hidrologi

Kondisi Hidrologi di Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang didalamnya, dalam pengelolaan sungai dikenal

Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Secara umum,

baik SWS maupun DAS yang ada di Kabupaten Serang relatif tidak luas. Sungai-

sungai yang terdapat di Kabupaten Serang memiliki lebar yang relatif kecil (lebar

kurang dari 50 m) dan pendek (panjang kurang dari 100 km). Selain itu terdapat

DPS (Daerah Pengelolaan Sungai), yakni pengelolaan satu atau beberapa DAS

secara bersama yang dilakukan dalam pelaksanaan perencanaan dan

pengelolaan karena faktor efisiensi dana dan pelaksanaan. Di Kabupaten Serang

hanya ada SWS Ciujung-Ciliman, yang terdiri dari DAS-DAS Cidurian, Ciujung,

dan Cibanten. Ketiga DAS itu terdiri dari sub-sub DAS dengan rincian luas

sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1. Sungai yang besar adalah Cidurian dan

Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten Tangerang. Sebagian besar

sungai mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa. DAS Cidanau mengalir ke barat,

Selat Sunda. Di sebelah selatannya terdapat DAS Ciliman dimana terdapat dua

Page 4: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-4

arah pengaliran, yakni pada umumnya ke utara menuju Laut Jawa atau Teluk

Banten, dan sebagian ke barat menuju Selat Sunda.

Tabel 2.2. Daftar DAS/Sub DAS di Kabupaten Serang.

No. Nama DAS Sub DAS Luas (Ha)

1. Cidurian 184.658,00

Cidurian Hulu 37.194,00

Cibeureum 28.391,00

Cidurian Hilir 35.542,00

Cimanceuri Hulu 40.501,00

Cirarab 33.795,00

Cimanceuri Hilir 9.235,00

2. Ciujung 279.839,00

Ciujung Hulu (a) 21.247,00

Ciujung Hulu (b) 136.879,20

Ciujung Tengah 23.444,80

Ciujung Hilir 40.221,00

Ciujung Kulon (Cikeuruh) 58.047,00

3. Cibanten 80.170,00

Cibanten 21.580,00

K Grogol 5.750,00

Bojonegara 5.270,00

K. Lombang 7.560,00

Cibeber 15.320,00

K. Anyer 6.560,00

Cikoneng 6.910,00

Cipasauran 11.220,00

4. Cidanau 22.620,00

Cikakalumpay 7.831,00

Cisaat 4.900,00

Cisawarna 4.579,00

Cibojong 2.960,00

Cihoreang 1.040,00

Cicangkadan 1.310,00

Page 5: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-5

Di Kabupaten Serang terdapat danau, rawa, situ atau waduk sebagai

disajikan pada tabel-tabel 4.2. dan 4.3. Kedua tabel ini mengenai perairan yang

sama, namun oleh karena memperlihatkan data yang saling tumpang tindih dan

berbeda, maka disajikan keduanya. Perbedaan utamanya pada pemasukan

waduk, luas, cakupan lokasi, dan volume airnya.

Tabel 2.3. Daftar danau, rawa, situ, telaga, dan waduk Kabupaten Serang versi 1.

No. Nama Perairan Luas (Ha) Lokasi

Desa Kecamatan

1 Citaman 1,00 Taman Sari Baros

2 Waduk Cilesung 2,50 Sukacai Baros

3 Boyongbong - Pamanuk Carenang

4 Bojong Herang 10,00 Pamanuk Carenang

5 Rawa Gede Kawao 2,50 Binuang Carenang

6 Rawa Pariuk 10,00 Ragasmasigit Carenang

7 Ciherang 10,00 Cikanede Cikande

8 Cibulakan 0,05 Kurungkotok Ciomas

9 Belungun 9,37 Sentul Kragilan

10 Tasikardi 20,00 Margasana Kramat Watu

11 Rampones 1,00 Sindangmandi Pabuaran

12 Sindang Mandi 6,00 Sindangmandi Pabuaran

13 Cirahab 1,00 Cipayung Padaricang

14 Rawa Danau 1.300,00 Cigedug Padaricang

15 Telaga Wangsa 1,00 Cipayung Padaricang

16 Rawa Arung 17,00 Rawa Arun Pulo Merak

17 Cikulur 0,05 Kranji Taktakan

18 Jakung 2,00 Cilowong Taktakan

19 Peso Raut 10,00 Kemining Tunjung Teja

20 Ciwaka 2,97 Ampal Walantaka

Page 6: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-6

Tabel 2.4 Daftar rawa, situ, telaga, dan waduk Kabupaten Serang versi 2 (Anonim 2002).

No. Nama Perairan Lokasi

(Desa/Kecamatan) Luas (Ha)

Volume Air (1000 m3)

1 St. Belungun Cijeruk/Cikande 2,5 75,5

2 St. Ciherang Banjar Banjar/Cikande 5,3 156,0

3 St. Teratai St. Teratai/Cikande 26,0 390,0

4 Wd. Cikande Cikande/Cikande 4,0 254,0

5 Wd. Ciwaka Pengapelan/Walantaka 4,5 90,0

6 St. Cibiral Tanjungsari/Pabuaran 0,6 16,0

7 St. Rampones Sindang Mandi/ Pabuaran

8 St. Sindang Mandi Sindang Mandi/ Pabuaran

9 St. Tasik Kardi Margasana/Kramatwatu 2,0 30,0

10 Rw. Danau Cinangka/Padarincang 11,0 220,0

11 Telaga Wangsa Cipayung/Padarincang

12 St. Cirahap Cipayung/Padarincang

13 St. Ranca Gede Jakung

Babakan/Pamarayan 26,0 416,0

14 Rw. Arum Rawa Arum/Pulau Merak

15 Rw. Gede Kawao Binuang/Cirenang

16 Rw. Bojong Herang Pamanuk/Cirenang

17 Rw. Bojong Pring Gabus/Cirenang

18 St. Cikulur Kranji/Taktakan

19 St. Jakung Cilowong/Taktakan

20 Rw. Pasar Raut Bojong Menteng/Petir

21 Rw. Enang Kemuning/Tanjung Teja

22 St. Cibulakan Sukabana/Ciomas

23 St. Otaman Tamansari/Baros

24 Wd. Cilesung Sukaca/Baros

25 Wd. Balungan Sentul/Kragilan 4,0

26 Wd. Ciranjen Junti/Junti 3,0 286,0

27 Wd. Cibulegar Cibulegar/Cibulegar 2,0 46,0

28 Wd. Cipaseh Anyer/Anyer 4,3 7,1

29 Wd. Citawing Cinangka/Cinangka 3,2 110,6

30 Wd. Ciligawir Kadu Embe/Citasuk 3,2 480,0

31 Wd. Ciujung Lama Pepetan/Pontang 60,0 1.300,0

32 Wd. Lontar Lontar/Tirtayasa 6,9 412,0

Total 4.251,0

Keterangan: Rw = Rawa St = Situ

Wd = Waduk.

Page 7: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-7

b. Klimatologi

Iklim dapat digolongkan berdasarkan beberapa jenis klasifikasi. Menurut

Köppen, daerah belahan Utara Serang beriklim Ama, sedangkan belahan Selatan

Serang umumnya beriklim Afa, meskipun ada juga yang beriklim Cfa. Daerah

belahan Utara Serang dengan demikian mempunyai bulan kering selama satu

bulan atau lebih dalam setahun. Bagian Selatan Serang pada umumnya tidak

mempunyai bulan yang jelas-jelas merupakan bulan kering. Pada bagian yang

beriklim Cfa mempunyai karakteristik hujan yang serupa dengan daerah bagian

Selatan Serang, tetapi di daerah ini suhu pada bulan terdingin dapat mencapai <

18˚C dan pada bulan terhangat bisa melebihi 22 ˚C.

Tipe Iklim Daerah Penyebaran

B1 Padarincang

C2 Cinangka, Kopo

C3 Cikeusal, Curug

D1 Ciomas

D2 Pabuaran, Pamarayan

D3 Keragilan, Petir, Anyer dan Walantaka

E2 Serang, Waringin Kurung, Taktakan, Mancak

E3 Baros, Ciruas, Tirtayasa

E4 Kasemen, Kramatwatu, Bojonegara, Pontang

Tabel. 2.4. Klasifikasi iklim Kabupaten Serang menurut pembagian Kecamatan

dengan menggunakan cara Mohr (1933).

Menurut klasifikasi Mohr (1933), daerah Serang mempunyai enam bulan

basah (November-April) dan enam bulan (Mei-Oktober) yang tidak termasuk bulan

basah atau kering (Tabel 2.4). Pada saat bulan basah, curah hujan melebihi laju

penguapan. Pada bulan yang diguyur curah hujan antara 60 mm sampai 100 mm

terjadi keseimbangan antara curah hujan dan besar penguapan. Secara umum

daerah Kabupaten Serang sebenarnya cukup memperoleh air dari hujan secara

alami. Oleh karena itu dengan pengelolaan air-tanah-hutan yang baik dan benar

serta sistem irigasi dan drainase yang baik dan tepat, maka daerah penduduk

Kabupaten Serang secara umum sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan airnya

sendiri.

Page 8: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-8

Fluktuasi kelembaban udara rata-rata bulanan antara tahun 1991 sampai

dengan 2003 secara rata-rata terjadi kecenderungan penurunan kelembaban

udara sekitar 4 %, namun kelembaban minimum rata-rata meningkat sekitar 2 %,

sedangkan maksimum rata-ratanya relatif tetap. Hal ini agaknya menunjukkan

semakin gersangnya kondisi udara di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 23

tahun terakhir.

Perubahan pola iklim ini juga ditandai dengan fluktuasi perubahan curah

hujan yang semakin menurun, fluktuasi penguapan yang semakin meningkat, dan

lama (durasi, duration) penyinaran matahari yang relatif tetap sejak 1991 sampai

dengan 2003 di kota Serang. Semua uraian di muka merupakan indikasi telah

terjadi perubahan pola iklim di kota Serang yang semakin kering.

Curah Hujan

Sebagai parameter yang sangat penting dalam menentukan iklim dan

neraca air (water balance) di Kabupaten Serang, curah hujan digambarkan dalam

bentuk isohyet rata-rata (normal) hujan bulanan yang diolah dari data 30 tahun

(1971-2000) sebagai dipersyaratkan oleh World Meteorological Organization

(WMO) untuk memperoleh gambaran yang lebih teliti dan baku (standard). Peta

isohyet bulanan disajikan oleh BMG (2004) sebagai pada Gambar 2.2 sampai

dengan 2.7. Dari gambar-gambar tersebut nampak daerah selatan secara umum

cukup air sepanjang tahun, namun bagian utara cenderung kering pada bulan

Juni-Oktober.

Dari data yang ada dan gambar-gambar tersebut dapat disimpulkan

berbagai hal di Kabupaten Serang sebagai disajikan pada Tabel 2.1. Curah hujan

yang agak basah (100 - < 200 mm) sampai dengan basah ekstrim (≥ 500 mm)

terjadi di Kabupaten Serang, namun di kota Serang hanya sampai basah (300 - <

400 mm). Kekecualian terdapat di wilayah-wilayah Barat Laut (BL)-Utara (U)-Timur

Laut (TL)-Timur (T) dan Tenggara (Tg) yang pada bulan Juli (7) sampai dengan

bulan September (9) cenderung selalu tidak basah (< 100 mm). Bahkan sering

kering (< 60 mm) sebagaimana terjadi dari bulan Mei sampai dengan September

1998 yang hanya mencapai masing-masing 39,8 mm; 53,4 mm; 54,5 mm; 14,6

mm; dan 20,2 mm saja. Curah hujan tahunan selalu di atas 1000 mm di wilayah

utara dan ada yang lebih dari 3000 mm di wilayah selatan.

Page 9: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-9

Kekeringan seperti ini seringkali berkaitan dengan kejadian bencana alam

di mana pada kejadian El Nino terjadi bencana kekeringan yang panjang karena

curah hujan kurang. Umumnya bencana kekeringan terjadi pada bulan-bulan Juni

sampai dengan Agustus, dan bahkan dapat terus terjadi sampai dengan bulan

Oktober. Sebaliknya mulai semakin sering terjadi bencana banjir, erosi tanah (soil)

berlebihan, dan tanah longsor (gerakan tanah) yang sering dan terjadi dalam

wilayah yang cukup luas akibat curah hujan berlebihan pada kejadian La Nina

dalam tingkat global. Banjir umumnya terjadi pada bulan-bulan Desember-Januari

dan kadang-kadang juga sampai dengan bulan Februari-Maret sebagaimana yang

terjadi pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 ini diperkirakan oleh BMG (2004) bahwa curah hujannya

di bawah normal (lebih rendah dari harga normal) sampai dengan rata-ratanya

(normal). Awal musim kemarau diperkirakan maju atau sama dengan keadaan

rata-ratanya. Di bagian Utara Kabupaten Serang diperkirakan musim kemarau

paling awal terjadi pada minggu kedua bulan April dan paling akhir pada minggu

ketiga bulan Mei 2004. Curah hujan di bawah normal terjadi di bagian Selatan

Kabupaten Serang, sedangkan curah hujan normal berlangsung pada bagian

Utara Kabupaten Serang. Bagian Selatan diperkirakan mulai memasuki musim

kemarau minggu kedua bulan Mei-minggu pertama bulan Juni, yakni kurang lebih

sama dengan kejadian rata-ratanya, dengan sifat hujan di bawah normal. Bagian

Utara musim kemarau diperkirakan mulai terjadi pada minggu kedua bulan April-

minggu pertama bulan Mei 2004, yaitu mundur sekitar satu (1) dasarian (10 hari),

namun curah hujannya normal (kurang lebih sama dengan rata-ratanya).

Jumlah hari hujan rata-rata dalam setahun di Serang cukup banyak, yaitu

mencapai 187 hari atau rata-rata setiap dua hari turun hujan. Jumlah hari hujan

rata-rata di Serang tahun 1976 – 1996 tersebut bervariasi yaitu antara 7 hari pada

bulan Agustus, sampai dengan 24 hari pada bulan Januari dan Februari (Gambar

2.1). Sebagaimana dengan curah hujan, variasi tersebut secara umum berbentuk

cekungan dengan lembah yang berada pada pertengahan dan puncak pada awal

dan akhir tahun. Namun demikian pada bulan Juni, jumlah hari hujannya (18 hari)

justru lebih banyak dari bulan Mei (12 hari) atau Juli (9 hari). Jumlah hari yang

banyak pada bulan Juni tersebut ternyata tidak memberi curah hujan yang lebih

banyak dari bulan Mei sebagaimana terlihat dalam Gambar 2.13. Hal ini

Page 10: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-10

menunjukkan bahwa lama waktu hujan rata-rata setiap hari dan atau kederasan

hujan pada bulan Juni lebih rendah dari pada bulan Mei.

Selain yang berkaitan dengan hujan, terdapat parameter-parameter lain

penyusun iklim yaitu suhu udara dan kelembaban. Suhu udara di Serang berkisar

antara 21,9 - 32,1 oC, sedangkan tingkat kelembaban rata-rata sekitar 78 %, dan

rata-rata penyinaran matahari mencapai 69,2 %.

Data yang digunakan dalam uraian mengenai iklim ini adalah data 20

tahunan dari BMG (2004) yaitu antara tahun 1976 sampai 1996. Dengan demikian

hasil analisis ini cukup teliti. Data tersebut menunjukkan bahwa curah hujan rata-

rata per tahun mencapai 1744 mm atau rata-rata setiap bulan mencapai 145,3

mm. Hasil tersebut merupakan hujan bulanan rata-rata di Serang yang berkisar

antara 61 mm yaitu pada bulan Juli sampai 318 mm pada bulan Januari (Gambar

2.14). Dengan demikian secara rata-rata tidak ada bulan kering (≤ 60 mm)

walaupun antara bulan Mei sampai Oktober juga tidak termasuk bulan basah (≥

100 mm). Bulan Juli sampai September nyaris merupakan bulan kering.

Berdasarkan itu semua, maka kosien (quotient, Q) Kabupaten Serang secara

umum adalah 0 sehingga termasuk bertipe A menurut klasifikasi Schmidt dan

Ferguson (1951) yang telah disesuaikan untuk kondisi Indonesia.

Jumlah Hari Hujan Rata-rata di Serang Tahun

1976-1996

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Hari

Hu

jan

(h

ari

)

Jumlah Hari Hujan

Gambar : Jumlah hari hujan rata-rata di Serang tahun 1976 – 1996.

Page 11: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-11

Schmidt dan Ferguson (1951, sebagai aplikasinya dari klasifikasinya tahun

1933) sendiri menyebutkan bahwa daerah di Stasiun Klimatologi Serang beriklim

B. Perbedaan penggolongan jenis iklim ini dapat terjadi karena beberapa sebab.

Pertama, perbedaan tersebut bisa terjadi karena perbedaan tahun pengambilan

data. Dengan curah hujan pada bulan Juli (61 mm) dan bulan sekitarnya yang

rendah, tidak tertutup kemungkinan terjadinya bulan kering pada tahun-tahun

tertentu. Jika data dengan bulan kering tersebut yang diambil, maka daerah kajian

tersebut mempunyai bulan kering antara 1,5 bulan sampai hampir tiga bulan

sehingga digolongkan beriklim B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson

tersebut. Kedua, perbedaan itu dapat terjadi karena memang terjadi perubahan

iklim, khususnya antara sebelum tahun 1950an dengan setelah 1970an.

Kemungkinan ketiga, perbedaan tersebut dapat terjadi karena perbedaan Stasiun

Klimatologi yang digunakan. Secara keseluruhan Kabupaten Serang mempunyai

iklim yang tidak seragam. Meskipun sebagian besar beriklim A atau B, tetapi ada

beberapa tempat yang bertipe C seperti di Bojonegara dan bahkan D seperti di

sekitar Anyer. Semakin ke arah hulu (pegunungan) curah hujan dan hari hujan

agaknya semakin tinggi dan sering, namun semakin ke arah laut curah hujan dan

hari hujan agaknya semakin rendah dan jarang.

Curah Hujan Bulanan (mm) Rata-rata di Serang

Tahun 1976-1996

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

Curah Hujan Bulanan

(mm)

Gambar : Curah hujan bulanan rata-rata di Serang tahun 1976 – 1996.

Page 12: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-12

2.1.3 Sebaran Kawasan Budidaya

Kondisi lahan di Kabupaten Serang terbagi menjadi dua bagian yaitu

kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya, sebagian besar

penggunaan lahannya terdiri atas persawahan yaitu seluas 54.145,40 Ha yang

terdiri dari sawah tadah hujan seluas 31.079 ha, sawah irigasi seluas 23.066.40

Ha, yang sebagian besar berada di Serang Bagian Utara yang membentang mulai

dari Kecamatan Kramatwatu Bagian utara, Kasemen, Pontang, Tirtayasa dan

Tanara. Tegalan seluas 39.912,35 Ha tersebar diseluruh Kabupaten Serang,

kebun campuran seluas 39.159,10 Ha yang sebagian besar berada di Wilayah

Serang bagian Selatan diantaranya Kecamatan Petir, Tunjung Teja, Baros, Curug,

Pabuaran, Padarincang, Ciomas, Gunungsari, Mancak dan Kecamatan Cinangka ,

perkampungan seluas 20.121,97 Ha yang tersebar di seluruh Kabupaten Serang,

perumahan seluas 8.680 Ha, dan jasa seluas 3.305,26 Ha sebagian besar

terkonsentrasi di Wilayah Kota Serang dan Kramatwatu, sehingga luas lahan

budidaya secara keseluruhan sejumlah 106.043,01 Ha.

2.1.4 Kawasan Lindung dan Kawasan Rawan Bencana

a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung di Kabupaten Serang tersebar di seluruh wilayah, yang

meliputi sempadan sungai dan sempadan pantai, sedangkan kawasan lindung

selain sempadan sungai dan pantai, terdapat diwilayah Serang Selatan dan Utara

yaitu diwilayah Ciomas, Padarincang, Mancak dan Kramatwatu, sedangkan

diwilayah utara terdapat di Kecamatan Bojonegara dan Puloampel.

Perkembangan yang terjadi terhadap keberadaan hutan lindung ini mengalami

penurunan, sehingga diperkirakan telah terjadi penyusutan luas hutan lindung

4361,79 ha dari 17906,61 ha menjadi tinggal 13544,82 ha peta kawasan lindung

dan budidaya dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.

Page 13: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-13

Gambar Peta sebaran hutan pada tahun 1999 di Kabupaten Serang dibuat oleh Adipandang.

b. Kawasan Rawan Bencana Keadaan geofisika Indonesia sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng

(plate) yang ada di dalamnya. Indonesia merupakan daerah pertemuan antara

lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke

barat dan lempeng Asia Tenggara (lempeng Sunda atau lempeng Eurasia) yang

bergerak ke selatan. Di samping ketiga lempeng besar tersebut terdapat juga

lempeng mikro yang disebut dengan platelet Sumatera, di mana gerakannya

berbeda dan bervariasi menurut lokasi. Di bagian utara terdapat lempeng Filipina.

Interaksi antara lempeng Indonesia-Australia dengan Eurasia antara lain

tercermin oleh bentuk Palung Sunda yang memanjang sejajar dengan busur

Sunda. Bentuk palung ini terjadi akibat dari kegiatan penunjaman lempeng Indo-

Australia ke bawah lempeng Sunda, di mana di selatan Pulau Jawa berarah barat-

timur dan pergerakannya ke arah tegak lurus selatan-utara, sedangkan di barat

daya Pulau Sumatera berarah barat laut-tenggara mengarah barat daya-timur laut,

Page 14: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-14

namun menyerong barat laut-tenggara. Pertemuan lempeng-lempeng bumi ini

yang menyebabkan terjadinya gempa bumi, dan juga kemungkinan tsunami.

Kondisi geologi di Selat Sunda sangat mempengaruhi sifat geologi dan

geofisika Propinsi Banten secara umum maupun Kabupaten Serang secara

khusus. Pengaruh tersebut tercermin dari:

1) Adanya ujung patahan atau sesar Sumatera (sesar Semangko) di Sumatera

yang memanjang sampai Selat Sunda, yang merupakan jenis sesar geser aktif

dengan panjang 1650 km, yang memiliki pergerakan lateral antara 20 – 25 km

dan percepatan horizontal 6 cm/tahun;

2) Bentuk umum daerah sebelah utara wilayah Propinsi Banten yang

bermorfologi dataran dengan dominasi batuan sedimen atau alluvium atau

perbukitan di G. Gede, sedangkan daerah selatan yang bermorfologi

perbukitan/pegunungan dibentuk oleh batuan-batuan beku, metamorf, dan

batuan hasil kegiatan gunung api (vulkanik);

3) Intensitas struktur patahan (fault) dan lipatan (fold) yang lebih tinggi di daerah

selatan dibandingkan dengan daerah bagian utara;

4) Arah sungai yang umumnya mengalir dari selatan dan tengah yang berupa

perbukitan bergelombang ke arah utara yang umumnya berupa dataran pantai,

sedangkan di Kabupaten Serang bagian barat daya dan bagian barat laut

Kabupaten Pandeglang pola pengaliran air permukaannya mengarah dari timur

ke barat;

5) Adanya mata air panas di sekitar Rawa Dano, yang menunjukkan sisa-sisa

kegiatan volkanisme, dan Rawa Dano merupakan kawah purba;

6) Terdapatnya gunung berapi seperti Gunung Anak Krakatau yang sangat aktif

dan merupakan bentukan sejak sekitar tahun 1930an setelah peristiwa letusan

Krakatau tahun 1883 yang menghancurkan bagian tengah gunungapi itu

sehingga sangat terkenal; serta perbukitan Gunung Karang, Gunung Condong

dan Gunung Pulasari di bagian selatan Kabupaten Serang;

7) Tingginya tingkat kegempaan di bagian selatan Propinsi Banten, meskipun

untuk di Kabupaten Serang lebih banyak terasa di wilayahnya bagian selatan;

8) Pernah terjadinya tsunami akibat letusan Gunungapi Krakatau tahun 1883

yang menggemparkan dunia waktu itu karena tenaga dan tinggi gelombang

Page 15: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-15

tsunami yang dihasilkannya, dan menyapu dataran pesisir sekeliling dan tepi

Selat Sunda, termasuk perairan barat Kabupaten Serang.

Sebagian besar tanah di dataran alluvial wilayah utara yang berasal dari

pegunungan di selatan merupakan endapan detritus (detrital sediment) bertekstur

sangat halus baik berupa lumpur maupun suspensi karena merupakan hasil

kikisan aliran air dan telah mengalami jarak transportasi yang cukup panjang,

khususnya pada saat air sungai banjir. Meskipun demikian tanah-tanah tersebut

mempunyai sedikit perbedaan dalam bentuk dan kandungannya terhadap

endapan dari dasar-dasar sungai, muara dan laut. Endapan yang ada kebanyakan

terdiri dari tanah liat yang halus, pasir, kerikil, dan kadang-kadang kerakal.

Sebagian pulau merupakan pulau koral yang datar, tetapi sebagian pulau lainnya

seperti P. Sangiang di bagian tengahnya merupakan perbukitan.

Dari batuan yang tersingkap (outcrop) di Kabupaten Serang, dan dari

berbagai laporan yang dapat ditemukan (termasuk Sudarman dan Herawan 1997,

Anwar dan Herawan 2001), dapat diketahui stratigrafi dan sejarah geologi

pembentukan daratan, perairan laut, dan pulau-pulau kecil yang ada di daerah ini.

Secara umum semua batuan dan satuan sedimen yang ada berumur muda.

Batuan tertua berumur Pleistosen Bawah, mungkin sekitar tujuh (7) juta tahun lalu,

pada saat mana terbentuk batuan vulkanik lava andesit dan breksi vulkanik yang

berkaitan dengannya akibat proses desintregrasi/pelapukan fisik dan gerakan

tanah (land movement) pada daerah gunung api, baik dalam bentuk runtuhan,

longsor, ataupun rayapan tanah perbukitan vulkanik yang terbentuk. Pada

kenyataannya, sebagian besar bagian tengah Pulau Jawa sekarang merupakan

pusat kegiatan vulkanik purba dalam bentuk rantai pegunungan gunung api

(volcano) dan endapan volkanik memperlihatkan peta geologi regional di daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon pada umumnya.

Sebagian besar dari gunung api yang berada di Kabupaten Serang

berumur relatif muda, sudah mati, dan hanya meninggalkan bekas-bekas litologi

batuan beku, breksi vulkanis dan tuf (tuff) serta morfologi puncak-puncak dan

lembah-lembah purba sebagaimana perbukitan dan kawah purba Rawa Danau.

Pada kala itu, wilayah ini merupakan Gunung api (volcano) Danau. Sebagian dari

endapan piroklastik berasal dari letusan gunung-gunung api yang lain, termasuk

Page 16: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-16

dari Gunung Krakatau purba. Sisa-sisa hasil letusannya yang berupa breksi

vulkanis dan tuf tersebar luas, antara lain di bagian barat daya Kabupaten. Ukuran

fragmen breksi vulkanik berkisar dari kerikil sampai bongkah dengan matrik

(matrix) yang ikut menyemen batunya berukuran lebih halus. Sebagian fragmen

berupa batu apung (pumice) yang sangat ringan.

Pada kala Peistosen Tengah, gunung api terus bererupsi mengeluarkan lava dan

batuan piroklastik (pyroclastic) yang serupa. Hasil erosi dan transportasi

permukaan (run off) membuat banyak endapan pasir, breksi, dan konglomerat.

Sementara itu selama kala Pleistosen, dan bahkan sampai dengan sekitar 6000

tahun lalu, muka laut berubah-ubah elevasinya, dengan tenggang kisaran sampai

sekitar 140 m. Sewaktu muka air 140 m di bawah elevasi laut sekarang, maka

Laut Jawa dan sebagian besar Selat Sunda merupakan daratan, di mana sungai-

sungai dari kabupaten Serang menuju sungai-sungai yang ada di kedua dasar laut

tersebut dalam bentuk aliran sungai di dasar laut sekarang yang berukuran lebih

besar dan lebih panjang dari yang ada di permukaan daratan Kabupaten Serang

yang sekarang. Sisa-sisa petunjuk muka laut purba yang lebih tinggi dari elevasi

sekarang tersebar terputus-putus dalam bentuk terumbu karang terangkat pada

berbagai pantai di Kabupaten Serang

2.1.5 Informasi Geografis Lainnya

Suhu (temperatur) udara merupakan salah satu tolok ukur penting dalam

penetapan bencana kekeringan dan kebakaran. Berkaitan dengan bencana, pada

periode kejadian El Nino curah hujan kurang sehingga lingkungan hidup

kekeringan. Apalagi pada saat tersebut, sebagai contoh, bahkan para petani

masih sering membakar jerami yang meningkatkan suhu udara dan menambah

kekeringan lingkungannya. Kelembaban udara merupakan parameter penting

yang cukup mempengaruhi kehidupan biota di alam. Kelembaban udara akibat

kekeringan akan mengurangi cadangan air dalam tubuh biota yang selanjutnya

dapat mengurangi kemampuan biota untuk tetap hidup dan berkembang biak.

Secara umum kehidupan mahluk hidup sangat tergantung air. Bagian Selatan

Kabupaten Serang lebih basah (berintensitas curah hujan cukup tinggi) dan

bersuhu lebih rendah dibandingkan dengan bagian Utaranya.

Page 17: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-17

Kecenderungan (trend) perubahan suhu udara rata-rata di Kabupaten

Serang secara umum masih belum menunjukkan peningkatan berarti berdasar

data pengukuran dari tahun 1982-2002 meskipun terjadi kenaikan 0,06 °C/20

tahun. Kecenderungan ini berbeda dengan misalnya di daerah (Kabupaten dan

atau Kotamadya Tangerang) yang meningkat cepat yakni 0,75 °C/20 tahun

(Gambar 2.8). Kestabilan suhu udara ini diperkirakan karena Kabupaten Serang

tidak terlalu mengalami tekanan kependudukan sebagaimana di Kabupaten (Kota)

Tangerang yang dekat dan merupakan daerah satelit (suburb) dari kota Jakarta

dan bagian dari wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek)

yang sangat padat penduduk. Fluktuasi suhu bulanan disajikan pada Tabel 2.2.

dan Gambar 2.9 yang diolah dari data BMG (2004).

Dengan menggunakan indeks kekeringan (dryness index) cara Byrom

(1968) dapat diketahui bahwa dari tahun 1982-2002 (20 tahun) tingkat kekeringan

di Kabupaten Serang adalah 722, sehingga termasuk rendah (di bawah 1000). Hal

ini diperkirakan karena tekanan penduduk belum terlalu parah ditinjau dari rata-

rata kepadatan penduduknya per km2 luas wilayahnya. Di samping itu mungkin

oleh adanya hutan yang masih agak lebat di bagian selatan Kabupaten Serang.

Tabel 2.2. Suhu maksimum, rata-rata, dan minimum bulanan rata-rata.

Bulan Unsur

Ja

n.

Fe

b.

Ma

r.

Ap

r.

Me

i

Ju

ni

Ju

li

Ag

s.

Se

p.

Ok

t.

No

p.

De

s.

Suhu Udara Maksimum 30,2 30,6 31,4 32 32,2 32 31,8 32 32,5 32,7 31,9 31

Suhu Udara Min imum 23,3 23,2 23,3 23,4 23,3 22,8 22,1 22 22,2 22,8 23,3 23,3

Suhu Udara Rata - rata 26,8 26,9 27,4 27,7 27,8 27,4 27 27 27,4 27,8 27,6 27,1

Page 18: BAB Gambaran Umum Serang

RPJMD KAB. SERANG_2006-2011 II-18

FLUKTUASI SUHU UDARA RATA-RATA

DI KABUPATEN SERANG TAHUN 2002

0

5

10

15

20

25

30

35

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Ags. Sep. Okt. Nop. Des.

BULAN

TE

MP

ER

AT

UR

E (

OC

)

Suhu Udara Maksimum Suhu Udara Minimum Suhu Udara Rata-rata

FLUKTUASI SUHU UDARA RATA-RATA

DI KABUPATEN SERANG TAHUN 2002

0

5

10

15

20

25

30

35

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Ags. Sep. Okt. Nop. Des.

BULAN

TE

MP

ER

AT

UR

E (

OC

)

Suhu Udara Maksimum Suhu Udara Minimum Suhu Udara Rata-rata

Gambar 2.9. Fluktuasi suhu maksimum, rata-rata, dan minimum bulanan rata-rata.