bab 6 stratgrafi rekaman
DESCRIPTION
stratigrafiTRANSCRIPT
BAB.6 STRATIGRAFI REKAMAN
6.1 Pengertian Stratigrafi Rekaman (Stratigrafi Analisis)
Stratigrafi Rekaman (Stratigrafi Analisis) adalah bagian dari disiplin ilmu geologi yang
termasuk dalam cabang ilmu geologi sejarah. Pengertiannya adalah suatu data, tampilan dari
urutan-urutan lapisan yang berisikan informasi mengenai litologi batuan, struktur sedimen, tekstur,
fosil-fosil yang terkandung, fasies pengendapan, ulangan batuan (sekuen batuan) dan kontak
antar tiap lapisan batuan yang dapat menceritakan sejarah geologinya. Hal yang terpenting dalam
rekaman stratigrafi ini adalah dapat mengekspresikan 5 hal, yaitu:
1) Fasies pengendapan
2) Non depositional surface,
3) ketidakselarasan atau bidang erosi
4) Perulangan batuan
5) Suatu lingkungan pengendapan
Adanya perubahan lingkungan pengendapan Penafsiran dari rekaman stratigrafi dalam penentuan
lingkungan pengendapan memerlukan beberapa unsur yang saling dikombinasikan satu sama lain
yaitu :
1) Struktur sedimen
2) Analisa ukuran butir
3) Fosil (fosil utuh dan fosil jejak)
4) Sekuen vertikal dan hubungan lateral
5) Geometri dan penyebaran dari litologinya
6.2. Kegunaan Stratigrafi Rekaman
Kegunaan rekaman stratigrafi untuk analisis geologi suatu daerah adalah:
1. Mengekspresikan fasies pengendapan
Fasies adalah seluruh aspek dari suatu bagian permukaan bumi sepanjang interval yang pasti dari
waktu geologi (Teichert,1958 dalam Facies Model dari Walker,1984). Pendapat lain mengatakan
fasies adalah jangka waktu yang mengandung jumlah total dari aspek-aspek litologi dan
paleontologi pada sebuah unit stratigrafi (Gressly,1938 dalam facies models Walker,1984).
Analisa fasies pengendapan diperoleh dari observasi geometri, litologi, fosil dan struktur sedimen
yang dapat memberikan informasi tentang arus purba (paleocurrent). Setelah itu dilakukan
interpretasi tentang lingkungan pengendapan dan paleogeografi. Dari interpretasi kedua hal
tersebut dapat menunjukan suatu fasies model. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang lokasi,
geometri dan aspek ekonomi. Fasies pengendapan yang didapatkan dari rekaman stratigrafi,
antara lain fasies (Walker, 1984): glasial; volkaniklastik; alluvial; fluvial; eolian; delta; barrier island;
shelf dan shallow marine; turbidite; trace fossil; karbonat; terumbu; dan evaporit.
2. Menunjukkan non depositional surface, ketidakselarasan atau bidang erosi
Kebanyakan lapisan-lapisan di permukaan menunjukkan waktu jeda yang sebentar. Jika waktu
jedanya lama, maka disebut dengan ketidakselarsan (unconformity). Hiatus merupakan waktu
jeda yang hadir pada bidang ketidakselarasan. Terminologinya adalah indikasi adanya sesuatu
yang hilang. Semua ketidakselarasan dan hiatus mempunyai jeda waktu minimal pada beberapa
cekungan. Umur dari jeda waktu minimal ini menunjukkan umur yang tepat/cocok dari
ketidakselarasan (Blackwelder,1910). Sedimen diantara bidang yang tidak menerus tidak selalu
ada di setiap tempat dalam kisaran waktu yang sama, tetapi dapat membatasi antara umur dengan
bidang ketidakmenerusan.
3. Menggambarkan perulangan batuan
Proses ini merupakan proses di mana beragam variasi dari sedimen terendapkan dalam sekuen
umum yang berulang. Gambaran perulangan batuan ini kemudian berhubungan dengan
lingkungan pengendapan serta arus pengendapan.
4. Menunjukkan suatu lingkungan pengendapan
Lingkungan pengendapan merupakan suatu tempat di muka bumi yang berupa cekungan yang
dapat digunakan sebagai tempat teronggoknya material-material sedimen yang dipengaruhi oleh
kondisi fisik, kimia, dan biologi.
5. Menunjukkan adanya perubahan lingkungan pengendapan
Ada 2 hal yang berperan utama terhadap keadaan ini, yaitu ruang akomodasi dan pasokan
sedimen. Adapun ruang akomodasi ini dapat dipengaruhi oleh tektonik dan perubahan muka air
laut. Adanya kenaikan muka air laut terhadap daratan, maka sedimen akan diendapkan jauh ke
arah daratan. Pola ini disebut sebagai coastal onlap. Kenampakan secara vertikal, disebut coastal
aggradation, merupakan jumlah kenaikan relatifnya dan mengesampingkan faktor dari pengaruh
yang lain atau tinggi muka air laut (sea level stand). Bila pada rekaman stratigrafi memperlihatkan
adanya kenampakan mengkasar keatas (coarsening upward), maka diinterpretasi telah terjadi
regresi, yaitu endapan yang terbentuk relatif ke arah laut. Dengan kata lain, disebut juga sebagai
progradasi. Bila pada rekaman stratigrafi memperlihatkan kenampakan menghalus keatas (fining
upward), makadiinterpretasi telah terjadi transgresi, yaitu endapan yang terbentuk relatif ke arah
darat atau dengan kata lain, disebut juga retrogradasi.
6.3 Stratigrafi dan Sedimentologi
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian dalam
sejarah bumi, sedangkan sedimentologi adalah studi tentang proses-proses pembentukan,
pengangkutan dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen di dalam
lingkungan kontinen dan laut hingga membentuk batuan sedimen. Kedua subjek tersebut
mempunyai kaitan yang erat dan dalam penafsiran pengendapan. Kajian terhadap proses dan
produk sedimen memperkenankan kita kepada dinamika lingkungan pengendapan. Rekaman dari
proses pada batuan sedimen dapat dipakai untuk menjelaskan dan memperkenankan kita
menafsirkan batuan kedalam lingkungan tertentu. Untuk menentukan perubahan lateral dan
vertikal di dalam lingkungan masa lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi.
Kerangka waktu disediakan oleh aspek-aspek stratigrafi yang berbeda dan memperkenankan kita
menginterpretasikan batuan sedimen ke dalam susunan dinamika lingkungan. Rekaman tektonik
dan proses iklim yang berlangsung sepanjang waktu geologi terdapat di dalam batuan seiring
dengan bukti evolusi kehidupan di bumi. Geologi secara tradisional telah dibagi kedalam
subdisiplin ilmu yang terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika,
mineralogi, petrologi, geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu inilah, ilmu
pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru yang telah diaplikasikan dan
dikembangkannya teori-teori inovatif. Seiring dengan berkembangnya kemajuan-kemajuan
dilapangan, maka diperkenalkannya integrasi dari kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai
disiplin ilmu yang berbeda-beda.
Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat
berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi dan stratigrafi adalah dua sub-disiplin
ilmu geologi yang utama, sering dibahas terpisah di masa lalu tapi sekarang dikombinasikan dalam
proses pengajaran, penelitian akademik dan aplikasi ekonomi. Dua ilmu ini dapat dibahas bersama
sebagai rangkaian kesatuan proses dan hasilnya, dalam ruang dan waktu. Sedimentologi
perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen. Stratigrafi mempelajari perlapisan
batuan ini dan hubungannya dalam ruang dan waktu. Oleh karena itu masuk akal jika membahas
sedimentologi dan stratigrafi bersamaan. Faktanya, tidak mungkin memisahkan mineralogi
komponen batuan dan evolusi paleontologi dari stratigrafi. Namun bagaimanapun harus dibatasi
sampai topik-topik tertentu.
Istilah stratigrafi telah diperkenalkan sejak tahun 1852 oleh d’Orbigny, sedangkan konsep
perlapisan batuan sudah diperkenalkan sejak tahun 1667 oleh Nicholas Steno, melalui prinsip
superposisi. Stratigrafi mengalami kebangkitannya kembali dalam ilmu kebumian karena ide-ide
baru yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya konsep tentang “sikuen
stratigrafi”. Sedangkan tata nama satuan stratigrafi pada daerah yang berbeda serta dasar dasar
biostratigrafi untuk mendefinisikannya juga masih penting, sehingga stratigrafi pada saat ini sering
dimaksudkan sebagai perubahan lingkungan selama perkembangan cekungan sedimen. Stratigrafi
juga dikenalebagai kunci untuk memahami hampir semua proses bumi karena analisis stratigrafi
menyediakan informasi tentang peristiwa-peristiwa sepanjang sejarah bumi. Adapun geofisika
menyediakan dasar fisika dari perilaku litosfer tapi rekaman stratigrafi menyediakan bukti
bagaimana cara litosfer berperilaku seiring dengan waktu. Sedimentologi hanya ada sebagai
cabang ilmu geologi. Sedimentologi berkembang karena unsur-unsur stratigrafi fisika menjadi lebih
kuantitatif dan lapisan batuan dijelaskan berdasarkan proses fisika, kimia dan biologi yang
membentuknya. Tidak adanya terobosan besar sampai berkembangnya teori tektonik lempeng.
Suatu konsep penafsiran batuan dalam proses modern yang menyokong sedimentologi modern
dimulai pada abad 18 dan 19 (‘the present is the key to the past’).
Sedimentologi berkembang karena penelitian yang lebih tertuju pada interpretasi batuan sedimen
dan mulai mencakup petrologi sedimen, yang sebelumnya lebih atau sedikit terpisah dari
stratigrafi. Sekarang subjeknya meliputi semua hal dari analisis sub-mikroskopik butir hingga
evolusi paleogeografi seluruh cekungan sedimen. Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari
sedimen atau endapan (Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya
diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian
mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau
tersedimentasikan. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu
batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia
dan organik.
6.3.1 Proses Sedimentasi Secara Mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang
penting antara lain:
a. Sumber material batuan sedimen. Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat
dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen
dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-
mineral stabil dan nonstabil
b. Lingkungan pengendapan. Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam
tiga bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan
pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan
ciri-ciri tertentu.
c. Pengangkutan (transportasi). Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es,
namun yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air.
Selama transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material
sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan
terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap
batuam sedimen.
d. Pengendapan. Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di
bawah titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai,
dll.
e. Kompaksi. Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/gravitasi dari material-material
sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori
akan bermigrasi ke atas.
f. Lithifikasi dan Sementasi. Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi
pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses
pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana material-material sedimen
terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir sedimen.
g. Replacement dan Rekristalisasi. Proses replacement adalah proses penggantian
mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah
perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan sedimen, akibat
pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
h. Diagenesis. Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan
berlangsung, baik tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia
dan fisika.
6.3.2 Proses Sedimentasi Secara Kimiawi dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa kerangka
organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan,
seperti halnya dengan sedimen mekanik. Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket
tertentu fisik, kimia, dan biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu
sedimen dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisinya. Kita mengacu kepada badan-badan
khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada satuan
stratigrafi dibedakan oleh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan.
Sebuah bentuk sedimen dengan demikian merupakan satuan batuan itu sendiri, karena
pengendapan dalam lingkungan tertentu, dan memiliki pengaturan sifat-sifatnya sendiri. Lithofacies
dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti warna, litologi, tekstur, dan struktur sedimen. Biofacies
didefinisikan pada karakteristik palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan
depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk sedimen yang pada
gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian dalam sejarah bumi.
Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk rangkaian kesatuan skala pengamatan dan
interpretasi. Studi proses dan produk sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika
lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen
memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu. Untuk
menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa lampau ini, diperlukan
kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang terfokus pada aspek-
aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi, geokimia, dan sebagainya. Di
dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru
yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang sama karena
kemajuan-kemajuan dilapangan, maka diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan keahlian
dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik
dipahami jika aspek-aspek berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan lainnya.
Sedimentologi perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan
sedimen dibahas hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di dalam cekungan-
cekungan sedimen. Metode-metode yang dipakai oleh para akhli sedimentologi untuk
mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi pengendapan batuan sedimen meliputi:
1. Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi satuan batuan:
a. Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan ketebalan,
litologi, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
b. Pemetaan distribusi satuan batuan atau unit batu
2. Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama pemboran)
3. Sekuen stratigrafi. Menjelaskan perkembangan satuan batuan dalam cekungan
4. Menggambarkan litologi dari batuan. Petrologi dan petrografi; khususnya
pengukuran tekstur, ukuran butir, bentuk butiran (kebundaran), pemilahan dan
komposisi sedimen
5. Analisis geokimia batuan. Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan
radiometrik, untuk menentukan umur batuan, dan kemiripan dengan daerah
sumber batuan (source rock).
6.3.3 Melihat dunia hanya dari sebutir pasir
Ukuran ruang dan waktu dalam sedimentologi dan stratigrafi menempati urutan utama. Di satu sisi,
perilaku bumi mengelilingi matahari mengontrol iklim dunia yang mempengaruhi proses
sedimentasi. Disisi lain, sifat partikel lempung yang panjangnya dalam ukuran mikrometer juga
menentukan karakter batuan sedimen. Skala-waktu stratigrafi adalah keseluruhan sejarah bumi,
periodenya 4,5 milyar tahun, meskipun demikian peristiwa sedimentasi tunggal dapat terjadi dalam
hitungan detik. Untuk mempertimbangkan semua ini dalam urutan yang logis maka skala-waktu
dan ruang dapat ditempatkan pertama kali sebagai faktor pengontrol dari keseluruhan, atau dapat
dimulai dari unsur terkecil dan peristiwa periode-terpendek. Dan hal ini tergantung pada pilihan kita
dimana setiap pendekatan memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Skala yang berbeda
saling berhubungan dan tidaklah mungkin melewati pokok-pokok urutan yang tegas dari arah
manapun.
Pokok awal dari sedimentologi adalah ‘sebutir pasir’. Unsur terkecil-partikel pasir, kerakal, mineral
lempung, potongan cangkang, filamen alga, endapan kimia dan penyusun lain yang membuat
sedimen dibahas terlebih dahulu, bersama dengan proses yang menggerakkan dan
mengendapkannya. Kemudian dibahas lingkungan pengendapan material-material ini, tempat
dimana sedimen terakumulasi membentuk batuan sedimen dan menjadi perlapisan dalam
stratigrafi. Proses tektonik dan iklim mengontrol pola-pola skala besar stratigrafi selama batuan
mengisi cekungan sedimen yang terlihat di saat ini dan dalam batuan di seluruh dunia.
6.3.4 Proses dan produk
Sifat alami material sedimen memiliki keragaman asal usul (origin), ukuran, bentuk dan komposisi.
Partikel seperti butir dan kerakal mungkin berasal dari erosi batuan yang lebih tua atau langsung
disemburkan dari gunungapi. Organisme membentuk sumber material yang sangat penting, dari
filamen mikroba yang bergerak dengan kalsium karbonat hingga semua atau hancuran cangkang,
karang koral, tulang belulang dan debris tanaman. Dalam beberapa situasi, pengendapan
langsung mineral dari larutan di dalam air juga berkontribusi kepada sedimen. Pembentukan tubuh
sedimen melibatkan pengangkutan partikel menuju lokasi pengendapan atau pertumbuhan kimia
atau biologi dari material didalam suatu tempat. Akumulasi sedimen di dalam suatu tempat
dipengaruhi oleh sifat kimiawi, temperatur dan karakter biologi dari susunan tempat tersebut.
Proses pengangkutan yang membawa material di dalamnya adalah termasuk pergerakan air,
udara, es atau aliran massa. Tipe dan kecepatan media pengangkut, dan jumlah dan ukuran
material yang dibawa, akan ditentukan oleh sifat alami sedimen yang kemudian terakumulasi.
Proses transportasi dan pengendapan dapat ditentukan dengan melihat lapisan-lapisan individu
dari sedimen. Ukuran, bentuk dan distribusi partikel semuanya menyediakan petunjuk bagaimana
material terangkut dan terendapkan. Proses juga melibatkan pembentukan struktur dalam sedimen
yang terawetkan dalam batuan. Struktur sedimen primer seperti riak gelombang (ripple) dalam
pasir dapat terlihat terbentuknya saat ini, baik di dalam lingkungan alami maupun dalam
laboratorium, dan kondisi kecepatan aliran dan kedalaman air yang terukur. Dengan mengenali
ukuran dan bentuk riak gelombang yang sama dalam batuan sedimen maka mungkin dianggap
bahwa terbentuknya pada kecepatan dan kedalaman aliran yang sama.
Dengan mengamati proses pembentukan batuan sedimen maka memungkinkan membuat
perkiraan kondisi fisika, kimia dan biologi yang ada pada waktu sedimentasi. Keadaan yang
mungkin mempengaruhi adalah salinitas, kedalaman dan kecepatan aliran dalam danau atau air
laut, kekuatan dan arah angin dan rentang pasang-surut (tidal) dalam susunan laut dangkal. Suatu
anggapan yang mendasar dibuat dalam menginterpretasi proses sedimentasi dari karakter batuan
sedimen yang artinya bahwa hukum-hukum dari proses fisika dan kimia yang mengaturnya tidak
berubah selama waktu tersebut. Dengan membandingkan proses saat ini dan produknya dengan
karakteristik batuan sedimen, kondisi fisika, kimia dan biologi pada saat terbentuknya sedimen
dapat ditentukan.
6.3.5 Lingkungan sedimen dan fasies
Lingkungan pada semua tempat di darat atau di laut dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia yang
berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh karena itu suatu
lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai contoh, lingkungan fluvial
(sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan mengendapkan material pasiran atau
kerikilan di atas bar di dalam channel. Ketika sungai banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif
halus melewati daerah dataran banjir (floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk
lapisan-lapisan tipis. Terbentuklah tanah dan vegetasi tumbuh di daerah dataran banjir. Dalam
satu rangkaian batuan sedimen, saluran dapat diwakili oleh lensa batupasir atau konglomerat yang
menunjukkan struktur internal yang terbentuk oleh pengendapan pada saluran gosongpasir.
Susunan dataran banjir akan diwakili oleh lapisan tipis batulumpur dan batupasir dengan akar-akar
dan bukti-bukti lain berupa pembentukan tanah.
Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan, istilah fasies sering
digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus yang mencerminkan
kondisi terbentuknya (Reading & Lovell, 1996). Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan
dokumentasi semua karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang dapat
membantu dalam menentukan proses pembentukan. Jika cukup tersedia informasi fasies, suatu
interpretasi lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin menunjukkan
channel sungai jika endapan dataran banjir ditemukan berasosiasi dengannya. Namun
bagaimanapun, saluran yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam susunan yang lain,
termasuk delta, lingkungan pasangsurut dan lantai laut dalam. Pengenalan saluran yang terbentuk
bukanlah dasar yang cukup untuk menentukan lingkungan pengendapan. Fasies pengendapan
batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan ketika sedimen
terakumulasi.
6.3.6 Lingkungan sedimen tua dan modern
Kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang bekerja dalam setiap tempat dan setiap waktu
adalah hal yang unik, produk dari proses-proses ini jenisnya tak terhingga. Dari sudut pandang
ilmu pengetahuan, proses yang menentukan pembentukan batuan sedimen harus diteliti berurut
untuk menentukan proses fisika yang terdapat di dalam lingkungan, sifat kimiawi air, dan
sebagainya. Untuk tujuan tersebut kita dapat mempertimbangkan sejumlah lingkungan yang
memiliki karakterisitik yang dapat dikenali.
Kategori-kategori lingkungan ini terdiri dari anggota-anggota dan berada di sepanjang lingkungan
pengendapan. Kemungkinan keberagaman dari karakter khusus dari lingkungan tertentu tidak ada
habisnya dan juga mungkin ada situasi peralihan atau menengah di antara dua tempat. Contoh,
pada batas apa sebuah pond pada lingkungan dataran banjir dipertimbangkan sebagai danau?
Bahaya kesalahan interpretasi harus selalu dijaga dalam pikiran kita: suatu rangkaian batupasir
tipis dan lapisan batulumpur mungkin memiliki karakter umum pengendapan dalam kondisi laut
dalam tapi kehadiran rekahan-rekahan dalam batulumpur akan menjadi bukti jelas bahwa
singkapan tersebut adalah singkapan darat (subaerial), sehingga tidak sesuai dengan
pembentukan di dalam air dalam.
Cara untuk membahas lingkungan pengendapan adalah memulainya dari daerah pegunungan
dimana pelapukan dan erosi menghasilkan detritus klastik, dan turun hingga dasar laut dalam.
Karakter lingkungan kontinen, pantai dan laut dangkal diantaranya dipengaruhi oleh suplai detritus
klastik, curah hujan, temperatur, produktivitas biogenik, topografi di darat dan batimetri di laut.
Beberapa proses mungkin sangat umum dalam banyak lingkungan yang berbeda: pengendapan
dari suspensi material berbutir halus membentuk lapisan lumpur yang mungkin terdapat di atas
dataran banjir, di dalam danau, laguna, teluk, lingkungan paparan bagian luar dan laut terdalam.
Proses-proses yang unik untuk susunan tertentu: aliran bolak-balik yang teratur berkaitan dengan
pasang surut adalah ciri unik lingkungan laut dangkal dan pantai. Secara umum, kombinasi
proses-proses dapat merupakan karakter dari setiap lingkungan pengendapan. Asosiasi proses-
proses pengendapan dapat merupakan karakteristik lingkungan pengendapan yang berbeda dan
memperkenankan kepada kita untuk mengenali sejumlah kategori lingkungan utama.
6.3.7 Distribusi Geografi Lingkungan dan Fasies
Lingkungan pengendapan dengan jelas memiliki luas lateral yang terbatas. Suatu sungai dapat
menjadi delta dengan kondisi laut dangkal dan laut yang lebih dalam semakin ke arah lepas pantai
(offshore). Di sepanjang garis pantai, mungkin ada pantai dan mungkin pula ada laguna di
belakangnya. Di semua tempat, pada waktunya nanti akan menjadi tempat terakumulasinya
sedimen, yang mungkin memiliki banyak kesamaan atau perbedaan di beberapa bagian-bagian
bumi yang lain, baik di lingkungan pengendapan darat maupun laut. Batas antara lingkungan
pengendapan mungkin tajam, seperti tepi beberapa danau, atau bergradasi, dimana kondisinya
secara progresif berubah seiring dengan kedalaman offshore dalam susunan laut dangkal. Ada
variasi dalam dimensi dan luas lingkungan ini. Suatu pantai mungkin hanya beberapa meter
lebarnya tapi bentangannya puluhan kilometer di sepanjang garis pantai. Daerah bukit pasir
aeolian di gurun dapat meliputi puluhan hingga ribuan kilometer persegi.
Sedimen yang terendap akan menunjukkan variasi lateral yang mencerminkan perubahan
lingkungan. Contoh, moraine (akumulasi debris batuan yang dibawa oleh gletser dan berada di
depan dan sisi gletser) di hidung gletser akan terdiri dari lumpur, pasir dan kerikil yang terpilah
buruk, tapi sungai es yang mengalir menjauh dari gletser akan mengendapkan pasir dan kerikil
yang terpilah lebih baik. Suatu danau es yang berada dekatnya kemungkinan merupakan lokasi
pengendapan lumpur dan lanau. Oleh karena itu sedimen yang jelas berbeda ini akan membentuk
sub-lingkungan tertentu pada waktu yang sama dan hanya terpisah beberapa meter hingga
kilometer.
Dalam rekaman stratigrafi, perbedaan sedimen ini akan terdapat berdampingan: suatu
konglomerat lumpuran, pasiran terbentuk oleh moraine, lensa dan lapisan batupasir dan
kongomerat diendapkan oleh sungai, dan laminasi batulumpur dan batulanau yang terakumulasi di
dalam danau. Oleh karena itu rekonstruksi lingkungan purba (paleoenvironment) dapat juga
termasuk distribusi susunan geografi lingkungan pengendapan yang berbeda-beda. Dengan
melihat distribusi lateral fasies sedimen dalam batuan berumur sama kita dapat merekonstruksi
paleoenvironment dan keseluruhan paleogeografi.
6.3.8 Perubahan lingkungan dan fasies seiring dengan waktu
Permukaan bumi ini dinamis pada semua skala ruang dan waktu. Bentangalam secara terus-
menerus mengalami perubahan oleh batuan yang tererosi dari satu tempat dan bergerak ke
tempat lain oleh gaya gravitasi, air, angin dan es. Semakin lama gunung-gunung akan tergerus
rata dan lautan terisi sedimen. Gunung-gunung baru diciptakan oleh pergerakan lempeng tektonik
di seluruh permukaan bumi, dan gerakan lempeng-lempeng ini dapat menghasilkan daerah baru
sebagai tempat terakumulasinya sedimen. Proses-proses ini telah berlangsung ribuan juta tahun.
Potongan-potongan kerak bergerak di permukaan bola bumi dan membawa lingkungan
pengendapan bersamanya, merubah lingkungan pengendapan dan terkadang mengubahnya
menjadi daerah pengangkatan dan erosi.
Lempeng-lempeng ini bergerak melewati jalur iklim yang berbeda-beda karena lempeng ini
bergerak, dan iklim dunia berubah dalam periode yang pendek dan panjang. Oleh karena itu
lingkungan pengendapan selalu terus berubah, meskipun tingkat perubahan terhadap waktu
mungkin cukup lambat untuk memperkenankan kondisi agar tetap selama jutaan tahun. Suatu
daerah sedimentasi kontinen di dalam channel sungai, daerah limpah banjir (overbank) dan danau
dapat terbanjiri oleh laut dan menjadi daerah sedimentasi laut dangkal. Daerah laut dangkal
hangat tropis dengan karang koral mungkin terangkat, tererosi dan ditutupi oleh pasir gurun.
Percepatan pembentukan lapisan es selama periode iklim dingin dapat mengubah rawa pantai
bervegetasi menjadi daerah moraine es. Perubahan lingkungan pengendapan disebabkan oleh
proses tektonik dan iklim yang terekam dalam fasies sedimen batuan. Sedimen terakumulasi dan
batuan terbentuk di dalam lingkungan yang berbeda-beda, menumpuk di atas yang lain,
memberikan rekaman stratigrafi mengenai perubahan-perubahan di dalam lingkungan ini.
Stratigrafi analisis terhadap batuan sedimen dapat diinterpretasikan ke dalam perubahan
lingkungan pengendapan sepanjang waktu geologi dan perubahan ini akhirnya dapat dihubungkan
dengan proses tektonik dan iklim.
6.3.9 Korelasi Stratigrafi dan Umur Geologi
Untuk mendapatkan objektivitas dalam penafsiran batuan sedimen ke dalam dinamika bumi
diperlukan kerangka kerja waktu. Kita perlu tahu apa yang terjadi pada hal-hal tertentu dalam
urutan waktu untuk merekonstruksi paleoenvironment dan paleogeografi. Oleh karena itu
diperlukan korelasi batuan yang akan menjelaskan kepada kita batuan mana yang terbentuk pada
waktu yang sama. Urutan-urutan peristiwa yang terjadi menjelaskan kepada kita bagaimana
kondisi dalam suatu daerah berubah, jadi kita perlu menentukan umur relatif unit-unit batuan yang
berbeda, yang mana yang lebih tua dan yang mana yang lebih muda. Untuk mengetahui tingkat
proses geologi yang bekerja di masa lampau, diperlukan beberapa penanggalan yang akan
memberikan kita kerangka kerja waktu dalam skala tahunan.
Umur relatif batuan dapat ditentukan oleh hubungan stratigrafi yang sederhana. Contoh, rangkaian
perlapisan yang tidak terdeformasi, lapisan bagian atas lebih muda daripada lapisan di bawahnya.
Di dalam lapisan-lapisan ini terdapat perubahan kandungan fosil yang dapat diamati. Bentuk
organisme berubah seiring waktu, oleh karena itu tipe-tipe fosil tertentu merupakan karakteristik
periode tertentu pula dalam sejarah bumi. Kita dapat menggunakan kehadiran atau ketiadaan fosil
untuk menaruh batuan dalam urutan stratigrafi. Batuan yang mengandung karakteristik fosil yang
sama dapat dipertimbangkan kira-kira berumur sama. Dalam beberapa keadaan tingkat peluruhan
radioaktif unsur isotop dalam batuan dapat digunakan untuk menghitung umur isotop untuk
batuan. Kombinasi teknik stratigrafi yang berbeda-beda telah digunakan untuk merekonstruksi
kolom statigrafi semua batuan dan peristiwa-peristiwa dapat dihubungkan dan skala waktu geologi
absolut untuk tiap-tiap peristiwa dapat tersedia. Skala-waktu geologi dikonstruksi dari informasi
stratigrafi yang ada dalam batuan dengan kerangka kerja waktu untuk tiap peristiwa dalam sejarah
bumi.
6.3.10 Sejarah bumi, Tektonik Global, Iklim dan Evolusi
Stratigrafi menyediakan rekaman sejarah bumi dan dengan itu banyak bukti-bukti bagaimana
planet bekerja sebagai unit fisika, kimia dan biologi. Rangkaian batuan sedimen menunjukkan
bagaimana area akumulasi (cekungan sedimen) terbentuk dan terisi. Rekaman ini dapat
diinterpretasikan sebagai akibat perilaku litosfer ketika mengalami gaya peregangan (extensional)
dan tekanan (compressional) tektonik lempeng. Besar dan tingkat proses tektonik dapat ditentukan
dari rekaman stratigrafi. Pengamatan geofisika dan interpretasi struktur litosfer, dan aktivitas
volkanik dan seismik pada batas lempeng, telah dimengerti sebagai dinamika tektonik lempeng,
tapi rekaman stratigrafi telah menyediakan kerangka kerja waktu untuk memahami bagaimana
bumi bekerja.
Sebagai tambahan untuk rekaman sejarah tektonik, batuan sedimen mengandung informasi
tentang perubahan iklim lokal dan global sepanjang waktu geologi. Beberapa lingkungan sedimen
sangat sensitif terhadap iklim, khususnya temperatur dan curah hujan. Contoh, karang koral
dipercaya hanya tumbuh subur di dalam laut yang relatif dangkal dan hangat dan akumulasi
mineral evaporit hanya terbentuk di dalam tempat dimana tingkat penguapan melebihi tingkat
curah hujan. Petunjuk yang tidak langsung fluktuasi iklim datang dari rekaman bukti perubahan
muka air laut yang ada di dalam batuan sedimen. Salah satu penyebab kenaikan muka air laut
adalah mencairnya tudung es kontinen kutub yang terjadi ketika temperatur global mengalami
kenaikan. Di dalam kasus ini rekaman stratigrafi tidak hanya menjelaskan tentang peristiwa masa
lampau tapi juga petunjuk tentang masa depan ketika iklim global berubah.
Fosil dalam batuan sedimen adalah rekaman kehidupan lampau di atas bumi. Fosil ini
menyediakan bukti prubahan dalam bentuk kehidupan seiring waktu dan dari sini diperoleh banyak
informasi teori proses evolusi yang mendasarinya. Rekaman sangatlah tidak lengkap, tapi
kecenderungan umum telah jelas dan peristiwa pembentukan spesies baru (speciation) dan
kepunahan didokumentasi oleh muncul dan hilangnya fosil spesies, genus dan famili tertentu.
Perdebatan tentang penyebab kepunahan kelompok-kelompok besar seperti dinosaurus
semuanya berdasarkan interpretasi bukti fisika, kimia dan biologi yang ditemukan dalam rekaman
stratigrafi.
Stratigrafi analisis yang terkandung di dalam batuan dapat digunakan untuk menentukan
bagaimana proses tektonik lempeng bekerja selama periode waktu yang panjang dan bagaimana
iklim bumi berubah-ubah di masa lampau, seperti halnya menyediakan petunjuk-petunjuk proses
evolusi kehidupan. Cekungan sedimentasi suatu cekungan yang terjadi akibat proses tektonik
dimana tempat tersebut menjadi wadah untuk menampung segala proses sedimentasi. Apabila
kita berbicara mengenai cekungan sedimentasi, maka sama saja kita membayangkan sebuah
baskom dimana baskom tersebut merupakan tempat untuk menampung air.