bab 6 identitas nasional

Upload: muhammad-bagus-hari-santoso

Post on 10-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mata kuliah PKN

TRANSCRIPT

  • Pancasila dan Kewarganegaraan Identitas Nasional Tim Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan. Universitas Brawijaya Email : [email protected]

    1. Pokok Bahasan: Identitas Nasional

    2. Deskripsi:

    Materi tentang identitas nasional ini akan mengantarkan

    Anda kepada pemahaman tentang identitas nasional,

    pluralitas bangsa, filosofi bhineka tunggal ika, serta mengetahui unsur-unsur pembentuk identitas nasional

    berupa suku bangsa, kebudayaan bangsa, dan kondisi

    geografis.

    3. Tujuan Instruksional Khusus:

    a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian identitas nasional

    b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan

    parameter identitas nasional c. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan unsur-

    unsur pembentuk identitas nasional

    4. Isi Pokok Bahasan:

    A. Pendahuluan Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian

    besar masyarakat dalam suatu negara tercermin di

    dalam identitas nasional bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis,

    melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus

    menerus berkembang karena hasrat manuju kemajuan

    yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Implikasinya adalah bahwa identitas nasioanal

    merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna

    baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.

    Sigmund Freud pernah menggariskan bahwa

    Character is striving system which underly behavior yang berarti bahwa karakter itu adalah kumpulan tata

    nilai yang mewujudkan dalam suatu sistem daya juang

    (daya dorong) yang melandasi pemikiran, sikap, dan

    perilaku. Artinya identitas nasional tersebut berada pada kedudukan yang luhur dalam tatanan kehidupan

    berbangsa dan bernegara, oleh karena itu sebagai nilai,

    asas, norma kehidupan bangsa sudah semestinya untuk dijunjung tinggi oleh setiap warga Negara (Erwin, 2010:

    41)

    Pokok Bahasan IV: Pertemuan

    Ke-6

    4

  • Page 2 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    B. Pengertian identitas nasional

    Identitas nasional adalah konsep suatu bangsa tentang dirinya. Ciri khas suatu bangsa adalah penanda utama identitas bangsa tersebut. Karena

    menyangkut diri atau ciri suatu bangsa, maka konfirmasi atau penegasan

    terhadap identitas nasional suatu bangsa selalu merujuk atau mengacu

    pada hakikat bangsa itu sendiri. Dalam konteks Indonesia, identitas nasional mengacu pada Pancasila sebagai hakikat Indonesia.

    Kata identitas berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Seseorang atau sesuatu dapat

    dibedakan dengan yang lainnya melalui identitas. Identitas adalah sifat khas

    yang menerangkan keadaan diri sendiri, kelompok sendiri, komunitas

    sendiri, atau negara sendiri. Identitas tidak terbatas pada individu tetapi berlaku juga bagi kelompok (Bdk, Mundiri, 2006). Contohnya, orang

    Indonesia dan bukan Indonesia dapat segera dibedakan berdasarkan

    identitasnya. Sedangkan Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang

    memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa,

    maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan. Menurut Koento Wibisono (2005) pengertian Identitas Nasional pada

    hakikatnya adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nasion) dengan ciri-ciri

    khas, dan dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya (Srijanti dkk, 2011: 39).

    Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna

    baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam masyarakat. Jadi, Identitas nasional adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan melahirkan tindakan

    secara kolektif yang diberi sebutan nasional. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-

    sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri serta karakter dari bangsa

    tersebut. Identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati

    diri suatu bangsa atau lebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa.

    C. Parameter identitas nasional Parameter artinya suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk

    menyatakan sesuatu itu menjadi khas. Parameter identitas nasional berarti

    suatu ukuran yang digunakan untuk menyatakan bahwa identitas nasional itu menjadi ciri khas suatu bangsa.

    Indikator identitas nasional itu antara lain:

    1. Pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat: adat-

    istiadat, tata kelakuan, kebiasaan. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas

    masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat-istiadat,

    tata kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orang tua dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional

    yang bersumber dari adat-istiadat dan tata kelakuan.

    2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara

    simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang,

    seperti Garuda Pancasila, bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.

  • Page 3 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    3. Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

    seperti bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari alat perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan

    tempat ibadah (borobudur, prambanan, masjid, dan gereja),

    peralatan manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain).

    4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber

    dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya

    unggul, prestasi dalam bidang tertentu, seperti di Indonesia dikenal dengan bulu tangkis (Srijanti dkk, 2011: 40).

    Bagi bangsa Indonesia, pengertian indikator identitas nasional tidak

    merujuk hanya pada individu (adat-istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada suatu kelompok Indonesia sebagai suatu bangsa yang majemuk,

    maka kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau indikator pembentuk

    identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang terdapat pada segenap warganya.

    Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia berdasarkan

    ukuran parameter sosiologis adalah sebagai berikut (Srijanti dkk, 2011: 41-

    42): 1. Suku Bangsa

    Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif

    (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal bangsa dengan banyak suku bangsa, dan

    menurut statistik hampir mencapai 300 suku bangsa. Setiap suku

    mempunyai adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda, namun demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan dalam

    suatu negara Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang

    adil dan makmur.

    2. Kebudayaan Kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu

    pengetahuan, teknologi, dan adat-istiadat. Kebudayaan sebagai

    indikator identitas nasional bukanlah sesuatu yang bersifat individual. Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu

    kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu

    kelompok, artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang didapat dan dikembangkan melalui

    proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini harus menjadi sesuatu

    yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara

    berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif. 3. Bahasa

    Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu

    lambang suatu negara. Bahasa adalah merupakan satu keistimewaan manusia, khususnya dalam kaitan dengan hidup bersama dalam

    masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki simbol

    yang menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun,

    sekalipun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata tidak hadir di situ.

    Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya

    suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa Melayu dahulu dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami kepulauan

    nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara suku-suku di

    nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang

  • Page 4 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan pedagang

    asing. Pada tahun 1928 Bahasa Melayu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi

    bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah

    kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. 4. Kondisi Geografis

    Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat alamiah. Kedudukan

    geografis wilayah negara menunjukkan tentang lokasi negara dalam

    kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi. Letak geografis

    tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam dan akan dapat

    diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa akan mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilayah negaranya. Letak

    geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat

    membedakannya dengan negara lain.

    D. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional

    Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk dari enam unsur

    yaitu sejarah perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa Indonesia, suku bangsa, agama, dan budaya unggul. Namun demikian,

    unsur-unsur ini tidak statis dan akan berkembang sesuai dengan tujuan

    bangsa Indonesia. Berikut ini gambaran umum mengenai unsur-unsur pembentuk tersebut (Srijanti, 2011: 42-45):

    Sejarah

    Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan kondisi sosial yang berbeda sesuai perubahan jaman. Bangsa Indonesia

    secara ekonomis dan politik pernah mencapai era kejayaan di wilayah Asia

    Tenggara. Kejayaan dalam bidang ekonomi bangsa Indonesia pada era

    pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, rakyat mengalami kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik

    memiliki kekuasaan negara hingga seluruh wilayah nusantara yang meliputi

    wilayah jajahan Belanda (sekarang wilayah NKRI) hingga wilayah negara Filipina, Singapura, Malaysia, bahkan sebagian wilayah Thailand.

    Realitas perjalanan sejarah mendorong bangsa Indonesia untuk menjadi

    bangsa pejuang yang pantang menyerah dalam melawan penjajah untuk meraih dan mempertahankan kembali harga diri, martabatnya sebagai

    bangsa, selain itu, dipertahankan semua potensi sumber daya alam yang

    ada agar tidak terus-menerus dieksplorasi dan dieksploitasi yang akhirnya

    dapat menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia di masa datang. Perjuangan bangsa Indonesia terus berlanjut pada perjuangan meraih dan

    mempertahankan kemerdakaan bangsa dari penjajah.

    Kebudayaan Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional

    adalah meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban (civility), dan

    pengetahuan (knowledge).

    a. Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam interaksinya antara sesama (horizontal) maupun

    antara pimpinan dengan staf, anak dengan orang tua (vertikal), atau

    sebaliknya. Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana yang tersebut di atas, adalah hormat-menghormati antar sesama, sopan santun dalam

    sikap dan tutur kata, dan hormat pada orang tua.

    b. Peradaban (civility), peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia adalah dapat dilihat dari beberapa aspek yang

  • Page 5 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan hankam.

    Identitas nasional dalam masing-masing aspek yang dimaksud adalah:

    Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung presiden

    dan wakil presiden serta kepala daerah tingkat I dan II

    kabupaten/kota,

    Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah tamah, murah

    senyum, dan setia kawan

    Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling), sistem perang gerilya, dan teknologi kentongan dalam memberikan informasi bahaya, dan sebagainya

    c. Pengetahuan (knowledge)

    Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi:

    Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis dunia Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang, yaitu

    pembuatan pesawat terbang CN 235, di IPTN Bandung, Jawa Barat. Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu

    pembuatan kapal laut Phinisi

    Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade fisika dan kimia, dan sebagainya

    Budaya Unggul

    Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai kemajuan dengan cara kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik, kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa. Dalam UUD 1945, menyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan dirinya sebagai

    bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju, makmur, serta adil atau berkesejahteraan. Untuk mencapai kualitas hidup demikian, nilai

    kemanusiaan, demokrasi dan keadilan dijadikan landasan ideologis yang

    secara ideal dan normatif diwujudkan secara konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan indoktriner.

    Suku Bangsa

    Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa yang majemuk. Majemuk atau aneka ragamnya suku bangsa dimaksud

    adalah terlihat dari jumlah suku bangsa lebih kurang 300 suku bangsa

    dengan bahasa dan dialek yag berbeda. Populasinya pada tahun 2007

    adalah 225 juta jiwa. Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya adalah suku bangsa etnis Jawa. Sisanya adalah suku bangsa yang mendiami

    wilayah Indonesia di luar Jawa, seperti suku Makassar-Bugis (3,68%), Batak

    (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%), dan suku-suku lainnya. Sedangkan suku bangsa atau etnis Tionghoa hanya berjumlah 2,8% tetapi menyebar ke

    seluruh wilayah Indonesia dan mayoritas mereka bermukim di perkotaan.

    Agama

    Identitas nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan memiliki hubungan antarumat seagama dan antarumat beragama yang

    rukun. Indonesia merupakan negara multiagama, karena itu Indonesia

    dikatakan negara yang rawan disintegrasi bangsa. Untuk itu menurut Magnis Suseno, salah satu jalan untuk mengurangi risiko konflik

    antaragama perlu diciptakan tradisi saling menghormati antara umat agama

    yang ada.

  • Page 6 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    Bahasa

    Bahasa adalah salah satu atribut bangsa di samping sebagai identitas nasional. Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang merupakan

    bahasa penghubung (lingua franca) berbagai etnis yang mendiami

    kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada tahun 1928 ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam peristiwa Sumpah

    Pemuda sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.

    E. Integrasi nasional Integrasi nasional merupakan interaksi utuh segenap suku-suku bangsa

    di segala penjuru nusantara. Penyatupaduan secara utuh ini pertama kali

    telah diikrarkan bangsa Indonesia melalui Sumpah Pemuda, yang kemudian mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17

    Agustus 1945. Sejarah mencatat bahwa perbedaan suku, agama, ras dan

    terisah secara geografis tidak menghalangi bangsa Indonesia untuk menyatu menjadi bangsa.

    Adapun yang menjadi perekat bangsa sehingga yang hingga kini tetap

    bertahan adalah adanya identitas nasional yang memiliki karakter yang

    kuat. Pancasila terbukti menjadi pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa dalam bentuk kesadaran, cita-cita, moral, hukum dan kejiwaan bangsa.

    UUD 1945 (amandemen ke-1, 2, 3, 4) juga telah memberikan pedoman dan

    patokan dalam kehidupan berbangsa. Begitu pula mengenai bahasa Indonesia tetap menjadi alat komunikasi pemersatu antar berbagai suku,

    etnis yang berbeda. Demikian pula pada Garuda Pancasila sebagai lambang

    negara, sang saka Merah Putih sebagai bendera negara dan Indonesia raya sebagai lagu kebangsaan yang menjadi simbol kejiwaan yang satu bagi

    bangsa.

    Integrasi nasional membutuhkan penopang, yang berupa integrasi social

    dan integrasi budaya. Integrasi social merupakan upaya menyatupadukan berbagai ragam social, latar belakang yang berbeda yang mempunyai jati

    diri masing-masing menjadi masyarakat baru dan besar yan berasimilasi.

    Sementara integrasi budaya lebih menekankan asimilasi budaya untuk keselarasan.

    Singkatnya, integrasi nasional adalah penyatupaduan bagian-bagian

    yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan yang utuh dengan tetap memelihara keanekaragaman dan kearifan-kearifan lokal.

    Menurut Driyarkara, identitas nasional tidak akan memberikan kekuatan

    pada integrasi nasional apabila kesadaran masyarakatnya sangat rendah.

    Menurutnya, kesadaran itu seperti panggilan yang timbul dari aku, tetapi mengatasi diriku. Maka dalam konteks nasional, kesadaran yang timbul dari

    aku itu mampu mengatasi ke-aku-an untuk kepentingan yang lebih besar,

    yakni bangsa dan negara. Pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk

    menyatukan semua unsure masyarakat yang majemuk harus tunduk

    kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur

    yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan tujuan nasional dimasa depan untuk

    kepentingan bersama.

    Proses integrasi disebabkan adanya, kebersamaan sejarah, ada ancaman dari luar yang dapat mengganggu keutuhan NKRI, adanya

    kesepakatan pemimpin, homogenitas social budaya serta agama ,dan

    adanya saling ketergantungan dalam bidang politik dan ekonomi. Integrasi mempunyai dua dimensi, antara lain: integrasi horizontal dan

  • Page 7 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    integrasi vertikal. Dimensi vertical dalam integrasi nasional bertujuan

    mengintegrasikan persepsi dan prilaku elite dan masa dengan cara menghilangkan, mengurangi perbedaan kesenjangan antara kelompok yang

    berpengaruh dengan yang dipengaruhi. Sedangkan dimensi horizontal

    mengintegrasikan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, dengan cara menjembatani perbedaan perbedaan yang ditimbulkan oleh factor-faktor teritorial/kultur dengan mengurangi kesenjangan yang ditimbulkan

    oleh factor-faktor tersebut.

    Contoh-contoh penghambat integrasi nasional : a. Perbedaan kepentingan, dengan masyarakat yang majemuk tentu

    akan menimbulkan pula perbedaan kepentingan antara yang satu dan

    yang lain, dan bila tidak disikapi secara dewasa hal ini juga dapat menimbulkan gesekan gesekan masyarakat.

    b. Diskriminasi, adalah perlakuan yang tidak adil dan memihak hanya

    kesatu pihak saja c. Masih berkembangnya paham ethosentris, yaitu paham yang

    menganggap budayanya adalah yang paling unggul dan merendahkan

    budaya yan lainnya.

    d. Masih maraknya isu keagamaan dan saling menjelek-jelekkan antara agama yang satu dan yang lainnya, contohnya adalah perang atau

    bentrokan antar umat beragama yang masih sering terjadi di sekitar

    kita. e. Masih mudahnya masyarakat Indonesia untuk dihasut dan di adu

    domba, seperti kita ketahui, dulu sewaktu Indonesia masih dijajah oleh

    Belanda, Belanda juga melakukan politik adu domba ( devide et impera) untuk memecah belah perlawanan rakyat yang hasilnya

    adalah kita kalah oleh Belanda.

    f. Kurangnya rasa persatuan dan kesatuan

    g. Bhinneka tunggal ika hanya sebatas wacana namun tidak pernah diterapkan atau di praktekkan

    Oleh karena itu, kesadaran akan identitas nasional harus secara terus

    menerus dipertahankan dengan mengimplementasikan rasa kebangsaan yang berwujud dalam nasionalisme atau pengabdian total kepada bangsa,

    misalnya dengan membudayakan penggunaaan bahasa Indonesia, publikasi

    seni budaya, dan menggunakan produk anak negeri. Sikap yang perlu ditekankan pula adalah menyeleksi pengaruh globalisasi yang kuat

    menyerang kepribadian bangsa. Kesadaran akan kebudayaan sendiri akan

    sangat penting untuk menangkal pengaruh dari luar yang bertentangan

    dengan kepribadian bangsa

    Refleksi Tentang Identitas Bangsa

    Membangun masyarakat di masa depan memerlukan kesinambungan

    dengan kehidupan kultural masa lalu. Kesadaran akan kontiunitas historis memperkuat kesadaran kultur suatu bangsa, sehingga terbentuklah rasa

    nasionalisme atau identitas diri bangsa. Pemupukan identitas nasional tidak

    dapat dijalankan tanpa menghidupkan kesadaran kultural. Namun, pada

    kenyataannya telah terjadi pemutusan atau keterputusan penerusan budaya bangsa, entah di sengaja atau bahkan tidak disadari. Kini, bangsa ini menjadi

    menjadi negara yang kurang memperhatikan nilai-nilai budaya, terjadi

    diskontiunitas budaya, dan hilangnya identititas bangsa. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka segeralah bangsa ini akan menjadi kacung di dunia.

    Akibatnya, negeri ini tidak mampu menumbuhkan cultural forces yang

    diperlukan untuk membentengi diri dari berbagai terpaan modernitas yang

  • Page 8 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    berasal dari Barat. Impian besar menjadi subjek-Indonesia yang berjuang

    dengan pikiran cerdas, batin yang bersih, serta tulus dalam menciptakan sistem-sistem hidup bersama yang manusiawi, humanis, toleran, egaliter,

    berharkat dalam keragaman, ataupun menghormati setiap kemajemukan di

    bawah kepastian hukum, hampir nyaris semua itu belum terwujud.

    Pemutusan mata rantai kultural, rantai ekonomi, perdagangan, maritim,

    sikap hidup, pandangan dunia, serta mata rantai nilai-nilai ketimuran ini disebabkan oleh kolonial Belanda yang telah lama menjajah negeri ini dengan

    menggunakan cara-cara feodalistik, seperti sistem tanam paksa. Salah satu

    contoh bahwa kita mempunyai tradisi perdadangan yang kuat dan maritime

    yang tangguh dapat dilihat sejarah dibeberapa daerah seperti di Aceh, misalnya seorang Usman berhasil menjadi pengusaha kain yang mampu

    menembus pasar internasional. Ataupun misalnya pada suku Bugis yang

    mempu membuat perahu yang kuat dan tidak pernah tenggelam walaupun di hantam ombak besar. Serta berbagai tradisi nenek moyang di beberapa suku

    bangsa di negeri ini. Dalam perspektif sejarah silam sebelum Belanda datang,

    sistem pemerintahan desa bangsa ini dipilih rakyat dengan bebas, ada tanah

    milik desa dan ada tanah milik individu. Belanda tak mau tahu dengan sistem ini, yang terpikirkan dalam benak mereka adalah kebutuhan tanah-tanah

    untuk produksi harganya tinggi di Eropa pada masa itu. Mereka masuk ke

    pedalaman menjadikan lurah sebagai agennya dan memilih tanah yang baik untuk ditanami. Lurah yang dahulunya menjadi simbol kegotongroyongan lalu

    menjadi taun yang ikut menindas rakyat. Kolonial Belanda memporak-

    porandakan sistem dan tata cara masyarakat lokal, dan hingga kini kekacauan sistem ini tetap permanen sampai sekarang. Dari sedikit gambaran di atas

    dapat diketahui bagaimana proses kolonialisasi itu berjalan, dibentuk, dan

    melalui berbagai sarana seperti; budaya, ekonomi, politik lokal, dan

    seterusnya. Praktek penanaman pola-pola imperialis tersebut berjalan dan hingga kini masih berperan menggerakkan nalar masyarakat Indonesia dari

    pasca kemerdekaan hingga kini

    Problem yang cukup mendasar bagi kita untuk merumuskan kembali

    identitas ke-Indonesiaa adalah bagaimana menjadi Indonesia? Menjadi

    Indonesia bukanlah mengungkungnya dalam definisi yang bersifat esensialis, yakni kebudayaan Indonesia yang digambarkan secar definitif. Dengan kata

    lain, kebudayan Indonesia itu harus begini, dan yang tidak begini bukan kebudayaan Indonesia. Yang tentu saja semakin menutup, membatasi dan

    membunuhnya. Ke-Indonesiaan lalu menjadi pencitraan yang sangat terbatas.

    Setidaknya ada empat strategi untuk merumuskan kembali

    Keindonesiaan, pertama, perumusan strategi itu di buat dengan persepsi budaya yang komprehensif, yang mempunyai cakupan luas terhadap

    perikehidupan masyarakat Indonesia. Persepsi budaya tidak hanya mengarah

    pada kesenian belaka, sebab strategi budaya bukan strategi kesenian. Namun cakupan dalam strategi yang berdasar budaya ini mengubah cara hidup,

    persepsi dan tingkah laku warisan kolonial. Secara lebih khusus, perubahan

    tersebut menyangkut semua faktor budaya, yakni: anthropos, oikos, tekne,

    dan ethnos. Anthropos, berarti Manusia menjadi faktor penting dalam membangun bangsa ini, terutama dari sisi kualitas sumberdayanya. Oikos, di

    mana lingkungan bukan hanya menjadi sarana, akan tetapi merupakan

    Lebenswelt, yakni medan yang memungkinkannya berjuang untuk hidup. Tekne, yakni menjadikan teknologi sebagai perpanjangan tangan dalam

    meringankan tugas, bukan justru teknik yang membelenggunya. Kedua,

  • Page 9 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    strategi yang diarahkan untuk mengarah ke masa depan. Warisan budaya

    harus dihargai, tetapi agar warisan tersebut bermakna diperlukan tafsir ulang yang kreatif dan produktif, seperti dalam bahasa Gadamer, interpretasi bukan

    hanya mengarah pada teks, ataupun hanya pada konteks teks tersebut di

    buat, akan tetapi diperlukan kontekstualisasi yang bersifat produktif, bukan hanya reproduktif. Gadamer juga mengingatkan, berpijak pada tradisi bukan

    lalu membuat kita masuk dalam kubangan romantisisme, tetapi justru malah

    mengarahkannya pada modern yang berasal dari dalam diri kita. Modernitas

    yang digali dari dalam.

    Akhirnya, dalam strategi tersebut terkandung adanya kondisi dinamis

    yang mendiri. Berbuat secara mandiri, tidak tergantung ataupun menyandarkan diri pada kebaikan bangsa lain. Masyarakat juga harus

    mempunyai kemampuan akulturatif, yakni terbuka terhadap unsur-unsur luar,

    menerima secara selektif dan yang terpenting dari itu adalah mampu mengintegrasikannya ke dalam kebudayaan nasional untuk memperkuat

    identitas kebangsaan, seperti yang telah terbukti dalam serjarah era kultural

    sebelum masa kolonial.

    Sebagai catatan penting bahwa relasi budaya Indonesia dengan unsur-

    unsur asing mengalami tegangan sebagai berikut: bahwa Budaya Indonesia

    tidak pernah sepenuhnya anti terhadap budaya luar dan dalam, antara ego dan the other. Dominasi kultural tidak akan bisa sungguh-sungguh mendiktekan the dominated untuk mengkonstruksi pandangan-pandangan, kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang merupakan tiruan atau mimikri terjajah dari penjajah.

    Seiring dengan perkembangan pesat dunia modern, rumitnya jejaring kebudayaan Indonesia untuk dipahami. Maka pelacakan identitas Indonesia

    dengan kembali ke masa lalu, yakni dengan mencari Indonesia murni yang

    cenderung ke arah puritan dan bahkan puritanisme adalah hal yang kurang

    bijak, namun mengikuti gerak globalisasi juga harus diperhatikan dengan seksama. Idealnya, pencarian diri kultural Indonesia adalah dengan

    membiarkannya selalu berada dalam proses persilangan akibat dari

    perjumpaan dengan budaya-budaya lain.

    Agar perumusan identitas itu terus berjalan dengan baik seperti aliran

    sungai abadi, maka cara yang terbaik adalah membiarkan wacana kebudayaan di Indonesia tetap hidup. Dengan demikian, identitas Indonesia akan selalu

    berada dalam ruang tarik ulur yang bergerak, yakni ruang ketiga, ruang

    ambang. Untuk menciptakan ruang wacana yang melibatkan sebanyak etnis di

    Indonesia inilah kiranya perlu terus dikembangkan. Dengan demikian, kebangsaan memang bukanlah suatu entitas yang jadi dan untuk proses

    redefinisi menjadi Indonesia perlu diciptakan keindonesiaan yang interaktif antar etnis, gerakan yang bergerak terus menerus, dalam kondisi Indonesia yang demoktratis. Sebuah tugas yang besar bukan?

  • Page 10 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    5. Referensi:

    Erwin, Muhammad, (2010), Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia,PT. Refika Aditama, Bandung

    Indarjo, Mispan. Gambaran Pengalaman Hermeneutik Hans-Georg Gadamer, Driyarkara, No. 3/Tahun xx, 1993/1994.

    Lubis, Muchtar. 1981. Penerusan Kebudayaan Kita Terputus, Prisma, 11 Novermber.

    Noor Syam, Mohammad, (2000), Pancasila, Dasar Negara Republik

    Indonesia: Wawasan Sosi-Kultural, Filosofis dan Konstitusional, Lab Pancasila UM, Malang

    Soeprapto, Sri dan Jirzanah, 1996. Pengembangan Kebudayaan sebagai Identitas Bansa, Jurnal Filsafat UGM, Yogyakarta, Pebruari

    Srijanti dkk, 2011, Pendidikan Kewarganegaraan di PT: Mengembangkan

    Etika Berwarga Negara, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

    Sutrisno, Muji. (2004). Menafsir KeIndonesiaan, dalam: Hermeneutika Pascakolonial: Soal Identitas, Yogyakarta: Kanisius

    Sutrisno, Slamet, 2006, Filsafat dan Ideologi Pancasila, Yogyakarta:

    Penerbit Andi

    6. Evaluasi

    A. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)

    1. Apakah yang dimaksud dengan identitas nasional?

    2. Jelaskan parameter identitas nasional?

    3. Jelaskan unsur-unsur pembentuk identitas nasional?

    4. Bagaimana membentuk karakter atau kepribadian yang kuat

    dalam arus global?

    B. QUIZ menyebutkan unsur-unsur pembentuk identitas nasional

    C. PROYEK: Diskusi kelompok:

    Dosen membentuk kelompok yang terdiri atas lima orang mahasiswa yang salah satunya dipilih sebagai ketua kelompok

  • Page 11 of 11

    Pancasila dan KWN/Identitas Nasional 2012 Brawijaya University

    Setiap kelompok membahas kasus bendera yang dibakar saat demonstrasi

    Dalam membahas kasus ini gunakan pendekatan identitas nasional, yang terdiri dari unsure perilaku, lambang, alat

    perlengkapan, dst. Hasil diskusi dirangkum dan dilaporkan dalam bentuk formulir

    yang telah disediakan