makalah identitas nasional
DESCRIPTION
Sumber terteraTRANSCRIPT
Makalah
Identitas Nasional
Sebagai Prasyarat Mata Kuliah Pancasila
Dosen Pengampu :
Totok Sugiarto, SH., MH
Di susun oleh :
Fiqi Dwipatria Muslimin
NIM : 14.641.0279
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena telah berhasil menyelesaikan
makalah ini, dengan maksud untuk membantu dalam mencari, menyerap, menyampaikan, dan
menggunakan informasi.
Tidak lupa saya sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu
dalam penyusunan Makalah ini. Saya juga berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya
bagi saya dan umumnya bagi pembaca.
Probolinggo, 04 Desember 2014
Fiqi Dwipatria Muslimin
NIM : 14.641.0279
1 | P a g e
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang...................................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................................3
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Identitas Nasional.............................................................................................4
2.2 Unsur-Unsur Identitas Nasional.........................................................................................5
2.3 Hakekat Bangsa..................................................................................................................6
2.4 Sifat dan Hakekat Negara...................................................................................................7
2.5 Bangsa dan Negara Indonesia............................................................................................10
2.6 Revitalisasi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional......................................12
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
Daftar Pustaka..........................................................................................................................18
2 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Berdasarkan
perngertian yang demikian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki identitas sendiri-
sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Berdasarkan
hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana di jelaskan di atas maka identitas nasional
suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut
dengan kepribadian suatu bangsa.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat
untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan
nasional.
Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan dapat
membantu mengatasi masalah tentang identitas nasional dan dapat di terapkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
1.2 Rumusan masalah
1) Apa pengertian identitas nasional?
2) Apa pengertian hakekat bangsa?
3) Apa pengertian sifat dan hakekat Negara?
4) Apa pengertian bangsa dan Negara?
3 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Identitas Nasional
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-
sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas
nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah
tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim hukum / perundang undangan, hak dan
kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut
terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional” sebagaimana
dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri
suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar
psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh
karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki
suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut
dengan manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian
sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis
dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdiri atas
kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang
tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada
keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
2.2 Unsur-Unsur Identitas Nasional
4 | P a g e
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu
merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas yaitu suku bangsa, agama,
kebudayaan dan bahasa.
1) Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak
sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.
2) Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang
tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha
dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama
resmi negara namun sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihapuskan.
3) Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-
benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4) Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai
sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut diatas dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian sebagai berikut :
1). Identitas Fundamental; yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara,
dan Ideologi Negara.
2) Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa Indonesia,
Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.
5 | P a g e
3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam
suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan (agama).
2.3 Hakekat Bangsa
Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-konsep
yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang Politik, Sosiologi, dan Antropologi pun
sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut. Selain istilah bangsa, dalam
bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah nasional, nasionalisme yang diturunkan dari kata
asing “nation” yang bersinonim dengan kata bangsa. Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa
dirancang untuk mendefinisikan istilah bangsa secara objektif, tetapi fenomena kebangsaan tetap
aktual hingga saat ini.
Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan “nation”, artinya
masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang memiliki unsur sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bahasa ;
2. Satu kesatuan daerah ;
3. Satu kesatuan ekonomi ;
4. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;
5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.
Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835 dan sering diperdebatkan, dipertanyakan
apakah yang dimaksud dengan bangsa?, salah satu teori tentang bangsa sebagai berikut :
Teori Ernest Renan
6 | P a g e
Pembahasan mengenai pengertian bangsa dikemukakan pertama kali oleh Ernest Renan
tanggal 11 Maret 1882, yang dimaksud dengan bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang
timbul dari : (1). Kemuliaan bersama di waktu lampau, yang merupakan aspek historis. (2).
Keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble) diwaktu sekarang yang merupakan
aspek solidaritas, dalam bentuk dan besarnya tetap mempergunakan warisan masa lampau, baik
untuk kini dan yang akan datang.
Lebih lanjut Ernest Renan mengatakan bahwa hal penting merupakan syarat mutlak adanya
bangsa adalah plebisit, yaitu suatu hal yang memerlukan persetujuan bersama pada waktu
sekarang, yang mengandung hasrat untuk mau hidup bersama dengan kesediaan memberikan
pengorbanan - pengorbanan. Bila warga bangsa bersedia memberikan pengorbanan bagi
eksistensi bangsanya, maka bangsa tersebut tetap bersatu dalam kelangsungan hidupnya (Rustam
E. Tamburaka, 1999 : 82). Titik pangkal dari teori Ernest Renan adalah pada kesadaran moral
(conscience morale), teori ini dapat digolongkan pada Teori Kehendak.
2.4 Sifat dan Hakekat Negara
Sifat Negara merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat
menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi setiap
warga negaranya dan menjadi suatu identitas bagi Negara tersebut. Sifat suatu Negara terkadang
tidaklah sama dengan Negara lainnya, ini tergantung pada landasan ideologi Negara masing-
masing. Namun ada juga beberapa sifat Negara yang bersifat umum dan dimiliki oleh semua
Negara,yaitu:
a. Sifat memaksa
Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya, hal ini
bersifat mutlak dan memaksa.
b. Sifat monopoli
7 | P a g e
Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai sepenuhnya
kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.
c. Sifat mencakup semua
Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya. Tidak
ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak hanya
mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara keseluruhan
masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya.
d. Sifat menentukan
Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan sikap-sikap untuk menjaga stabilitas Negara itu.
Sifat menentukan juga membuat Negara dapat menentukan secara unilateral dan dapat pula
menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam wilayah suatu Negara (kecuali orang asing)
menjadi anggota politik Negara. Ada pula sifat-sifat yang hanya dimiliki suatu Negara
berdasarkan pada landasan ideologi Negara tersebut, misalnya Negara Indonesia memiliki
sifat-sifat yang sesuai dengan pancasila, yakni:
1. Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan (yaitu
kesesuaian dalam arti sebab dan akibat merupakan suatu nilai-nilai agama).
2. Kemanusiaan adalah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat manusia.
3. Persatuan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat satu, yang
berarti membuat menjadi satu rakyat, daerah dan keadaan negara Indonesia sehingga
terwujud satu kesatuan.
4. Kerakyatan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat rakyat
5. Keadilan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat adil
Pengertian sifat-sifat meliputi empat hal yaitu:
8 | P a g e
1. Sifat lahir, yaitu sejumlah pengaruh yang datang dari luar dan sesuai dengan pandangan
hidup bangsa - bangsa Indonesia.
2. Sifat batin atau sifat bawaan Negara Indonesia antara lain berupa unsur - unsur Negara, yang
diantaranya:
• Kekuasaan Negara
• Pendukung kekuasaan Negara
• Rakyat
• Wilayah
• Adat istiadat
• Agama.
3. Sifat yang berupa bentuk wujud dan susunan kenegaraan Indonesia, yaitu bentuk Negara
Indonesia, kesatuan organisasi Negara dan sistem kedaulatan rakyat.
4. Sifat yang berupa potensi, yaitu kekuatan dan daya dari Negara Indonesia, antara lain:
Kekuasaan Negara yang berupa kedaulatan rakyat.
Kekuasaan tugas dan tujuan Negara untuk memelihara keselamatan, keamanan dan
perdamaian.
Kekuasaan Negara untuk membangun, memelihara serta mengembangkan kesejahteraan dan
kebahagiaan.
Kekuasaan Negara untuk menyusun dan mengadakan peraturan perundang-undangan dan
menjalankan pengadilan.
Kekuasaan Negara untuk menjalankan pemerintahan.
Hakikat Negara merupakan salah satu dari bentuk perwujudan dari sifat-sifat Negara yang telah
dijelaskan di atas. Ada beberapa teori tentang hakekat Negara, diantaranya:
a. Teori Sosiologis
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, kebutuhan antar individu
tersebut membentuk suatu masyarakat. Di dalam ruang lingkup masyarakat terdapat banyak
kepentingan individu yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak jarang pula saling
bertentangan.
9 | P a g e
Maka manusia harus dapat beradaptasi dengan baik untuk menyesuaikan kepentingan -
kepentingannya agar dapat hidup dengan rukun.
b. Teori Yuridis
1. Patriarchaal
Teori yang menganut asas kekeluargaan, dimana terdapat satu orang yang bijaksana dan kuat
yang dijadikan sebagai kepala keluarga.
2. Patriamonial
Raja mempunyai hak sepenuhnya atas daerah kekuasaannya, dan setiap orang yang berada di
wilayah tersebut haru tunduk terhadap raja tersebut.
3. Pejanjian
Raja mengadakan perjanjian dengan masyarakatnya untuk melindungi hak-hak masyarakat itu,
dan jika hal tersebut tidak dilakukan maka masyarakat dapat meminta pertanggung jawaban
raja
2.5 Bangsa dan Negara Indonesia
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada
saat itu. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian Negara secara
beragam, Aristoteles merumuskan Negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya negara polis,
yang pada saat itu masih dipahami negara masih dalam suatu wilayah yang kecil. Negara
disebut sebagai Negara hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah warga Negara yang ikut
dalam permusyawarahan. Oleh karena itu menurut Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak
bagi terselenggaranya Negara yang baik, demi terwujudnya cita-cita seluruh warganya.
Bangsa pada hakekatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan nasib
dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk
10 | P a g e
bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan
nasional.
KARAKTERISTIK INDENTITAS NASIONAL
a. Unsur identitas
PANCASILA DENGAN ROHNYA BHINNEKA TUNGGAL IKA
Nilai-Nilai Yang Hidup Dalam Berbagai Masyarakat.
Menyangkut Sopan Santun, Tata pergaulan Termasuk Bidang Agama Serta Moral Adat Istiadat
Budaya
b. Pelaksanaan unsur identitas nasional
Menjelang tahun 1997 indonesia terjadi krisis nilai, moral disusul krisis ekonomi dan politik
sehingga indonesia kehilangan orientasi nilai. Dari sini timbul suatu pergerakan semacam
social terorisme. Lalu 1998 puncak krisis sehingga timbul penjarahan massal.
Hakikat identitas nasional indonesia adalah pancasila yg diaktualisasikan dalam berbagai
kehidupan dan berbangsa.
Aktualisasi ini untuk menegakkan pancasila dan UUD 45 sebagaimana dirumuskan dalam
pembukaan UUD 45 terutama alinea ke 4.
PEMBERDAYAAN IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
1.Tantangan globalisasi
Bersifat centrifugal bersumber pada faktor Eksternal dan internal
Eksternal
Berkembangnya proses globalisasi yang melahirkan neolibralisme dan kapitalisme.
Hal ini dimulai berbagai kesepakatan melalui konfrensi internasional : WTO APEC. AFTA
dan bentuk kesepakatan yang lain yang berhubungan dengan perekonomian, sosial dan politik
yg dapat menindas masyarakat lemah baik dari segi ekonomi, sosial, politik.
Internal
Terjadinya KKN kebebasan demokrasi tidak ditunjang oleh infra struktur mental yang
11 | P a g e
kondusif. Sehingga masing - masing menterjemahkan dan mengaplikasikan demokrasi sesuai
dengan kepentingan.
ERNEST RENAN dalam bukunya qu’est ceqy’une nation menyatakan bahwa hakikat
nasionalisme itu le desire vivre ensemble (keinginan untuk hidup bersama) bertumpu pada
kesadaran akan adanya jiwa dan prinsip spiritual ‘une ame,un prinsipe spirituel’ yang berakar
pada kepahlawanan masa lalu yang tumbuh karena ada kesamaan penderitaan dan kemuliaan
dimasa lalu.
2.Revitalisasi pancasila sebagai pemberdayaan identitas nasional. Upaya
pemberdayaan identitas nasional indonesia melalui revitalisasi nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Pembukaan UUD 45 sebagai staatfondamentalnorm , di eksplorasikan pada
dimensi :
Realitas :
Nilai – nilai diaplikasikan secara konkrit dalam kehidupan secara objektif yang bersifat :
Sein im sollen dan sollen im sein
Idealitas : secara prospektif mempertahankan dan mengembangkan identitas nasional melalui
berbagai pergerakan baik dari kalangan akademik, masyarakat ataupun pemerintahan.
Fleksibelitasnya :
pancasila untuk memenuhi kebutuhan jaman terus dikembangkan dengan semangat Bhinneka
Tunggal Ika secara berkesinambungan pembinaan moral terutama penegakan hukum secara
kondisif dan suprematif. Kegiatan formulasi hukum harus dilandasi dengan moral sehingga
ada hubungan antara moral – hukum dan sebaliknya . Hukum berlandaskan moral akan
berlaku secara tepat dan efektif.
2.6 Revitalisasi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
a. Revitalisasi Pancasila
12 | P a g e
Revitalisasi Pancasila sebagaimana manifestasi Identitas Nasional pada gilirannya harus
diarahkan juga pada pembinaan dan pengembangan moral, sedemikian rupa sehingga moralitas
Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah dalam upaya untuk mengatasi krisis dan disintegrasi
yang cenderung sudah menyentuh ke semua segi dan sendi kehidupan, dan harus kita sadari
bahwa moralitas Pancasila akan menjadi tanpa makna, menjadi sebuah “karikatur” apabila tidak
disertai dukungan suasana kehidupan di bidang hukum secara kondusif. Antara moralitas dan
hukum memang terdapat korelasi yang sangat erat, dalam arti bahwa moralitas yang tidak
didukung oleh kehidupan hukum yang kondusif akan menjadi subjektivitas yang satu sama lain
akan saling berbenturan, sebaliknya ketentuan hukum yang disusun tanpa disertai dasar dan
alasan moral akan melahirkan suatu legalisme yang represif, kontra produktif dan bertentangan
dengan nilai- nilai Pancasila itu sendiri.
Dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi Identitas Nasional, penyelenggaraan
MPK hendaknya dikaitkan dengan wawasan:
1) Spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religiusitas, sebagai dasar dan arah
pengembangan sesuatu profesi.
2) Akademis, untuk menunjukkan bahwa MPK merupakan aspek being yang tidak kalah
pentingnya bahkan lebih penting daripada aspek having dalam kerangka penyiapan sumber daya
manusia (SDM) yang bukan sekedar instrumen melainkan adalah subjek pembaharuan dan
pencerahan.
3) Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar dalam pergaulan
antar bangsa tetap setia kepada kepentingan bangsanya, bangga dan respek kepada jatidiri
bangsanya yang memilki ideologi tersendiri.
4) Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap menghadapi
dialektikanya perkembangan dalam masyarakat dunia yang “terbuka”. Mampu untuk segera
beradaptasi dengan perubahan yang terus menerus terjadi dengan cepat, dan mampu pula
mencari jalan keluarnya sendiri dalam mengatasi setiap tantangan yang dihadapi, sebab dampak
dan pengaruh perkembangan Iptek yang bukan lagi hanya sekedar sarana, melainkan telah
menjadi sesuatu yang substantif yang dalam kehidupan umat manusia bukan hanya sebagai
tantangan melainkan juga peluang untuk berkarya.
13 | P a g e
b. Pemberdayaan Identitas Nasional
Dalam rangka pemberdayaan Identitas Nasional kita, perlu ditempuh melalui revitalisasi
Pancasila. Revitalisasi sebagai manifesatsi Identitas Nasional mengandung makna bahwa
Pancasila harus kita letakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan, dieksplorasikan dimensi-
dimensi yang melekat padanya, yang meliputi:
Realitas: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dikonsentrasikan
sebagai cerminan kondisi objektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kampus
utamanya, suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein im sollen dan das sollen im sein.
Idealitas: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah sekedar
utopi tanpa makna, melainkan di objektivasikan sebagai “kata kerja” untuk membangkitkan
gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif, menuju
hari esok yang lebih baik, melalui seminar atau gerakan dengan tema “Revitalisasi Pancasila”.
Fleksibilitas: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan
“tertutup”menjadi sesuatu yang sakral, melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk
memenuhi kebutuhan jaman yang terus-menerus berkembang. Dengan demikian tanpa
kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai
tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan semangat “Bhinneka
Tunggal Ika”, sebagaimana dikembangkan di Pusat Studi Pancasila (di UGM), Laboratorium
Pancasila (di Universitas Negeri Malang).
Sehingga dengan demikian agar supaya Identitas Nasional dapat difahami oleh masyarakat
sebagai penerus tradisi dengan nilai-nilai diwariskan oleh nenek moyang kita, maka
pemberdayaan nilai-nilai ajarannya harus bermakna dalam arti relevan, dan fungsional bagi
kondisi aktual yang sedang berkembang dalam masyarakat. Perlu kita sadari bahwa umat
manusia masa kini hidup di abad XXI, yaitu jaman baru juga sarat dengan nilai-nilai baru yang
tidak saja berbeda, tetapi juga bertentangan dengan nilai-nilai lama sebagaimana diwariskan
oleh nenek moyang dan dikembangkan para pendiri negara kita. Abad XXI sebagai jaman baru
mengandung arti sebagai jaman dimana umat manusia semakin sadar untuk berfikir dan
bertindak secara baru.
14 | P a g e
Dengan kemampuan refleksinya manusia menjadikan rasio sebagai mitos, sebagai sarana yang
handal dalam bersikap dan bertindak dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan. Kesahihan tradisi, juga nilai-nilai spiritual yang dianggap sakral kini dikritisi
dan dipertanyakan berdasarkan visi dan harapan tentang masa depan yang lebih baik. Nilai-nilai
budaya yang diajarkan oleh nenek moyang kita tidak hanya kita warisi sebagai barang sudah
“jadi” yang berhenti dalam kebekuan normatif dan nostalgik, melainkan harus diperjuangkan
dan terus menerus harus kita tumbuhkan dalam dimensi ruang dan waktu yang terus
berkembang dan berubah.
Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang sedang dilanda oleh arus krisis
dan disintegrasi maka Pancasila tidak terhindar dari berbagai macam gugatan, sinisme, serta
pelecehan terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar negara atau pun sebagai manifestasi
Identitas Nasional, namun demikian perlu segera kita sadari bahwa tanpa suatu “platform”
dalam format dasar negara atau ideologi, maka mustahil suatu bangsa akan dapat survive
menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang menyertai derasnya arus globalisasi yang
melanda ke seluruh dunia.
Melalui revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan Identitas Nasional inilah, maka
Identitas Nasional dalam alur rasional-akademik tidak saja segi tekstual melainkan juga segi
konstekstualnya dieksplorasikan sebagai referensi kritik sosial terhadap berbagai penyimpangan
yang melanda masyarakat kita dewasa ini. Untuk membentuk jati diri maka nilai-nilai yang ada
tersebut harus digali dulu misalnya nilai-nilai agama yang datang dari Tuhan dan nilai-nilai
yang lain misalnya gotong royong, persatuan kesatuan, saling menghargai menghormati, yang
hal ini sangat berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti
antara satu dengan yang lain maka secara langsung akan memperlihatkan jati diri bangsa kita
yang akhirnya mewujudkan identitas nasional kita.
Sementara itu untuk mengembangkan jati diri bangsa dimulai dari nilai-nilai yang harus
dikembangkan yaitu nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil resiko, harus
bertanggung jawab terhadap apa yang boleh dilakukan, adanya kesepakatan dan berbagai
terhadap sesama. Untuk itu perlu perjuangan dan ketekunan untuk menyatukan nilai, cipta, rasa
dan karsa itu. (Soemarno, Soedarsono).
15 | P a g e
Disinilah letak arti pentingnya penyelengaraan MPK dalam kerangka pendidikan tinggi untuk
mengembangkan dialog budaya dan budaya dialog mengantarkan lahirnya generasi penerus
yang sadar dan terdidik dengan wawasan nasional yang menjangkau jauh ke masa depan. MPK
harus kita manfaatkan untuk mengembalikan identitas nasional kita, yang di dalam pergaulan
antar bangsa dahulu kita dikenal sebagai bangsa yang paling “halus” atau sopan di bumi” het
zachste volk ter aarde”.(Wibisono Koento: 2005) Dari nilai-nilai budaya tersebut mempunyai
asumsi dasar bahwa menjadi bangsa Indonesia tidak sekedar masalah kelahiran saja tetapi juga
sebuah pilihan yang rasional dan emosional yang otonom.
16 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan selalu memiliki wilayah
(tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah sistem hukum / perundang – undangan,
hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi masing – masing.
Hakekat Bangsa adalah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses
sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama
serta mendiami suatu wilayah sebagai suatu “kesatuan nasional”.
Hakekat Negara adalah merupakan suatu wilayah dimana terdapat sekelompok manusia
melakukan kegiatan pemerintahan.
Bangsa dan Negara Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan nasib
sejarah dan melakukan tugas pemerintahan dalam suatu wilayah “Indonesia”
17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan dan Zubaidi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi pertama
chaplien77.blospot.com/2008/07/pengertian dan hakikat-bangsa.html
www.geocities.com/apii-berlin/aktual/identitas_0600.html
18 | P a g e