bab 5 rencana rtrw kalteng edisi oktober

17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BAB | 5 | RENCANA POLA RUANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah, yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya, ditinjau dari berbagai sudut pandang. Pola ruang akan lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan provinsi apabila dikelola oleh pemerintah daerah provinsi, dengan sepenuhnya memperhatikan pola ruang yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kawasan lindung dapat diterapkan untuk mengatasi dan mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini, dan masa yang akan datang akibat kurangnya kemampuan perlindungan wilayah yang ada. Penetapan suatu kawasan berfungsi lindung wajib memperhatikan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) yang ada sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang pertanahan. Sedangkan kawasan budidaya terdiri atas : (a) kawasan peruntukan hutan produksi; (b) kawasan peruntukan hutan rakyat; (c) kawasan peruntukan pertanian; (d) kawasan peruntukan perikanan; (e) kawasan peruntukan pertambangan; (f) kawasan peruntukan industri; (g) kawasan peruntukan pariwisata; (h) kawasan peruntukan permukiman; dan/atau (i) kawasan peruntukan lainnya. Proses penentuan pola ruang secara umum dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini. 1 Gambar 5.1 Diagram Alir Proses Penyusunan Rencana Pola Ruang Provinsi KALTENG Tahun 2010 - 2030

Upload: abah-alysya

Post on 11-Jul-2016

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Dokumen Naskah Akademik

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB | 5 | RENCANA POLA

RUANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah, yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya, ditinjau dari berbagai sudut pandang. Pola ruang akan lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mendukung pencapaian tujuan

pembangunan provinsi apabila dikelola oleh pemerintah daerah provinsi, dengan sepenuhnya memperhatikan pola ruang yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Kawasan lindung dapat diterapkan untuk mengatasi dan mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini, dan masa yang akan datang akibat kurangnya kemampuan perlindungan wilayah yang ada. Penetapan suatu kawasan berfungsi lindung wajib memperhatikan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T) yang ada sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

Sedangkan kawasan budidaya terdiri atas : (a) kawasan peruntukan hutan produksi; (b) kawasan peruntukan hutan rakyat; (c) kawasan peruntukan pertanian; (d) kawasan peruntukan perikanan; (e) kawasan peruntukan pertambangan; (f) kawasan peruntukan industri; (g) kawasan peruntukan pariwisata; (h) kawasan peruntukan permukiman; dan/atau (i) kawasan peruntukan lainnya.

Proses penentuan pola ruang secara umum dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini.

1

Gambar 5.1 Diagram Alir Proses Penyusunan Rencana Pola Ruang Provinsi KALTENG Tahun 2010 - 2030

Page 2: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

5.1 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN LINDUNG

Kawasan lindung provinsi merupakan kawasan lindung yang secara ekologis merupakan ekosistem yang terletak lebih dari satu wilayah kabupaten/kota, yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya (wilayah kabupaten/kota lain), dan kawasan-kawasan lindung lain, yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi. Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan, dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah, guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Tengah.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung adalah :1. Menetapkan kawasan lindung sebesar min. 30 % (sesuai UU No.26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang) dari luas seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Tengah yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan.

2. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrlogis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air.

3. Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.Sasaran pengembangan kawasan lindung adalah :

1. Tercapainya proporsi luas kawasan lindung Provinsi Kalimantan Tengan minimal sebesar 30 % dari luas wilayah provinsi atas dasar kriteria kawasan-kawasan yang berfungsi lindung.

2. Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya.3. Terjaganya kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis.4. Terjaminnya ketersediaan sumber daya air.5. Berkurangnya lahan kritis.6. Terbentuknya kawasan penyangga di sekitar kawasan hutan lindung dan konservasi.7. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya pada kawasan lindung.

Lokasi utama dari areal kawaan lindung ini berada pada kawasan perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat (sektor utara) dan dengan provinsi Kalimantan Timur (sektor timurlaut dan timur). Lokasi ini berbentuk memanjang dan menerus, pada bagian terhulu dari rangkaian pegunungan Schwaner, Muller, dan Meratus. Kawasan pegunungan ini, yang menerus ke Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Malaysia, secara internasional dinamai Jantung Borneo atau The Heart of Borneo dengan konotasi konservasi fungsi paru-paru dunia. Seluruh kawasan lindung luasnya 2.294.705 hektar atau 15 persen wilayah Provini Kalimantan Tengah, ada delapan jenis peruntukan ruang yang tergolong kawasan lindung. Jenisnya meliputi Cagar Alam, Suaka

Margasatwa, Taman Nasional, Hutan Konservasi Airhitam, Hutan Penelitian Dan Pendidikan, Hutan Taman Wisata Alam, Hutan Manggrove, dan Hutan Lindung. Hal ini didasari oleh perhitungan pada peta kerja skala 1:250.000, serta disesuaikan dengan hasil revisi rencana tata ruang wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, substansi kehutanan (Dinas Kehutanan).

5.1.1 Kawasan Lindung Bawahan Hutan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan. Hutan Lindung merupakan kawasan dengan sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kawasan sekitar dan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah erosi dan banjir yang mutlak fungsinya sebagai penyangga kehidupan. Oleh karena itu kawasan ini tidak dapat dialihkan peruntukannya.

Kriteria kawasan hutan lindung berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah:

1. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

2. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen); atau

3. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.Luas kawasan lindung di Provini Kalimantan Tengah adalah 3.324.675 Ha. Terdiri dari

hutan lindung, kawaan resapan, dan Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Taman Buru.1. Hutan Lindung

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagian besar merupakan hutan lindung berkisar 1.330.258 Ha (8,665%) dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Fungsi pokok kawasan ini adalah sebagai perlindungan system peyanggah kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

2. Kawasan Resapan AirKawasan Resapan air merupakan kawasan lindung bawahan. Kebijakan pemanfaatan ruang ditentukan berdasarkan tujuan pemantapannya, yaitu untuk mencegah terjadinya bencana dan menjaga kelestarian kawasan. Kebijaksanaan tersebut meliputi : Kawasan Resapan air merupakan kawasan lindung bawahan. Kebijakan pemanfaatan ruang ditentukan berdasarkan tujuan pemantapannya, yaitu untuk mencegah terjadinya bencana dan menjaga kelestarian kawasan. Kebijaksanaan tersebut meliputi : a) Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No. 32/1990 dan melalui

pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya;

2

Page 3: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

b) Kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana alam, dapat dilakukan di kawasan hutan lindung dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. Kegiatan budidaya pertambangan dimungkinkan untuk tetap berlokasi di kawasan hutan lindung, jika pada kawasan tersebut terdapat indikasi adanya deposit mineral yang dinilai sangat berharga (vital dan strategis). Tetapi pengelolaan kawasan yang bersifat “enclave” tersebut harus dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung, dengan melaksanakan rehabilitasi pada kawasan bekas penambangan;

c) Pencegahan dan pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada (penggunaan lahan yang telah berlangsung lama);

d) Pengembangan fungsi hidro-orologi kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan (rehabilitasi dan konservasi);

e) Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung, (misalnya : penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan bencana alam) agar tidak mengganggu fungsi lindung

Rencana pengembangan kawasan resapan air seluas kurang lebih 3.324.675 Ha yang letaknya tersebar di 13 kabupaten.

3. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Taman Kawasan Suaka Alam, pelestarian Alam dan Taman di Provinsi di Kalimantan Tengah terdiri dari :a) Kawasan Taman

Taman Wisata Alam (TWA) Air Terjun Poran luas 6.400 Ha di Kabupaten Barito Utara;

TWA Bukit Tangkiling di Kota Palangka Raya luas 533 Ha; Taman Hutan Raya Arboretum Nyaru Menteng dengan luas lebih kurang 65 Ha di

Kota Palangka Raya. Taman Nasional Tanjung Putting luas kurang lebih 390.493 Ha di Kabupaten

Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya luas kurang lebih 125.355 Ha di Kabupaten

Katingan, Taman Nasional Sebangau luas kurang lebih 605.449 Ha di Kabupaten Katingan,

Pulang Pisau, dan Kota Palangka Raya; Taman Wisata Laut Tanjung Keluang luas kurang lebih 2.000 Ha;

b) Kawaan Pelestarian Alam kawasan Cagar Alam Bukit Sapat Hawung luas kurang lebih 192.317 Ha di

Kabupaten Murung Raya, Kawasan Cagar Alam Pararawen luas kurang lebih 4.384 Ha di Kabupaten Barito

Utara,

Kawasan Cagar Alam Bukit Tangkiling luas kurang lebih 2.601 Ha di Kota Palangka Raya,

Kawasan Cagar Alam Air Terjun Molau Besar dengan luas kurang lebih 1.200 Ha di Kabupaten Barito Utara, dan

Kawasan Cagar Alam Bukit Bakitap dengan luas kurang lebih 261 Ha di Kabupaten Barito Utara;

c) Kawaan Suaka Alam Suaka Margasatwa Sungai Lamandau luas kurang lebih 61.425 Ha di Kabupaten

Sukamara.

Tabel 5.1 Luas Kawasan Taman Alam, Pelestarian Alam, dan Suaka Alam

Kawasan Taman, Pelestarian, dan Suaka Alam Luas (Ha) Taman Wisata AlamAir Terjun Poran 6.400,00 Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling 533,00 Taman Hutan Raya Arboretum Nyaru Menteng 65,00 Taman Nasional Tanjung Putting 390.493,00 Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya 125.355,00 Taman Nasional Sebangau 605.449,00 Taman Wisata Laut Tanjung Kelua 2.000,00 Kawasan Cagar Alam Bukit Sapat Hawung 192.317,00 Kawasan Cagar Alam Pararawen 4.384,00 Kawasan Cagar Alam Bukit Tangkiling 2.601,00 Kawasan Cagar Alam Air Terjun Molau Besar 1.200,00 Kawasan Cagar Alam Bukit Bakitap 261,00 Kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau 61.425,00

Total Luas 1.392.483,00

5.1.2 Kawasan Lindung Setempat Kawasan perlindungan setempat merupakan upaya dalam melindungi dan melestarikan

ruang terbuka hijau di sepanjang atau sekitar kawasan sumber daya air yang dapat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan. Kawasan ini terdiri dari sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, dan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal.

Adapun kriteria kawasan perlindungan setempat, terdiri dari:1. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan pantai secara umum ditetapkan

sekurang - kurangnya 100 meter dari titik pasang tertinggi untuk kawasan pesisir, sedangkan sekurang - kurangnya 130 x rata-rata perbedaan pasang tertinggi dan surut air terendah, untuk pesisir pulau - pulau kecil.

2. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan sungai terdiri atas sungai di kawasan bukan permukiman sekurang - kurangnya 100 meter dan anak sungai sekurang -

3

Page 4: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

kurangnya 50 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur.

3. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar waduk/danau ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota, yang lebarnya antara 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

4. Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar mata air, ditetapkan dengan radius 200 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh wilayah Kalimantan Tengah.

5. Kawasan perlindungan setempat sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter.

6. Kawasan perlindungan mangrove adalah kawasan tempat tumbuhnya tanaman mangrove di wilayah pesisir/laut yang berfungsi untuk melindungi habitat, ekosistem, dan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, abrasi dan proses akresi (pertambahan pantai) dan mencegah terjadinya pencemaran pantai.

7. Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) sekitar sempadan pantai berhutan bakau minimal 130 kali rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat yang merupakan habitat hutan bakau/mangrove. Adapun kawasan perlindungan mangrove meliputi sepanjang pantai di selatan Provinsi

Kalimantan Tengah, kawasan pesisir, dan kepulauan. Beberapa perubahan fungsi lindung pada kawasan lindung setempat ini antara lain adalah sebagai berikut :1. Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai terletak di sepanjang Pantai di Provinsi Kalimantan Tengah. yaitu kawasan di sepanjang pantai kurang lebih 751.000 km dengan lebar di kawasan perkotaan 30-100 m dan dan diluar kawasan perkotaan 100-250 m meliputi pantai di Kabupaten Sukamara, Kotawaringin Barat, Seruyan, Kotawaringin Timur, Katingan, Pulang Pisau, dan di Kabupaten Kapuas;

2. Sempadan SungaiKawasan yang merupakan sempadan sungai terdapat di sepanjang sungai, terutama untuk sungai-sungai besar. kawasan sempadan sungai pada kawasan perkotaan dan perdesaan disepanjang 11 sungai besar meliputi Sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Katingan, Sebangau, Mentaya, Seruyan, Kumai, Lamandau, Arut, dan Sungai Jelai serta sempadan sungai disepanjang sungai sedang atau anak sungai yang menyebar di 14 kabupaten dan 1 kota di Provinsi Kalimantan Tengah;

3. Kawasan Sekitar Danau/WadukKawasan danau/waduk, telaga dan laguna terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, yang terbesar dan terluas adalah kawasan sekitar Dananu Danau Sembuluh di Kabupaten Seruyan dan Danau Lais.

5.1.3 Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya yaitu Rumah Adat Betang di Tumbang Anoi Kabupaten Gunung Mas; di sekitar Kawasan Pahewan Kalawa, Kabupaten Pulang Pisau; di Pahewan Kalaru, Kabupaten Katingan; dan di Pahewan Tabalien, Kota Palangka Raya; di sekitar Kawasan Adat Masyarakat terutama bagi Umat Hindu Kaharingan; di Kawasan Sekitar Bangunan Kerajaan/Kesultanan, Kabupaten Kotawaringin Barat.

5.1.4 Kawasan Rawan Bencana Berdasarkan bentuk lahan maka dapat diidentifikasi jenis bahaya alami dan sebarannya

secara keruangan di Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai berikut : 1. Kawasan rawan tanah longsor yaitu daerah yang membentang dari Barat-Timur wilayah

Kalimantan Tengah bagian Utara dengan kondisi topografi berupa perbukitan-pegunungan;

2. Kawasan rawan gelombang pasang yaitu kawasan yang berada di daerah pantai di Kabupaten Sukamara, Kotawaringin Barat, Seruyan, Kotawaringin Timur, Katingan, Pulang Pisau, dan di Kabupaten Kapuas;

3. Kawasan rawan banjir yaitu daerah-daerah yang dilalui oleh sungai-sungai besar seperti Kabupaten Barito Utara, Barito Selatan, Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Seruyan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, dan Kota Palangka Raya.

Tabel 5.1 Kebijaksanaan Pemantapan Kawasan Lindung di Provinsi Kalimantan Tengah

No JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANTAPAN KAWASAN KEBIJAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG

I KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KAWASAN BAWAHANNYA

1. Kawasan hutan lindung

Mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidro-orologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukiman

1. Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No. 32/1990 melalui pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya

2. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada ( penggunaan lahan yang telah berlangsung lama)

3. Pengembangan fungsi hidro-orologi kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan (rehabilitasi dan konservasi)

4. Pencegahan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung, seperti: pemanfaatan getah damar, lebah madu,buah, rotan, tanaman obat-obatan dan pengembangan jasa lingkungan: wisata alam, keindahan dan kenyamanan).

5. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung,

4

Page 5: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

No JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANTAPAN KAWASAN KEBIJAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG

(misalnya : penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan bencana alam).

II KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT

1. Sempadan Pantai

Melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai

1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang pantai

2. Pengendalian kegiatan disekitar sempadan sungai

3. Pengembalian fungsi lindung pantai yang telah mengalami kerusakan

2. Sempadan Sungai

Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai

1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau menurunkan kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya

2. Pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar sungai

3. Pengamanan daerah aliran sungai

3. Kawasan sekitar danau/ waduk, telaga lagun

Melindungi danau/waduk, telaga lagun dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya

1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya disekitar danau/waduk, telaga dan lagun yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya (terutama sebagai sumber air)

2. Pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar danau/waduk, telaga dan lagun

3. Pengamanan daerh hulu

4. Kawasan sekitar mata air

Melindungi dan melestarikan potensi air dari berbagai kegiatan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air.

1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya disekitar mata aiur yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya

2. Pengendalian pemanfaatan mataair agar kuantitas dan kualitas airnya tidak menurun

III KAWASAN SUAKA ALAM DAN PELESTARIAN ALAM

1. Kawasan Suaka Alam

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragam-an tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, juga berfungsi sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan

1. Pengelolaan kawasan cagar alam dan suaka margasatwa, sesuai dengan tujuan perlindungannya

2. Di dalam cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.

3. Di dalam suaka margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata terbatas, dan kegiatan

No JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANTAPAN KAWASAN KEBIJAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG

lainnya yang menunjang budidaya.4. Melarang setiap orang melakukan kegiatan

yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam (mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli),, kecuali kegiatan pembinaan Habitat untuk kepentingan satwa di dalam suaka marga satwa. Mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.

2. Kawasan Pelesatarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, taman wisata alam)

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

1. Di dalam taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, dan wisata alam.

2. Kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan.

3. Mencegah setiap orang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional(mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli).

4. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

3. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran

1. Pengelolaan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (didalamnya termasuk peninggalan benda-benda purbakala dan budaya-budaya leluhur) dengan mengembangkan zona-zona pemanfaatan ruang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata rekreasi dan pendidikan

2. Pengelolaan cagar budaya dan ilmu

5

Page 6: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

No JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANTAPAN KAWASAN KEBIJAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG

pengetahuan yang menemukan kepentingan pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dan pariwisata/rekreasi budaya

3. Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah kondisi fisik, nilai-nilai yang terkandung didalamnya, penggunaan lahan serta kelestarian budaya bangsa tersebut

IV KAWASAN RAWAN BENCANA

Melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbutan manusia

1. Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan rawan bencana tanah longsor dan erosi

2. Pengendalian kegiatan disekitar kawasan kritis atau rawan bencana tanah longsor

3. Penetapan kawasan rawan, kawasan waspada “warning area” pada kawasan berpotensi gempa bumi.

5.2 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA

Kawasan budidaya memiliki beberapa jenis pemanfaatan antara lain sebagai kawasan peruntukkan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan peruntukkan pertanian, kawasan peruntukkan perkebunan, kawasan peruntukkan peternakan, kawasan peruntukkan perikanan, kawasan peruntukkan pertambangan, kawasan peruntukkan industri, kawasan peruntukkan pariwisata, kawasan peruntukkan permukiman, dan kawasan andalan. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan dengan motivasi pembangunan di bidang perekonomian dan harus tetap memperhatikan pemeliharaan kualitas lingkungan. Arahan pengelolaan kawasan budidaya meliputi segala usaha untuk meningkatkan pendayagunaan lahan yang dilakukan di luar kawasan lindung, yang kondisi fisik dan sumber daya alamnya dianggap potensial untuk dimanfaatkan, tanpa mengganggu keseimbangan dan kelestarian ekosistem.

Kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis provinsi, merupakan kawasan budidaya yang dipandang sangat penting bagi upaya pencapaian pembangunan provinsi. Arahan kebijaksanaan dalam pengembangan kawasan budidaya di Provinsi Kalimantan Tengah pada dasarnya ditujukan pada upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya wilayah, sesuai dengan daya dukung lingkungan. Sasaran pengembangannya adalah:

1. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

2. Memberikan arahan untuk menentukan prioritas pemanfaatan ruang antar kegiatan budidaya yang berbeda

3. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan budidaya tertentu ke jenis lainnya.Berdasarkan hal di atas, maka kebijaksanaan pengembangan kawasan budidaya

menyangkut :1. Pengembangan kegiatan utama serta pemanfaatan ruangnya secara optimal pada tiap

kawasan budidaya2. Pengembangan prasarana pendukung pengembangan tiap kawasan budidaya3. Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi

lindung.4. Penanganan masalah tumpang tindih antar kegiatan budidaya

Maka rencana pengembangan kawasan budidaya di Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut :

1. ; 2. kawasan peruntukan perindustrian terdiri atas:

a) kawasan industri kecil tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah;

b) kawasan agroindustri tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah;

c) kawasan industri tersebar di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Seruyan, Katingan, Kapuas, Barito Utara.

Tabel 5.1 Luasan Rencana Lahan Fungsi Budidaya

No Rencana Fungsi Kawasan Budidaya Luas (Ha)1. Kawasan Budidaya Kehutanan 9.721.042,00

Hutan Produksi Terbatas 3.324.675,00Hutan Produksi 3.855.751,00Hutan Produksi yang dapat dikonversi 2.540.616,00

2. Kawasan Budidaya Non Kehutanan 2.616.606,00Areal Penggunaan Lain (APL) 2.616.606,00

3. Perairan (Danau/Sungai) 134.810,00Jumlah 12.472.458,00

5.2.2 Kawasan Budidaya Kehutanan Hutan produksi dimaksudkan untuk menyediakan komoditas hasil hutan untuk memenuhi

kebutuhan untuk keperluan industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali. Penerapan kriteria kawasan peruntukan hutan produksi secara tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan hutan produksi yang dapat memberikan manfaat berikut:

6

Page 7: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

1. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;

2. meningkatkan fungsi lindung;3. menyangga kawasan lindung terhadap pengembangan kawasan budi daya;4. menjaga keseimbangan tata air dan lingkungan;5. meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan;6. meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat;7. meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;8. meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk masyarakat daerah setempat;9. meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri yang mengolahnya;10. meningkatkan ekspor; atau11. mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat terutama di daerah setempat.

Meliputi kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi.Rencana pengembangan hutan produksi di Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai

berikut :

1. hutan produksi terbatas (HPT) seluas kurang lebih 3.324.675 Ha yang tersebar di semua kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah;

2. hutan produksi tetap (HP) seluas kurang lebih 3.855.751 Ha yang tersebar di semua kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah; dan

3. hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas kurang lebih 2.540.616 Ha yang tersebar di semua kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah.

5.2.3 Kawasan Budidaya Non Kehutanan Untuk kawasan budidaya non kehutanan atau areal panggunaan lain seluas 2.616.606,00

ha. Sebaran areal ini cukup merata hampir di seluruh wilayah khususnya pada daerah-daerah yang terletak antara kawasan lindung dan budidaya non-kehutanan.

Meskipun berada pada areal penggunaan lain, namun wilayah ini potensial dikembangkan program-program pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Hutan Rakyat/Hutan Hak, khususnya di lokasi-lokasi APL yang telah terokupasi (dikuasai masyarakat)

5.2.4 Kawasan Pertanian Menurut PP No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kriteria

peruntukan kawasan pertanian meliputi:1. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian; 2. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi; 3. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau4. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.

Pengembangan kawasan pertanian secara keseluruhan diarahkan untuk budidaya

tanaman pangan adalah (HPK+APL) seluas kurang lebih 5.157.222 Ha yang yang tersebar di semua kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah;

Sedangkan pengembangakan areal produksi perkebunan, terutama untuk komoditas utama dengan memanfaatkan potensi/kesesuaian lahan. Sedang kebijaksanaan pemanfaatan ruang kawasan ini meliputi:

1. Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan.2. Pengembangan sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya secara optimal.3. Pengendalian perluasan tanaman perkebunan untuk memelihara kelestarian lingkungan.

Pengembangan kawasan pertanian perkebunan secara keseluruhan diarahkan untuk budidaya kawasan perkebunan (HPK) seluas kurang lebih 2.540.616 Ha yang yang tersebar di semua kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah;

5.2.5 Kawasan Permukiman (Kota dan Desa) Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik

berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sebagai kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masing permukiman, tertutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pergunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya. Kawasan peruntukkan permukiman di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari permukiman perdesaan, perkotaan dan permukiman pada kawasan khusus.

1. Permukiman KotaKawasan permukiman kota mencakup wilayah administrasi wilayah kota (untuk yang berstatus kota khususnya Kota Palangkaraya dan wilayah pengembangan kota/perkotaan (untuk ibukota kabupaten dan IKK baik yang telah mempunyai RDTRK maupun belum serta wilayah sekitar Palangkaraya yang merupakan bagian dari daerah perkotaan Palangkaraya yang telah ditetapkan sebagai kawasan permukiman.Kebijakan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk, beserta pengembangan sarana-prasarana penunjangnya yang meliputi penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang kota.Khusus untuk wilayah perkotaan, baik yang tercakup dalam koridor maup un perkotaan Palangkaraya, pengembangan kawsan permukiman masih harus dibatasi pada lahan-lahan pertanian yang kurang subur. Oleh karena itu, usaha pengembangan bagi kawasan perkotaan yang dapat dilakukan adalah : a) Intensifikasi lahan pekarangan,

7

Page 8: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

b) Jika terjadi konversi lahan pertanian ke non pertanian, maka dipersyaratkan penggunaan teknologi yang menjamin kestabilan neraca air setempat. Untuk itu, perubahan coverage area tidak boleh merubah volume air yang diresapkan.

2. Permukiman PedesaanKawasan ini mencakup perkampungan desa-desa yang ada dan kemungkinan bagi perluasannya. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman perdesaan yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa pusat pertumbuhan, pengembangan desa sentra produksi pertanian (agropolitan), dan pengembangan pusat pelayanan permukiman perdesaan.Sedangkan rencana pengembangan pemanfaatan lahan untuk permukiman di Provinsi

Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut :

1. kawasan permukiman perkotaan berada pada kawasan APL yang tersebar di seluruh ibukota kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan tengah;

2. kawasan permukiman perdesaan kawasan APL yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah;

5.2.6 Kawasan Pertambangan Keberadaan kawasan pengambangan ini muncul setelah ada informasi baru mengenai

potensi dan usaha penambangan di Provinsi Kalimantan Tengah. Potensi pertambangan di Provinsi Kalimantan Tengah ini sangat besar baik golongan A, B, maupun C. Untuk pengembangannya diarahkan untuk tidak merusak lingkungan serta jika dilakukan penambangan pada kawasan hutan, maka perlu dilakukan rehabilitasi lahan setelah masa penambangan selesai dilakukan. Dengan menggunakan mekanisme ‘pinjam pakai’ kawsan hutan, maka usaha pertambangan ini juga masih dapat dilakukan. Untuk skala prioritas pertambangan, yang perlu diutamakan adalah penambangan-penambangan pada kawasan non-lindung. Sedangkan untuk pertambangan Sumberdaya Energi nasional, maka ketentuan penambangannya mengikuti aturan yang berlaku (UU No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan dan energi).

Tujuan dan kebijakan dari pengusahaan kawasan pertambangan ini adalah sebagai berikut:

1. Membatasi jenis dan area yang diperbolehkan untuk ditambang.2. Mempermudah usaha pengendalian dan pengawasan kegiatan penambangan.3. Menciptakan lapangan kerja dan lapangan usaha baru di pedesaan. 4. Meningkatkan pendapatan, baik masyarakat sekitar maupun daerah

5.2.7 Kawasan Pesisir dan Kelautan Kawasan ini pengembangannya ditujukan untuk menjaga kelestarian berfungsinya

pesisir/pantai dan wilayah kelautan. Pada bagian pesisir/pantai diutamakan untuk upaya perlindungan kawasan dari pemanfaatan ruang yang merusak lingkungan, disamping untuk

pelestarian berfungsinya alam pesisir/pantai dan makhluk penghuninya. Kebijakan pengembangan Kawasan Pesisir dan Kelautan adalah sebagai berikut:

a Pengembangan kawasan agar tetap lestarib Penyediaan sarana-prasarana Kawasan Pesisir dan Kelutanc Pengendalian pemanfaatannya dari pengaruh budaya laind Pengamanan dari invasi kegiatan bangsa lain

5.2.8 Kawasan Perikanan Pengembangan kawasan budidaya perikanan ditujukan untuk pengembangan budidaya

perikanan khususnya perikanan air tawar. Hal ini dimaksudkan agar sumberdaya perikanan yang ada dapat dipertahankan dan dikembangkan sesuai potensi yang dimiliki serta kebutuhan yang diinginkan. kawasan peruntukan perikanan laut (seluas kurang lebih 751 Km x 12 mil) berada di perairan laut dan seluas kurang lebih kurang lebih 134.810 Ha di perairan darat (sungai dan danau) di Provinsi Kalimantan Tengah.

5.2.9 Kawasan Wisata Pengembangan kawasan budidaya kepariwisataan di Provinsi Kalimantan Tengah berupa

wisata alam, dan wisata budaya. Kawasan wisata alam tersebar di seluruh kabupaten dan kota Provinsi Kalimantan Tengah, sedangkan kawasan wisata alam laut berada di Kabupaten Sukamara, Kotawaringin Barat, Seruyan, Kotawaringin Timur.

Tabel 5.1 Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya di Provinsi Kalimantan Tengah

NO JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANFAATAN KAWASAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

1 KAWASAN BUDIDAYA KEHUTANAN

Pemanfaatan ruang di dalam kawasan hutan untuk tujuan produktif (meningkatkan kesejahteraan masyarakat) yang berkelanjutan

Pengembangan program Hutan Tanaman Rakyat

Pengembangan program Hutan Kemasyarakatan

Pembangunan Hutan Tanaman Industri Pola Kemitraan

2 KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN

Optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan non produktif di luar kawasan hutan

Resolusi konflik agraria terhadap klaim-klaim penguasaan lahan, melalu program Hutan Hak

Intesifikasi lahan melalui penerapan pola agroforestry, khususnya pada lahan-lahan non prduktif yang dikuasai masyarakat.

3. KAWASAN PERTANIAN Mengembangkan areal persawahan dengan memanfaatkan potensi/kesesuaian lahan dengan kemungkinan dukungan prasarana pengairan/irigasi teknis dan setengah teknis untuk mendukung program ‘sawah

Intensifikasi pertanian Pengembangan prasarana pertanian Pengendalian kegiatan lain agar tidak

mengganggu lahan pertanian yang subur Penyelesaian masalah yang tumpang

tindih dengan kegiatan budidaya lainnya.

8

Page 9: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

NO JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANFAATAN KAWASAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

abadi’

Mengembangkan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering

Pengembangan kawasan-kawasan potensial untuk pertanian lahan kering

Penyelesaian masalah yang tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lainnya

4. KAWASAN PERKEBUNAN

Mengembangkan areal produksi perkebunan terutama untuk komoditas utama dengan memanfaatkan potensi/kesesuaian lahan

Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan

Pengembangan wilayah-wilayah tanaman perkebunan sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya secara optimal

Pengendalian perluasan tanaman perkebunan untuk memelihara kelestarian lingkungan

5. KAWASAN PERMUKIMAN

a. Permukiman Kota

Mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk yang ditunjang oleh penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai sesuai dengan hirarki dan fungsinya.

Penataan ruang kota : Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Peninjauan kembali (evaluasi revisi)

Rencana Tata Ruang Kota

b. Permukiman Pedesaan

Mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang tersebar sesuai dengan potensi pertanian

Pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan dengan sentra produksi dan pusat pelayanan permukiman pedesaan

6. KAWASAN PARIWISATA

Mengembangkan kawasan prioritas yang memiliki prioritas, yang memiliki objek wisata terutama untuk wisatawan mncanegara yang pengembangannya diharapkan akan berdampak positif bagi kawasan-kawasan lainnya

Penataan Ruang Kawasan Priwisata Pengembangan objek dan fasilitas

pariwisata

7.

KAWASAN PESISIR DAN KELAUTAN

Menjaga kelestarian berfungsinya pantai/pesisir dan kelautan, disamping upaya pengamanan dari kegiatan budidaya lainnya.

Pengembangan kawasan agar tetp lestari Penyediaan sarana dan prasarana

kawasan Pengendalian dari pemanfaatan yang

mengganggu Pengamanan dari invasi kegiatan bangsa

lain8. KAWASAN

PERTAMBANGANMengusahakan potensi bahan galian sekaligus memperbaiki kualiutas

Pembatasan area penambangan dan jenis galian yang diusahakan

Penataan ruang kawasan perindustrian

NO JENIS KAWASAN TUJUAN PEMANFAATAN KAWASAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

lingkungan. Penjaringan investasi industri

9. KAWASAN PERIKANAN

Mengusahakan potensi perikanan untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar.

Intensifikasi budidaya perikanan Pembibitan dan penggunan benih unggul peningkatan produksi dan produktivitas

perikanan

9

Page 10: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Peta 5.1 Rencana Pengembangan Pertambangan

10

Page 11: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Peta 5.2 HPH dan HTI

11

Page 12: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Peta 5.3 Re ncana Tata Ruang Wilayah Uulan Kabupaten

12

Page 13: Bab 5 Rencana Rtrw Kalteng Edisi Oktober

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB | 5 | RENCANA POLA RUANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH......5–15.1 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN LINDUNG...5–2

5.1.1 Kawasan Lindung Bawahan.................................5–25.1.2 Kawasan Lindung Setempat.................................5–35.1.3 Kawasan Cagar Budaya.......................................5–45.1.4 Kawasan Rawan Bencana....................................5–4

5.2 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA 5–65.2.2 Kawasan Budidaya Kehutanan.............................5–65.2.3 Kawasan Budidaya Non Kehutanan.....................5–75.2.4 Kawasan Pertanian...............................................5–75.2.5 Kawasan Permukiman (Kota dan Desa)...............5–75.2.6 Kawasan Pertambangan......................................5–85.2.7 Kawasan Pesisir dan Kelautan.............................5–85.2.8 Kawasan Perikanan..............................................5–85.2.9 Kawasan Wisata...................................................5–8

Gambar 5.1 Diagram Alir Proses Penyusunan Rencana Pola Ruang Provinsi KALTENG Tahun 2010 - 2030....................................5-1

Tabel 5.1 Luas Kawasan Taman Alam, Pelestarian Alam, dan Suaka Alam..........................................................................................5–3

Tabel 5.2 Kebijaksanaan Pemantapan Kawasan Lindung di Provinsi Kalimantan Tengah..................................................................5–4

Tabel 5.3 Luasan Rencana Lahan Fungsi Budidaya.............................5–6

Tabel 5.4 Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya di Provinsi Kalimantan Tengah..................................................................5–8

Peta 5.1 Rencana Pengembangan Pertambangan................................5–10

Peta 5.2 HPH dan HTI............................................................................5–11

Peta 5.3 Re ncana Tata Ruang Wilayah Uulan Kabupaten....................5–12

13