bab 5 kesimpulan dan rekomendasirepository.unpas.ac.id/32078/3/bab 5. halm. 301-311.amien.pdf300 bab...
TRANSCRIPT
300
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis, ada beberapa temuan penting
yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini. Dalam melakukan analisis sector
ekonomi unggulan, hasil perhitungan dan analisis kemudian disesuaikan dengan
kebijakan pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Kuningan dan
dijadikan dasar untuk memberikan rekomendasi pengembangan sektor-sektor
unggulan di Kabupaten Kuningan. Berikut kesimpulan dan rekomendasi
pengembangan sektor unggulan Kabupaten Kuningan.
5.1 Kesimpulan
Kabupaten Kuningan memiliki luas wilayahnya 1.178,57 Km² (117.857,55
Ha), Sektor pertanian mendominasi dan memiliki kontribusi yang besar terhadap
struktur perekonomian Kabupaten Kuningan, Sebagai wilayah yang sebagian
besar masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian, maka sebagian besar
komoditas unggulan di Kabupaten Kuningan merupakan produk olahan dari
produk-produk pertanian, seperti peuyeum/tape ketan, kursi antik, soket karet, sari
jeruk nipis, pasta ubi jalar, bawang goreng, minyak atsiri, telur ayam dan ayam
pedaging. Semua produk tersebut dihasilkan dari berbagai wilayah di Kabupaten
Kuningan.
Kabupaten Kuningan termasuk dalam program pengembangan
Ciayumajakuning, yaitu Cirebon – Indramayu – Majalengka – Kuningan
(Ciayumajakuning) dsk yang akan diarahkan menjadi kawasan agribisnis yang
didukung sektor industri, perdagangan dan jasa, perikanan laut dan darat,
pertanian tanaman pangan, kehutanan, perkebunan dan peternakan dengan
meningkatkan fungsi pelabuhan. Tujuan yang hendak dicapai adalah
meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan kemitraan industri kecil,
menengah dan besar serta meningkatkan fungsi pelabuhan Cirebon.
Melihat perkembangan/ pertumbuhan antara PDRB konstan maupun berlaku
dengan jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di
301
Kabupaten Kuningan selama tahun 2000 hingga 2008 (series) sudah cukup baik,
karena perkembangan penduduk dibawah perkembangan PDRB. Kuningan,
sebagai kabupaten agraris dan daerah tujuan wisata, dapat dicirikan pula dari
besarnya peranan atau andil beberapa sektor, terutama sektor pertanian, sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa terhadap total PDRB yang
berdasarkan data BPS, sektor pertanian walaupun mengalami penurunan, namun
masih menempati urutan terbesar/pertama yaitu diatas 30% dari 9 sektor PDRB;
disusul oleh meningkatnya distribusi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran;
dan sektor jasa yang masing-masing nilainya lebih dari 20%.
Penurunan peran sektor pertanian dan sekaligus, dari hasil analisis bukan
merupakan sektor unggulan, ini merupakan salah-satu tanda adanya proses
pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder, atau bahkan
cenderung akan lompat ke sektor tersier. Hal ini tentunya menjadi peluang besar
bagi para investor, baik dalam maupun luar daerah, untuk dapat berkiprah
memajukan bidang pertanian, karena akan mendapat dukungan besar dari
Pemerintah Daerah yang telah menekankan pencapaian visinya pada bidang
pertanian (agropolitan) dan jasa wisata (agrowisata). Sedangkan berdasarkan
potensi wilayah Kabupaten Kuningan dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Jawa Barat, maka Kabupaten Kuningan perlu mengembangkan 2 sektor
unggulannya yaitu : agrobisnis dan pariwisata.
1) Berdasarkan masing-masing indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian
ini, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil:
1. Sektor unggulan yang terpilih di Kabupaten Kuningan, sebagai berikut :
Sektor Perdagangan, hotel dan restauran.
Sektor Jasa-Jasa
Sektor Industri Pengolahan
Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
2. Berdasarkan hasil analisis optimasi sektor ekonomi di Kabupaten
Kuningan, bahwa untuk Bangkitan PDRB, terdapat dua sektor yang dapat
dikembangkan di wilayah Kabupaten Kuningan yaitu sektor pengangkutan
dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
302
Untuk sektor industri Kabupaten Kuningan, bahwa sektor industri formal
saja yang dapat dikembangkan baik untuk (industri kecil, menengah, dan
besar), sedangkan kabupaten Kuningan memiliki aneka ragam jenis
industri, yaitu terdapat 17 jenis industri rumah tangga komoditas. Dari
hasil optimasi hanya satu jenis sektor rumah tangga yang dapat
dikembangkan, yaitu industri rumah tangga komoditas bawang goreng.
3. Dari hasil analisis dan pemaparan pertimbangan, bahwa Kabupaten
Kuningan telah menetapkan pusat-pusat pelayanan yang termasuk pusat
pertumbuhan utama dan pendukung pengembangan di wilayah Kabupaten
Kuningan, Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan wilayah
Kabupaten Kuningan sebaiknya diarahkan ke lima pusat pelayanan di
Kabupaten Kuningan yaitu Kuningan, Cilimus, Kadugede, Ciawigebang,
dan Luragung, sehingga berdampak positif bagi perekonomian di
Kabupaten Kuningan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.1,
sebagai berikut.
303
Tabel V. 1 Dasar Pertimbangan Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Kuningan
D A SA R P E R T I M B A N G A N
KU
NIN
GA
N
Pusat pengembangan utama (WP Utama) dengan orientasi kegiatan berupa pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata, pendidikan, industri rumah tangga dan pelayanan masyarakat yang didukung oleh fungsi kawasan pengembangan kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan, industri rumah tangga dan pelayanan sosial ekonomi. Arahan fungsi WP utama Kuningan ini adalah arahan fungsi lindung, terutama di bagian Barat serta sebagai simpul utama penggerak pembangunan Kabupaten Kuningan;
Termasuk kategori Hirarki I, dimana Kota dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan utama dan sebagai pintu gerbang perdagangan ke luar wilayah kabupaten Memiliki Golongan tanah Andosol, yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh dan pinus. Memiliki kondisi terendah yakni pada ketinggian 0 – 1000m dan kemiringan 0 – 15 %, Menurut kesesuaian lahan baik untuk dikembangkan sebagai Kawasan budidaya (non pertanian) yang meliputi
permukiman dan perkotaan. Peta kesusaian lahan, dengan memperhitungkan keadaan tanah, kemiringan, curah hujan dan aspek lingkungan lainnya, cocok untuk Wilayah Budidaya Lahan Basah dan Wilayah Lahan Usaha Terbatas
sebagian besar Kuningan. Memiliki potensi kerawanan bencana yang meliputi daerah rawan erosi dan rawan longsor, kerentanan terhadap gerakan tanah dan daerah rawan air. Kuningan daerah yang memiliki kepekaan tinggi terhadap
erosi. Penetapan Komoditi dan Produk Unggulan di Kabupaten Kuningan Berdasarkan Renstra Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan periode 2004-
2008. Penetapan komoditi potensial, tersebut ditentukan berdasarkan; (1) kesesuaian lahan dan agroklimat, (2) potensi pasar, (3) keterkaitan dengan program pengembangan komoditi di masa lalu dan yang akan datang serta ,(4) daya dukung infrastruktur yang ada saat ini. Komoditi potensial yang ditetapkan untuk Kecamatan Kuningan adalah; Jagung, Bawang Daun, Bawang Merah, Kentang, Salak Pondoh, Sapi Perah Domba dan Ikan Mas. Selain itu untuk hasil hutannya produk unggulannya adalah Tembakau.
Keragaman industri di Kecamatan Kuningan: Total investasi yang telah ditanamkan pada usaha ini di Kecamatan Kuningan mencapai 1,5 Milyar, pelakunya bergerak di bidang usaha pembuatan tempe, tahu dan kerupuk. industri yang ada di
Kecamatan Kuningan lebih didominasi oleh industri kecil. Dari data produksi dan pangsa produksi, terlihat bahwa Kecamatan Kuningan relatif unggul untuk komoditi seperti Bawang Merah, Melinjo dan Kopi. Untuk ketiga komoditi ini, di Kecamatan Kuningan
sudah terdapat industri pengolahnya. untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri Bawang Goreng, bahan baku yang tersedia masih jauh mencukupi kebutuhan industri (0.058%). Hal ini menandakan bahwa Kecamatan Kuningan melakukan impor bahan baku bawang merah. Hal penting dari informasi ini adalah diperlukannya perluasan budidaya bawang merah yang sesuai dengan permintaan industri, yaitu bawang merah jenis Sumenep.
Berdasarkan kesesuaian agroklimat dan keragaan produksi, komoditi-komoditi yang diusulkan untuk dikembangkan jika alternatif pilihannya adalah bahwa komoditi tersebut harus dikembangankan di satu kecamatan yang unggul dibandingkan dengan lainnya adalah sebagai berikut: Kecamatan Kuningan, sangat cocok untuk pengembangan komoditi hortikultura (terutama Jagung, Kentang, Wortel, Bawang Daun, Cabe, Tomat, Ketimun dan Bayam). Untuk komoditi perkebunan, komoditi yang layak dikembangkan adalah Kopi, Cengkeh, Pala, Pinang, Lada, Jambu Mete dan Jahe. Sedangkan untuk ternak yang cocok dikembangkan di Kecamatan Kuningan ini adalah Sapi Perah. Semua jenis ikan darat, di Kecamatan ini dapat dikembangkan dengan baik.
Sebagai salah satu pusat utama pergerakan wilayah yang berperan sebagai pasar produk-produk pertanian dari sentra-sentra produksi, Kecamatan Kuningan ditopang oleh pergerakan yang terjadi di Kecamatan Kadugede dan Kecamatan Darma, sehingga erat kaitannya dengan pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan.
Kecamatan Kuningan mempunyai fasilitas ekonomi skala regional, terutama terpusat di Kota Kuningan sebagai ibukota kabupaten. Dari sisi kelembagaan keuangan seperti koperasi (KUD) dan non KUD (Bank dll) cukup memadai bahkan terdapat beberapa bank swasta yang sudah cukup lama beroperasi. Skala pelayanannya tingkat lokal kawasan sebagai pusat pusat pemasaran hasil pertanian penduduk sekitar.
Terdapat fasilitas pengumpulan produk/komoditas hasil pertanian. Orientasi pasarnya adalah pasar regional/kota-kota besar seperti: Cirebon, Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya, bahkan melalui kota-kota ini produk olahan asal Kuningan seperti pasta, telah diekspor ke Jepang. Peluang pasarnya sangat potensial terutama untuk produk pasta dan hasil turunannya (bahan baku) cukup tersedia dengan masih luasnya dan belum optimalnya pemanfaatan lahan di wilayah ini.
Sumber: Hasil Analisis 2010
304
Lanjutan Tabel V.1
D A S A R P E R T I M B A N G A N
LU
RA
GU
NG
Pusat di zona tengah bagian timur dengan orientasi kegiatan pusat administrasi pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri rumah tangga dan pelayanan sosial, yang didukung pengembangan fungsi kawasan pertanian, perkebunan, perikanan industri kerajinan dan rumah tangga serta kegiatan pertambangan galian C. Arahan fungsi SWP Ciawigebang ini adalah pengembangan kegiatan industri yang berorientasi kepada pengolahan hasil pertanian (agroindustri).
Termasuk Hirarki III, dimana Kota dengan fungsi sebagai pusat-pusat produksi pertanian dengan skala pelayanan lokal serta menunjang kota dengan hirarki di atasnya Daerah Undiferentiated Vulkanik, yang sangat subur akibat pengaruh Gunung Ceremai. Memiliki Golongan tanah Podsolik, cocok untuk ladang dan tanaman karet. Memiliki kondisi terendah yakni pada ketinggian 0 – 1000m dan kemiringan 0 – 15 %, Menurut kesesuaian lahan baik untuk dikembangkan sebagai Kawasan budidaya (non pertanian) yang meliputi permukiman
dan perkotaan. Peta kesusaian lahan, dengan memperhitungkan keadaan tanah, kemiringan, curah hujan dan aspek lingkungan lainnya, cocok untuk Wilayah Lahan Usaha Terbatas sebagain besar Luragung Memiliki bahan galian golongan C, yang terdiri atas bahan galian industri dan bahan bangunan berupa batuan atau mineral, pasir (pasir sungai aktif, pasir sungai purba, dan pasir gunung), batu gunung, tanah urug,
sirtu dan batu gamping. Penetapan Komoditi dan Produk Unggulan di Kabupaten Kuningan Berdasarkan Renstra Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan periode 2004-2008.
Penetapan komoditi potensial, tersebut ditentukan berdasarkan; (1) kesesuaian lahan dan agroklimat, (2) potensi pasar, (3) keterkaitan dengan program pengembangan komoditi di masa lalu dan yang akan datang serta ,(4) daya dukung infrastruktur yang ada saat ini. Komoditi potensial yang akan diprioritaskan pengembangannya untuk Kecamatan Luragung adalah Jagung, Sapi Potong, Domba dan Ikan Nila. Sedangkan untuk produk unggulannya adalah Tape Ketan.
Keragaan industri di Kecamatan Luragung: Keragaan industri pertanian di Kecamatan Luragung. Terdapat sekitar 16 kelompok industri. Jumlah pelaku usaha yang bergerak di industri pertanian ini sebanyak 46 pelaku usaha, jumlah industri yang ada di
Kecamatan Luragung relatif kecil. Total investasi yang telah ditanamkan pada berbagai usaha di Kecamatan Luragung mencapai 465 juta rupiah, dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 182 orang. Dari pelaku usaha yang ada sebagian besar (82 %) pelakunya bergerak di bidang usaha Tahu, Tempe dan Tape Ketan. Tenaga kerja yang terserap pada tiga kelompok industri ini relatif cukup banyak, yaitu
sebanyak 76 %. Tape Ketan merupakan salah satu produk Kuningan yang relatif sudah terkenal dan menjadi “brand image” oleh-oleh dari Kuningan. Ketan yang diperlukan berasal dari Majalengka, bahkan daun pembungkusnya
(daun jambu) pada keadaan tertentu didatangkan juga dari daerah luar Kuningan. Berdasarkan kesesuaian agroklimat dan keragaan produksi, komoditi-komoditi yang diusulkan untuk dikembangkan jika alternatif pilihannya adalah bahwa komoditi tersebut harus dikembangankan di satu kecamatan
yang unggul dibandingkan dengan lainnya adalah sebagai berikut: Kecamatan Luragung akan lebih unggul jika dikembangkan komoditi Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang, Kencur, Aren, Pandan, Kemiri, Kapolaga, Sapi Potong, Kambing, Ayam Buras dan Kayu.
Sebagai salah satu pusat utama pergerakan wilayah yang berperan sebagai pasar produk-produk pertanian dari sentra-sentra produksi, Kecamatan Lurangung ditopang oleh Kecamatan Ciwaru, sehingga erat kaitannya dengan pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan.
Kecamatan Ciawi Gebang mempunyai fasilitas ekonomi skala regional, Skala pelayanannya tingkat lokal kawasan sebagai pusat pusat pemasaran hasil pertanian penduduk sekitar. Adanya keterbatasan pemasaran dan teknologi, maka potensi tersebut sampai saat ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal, terutama oleh industri pasta ubi jalar setempat.
Terdapat fasilitas pengumpulan produk/komoditas hasil pertanian. Orientasi pasarnya adalah pasar regional/kota-kota besar seperti: Cirebon, Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya, bahkan melalui kota-kota ini produk olahan asal Kuningan seperti pasta, telah diekspor ke Jepang. Peluang pasarnya sangat potensial terutama untuk produk pasta dan hasil turunannya (bahan baku) cukup tersedia dengan masih luasnya dan belum optimalnya pemanfaatan lahan di wilayah ini.
KA
DU
GE
DE
Pusat pertumbuhan di zona selatan bagian barat dengan orientasi kegiatan pusat administrasi pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri rumah tangga dan pelayanan sosial, yang didukung pengembangan fungsi kawasan pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata, industri kerajinan dan rumah tangga serta penambangan galian C. Arahan fungsi SWP Kadugede adalah pengembangan kawasan berfungsi lindung, kehutanan dan perkebunan, dan pariwisata perairan.
Termasuk Hirarki II, dimana Kota dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa, permukiman, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan beberapa kecamatan (sebagai pusat pertumbuhan wilayah pengembangan).
Memiliki jenis tanah Golongan Tanah Alluvial, untuk tanaman padi, palawija, dan perikanan. Golongan tanah Podsolik, cocok untuk ladang dan tanaman karet. Peta kesusaian lahan, dengan memperhitungkan keadaan tanah, kemiringan, curah hujan dan aspek lingkungan lainnya, cocok untuk Wilayah Lahan Non Budidaya (Hutan Lindung) pada daerah Kadugede bagian
Selatan, Wilayah Lahan Budidaya (Hutan Produksi/Wisata Perkebunan dan Wilayah Budidaya Lahan Kering dan Wilayah Lahan Usaha Terbatas sebagian kecil Kadugede. Memiliki potensi kerawanan bencana, yang meliputi daerah rawan erosi dan rawan longsor, kerentanan terhadap gerakan tanah dan daerah rawan air. Kadugede daerah yang memiliki kepekaan tinggi terhadap erosi.
Sumber: Hasil Analisis 2010
305
Lanjutan Tabel V.1
D A S A R P E R T I M B A N G A N
CIL
IMU
S
Pusat di zona utara (SWP) dengan orientasi kegiatan pusat administrasi pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata, industri rumah tangga dan pelayanan masyarakat, yang didukung fungsi kawasan pengembangan pertanian, kehutanan dan perkebunan, serta pariwisata. Arahan fungsi SWP Cilimus ini adalah arahan fungsi lindung/konservasi, terutama di bagian Barat serta pengembangan pariwisata panorama Gunung Ciremai dan sumber air panas alam.
Termasuk Hirarki II, dimana Kota dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa, permukiman, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan beberapa kecamatan (sebagai pusat pertumbuhan wilayah pengembangan). Daerah Undiferentiated Vulkanik yang sangat subur akibat pengaruh Gunung Ceremai. Memiliki jenis tanah Golongan Tanah Alluvial, untuk tanaman padi, palawija, dan perikanan. Memiliki ketinggian dan kemiringan cukup besar yakni pada ketinggian > 1000 mdpl dan > 40 %, Menurut kesesuaian diperuntukkan untuk kawasan non budidaya seperti hutan lindung dan kawasan hutan produktif.
Sedangkan untuk kondisi eksisting dikembangkan sebagai hutan, sawah, tegalan/ ladang, semak belukar dan hutan. Memiliki kondisi terendah yakni pada ketinggian 0 – 1000m dan kemiringan 0 – 15 %, Menurut kesesuaian lahan baik untuk dikembangkan sebagai Kawasan budidaya (non pertanian) yang meliputi permukiman dan
perkotaan. Memiliki potensi sumber daya perkebunan swasta. Peta kesusaian lahan, dengan memperhitungkan keadaan tanah, kemiringan, curah hujan dan aspek lingkungan lainnya, cocok untuk Wilayah Lahan Usaha Terbatas sebagain besar Cilimus Memiliki potensi kerawanan bencana yang meliputi daerah rawan erosi dan rawan longsor, kerentanan terhadap gerakan tanah dan daerah rawan air. Cilimus daerah yang memiliki kepekaan tinggi terhadap erosi Memiliki bahan galian golongan C yang terdiri atas bahan galian industri dan bahan bangunan berupa batuan atau mineral, pasir (pasir sungai aktif, pasir sungai purba, dan pasir gunung), batu gunung, tanah urug, sirtu dan
batu gamping. dengan pertimbangan kondisi fisiografis kawasan, Cilimus memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap gerakan tanah, longsor selain karakteristik potensi sumberdaya bahan galian dan mineral ini yang un-renewable, maka kegiatan penambangan bahan galian pada beberapa lokasi kawasan bahan galian telah diupayakan dihentikan.
Penetapan Komoditi dan Produk Unggulan di Kabupaten Kuningan Berdasarkan Renstra Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan periode 2004-2008. Penetapan komoditi potensial, tersebut ditentukan berdasarkan; (1) kesesuaian lahan dan agroklimat, (2) potensi pasar, (3) keterkaitan dengan program pengembangan komoditi di masa lalu dan yang akan datang serta ,(4) daya dukung infrastruktur yang ada saat ini. Komoditi potensial yang akan diprioritaskan pengembangannya untuk Kecamatan Cilimus adalah Ubi Jalar, Bawang Daun, Bawang Merah, Salak Pondoh, Sapi Perah Domba, Ikan Gurame dan Ikan Mas. Sedangkan untuk produk unggulannya adalah Minyak Atsiri dan Pasta Ubi Jalar.
Komoditi lainnya di Kecamatan Cilimus yang cukup banyak dikembangkan oleh masayarakat seperti Ayam Ras, Jati, Melinjo dan Mangga. Semua komoditi tersebut layak juga dijadikan sebagai komoditi potensial untuk dikembangkan.
Khusus untuk Ayam Ras, walaupun dampak terhadap penyerapan tenaga kerja sangat sedikit, akan tetapi pengaruhnya terhadap agribisnis hulu seperti warung makanan dan restoran sangat besar, dan sumbangan dari jasa-jasa ini terhadap PDRB Kabupaten Kuningan sangat besar juga, dengan demikian peran pengembangan Ayam Ras sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Cilimus ini.
Keragaman industri di Kecamatan Cilimus: Terdapat sekitar 16 kelompok industri. Jumlah pelaku usaha yang bergerak di industri pertanian ini sebanyak 107 pelaku usaha. Total investasi yang telah ditanamkan pada usaha ini di Kecamatan Cilimus mencapai 2.76 Milyar, dan telah menyerap tenaga
kerja sebanyak 583 orang. Dari pelaku usaha yang ada sebagian besar (80,37 %) pelakunya bergerak di bidang usaha pembuatan tempe, tahu, bawang goreng kerupuk dan roti. Kecamatan Cilimus, terdapat industri dengan investasi yang relatif besar, yaitu Industri Aneka Minuman Dalam Kaleng (AMDK), Industri yang ada di Kecamatan Cilimus mempunyai dua corak, yaitu padat modal dan padat karya. Untuk melihat keterkaitan antara industri dengan produksi, dimana industri membutuhkan pasokan bahan baku, untuk industri Bawang Goreng, Tahu Tempe, Gula Merah Minyak Atsiri, Tepung Gaplek dan Tepung Jagung sebagian besar bahan baku
diperoleh dari luar Kecamatan Cilimus. Berdasarkan data dan fakta, bahwa Kecamatan Cilimus merupakan pangsa produksi terbesar untuk Ubi Jalar, kenyataan ini telah mengubah keputusan pengelola Industri Pasta Ubi Jalar, yaitu PT Galih Estetika, untuk mengalihkan pabriknya dari
Lebakwangi ke Kecamatan Cilimus. Hal ini juga terkait dengan daya dukung Kecamatan ini, terutama akses jalan yang dilalui jalan propinsi, sehingga arus distribusi barang menjadi lancar. Berdasarkan kesesuaian agroklimat dan keragaan produksi, komoditi-komoditi yang diusulkan untuk dikembangkan jika alternatif pilihannya adalah bahwa komoditi tersebut harus dikembangankan di satu kecamatan yang unggul dibandingkan dengan
lainnya adalah sebagai berikut: Kecamatan Cilimus akan lebih unggul jika dilakukan pengembangan pada komoditi Ubi Jalar, Bawang Merah, Petsai, Buncis, Kangkung, Vanili, Kapok, Melinjo, Bambu, Madu, Domba, Ikan Mas, Tawes, Mujair, Tambak, Gurame dan Nila.
Sebagai salah satu pusat utama pergerakan wilayah yang berperan sebagai pasar produk-produk pertanian dari sentra-sentra produksi, Kecamatan Cilimus ditopang oleh Kecamatan Jalaksana, sehingga erat kaitannya dengan pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan.
Kecamatan Cilimus mempunyai fasilitas ekonomi skala regional, Skala pelayanannya tingkat lokal kawasan sebagai pusat pusat pemasaran hasil pertanian penduduk sekitar. Adanya keterbatasan pemasaran dan teknologi, maka potensi tersebut sampai saat ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal, terutama oleh industri pasta ubi jalar setempat.
Terdapat fasilitas pengumpulan produk/komoditas hasil pertanian. Orientasi pasarnya adalah pasar regional/kota-kota besar seperti: Cirebon, Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya, bahkan melalui kota-kota ini produk olahan asal Kuningan seperti pasta, telah diekspor ke Jepang. Peluang pasarnya sangat potensial terutama untuk produk pasta dan hasil turunannya (bahan baku) cukup tersedia dengan masih luasnya dan belum optimalnya pemanfaatan lahan di wilayah ini.
Kecamatan Cilimus, memiliki potensi besar pada komoditi ubi jalar, produksi ubi jalar mengalami peningkatan setiap tahunnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2009, produks ubi jalar sebesar 104.833 Ton dengan luas tanam 5.704 Ha. Sarana dan prasarana wilayah penunjang sektor pertanian Kuningan meliputi tinjauan sarana dan prasarana dari aspek produksi, aspek pengolahan hasil dan pemasaran. Secara keseluruhan jumlah areal irigasi di kabupaten Kuningan tercatat sebanyak 20.086
hektar yang secara teknis terbagi atas irigasi tekhnis, setengah tekhnis, sederhana dan tadah hujan. Kecamatan Cilimus memiliki areal irigasi teknis yang paling luas diantara kecamatan lainnya yakni seluas 842 hektar. Merupakan sentra-sentra produksi beras yang menjadi lumbung beras bagi wilayah Kuningan
Sumber: Hasil Analisis 2010
306
Lanjutan Tabel V.1
D A S A R P E R T I M B A N G A N
CIA
WIG
EB
AN
G
Pusat di zona tengah dengan orientasi kegiatan pusat administrasi pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri rumah tangga dan pelayanan sosial, yang didukung pengembangan fungsi kawasan pertanian, perkebunan, perikanan industri kerajinan dan rumah tangga. Arahan fungsi SWP Ciawigebang ini adalah pengembangan kegiatan industri yang berorientasi kepada pengolahan hasil pertanian (agroindustri).
Termasuk Hirarki II, dimana Kota dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa, permukiman, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan beberapa kecamatan (sebagai pusat pertumbuhan wilayah pengembangan)
Kecamatan yang memiliki lahan persawahan terbesar di Kabupaten Kuningan dengan luas lahan sawah sebesar 2.041 hektar. Daerah Undiferentiated Vulkanik, yang sangat subur akibat pengaruh Gunung Ceremai. Peta kesusaian lahan, dengan memperhitungkan keadaan tanah, kemiringan, curah hujan dan aspek lingkungan lainnya, cocok untuk Wilayah Budidaya Lahan Basah, sebagain besar
Ciawigebang. Penetapan Komoditi dan Produk Unggulan di Kabupaten Kuningan Berdasarkan Renstra Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Renstra Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan
periode 2004-2008. Penetapan komoditi potensial, tersebut ditentukan berdasarkan; (1) kesesuaian lahan dan agroklimat, (2) potensi pasar, (3) keterkaitan dengan program pengembangan komoditi di masa lalu dan yang akan datang serta ,(4) daya dukung infrastruktur yang ada saat ini. Komoditi potensial yang ditetapkan untuk Kecamatan Ciawigebang adalah; Jagung, Bawang Merah, Sapi Potong, Domba, Ikan Gurame dan Ikan Nila. Sedangkan untuk produk unggulannya Bawang Goreng dan Sirop Jeruk Nipis.
Keragaman industri di Kecamatan Ciawigebang: Terdapat sekitar 16 kelompok industri. Jumlah pelaku usaha yang bergerak di industri pertanian ini sebanyak 113 pelaku usaha. Total investasi yang telah ditanamkan pada berbagai usaha di
Kecamatan Ciawigebang mencapai 1.96 Milyar, pelakunya bergerak di bidang usaha Bawang goreng, Tahu dan Tempe. Tenaga kerja yang terserap pada tiga kelompok industri ini relatif cukup banyak, yaitu sebanyak 53,29 %.
Melihat keterkaitan antara Industri dengan produksi yang dihasilkan di Kecamatan Ciawigebang, maka terlihat bahwa untuk industri Bawang Goreng, Tahu, Tempe, Gula Merah dan Tepung Jagung, bahan baku yang diperlukan berasal dari luar wilayah Ciawigebang. Kecamatan Ciawigebang melakukan ekspor antar kecamatan.
Kecamatan Ciawigebang wilayahnya sangat cocok untuk budidaya Bawang Merah. Kecamatan Ciawigebang juga sangat terkenal dengan daerah pembuat Sirop Jeruk Nipis. Total investasi dari industri ini sekitar 6% dari total investasi keseluruhan. Mengingat kondisi
wilayah, sampai saat ini bahan baku yang diperlukan masih impor dari Lampung, Sumatra sehingga kelangsungan industri ini sangat tergantung dengan kemampuan wilayah lain dalam memasok Jeruk Nipis.
Berdasarkan kesesuaian agroklimat dan keragaan produksi, komoditi-komoditi yang diusulkan untuk dikembangkan jika alternatif pilihannya adalah bahwa komoditi tersebut harus dikembangankan di satu kecamatan yang unggul dibandingkan dengan lainnya adalah sebagai berikut: Kecamatan Ciawigebang akan lebih unggul jika dikembangkan komoditi-komoditi sebagai berikut; Padi, Kacang Tanah, Ubi Kayu, Terung, Bayam, Buncis, Lengkuas, Kerbau, Ayam Ras, dan Itik.
Sebagai salah satu pusat utama pergerakan wilayah yang berperan sebagai pasar produk-produk pertanian dari sentra-sentra produksi, Kecamatan Ciawigebang ditopang oleh Kecamatan Garawangi, dan Kecamatan Lebakwangi, sehingga erat kaitannya dengan pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan.
Kecamatan Ciawi Gebang mempunyai fasilitas ekonomi skala regional, Skala pelayanannya tingkat lokal kawasan sebagai pusat pusat pemasaran hasil pertanian penduduk sekitar. Adanya keterbatasan pemasaran dan teknologi, maka potensi tersebut sampai saat ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal, terutama oleh industri pasta ubi jalar setempat.
Terdapat fasilitas pengumpulan produk/komoditas hasil pertanian. Orientasi pasarnya adalah pasar regional/kota-kota besar seperti: Cirebon, Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya, bahkan melalui kota-kota ini produk olahan asal Kuningan seperti pasta, telah diekspor ke Jepang. Peluang pasarnya sangat potensial terutama untuk produk pasta dan hasil turunannya (bahan baku) cukup tersedia dengan masih luasnya dan belum optimalnya pemanfaatan lahan di wilayah ini.
Sarana dan prasarana wilayah penunjang sektor pertanian Kuningan meliputi tinjauan sarana dan prasarana dari aspek produksi, aspek pengolahan hasil dan pemasaran. Secara keseluruhan jumlah areal irigasi di kabupaten Kuningan tercatat sebanyak 20.086 hektar yang secara teknis terbagi atas irigasi tekhnis, setengah tekhnis, sederhana dan tadah hujan. Kecamatan Ciawigebang, memiliki fasilitas memiliki areal irigasi yang luas.
Sumber: Hasil Analisis 2010
307
Dengan teridentifikasinya kelima sektor unggulan tersebut dan juga
penetapan lima (5) wilayah yang berpotensi sebagai pengembangan di Kabupaten
Kuningan berdasarkan pertimbangan yaitu Kecamatan Kuningan, Kecamatan
Cilimus, Kecamatan Kadugede, Kecamatan Ciawigebang, dan Kecamatan
Luragung, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan identifikasi awal dalam
pengembangan ekonomi wilayah dan dapat pula dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Kuningan dalam perencanaan,
perumusan kebijakan dan strategi pembangunan daerah, serta mendorong
berkembangnya minat untuk dilakukannya penelitian yang lebih mendalam
terhadap perekonomian regional Kabupaten Kuningan, sehingga dapat serta
terciptanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kuningan.
5.2 Rekomendasi Pengembangan
Berdasarkan hasil analisis pembahasan dan kesimpulan tersebut diatas,
maka dalam rangka pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dalam rangka pencapaian tujuan pengembangan wilayah Kabupaten
Kuningan untuk mengejar ketertinggalannya dari wilayah-wilayah lain di
Kabupaten Kuningan, maka kebijaksanaan pengembangan wilayah Kabupaten
Kuningan harus diarahkan dan memusatkan perhatian kepada pengembangan
wilayah dan pemanfaatan sektor-sektor ekonomi unggulan yang telah
diidentifikasi, yaitu
Sektor Perdagangan, hotel dan restauran.
Sektor Jasa-Jasa
Sektor Industri Pengolahan
Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
1. Kelima sektor unggulan yang telah teridentifikasi dapat lebih dioptimalkan
dengan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.
2. Pembangunan industri diarahkan kepada menumbuhkan-kembangkan industri
kecil/home industri berbahan baku lokal, mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak-banyaknya sehingga industri akan menjadi salah satu kekuatan
308
ekonomi daerah, berkembangnya industri perdesaan; pengembangan produk
unggulan barang dan jasa; peningkatan kemitraan antara industri besar,
industri menengah dan industri kecil; serta keterkaitan industri dengan sektor
ekonomi lainnya.
3. Kelima sektor ekonomi unggulan tersebut, dalam implementasinya
pengembangannya, maka harus pula memperhatikan dan mengembangkan
sektor-sektor lain yang terkait erat ketertinggalannya sektor ekonomi unggulan
tersebut, baik yang memiliki keterkaitan kebelakang, yaitu sektor-sektor yang
menyediakan masukan-masukan maupun yang memiliki keterkaitan ke depan,
yaitu sektor-sektor yang akan memanfaatkan lebih lanjut produk-produk atau
keluaran dari ketertinggalannya sektor unggulan tersebut. Sementara itu bagi
masing-masing Kecamatan di Kabupaten Kuningan, kebijaksanaan
pengembangan wilayah sebaiknya juga diarahkan dan diprioritaskan kepada
pengembangan dan pemanfaatan sektor-sektor ekonomi unggulan yang telah
diidentifikasikan serta memiliki kesesuaian atau dapat bersahabat dengan
kondisi fisik lingkungan alam Kabupaten Kuningan, sehingga akan mampu
menjadi penggerak pertumbuhan dan pengembangan di masing-masing
Kecamatan.
5.3 Keterbatasan Studi
Dalam penelitian ini, ada beberapa kelemahan studi baik kelemahan asumsi,
analisis maupun perhitungan. Hal ini terkait dengan keterbatasan data, teknik, dan
metode yang digunakan dalam penelitian. Keterbatasan penelitian ini antara lain:
Studi ini mengasumsikan wilayah yang dianalisis sebagai wilayah tertutup
(closed region) padahal dilihat pada kenyataannya tidak demikian;
Studi ini mengasumsikan pola perekonomian seperti pola permintaan
penduduk, produksi, dan produktivitas tenaga kerja di wilayah studi sama
dengan pola perekonomian di tingkat nasional (bersifat homogen) padahal
pada kenyataanya pola perekonomian di setiap daerah berbeda-beda;
Studi ini dilakukan hanya pada level sektoral yang hasilnya tidak seratus
persen menggambarkan kinerja subsektor ataupun komoditi yang ada dalam
sektor tersebut;
309
Hasil perhitungan dari analisis Tipologi Klassen, Location Quotient, Shift-
Share , Input-Output, dan Optimasi menggunakan Analisis Program Linier
bergantung kepada variabel yang digunakan, jangka waktu dan tahun yang
dipilih, wilayah yang dijadikan acuan, dan kualitas data yang tersedia
sehingga hasil perhitungannya belum tentu menggambarkan keadaan yang
sebenarnya di kabupaten Kuningan, selain itu hasil studi ini masih bersifat
kasar karena hanya di dasarkan pada data sekunder;
Data yang digunakan dalam analisis Input-Output adalah data transaksi
domestik pada Tabel Input-Output Jawa Barat 2003 yang diturunkan menjadi
Tabel Input-Output Kabupaten Kuningan 2007/2008 sehingga terdapat
ketidakakuratan dikarenakan perkembangan yang mungkin saja terjadi dalam
kurun waktu tersebut sampai saat penelitian ini dilakukan; dan
Faktor hubungan eksternal dan persaingan dengan wilayah lain dalam lingkup
Provinsi Jawa Barat hanya didasarkan pada analisis Tipologi Klassen,
Location Quotient, dan Shift-Share, Input-Output dan Linier Program,
padahal banyak faktor lain yang mempengaruhi persaingan antara wilayah.
5.4 Usulan Studi Lanjutan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk kesempurnaan
penelitian dan memperoleh hasil penelitian yang tepat, perlu dilakukan penelitian-
penelitian lanjutan yang diharapkan mampu melengkapi pemahaman akan sektor-
sektor unggulan Kabupaten Kuningan. Oleh karena itu, penulis mengusulkan studi
lanjutan yaitu:
Mengidentifikasi sektor ekonomi unggulan berdasarkan metode survei
lapangan terutama pada aspek pemasaran, teknologi produksi, ketersediaan
tenaga kerja terampil yang relevan dengan kegiatan yang bersangkutan, jadi
studi lanjutan tersebut lebih menekankan pada survei data primer.
Diperlukan studi untuk mengetahui pengaruh peningkatan aksesibilitas dari
Kabupaten kuningan ke wilayah lain ataupun sebaliknya terhadap pergerakan
orang maupun barang dari dan di ke Kabupaten Kuningan (seperti adanya
pembangunan bandar udara di majalengka.
Diperlukan studi lanjutan yang mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi
unggulan sampai pada tingkat subsektor dan komoditas.
310
Untuk mengetahui keterkaitan antarsektor di kabupaten Kuningan, perlu
dilakukan studi untuk menghasilkan tabel transaksi Input-Output khusus untuk
Kabupaten Kuningan, bukan diturunkan dari Provinsi Jawa Barat.
311
Daftar Isi
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................................. 300 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 300 5.2 Rekomendasi Pengembangan ........................................................... 307 5.3 Keterbatasan Studi............................................................................ 308 5.4 Usulan Studi Lanjutan ...................................................................... 309
Tabel V. 1 Dasar Pertimbangan Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Kuningan.. 303