bab 5 investasi ppk di wilayah kajian

39
INVESTASI PULAU-PULAU KECIL DI WILAYAH STUDI BAB 5 5.1 PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU NIPAH, KOTA BATAM 5.1.1 Pelaksanaan Investasi di Kota Batam Pelaksanaan investasi di Kota Batam yang terkait dengan pengembangan investasi di pulau-pulau kecil ditemui pada sektor perikanan, kelautan dan pertanian. Investasi tersebut harus memenuhi persyaratan untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut : 1. Usaha Penangkapan Ikan, Usaha Pengangkutan Ikan, Surat Izin Penangkapan Ikan, Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI), Surat Izin Kapal Penangkapan dan Pengangkutan Ikan (SIKPPI). a. Mengisi Form Permohonan IUP b. Foto copy KTP sebanyak 2 lembar c. Foto copy NPWP bagi perusahaan d. Pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 2 lembar e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum bagi perusahaan f. Rencana Usaha bagi Perusahaan g. Surat Pas Kecil Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 1

Upload: abu-hafidharwan-ciomas

Post on 30-Jun-2015

250 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

INVESTASI

PULAU-PULAU KECIL DI

WILAYAH STUDI BAB 5

5.1 PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU NIPAH, KOTA BATAM

5.1.1 Pelaksanaan Investasi di Kota Batam

Pelaksanaan investasi di Kota Batam yang terkait dengan pengembangan

investasi di pulau-pulau kecil ditemui pada sektor perikanan, kelautan dan

pertanian. Investasi tersebut harus memenuhi persyaratan untuk masing-

masing kegiatan sebagai berikut :

1. Usaha Penangkapan Ikan, Usaha Pengangkutan Ikan, Surat Izin

Penangkapan Ikan, Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin

Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI), Surat Izin Kapal Penangkapan dan

Pengangkutan Ikan (SIKPPI).

a. Mengisi Form Permohonan IUP

b. Foto copy KTP sebanyak 2 lembar

c. Foto copy NPWP bagi perusahaan

d. Pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 2 lembar

e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum bagi perusahaan

f. Rencana Usaha bagi Perusahaan

g. Surat Pas Kecil

h. Surat Sertifikat Kesempurnaan Kapal

2. Usaha Budidaya Air Laut, Usaha Budidaya Air Tawar, Usaha Budidaya

Tambak, Usaha Penangkaran Ikan.

a. Mengisi Form Permohonan IUP

b. Foto copy KTP sebabyak 2 lembar

c. Foto copy NPWP bagi perusahaan

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 1

Page 2: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

d. Pas foto ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar

e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum Bagi perusahaan

f. Rencana Usaha bagi perusahaan

g. Izin domisili dari kecamatan

h. Site Plan bagi perusahaan

i. Bersedia dilakukan survei lapangan

3. Usaha Pemasaran Ikan, Usaha Pengelolaan Ikan, Usaha

Pengumpulan Dan Pengecer Ikan, Usaha Pabrik Es, Cold Storage

Ikan, Usaha Pengepakan Komoditi Perikanan

a. Mengisi Form Permohonan IUP

b. Foto copy KTP sebabyak 2 lembar

c. Foto copy NPWP bagi perusahaan

d. Pas foto ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar

e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum Bagi perusahaan

f. Rencana Usaha bagi perusahaan

g. Izin domisili dari kecamatan

h. Site Plan bagi perusahaan

i. Bersedia dilakukan survei lapangan

4. Hatchery (Panti Pembenihan) Skala Perusahaan Perikanan, Hatchery

(Panti Pembenihan) Skala Rumah Tangga (HSRT)

a. Mengisi Form Permohonan IUP

b. Foto copy KTP sebanyak 2 lembar

c. Foto copy NPWP bagi perusahaan

d. Pas foto ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar

e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum Bagi perusahaan

f. Rencana Usaha bagi perusahaan

g. Izin domisili dari kecamatan

h. Site Plan bagi perusahaan

i. Bersedia dilakukan survei lapangan

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 2

Page 3: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

A. Syarat Pengembangan Kegiatan :

1. Tanda Pencataan Kegiatan Perikanan (TPKP)

a. Fotocopy KTP 2 lembar

b. Pas foto 2 x 3 lembar

c. Surat Keterangan dari RT/RW

2. Surat Keterangan Produk Perikanan (SKPP) atau Surat Keterangan

Asal (SKA)

a. Data kapal

b. Data muatan (jenis ikan dan berat muatan)

c. Data pengirim dan penerima

3. Surat Log Book Perikanan (LBP) dan surat Laik

Operasi (SLO)

a. Untuk : Penagkapan, Pengangkutan

b. Foto copy Dokumen Kapal (SIUP, SIPI dan SIKPI)

c. Siap di cek kondisi kapal

4. Rekomendasi SIUP (SIKPI dan Sipi) untuk tingkat

propinsi

a. Mengisi Form Permohonan SIUP Prov.

b. Foto copy KTP 2 lembar

c. Pas foto 4 x 6 cm latar biru 2 lembar

d. Materai 2 lembar

e. Foto copy Dokumen kapal (Akte Perusahaan, Surat Ukur, Pas

Tahunan dan Sertifikat Kelaikan

f. Cek Fisik Kapal

5. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Bidang

Peternakan

a. Formulir Permohonan

b. Foto copy KTP

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 3

Page 4: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

c. Foto copy SIUP

d. Foto copy Surat Domisili dari Camat

e. Pas foto 3 x 4 cm 2 lembar

6. Surat Tanda Pendaftaran Penjualan Daging

a. Formulir Permohonan

b. Foto copy KTP

c. Foto copy SIUP

d. Foto copy Surat Domisili dari Camat

e. Pas foto 3 x 4 cm 2 lembar

7. Rekomendasi Pemasukan Daging Unggas Beku

(Ayam, Itik, dan Merpati)

a. Formulir Permohonan

b. Foto copy KTP

c. Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dinas (daerah) yang

mengeluarkan

d. Surat Pemeriksaan Laboratorium veteriner (Bebas penyakit unggas

menular terutama AT)

e. Surat dari Karantina Hewan setempat (daerah yang mengeluarkan

sebagai laporan ke DKP2)

8. Rekomendasi Pemasukan Hewan

Kesayangan/Burung Kicau

a. Formulir Permohonan

b. Foto copy KTP

c. Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan yang

mengeluarkan

d. Surat dari Karantina Hewan setemjpat (daerah yang mengeluarkan

sebagai laporan ke DKP2)

9. Rekomendasi Pemasukan Doc Broiler/Layer (Final

Stock/Parent Stock)

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 4

Page 5: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

a. Formulir Permohonan

b. Foto copy KTP

c. Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan

setempat yang mengeluarkan

d. Surat Pemeriksaan Laboratorium veteriner (Bebas penyakit unggas

menular terutama A1)

10. Surat Kesehatan Hewan, Buah dan Hibah

a. Formulir Permohonan

b. Foto copy KTP

c. Pemeriksaan Hewan/ Ternak/ BAH oleh dokter Hewan Berwenang

Pemeriksaan Laboratorium Veteriner (jika diperlukan)

11. Izin Hak Pemanfaatan Hutan Lainnya (Arang

Bakau)

a. Surat Permohonan

b. Foto copy KTP

c. Pas foto ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar

d. Realisasi Produksi Arang tahun lalu

e. Surat Pernyataan sanggup melaksanakan ketentuan-ketentuan

Bidang Kehutanan

f. Realisasi Peredaran Arang Bakau

g. Berita Acara Survei Lapangan

h. Berita Acara Pelaksanaan Penanaman

12. Izin Tempat Penimbunan Hasil

a. Surat Permohonan

b. Foto copy SIUP/TDP/SITU

c. Pas foto 4 x 6 sebanyak 3 lembar

13. Rekomendasi Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan

a. Foto copy KTP

b. Foto copy SIUP/TDP/SITU

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 5

Page 6: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

c. Izin Domisili dari Camat

d. Pas foto 4 x 6 sebanyak 3 lembar

e. Peta Lokasi

B. Prosedur Pembuatan Izin

1. Perizinan Usaha Kehutanan

a. Pemohon mengisi form permohonan perizinan yang diambil di loket

OSS secara lengkap

b. Pemohon menyiapkan kelengkapan persayaratan sesuai dengan

kegiatan jenis izin yang diajukan

c. Petugas OSS mengecek kelengkapan administrasi persyaratan

permohonan berupa form permohonan, dokumen administrasi, dan

teknis.

d. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan

untuk diproses dan diserahkan kepada dinas KP2 untuk proses

selanjutnya

e. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan teknis

f. Survei lapangan kemudian membuat berita acara survey lapangan

g. Proses selanjutnya adalah pencetakan izin

h. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas

OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon

i. Pemohon mengambil surat izin setelah menandatangani buku

tanda terima.

2. Perizinan Perusahaan Perikanan

a. Pemohon mengisi form permohonan perizinan yang diambil di loket

OSS secara lengkap

b. Pemohon menyiapkan kelengkapan persyaratan sesuai dengan

kegiatan/jenis izin yang diajukan.

c. Petugas OSS yang mengecek kelengkapan administrasi

persyaratan permohonan berupa form permohonan, dokumen

administrasi dan teknis.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 6

Page 7: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

d. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan

untuk diproses dan diserahkan kepada dinas KP2 untuk proses

selanjutnya

e. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan teknis

f. Melakukan peninjauan lapangan dan selanjutnya membuat berita

acara peninjauan lapangan

g. Proses selanjutnya adalah pencetakan izin.

h. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas

OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon

i. Pemohon mengambil surat izin setelah menandatangani buku

tanda terima

3. Perizinan Usaha Peternakan

a. Pemohon mengisi form permohonan perizinan yang diambil di loket

OSS secara lengkap

b. Pemohon menyiapkan kelengkapan persyaratan sesuai dengan

kegiatan jenis izin yang diajukan

c. Petugas OSS yang mengecek kelengkapan administrasi

persyaratan permohonan berupa form permohonan, dokumen

administrasi dan teknis

d. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan

untuk diproses dan diserahkan kepada dinas KP2 untuk proses

selanjutnya

e. Pemeriksaan kelengkapan teknis oleh dinas KP2. Jika tidak

lengkap, maka akan dikembalikan kepada OSS.

f. Jika lengkap maka akan dilakukan proses peninjauan lapangan

g. Jika rapat teknis memutuskan untuk tidak mengeluarkan surat izin,

maka akan dibuatkan dokumen penolakan. Jika disetujui maka

akan diterbitkan Surat TPKP dan Rekomendasi.

h. Surat TPKP dan rekomendasi yang telah ditandatangani

dikembalikan kepada petugas OSS untuk kemudian diserahkan

kepada pemohon.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 7

Page 8: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

i. Pemohon mengambil surat TPKP dan rekomendasi setelah

menandatangani buku tanda terima

C. Jangka Waktu Penertiban Izin

1. Perizinan Usaha Kehutanan

Surat Izin selesai dalam waktu 6 hari

2. Perizinan Usaha Perikanan

Surat Izin selesai dalam waktu 6 hari

3. Perizinan Usaha Peternakan

Surat Izin selesai dalam waktu 6 hari

5.1.2 Pelaksanaan Investasi di Pulau Nipa

Kewenangan pengelolaan Pulau Nipa adalah merupakan kewenangan

Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan karena Pulau Nipa merupakan

pulau terluar dari NKRI, dimana pulau ini adalah merupakan beranda

depan dari negara dan mempunyai fungsi strategis dalam bidang

pertahanan dan keamanan. Sampai saat ini belum ada investasi yang

masuk ke pulau ini. Adapun kebijakan pemerintah untuk menyiapkan agar

Pulau Nipa ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, Pemerintah Pusat

melakukan reklamasi untuk mempersiapkan pulau sesuai dengan konsep

rencana tata ruang yang telah dibuat.

Oleh karena pulau ini merupakan kewenangan pusat dalam

pengelolaannya, maka pelaksanaan dan prosedur investasi untuk para

investor yang berlaku di pulau ini adalah mekanisme dan prosedur

investasi yang di keluarkan oleh BKPM. Investor dalam pengajuan

investasi untuk pulau ini harus dilakukan di pusat dengan diketahui oleh

pemerintah daerah.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 8

Page 9: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Tabel 5.1 Standar Operasional Prosedur Perizinan

URAIAN PEMOHON LOKET OSS DINAS INDAQ BAPEDAKO

1. Pemohon mengisi form pemohonan perizinan yang diambil diloket OSS secara lengkap

2. Pemohon menyiapkan kelengkapan administrasi, dokumen teknis dan dokumen tambahan (jika diperlukan)

3. Petugas OSS mengecek status perizinan (baru, perubahan, pergantian atau hilang)serta mengecek kelengkapan pengisian form dan dokumen adm, teknis dan tambahan. Jika lengkap dibuat tanda pengembalian ke pemohon

4. Jika lengkap petugas OSS menyerahkan ke dinas indag untuk di proses

5. Petugas indag akan mengecek kembali kelengkapan dokumen yang masuk. Jika Tidak lengkap akan dikembalikan ke loket OSS.

6. Jika dokumen lengkap, maka akan dicek apakah memerlukan Advice Planning, jika tidak maka akan dilanjutkan proses dan jika memerlukan maka akan disampaikan surat permohonan dan dokumen pendukung untuk

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 9

Pengisian FormPendaftaran

Penyiapan Kelengkapan

Doc TeknisDoc Adm

Tanda Bukti Pengembalian

Dokumen

Tanda Bukti Penerimaan Doc

Tanda Bukti Serah Terima

Pengembalian

Tanda Terima

Surat Izin

Percetakan Bukti Penerimaaan

Bukti Penerimaan Dokumen

Pembuatan Bukti Pengembalian Doc

Percetakan Bukti Pengembalian Doc

Tanda Bukti Penerimaan Doc

Pendaftaran

Kelengkapan

Administrasi

Pembuatan Bukti Penerimaan Doc

Bukti Serah Terima Pengembalian

Tanda Terima

Pembuatan Bukti Serah Terima

Dokumen Perijinan

Bukti Penerimaan Dokumen

Surat Izin

Surat Izin

Bukti Penerimaan Dokumen

Pemeriksaan Dokumen dan Peruntukkan

Penerimaan Surat

Doc Adm

Surat Permintaan Advice Planning

Disetujui

Surat Persetujuan Advice Planning

Doc Teknis

Surat Penolakan Advice Planning

Doc Adm Bukti Penerimaan Dokumen

Doc Teknis Surat Permohonan

Pemeriksaan Dokumen

Butuh Advice

Planning

Pencatatan Berkas Masuk

BA hasil Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan

Disetujui ?

Surat untuk melengkapi atau

penolakan

Pembuatan surat pendekatan/melengkapi dan

pengembalian berkas

Peninjauan Lapangan dan

Penilaian Investasi

Input Data Data

Pembuatan Surat permohonan Advice

Planning

Surat Permohonan Advice Planning

Pemeriksaan Doc Perijinan

Penandatanganan Dokumen Perijinan

Orang

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Orang

Tidak

Ya

1 Hari 1 Hari

Ya

Tidak 1 Hari

1 Hari

1 Hari

Ya

Tidak

1 Hari

1 Hari

1 Hari

1 Hari

Tidak

Ya

1. Copy doc Perijinan2. Doc. Adm3. Doc. Teknis

Page 10: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

mendapatkan advice planning dari BAPEDAKO

7. BAPEDAKO menerima surat permohonan advice planning dan dokumen pendukung dari dinas Indag

8. Jika sesuai dengan RTRW maka BAPEDAKO akan mengeluarkan surat advice planning dan disampaikan ke dinas Indag untuk diproses lebih lanjut, jika tidak maka akan dikeluarkan surat penolakan

9. Tim teknis akan turun mengecek secara langsung ke perusahaan pemohon dan melakukan penilaian, jika diterima maka akan diproses, jika tidak akan dikembalikan ke loket OSS sesuai administrasi

10. Proses penerbitan izin11. Penandatanganan

dokumen perizinan oleh Ka Dinas yang sebelumnya telah diparaf oleh kaSi dan kaBid

12. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon

13. Pemohon mengambil surat izin setelah menandatangani buku tanda terima diserahkan ke OSS

Surat Izin selesai dalam waktu 7 – 10 Hari

Tabel 5.2 Standar Operasional Prosedur Perizinan Usaha Kehutanan

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 10

Page 11: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

URAIAN PEMOHON LOKET OSS DINAS KP2

1. Pemohonan mengisi form pemohonan perizinan yang diambil di loket OSS secara lengkap.

2. Pemohon menyiapkan kelengkapan persyaratan sesuai dengan kegiatan jenis izin yang diajukan.

3. Petugas OSS mengecek kelengkapan administrasi persyaratan pemohonan berupa form pemohonan, dokumen adm, dan teknis.

4. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan untuk diproses dan diserahkan kepada Dinas KP2 untuk proses selanjutnya.

5. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan teknis.

6. Survei lapangan kemudian membuat Berita Acara Survei Lapangan.

7. Proses selanjutnya adalah pencetakan izin.

8. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon.

9. Pemohon mengambil Surat Izin setelah menandatangani buku tanda terima.

Surat Izin selesai dalam waktu 6 Hari.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 11

Dokumen Administrasi

Blanko Form Pendaftaran

Tanda Terima

Surat Izin

Tanda Terima

Doc Adm

Apakah DIsetujui?

Penerimaan Dokumen

Doc Adm

Doc Teknis

1 Hari

1

Pengisian Form Pendaftaran

Penyiapan Kelengkapan

Dokumen

Tanda Terima Pengembalian

Dokumen

Tanda Terima Penerimaan

Dokumen

Tanda Terima

Pendaftaran

Kelengkapakapan Administrasi

Tanda Terima

Pembuatan Tanda Terima

Penolakan Dokumen

Tanda Terima

Pembuatan Tanda Terima

Surat Penolakan

Pembuatan Bukti Tanda Terima Dokumen untuk di

Proses

Tanda Bukti Penolakan Dokumen

Surat Izin

Forum Pendaftaran

Pembuatan Tanda Bukti Penolakan Dokumen

Tanda Bukti Penolakan Dokumen

Surat IzinPenerbitan Surat Izin

Berite Acara Survei Lapangan

Berita Acara Survei Lapangan

Survei Lapangan Kelengka

pan Teknis

1 Hari7

Tidak

Ya2

Hari

Tidak

Ya

81Harii

Hari

9

3

4

56

2

Tidak

Page 12: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Tabel 5.3 Standar Operasional Prosedur Perizinan Usaha Perikanan

URAIAN PEMOHON LOKET OSS DINAS KP2

1. Pemohonan mengisi form pemohonan perizinan yang diambil di loket OSS secara lengkap.

2. Pemohon menyiapkan kelengkapan persyaratan sesuai dengan kegiatan jenis izin yang diajukan.

3. Petugas OSS mengecek kelengkapan administrasi persyaratan permohonan berupa form permohonan, dokumen adm, dan teknis.

4. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan untuk diproses dan diserahkan kepada Dinas KP2 untuk proses selanjutnya.

5. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan teknis.

6. Melakukan Peninjauan Lapangan dan selanjutnya membuat Berita Acara Peninjauan Lapangan.

7. Proses selanjutnya adalah pencetakan izin.

8. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon.

9. Pemohon mengambil Surat Izin setelah menandatangani buku tanda

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 12

Dokumen Administrasi

Blanko Form Pendaftaran

Tanda Terima

Surat Izin

Tanda Terima

Doc Adm

Apakah DIsetujui?

Penerimaan Dokumen

Doc Adm

Doc Teknis

1 Hari

1

Pengisian Form Pendaftaran

Penyiapan Kelengkapan

Dokumen

Tanda Terima Pengembalian

Dokumen

Tanda Terima Penerimaan

Dokumen

Tanda Terima

Pendaftaran

Kelengkapakapan Administrasi

Tanda Terima

Pembuatan Tanda Terima

Penolakan Dokumen

Tanda Terima

Pembuatan Tanda Terima

Surat Penolakan

Pembuatan Bukti Tanda Terima Dokumen untuk di

Proses

Tanda Bukti Penolakan Dokumen

Surat Izin

Forum Pendaftaran

Pembuatan Tanda Bukti Penolakan Dokumen

Tanda Bukti Penolakan Dokumen

Surat IzinPenerbitan Surat Izin

Berita Acara Peninjauan Lapangan

Berita Acara Peninjauan Lapangan

Peninjauan Lapangan

Kelengkapan

Teknis

1 Hari7

Tidak

Ya

Tidak

Ya

81Harii

Hari

9

3

4

5 62

Tidak

Ya

1 Hari

2 Hari

Page 13: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

terima (6 Hari)

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 13

Page 14: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

5.2 PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU GEBE, KABUPATEN

HALMAHERA TENGAH

5.2.1 Pelaksanaan Investasi di Kabupaten Halmahera Tengah

Pelaksanaan investasi di Kabupaten Halmahera Tengah yang terkait dengan

pengembangan investasi di pulau-pulau kecil ditemui pada sektor perikanan

dan pertambangan adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah No. 15 Tahun 2003

tentang Perizinan Usaha Perikanan

Peraturan daerah tentang perizinan usaha perikanan meliputi jenis usaha

perikanan yakni Usaha Penangkapan Ikan dan Usaha Pembudidayaan

Ikan. Usaha pembudidayaan ikan meliputi jenis kegiatan diantaranya

pembudidayaan ikan di air tawar, pembudidayaan ikan di air payau,

pembudidayaan ikan di laut, kegiatan penampungan hasil perikanan dan

kegiatan pengangkutan hasil perikanan.

Kegiatan usaha perikanan hanya boleh dilakukan oleh perorangan warga

negara RI atau Badan Hukum Indonesia termasuk Koperasi. Dalam

melakukan usaha perikanan tidak dibenarkan : (a) menentang hukum

adat dan kebiasaan setempat sepanjang hukum adat dan kebiasaan

tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku (b)

menggunakan alat penangkapan ikan yang dilarang penggunaannya

sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, (c) menangkap

ikan atau hasil perairan lainnya yang dilarang untuk dimanfaatkan sesuai

peraturan yang berlaku dan (d) menggunakan bahan atau alat-alat

perikanan yang dapat merusak sumber hayati perikanan dan lingkungan

hidup.

Syarat pemegang Ijin Usaha Perikanan :

- Rencana usaha

- Ijin lokasi dari pemerintah daerah

- Kartu Tanda Penduduk

- Kapal perikanan yang digunakan harus dilengkapi dengan

Surat Penangkapan Ikan (SPI)

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 14

Page 15: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Syarat-Syarat Surat Penangkapan Ikan (SPI) :

- Telah memiliki Izin usaha perikanan

- Menyampaikan Tanda Pendaftaran Kapal

- Menyampaikan Surat Ukur Kapal

- Menyampaikan Sertifikat Kesempurnaan

Izin usaha perikanan dan Surat penangkapan ikan untuk ruang lingkup

penangkapan ikan atas wilayah perairan daerah yang berdomisili di

wilayah Kabupaten, yang menggunakan kapal perikanan tidak bermotor,

kapal perikanan bermotor luar dan kapal perikanan bermotor dalam yang

berukuran tidak lebih dari 10 GT dan atau mesinnya berkekuatan tidak

lebih dari 30 Daya Kuda dan berpangkalan berkekuatan administrasinya

serta tidak menggunakan modal dan atau tenaga asing.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah No. 05 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum.

Ruang lingkup pengelolaan usaha pertambangan umum meliputi :

pencadangan dan penetapan wilayah usaha pertambangan, pemberian

kuasa pertambangan, pemberian perizinan pertambangan rakyat,

pelaksanaan perjanjian kerjasama usaha pertambangan dalam bentuk

kontrak karya (KK) dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan

batubara (PKP2B), pengevaluasian dan pelaporan kegiatan, pembinaan

dan pengawasan, pemberian rekomendasi, penetapan tata cara

pelaksanaan izin pertambangan umum di daerah dan wilayah laut sampai

dengan 4 mil dan pengelolaan informasi geologi, potensi bahan galian

dan informasi pertambangan umum di daerah.

Usaha pertambangan umum dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan

Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya

Pengusahaan Pertambangan Batu Bara dari Kepala Daerah. Usaha

pertambangan umum dapat diberikan kepada perusahaan negara,

perusahaan daerah, koperasi, perusahaan swasta nasional dan perorangan.

Selain berupa Kuasa Pertambangan, investasi bidang pertambangan juga

dapat dilakukan dalam bentuk Kontrak Karya (KK). Kontrak Karya adalah

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 15

Page 16: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

perjanjian antara pemerintah dan atau pemerintah daerah dengan perseroan

terbatas berbadan hukum Indonesia.

Usaha pertambangan umum dikelompokan atas enam golongan :

Pertambangan logam

Pertambangan mineral non logam

Pertambangan Batu bara, gambut dan Batumen Padat

Pertambangan Panas Bumi

Pertambangan Air Bawah Tanah

Pertambangan Mineral Industri

Tata cara memperoleh kuasa pertambangan :

Mengajukan permohonan tertulis ditujukan ke Kepala Daerah

melalui Kepala Dinas Pertambngan dan Energi

Melampirkan syarat yang ditetapkan

Syarat ditetapkan oleh kepala daerah sesuai undang-undang

yang berlaku.

Wajib menyetor uang jaminan kesanggupan

Uang jaminan kesanggupan berdasarkan luas wilayah kuasa

pertambangan penyelidikan umum dan atau Kuasa

Pertambangan eksplorasi.

Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu wilayah kuasa pertambangan

(KP) penyelidikan umum maksimal 5000 (lima ribu) hektar. Luas wilayah yang

dapat diberikan untuk satu wilayah kuasa pertambangan (KP) ekspolarasi

maksimal 2000 (dua ribu) hektar. Luas wilayah yang dapat diberikan untuk

satu wilayah kuasa pertambangan (KP) eksploitasi maksimal 1000 (seribu)

hektar dan Luas wilayah yang dapat diberikan untuk Kontrak Karya dan

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) diatur

sesuai dengan Perjanjian/Kontrak.

5.2.2 Pelaksanaan Investasi Pulau Gebe

Sampai tahun 2004, investasi terbesar yang ada di P. Gebe adalah usaha

pertambangan nikel yang dilakukan oleh PT. Aneka Tambang Tbk. Melalui PT.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 16

Page 17: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Weda Bay Nickel, usaha pertambangan nikel ini dilakukan berdasarkan

kontrak karya, bukan kuasa pertambangan.

Setelah penutupan usaha pertambangan, wilayah P. Gebe direncanakan

untuk dijadikan kawasan industri perikanan. Namun, belum ada investor yang

sudah mendapatkan persetujuan untuk mengembangkan kawasan tersebut.

5.3PELAKSANAAN INVESTASI DI KEPULAUAN BUNAKEN, KOTA

MANADO

5.3.1 Pelaksanaan Investasi di Kota Manado

Dalam mewujudkan Sulawesi Utara sebagai daerah tujuan investasi utama di

Kawasan Timur Indonesia, maka Provinsi Sulawesi Utara telah mulai

mengadopsi sistem Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan

Keppres 29 Tahun 2004. Untuk mengaplikasikan sistem tersebut, Pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara telah mulai menyiapkan perangkat-perangkat yang

diperlukan, salah satunya adalah dengan membentuk Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Pelayanan Perizinan Satu Atap berdasarkan Peraturan Gubernur

Sulawesi Utara Nomor 28 Tahun 2005. Lembaga ini berfungsi sebagai wadah

koordinasi instansi-instansi pemerintah terkait dalam memberikan pelayanan

perizinan kepada para investor baik dalam negeri maupun asing.

Dalam menjalankan tugasnya secara teknis, UPT Pelayanan Perizinan Satu

Atap difasilitasi dengan bangunan sendiri, di mana terdapat perwakilan

masing-masing instansi teknis pemerintah yang berwenang dalam

memberikan perizinan. Dengan demikian, diharapkan pelayanan akan

semakin cepat dan memudahkan para investor dalam mengurus perizinan.

Meskipun demikian, hingga tahun 2007 ini sistem pelayanan terpadu satu atap

ini belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena belum efektifnya

Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 28 Tahun 2005 tersebut.

Beberapa instansi teknis masih enggan untuk bergabung dan masih

memberikan perizinan secara parsial. Dengan kata lain, UPT Pelayanan

Perizinan Satu Atap belum memiliki kewenangan yang penuh dalam hal

memberikan pelayanan perizinan secara terpadu.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 17

Page 18: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Untuk mensosialisasikan sistem sistem tersebut, Badan Koordinasi

Penanaman Modal dan Kerjasama Regional telah menyusun profil Pelayanan

Perizinan Terpadu Satu Pintu yang dapat diakses oleh berbagai pihak.

Kelompok pelaku usaha dan investor yang mendapatkan pelayanan dan

rekomendasi dari Unit Pelayanan Perizinan Satu Atap adalah :

1. Kelompok Fasilitas; yang menggunakan fasilitas dari pemerintah seperti

bea masuk, PPN, pertanahan, insentif dan mudahan lainnya.

Perizinannya diterbitkan oleh Institusi Penanaman Modal di tingkat

pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

2. Kelompok Non Fasilitas; yang tidak memanfaatkan fasilitas dari

pemerintah. Perizinan diterbitkan oleh Departemen Teknis di tingkat

pusat dan provinsi.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 18

Page 19: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Prosedur perizinan pada UPT Pelayanan Perizinan Satu Atap

1. Kelompok Fasilitas

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 19

Pemohon/ Investor

Persetujuan Penanaman Modal

Perizinan

BPKM

APITRPTKRekomendasi VisaIMTAPerpanjangan IMTAPerpanjangan IMTA

lebih dari 1 propinsi Fasilitas

pembebasan/keringanan bea masuk BM/BBP

IUT/Izin perluasan

Propinsi

Perpanjangan IMTA untuk TKA di wilayah

Kab/Kota

Kab/Kota

Izin Lokasi Sertifikat HATIMBUUG/HO

Perubahan lokasi proyekBidang Usaha/produksiPerubahan/penambahan TKAPerubahan Investasi dan Sumber Pembiayaan Perubahan kepemilikan saham perusahaan PMA/PMDN atau non PMA/PMDNPerpanjangan JWPPPerubahan status perusahaan PMA menjadi PMDNPerubahan Status Perusahaan PMDN/non PMDN/PMA menjadi PMAPerpanjangan waktu penyelesaian proyekPenggabungan perusahaan

BKPM

SP PMDN

SP PMA

Model I & II PMDN

Model I & II PMDN

Gambar 5.4 Prosedur Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal “Fasilitas”

Page 20: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

2. ”Non Fasilitas”

Bidang investasi yang termasuk dalam kelompok Non Fasilitas adalah : Unsur I

o Perikanan dan Kelautan o Peternakan o Kehutanan dan Perkebunan

Urusan IIo Perhubungan o Sumberdaya Airo Prasarana dan Pemukiman o Pariwisata

Urusan IIIo Perindustrian dan perdagangan o Koperasi o Tenaga Kerja

Urusan IVo Pertambangan dan Energio Ketenagalistrikan

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 20

Sumber : diadopsi dari BKPMKR Provinsi Sulawesi Utara, 2007

6

5

4

3

2

1

Front OfficeMenerima Berkas/dokumen Meneliti berkasMemberi informasi

Back OfficeVerifikasi berkasPeninjauan lapangan / BAPMembuat SK, Retribusi,

Sertifikat perizinan

Pemohon/ Investor

Bank Sulut Kas Daerah

(Penerimaan Pembayaran

Retribusi)

Penandatangan SK(Kepala Dinas yang

berwenang)

Gambar 5.5. Prosedur Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal “Non Fasilitas”

Page 21: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

5.3.2 Pengelolaan Taman Nasional Bunaken

Pengelolaan objek wisata di Kawasan Taman Nasional Bunaken, khususnya

Pulau Bunaken telah dilakukan sejak lama oleh pemerintah daerah. Dan

semenjak dibentuknya Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken tahun

2000 yang merupakan kolaborasi dari berbagai pihak mulai dari pemerintah,

pihak swasta, akademisi dan masyarakat, pengelolaan TNB dilakukan oleh

lembaga tersebut. Berdasarkan Perda no 14 tahun 2000 dan no 9 tahun 2002

tentang sistem tarif masuk Taman Nasional Bunaken, setiap wisatawan

mancanegera yang berkunjung ke TNB dikenakann tarif masuk sebesar Rp

150.000 per tahun (dalam bentuk pin/tagging) atau Rp 50.000 per hari (dalam

bentuk karcis). Sementara untuk wisatawan nusantara dikenakan tarif masuk

sebesar Rp 2.500 per orang untuk setiap kali kunjungan.

Penerimaan dari tarif masuk tersebut, sebagian digunakan untuk berbagai

keperluan pengelolaan TNB dan sebagian lainnya masuk ke dalam kas

daerah. Berdasarkan Peraturan Gubernur No 22 tahun 2007 proporsi distribusi

penerimaan dari tarif masuk tersebut adalah 20 % untuk pendapatan

pemerintah dengan rincian 5 % untuk pemerintah pusat, 7,5 % untuk

pemerintah provinsi Sulawesi Utara, dan 3 % untuk pemerintah kota Manado

dan masing-masing 1,5 % untuk pemerintah Kabupaten Minahasa, Kabupaten

Minahasa Utara, dan Kabupaten Minahasa Selatan. Sementara 80 % dari

total penerimaan dikelola oleh Dewan Pengelola TNB untuk pengelolaan TNB

yang mencakup program konservasi dan pengembangan masyarakat.

Pihak swasta dan masyarakat pada dasarnya dapat diberi hak untuk

mengelola industri wisata sebagai pendukung aktifitas pariwisata di Kawasan

Taman Nasional Bunaken, selama kegiatan usaha tersebut tidak merusak dan

tidak melebih carrying capacity dari kawasan tersebut. Meskipun demikian,

karena kendala permodalan, industri wisata lebih banyak dikelola oleh pihak

swasta. Saat ini industri wisata yang dikelola oleh pihak swasta di Pulau

Bunaken adalah homestay/cottage dan resort, diving centre dan jasa perahu

kaca (catamaran). Masyarakat lebih banyak berperan sebagai pekerja industri

wisata dan penjual souvenir.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 21

Page 22: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Mekanisme dan prosedur investasi bagi pihak swasta mengacu pada

mekanisme yang dikeluarkan oleh BKPM dan BKPMD. Investasi di Pulau

Bunaken dan pulau-pulau kecil di Kota Manado cukup mendapat perhatian

pemerintah daerah, sehingga setiap izin yang diajukan melalui pembahasan di

tingkat pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah daerah untuk membatasi

kegiatan pembangunan sarana wisata yang bersifat permanen menjadi

pertimbangan utama dalam memberikan izin investasi di Pulau Bunaken.

5.4PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU BIDADARI, KABUPATEN

MANGGARAI BARAT

5.4.1 Pelaksanaan Investasi di Kabupaten Manggarai Barat

Penunjang di bidang perekonomian akan sangat dipengaruhi oleh tujuan

pengembangan wilayah kabupaten Manggarai Barat secara umum. Dalam hal

ini berdasarkan pengembangan wilayah yang menekankan pada pemerataan

dengan terus mengerjar pertumbuhan, maka beberapa kebijaksanaan yang

perlu diperhatikan adalah :

1. Pengembangan struktur perekonomian wilayah yang lebih seimbang

dengan meningkatkan diversifikasi ekonomi dan mengurangi

ketergantungan pada beberapa komoditas utama saja, sekaligus

perluasan pasarnya

2. Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang selama ini belum

dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan sektor atau

subsektor strategis terutama melalui perkembangan infrastruktur,

insentif dan disinfektif bagi investasi swasta.

Kebijakan pengembangan ekonomi yang berkaitan dengan dengan keruangan

akan berakibat timbal balik, dimana kebijaksanaan ekonomi akan dapat

menjadi salah satu cara untuk mempengaruhi perwujudan struktur tata ruang

dan sebaliknya. Ada beberapa kebijakan investasi yang digunakan oleh

pemerintah daerah Manggarai Barat baik untuk PMDN dan PMA, yaitu :

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 22

Page 23: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007

tentang Penanaman Modal

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 tahun 2007

tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup

dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman modal

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2007

tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup

dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal

Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor

57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penananaman

Modal yang didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan

Penanaman Modal Asing

Kebijakan dasar penanaman modal adalah untuk mendorong terciptanya iklim

usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya

saing perekonomian nasonal dan mempercepat peningkatan penanaman

modal. Arahan struktur tata ruang dapat menggiring kepada pengembangan

ekonomi daerah secara lebih pesat.

Dari sejumlah investasi yang telah dilaksanakan di Kabupaten Manggarai

Barat, investasi di bidang pariwisata termasuk sektor yang paling diunggulkan,

terutama untuk dilaksanakan di kawasan pulau – pulau kecil di kabupaten ini.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 23

Page 24: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Gambar 5.6

Prosedur perizinan Investasi Bidang Pariwisata

Per Persyaratan Persyaratan

Syarat – syarat yang harus dilampirkan untuk penerbitan dan perpanjangan

izin usaha atau rekomendasi usaha bidang pariwisata adalah :

Salinan akte pendirian perusahaan PT / Koperasi / Perorangan

(kecuali rumah makan)

Salinan IMB

Salinan izin undang – undang gangguan (HO)

Salinan studi AMDAL atau UKL

Pas Photo 4x6 Berwarna : 4 lembar

Photo Copy KTP : 2 lembar

Photo copy surat pernyataan dukungan dari tetangga sekitar yang

ditandatangani oleh ketua RT setempat (falkutatif)

Surat rekomendasi dari kelurahan / kepala desa setempat

Surat keterangan dukungan dari Kecamatan

Copy surat keterangan izin tempat usaha dari Bupati Manggarai

Barat

Photo copy NPWP Perusahaan

Photo copy surat rekomendasi dari ASITA (Khusus Biro Perjalanan)

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 24

Aplikasi Model II PMDN

Investor

DinasPariwisata

Aplikasi Model I PMDN

Pemeriksaan Dokumen

Penandatanganan surat pernyataan aturan - aturan Dalam izin usaha didalam

izin usaha / Rekomendasi UsahaDisertai bukti pajak & Biaya rekomendasi

Penerbitan Surat Persetujuan Untuk PMA atau PMDN oleh BKPM

Page 25: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Memiliki surat izin keramaian dari Polres Manggarai Barat (khusus

wisata tirta)

5.4.2 Pelaksanaan Investasi di Pulau Bidadari

Perizinan investasi di Pulau Bidadari ini merupakan kewenangan pusat, dan

pengelolaannya diberikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai.

Maka mekanisme dan prosedur investasi untuk para investor yang berlaku di

pulau ini adalah mekanisme dan prosedur investasi yang di keluarkan oleh

BKPM. Investor dalam pengajuan investasi untuk pulau ini harus dilakukan di

Pusat dengan diketahui oleh pemerintah daerah.

Ernest Lewandowsky adalah seorang berkewarganegaraan asing (WNA)

Inggris, yang menjabat sebagai Direktur PT. Reefseekers Kathernest Lestari

yang kegiatan investasinya berawal di Lombok Barat Propinsi NTB bidang

usaha tirta berdasarkan Surat Izin Tetap Usaha Wisata Tirta yang diterbitkan

oleh Menteri negara / badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha

Milik Negara Nomor : 364/T/Parseni/2000, tanggal 16 Juni 2000.

Ernest Lewandowsky sendiri tinggal di pulau tersebut bersama istrinya sejak

lama. Dia mengaku telah membeli pulau tersebut dari warga lokal Haji Yusuf

Mahmud seharga Rp 459 juta. Dia menolak warga lokal khususnya nelayan

untuk mendekati pulau tersebut. Salah satu dasar hukum diizinkannya warga

asing menguasai sebuah pulau adalah PP Nomor 41/1996 tentang Pemilikan

Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di

Indonesia. Namun PP ini hanya mengizinkan warga asing memiliki rumah

tempat tinggal atau hunian tidak lebih lama dari 25 tahun. Kalaulah

diperpanjang, tidak lebih lama dari 20 tahun.

Pada tahun 2001 terjadi perluasan usaha ke wilayah Kabupaten Manggarai

berdasarkan Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal Asing Yang

diterbitkan oleh BKPM Nomor : 111/II/PMA/2001, tanggal 18 April 2001

dengan bidang Jasa Akomodasi (Hotel / Bungalow, Wisata Tirta dan Biro

Perjalanan Wisata)

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 25

Page 26: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

Ernest Lewandowski juga mendapatkan rekomendasi dari Pemkab Manggarai

No 599/160/BKPMD/X/2002 tentang konservasi pantai. Juga ada izin dari

Pemkab Manggarai tentang perluasan perhotelan selama 35 tahun.

Sertifikat yang diberikan Pemerintah daerah pada tanggal 25 Januari 2006

dalam bentuk HGM yang berlaku sesuai peraturan perundang – undangan

yang berlaku di Indonesia. Hal ini sesuai dengan undang – undang pokok

Agraria Nomor 5 tahun 1960, dan undang – undang Nomor 1 tahun 1667

tentang penanaman modal

Dengan diterbitkan sertifikat HGB oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Manggarai Barat untuk PT. Reefseekers Kathernest Lestari maka Transaksi

Jual beli yang dilakukan sebelumnya oleh Ernest Lewandowsky dan H. Yusuf

Mahmud tidak berlaku lagi atau tidak mempunyai nilai hukum dikarenakan

tidak diketahui oleh Pemerintah Daerah.

5.5PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU MANGGUDU, KABUPATEN

SUMBA TIMUR

5.5.1 Pelaksanaan Investasi di Kabupaten Sumba Timur

Pemerintah Kabupaten Sumba Timur belum menetapkan peraturan daerah

tertentu yang terkait dengan penanaman modal di Kabupaten Sumba Timur.

Hingga saat ini, penentuan persetujuan permohonan penanaman modal

dilakukan di tingkat provinsi dan tingkat pusat. Sedangkan pemerintah

kabupaten berwenang mengelola perizinan yang terkait dengan tempat usaha

yang akan digunakan, seperti Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,

AMDAL, dan beberapa bentuk perizinan lainnya. Jika permohonan

penanaman modal telah disetujui, maka Badan Koordinasi Penanaman Modal

Daerah (BKPMD) akan mencatatkannya. Akan tetapi, pihak pemerintah

kabupaten berwenang untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan usaha yang

telah disetujui, agar tetap sesuai dengan kontrak yang disepakati dan tidak

merugikan pihak manapun.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 26

Page 27: Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian

4.5.2 Pelaksanaan Investasi di Pulau Manggudu

Pulau Manggudu termasuk ke dalam kategori pulau terluar di Indonesia. Oleh

karena itu, pemerintah pusat memiliki wewenang untuk mengelola pulau

tersebut. Namun selain statusnya sebagai pulau terluar, Pulau Manggudu juga

termasuk ke dalam wilayah adat. Secara turun temurun, wilayah adat ini

dikuasai oleh keluarga bangsawan Sumba Timur. Kini, kekuasaan wilayah

adat ini berada di tangan keturunan bangsawan bernama Umbu Yadar.

Investasi pariwisata di P. Manggudu dilakukan oleh Umbu Yadar melalui PT.

Cahaya Matahari Terbit dengan membangun enam buah cottage bermaterial

kayu. Namun, saat membangun cottage tersebut, PT. Cahaya Matahari Terbit

belum melengkapi izin usaha secara hukum. Secara operasional, kegiatan

pariwisata di P. Manggudu dilakukan dengan cara bekerja sama dengan

beberapa operator wisata yang akan membawa turis dari Kalala ke P.

Manggudu melalui P. Salura untuk melakukan kegiatan diving atau snorkeling.

Saat ini, PT. Cahaya Matahari Terbit sedang mengurus perubahan izin

penanaman modal dari bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

menjadi bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) karena investor yang berniat

menanamkan modal melalui PT. Cahaya Matahari Terbit adalah warga

Irlandia.

Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 27