bab 5 imkg
DESCRIPTION
vbghjkmnbv vTRANSCRIPT
![Page 1: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I
Topik : Setting Expansion Gipsum Tipe III berdasarkan W/P Rasio
Grup : A6
Tanggal Praktikum : 30 Maret 2015
Pembimbing : Soebagio, drg., Mkes.
Penyusun:
1. Rizantika Alvanta 021411131026
2. Annisa Noor Ragilia 0214111311028
3. Vitra Nuraini Helmi 021411131029
4. Fenella Andrata 021411131030
5. Raissa Tryantakarina 021411131031
DEPARTEMEN ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGIFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA2015
![Page 2: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/2.jpg)
1.TUJUAN
1. Di akhir praktikum, mahasiswa mampu melakukan manipulasi gipsum
tipe III serta dapat mengukur dan mengamati perubahan setting expansion
dengan tepat.
2. Di akhir praktikum, mahasiswa mampu mengukur dan mengamati
perubahan setting expansion dengan variasi perubahan rasio w : p
2. CARA KERJA
2.1 Bahan
1. Gipsum tipe III (stone) (w : p = 28ml : 100gr)
2. Air PAM
3. Vaselin
2.2 Alat
1. Mangkuk karet (bowl)
2. Spatula
3. Gelas ukur
4. Stopwatch
5. Timbangan analitik
6. Vibrator
7. Ekstensometer
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Persiapan alat
1. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum
dipersiapkan terlebih dahulu
2. Bagian dalam cetakan ekstensometer diulasi dengan vaselin
secara merata
3. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indikator
pada posisi yang tepat dengan jarum menunjukkan ke
angka nol
1
![Page 3: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/3.jpg)
2.3.2 Pencampuran gipsum
1. Bubuk gipsum tipe III ditimbang sebanyak 50 gram dan air
sebanyak 14 ml di ukur dengan gelas ukur
2. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet
(bowl) terlebih dahulu, kemudian bubuk gipsum
dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet
(bowl) dan dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk
menghilangkan gelembung udara
Gambar 2.3 Menuang gipsum ke dalam bowl
3. Campuran gipsum dan air diaduk sampai homogen
menggunakan spatula dengan gerakan memutar selama 1
menit/120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk diputar
secara perlahan-lahan
4. Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan di atas
vibrator dan vibrator dihidupkan dengan kecepatan rendah
untuk menghilangkan udara yang terjebak, kemudian
permukaan cetakan diratakan
2.3.3 Mengukur setting expansion
1. Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan
ekstensometer tanpa merubah posisi cetakan pada jarum
dial indikator, kemudian permukaan diratakan dengan
spatula gip
2. Perubahan panjang cetakan gipsum pada alat ekstensometer
diukur setiap 5 menit, kemudian melakukan pengamatan
2
![Page 4: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/4.jpg)
dan mencatat ekspansi yang terjadi pada penunjuk
micrometer di dial indicator selama 50 menit
3. Percobaan pertama dilakukan menggunakan gipsum tipe III
dengan (w : p = 14 ml : 50 gram) seperti yang dianjurkan
4. Percobaan yang kedua dilakukan seperti di atas dengan
mengurangi berat gipsum tipe III sebesar 5 gram dari yang
dianjurkan dan volume air tetap (w : p = 14 ml : 45 gram)
5. Percobaan yang ketiga dilakukan seperti di atas dengan
menambah berat gipsum tipe III sebesar 5 gram dari yang
dianjurkan dan volume air tetap (w : p = 14 ml : 55 gram)
3. HASIL PRAKTIKUM
Hasil Praktikum
Dalam praktikum, dilakukan 3 percobaan dengan W:P ratio yang berbeda
dengan hasil sebagai berikut:
Hasil Praktikum Setting Expansion Gipsum tipe III Berdasarkan w:p ratio
Perubahan pada menit ke-
W:P Rasio (ml : gr)
14 : 45 14 : 50 14 : 5510 0,01 0,01 0,0120 0,08 0,05 0,0530 0,14 0,13 0,0640 0,16 0,16 0,0750 0,17 0,18 0,07Tabel 1. Hasil Praktikum Setting Expansion Gipsum Tipe III Berdasarkan w:p ratio.
4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Gipsum
Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan,
berupa bubuk putih, dengan rumus kimia CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat).
Pembuatan produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi merupakan
hasil calcination kalsium sulfat dihidrat atau gipsum sehingga terbentuk kalsium
3
![Page 5: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/5.jpg)
sulfat hemihidrat. Material ini secara luas digunakan untuk membuat model, casts,
dan dies (McCabe and Walls, 2008, hal. 32).
Berdasarkan standar ISO, dental gipsum dapat diklasifikasikan menjadi
lima tipe, yaitu sebagai berikut.
Type Name
I Dental plaster, impression
II Dental plaster, model
III Dental stone, die, model
IV Dental stone, die, high strength, low expansion
V Dental stone, die, high strength, high expansion
(McCabe and Walls, 2008, hal. 32)
4.2 Reaksi gipsum tipe 3
Tahap setting reaksi dari dental gipsum dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Hemihidrat dicampur dengan air, terbentuk suatu suspensi cair dan dapat
dimanipulasi.
2. Hemihidrat larut terus hingga terbentuk larutan yang jenuh
3. Larutan jenuh dari hemihidrat ini akan membentuk gumpalan dihidrat yang
diendapkan.
4. Terbentuk kristal baru, reaksi terus berlanjut sampai selesai.
Reaksi yang terjadi di atas termasuk reaksi reversible dan eksoterm dan dapat
digambarkan sebagai berikut (Anusavice, 2003, hal 259-260).
(CaSO4)2.H2O + 3H2O 2CaSO4.2H2O + panas
4.3 Sifat-sifat gipsum
Masing-masing tipe dental gypsum memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Karateristik 5 dental gypsum tersebut ditunjukkan dalam tabel
berikut ini.
4
![Page 6: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/6.jpg)
Tabel 1. Sifat dari produk dental gipsum (McCabe and Walls, 2008,
hal. 36)
4.4 Proses Terjadinya Ekspansi
Terlepas dari beberapa jenis produk gipsum yang digunakan, suatu
ekspansi (perluasan massa) dapat dideteksi selama terjadi perubahan dari
partikel hemihydrate menjadi partikal dihydrate. Berdasarkan komposisi
produk gipsum, ekspansi linier yang diamati mungkin menjadi lebih
rendah sebesar 0,6% atau lebih tinggi sebesar 0,5%. Di sisi lain, jika
volume yang setara dari hemihydrate, air, dan reaksi produk (dihydrate)
dibandingkan volume dihydrate yang terbentuk akan kurang dari volume
yang setara dengan hemihydrate dan air. Ini merupakan perubahan linier
dalam objek gipsum sekitar 2,4%. Dengan demikian, berdasarkan
perhitungan, kontraksi volumetrik harus terjadi kerika reaksi setting.
Namun, setting ekspansi jangan hanya diamati, tetapi fenomena ini bisa
dirasionalisasi dan dijelaskan berdasarkan mekanisme kristlisasi. Proses
kristalisasi dapat dilukiskan sebagai suatu pertumbuhan kristal-kristal
dihydrate. Kristal dihydrate yang dasar (basic) dan sederhana, akan
tumbuh dimulai dari nukleus yang berikatan satu dengan lain. Jika proses
kristalisasi ini berulang ribuan kali, maka akan menyebabkan suatu stress
yang lama kelamaan akan berkembang dan mengakibatkan terjadi
ekspansi pada seluruh massa. Tumbukan dan perpindahan kristal-kristal
tersebut menyebbkan terbentuknya mikroporus. Volume eksternal dari
hasil reaksi gipsum tersebut jika lebih besar dari volume kristalin dapat
menyebabkan terbentuknya porus. Struktur gipsum yang telah mengeras
akan terdiri dari kristal-kristal tersebut yang saling terkait satu sama lain.
5
![Page 7: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/7.jpg)
Kristal-kristal dihydrate tersebut dapat berupa mikroporus dan porus di
dalamnya mengandung air berlebih yang digunakan pada saat pengadukan.
Ketika gipsum mengering, klebihan air tersebut akan menghilang dan
menyebabkan ruang kosong meningkat. (Anusavice, 2003)
Terkadang suatu setting ekspansi dapat membawa keuntungan
dalam prosedur dental. Tetapi, setting ekspansi juga membawa kerugian di
dalam pembuatan prosedur dental karena dapat membuat ketidakakuratan
pada pembuatan gigi tiruan. W/P ratio yang rendah dan lama pengadukan
akan mempercepat terjadinya setting ekspansi. Hal itu disebabkan karena
meningkatnya nuclei density. Namun, ketika W/P ratio tinggi, sedikit
nuclei dari kristalisasi yang muncul. Setting ekspansi dapat diturunkan
dengan menambah potassium sulfate, sodium chloride, atau borax.
(Anusavice, 2003)
Gambar Perubahan dimensi ketika setting gipsum. (Anusavice, 2003)
4.5 Cara Meminimalkan Ekspansi
Pengendalian di perhatikan dalam rangka memperoleh keakuratan yang di
anjurkan dalam aplikasi kedokteran gigi. Semakin kecil rasio w:p dan semakin
lama pengadukan dalam batasan praktis, semakin besar ekspansi pengerasan.
Semakin meningkat w:p rasio maka semakin sedikit nukleus kristalisasi per unit
volume yang ada dibandingkan adukan yang lebih kental karena ruang antar
nuklueus lebih lebih besar pada keadaan tersebut maka pertumbuhan kristalisasi
dihidrat akan lebih sedikit. (Anusavice, 2014)
6
![Page 8: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/8.jpg)
5. PEMBAHASAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi setting expansion pada dental
gipsum adalah rasio W/P, lama pengadukan, dan penambahan akselerator
atau retarder.
Faktor pertama adalah rasio W/P. Semakin tinggi rasio W/P,
semakin sedikit nukelus kristalisasi per unit volume sehingga ruangan
antar nukleus lebih besar pada keadaan tersebut. Akibatnya, pertumbuhan
internal Kristal-kristal dihidrat akan semakin sedikit, demikian juga
dengan dorongan keluar dari Kristal-kristal tersebut. Hal itulah yang
menyebabkan semakin tinggi rasio W/P, maka semakin rendah nilai
setting ekspansi-nya. Sebaliknya, penurunan rasio W/P meningkatkan
setting expansion dengan cara meningkatkan jumlah nucleus kristalisasi
dari partikel dihidrat (Anusavice, 2003, hal. 267).
Faktor kedua yang mempengaruhi setting expansion dental gipsum
adalah lama pengadukan (mixing time). Sebagian kristal gypsum terbentuk
langsung ketika gipsum berkontak dengan air. Begitu pengadukan dimulai,
pembentukankristal ini meningkat. Pada saat yang sama, Kristal-kristal
tersebut diputuskan oleh spatula (pengaduk) dan didistribusikan merata
dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi.
Dalam jangka limitnya, semakin lama waktu pengadukan, maka akan
meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya,
jalinan ikatan kristalin yang terbentuk akan semakin banyak, pertumbuhan
internal dan dorongan keluar dari kristal– Kristal dihidrat meningkat. Hal
inilah yang menyebabkan setting expansion gipsum meningkat sejalan
dengan semakin lamanya waktu pengadukan, untuk batasan waktu tertentu
(Anusavice, 2003, hal. 264, 267).
Faktor ketiga yang mempengaruhi setting expansion gipsum adalah
penambahan bahan kimia ke dalam bubuk hemihidrat. Penambahan bahan
kimia, dalam bentuk akselerator atau retarder, yang biasanya ditambahkan
oleh pabrik untuk mengatur setting time, juga mempunyai efek untuk
7
![Page 9: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/9.jpg)
menurunkan nilai setting expansion dengan cara mengubah bentuk kristal
dihidrat yang terbentuk. Oleh karena itu, akselerator atau retarder disebut
juga sebagai antiexpansion agent. Bahan kimia yang biasanya digunakan
sebagai akselerator adalah potassium sulfat, sedangkan yang digunakan
sebagai retarder adalah boraks.(McCabe and Walls, 2008, hal. 37).
6. SIMPULAN
Dengan diadakannya praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
rasio W/P ternyata mempengaruhi setting expansion bahan gypsum type 3. Rasio
bubuk yang lebih tinggi daripada air ataupun sebaliknya membuat setting expansion
lebih tinggi
8
![Page 10: BAB 5 IMKG](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/563dbaff550346aa9aa969e6/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ 2003, Phillips’ Science of Dental Material 11th ed, St. Louis:
Saunders Elsevier Ltd.
McCabe, JF and Walls, AWG 2008, Applied Dental Materials 9th ed., Victoria:
Blackwell, Inc.
9