bab 3 metode penelitian 3.1 pendahuluanlib.ui.ac.id/file?file=digital/131595-t 27571-pengendalian...
TRANSCRIPT
59 Universitas Indonesia
Alur Proses
Desain Penelitian
Rumusan Masalah
Metode Penelitian
Metode Pengumpualan Data
Perumusan Variabel Penelitian
Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisa Data
Temuan dan Bahasan Hasil Analisa Data
Kesimpulan
Hipotesa Penelitian
Studi Literatur
Data
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Pada pembahasan bab ini akan menguraikan mengenai metode
penelitian yang akan digunakan sebagai bagian dari desain penelitian.
Metode penelitian bertujuan menentukan dan menjelaskan metode yang
tepat untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini disesuaikan
dengan topik penelitian, yakni mengenai pengendalian change order
terhadap kinerja waktu pada konstruksi proyek, sehingga tujuan penelitian
dapat dicapai. Metode penelitian menentukan bagaimana suatu proses
penelitian dilakukan dari pengumpulan data, pengolahan data menjadi
informasi untuk dianalisa dan akhirnya menghasilkan temuan-temuan yang
dapat ditarik kesimpulan. Kerangka pembahasan bab ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 3.1 Kerangka Metode Penelitian
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
60
Universitas Indonesia
Kesimpulan ini merupakan hasil pengujian suatu hipotesa penelitian
dan jawaban dari pertanyaan penelitian yang diuraikan dalam tujuan
penelitian sebelumnya.
Alur pemilihan dan penentuan metode penelitian berdasarkan latar
belakang permasalahan, rumusan masalah, kajian teori dan hipotesa yang
akan diujikan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar kerangka
pemikiran penelitian dibawah ini.
Latar Belakang Permasalahan Pada tahap konstruksi proyek tidak dapat dihindari adanya change order, terutama untuk proyek besar dan
kompleks, yakni proyek bangunan bertingkat tinggi. Perubahan konstruksi dapat berasal dari berbagai sumber,
baik dari pihak pemilik proyek/perencana maupun pihak pelaksana proyek. Change order pada konstruksi
proyek menjadi salah satu penyebab dari penundaan (delay) waktu akibat time overruns. Untuk itu diperlukan
usaha untuk meminimalkan dampak change order terhadap kinerja waktu proyek, dengan menentukan
pengendalian dan pengelolaan change order yang paling efektif dan tepat sasaran.
Studi Literatur Gambaran umum change order.
Deskripsi change order.
Pengendalian dan pengelolaan change order,
yang terdiri dari :
- Deskripsi Change Order Management. - Change Order pada Konstruksi Proyek. - Efektivitas Change Order Management. - Tahapan Proses Change Order.
Rumusan Masalah (Pertanyaan Penelitian) RQ :
4. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab
terjadinya change order pada konstruksi proyek
bangunan bertingkat tinggi ?
5. Sejauh mana dampak change order selama tahap
konstruksi bangunan bertingkat tinggi berlangsung
?
6. Pengendalian dan pengelolaan dari change order
apa yang paling efektif dan tepat sasaran untuk
meminimalkan perubahan pekerjaan yang
berdampak pada kinerja waktu pada proyek
bangunan bertingkat tinggi ?
Metode Penelitian Metode Kuantitatif Survei
Hipotesa Penelitian Dengan menentukan pengendalian dan pengelolaan change order
pada konstruksi, dapat meminimalkan keterlambatan waktu
penyelesaian proyek bangunan bertingkat tinggi.
Manfaat Penelitian Bagi keseluruhan pihak yang terkait pada perubahan konstruksi proyek (diantaranya pihak pemilik, perencana dan
pelaksana proyek): dapat memberikan informasi dan masukan mengenai change order, yakni dalam menentukan
pengendalian dan pengelolaan change order yang efektif dan tepat sasaran pada proyek-proyek selanjutnya, terutama
proyek bangunan bertingkat tinggi.
Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
61
Universitas Indonesia
3.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dirumuskan dari latar belakang permasahan yang ada
pada topik penelitian ini, sebagai pertanyaan penelitian (research question),
yakni:
1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya change order
pada konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi ?
2. Sejauh mana dampak change order selama tahap konstruksi bangunan
bertingkat tinggi berlangsung ?
3. Pengendalian dan pengelolaan change order apa yang paling efektif
dan tepat sasaran untuk meminimalkan perubahan pekerjaan yang
berdampak pada kinerja waktu proyek bangunan bertingkat tinggi ?
3.3 Pemilihan Desain Penelitian
Desain penelitian sebagai pedoman dalam melakukan penelitian, yang
dipilih dan disesuaikan untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas. Pada
penelitian ini akan menerapkan pendekatan hipotesa secara deduktif, yakni
permasalahan yang dirumuskan dari penemuan fakta-fakta, dipecahkan
dengan cara berpikir deduktif melalui pengajuan hipotesis sebagai
kesimpulan sementara yang diperoleh dari evaluasi teori/studi literatur yang
ada. Selain itu penelitian ini juga mencari hubungan antara fakta-fakta yang
disesuaikan dengan studi literatur, untuk pengujian/konfirmasi. Berdasarkan
uraian diatas maka desain penelitian yang akan digunakan adalah penelitian
dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif membutuhkan sampel yang
besar, mengenal adanya variabel yang memiliki hubungan kausal dan
berorientasi pada hasil penelitian berupa verifikasi hipotesa (Furqon, 2008).
Hipotesa untuk penelitian ini terdiri dari :
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
62
Universitas Indonesia
H1 : Terdapat hubungan antara pengendalian dan pengelolaan change order
dengan kinerja waktu konstruksi proyek.
H0 : Tidak terdapat hubungan antara pengendalian dan pengelolaan change
order dengan kinerja waktu konstruksi proyek.
3.4 Pemilihan Metode Penelitian
Pemilihan metode penelitian dilakukan dengan melihat kriteria dari
bentuk pertanyaan penelitian, kontrol terhadap peristiwa yang diteliti dan
tingkat fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan/baru diselesaikan.
Bentuk pertanyaan untuk penelitian ini adalah pengendalian dan
pengelolaan change order apa yang paling efektif dan tepat sasaran untuk
meminimalkan perubahan pekerjaan yang berdampak pada kinerja waktu
proyek bangunan bertingkat tinggi. Change order pada konstruksi bangunan
bertingkat tinggi sebagai peristiwa yang sedang berjalan/baru diselesaikan.
Berdasarkan metode atau strategi penelitian dari Yin (2002) yang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini, maka penelitian ini mengunakan metode
penelitian survei.
Tabel 3.1 Strategi Penelitian Untuk Masing-masing Situasi
Strategi Bentuk Pertanyaan Penelitian
Kontol terhadap peristiwa yang diteliti
Tingkat fokus terhadap peristiwa yang sedang
berjalan/baru diselesaikan Eksperimen Bagaimana, mengapa Ya Ya
Survei Siapa, apa, dimana, berapa banyak Tidak Ya
Analisis Siapa, apa, dimana, berapa banyak Tidak Tidak
Historis Bagaimana, mengapa Tidak Tidak
Studi Kasus Bagaimana, mengapa Tidak Ya
Sumber: Yin, 2002
Metode penelitian survei ini dilakukan dengan pendekatan survei ke
beberapa objek penelitian sebagai peristiwa yang sedang berjalan/baru
diselesaikan, kemudian dikaji dan dianalisis hasil survei baik dari masukan
para pakar maupun beberapa koresponden, yang terkait dengan topik
penelitian.
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
63
Universitas Indonesia
3.5 Alur Proses Metode Penelitian Survei
Penelitian dengan metode survei ini dilaksanakan dengan mengikuti
alur penelitian yang dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini.
3.5.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) jenis data yang akan digunakan
berdasarkan cara memperolehnya, yakni:
1. Data Primer, adalah data yang diperoleh dari pengumpulan hasil survei
kuesioner yang didistribusikan kepada responden.
2. Data Sekunder, adalah data yang didapat dari hasil studi literatur, seperti
buku, referensi, jurnal dan penelitian lain yang terkait dengan topik
penelitian ini.
Untuk proses pengumpulan data primer yang akan digunakan sebagai input
utama bagi penelitian ini, dilakukan secara:
1. Input Internal, yakni input berasal dari internal perusahaan kontraktor
yang melaksanakan konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi dan
pelaksana dari pengendalian change order ini.
Gambar 3.3. Alur Penelitian Metode Survei
MULAI
Mengumpulkan Data Sekunder (Studi
Literature)
Perumusan Variabel Penelitian
Draft Kuesioner
Klarifikasi-Verifikasi Validasi Pakar
Revisi Kuesioner
Kuesioner Responden
Hasil Kuesioner (Data Primer)
Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisa Statistik dengan Korelasi & Regresi dgn SPSS
Kesimpulan & Saran
SELESAI
Temuan dan Bahasan
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
64
Universitas Indonesia
2. Input Eksternal, yakni input berasal dari luar perusahaan kontraktor,
tetapi terlibat dalam konstruksi proyek dan bertindak sebagai personil
eksternal. Personil eksternal tersebut antara lain: pihak pemilik proyek,
konsultan manajemen konstruksi, konsultan perencana dan pengawas,
subkontraktor.
Data sekunder dari penelitian ini, akan difungsikan sebagai data untuk:
Menyusun landasan teori dari penelitian ini.
Merumuskan variabel-variabel penelitian yang akan digunakan.
Metode penelitian ini mengambil sampel yang merupakan sebagian
dari populasi yang karakteristiknya dapat mewakili keseluruhan populasi
(Sunyoto, 2009), yakni pihak-pihak yang terlibat dalam konstruksi proyek
bangunan bertingkat tinggi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan simple random sampling, dimana suatu metode
pengambilan sampel secara acak dan telah memenuhi kriteria penelitian,
sehingga mempunyai kesempatan sama menjadi sampel. Kriteria-kriteria
tersebut akan dijelaskan secara rinci kemudian pada bagian penyusunan
instrumen penelitian dari variabel penelitian.
Metode pengumpulan data primer pada penelitian dengan
menggunakan metode penyebaran kuesioner. Kuesioner sebagai hasil dari
penyusunan instrumen penelitian dari variabel-variabel penelitian yang
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, dan telah melalui proses revisi dan
koreksi dari pendapat para pakar, kemudian didistribusikan kepada para
koresponden. Berdasarkan pertanyaan penelitian, usaha mencapai tujuan
penelitian, maka data yang diperoleh dari kuesioner berupa data kebijakan
dan prosedur apa saja dalam change order management yang telah
dilaksanakan oleh koresponden untuk meminimalkan perubahan beserta
dampak terhadap kinerja waktu konstruksi proyek bangunan bertingkat
tinggi.
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
65
Universitas Indonesia
Keuntungan menggunakan teknik kuesioner adalah tidak selalu
memerlukan hadirnya peneliti, dapat didistribusikan secara serentak,
koresponden dapat menjawab sesuai waktu yang ada dan pertanyaan
kuesioner yang berkaitan dengan variabel penelitian dapat dibuat anonim.
Teknik kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup, dimana
jawaban dalam kuesioner ini sudah disediakan oleh peneliti, sehingga
koresponden tinggal memilih dari jawaban yang telah tersedia.
3.5.2 Perumusan Variabel Penelitian
Pertanyaan-pertanyaan kuesioner diperoleh dari penyusunan instrumen
penelitian yang bersumber dari perumusan variabel penelitian. Variabel-
variabel penelitian diidentifikasi dan diuraikan menjadi sub variabel/
indikator, yang kemudian diuraikan lagi menjadi sub-indikator, untuk
kemudian ditransformasikan menjadi butir pertanyaan kuesioner. Perumusan
variabel penelitian bertujuan untuk menguraikan dan mencari hubungan
antar variabel penelitian, yang terkait atau saling mempengaruhi. Hubungan
antar variabel penelitian ini sebagai hubungan kausal, dimana terdapat
variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi. Untuk topik
penelitian pengendalian change order terhadap kinerja waktu pada
konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi, dapat dirumuskan menjadi 2
(dua) variabel yang saling mempengaruhi, yakni:
Variabel terikat (dependent) sebagai variabel yang dipengaruhi, yakni:
Kinerja waktu pada konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi.
Variabel bebas (independent) sebagai variabel yang mempengaruhi,
yakni : pengendalian change order pada konstruksi proyek, yang
meliputi :
Kebijakan dan prosedur change order management.
Efektivitas change order management.
Tahapan proses change order.
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
66
Universitas Indonesia
Variabel-variabel bebas (X) yang merupakan pengendalian dan
pengelolaan change order untuk meminimalkan perubahan beserta dampak
change order, terhadap kinerja waktu proyek sebagai variabel terikat (Y)
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
67
Universitas Indonesia
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
68
Universitas Indonesia
3.5.3 Instrumen Penelitian
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
69
Universitas Indonesia
Instrumen penelitian sebagai alat bantu peneliti untuk mendekati
sasaran penelitian dan membantu peneliti dalam mendapatkan data
(Musthofa, n.d.). Tahapan penyusunan instrumen penelitian untuk kuesioner
dari variabel-variabel penelitian diatas adalah sebagai berikut:
a. Pertanyaan-pertanyaan dari hasil transformasi sub indikator variabel
penelitian tersebut disusun dalam bentuk format tabulasi tertentu, yang
selanjutnya dimintakan klarifikasi, verifikasi, dan validasi kepada para
pakar yang terkait, dengan kriteria sebagai berikut:
Jumlah minimal pakar lima orang.
Bila berasal dari kalangan akademisi yang terkait, dengan pendidikan
minimal S2 dalam bidang manajemen proyek/konstruksi atau berasal
dari kalangan praktisi konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi,
dengan pengalaman minimal 10 tahun.
Bila berasal dari pihak kontraktor, dengan pengalaman minimal 10
tahun, yang merupakan direktur utama, direktur operasional atau
manajer proyek pada konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi.
Adapun contoh format kuesioner/instrumen penelitian untuk
didiskusikan dengan para pakar, yang dapat dilihat pada tabel 3.3
dibawah ini.
Tabel 3.3 Kuesioner Tahap 1 (Pakar)
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
70
Universitas Indonesia
b. Berdasarkan masukan dan pendapat dari para pakar tersebut diatas
diakomodasikan ke dalam perbaikan/koreksi menjadi kuesioner revisi.
c. Hasil revisi tersebut selanjutnya didistribusikan kepada koresponden
sebagai instrumen penelitian untuk pengumpulan data primer. Kriteria
untuk koresponden ini adalah sebagai berikut:
Praktisi di perusahaan kontraktor yang berpengalaman minimal 5
tahun di konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi.
Dapat merupakan pihak di luar kontraktor yang terkait dengan proses
pelaksanaan konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi tersebut,
misalnya pemilik proyek, manajer konstruksi atau konsultan
perencana dan pengawas.
Adapun contoh format kuesioner/instrumen penelitian untuk
koresponden dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini.
Tabel 3.4 Kuesioner Tahap 2 (Koresponden)
Untuk pengukuran kuesioner ini akan digunakan desain pengukuran
dengan skala Likert dan desain skala dengan skala interval, untuk
pengukuran frekuensi terjadinya dan tingkat pengaruh terhadap usaha
pengendalian change order terkait kinerja waktu proyek, dimana kategori,
peringkat dan jarak skala sudah terlihat. Skala pengukuran yang digunakan
untuk frekuensi dilaksanakan kebijakan dan prosedur change order
management dalam usaha pengendalian change order terhadap kinerja
waktu konstruksi proyek, adalah sebagai berikut:
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
71
Universitas Indonesia
1 = Tidak pernah dilaksanakan pada perubahan konstruksi yang terjadi.
2 = Sangat jarang, change order dilaksanakan < 10% dari keseluruhan
perubahan konstruksi yang terjadi.
3 = Jarang, change order dilaksanakan 10%-50% dari keseluruhan
perubahan konstruksi yang terjadi.
4 = Agak sering, change order dilaksanakan 50%-75% dari keseluruhan
perubahan konstruksi yang terjadi.
5 = Sering, change order dilaksanakan 75%-100% dari keseluruhan
perubahan konstruksi yang terjadi.
6 = Selalu dilaksanakan pada setiap perubahan konstruksi yang terjadi.
Sedangkan untuk skala pengukuran yang digunakan untuk tingkat
pengaruh/dampak dari kebijakan dan prosedur change order management
dalam usaha pengendalian change order terhadap kinerja waktu konstruksi
proyek adalah sebagai berikut:
1 = Tidak ada pengaruh pada kinerja waktu konstruksi proyek.
2 = Rendah, berpengaruh hanya pada kinerja waktu pekerjaan konstruksi
yang mengalami perubahan.
3 = Agak sedang, berpengaruh pada kinerja waktu pekerjaan konstruksi
yang mengalami perubahan, dan mempengaruhi kinerja waktu
pekerjaan lainnya (pekerjaan sesudahnya yang bukan pekerjaan kritis).
4 = Sedang, berpengaruh pada kinerja waktu pekerjaan konstruksi yang
mengalami perubahan, dan mempengaruhi kinerja waktu pekerjaan
lainnya termasuk pekerjaan kritis konstruksi.
5 = Tinggi, berpengaruh pada kinerja waktu pekerjaan konstruksi yang kritis
sehingga mempengaruhi kinerja waktu konstruksi keseluruhan.
6 = Sangat tinggi pengaruh, sehingga mempengaruhi kinerja waktu proyek
keseluruhan.
Untuk pengukuran skala kinerja waktu konstruksi pada proyek
bangunan bertingkat tinggi, diukur berdasarkan prosentase keterlambatan
jadwal atau prosentase waktu aktual terhadap waktu rencana proyek.
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
72
Universitas Indonesia
Frekuensi dan dampak dari variabel-variabel pengendalian change order
tersebut berpengaruh terhadap prosentase kinerja waktu proyek sebagai
variabel terikat. Dimana semakin tinggi frekuensi dilaksanakan dan semakin
tinggi pengaruh dampak dalam usaha pengendalian change order, maka
semakin rendah nilai prosentase kinerja waktu proyek, yakni meminimalkan
keterlambatan atau tepat waktu pada perencanaan termin penyelesaian
konstruksi proyek.
Untuk pengukuran skala prosentase kinerja waktu proyek sebagai
variabel terikat, menggunakan desain skala interval, dimana kategori,
peringkat dan jarak skala sudah terlihat. Untuk menentukan jarak skala
untuk kinerja waktu berdasarkan pada uraian Naoum (1994), yakni dalam
industri konstruksi proyek yang berkembang di Inggris akan mengalami time
overrun jika penjadwalan kerja proyek aktual mengalami keterlambatan dari
rencana sebesar 5% untuk proyek bernilai < ₤5,000,000 (sekitar Rp.
50.000.000.000). Selanjutnya dapat diasumsikan untuk menentukan jarak
untuk skala interval ini menggunakan jarak skala 5 (lima) persen untuk tiap
kategorinya (Zacky, 2001), yakni :
1 = Penundaan konstruksi proyek (delay) : kinerja waktu : k ≥ 120%
2 = Sangat Terlambat : kinerja waktu : 115% ≤ k < 120%
3 = Terlambat : kinerja waktu : 110% ≤ k < 115%
4 = Agak Terlambat : kinerja waktu : 105% ≤ k < 110%
5 = Tepat : kinerja waktu : 100% ≤ k < 105%
6 = Cepat : kinerja waktu : 95% ≤ k < 100%
dimana : k = kinerja waktu
Untuk kinerja waktu digunakan rumus sebagai berikut :
Kinerja waktu = waktu aktual x 100% (3.1) waktu rencana
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
73
Universitas Indonesia
dimana : waktu aktual adalah waktu yang terjadi (real time)
waktu rencana adalah waktu proyek berdasarkan dokumen kontrak
ditambah dengan addentum.
Semakin kecil waktu aktual dari pelaksanaan suatu proyek dibandingkan
dengan waktu rencana, maka semakin baik kinerja waktu dari proyek
tersebut.
3.5.4 Uji Reliabilitas dan Validitas
Dalam pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner kepada para
koresponden dihadapkan pada permasalah akan tingkat kepercayaan yang
diberikan pada data, untuk itu perlu melakukan uji tingkat reliabilitas dan
validitas pada data kuesioner tersebut terlebih dahulu (Sudarmanto, 2005).
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menggambarkan kemantapan dan
keajegan alat ukur, dimana alat ukur tersebut memiliki reliabilitas yang
tinggi dan dapat dipercaya jika alat ukur stabil memberikan hasil
penelitian apabila digunakan berkali-kali (Sudamanto, 2005). Pertanyaan
dalam kuesioner menjadi alat ukur yang dikatakan reliabel apabila
jawaban dari koresponden konsisten (Sunyoto, 2009).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan koefisien
reliabilitas internal dari alpha. Dengan uji reliabilitas terlebih dahulu,
kita dapat mengetahui bagaimana tiap pertanyaan dalam kuesioner saling
berhubungan, mendapatkan nilai Alpha Cronbach dan mengidentifikasi
tiap pertanyaan yang bermasalahan dan harus direvisi/dihilangkan. Uji
reliabilitas yang digunakan adalah dengan menghitung koefisien alpha
dengan pengukuran penyebaran sekali saja (one shot). Pertanyaan
kuesioner dikatakan memiliki reliabilitas jika nilai koefisien Alpha
Cronbach diatas 0,60 (menggunakan SPSS) (Sunyoto, 2009).
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
74
Universitas Indonesia
Karakteristik Alpha Cronbach, (Uyanto, 2009) antara lain :
Nilai Alpha Cronbach berkisar antara 0 dan 1.
Nilai Alpha Cronbach negatif berarti tidak konsisten atau akibat
pencampuran dimensi pengukuran yang berbeda.
Dari nilai Alpha Cronbach selanjutnya dilakukan pengukuran
korelasi (Corrected Item-Total Correlation).
Hasil yang diperoleh dari uji reliabilitas dengan bantuan program
SPSS, dapat dilihat dari perbandingan nilai Cronbach’s Alpha terhadap
nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted dari masing-masing variabel,
yakni nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted ≤ nilai Cronbach’s Alpha,
maka data reliabel.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika mampu
mengukur objek yang diukur. Pengujian ini untuk menentukan signifikan
atau tidak signifikan dengan membandingkan nilai r hitung (dilihat dari
nilai Corrected item-Total Correlation) dengan nilai r tabel. Dimana
nilai Corrected Item-Total Correlation ≥ r tabel, maka data telah valid.
3.5.5 Analisa Data
Untuk mengetahui pengendalian change order apa yang paling efektif
dan tepat sasaran terhadap kinerja waktu proyek, dari data kuesioner
responden yang sudah dikumpulkan dan telah diuji reliabilitas dan validitas,
maka dilakukan analisa data dengan statistik parametrik, yakni analisa
statistik korelasi dan regresi dengan bantuan program SPSS. Persyaratan
untuk analisa data statistik parametrik (Sudarmanto, 2005), terdiri dari :
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
75
Universitas Indonesia
Penggunaan sampel besar (n > 30 sampel).
Variabel penelitian harus diukur paling rendah dalam bentuk skala
interval.
Memiliki model distribusi normal, dapat dilakukan dengan melakukan
uji normalitas.
a. Uji Normalitas Data
Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan
analisa parametrik, yaitu dengan uji normalitas data populasi. Tujuan
dari dilakukannya uji ini untuk mengetahui apakah suatu variabel
berdistribusi normal atau tidak. Data yang mempunyai distribusi normal
berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Untuk menguji normalitas
distribusi populasi diajukan hipotesis sebagai berikut (Sudarmanto,
2005).
Ho : Data berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Hasil yang akan diperoleh dari uji normalitas data dengan melihat
nilai sig.(α) dari masing-masing variabel. Kriteria yang digunakan untuk
Ho diterima adalah nilai sig. (α) lebih besar dari taraf signifikansi yang
telah ditentukan, jika sebaliknya maka Ho ditolak. Jika data berdistribusi
normal, maka dapat dilakukan analisa statistik parametrik (korelasi
product moment/pearson dan regresi).
b. Analisa Korelasi
Menurut Neuman (1994) hipotesis penelitian adalah suatu
kesimpulan sementara yang harus diuji dan berkaitan dengan 2 (dua)
variabel, yakni variabel bebas (X) dan varibel terikat (Y). Untuk
mengukur tingkat asosiasi dan hubungan antara dua variabel tersebut
dapat digunakan analisis statistik dengan korelasi. Persyaratan data
untuk analisa korelasi Pearson, antara lain :
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
76
Universitas Indonesia
Data berskala interval atau ratio.
Data berdistribusi normal.
Terdiri dari 2 (dua) variabel, yakni variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y).
Pengukuran korelasi yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas
(X) dan satu variabel terikat (Y) disebut korelasi secara berganda
(Sunyoto, 2009). Pengukuran korelasi tidak didasarkan pada definisi
yang tegas antara kedua variabel tersebut, dan dapat bertukar tempat
serta bersifat acak (Furqon, 2008). Analisa korelasi juga tidak
menyatakan hubungan sebab-akibat dari variabel-variabel terebut
(Heriyanto, 2002).
Hasil analisa korelasi dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) yang
signifikan antara kedua variabel. Nilai koefisien korelasi adalah besaran
yang dapat menunjukkan kekuatan hubungan antara dua variabel. Nilai r
dapat bernilai positif atau negatif yang menunjukkan arah hubungan
bukan kekuatan hubungan. Range koefisien korelasi -1≤r≤1. Nilai r
mendekati +1 atau -1 menunjukkan korelasi yang sangat kuat, sedangkan
nilai r yang mendekati 0 menunjukkan tidak ada korelasi antara kedua
variabel tersebut (Furqon, 2008). Nilai koefisien korelasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
Tabel 3.5 Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2007
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
77
Universitas Indonesia
c. Analisa Regresi Linier Berganda
Analisa regresi linier merupakan suatu model analisa statisitik yang
mempelajari tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau
lebih variabel, sehingga salah satu variabel dapat diramalkan dari
variabel lainnya (Pujiati, 1997). Analisa korelasi dan regresi keduanya
memiliki hubungan sangat erat, dimana setiap analisa regresi selalu
memiliki nilai korelasinya, tetapi analisa korelasi belum tentu
dilanjutkan dengan analisa regresi.
Analisa regresi linier memprediksi hasil atas variabel-variabel
tertentu dengan menggunakan variabel lain. Analisa ini melibatkan dua
jenis variabel, yaitu variabel dependent (terikat) dan variabel
independent (bebas). Analisa regresi yang melibatkan variabel bebas
lebih dari satu, maka regresi yang dilakukan adalah regresi linier
berganda (Multiple Linier Regression Analysis) (Sudarmanto, 2005).
Linier dalam analisa regresi ini menunjukkan setiap estimasi atas
nilai diharapkan mengalami peningkatan atau penurunan mengikuti garis
lurus (Sunyoto, 2009), yakni apakah naik dan turunnya variabel terikat
dapat dilakukan melalui menaiknya/menurunnya variabel bebas, atau
sebaliknya.
Fungsi dari analisa regresi memiliki beberapa tugas pokok, yang
terdiri dari (Sudarmanto, 2005) :
Menguji ada tidaknya korelasi antara variabel bebas dan variabel
terikat.
Menetapkan apakah koefisien korelasi tersebut signifikan.
Menguji signifikansi persamaan garis regresi yang telah ditetapkan.
Persamaan estimasi regresi linier berganda sebagai berikut :
Yi = β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + .... + βkXki + εi (3.2)
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
78
Universitas Indonesia
Analisa regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh
sejumlah variabel independen/bebas X1, X2,.... Xk terhadap variabel
dependen/terikat (Y) atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel
dependen/terikat berdasarkan nilai variabel independen/bebas X1, X2,....
Xk.
Analisa dengan regresi linier berganda memerlukan uji persyaratan
yang sangat ketat (Sudarmanto, 2005), antara lain :
Melakukan uji linearitas garis regresi.
Tidak terdapat saling hubungan antara variabel bebas satu dengan
lainnya (uji multikolinearitas).
Tidak terdapat autokorelasi antar data pengamat.
Tidak terjadi adanya heteroskedastisitas.
Hal-hal yang pokok dalam analisa regresi dengan bantuan program
SPSS (Sudarmanto, 2005), antara lain :
Koefisien Korelasi
Berdasarkan analisa yang dilakukan, diperoleh harga koefisien
ganda (Ry (1,2, ..., n)) yang harus dibuktikan signifikansinya. Nilai
koefisien korelasi dapat ditemukan pada output tabel Model
Summary, yakni R hitung. Nilai koefisien korelasi lebih besar dari
0, maka hubungan yang bersifat pengaruh antara variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Koefisien Determinasi
Tingkat ketetapan suatu garis regresi dapat diketahui dari besar
kecilnya koefisien determinasi atau koefisien R2 (R Square). Nilai
R2 sebagai koefisien R2 hitung yang dapat ditemukan pada output
tabel Model Summary. Semakin besar nilai R2 maka semakin kuat
kemampuan model regresi yang diperoleh. Selain itu terdapat
Adjusted R Square, yang berfungsi untuk melihat pengaruh
penambahan suatu variabel ke dalam suatu persamaan regresi.
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
79
Universitas Indonesia
Persamaan Garis Regresi
Dalam analisa regresi juga terdapat sub bagian yang menunjukkan
nilai koefisien beta untuk masing-masing variabel bebas yang akan
digunakan untuk membuat persamaan garis regresi yang dihasilkan
dari analisa. Nilai koefisien beta dapat ditemukan pada output tabel
Coefficients.
Koefisien Regresi
Koefisien regresi menunjukkan pada besarnya perubahan pada
variabel terikat (Y) yang diakibatkan oleh adanya perubahan pada
variabel bebas (X) yang masuk dalam model. Masing-masing
variabel bebas memiliki nilai koefisien regresi, sebagaimana yang
dinyatakan dalam persamaan garis regresinya.
Selain itu output lain yang diperoleh dari analisa ini, antara lain
nilai condition index ≤ 16 pada hasil collinearity diagnostics dan tidak
adanya sample yang bersifat outlier. Nilai condition index digunakan
untuk mendeteksi masalah kolinearitas (Sudarmanto, 2005).
d. Uji Model Analisa Regresi Linier Berganda
Adapun model regresi yang telah didapatkan tersebut dapat diuji
dengan instrumen pengujian (Sudarmanto, 2005), antara lain :
Uji Model Coefficient of Determination Test (R2-test)
Untuk mengetahui apakah nilai-nilai koefisien tersebut mempunyai
pengaruh yang berarti atau tidak, yakni berapa besarnya konstribusi
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), sehingga dapat
diambil langkah efektif dengan menambahkan atau mengurangi
variabel bebas dalam persamaan regresi linier. Uji ini juga untuk
melihat tepat tidaknya penggunaan persamaan regresi. Sebaiknya
digunakan Adjusted R Square, dibandingkan dengan R Square,
karena nilai ini sudah merupakan nilai R Square yang disesuaikan
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
80
Universitas Indonesia
sehingga dapat melihat pengaruh penambahan suatu variabel ke
dalam suatu persamaan regresi.
Uji Serentak/Bersama (F-test)
Tujuan uji ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel bebas
(X) secara signifikan terhadap varibel terikat (Y) atau ada tidaknya
korelasi antara variabel X dan variabel Y. Statistik uji yang dipakai
untuk melakukan uji serentak/bersama ini adalah statistik uji F atau
Analysis of Variance (ANOVA). Berikut hipotesa yang diajukan :
Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel-variabel X secara signifikan
dan positif terhadap variabel Y.
H1 : Terdapat pengaruh variabel-variabel X secara signifikan dan
positif terhadap variabel Y.
Dalam uji ini menggunakan nilai koefisien F garis regresi yang dapat
ditemukan pada output tabel ANOVA. Nilai koefisien F (F hitung)
ini dibandingkan dengan nilai F tabel. Jika F hitung ≥ F tabel, maka
H1 diterima dan Ho ditolak. Selain itu taraf signifikansi F
dibandingkan dengan tingkat alpha yang telah ditetapkan. Jika
signifikansi F < tingkat alpha tersebut, maka H1 diterima dan Ho
ditolak.
Uji Parsial (t-test)
Harga koefisien regresi masing-masing variabel bebas tersebut harus
diuji satu per satu (parsial), sehingga dapat diketahui variabel bebas
yang memiliki pengaruh yang signifikan. Uji statisitik ini
menggunakan statistik uji t. Berikut hipotesa yang diajukan :
Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel-variabel X secara signifikan
terhadap variabel Y.
H1 : Terdapat pengaruh variabel-variabel X secara signifikan
terhadap variabel Y.
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
81
Universitas Indonesia
Pada output tabel coefficient terdapat nilai koefisien t (t hitung)
untuk masing-masing variabel bebas, yang kemudian dibandingkan
dengan nilai t tabel. Jika nilai t hitung > t tabel, maka H1 diterima
dan Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan secara signifikan ada
pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Selain itu menggunakan
nilai signifikan t yang dibandingkan dengan tingkat alpha yang telah
ditetapkan. Jika signifikansi t < tingkat alpha tersebut, maka H1
diterima dan Ho ditolak.
Uji Autokorelasi (Durbin-Watson)
Tujuan uji ini untuk mendeteksi adanya autokorelasi diantara data
variabel-variabel. Uji statisitik ini menggunakan statistik uji Durbin-
Watson. Berikut hipotesa yang diajukan :
Ho : Tidak terjadi adanya autokorelasi diantara data variabel.
H1 : Terjadi adanya autokorelasi diantara data variabel.
Jika nilai koefisien Durbin-Watson dapat ditemukan pada output
tabel Model Summary. Jika nilai koefisien Durbin-Watson mendekati
angka 2 (dua) maka tidak terjadi autokorelasi, yakni Ho diterima dan
H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan model regresi layak dipakai.
Uji Multikolinearitas
Tujuan uji ini untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya
hubungan linier antar variabel bebas satu dengan variabel bebas
lainnya. Berikut hipotesa yang diajukan :
Ho : Tidak terdapat hubungan antar variabel bebas.
H1 : Terdapat hubungan antar variabel bebas.
Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada output tabel coefficient
untuk nilai VIF dari masing-masing variabel dan nilai condition
index. Jika nilai VIF tidak lebih besar dari 10 dan condition index
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
82
Universitas Indonesia
kurang dari 16 maka tidak terdapat hubungan antar variabel bebas.
Ini berarti Ho diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
model regresi layak dipakai.
e. Analisa Faktor
Analisa faktor adalah prosedur untuk mengidentifikasi item atau
variabel berdasarkan kemiripannya. Kemiripan tersebut ditunjukkan
dengan nilai korelasi yang tinggi. Variabel-variabel penelitian yang
memiliki korelasi yang tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor.
Analisa faktor bukan mengkaitkan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, tapi membuat reduksi, abstraksi atau meringkas dari banyak
variabel menjadi sedikit variabel. Analisa faktor menekankan pada
communality, yaitu jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu
variabel pada variabel lainnya.
3.5.6 Temuan dan Bahasan Hasil Analisa Data
Pada tahap studi literatur atau tinjauan pustaka sebagai landasan teori
dalam melaksanakan penelitian ini, dilakukan proses pencarian informasi
atau referensi mengenai hal-hal yang mendukung penelitian. Penelitian ini
membahas mengenai hasil analisa data, dimana telah ditentukan
pengendalian change order yang paling signifikan (efektif dan tepat sasaran)
terhadap kinerja waktu konstruksi proyek, khususnya proyek bangunan
bertingkat tinggi.
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.