bab 3 analisis data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-1-00182-jp-bab...

28
27 BAB 3 ANALISIS DATA Analisis akan dilakukan untuk melihat pandangan para tokoh-tokoh dalam novel Sembazuru terhadap gundik/selir. Analisis pandangan tokoh-tokoh berupa analisis verbal yaitu meneliti melalui ucapan dari tokoh tersebut dan secara non verbal, yaitu melalui hal lain yang tidak diucapkan secara langsung dari pandangan para tokoh mengenai gundik/selir, yaitu pandangan tokoh Kikuji, Ibu Kikuji, Tuan Mitani, Nyonya Ota, Chikako dan Fumiko . 3.1. Analisis Pandangan Para Tokoh Terhadap Keberadaan Gundik/Selir Berikut ini adalah analisis pandangan dari para tokoh dalam novel Sembazuru mengenai keberadaan gundik/selir. 3.1.1 Analisis Pandangan Tokoh Protagonis Kikuji Terhadap Keberadaan Gundik/Selir Kikuji adalah tokoh utama yang selalu muncul dalam tiap bab dalam novel Sembazuru, hal ini dapat dilihat dari seringnya tokoh Kikuji muncul dan hampir seluruh bagian dalam novel ini selalu berhubungan dengan Kikuji. Novel ini sebagian besar menceritakan hubungan Kikuji dengan anggota keluarganya, yaitu dengan ibu, ayah, kedua gundik ayahnya dan dengan anak salah satu gundik/selir ayahnya. Dalam novel ini Kikuji digambarkan sebagai tokoh yang baik (protagonis) berdasarkan kutipan berikut: Menunjukan Kikuji sebagai tokoh yang selalu menerima dan tidak suka memprotes.

Upload: nguyennguyet

Post on 01-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

27

BAB 3

ANALISIS DATA

Analisis akan dilakukan untuk melihat pandangan para tokoh-tokoh dalam novel

Sembazuru terhadap gundik/selir. Analisis pandangan tokoh-tokoh berupa analisis verbal

yaitu meneliti melalui ucapan dari tokoh tersebut dan secara non verbal, yaitu melalui hal

lain yang tidak diucapkan secara langsung dari pandangan para tokoh mengenai

gundik/selir, yaitu pandangan tokoh Kikuji, Ibu Kikuji, Tuan Mitani, Nyonya Ota,

Chikako dan Fumiko .

3.1. Analisis Pandangan Para Tokoh Terhadap Keberadaan Gundik/Selir

Berikut ini adalah analisis pandangan dari para tokoh dalam novel Sembazuru

mengenai keberadaan gundik/selir.

3.1.1 Analisis Pandangan Tokoh Protagonis Kikuji Terhadap Keberadaan

Gundik/Selir

Kikuji adalah tokoh utama yang selalu muncul dalam tiap bab dalam novel Sembazuru,

hal ini dapat dilihat dari seringnya tokoh Kikuji muncul dan hampir seluruh bagian dalam

novel ini selalu berhubungan dengan Kikuji. Novel ini sebagian besar menceritakan

hubungan Kikuji dengan anggota keluarganya, yaitu dengan ibu, ayah, kedua gundik

ayahnya dan dengan anak salah satu gundik/selir ayahnya.

Dalam novel ini Kikuji digambarkan sebagai tokoh yang baik (protagonis)

berdasarkan kutipan berikut:

Menunjukan Kikuji sebagai tokoh yang selalu menerima dan tidak suka memprotes.

28

菊治は素直に誘い寄せられるのだった。

Terjemahan :

Namun Kikuji tidak dapat membuat sesuatu protes apapun; ia menerimanya. (Sembazuru:52)

Kikuji adalah seorang seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang cukup

akrab dengan masalah gundik/selir. Semenjak kecil, ia sudah mendengar dari ayah dan

ibunya mengenai gundik/selir ayahnya. Ia bahkan pernah diajak ayahnya untuk datang

mengunjungi salah satu gundik/selir ayahnya yang memiliki andeng-andeng besar di

salah satu buah dadanya, yaitu Chikako. Ia tidak mempersalahkan ayahnya karena

memiliki beberapa gundik/selir, ia bahkan pernah merasa berang dan dendam ketika

ayahnya menganggap sepi (menyepelekan) Chikako karena memiliki andeng-andeng

menjijikan tersebut. Kikuji mulai memperlakukan Chikako dengan halus dan ramah

dengan berlalunya waktu. Gundik/selir lain yang hadir dalam kehidupan ayah Kikuji

adalah Nyonya Ota, seorang janda dari teman ayah Kikuji. Kikuji juga memiliki affair

dengan Nyonya Ota. Menurut Kikuji, wanita (dalam hal ini menunjuk kepada Nyonya

Ota) adalah makhluk yang begitu pasrah dan menerima, sikap menerima sekaligus

memikat dan sikap itu yang membuatnya jatuh cinta pada Nyonya Ota. Kikuji yang

sebenarnya tidak memiliki hobi pada hal chanoyu, memimpin perusahaan teh ayahnya

pada usia muda, sekitar 20 tahun dan hal ini mengharuskannya sering menghadiri pesta

minum teh. Kikuji tidak menyukai sikap Chikako yang selalu menjelekkan orang lain.

Ketika Nyonya Ota meninggal bunuh diri dengan meninggalkan seorang anak gadis yang

bernama Fumiko, Kikuji secara tidak langsung menjadi sering bertemu dengan Fumiko

berhubungan dengan barang-barang keperluan untuk chanoyu. Lambat laun Kikuji

29

merasakan sesuatu kemesraan dan kelembutan saat melihat Fumiko, yang memiliki wajah

yang sangat mirip dengan ibunya yang membuatnya tertarik pada Fumiko.

Terdapat beberapa pandangan Kikuji mengenai gundik/selir yang dimiliki ayahnya,

seperti tertulis di bawah ini.

3.1.1.1 Analisis Non Verbal

Kutipan di bawah ini berlangsung ketika Kikuji masik kecil dan ia mendengar ayah

dan ibunya sedang membicarakan Chikako, yaitu salah satu gundik/selir ayahnya yang

memiliki andeng-andeng.

菊治は白っぱくれている父に義憤を感した。菊治もちか子のあざを見たの

に、その菊治を無視する父にも憎悪を感した。 Terjemahan :

Percakapan yang berlangsung dengan jujur dan terus terang itu telah dapat membangkitkan perasaan berang pada Kikuji dan perasaan dendam dan kesal terhadap ayahnya. Dendam dan kesal karena ayahnya telah menyepelekan Chikako walaupun sekiranya ia telah melihat andeng-andeng itu. (Sembazuru:9)

Kutipan di bawah ini menunjukan ketika Kikuji berada bersama Nyonya Ota. Ia tidak

merasa kesal dengan Nyonya Ota walaupun wanita itu adalah gundik ayahnya.

菊治にとっても、もし後悔をすれば、醜悪な気がするに違いなかった。見

合いのことは別としても、父の女である。しかし、菊治はこの時まで、

後悔こうかい

もしていなければ、醜悪しゅうあく

とも思わなかったのだ。 Terjemahan :

Di samping itu perlu diingat juga, bahwa wanita itu adalah wanita simpanan ayahnya. Tapi sampai saat itu ia tidak merasa menyesal ataupun jijik. (Sembazuru:24)

Kutipan di bawah ini menujukan perasaan simpati Kikuji terhadap Chikako yang

adalah gundik/selir ayahnya.

30

しかし、菊治がちか子を栗木と呼び捨てにするのを、令嬢は

どう聞いているのだろうか。短いあいだのことにしろ、菊治の

父の女だったと、はたして知っているのだろうか。 Terjemahan :

Kikuji merasakan suatu perasaan simpati yang samar-samar tapi pasti terhadap Chikako – setelah ayahnya meninggal dunia – ketika suatu bayangan datang bahwa ayahnya telah membuat wanita itu menderita dalam suatu affair yang singkat dan cepat. (Sembazuru:36)

Analisis Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa sebagai anak, Kikuji tidak keberatan dengan

tindakan ayahnya dalam kepemilikan gundik/selir, ia bahkan merasa kesal terhadap

ayahnya yang menyepelekan salah satu gumdiknya. Menurut penulis, tindakan Kikuji ini

sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi yang berkata bahwa di Jepang adalah dapat

diterima keadaan satu suami dengan banyak istri (termasuk gundik). Penerimaan keadaan

satu suami banyak istri ini juga sama dengan teori keluarga menurut Yasutaka Teruoka

yang menulis bahwa sejak sebelum abad ke-tujuh pun orang sudah melakukan tindakan

kepemilikan wanita lebih dari satu. Hal ini menandakan bahwa di dalam novel

Sembazuru, baik jaman dahulu maupun jaman dimana novel ini diterbitkan yaitu pada

tahun 1949, tindakan kepemilikan gundik/selir atau disebut konsep satu suami banyak

istri tetap dilakukan oleh orang Jepang.

Kutipan di bawah ini menunjukan sikap Kikuji yang menganggap tindakan Nyonya

Ota (yang menjadi gundik/selir dan berselingkuh dengan Kikuji) tetap merupakan suatu

dosa.

と、夫人は北鎌倉の宿に菊治と泊った時も、菊治の家へ来て茶室へははい

った時もいったがそれがかえって夫人の心よい戦慄獻欷とを誘ったように、

今菊治は骨の前に坐って、夫人を死なせたことを思っても、それが罪だと

すると、やはり罪と言った夫人の声がよみがえって来るのだった。

31

Terjemahan : Kikuji menganggap apa yang dilakukan oleh Nyonya Ota (menjadi wanita simpanan ayahnya dan menjalin hubungan dengan Kikuji) adalah suatu dosa. (Sembazuru:47)

Analisis

Dari kutipan diatas penulis menganalisis bahwa walaupun Kikuji tidak keberatan dan

dapat menerima tindakan ayahnya dalam kepemilikan lebih dari satu wanita pendamping

hidup, tetapi Kikuji tetap berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh Nyonya Ota

merupakan suatu dosa kerena telah menjadi gundik, yaitu seorang wanita idaman lain

ayahnya dan menjalin perselingkuhan dengannya. Menurut penulis, Kikuji sebenarnya

memiliki pandangan bahwa ia menginginkan sebuah keluarga yang murni, seperti teori

dari Kazuo Aoi, bahwa lebih baik dalam sebuah keluarga tetap mempertahankan bentuk

satu istri dan satu suami, bukan keluarga majemuk yang ia jalani seperti dalam

kepemimpinan ayahnya.

3.1.2 Analisis Pandangan Tokoh Protagonis Ibu Kikuji Terhadap Keberadaan

Gundik/Selir

Ibu Kikuji adalah tokoh tambahan karena kemunculannya sangat sedikit dalam novel ini.

Pada saat cerita berlangsung, Ibu Kikuji sudah meninggal dan kemunculannya hanya

sabagai flash back dari ingatan para tokoh-tokoh yang lain.

Ibu Kikuji digambarkan sebagai tokoh protagonis berdasarkan kutipan di bawah ini.

Ibu Kikuji adalah seorang yang tenang dan selalu introspeksi diri.

内気な母はちか子の煙立てるようなおせっかいに、むしろ気を呑まれた形

で外聞を悪がった。

32

Terjemahan :

Ibu Kikuji yang mempunyai pembawaan tenang dan introspeksi diri. (Sembazuru:12)

Ibu Kikuji mempunyai pembawaan tenang dan introspeksi diri yang besar. Pada

awalnya, Ibu Kikuji tidak merasa keberatan dengan kehadiran gundik/selir suaminya. Ibu

Kikuji bahkan pernah membicarakan mengenai Chikako, salah satu gundik suaminya, Ia

bahkan merasa kawatir apakah suatu hari nanti Chikako dapat menikah dan menyusui

anak dengan buah dada yang berandeng-andeng itu. Sebaik-baiknya wanita, ada saatnya

juga Ibu Kikuji mulai merasa cemburu pada Chikako yang tidak memiliki daya tarik itu.

Ibu Kikuji bersekutu dengan Chikako yang memang iri hati dengan gundik/selir lain yang

dimiliki oleh Tuan Mitani, yaitu Nyonya Ota yang memang lebih cantik dan menjadi

wanita favorit Tuan Mitani, suami Ibu Kikuji. Beberapa bulan sebelum kematiannya, ia

sering datang ke pondok keluarga, sendirian dalam ketenangan dan kesunyian.

Sebagai wanita dan sebagai seorang istri, Ibu Kikuji memiliki pandangannya sendiri

mengenai wanita simpanan suaminya, seperti tertulis di bawah ini :

3.1.2.1 Analisis Non Verbal

Kutipan berikut ini adalah sebuah peristiwa yang terjadi ketika Ibu Kikuji dan

suaminya membicarakan mengenai Chikako dan andeng-andengnya.

それから十日ばかり後に菊治は、母がさも驚いた秘密を明かすように、ち

か子は胸にあざがあるために結婚しないのだと、父に話しているのを聞い

た。母は父が知らないと思っている。母はちか子に同情したらしくいたま

しいいう顔をしている。

33

Terjemahan :

Sepuluh hari kemudian, Kikuji mendengar percakapan antara ibu dan ayahnya. Apa yang didengar itu seakan-akan sebuah rahasia yang luar biasa yang belum pernah didengar. BahwaChikako belum dan tidak kawin karena andeng-andeng yang ada di dadanya. Tergambar belas kasihan di mata ibunya. (Sembazuru:8)

Pada kutipan berikut menggambarkan keadaan Ibu Kikuji yang berteman/menjadi

sekutu dengan Chikako.

__むろんちか子こ

は母はは

の身方み か た

になって働はたら

いた。

Terjemahan :

Chikako dengan sendirinya menjadi sekutu ibunya . (Sembazuru:12)

Analisis

Dari kutipan diatas, penulis berpendapat bahwa rasa belas kasihan dari Ibu Kikuji

terhadap Chikako menunjukan bahwa ia adalah seorang istri yang tidak keberatan dan

bahkan mendukung apabila suami mereka mengambil wanita lain sebagai gundik seperti

yang ditulis oleh Fukuzawa Yukichi. Menurut penulis pada umumnya tidak ada wanita

yang rela membagi suaminya dengan wanita lain, tetapi di sinilah terletak keunikan

wanita Jepang. Mereka hanya bisa menerima dan istri yang dapat hidup secara harmonis

dengan gundik suaminya, menurut Fukuzawa Yukichi adalah istri yang baik di mata para

tetangga. Menurut penulis, sikap menerima Ibu Kikuji ini termasuk dalam salah satu

sikap dasar wanita menurut Kaibara dalam Fukuzawa, yaitu sikap Silliness (bodoh, bebal),

karena ia mau saja menerima keadaan menjadi wanita yang dikhianati suami dengan

memiliki gundik/selir.

Dari kutipan di atas mengacu pada teori Kazuo Aoi, penulis juga berpendapat bahwa

keluarga Kikuji adalah keluarga yang menganut sistem kebijakan patrilokal, karena

34

semua kebijakan ada di tangan ayah dan menganut sistem hubungan keluarga otoriter

yang berpusat pada ayah, karena apapun yang dilakukan ayah, tidak ada yang dapat

melawannya, bahkan ketika membicarakan mengenai gundik/selir di depan istri dan

mengajak anak untuk pergi ke rumah gundik/selir.

Kutipan berikut menunjukan sikap cemburu dari Ibu Kikuji.

男性化してしまって、母がいまさら嫉妬するなど、苦笑すべき滑稽なこと

のようだった。

Terjemahan :

Adalah hal yang lucu bila ibu Kikuji mulai merasa cemburu pada Chikako yang tidak mempunyai daya tarik itu.” (Sembazuru:12)

Analisis

Dari kutipan di atas penulis menganalisis ibu Kikuji sebagai wanita, yang walaupun

terlihat tidak keberatan dalam menghadapi tindakan poligami suaminya, Ibu Kikuji tetap

hanyalah seorang wanita yang sebenarnya cemburu ketika melihat suaminya memiliki

wanita lain. Sikap Ibu Kikuji yang cemburu kepada Chikako ini sesuai dengan teori

Kaibara dalam Fukuzawa yang mengatakan bahwa wanita memiliki lima sifat dasar,

salah satunya adalah jealousy (cemburu). Sikap cemburu Ibu Kikuji ini tidak sesuai

dengan teori Yasutaka Teruoka bahwa Poligami dapat dilakukan dengan syarat para

wanita yang dipoligami tidak boleh saling cemburu dan iri hati. Menurut analisis penulis,

dengan keadaan yang masih memiliki rasa cemburu, sebenarnya Ibu Kikuji keberatan

terhadap sikap suaminya yang memiliki gundik/selir.

Kutipan berikut menunjukan sikap Ibu Kikuji yang secara tidak langsung

memperlihatkan keadaannya yang sebenarnya dalam menghadapi kehidupan dengan

suami yang memiliki gundik/selir.

35

母が茶室にはいることを好まなかった。そこでひっそりし

て、母が何を考えているのだろうかと気にかかった。

茶室で一人でいる母を、菊治のぞいてみたいようにも思いながら、見

たことはなかった。

Terjemahan :

Kadang-kadang ia merasa tidak enak hati bila membayangkan apa gerangan yang sedang dipikirkan oleh ibunya di sana, sendirian dalam ketenangan dan kesunyian. (Sembazuru:29)

Analisis

Dari kutipan diatas, penulis menganalisis bahwa dibalik sikapnya yang seolah-olah

menerima perilaku kepemilikan gundik/selir oleh suaminya, kehidupan Ibu Kikuji

sebenarnya tidak bahagia karena cinta dari suaminya terbagi dengan wanita lain. Menurut

Fukuzawa Yukichi, ketidakbahagiaan ini adalah sebagai efek samping dari tindak

poligami suaminya karena sebagai istri, Ibu Kikuji hanya menerima sedikit dari perhatian

sang pria. Wanita Jepang hanya bisa diam dan melindungi suaminya dan berpikir bahwa

tingkah laku mereka tersebut adalah baik, saleh dan berbudi (virtuous).

Dari kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa Ibu Kikuji adalah seorang wanita

yang melewati hari-hari yang tidak membahagiakan, setengah mati, setengah hidup,

dengan selalu menyendiri setelah kematian suaminya. Menurut analisis penulis, ibu

Kikuji merasakan kesedihan yang amat sangat karena sebelum meninggal suaminya

hidup bersama gundik ke-duanya, yaitu Nyonya Ota sehingga Ibu Kikuji merasa saat

untuk membahagiakan dan dibahagiakan oleh suaminya kurang. Menurut Fukuzawa

penyebab hal tersebut adalah karena kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup seks wanita,

sampai akhirnya mereka tunduk dan menyerah (succumb). Menurut analisis penulis,

berdasarkan dari beberapa hal yang sudah dikemukakan di atas, Ibu Kikuji sangat

36

menderita dalam menjalani hidupnya dengan cinta dan perhatian suami yang terbagi

dengan wanita lain. Ibu Kikuji merasa kasihan dengan Chikako bukan karena ia

menyukai Chikako, menurut penulis, Ibu Kikuji merasa kasihan karena merasa diri

mereka sama-sama sebagai seorang wanita dan dengan keadaan Chikako yang memiliki

andeng-andeng di salah satu buah dadanya.

3.1.3 Analisis Pandangan Tokoh Antagonis Tuan Mitani Terhadap Keberadaan

Gundik/Selir

Tuan Mitani adalah seorang tokoh tambahan, seperti Ibu Kikuji, karena

kemunculannya sangat sedikit dalam novel ini. Kemunculannya pun hanya dalam flash

back dari kenangan para tokoh lain karena pada saat cerita novel ini berlangsung, Tuan

Mitani sudah meninggal.

Dalam novel ini di gambarkan sikap Tuan Mitani terhadap gundiknya yang

membuatnya menjadi tokoh antagonis. Kutipan berikut menggambarkan sikap Tuan

Mitani yang telah membuat salah seorang gundik/selirnya menderita.

ちか子はただ一つ菊治の父とのはかない交わりだけで、自分の

女をおさえこめてしまったのだろうと、父の死後菊治は思うと、

淡い同情さえ湧いた。

Terjemahan :

Bahwa ayahnya telah membuat wanita itu menderita dalam suatu affair yang singkat. (Sembazuru:12)

Tuan Mitani adalah ayah dari Kikuji yang memiliki dua orang gundik/selir, yaitu

Chikako dan janda Tuan Ota , yang merupakan seorang rekan sekerja Tuan Mitani dalam

perusahaan teh, yaitu Nyonya Ota (tidak disebutkan nama aslinya). Tuan Mitani sangat

37

menyukai acara minum teh (chanoyu) dan ia mengoleksi barang-barang keperluan pada

chanoyu tersebut, seperti jambangan bunga dan cawan teh. Hubungan Tuan Mitani

tidaklah lama bersama dengan Chikako, berbeda dengan hubungannya dengan Nyonya

Ota, bahkan ia tinggal bersama-sama dengan Nyonya Ota sampai ia meninggal dunia.

Dalam novel ini tidak tertulis secara nyata bagaimana tanggapan Tuan Mitani yang

memiliki beberapa gundik/selir, tetapi pandangan Tuan Mitani dapat dianalisis dari

beberapa penggal kalimat dibawah ini.

3.1.3.1 Analisis Non Verbal

Kutipan berikut ini menggambarkan peristiwa ketika Tuan Mitani mengajak anaknya

untuk datang ke rumah salah seorang gundik/selirnya.

父につれられてちか子の家に行くと、ちか子はお茶の間で胸をはだけて、

あざの手を小さい鋏で切っていた。 Terjemahannya :

Ia diajak ayahnya mengunjungi Chikako yang waktu itu sedang duduk-duduk di ruang sarapan. (Sembazuru:7)

Analisis Dari kutipan diatas, penulis menganalisis bahwa Tuan Kikuji adalah seorang pria yang

memiliki beberapa gundik/selir dengan sepengetahuan istri dan anaknya, hal ini

membuktikan bahwa teori Fukuzawa Yukichi mengenai masalah kepemilikan wanita

simpanan pada jaman sekarang lebih terbuka. Terbukti dengan tindakannya mengajak

anaknya untuk bertemu salah satu wanita simpanannya, Chikako.

Kutipan berikut menunjukkan bahwa Tuan Mitani bahagia bersama dengan

Nyonya Ota, salah seorang gundiknya.

父が幸福であったようにも、菊治は感じ

38

Terjemahan : Ia perkirakan bahwa dulu ayahnya tentulah berbahagia. (Sembazuru:24)

Analisis

Dari kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa ketika seorang pria memiliki wanita

simpanan lain, berarti ia mengingini sesuatu yang lebih yang istrinya tidak dapat

memberikan, kemudian ketika ia mendapatkan hal tersebut dalam diri wanita lain yang

mau dijadikan gundik/selir, ia tentu merasa berbahagia, karena ia telah mendapatkan

wanita yang baru dengan tambahan sesuatu hal yang ia ingini yang tidak ada dalam diri

istrinya. Sama seperti Tuan Mitani, ia berbahagia ketika ia bersama Nyonya Ota,

walaupun Nyonya Ota seorang janda. Hal ini sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi yang

berkata bahwa sebenarnya para pria memuaskan keinginan daging mereka dengan

memiliki gundik ataupun dengan menyewa wanita panggilan.Tuan Mitani merasa lebih

bahagia bersama dengan Nyonya Ota (Kawabata,1949:24) karena secara fisik Nyonya

Ota lebih cantik dibandingkan dengan Chikako.

Dari beberapa kutipan di bawah ini, penulis berpendapat bahwa Tuan Mitani

melakukan Poligami dengan memiliki dua orang gundik/selir.

1. Menunjukan peristiwa ketika kedua gundik ayahnya saling berkunjung

setelah kematian Tuan Mitani.

ちか子と太田夫人とは父の死後交際していたのかと、菊治は

思いがけなかった。

Terjemahan :

Hal itu tetap mengherankan, kedua wanita itu telah saling berkunjung sejak kematian ayahnya. (Sembazuru:13)

39

2. Menunjukan bahwa Chikako Kurimoto adalah gundik dari Tuan Mitani.

“仲人をするという栗木だって、父の女ですよ。あいつが、父も幸福だっ

たと、僕は思いますよ。”

Terjemahan :

“Kurimoto adalah juga gundik ayahku dan ia telah menjadi perantaranya.” (Sembazuru:44) 3. Menunjukan bahwa Tuan Mitani tertarik kepada janda Tuan Ota, dan pada

cerita berikutnya, janda itu dijadikan gundik.selir Tuan Mitani.

茶の仲間だった太田が死んでから、菊治の父は茶道具の処分を引き受けて、

夫亡人と近づいた。

Terjemahan :

Setelah Tuan Ota meninggal dunia – yang selama ini menjadi temansekerja ayahnya dalam perusahaan teh – ayah Kikuji menanggung semua peralatan minum teh Tuan Ota dan ia terjerat oleh jandanya. (Sembazuru:12 )

Analisis

Dari beberapa kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa Tuan Mitani dapat

menerima keberadaan gundik/selir dengan tindakannya memiliki dua orang gundik/selir.

Dari hal ini penulis menghubungkannya dengan teori Kazuo Aoi, yaitu bahwa keluarga

Tuan Mitani adalah keluarga majemuk poligami satu suami banyak istri, yang membagi

pusat pasangannya secara horizontal. Kutipan di atas juga membuktikan bahwa para pria

Jepang yang kaya pada saat itu (ketika novel ini diterbitkan pada tahun 1949) dapat

mengambil gundik sebanyak yang mereka inginkan sesuai dengan teori Fukuzawa

Yukichi.

40

3.1.3.2 Analisis Verbal

Kutipan di bawah ini menceritakan peristiwa ketika Tuan Mitani dan istrinya

membicarakan mengenai salah seorang gundik/selirnya.

それから十日ばかり後に菊治は、母がさも驚いた秘密を明かすように、ち

か子は胸にあざがあるために結婚しないのだと、父に話しているのを聞い

た。母は父が知らないと思っている。母はちか子に同情したらしくいたま

しいいう顔をしている。

Terjemahan :

Sepuluh hari kemudian, Kikuji mendengar percakapan antara ibu dan ayahnya. Apa yang didengar itu seakan-akan sebuah rahasia yang luar biasa yang belum pernah didengar. Bahwa Chikako belum dan tidak kawin karena andeng-andeng yang ada di dadanya. (Sembazuru:8)

Analisis

Dari kutipan di atas, menurut penulis Tuan Mitani sangat terbuka dengan istrinya

mengenai tindak kepemilikan gundik/selir yang lain. Ia bahkan membahas hal yang

sangat rahasia yang menyangkut bagian tubuh gundik/selir yang lain dengan istrinya. Hal

ini membuktikan bahwa di dalam novel Sembazuru, di Jepang pada saat itu adalah dapat

diterima suatu keadaan dimana satu suami beristrikan satu istri sah dan beberapa gundik.

3.1.4 Analisis Pandangan Tokoh Antagonis Nyonya Ota Terhadap Keberadaan

Gundik/Selir

Nyonya Ota adalah seorang Tokoh tambahan karena kemunculan dalam cerita ini

tidak terlalu banyak, dan di tengah-tengah cerita Nyonya Ota meninggal bunuh diri.

Dalam novel ini tokoh Nyonya Ota digambarkan sebagai tokoh antagonis yang

tampak pada kutipan berikut.

41

1. Kutipan berikut menggambarkan Nyonya Ota sebagai seorang yang serakah.

Menurut analisis penulis, Nyonya Ota serakah karena telah mengambil sebagian

cinta dari suami orang, juga serakah karena Nyonya Ota mencintai Tuan Mitani

dan juga Kikuji.

太田夫人もずいぶん悪神経だと思えぬことはない。

Terjemahan :

Tidak dapat menyangkal bahwa Nyonya Ota juga memperlihatkan sifat-sifat serakahnya. (Sembazuru:15)

Nyonya Ota adalah gundik/selir Tuan Mitani yang kedua, yaitu setelah Tuan Mitani

memiliki affair singkat dengan Chikako. Nyonya Ota adalah seorang wanita yang betul-

betul hangat, lemah-lembut, keibuan, memiliki cinta yang menggairahkan, pemaaf,

seorang yang berbudi menurut Kikuji, tidak berbudi menurut Fumiko. .Nyonya Ota

memiliki leher putih agak panjang, mulut dan hidungnya kecil tapi berpadanan dengan

matanya, hidungnya kecil bersih dan sangat menarik hati.Ia terlihat muda pada usianya

yang sudah berkepala empat. Ia juga memiliki sifat serakah, kesepian, penggoda, dan

tidak berbahagia. Nyonya Ota yang cepat berputus asa sangat tergantung dan sangat

mencintai Tuan Mitani. Nyonya Ota juga terlibat affair dengan Kikuji (tidak ditulis affair

itu terjadi dari sebelum atau setelah kematian Tuan Mitani). Ia sangat menderita karena

mencintai Tuan Mitani dan juga Kikuji. Ia tidak dapat membedakan cintanya terhadap

Tuan Mitani dan terhadap Kikuji. Ia merasa sangat berdosa dengan tingkah lakunya ini,

mencintai ke dua orang tersebut. Nyonya Ota akhirnya meninggal dengan cara bunuh diri,

42

ia meminum terlalu banyak obat tidur karena perasaan bersalahnya dan perasaan dikejar-

kejar oleh cintanya.

Walaupun dalam novel ini tidak tertulis secara nyata bagaimana tanggapan Nyonya

Ota terhadak dirinya sebagai wanita simpanan, tetapi pandangan Nyonya Ota dapat

dianalisis dari beberapa penggal kalimat dibawah ini.

3.1.4.1 Analisis Verbal

Kutipan-kutipan berikut menunjukan ketidakbahagiaan Nyonya Ota.

“そういわれても仕方がないけれど。私は悲しい女ね。“

Terjemahan :

“Aku orang yang sangat tidak berbahagia .” (Sembazuru:25)

“三十前でしょう?悪いわねえ。悲しい女だわ。私には分かりません

わ。” Terjemahan :

“Kira-kira masih dua puluhan? Keliru. Aku sangat tidak bahagia. Aku tidak mengerti terhadap diriku.” (Sembazuru:45)

Analisis

Dari kutipan di atas, menurut penulis Nyonya Ota adalah seorang wanita yang bodoh

(Silliness) menurut Kaibara dalam Fukuzawa, karena ia mau dijadikan sebagai

gundik/selir dari seorang pria yang sudah beristri setelah kematian suaminya. Nyonya Ota

bodoh karena ia membuat dirinya sendiri tidak berbahagia dengan keputusan yang

diambilnya. Seperti teori yang dikemukakan oleh Fukuzawa Yukichi, Nyonya Ota, sama

seperti wanita Jepang lain yang melewati hari-hari yang tidak membahagiakan, setengah

mati, setengah hidup, sampai akhirnya mereka tunduk dan menyerah (succumb) dan

43

dalam kasus Nyonya Ota, ia menyerah dengan cara bunuh diri. Dokter menemukan

bahwa penyebab hal tersebut adalah karena kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup seks

wanita. Sebagai seorang gundik/selir ia harus membagi cinta dan tubuh pasangannya

dengan beberapa wanita lain dan menderita karena ia hanya menerima sedikit dari

perhatian sang pria. Nyonya Ota mengalami kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup

seks, yang pastinya membuat ia tidak bahagia sebagai seorang wanita normal. Hal ini

yang membuatnya berselingkuh dengan Kikuji. Fukuzawa juga menambahkan bahwa

sebagai gundik/wanita simpanan, ia tidak bisa santai atau menemukan alasan untuk

bergembira walaupun hidup mereka dipenuhi dengan emas, perhiasan, dan pakaian

mewah yang sebenarnya hanyalah suatu keindahan untuk menutupi suatu perbuatan yang

kejam yang membuatnya tidak berbahagia sebagai gundik.

Kutipan berikut ini menggambarkan perasaan Nyonya Ota sebagai gundik.

ゆるした。ああっ、恐ろしい。なんて罪深い女なんでしょうねえ。

Terjemahan :

“Maafkan. Maafkan terhadap hal-hal yang telah aku lakukan. Hal-hal yang menyebabkan aku berdosa.” (Sembazuru:43)

Analisis

Dari kutipan diatas, tertulis bahwa Nyonya Ota merasa berdosa dengan apa yang

sudah dilakukannya. Menurut analisis penulis, sebagai wanita Nyonya Ota yang telah

secara tidak langsung menjual dirinya demi uang juga merasa sangat berdosa tidak

bahagia dengan statusnya sebagai gundik/selir yang membuat wanita lain merasa

menderita juga, dan secara tidak langsung menunjukan bahwa sebenarnya ia tidak dapat

menerima keberadaan dirinya sebagi seorang gundik.selir. Rasa berdosanya membuat

44

Nyonya Ota sangat menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan, baik tindakannya

menjadi gundik/selir, maupun tindakannya menggoda Kikuji. Menurut Fukuzawa

Yukichi, Para wanita yang melupakan hak alamiah mereka sebagi wanita dan menjual

diri mereka sendiri demi uang dengan menjadi gundik dari seseorang ataupun tindakan

prostitusi merupakan tindakan terendah yang memungkinkan, bahkan dibawah tingkat

kemanusian. Sesuai dengan teori tersebut menurut penulis, Nyonya Ota menyadari bahwa

semua tindakannya adalah tindakan rendah yang sangat memalukan.

3.1.4.2 Analisis Non Verbal

Kutipan di bawah ini menggambarkan sikap Nyonya Ota terhadap kesanggupan Tuan

Mitani dalam hal keuangan.

茶の仲間だった太田が死んでから、菊治の父は茶道具の処分を引き受けて、

夫亡人と近づいた。

Terjemahan :

Setelah Tuan Ota meninggal dunia – yang selama ini menjadi teman sekerja ayahnya dalam perusahaan teh – ayah Kikuji menanggung semua peralatan minum teh Tuan Ota dan ia terjerat oleh janda itu. (Sembazuru:12)

Analisis

Dari kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa Nyonya Ota tertarik untuk menjadi

gundik/selir ketika melihat Tuan Mitani cukup sukses dan mempunyai cukup uang

terbukti dari kesanggupannya untuk menanggung semua peralatan teh Tuan Ota. Hal ini

sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi bahwa siapapun yang memiliki uang dapat

memiliki berapapun wanita yang ia inginkan. Uang sangat menentukan kedudukan dan

harga diri seseorang. Uang juga yang dapat membeli harga diri seorang wanita.

45

3.1.5 Analisis Pandangan Tokoh Antagonis Chikako Terhadap Keberadaan

Gundik/Selir

Chikako adalah seorang tokoh utama selain Kikuji, karena kemunculannya sangat

sering dalam novel ini. Chikako selalu terlibat dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita yang

membuatnya hampir selalu muncul dalam setiap bab dalam novel ini.

Chikako adalah seorang tokoh yang antagonis dengan sifat-sifat yang tampak pada

kutipan-kutipan di bawah ini :

1. Sifat pencemburu

ちか子は父の後をつけ廻したり、未亡人の家へたびたび強意見に出向いた

り、彼女自身の他底の嫉妬が噴火したかのようであった。

Terjemahan :

Ia keluar mencari mangsanya dan sering mengancam Nyonya Ota. Semua rasa cemburunya yang selama ini dipendam tampaknya akan meledak. (Sembazuru :12)

2.Sifat penghasut

そんな気働きのある人なら、お父さまもお母さまもご苦労はなかったんで

すよ。.(Sembazuru:13)

Terjemahan :

Jika ia seorang wanita yang berpikir seperti itu, maka ia tidak akan membawa begitu banyak kesusahan pada ibu dan ayahmu. (Sembazuru:13)

3. Sifat serakah.

ちか子の悪神経に驚いた。

Terjemahan :

Sifat-sifat serakah Chikako. (Sembazuru:15)

46

4.Sifat kesombongan

電話の押しつけがましい調子は、ちか子の厚かましさばかりでもないよう

に疑えた。

Terjemahan :

Kini Kikuji makin sadar bahwa ada sesuatu lagi dalam kesombongan Chikako yang tergambar dalam kekerasan hatinya. (Sembazuru:31)

5.Menunjukan sikap Chikako yang suka berbicara tidak baik.

毒を吐くような形に 見えた。

Terjemahan :

Tampaknya ia akan menyebar racun lagi. (Sembazuru:55)

Dari kutipan-kutipan di atas penulis berpendapat bahwa Chikako adalah seorang tokoh

antagonis.

Chikako adalah seorang gundik/selir pertama dari ayah Kikuji yang memiliki sebuah

andeng-andeng besar di salah satu buah dadanya. Chikako tidak memiliki anak dari hasil

hubungannya dengan ayah Kikuji yaitu Tuan Mitani, karena Tuan Mitani tidak

menginginkan seorang anak yang menyusu pada buah dada yang berandeng-andeng itu.

Keintiman Chikako dengan Tuan Mitani terjadi pada waktu yang singkat, tetapi di

penghujung hidupnya, Chikako telah berbuat baik terhadap Tuan Mitani. Chikako

berteman akrab dengan istri Tuan Mitani dan menjadi sekutu dari Ibu Kikuji, yaitu

Nyonya Mitani dalam permusuhan mereka terhadap gundik/selir Tuan Mitani yang lain,

yaitu Nyonya Ota. Chikako sangat membenci Nyonya Ota kerena ia beranggapan bahwa

Tuan Mitani meninggalkannya karena kehadiran Nyonya Ota. Chikako adalah seorang

47

yang serakah yang memiliki dendam dengan Nyonya Ota. Chikako terlihat sangat iri,

cemburu dan membenci Nyonya Ota. Chikako adalah seorang yang suka menyebar racun

berupa hasutan-hasutan, baik kepada Ibunya Kikuji, Kikuji sendiri dan kepada tokoh-

tokoh lain dalam novel ini. Ia mengira Tuan Mitani meninggalkannya karena Tuan

Mitani meremehkan ia karena andeng-andengnya. Chikako adalah seorang instruktur

chanoyu yang memiliki senyuman yang mampu menimbulkan belas kasih, yang dapat

menghancurkan sebuah pertahanan yang kuat, memiliki martabat sebagai seorang nyonya

rumah dalam upacara minum teh dan ia memiliki seni untuk siap melayani. Ia pintar

mencium kelemahan orang, suka memutuskan sesuatu seenaknya, memiliki

kesombongan yang tergambar dari kekerasan hatinya, biang keladi sesuatu, seorang yang

jahat, iri hati, licin dan cekatan dalam membuat dugaan, dan juga menjengkelkan. Ia

memiliki tangan yang begitu putih dan penuh, otot-otot sikunya menonjol seperti tali,

dagingnya tampak alot dan berat.

3.1.5.1 Analisis Verbal

Kutipan berikut menunjukan perasaan Chikako sebagai gundik/selir yang tanpa

penyesalan.

“それはそうでしたもの。私は太田さんとちがいます。軽かる

いもんです。こ

んなことも、何もかくさないで、一度お話したほうがよろしいんですが、

残念ながら、お父様の浮気の数にもはいりゃしません。あれっと言ってお

しまい。。 でも、恨んでなんかいませんわ。それからずうっと、何か私の便利なとき

には、気楽に利用していただけましたから。。男の方って、何かあった女

のほうが、使いいいんですの。私はまたお父様のおかげで、世のなかの健

全な常識が発達いたしましたね。“ Terjemahan :

“__Tapi aku tidak menyesal. Ia cukup baik memelihara aku, karena ia yakin. Seperti layaknya semua lelaki, mudah saja menggaet seorang wanita yang

48

mempunyai affair dengan dia. Demikianlah, terima kasihku padanya, aku mengembangkan suatu penilaian yang baik dan sehat.” (Sembazuru:63)

Analisis

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Chikako tidak meyesal dengan apa yang

telah ia lakukan, yaitu tindakannya menjadi gundik/selir sehingga secara tidak langsung

ia dapat menerima keberadaan dirinya sebagai seorang gundik/selir. Menurut penulis

sebenarnya Chikako menyadari bahwa kehidupannya sebagai gundik/selir tidaklah

bahagia, bahkan ia hanya dijadikan seorang gundik/selir dalam waktu yang singkat, tetapi

Chikako tetap merasa bahagia dan tidak menyesal menjadi seorang gundik/selir karena ia

merasa telah terpelihara dengan baik oleh sang pria. Penulis berpendapat bahwa sikap

Chikako yang jelas menyadari ketidakbahagiaannya tetapi tetap tidak merasa menyesal

menjadi gundik/selir ini sangatlah rendah, sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi yang

mengatakan bahwa wanita yang melupakan hak alamiah mereka sebagai wanita dan

menjual diri mereka sendiri demi uang dengan menjadi gundik dari seseorang ataupun

tindakan prostitusi merupakan tindakan terendah yang memungkinkan, bahkan dibawah

tingkat kemanusian.

3.1.5.2 Analisis Non Verbal

Kutipan di bawah ini adalah pendapat Kikuji tentang penderitaan Chikako sebagai

gundik/selir.

苦しんだのは、ちか子だったろうと、菊治は思った。ちか子の場合は、父

もほんの短いたわむれて。 Terjemahan :

Adalah Chikako yang sebenarnya menderita.Chikako adalah wanita piaraan ayahnya untuk waktu yang singkat. (Sembazuru:56)

49

Analisis

Dari kutipan diatas, menuliskan mengenai keadaan Chikako yang sebenarnya

menderita dalam kehidupannya sebagai gundik. Dalam cerita sebelumnya, diceritakan

bahwa Chikako menganggap Tuan Mitani yang tidak bahagia, yang sebenarnya dirinya

sendiri yang tidak bahagia. Menurut penulis, kehidupan Chikako, walaupun ia tidak

menyesal menjadi gundik/selir, tetapi sebenarnya Chikako hidup menderita, karena ia

hanya menjadi gundik/selir dalam waktu yang sebentar. Ia selalu merasa iri dengan

gundik Tuan Mitani yang baru, yang lebih baik daripada dirinya dan yang menjadi

kesayangan Tuan Mitani. Iri hatinya itulah yang membuatnya tidak bahagia dan

ketidakbahagiannya itu ia tularkan ke orang lain dengan cara menyebar fitnah. Menurut

penulis, ketidakbahagiaan Chikako sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi yang

mengatakan bahwa para gundik menderita karena mereka hanya menerima sedikit dari

perhatian sang pria. Beberapa wanita melewatkan hari-hari yang tidak membahagiakan,

setengah mati, setengah hidup, dan Dokter menemukan bahwa penyebab hal tersebut

adalah karena kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup seks wanita. Hal ini wajar,

mengingat status Chikako sebagai gundik/selir dalam waktu yang singkat dan posisinya

sebagai wanita lain di hati Tuan Mitani segera tergantikan dengan wanita yang lebih baik,

Chikako tidak mendapat kepuasan dalam berbagai hal karena perubahan statusnya, salah

satunya dalam hal pemenuhan kebutuhan biologis. Menurut penulis, perubahan posisi

Chikako yang tidak lagi menjadi gundik/selir yang disukai oleh Tuan Mitani

membuktikan bahwa keadaan wanita yang menjadi seorang gundik seperti Chikako,

menunjukkan ketidakpastian mengenai keinginan tuannya ataupun mengenai nasib

mereka besok .

50

Beberapa kutipan berikut ini menunjukan bahwa Chikako adalah seorang wanita yang

pencemburu, khususnya pada Nyonya Ota.

ちか子は根深い嫉妬や憎悪も吐き出しているのかと、菊治には聞こえたが。

Terjemahan :

Kikuji tahu masa lalu itu dipakai sebagai jalan keluar saja, berdasarkan iri hati yang terlalu dalam. (Sembazuru:64)

Kutipan berikut ini juga menujukan hal yang sama, yaitu Chikako sebagai wanita yang

pencemburu.

“お父様も、あの奥さんは分らん女だとおっしゃってましたね。女見る目

はまた違いますけれど、まあいつまでもあどけなさそうに見える人でした

ね。私たちの肌には合いません。ねばねばして。。。。“

Terjemahan : “__Ayahmu sering berkata bahwa ia tidak akan pernah mengerti tentang dia. Kepada wanita lain tentulah masalah itu agak berbeda. Tetapi ia selau tampak kekanak-kanakan, tidak peduli sudah berapa umurnya. Jelas ia bukan seperti aku. Kadang-kadang keras hati dan patuh melengket __.” (Sembazuru:56)

Analisis

Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Chikako adalah seorang wanita yang sangat

pencemburu, khususnya kepada Nyonya Ota yang telah menarik perhatian Tuan Mitani

yang tadinya memperhatikan dia, tetapi setelah muncul Nyonya Ota yang lebih baik

darinya, ia ditinggalkan dan tidak lagi menjadi gundik kesukaan Tuan Mitani. Menurut

pendapat penulis, sebagai seorang gundik, sifat Chikako ini tidak sesuai dengan teori

Teruoka Yasutaka bahwa seorang wanita yang dipoligami adalah lebih baik seorang

wanita tidak iri hati dan pencemburu. Iri hati dan cemburu Chikako pada Nyonya Ota

secara nyata sering berupa fitnah yang ia sebarkan kepada orang lain. Menurut penulis,

51

sikap Chikako yang pencemburu dan pemfitnah sesuai dengan teori Kaibara dalam

Fukuzawa mengenai lima sifat dasar wanita, yaitu cemburu (Jealousy) dan umpat / fitnah

(Slander), yang sama sekali tidak baik. Sedangkan berdasarkan teori Yasutaka Teruko,

menurut penulis sikap cemburu dari Chikako tidaklah sesuai dengan konsepnya mengenai

satu suami banyak istri. Dalam teorinya, Yasutaka menulis bahwa seorang wanita yang

menjadi wanita kesekian dari satu pria sebaiknya bukanlah seorang yang iri hati /

pencemburu.

3.1.6 Analisis Pandangan Tokoh Protagonis Fumiko Terhadap Keberadaan

Gundik/Selir

Fumiko adalah tokoh tambahan, karena kemunculannya tidak terlalu banyak dalam

novel ini. Kemunculannya baru nyata pada akhir novel yaitu pada saat ibunya, Nyonya

Ota meninggal .

Sebagai seorang anak dari seorang gundik/selir, Fumiko memeiliki perasaan yang

memiliki perasaan sebagai berikut .

1. Menunjukan penyesalannya atas perilaku ibunyasebagai gundik dari ayah

Kikuji dan sebagai selingkuhan Kikuji.

“__母のことで、お願いにまいりましたの。“

Terjemahan :

“Aku minta agar kau memaafkan ibuku.” (Sembazuru:26)

2. Kutipan berikut juga menunjukan penyesalan Fumiko atas perilaku ibunya juga

sehingga ia terus memohon maaf atas kesalahan ibunya.

52

“_三谷さん、母をゆるしてやってください。”

Terjemahan :

“Tuan Mitani, kau harus memaafkan ibuku.” (Sembazuru:49)

Analisis

Dari kutipan-kutipan di atas, Penulis berpendapat bahwa tokoh Fumiko adalah seorang

tokoh protagonis. Ia sangat malu dan tidak menyetujui tindakan ibunya.

Fumiko adalah anak dari Nyonya Ota dari suaminya, Tuan Ota yang memiliki wajah

yang sangat mirip dengan ibunya. Fumiko adalah sesosok anak perempuan yang memiliki

kesedihan mendalam. Fumiko tadinya tidak terlalu bersahabat dengan Tuan Mitani, tetapi

lambat laun, sikapnya berubah menjadi baik terhadap Tuan Mitani. Fumiko merasa

bahwa ibunyalah (Nyonya Ota) yang menyebabkan Tuan Mitani terlalu cepat meninggal

dunia. Ia juga mengetahui affair yang terjadi antara ibunya dengan Kikuji dan jelas

baginya betapa ibunya telah dilukai hatinya dan dihina. Ia menganggap bahwa ibunya

jahat, seorang wanita yang tidak baik. Walaupun begitu, Fumiko sangat memperhatikan

ibunya dan sangat tidak menyetujui hubungan ibunya dengan Kikuji. Fumiko adalah

seorang wanita yang sederhana, selalu memakai pakaian ala barat, lemah gemulai,

tangkas dan cekatan. Ia memiliki wajah dengan mulut kecil yang acuh tak acuh, bibir

bawah yang agak menonjol ke depan. Ia tidak mengenal cara bagaimana mengenal

ibunya sebagai seorang wanita, jadi ia tidak benar-benar mengenal ibunya. Mempunyai

seorang ibu yang menjadi gundik/selir membuat Fumiko memiliki beberapa pandangan

mengenai gundik/selir seperti tertulis dalam beberapa pengal kalimat di bawah ini.

3.1.6.1 Analisis Verbal

Kutipan di bawah ini menunjukan penyesalan Fumiko atas perilaku ibunya sebagai

gundik dan kekasih Kikuji.

53

1.“母のことで、お願いにまいりましたの_。“

Terjemahan :

“Aku minta agar kau memaafkan ibuku.” (Sembazuru:26)

Sedangkan beberapa kutipan berikut ini menunjukan pendapat Fumiko atas perilaku

ibunya baik sebagai gundik maupun megenai hubungan ibunya dengan Kikuji..

2.“母が悪いんですわ。母はだめな人ですから、はっといていただきたい

んですの。もうおかまいにならないで”。

Terjemahan :

“Ia jahat !” seru gadis itu. “Ia tidak baik dan kau jangan melakukan apa-apa lagi.” (Sembazuru:27)

3.“母が悪いんですわ。母はだめな人なんですもの。お父様とのことだっ

て、三谷さんのことだって、私には母の性格とは思えないんですけれ

ど。”

Terjemahan :

“Ibu yang salah. Ibu yang salah. Ayahmu, lalu kau – tapi kukira sifat-sifat ibu yang sebenarnya berbeda.” (Sembazuru:52)

4,“そんなにやさしくもなかったんですのよ”。 Terjemahan :

“Ibuku sama sekali bukan orang yang baik budinya.” (Sembazuru:66)

Analisis

Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Fumiko sangat malu atas perbuatan ibunya,

sehingga ia harus meminta maaf kepada Kikuji. Menurut analisis penulis, Fumiko adalah

seorang wanita yang berpikiran modern, yang sangat tidak setuju dan tidak dapat

menerima tindakan yang dilakukan oleh ibunya, Nyonya Ota, baik tindakan ibunya

54

sebagai gundik/selir ataupun karena tindakan perselingkuhannya dengan Kikuji. Fumiko

yang selalu berpakaian ala barat dan berpikiran maju seperti ala barat juga sehingga

penulis menarik kesimpulan bahwa Fumiko lebih setuju dengan pernikahan satu suami

dan satu istri tanpa adanya wanita lain sebagai gundik, seperti teori yang dikemukakan

oleh Kazuo Aoi.

Hal lain yang membuat Fumiko malu dan meminta maaf kepada Kikuji adalah karena

di Masyarakat Jepang menganggap seorang janda yang menikah lagi adalah suatu

perbuatan ketidaksetiaan terhadap mendiang suaminya, mereka dianggap tidak setia

karena memiliki suami lagi, sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi.