bab 2 tinjauan pustaka dan landasan teori - … · jenis iii semen portland yang penggunaannya...

25
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Beton merupakan bahan komposit (campuran) dari beberapa bahan utamanya yang terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton tergantung dari kualitas masing- masing material pembentuk. Agar dihasilkan kuat desak beton yang sesuai dengan rencana diperlukan mix design untuk menentukan jumlah masing- masing bahan susun yang dibutuhkan. Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam kondisi yang benar- benar homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi segregasi. Selain perbandingan bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh padat tidaknya campuran bahan penyusun beton tersebut. Semakin kecil rongga yang dihasilkan dalam campuran beton, maka semakin tinggi kuat tekan beton yang dihasilkan. Beton serat didefinisikan sebagai beton yang dibuat dari campuran semen, agregat, air, dan sejumlah serat yang disebar secara random. Prinsip penambahan serat adalah memberi tulangan pada beton yang disebar merata kedalam adukan beton dengan orientasi random untuk mencegah terjadinya retakan- retakan beton yang terlalu dini di daerah tarik akibat panas hidrasi maupun akibat pembebanan (Soroushian dan Bayasi, 1987). Dalam beberapa tahun terakhir ini, beton serat makin banyak diminati, dan saat ini ada banyak penelitian tentang beton serat yang sedang dilakukan. Bahan serat yang digunakan dari baja, plastik, kaca, dan lain-lain. Berbagai eksperimen telah menunjukkan bahwa penambahan serat seperti ini dalam jumlah yang memadai ke dalam beton konvensional dapat meningkatkan kuat tarik beton secara signifikan (Sudarmoko, 1993).

Upload: vuongcong

Post on 25-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Beton merupakan bahan komposit (campuran) dari beberapa bahan utamanya

yang terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air

serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton

merupakan komposit, maka kualitas beton tergantung dari kualitas masing-

masing material pembentuk. Agar dihasilkan kuat desak beton yang sesuai dengan

rencana diperlukan mix design untuk menentukan jumlah masing- masing bahan

susun yang dibutuhkan. Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam

kondisi yang benar- benar homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi

segregasi. Selain perbandingan bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh

padat tidaknya campuran bahan penyusun beton tersebut. Semakin kecil rongga

yang dihasilkan dalam campuran beton, maka semakin tinggi kuat tekan beton

yang dihasilkan.

Beton serat didefinisikan sebagai beton yang dibuat dari campuran semen,

agregat, air, dan sejumlah serat yang disebar secara random. Prinsip penambahan

serat adalah memberi tulangan pada beton yang disebar merata kedalam adukan

beton dengan orientasi random untuk mencegah terjadinya retakan- retakan beton

yang terlalu dini di daerah tarik akibat panas hidrasi maupun akibat pembebanan

(Soroushian dan Bayasi, 1987).

Dalam beberapa tahun terakhir ini, beton serat makin banyak diminati, dan saat ini

ada banyak penelitian tentang beton serat yang sedang dilakukan. Bahan serat

yang digunakan dari baja, plastik, kaca, dan lain-lain. Berbagai eksperimen telah

menunjukkan bahwa penambahan serat seperti ini dalam jumlah yang memadai ke

dalam beton konvensional dapat meningkatkan kuat tarik beton secara signifikan

(Sudarmoko, 1993).

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

6

Pada penelitian yang dilakukan Sri Raharja pada tahun 2013 yang menggunakan

variasi komposisi abu sekam padi 0% , 2,5% , 5% , 7,5% , 10% dan 15%. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa penggunaan abu sekam padi sebagai bahan

pengganti sebagian semen mengakibatkan peningkatan nilai kuat tekan dan

modulus elastisitas. Peningkatan terbesar terjadi pada variasi 10% abu sekam

padi, sedangkan pada variasi 15% nilai kuat tekan dan modulus elastisitas

cenderung menurun. Kontribusi abu sekam padi terhadap kekuatan di dapati

sangat tergantung kepada faktor air semen, jenis semen, dan kualitas abu sekam

padi itu sendiri.

Pada penelitian yang dilakukan oleh A. Pujianto (2010) untuk penambahan abu

sekam padi pada beton yaitu semakin besar kadar abu sekam padi semakin

menurun nilai slumpnya, hal tersebut diakibatkan karena abu sekam padi lebih

banyak menyerap air jika dibandingkan dengan semen, sehingga adukan menjadi

lebih kering yang kemudian mempengaruhi nilai slump beton segar menjadi

semakin rendah sesuai dengan kadar abu sekam padi yang ditambahkan.

Hasil positif dari penggunaan serat bendrat dan abu sekam padi melandasi

pemikiran bagaimana aplikasi yang praktis dan ekonomis, karena serat bendrat

sangat mudah didapatkan, sedangkan abu sekam padi merupakan hasil limbah dan

mudah didapat di indonesia. Salah satu ide yang ingin dikembangkan dalam

penelitian ini adalah bagaimana kontribusi serat bendrat dan abu sekam padi

dalam material beton metode The British Mix Design.

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Beton

Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air, agregat (dan

kadang-kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia

tambahan, serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada perbandingan tertentu.

Dalam adukan beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

7

Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus

juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga

butiran-butiran agregat saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa

yang kompak dan padat (Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996).

Beton sering digunakan dalam konstruksi bangunan dikarenakan mempunyai

banyak sekali keuntungan diantaranya adalah:

a. Bahan pembentuk beton mudah didapat dengan harga relatif murah.

b. Beton tahan terhadap aus dan juga api atau kebakaran.

c. Beton segar mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dengan

ukuran seberapapun sesuai keinginan, cetakan dapat dipakai beberapa kali

sehingga ekonomis dan menjadi lebih murah.

d. Perawatannya mudah dan murah.

e. Beton segar dapat disemprotkan ke permukaan beton lama yang retak maupun

diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan dan dapat

dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang

posisinya sulit.

Beton juga mempunyai kelemahan yang perlu ditinjau oleh perencanaan dalam

merencanakan struktur bangunan, antara lain:

a. Beton mempunyai kuat tarik rendah, sehingga mudah retak, oleh karena itu

perlu diberi baja tulangan atau serat.

b. Beton sulit untuk kedap air sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, air

yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.

c. Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang

jika basah sehingga dilatasi (contraction joint) perlu diadakan pada beton yang

panjang atau lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan

pengembangan beton.

d. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara

seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat

daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

8

2.2.2 Bahan Susun Beton

Kualitas beton yang diinginkan dapat ditentukan dengan pemilihan bahan-bahan

pembentuk beton yang baik, hitungan proporsi yang tepat, cara pengerjaan dan

perawatan beton dengan baik, serta pemilihan bahan tambah yang tepat dengan

dosis optimum yang diperlukan. Bahan pembentuk beton adalah semen, agregat,

air, dan biasanya dengan bahan tambah.

2.2.2.1. Semen Portland

Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa

yang padat dan juga mengisi rongga-rongga diantara butiran-butiran agregat.

Salah satu jenis semen yang biasa dipakai dalam pembuatan beton ialah semen

portland. Bahan dasar pembentuk semen portland terdiri dari kapur, silika,

alumina dan oksida besi. Oksida tersebut bereaksi membentuk suatu produk

akibat peleburan. Unsur-unsur pembentuk semen dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Susunan Unsur Semen Portland

Oksida Persen (%)

Kapur (CaO)

Silika (SiO2)

Alumina (Al2O3)

Besi (Fe2O3)

Magnesium (MgO)

Sulfur (SO3)

Soda/potash (Na2O+K2O)

60 - 65

17 - 25

3 - 8

0,5 - 6

0,5 - 4

1 - 2

0,5 - 1

Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)

Pada umumnya semen portland diklasifikasikan menjadi 5 jenis, seperti yang

tercantum pada Tabel 2.2.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

9

Tabel 2.2 Jenis-jenis Semen Portland

Jenis Semen Karakteristik Umum

Jenis I Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak

memerlukan persyaratan khusus.

Jenis II Semen Portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan

kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan.

Jenis IV Semen Portland yang penggunaannya menuntut panas hidrasi

rendah.

Jenis V Semen Portland yang penggunaannya menuntut persyaratan

sangat tahan terhadap sulfat.

Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 11)

Dalam pedoman beton 1989 disyaratkan dalam pembuatan beton harus memenuhi

syarat-syarat SNI 0013-18 “Mutu dan Cara Uji Semen”. Dalam penelitian ini

digunakan semen jenis I yang digunakan untuk tujuan umum.

2.2.2.2. Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran mortar atau beton. Kira-kira 70 % volume mortar atau beton

diisi oleh agregat. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau

beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam

pembuatan mortar atau beton (Tjokrodimuljo,1996).

Penggunaan agregat bertujuan untuk memberi bentuk pada beton, memberi

kekerasan yang dapat menahan beban, goresan dan cuaca, mengontrol

workability, serta agar lebih ekonomis karena menghemat pemakaian semen.

Agregat yang dipakai campuran beton dibedakan menjadi dua jenis yaitu

agregat halus dan agregat kasar.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

10

a. Agregat Halus

Menurut Tjokrodimuljo (1996), agregat halus adalah agregat yang berbutir

kecil (antara 0,15 mm dan 5 mm). Dalam penelitian agregat halus harus benar-

benar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Karena sangat

berpengaruh pada pengerjaan (workability), kekuatan (strength), dan tingkat

keawetan (durability) dari beton yang dihasilkan. Pasir sebagai pembentuk

mortar bersama semen dan air, berfungsi mengikat agregat menjadi satu

kesatuan yang kuat dan padat.

Untuk memperoleh hasil beton yang seragam, mutu pasir harus dikendalikan.

Pasir sebagai agregat halus harus memenuhi gradasi dan persyaratan yang

ditentukan.

Tabel 2.3. Batasan Susunan Butiran Agregat Halus

Ukuran

Saringan (mm)

Persentase Lolos Saringan

Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4

9,5 100 100 100 100

4,75 90-100 90-100 90-100 95-100

2,36 60-95 75-100 85-100 95-100

1,18 30-70 55-90 75-100 90-100

0,85 15-34 35-59 60-79 80-100

0,3 5-20 8-30 12-40 15-50

0,15 0-10 0-10 0-10 0-15

Sumber : Tjokrodimuljo (1996)

Keterangan :

Daerah 1 : Pasir kasar

Daerah 2 : Pasir agak kasar

Daerah 3 : Pasir agak halus

Daerah 4 : Pasir halus

b. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 5 mm (PBI

1971). Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah.

Kerikil adalah bahan yang terjadi sebagai hasil desintegrasi alami

sedangkan batu pecah adalah bahan yang diperoleh dari batu yang digiling

(dipecah) menjadi pecahan-pecahan berukuran 5-70 mm.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

11

Tabel 2.4. Batasan Susunan Butiran Agregat Kasar

Ukuran Saringan

(mm)

Persentase Lolos Saringan (%)

40 mm 20 mm

40 95 – 100 100

20 30 – 70 95 – 100

10 10 – 35 25 – 55

4,8 0 - 5 0 – 10

Sumber : Tjokrodimuljo (1996)

2.2.2.3. Air

Dalam pelaksanaan suatu proyek, air adalah bahan yang sangat penting dan vital

yang berfungsi antara lain:

a. Pembuatan adukan beton.

b. Pembuatan adukan untuk spesi.

c. Perawatan beton dan kegiatan penunjang lainnya.

Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen

yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan, untuk membasahi

agregat dan untuk melumasi butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan

dipadatkan. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25%

dari berat semen, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai

sulit kurang dari 0,45, karena beton yang mempunyai proporsi air sangat kecil

menjadi kering dan sukar dipadatkan. Tambahan air dibutuhkan untuk menjadi

pelumas campuran agar mudah dikerjakan dan karena seluruh bagian air menguap

ketika beton mengering dengan meninggalkan rongga-rongga, maka penting

dalam hal ini untuk menjaga agar air yang digunakan seminimal mungkin.

Air yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat air untuk pengerjaan beton.

Menurut SNI 03-2847-2002 syarat-syarat air yang boleh digunakan antara lain:

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

12

a. Tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, dan bahan-

bahan kimia (asam alkali), bahan organik yang dapat merusak beton atau baja

tulangan.

b. Sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

c. Air yang dapat dipakai sebaiknya diuji dulu sehingga dapat diketahui jenis

dan kadar mineral yang terkandung didalamnya.

2.2.2.4. Bahan Tambah

Bahan tambah didefinisikan sebagai material selain air, agregat, dan semen yang

dicampurkan ke dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama

pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan

karakterisik dari beton atau mortar misalnya untuk dapat dengan mudah

dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain (ASTM C.125-1995).

Secara umum bahan tambah dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah

kimia (chemical admixture) dan bahan tambah mineral (additive). Bahan tambah

admixture ditambahkan saat pengadukan atau pada saat dilakukan pengecoran.

Bahan ini biasanya dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton atau mortar

saat pelaksanaan pekerjaan, sedangkan bahan tambah additive yaitu yang bersifat

lebih mineral yang juga ditambahkan pada saat pengadukan.

Bahan tambah lain yang biasa digunakan di dalam beton yaitu serat. Penambahan

serat ke dalam beton akan meningkatkan kuat tarik beton yang pada umumnya

sangat rendah. Pertambahan kuat tarik akan memperbaiki kinerja komposit beton

serat dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan beton konvesional

(As’ad, 2008).

Beberapa jenis bahan tambahan yang digunakan dalam campuran beton, dipilih

bahan tambah serat bendrat dan abu sekam padi pada penelitian ini, karena selain

dapat menambah kuat tekan beton, bahan tambah tersebut juga mudah didapat.

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

13

2.2.2.4.1. Bahan Tambah Abu Sekam Padi

Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi. Selama proses

perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran menghilangkan zat-zat organik

dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika. Perlakuan panas pada sekam padi

menghasilkan perubahan struktur yang berpengaruh pada dua hal, yaitu tingkat

aktifitas pozzolan dan kehalusan butiran abunya. Komposisi silika yang cukup

besar pada abu sekam padi, membuat abu sekam padi menjadi bersifat pozzolan

yang bila dicampur dengan semen menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi

(Sumaryanto D, Satyarno I, Tjokrodimulyo K, 2009). Komposisi kimia pada abu

sekam padi dapat dilihat pada Tabel. 2.5 dibawah ini.

Tabel 2.5. Komposisi Kimia Abu Sekam Padi

Komposisi kimia abu sekam padi % Berat

Karbon (zat arang) 1,33

Hidrogen 1,54

Oksigen 33,64

Silika 16,98

(Sumber: DTC-IPB)

2.2.2.4.2. Bahan Tambah Serat Bendrat

Serat merupakan bahan tambah yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat

atau kekuatan beton. Serat memiliki peranan yang penting dalam komposit karena

menentukan kinerja komposit secara keseluruhan (Balaguru dan Shah, 1992).

Tabel 2.6. Sifat-sifat berbagai macam kawat yang digunakan sebagai fiber

No Jenis Kawat Kuat Tarik

(MPa)

Perpanjangan Pada Saat Putus

(%)

Specific

Gravity

1 Kawat Baja 230 10,5 7,77

2 Kawat Bendrat 38,5 5,5 6,68

3 Kawat Biasa 25 30 7,70

(Sumber: Suhendro, 2000)

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

14

2.2.3. Beton Serat

Beton serat (fiber reinforced) adalah beton yang tersusun dari bahan semen

hidrolis, agregat halus, agregat kasar dan sejumlah kecil serat sebagai bahan

tambahan yang tersebar secara merata berorientasi random dan dengan proporsi

tertentu. Maksud utama penambahan serat kedalam beton adalah untuk

meningkatkan kuat tarik beton, mengingat beton mempunyai kuat tarik yang

rendah pada beton bertulang bagian yang mengalami tegangan tarik akan retak

terlebih dahulu. Sebelum tulangan baja memberikan dukungan terhadap tarikan

secara optimal yang akibatnya terjadi retak-retak rambut yang secara struktur

tidak berbahaya, tapi apabila ditinjau dari segi keawetan bangunan akan berkurang

(Vian Dhalik Pratama, 2007). Penggunaan serat pada campuran beton pada

intinya memberikan pengaruh yang baik yaitu dapat memperbaiki sifat beton

antara lain dapat memperbaiki daktalitas dan kuat lentur beton serta mengurangi

susut beton.

Serat bendrat dapat berupa potongan-potongan kawat yang dibuat khusus dengan

permukaan halus/rata atau diaform, lurus atau bengkok yang bertujuan untuk

memperbesar lekatan dengan campuran beton. Serat bendrat akan berkarat di

permukaan beton namun akan sangat awet jika didalam beton. Karakteristik serat

bendrat yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ukuran panjang 70 mm,

diameter 1 mm, berat jenis sekitar 5,56 ton/m2, dengan persentase campuran

0,5%; 1%; 1,5%; dan 2% dari volume adukan beton (Soroushian & Bayasi, 1987).

Beberapa sifat-sifat beton dapat diperbaiki dengan penambahan serat, di

antarannya adalah meningkatnya daktilitas, ketahanan, kuat tarik dan lentur,

ketahanan terhadap kelelahan, ketahanan terhadap pengaruh susutan, ketahanan

terhadap abrasi, ketahanan terhadap pecahan atau fragmentasi, ketahanan terhadap

pengelupasan.

Beton serat didefinisikan sebagai beton yang dibuat dari campuran semen,

agregat, air dan sejumlah serat yang disebar secara random seperti terlihat pada

Gambar 2.1. Prinsip penambahan serat adalah memberi tulangan pada beton yang

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

15

disebar merata ke dalam adukan beton dengan orientasi random untuk mencegah

terjadinya retakan-retakan beton yang terlalu dini di daerah tarik akibat panas

hidrasi maupun akibat pembebanan (Soroushian dan Bayasi, 1987). Penambahan

serat pada beton ringan diharapkan penambahan tulangan untuk memikul beban

yang sama pada suatu konstruksi yang dipikul oleh beton normal dapat

tergantikan (oleh serat tersebut). Penyebaran serat dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Serat tersebar merata dalam beton

Teori penulangan dalam mekanika retak berdasarkan pada kekuatan dari serat

mencakup:

a. Menitik beratkan lekatan dan penjangkaran

b. Memerlukan serat yang kuat dan kaku

c. Retak sepanjang serat

d. Banyaknya kerusakan matrik beton

2.2.4. Sifat Struktural Beton Serat

Peningkatan sifat struktural yang diperlihatkan oleh beton serat dipengaruhi

beberapa hal, diantaranya sebagai berikut ini:

a. Orientasi penyebaran

Fibre dispersion adalah teknik pencampuran adukan agar serat yang

ditambahkan dapat tersebar merata dengan orientasi random dalam beton.

Arah penyebaran serat yang random dan terdistribusi secara merata dan baik

akan menyebabkan peningkatan sifat struktural yang optimal. Untuk mencapai

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

16

hal ini, faktor yang perlu diperhatikan adalah metode penyebaran dan

pencampuran serat ke dalam adukan beton, konsentrasi, dan aspek ratio serat.

b. Lekatan pada alur retakan

Ukuran serat yang pendek dan tidak menerus memungkinkan terjadinya alur

retak tidak melewati serat sehingga lekatan antara serat dan partikel penyusun

beton dalam komposit tidak optimal. Apabila lekatan serat yang terjadi pada

massa beton lebih kecil daripada kuat tarik serat maka kekuatan beton serat

akan ditentukan oleh kuat lekat serat (bond strength).

c. Panjang tertanam serat yang tidak teratur (random)

Gaya aksial yang diakibatkan oleh tegangan lekat serat pada pasta semen

merupakan fungsi dari panjang tertanam minimum serat pada bidang retak.

Panjang tertanam serat ini juga tidak teratur.

2.2.5. Konsep Beton Serat

Pemakaian beton serat ada dua istilah yang sering digunakan untuk

memudahkan perencanaan dan pengenalan kuantitas dan kualitas yang dihasilkan

oleh penambahan serat, yaitu:

a. Fiber Volume (Vf)

Fiber Volume adalah prosentase volume serat (fiber) yang ditambahkan pada

setiap volume beton. Dalam kenyataan, prosentase yang digunakan adalah

berat seratnya yang dapat diketahui dari berat jenis serat. Umumnya semakin

besar fiber volume (Vf) akan meninggikan kualitas beton. Selain itu Vf juga

mempengaruhi workabilitas adukan beton serat.

b. Fiber Aspect Ratio ( dl )

Fiber Aspect Ratio merupakan rasio antara panjang serat (l) dan diameter serat

(d). Rasio perbandingan panjang dan diameter juga mempengaruhi kekuatan

beton serat dan workabilitasnya.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

17

2.2.6. Mekanisme Kerja Serat

Teori yang dipakai sebagai pendekatan untuk menjelaskan mekanisme kerja serat

yaitu:

a. Spacing Concept

Spacing concept dalam teori ini diartikan dengan mendekatkan jarak antarserat

dalam campuran beton sehingga beton akan lebih mampu membatasi ukuran

retak dan mencegah berkembangnya retak menjadi lebih besar.

b. Composite Material Concept

Composite material concept atau konsep material komposit merupakan salah

satu pendekatan yang cukup populer yang memperkirakan kuat tarik maupun

kuat lentur dari beton serat. Konsep ini dikembangkan untuk memperkirakan

kekuatan material komposit pada saat timbul retak pertama/first crack

strength.

Serat yang digunakan dalam beton serat adalah ukuran pendek/short fiber dan

bukan continous fiber, maka perlu dikoreksi berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan berikut:

a. Orientasi dari short fiber yang ramdom akan mengurangi efisiensi penulangan

serat terhadap material komposit

b. Lekatan yang tidak sempurna serta ukuran serat yang pendek dapat

menyebabkan adanya alur retakan yang tidak melewati serat

c. Distribusi alur retakan yang sembarang menyebabkan alur retak tidak selalu

memotong serat tepat di tengah-tengah

d. Efektifitas beton dapat menahan tarik pada saat timbul retak.

Mekanisme kerja serat dalam adukan beton secara bersama-sama adalah sebagai

berikut:

a. Serat bersama pasta beton akan membentuk matriks komposit, dimana serat

akan menahan beban yang ada sesuai dengan modulus elastisitasnya.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

18

Gambar 2.2 Serat dalam Beton

b. Pasta beton akan semakin kokoh/stabil dalam menahan beban karena aksi

serat (fiber bridding) yang sangat mengikat di sekelilingnya.

Gambar 2.3 Aksi Serat Bersama Pasta Semen

c. Serat akan melakukan dowel action (aksi pasak) sehingga pasta yang sudah

retak dapat stabil/kokoh menahan beban yang ada.

Gambar 2.4 Aksi Pasak dalam Beton

Pengaruh penambahan serat ke dalam adukan beton tergantung pada hal-hal

berikut:

a) Jenis (ukuran dan bentuk) serat

b) Aspek rasio serat

c) Konsentrasi serat

d

d

P

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

19

2.2.7. The British Mix Design Methode (DOE)

Rancangan Campuran menggunakan British Standard ini telah lama dikenal di

Eropa. Di Indonesia, cara ini juga dipakai sebagai dasar perencanaan campuran

beton di PBI 1971. Metode ini dikembangkan berdasarkan kandungan semen dan

agregat yang sesuai dengan British Standard. British Standard juga mensyaratkan

material yang harus memenuhi spesifikasi, maka dari itu metode ini juga dapat

digunakan sebagai pijakan untuk memperoleh beton mutu tinggi. Metode ini

banyak digunakan sebagai referensi bagi perancangan campuran beton, karena

mudah disesuaikan dengan kondisi material yang ada di Indonesia.

Metode ini pada mulanya diambil dari Road Note No.4 yang dikeluarkan di

Inggris pada tahun 1950 yang sebenarnya adalah pedoman untuk perancangan

campuran perkerasan beton semen pada jalan raya. Pada tahun 1975, Road Note

No.4 digantikan oleh “Design of Normal Concrete Mixes” yang dikeluarkan oleh

British Department Of Environment atau lebih dikenal dengan istilah DOE. Pada

tahun 1988, “Design of Normal Concrete Mixes” diperbarui lagi demi melihat

perkembangan dan kebutuhan akan rancangan campuran beton.

Tabel 2.6. Kelas dan mutu beton

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

20

Keterangan:

Fc’ = Kuat tekan karakteristik beton (MPa)

Fcr’ = Kuat tekan beton yang diperoleh dari benda uji (kg/cm2)

S = Deviasi standar

2.2.8. Kuat Tekan Beton (f’c)

Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menahan gaya tekan per satuan

luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Besarnya

kuat tekan beton dapat dihitung dengan Persamaan 2.1.

f’c = ……………………………………………………………(2.1)

Dengan, f’c = Kuat tekan (N/mm2)

P = beban (N)

A = Luas tampang (mm2)

Nilai kuat tekan didapatkan melalui pengujian standart berdasarkan ASTM C39-

86 dengan benda uji berupa silinder beton. Faktor-faktor yang sangat

mempengaruhi kuat tekan antara lain faktor air semen, umur beton, jenis semen,

jumlah semen dan sifat agregat.

2.2.9. Modulus Of Rupture

Modulus of Rupture merupakan kuat tarik maksimum yang secara teoritis dicapai

pada serat bagian bawah dari sebuah balok uji (Neville, 1997). Nilai dari modulus

of rupture bergantung pada dimensi dari balok uji dan susunan beban. Untuk

memperoleh nilai modulus of rupture digunakan metode third point loading.

Modulus of rupture diukur dengan menguji balok balok beton dengan ukuran 500

mm x 100 mm x 100 mm, dan di bebani di titik-titik sepertiga bentang hingga

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

21

1/2P 1/2P

O O

1/3 L 1/3 L 1/3 L

P

gagal. Modulus of rupture mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding kuat

belah.

Metode ini menghasilkan momen yang konstan antara titik beban sehingga

sepertiga dari bentang balok ditentukan sebagai tegangan maksimum dimana pada

bagian tersebut retakan terjadi. Besar momen yang dapat mematahkan benda uji

adalah momen akibat beban maksimum dari mesin pembebanan. Besar momen

yang mematahkan balok uji dapat dilihat pada Gambar 2.5. sebagai berikut :

Momen Maksimum

Gambar 2.5. Momen Yang Terjadi Akibat Beban P

Perumusan dari momen maksimum yang terjadi:

Momen Maksimum = 2

1P x

3

1L................................... ( 2.2 )

Dengan:

P = Beban Maksimum

L = Panjang Beban

Secara umum nilai modulus of rupture dapat dihitung dengan rumus:

S

MmaksMOR ............................................................... (2.3 )

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

22

c

b

c

h

Dengan c

IS

Gambar 2.6. Sketsa Balok Modulus Of Rupture

I

cMmaksMOR

.................................................................... ( 2.4 )

h

hb

LPx

MOR

2

112

13

1

2

1

3

2

6

13

1

2

1

bh

LPx

MOR

2hb

LPMOR

..................................................................... ( 2.5 )

Dengan:

MOR = Modulus Of Rupture (MPa)

Mmaks = Momen Maksimum (Nmm)

S = Modulus Penampang (mm3)

P = Beban maksimum pada balok benda uji (Newton)

L = Panjang bentang (mm)

b = Lebar balok benda uji (mm)

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

23

h = Tinggi balok benda uji (mm)

c = Setengah tinggi balok uji = ½ h (mm)

Pengujian kuat lentur akan terjadi tiga macam tipe kemungkinan patah pada balok

uji sebagai berikut:

a. Patah pada 3

1 bentang bagian tengah

Gambar 2.7. Letak Patah Balok Tipe I.

Balok uji patah pada bagian tengah (antara B dan C) pada keadaan ini dan

patahnya diakibatkan oleh momen yang paling maksimum. Besarnya modulus of

rupture dapat dihitung berdasarkan rumus:

S

MmaksMOR ............................................................................... ( 2.6 )

22

6

13

1

2

1

bh

PL

bh

LPx

MOR .................................................................... ( 2.7 )

Dengan:

MOR = Modulus of Rupture (MPa)

Mmaks = Momen Maksimum (Nmm)

S = Modulus Penampang (mm3)

P = Beban Maksimum pada balok benda uji (Newton)

L = Panjang Bentang (mm)

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

24

b = Lebar balok benda uji (mm)

h = Tinggi balok benda uji (mm)

b. Patah pada bentang antara A-B atau C-D.

Gambar 2.8. Letak Patah Balok Tipe II.

Apabila balok patah pada bentang A-B atau C-D dengan jarak letak patah tidak

lebih dari 5% panjang bentang, kondisi ini masih dapat diperhitungkan dan balok

uji dapat dipakai. Modulus of rupture pada kondisi ini dapat dihitung dengan

rumus:

2

2

3

6

12

1

bh

aP

bh

Pax

S

MmaksMOR ..................................................... ( 2.8 )

Dengan:

MOR = Modulus of Rupture (MPa)

Mmaks = Momen Maksimum (Nmm)

S = Modulus Penampang (mm3)

P = Beban Maksimum pada balok benda uji (Newton)

a = Jarak rata-rata letak patah dari perletakan (mm)

L = Panjang Bentang (mm)

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

25

b = Lebar balok benda uji (mm)

h = Tinggi balok benda uji (mm)

c. Patah pada bentang antara A-B atau C-D.

Gambar 2.9. Letak Patah Balok Tipe III.

Apabila balok uji patah pada bentang A-B atau C-D dengan jarak letak patah dari

B maupun C lebih besar dari 5% panjang bentang, maka kondisi ini tidak dapat

diperhitungkan kembali dan balok uji tidak dapat dipakai.

Adapun langkah-langkah pengujian modulus of rupture dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Menyiapkan benda uji balok beton yang akan diuji.

b. Meletakkan benda uji pada alat uji lentur dengan posisi mendatar.

c. Mengatur jarum penunjuk lendutan (dial) tepat pada titik nol.

d. Melakukan pembebanan dan mencatat lendutan setiap penambahan beban

hingga balok beton patah.

e. Mencatat besarnya beban tertinggi yang telah mematahkan balok uji.

f. Melakukan pengukuran dan pengamatan letak patah balok.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

26

2.2.10. Kuat Kejut (Impact)

2.2.10.1. Definisi

Menurut PCA (Portland Cement Association) beban kejut didefinisikan sebagai

energi total yang diperlukan untuk membuat benda uji retak dan patah menjadi

beberapa bagian, yang diketahui dari jumlah pukulan suatu massa yang dijatuhkan

dari ketinggian tertentu.

2.2.10.2. Pendekatan Hitungan Energi Serapan

Menurut Gere dan Timoshenko (2000), beban kejut termasuk ke dalam beban

dinamik, dimana beban diterapkan dan dihilangkan secara tiba-tiba. Pengertian

beban kejut itu sendiri adalah beban yang dihasilkan apabila dua buah benda uji

bertumbukan, atau apabila suatu benda jatuh dan mengenai suatu struktur.

Gambar 2.10. Beban kejut, batang prismatik akibat jatuhnya benda bermassa m.

Keterangan gambar:

A = tinggi tali

B = benda uji

m = massa benda (kg)

h = tinggi jatuh beban (m)

δ = perpanjangan batang (m)

l = panjang total (m)

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

27

Sebuah benda bermassa m yang mula–mula dalam keadaan diam, dijatuhkan dari

ketinggian h kesayap di ujung bawah batang AB. Batang tersebut apabila

menumbuk sayap maka batang akan mulai memanjang sehingga menimbulkan

tegangan dan regangan aksial pada batang. Pada selang waktu yang sangat

singkat, sayap akan bergerak ke bawah dan mencapai posisi peralihan maksimum.

Batang akan memendek, memanjang, lalu memendek lagi, dengan demikian

berarti batang bergetar secara longitudinal dan ujung batang bergerak atas dan

bawah.

Getaran diatas analog dengan getaran yang terjadi pada suatu pegas yang ditarik

kemudian dilepas. Getaran batang akan berhenti karena efek redaman, dan batang

akan diam dengan benda bermassa m terletak pada sayap. Analisis dimulai dengan

meninjau energi suatu sistem sesaat sebelum massa dilepaskan. Energi potensial

massa terhadap elevasi sayap sama dengan m x g x h. Energi potensial ini akan

dikonversikan menjadi energi kinetik. Pada saat massa menumbuk sayap, energi

potensial terhadap elevasi sayap sama dengan nol dan energi kinetik yang terjadi

sama dengan

dimana √

Setelah tumbukan terjadi, energi kinetik massa ditransformasikan menjadi energi

regangan batang yang meregang. Sebagian energi menjadi panas, atau menjadi

deformasi plastik yang terlokalisasipada massa dan sayap. Sebagian kecil masih

sebagai energi kinetik dari massa yang mungkin bergerak ke bawah lebih jauh lagi

selama masih ada kontak dengan sayap, atau memantul ke atas.

Asumsi–asumsi analisis :

1. Massa dan sayap mempunyai konstruksi sedemikian rupa sehingga massa

“menempel” ke sayap dan bergerak ke bawah bersama–sama (massa tidak

memantul).

2. Energi yang hilang diabaikan dan energi kinetik dari massa yang jatuh

berubah seluruhnya menjadi energi regangan batang.

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

28

3. Energi pada batang akibat gerakan vertikal elemen batang dan energi

regangan pada batang akibat berat sendiri diabaikan.

4. Tegangan pada batang tetap berada di dalam daerah elastis linier.

5. Distribusi tegangan seluruh batang sama dengan apabila batang tersebut

dibebani secara statik oleh gaya di ujung bawah (tegangan terbagi rata di

seluruh volume batang).

Prinsip konversi energi menyatakan bahwa energi potensial yang hilang pada saat

jatuhnya massa sama dengan energi regangan yang timbul pada batang:

(2.9)

( ) ( )

(2.10)

Persamaan kuadratik di atas dapat dipecahkan untuk mencari akar positif, yaitu:

[(

)

(

)]

(2.11)

Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan menggunakan notasi:

(2.12)

dengan δst= panjang batang akibat berat benda yang jatuh pada kondisi

pembebanan statik.

Dengan memasukkan Persamaan 2.5 ke Persamaan 2.4 didapat:

[( ) ( )]

(2.13)

Beban yang diterapkan secara tiba-tiba akan menyebabkan perpanjangan dua kali

lebih besar dari perpanjangan yang disebabkan oleh beban yang diterapkan secara

statik.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - … · Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Jenis IV Semen

29

Perpanjangan untuk kondisi seperti ini diperoleh dari Persamaan 2.6 dengan

menetapkan h sama dengan nol.

(2.14)

Analog dengan teori di atas, maka rumus yang digunakan sebagain pendekatan

perhitungan energi serapan adalah:

dengan :

Emaks = energi serapan (joule)

m = massa beban yang dijatuhkan (kg)

g = gravitasi (m/detik2)

h = tinggi jatuh (m)

n = jumlah pukulan