bab 2 tinjauan pustaka 2.1 konsep ispa 2.1.1 pengertian
TRANSCRIPT
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep ISPA
2.1.1 Pengertian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk
adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (WHO, 2011). ISPA merupakan
penyakit umum yang terjadi pada masyarakat dan sering dianggap biasa atau tidak
membahayakan. ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah,
biasanya menular yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
berkisar dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit yang parah dan mematikan,
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan dan faktor pejamu.
Sekelompok penyakit yang termasuk ISPA adalah pneumonia, influenza, dan
pernapasan syncytial virus (RSV). Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan
oleh virus atau bakteri.). ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran
pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang
berlangsung sampai 14 hari, pada organ pernapasan berupa hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga
tengah dan selaput paru.
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa/disertai
9
radang parenkim paru. ISPA adalah penyakit penyebab angka absensi tertinggi,
lebih dari 50% semua angka tidak masuk kerja atau sekolah karena sakit. Angka
kekerapan terjadinya ISPA tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup
dimasyarakat, seperti asrama, kesatrian, sekolah, sekolah-sekolah yang sekaligus
menyelenggarakan pemondokan (boarding school).
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong
paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung,
rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2002). ISPA dibagi menjadi dua yaitu
Infeksi Saluran Pernafasan Atas dan Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah.
infeksi saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia) memerlukan perhatian yang
besar oleh karena angka kasus kematian (Case Fatality Rate) nya tinggi dan
pneumonia merupakan infeksi yang mempunyai andil besar dalam morbiditas
maupun mortalitas di negara berkembang (Misnadiarly, 2008).
Salah satu faktor penyebab ISPA juga yaitu keadaan lingkungan fisik dan
pemeliharaan lingkungan rumah. Pemeliharaan lingkungan rumah dengan cara
menjaga kebersihan didalam rumah, mengatur pertukaran udara dalam rumah,
menjaga kebersihan lingkungan luar rumah dan mengusahakan sinar matahari
masuk ke dalam rumah disiang hari, supaya pertahanan udara didalam rumah
tetap bersih sehingga dapat mencegah kuman dan termasuk menghindari
kepadatan penghuni karena dianggap meningkatnya terjadinya ISPA
(Maryuni,2010).
10
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Namun demikian, didalam
pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang
disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia.
Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok,
coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Contoh patogen yang
menyebabkan ISPA yang dimasukkan dalam pedoman ini adalah rhinovirus,
respiratory syncytial virus, paraininfluenzaenza virus, severe acute respiratory
syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV), dan virus Influenza (WHO,
2007).
Menurut Depkes RI (2005), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah
penyakit Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
2.1.2 Penyebab
ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun riketsia. Infeksi
bakterial merupakan penyulit ISPA oleh karena virus, terutama bila ada epidemi
atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai keradangan parenkim.
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,
11
mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh
Virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan
mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya
mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa
masalah dalam penanganannya. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari
genus streptcocus, Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan
Corinebacterium. Bakteri tersebut diudara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri
tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat
perubahan musim panas ke musim hujan. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Influenza, Sitomegalovirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. Untuk golongan virus
penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk didalamnya virus
para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-
influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis
dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Secara etiologi, ISPA juga
disebabkan oleh Jamur seperti Aspergillus sp., Candida Albicans, Hitoplasma,
dan lain-lain.
Virus pernapasan merupakan peyebab terbesar dari angka kejadian ISPA.
Hingga kini telah dikenal lebih dari 100 jenis virus penyebab ISPA. Infeksi virus
memberikan gambaran klinik yang khas untuk masing-masing jenis virus, akan
tetapi, sebaliknya beberapa jenis virus bersama-sama dapat pula memberikan
gambaran klinik yang hampir sama. Sistem kekebalan tubuh seseorang sangat
12
berpengaruh dalam melawan infeksi virus maupun bakteri terhadap tubuh
manusia. Resiko seseorang mengalami infeksi akan meningkat ketika kekebalan
tubuh lemah. Hal ini cenderung terjadi pada anak-anak dan orang yang lebih tua,
serta siapa pun yang memiliki penyakit atau kelainan dengan sistem kekebalan
tubuh yang lemah. ISPA juga akan lebih mudah menyerang orang yang menderita
penyakit jantung atau memiliki gangguan dengan paru-parunya. Perokok juga
beresiko tinggi terkena infeksi saluran pernapasan akut dan cenderung lebih sulit
untuk pulih dari kondisi ini.
2.1.3 Tanda dan gejala
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan
atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam
hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan
ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak
merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan
sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis,
faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis
dan pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk,
dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan
bernapas) (WHO,2007). ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada
setiap bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat
peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus
13
serta perubahan struktur fungsisiliare (Muttaqin, 2008). Tanda dan gejala ISPA
banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak
nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk,
keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut
pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan
kematian. (Nelson, 2003).
Menurut DR. A Khrisna (2013) gejala-gejala ISPA bervariasi tergantung
dari penyebabnya :
1. ISPA yang disebabkan oleh alergi dan virus biasanya menimbulkan gejala
rhinitis dengan gejala pada hidung seperti hidung berair, hidung mampet,
bersin, lelah, demam dan kemudian diikuti dengan sakit tenggorokkan dan
suara menjadi serak.
2. ISPA yang disebabkan oleh bakteri biasanya menimbulkan faringitis,
dengan gejala sakit tenggorokkan, tanpa gejala pilek dan bersin.
3. ISPA yang disebabkan oleh jamur biasanya menimbulkan sinusitis.
Gejala- gejala umum seperti sakit kepala, demam, mual, muntah, perasaan
lemas, capek dan nyeri seluruh badan (A. Khrisna, 2013).
Menurut Dr. H. Masriadi (2017) gejala – gejala ISPA yaitu :
1. Gejala ISPA ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
14
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misal pada waktu berbicara atau menangis).
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC atau jika dahi anak
diraba.
2. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut.
a. Pernapasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang
berumur satu tahun atau lebih.
b. Suhu lebih dari 39oC (diukur dengan termometer).
c. Tenggorokkan berwarna merah.
d. Timbul bercak – bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang teling.
f. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
3. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala sebagi berikut
a. Bibir atau kulit membiru.
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernapas .
15
c. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
d. Pernapasan berbunyi seperti suara mengorok dan anak tampak gelisah.
e. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
f. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
g. Tenggorokkan berwarna merah.
2.1.4 Patofisiologi
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan
dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang
terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam
membran mukosa (Lindawaty,2010). Gerakan silia mendorong membran mukosa
ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring. Secara umum
efek pencemaran udara terhadap pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia
hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi
lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan
dan makrofage di saluran pernafasan. Akibat dari dua hal tersebut akan
menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri tidak
dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran pernafasan akut (Mukono, 2008). Virus yang masuk saluran
pernapasan akan merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering.
Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
16
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan
cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Rech,2009). K
2.1.5 Klasifikasi ISPA
Menurut Dr. H. Masriadi (2017) klasifikasi ISPA yaitu :
Klasifikasi ISPA
1. Klasifikasi berdasarkan umur
a. Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas:
1) Pneumonia berat: bila disertai dengan tanda klinis seperti berhenti
menyusu jika sebelumnya (jika sebelumnya menyusu dengan baik),
kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada
anak yang tenang, mengi, demam (38oC atau lebih ) atau suhu
tubuh yang rendah (di bawah 35,5oC), pernapasan cepat 60 kali
atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral
(pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen
tegang.
2) Bukan pneumonia : jika anak bernafas dengan frekuensi kurang
dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti
diatas.
b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun , diklasifikasikan atas :
1) Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang
disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya
penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
17
2) Pneumonia berat : batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan
dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat
minum.
3) Pneumonia : batuk (atau kesulitan bernapas) dan pernapasan cepat
tanpa penarikan dinding dada.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : batuk (atau kesulitan
bernapas) tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.
5) Pneumonia persisten : anak dengan diagnosis pneumonia tetap
sakit walaupun telah diobati selama 10 – 14 hari dengan dosis
antibiotik yang adekuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya
terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi
dan demam ringan.
2. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi
a. Infeksi saluran pernapasan atas akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seprti pilek,
otitis media, faringitis.
b. Infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISPbA)
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai
dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran napas, seperti
epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis,
pneumonia.
18
2.1.6 Faktor yang mempengaruhi ISPA
1. Agent
Pada penyakit infeksi saluran pernapasan akut, proses infeksi dapat
mencakup saluran pernapasan atas atau bawah atau bahkan kedua-duanya. Infeksi
dapat disesababkan oleh virus, bakteri, rickettsia, fungi, atau protozoa. Virus
penyebab ISPA antara lain golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus
influenza, virus prainfluenza, dan virus campak) dan adenovirus. Bakteri
penyebab ISPA ada beberapa jenis bakteri, antara lain, streptokokkus hemolitikus,
stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan karna
bakteri difteria.
2. Host (pejamu)
Host (pejamu) pada penyakit ISPA adalah manusia yang terdiri dari 4
aspek yaitu jenis kelamin, usia, status gizi, dan pendidikan. Aspek jenis kelamin,
laki-laki yang banyak terserang penyakit ISPA daripada perempuan karena
mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga
mereka sering terkena polusi udara. Pada aspek usia, dimana kelompok yang
beresiko tinggi untuk tertular atau mengalami penyakit ISPA adalah kelompok
anak-anak yaitu anak dengan usia < 5 tahun, anak-anak dengan daya tahan tubuh
yang lemah, dan anak dengan sistem imunisasi yang tidak lengkap. Peningkatan
intervensi nutrisi dengan pemberian ASI, tambahan suplemen mikronutrien
seperti pemeberian tambahan zinc, zat besi pada susu formula atau makanan akan
meningkatkan imunisasi anak-anak terutama bayi dan balita (Najmah,2016). Anak
balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA. Hal ini
19
disebabkan karena banyaknya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya (Dharmage, 2009).
Aspek status gizi, menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga
mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak 12 minum air
putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh yang
sehat maka kekebalan tubuh akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah
virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh (Notoatmodjo,2007). Aspek
pendidikan, pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta
pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana
pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA
(Dharmage, 2009).
3. Environment (lingkungan)
Faktor lingkungan mempunyai mempunyai 2 aspek yaitu :
a. Faktor Rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a) Bahan bangunan
a. Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini
adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
20
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian
dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-
kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit
gangguan pernapasan.
b. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping
mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-
lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis
khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab
meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding
atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat
menambah penerangan alamiah.
c. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai
baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap
genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri.
Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu
untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah
pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam
rumah.
d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi
21
perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang
tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya barus
menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung
bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
b) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar.
Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah
tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2
(oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2 (karbondioksida)
yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk
bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit)
c) Cahaya
Cahaya rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk
kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang
nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup
dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak
cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat
merusakan mata.
22
b. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi,
2003) :
1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri
yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar
asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat
horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong
horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan
asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media
Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan logam
berat. Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara,
apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga,
polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan
bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar
kayu atau sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan Merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan
kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida,
ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl
cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan
beresiko terserang ISPA.
23
2.1.7 Cara penularan
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang tergolong kedalam air borne
disease dimana penularannya dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar bibit
penyakit dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. penularan
melalui udara terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Namun, pada kenyataannya sebagian besar penularan melalui
udara dapat juga menular melalui kontak langsung dengan penderita yang
mengidap penyakit ISPA (Najmah,2016).
Pada ISPA dikenal 3 cara penularan infeksi ini:
1. Melalui aerosol yang lambat, terutama oleh karena batuk-batuk.
2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk-batuk dan
bersin-bersin.
3. Melalui kontak langsung/ tidak langsung dari benda-benda yang telah
dicemari jasad renik (hand to hand transmission).
Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama
melalui bahan sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak
dalam mukosa hidung daripada mukosa faring. (Muhammad Amin,1998).
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan adalah cara terbaik dalam menangani ISPA. Berikut ini adalah
beberapa pola hidup higienis yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan
terhadap ISPA.
a. Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat
umum.
24
b. Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata
dengan tangan agar Anda terlindung dari penyebaran virus dan bakteri.
c. Hindari merokok.
d. Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
e. Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.
f. Berolahraga secara teratur juga bisa membantu meningkatkan kekebalan
tubuh dan mengurangi risiko penularan infeksi. Semakin sering
berolahraga, semakin kecil pula resiko tertular ISPA.
2.2 Konsep Perilaku manusia
2.2.1 Pengertian
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam
diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berperilaku dalam
segala aktivitas, banyak hal yang mengharuskan berperilaku. Perilaku mempunyai
arti yang kongkrit, perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui
perilaku dapat di kenal jiwa seseorang. Karakteristik perilaku ada yang terbuka
dan ada yang tertutup. Perilaku terbuka dalah perilaku yang dapat diketahui oleh
orang lain tanpa menggunakan alat bantu. Perilaku tertutup adalah perilaku yang
hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu misalnya
berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut.
Pengertian perilaku menurut para ahli :
25
a. Soekidjo Notoatmodjo, 1987
Segala perbuatan atu tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.
b. Robert Y.Kwick, 1972
Tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dipelajari.
c. Ensiklopedia Amerika
Suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti
bahwa perilku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka
suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.
d. Skinner
Respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan luar.
Teori Skiinner disebut teori “S-O-R” (Stimulus – Organisme – Respon)
Ada anggapan manusia berperilaku karena dituntut oleh dorongan dari
dalam sedangkan dorongan merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan
yang harus terpuaskan. Jadi perilaku timbul karena dorongan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya
kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan
yang menentuka kelangsungan hidup manusia seperti makan, minum,
perlindungan diri, dan jenis. Sedangkan kebutuhan yang lainnya hanyalah
merupakan kebutuhan tambahan. Kebutuhan tambahan sifatnya mendukung atau
menambah kebutuhan dasar manusia. Sementara itu kadang manusia sulit
menentukan perbedaan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan, hal itu
26
disebabkan oleh kebutuhan yang belu pernah nampak secara lagsung dan istilah
kebutuhan penggunaannya berbeda-beda dalam kehidupan sehari-sehari.
Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku
dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan peran
manusia sebagai makhluk individu, sosial, dan berketuhanan. Ada beberapa hal
yang perlu dijadikan pedoman dalam penyesuaian diri yaitu :
a. Dapat memenuhi segala kebutuhan dengan tidak menambah dan
mengurangi
b. Tidak mengganggu manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya
c. Melaksanakan pertanggung jawaban dengan sewajarnya dengan sesama
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
1. Keturunan
Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia dari
Tuhan Yang Maha Esa. Keturunan sering disebut pula dengan pembawaan,
heredity. Teori tentang keturunan disampaikan oleh Gregor Mendel yang dikenal
dengan hipotesa genetika. Teori Mendel menyatakan bahwa :
1. Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunan.
2. Tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi keturunannya.
3. Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan
memisah dan menerima pasangan faktor keturunan.
Dalam suatu percobaan perkawinan akan menghasilkan generasi baru 50%
dan 25,25 sesuai induknya. Pengaruh faktor keturunan bagi perilaku diperlukan
27
pengembangan pada masa pertumbuhannya. Dalam keturunan terdapat beberapa
azas yatu :
1. Azas reproduksi yaitu kecakapan dari ayah atau ibu tidak dapat
diturunkan kepada anaknya karena kecakapan merupakan hasil belajar
tiap individu.
2. Azas variasi yaitu penurunan sifat dari orang tua pada keturunanya
terdapat variasi baik kualitas maupun kuantitas.
3. Azas regresi filial yaitu adanya penyusutan sifat-sifat orang tua yang
diturunkan kepada anak-anaknya.
4. Azas jenis menyilang yaitu apa yang di turunkan yaitu apa yang
diturunkan kepada anak mempunyai sasaran menyilang. Ibu akan
menurunkan lebih banyak sifatnya pada anak laki-laki dan ayah akan
menurunkan lebih banyak sifatnya pada anak perempuan.
5. Azas komfromitas yaitu setiap individu akan menyerupai ciri-ciri yang
diturunkan oleh kelompok rasnya.
2. Lingkungan
Lingkungan sering disebut miliu, environment atau juga disebut nurture.
Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada
diri individu dalam berperilaku. Lingkungan turut berpengaruh terhadap
perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia. Lingkungan dapat
digolongkan :
28
1. Lingkungan manusia. Yang termasuk ke dalam lingkungan ini adalah
keluarga, sekolah, dan masyarakat, termasuk didalamya kebudayaan,
agama, taraf kehidupan dan sebagainya.
2. Lingkungan benda yaitu benda yang terdapat di sektar manusia yang
turut memberi warna pada jiwa manusia yang berada disekitarnya.
3. Lingkungan geografis. Latar geografis turut mempengaruhi corak
kehidupan manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai
mempunyai keahlian, dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia
yang tinggal di daerah gersang.
Lingkungan sosial manusia menerima, mempertahankan dan melanjutkan
warisan hasil ciptaan manusia sebelumnya. Hasil ciptaan tersebut dinyatakan
melalui lingkungan benda. Hasil ciptaan manusia dapat juga dinyatakan dalam
bentuk adat, tari-tarian. Ini memberi warna pada jiwa manusia yang hidup
didalamnya. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan
sifat dan perilaku individu mulai mengalami dan mengecap alam dan sekitarnya.
Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak daripada pengaruh lingkungan
oleh karena itu lingkungan selalu tersedia disekitar kita.
Pengaruh lingkungan pada individu meliputi dua sasaran yaitu :
lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial dan lingkungan membuat
wajah budaya bagi individu. Dengan ligkungan dapat pengaruh mempengaruhi
perilaku manusia sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai
makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat pada tahun-tahun pertama
29
perkembangan akan mengubah tabiat manusia sebagai manusia. Perubahan tabiat
ini dalam arti manusia tidak akan mampu bergaul dan perilaku sesamanya.
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber
inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya.
Lingkungan sebagai wajah budaya bagi individu berarti pula bahwa individu
berperan sendiri berperan sebagi pusat dari lingkungan tersebut. dengan individu
menjadi pusatligkungan maka dalam berhadapan dengan lingkungan tersebut
kemungkinan timbulnya peranan lingkungan bagi individu sebagai berikut :
1. Lingkungan sebagai alat individu, alat untuk kelangsungan hidup individu
dan alat untuk kepentingan dalam pergaulan sosial.
2. Lingkungan sebagai tantangan bagi individu. Lingkungan berpengaruh
untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat
merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.
Individu harus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga mejadi jinak
dan dapat dikuasainya.
3. Lingkungan sebagai sesuatu yang harus diikuti. Sifat manusia senantiasa
ingin mengetahui sesuatu dan mencoba sesuatu dalam batas-batas
kemampuannya. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa
memberikan rangsangan daya tarik kepada individu untuk mengikutinya.
Individu peka akan perubahan lingkungan sehingga individu selalu
berpartisipasi didalamnya.
4. Lingkungan objek penyesuaian diri bagi individu. Lingkungan
mempengaruhi individu, sehingga ia berusaha untuk menyesuaikan dirinya
30
dengan lingkungan tersebut. usaha untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan terdapat dua bentuk yaitu autoplastis dan alloplastis berrarti
bahwa individu berusaha agar lingkungan sesuai dengan dirinya
sedangakan autoplastis penyesuaian diri dimana individu berusaha agar
dirinya sesuai dengan keadaan ligkungan yang bersangkutan.
3. Pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap ciri-ciri perilaku individu
Yang dimaksud individu adalah manusia sebagai kesatuan yang terbatas
yaitu manusia perseorangan, yang sering juga disebut orang. Manusia waktu
dilahirkan tidak dapat berdaya sama sekali, dan dalam ketidakberdayaan
memrluan bantuan orang lain, makin besar bayi tersebut akin berkembang sifat-
sifat yang menunjukkan perbedaan dengan yang lain yang merupakan keunikan.
Selain keunikan ini ternyata dalam kehidupannya manusia harus berusaha dan
berjuang untuk mewujudkan apa yang diinginkan atau dicita-citakan. Pembawaan
dan lingkungan mempunyai pengaruh pada kehidupan manusia.
2.3 Konsep Perilaku Merokok
2.3.1 Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.
Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian
dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur
sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok
yang dibakar, dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara
31
bibir perokok (Istiqomah, 2003).Munculnya perilaku dari organisme ini
dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun
stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul
karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti
perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor
lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2003)
menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau
menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
2.3.2 Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok pada sebagian orang, umumnya dipicu oleh citra
dalam diri tiap individu dan juga pergaulan dalam lingkungan masyarakatnya.
Terkadang, seseorang merokok karena mengahadapi tekanan hidup dan
menjadikannya sebagai sarana untuk melarikan diri dari masalah yang
dihadapinya hingga akhirnya dan tanpa disadarinya, merokok pun menjadi
kebiasaan dalam dirinya. Bisa dikatakan bahwa keluarga memiliki peranan yag
sangat besar dalam membentuk perilaku merokok dalam diri tiap anggotanya.
Sebagian kalangan menyakini bahwa seseorang yang terbiasa merokok memiliki
karakteristik khusus. Baik perokok aktif maupun perokok pasif, umumnya
memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Namun
demikian, tidak diragukan lagi bahwa mereka yang mudah cemas dan emosi,
umumnya akan lebih mudah terjerumus pada kebiasaan merokok dibanding orang
lain. Kebiasaan merokok pun banyak yang dialami oleh banyak orang dewasa
32
dengan beragam profesinya: termasuk mereka yang melakukan wirausaha dan
bahkan mereka yang berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa.
2.3.3 Bahaya Merokok
Asap tembakau terdiri atas banyak zat yang membahayakan kesehatan
seperti tar, karbon monoksida, dan nikotin. Tar dapat mengiritasi saluran
pernapasan. karbonmonoksida dapat menempel pada sel darah merah sehingga
mengurangi kemampuan darah dalam membawa oksigen. Nikotin merupakan
suatu zat yang dapat menjadikan seseorang kecanduan. Asap rokok juga
mengandung zat yang dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru dan organ
lainnya. Pada jangka panjang, hal ini mungkin dapat menyebabkan kanker paru-
paru dan penyait jantung kardiovaskuler. Anak-anak yang terkena paparan asap
rokok dapat mengalami infeksi telinga, alergi, dan asma. Bayi yang lahir dari ibu
yang perokok biasanya memiliki berat badan lahir lebih kecil dari rata-rata bayi
normal dan berisiko tinggi mengalami sindrom kematian mendadak atau sudden
infant death ndrome. Berikut ini kerugian yang muncul akibat merokok yaitu
saluran pernapasan dari hidung sampai paru-paru teriritasi oleh asap rokok yang
dapat menyebabkan kanker paru-paru dan empisema, meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler, kanker lidah dan mulut mungkin dapat terjadi akibat
iritasi asap rokok, meningkatkan risiko penyakit kanker faring (tenggorokkan),
dan laring (pita suara).
2.3.4 Jenis – jenis perokok
Menurut Dariyo, (2007) ada dua jenis tipe prokok, yaitu perokok aktif (active
smoker) dan perokok pasif (passive smoker) :
33
a. Perokok aktif (active smoker)
Perokok aktif yaitu individu yang benar – benar memiliki kebiasaan
merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya, sehingga mereka
merasa tidak enak jika sehari tidak merokok.
b. Perokok pasif (passive smoker)
Individu yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus
menghisap asap rokok yang di hembuskan oleh orang lain yang merokok.
Dampak merokok bagi perokok pasif : Infeksi saluran pernapasan akut,
emphysema (pembengkakan dan kerusakan jaringan paru), hipertensi, pusing,
menggigil, meningkatnya detak jantung, sakit pada dada, asma, dan kanker .
Dampak merokok pada perokok aktif : menguningnya gigi dan ujung jari
sebagaimana menguningnya kertas rokok yang dibakar, memiliki kulit yang
pucat, memiliki rambut yang kusut dan mengeluarkan bau, layaknya asap rokok
dan bahkan terkadang menguning layaknya kertas rokok yang terbakar,
munculnya kerutan pada dahi dan sekitar ujung bibir yang disebabkan karena
kebiasaan mengerutkannya dikala sedang merokok, munculnya kerutan di bawah
mata, mengeringnya bibir dan berwarna lembab karena lebih banyak diasupi oleh
gas karbonmonoksida dibandingkan dengan oksigen yang sudah menjadi
kebutuhannya, hilangnya kejernihan mata dan mata pun menjadi memerah.
34
2.3.5 Kategori perokok
Menurut Bambang (2006) kategori perokok pada tabel dibawah ini :
No. Kategori Jumlah rokok yang di hisap
1. Sangat berat 31 batang/hari, selang 5 menit setelah bangun pagi.
2. Berat 21 – 30 batang/hari, selang 6 – 30 menit sejak bangun
pagi.
3. Sedang 11 – 21 batang/hari, selang waktu 31 – 60 menit setelah
bangun pagi.
4. Ringan 10 batang/hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun
pagi.
2.3.6 Jenis – jenis rokok
Menurut Mustikaningrum (2010) jenis rokok dibagi menjadi :
1. Rokok organik
Merupakan jenis rokok yang dianggap tidak mengandung bahan adiktif
sehingga dinilai lebih aman dibanding rokok modern.
2. Rokok gulungan
Peningkatan penggunaan dengan cara melinting sendiri ini sebagian besar
disebabkan oleh budaya dan faktor finansial.
3. Kretek
Mengandung 40% cengkeh dan 60% tembakau. Cengkeh menimbulkan
aroma yang enak, sehingga kretek dihisap lebih dalam daripada rokok
biasa.
4. Cerutu
Kandungan tembakaunya lebih banyak dibandingkan jenis lainnya,
seringkali cerutu hanya mengandung tembakau saja.
5. Pipa
35
Asap yang dihasilkan pipa lebih basa jika dibandingkan asap rokok biasa,
sehingga tidak perlu hisapan yang langsung untuk mendapatkan kadar
nikotin yang tinggi dalam tubuh.
6. Pipa air
Sediaan ini telah digunakan berabad – abad dengan persepsi bahwa cara
ini sangat aman. Beberapa nama lokal yang sering digunakan adalah
hookah, bhang, narghila, shisha.