bab 2 tinjauan pustaka 1. tak (terapi aktivitas...

22
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) 1.1 Defenisi Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009). Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008). 1.2 Manfaat TAK Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat : a) Umum 1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain. 2. Membentuk sosialisasi Universitas Sumatera Utara

Upload: doanbao

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)

1.1 Defenisi

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan

yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia,

2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009).

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau

diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih

(Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam

Yosep, 2007). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara

kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan

interpersonal (Yosep, 2008).

1.2 Manfaat TAK

Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat :

a) Umum

1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui

komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.

2. Membentuk sosialisasi

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

6

3. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang

hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive

(bertahan terhadap stress) dan adaptasi.

4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti

kognitif dan afektif.

b) Khusus

1. Meningkatkan identitas diri.

2. Menyalurkan emosi secara konstruktif.

3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.

4. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan

sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan

tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.

(Yosep, 2007)

1.3 Tahapan dalam TAK

Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan

berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase pra-

kelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok

(Stuart & Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009).

1. Fase Prakelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota,

kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr.

Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

7

dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan

maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK

adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif,

waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).

2. Fase Awal Kelompok

Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan

peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini

menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965)

dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming,

storming, dan norming.

a) Tahap orientasi

Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing,

leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.

b) Tahap konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu

memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu

kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang

tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).

c) Tahap kohesif

Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih

intim satu sama lain (Keliat, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

8

3. Fase Kerja Kelompok

Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan

realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari

produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan

kemandirian (Yosep, 2007).

4. Fase Terminasi

Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman

kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.

Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).

1.4 TAK: Stimulasi Persepsi

Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas

kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,

terapi aktivitas orientasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat,

2004).

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang

menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau

kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004).

Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien

yang mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik: pasien dengan

gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau

ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

9

1.5 Tujuan TAK Stimulasi Persepsi

Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan

stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat mempersepsikan

stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah

yang timbul dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007).

1.6 Aktivitas TAK Stimulasi Persepsi : Halusinasi

Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami

dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam lima

sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :

1. Sesi pertama: Mengenal Halusinasi

Tujuan:

1. Pasien dapat mengenal halusinasi.

2. Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasi.

3. Pasien mengenal situasi terjadinya halusinasi.

4. Pasien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.

Langkah kegiatan

1 Persiapan

a) Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien dengan perubahan sensori

persepsi: halusinasi.

b) Membuat kontrak dengan pasien

c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

10

2. Orientasi

a) Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada pasien.

2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).

3. Menanyakan nama dan panggilan semua pasien (beri papan nama).

b) Evaluasi/ validasi

Menanyakan perasaan pasien saat ini.

c) Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal

suara-suara yang didengar.

2. Terapis menjelaskan aturan main berikut:

• Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin

kepada terapis.

• Lama kegiatan 45 menit

• Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-

suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi

terjadinya, dan perasaan pasien pada saat terjadi.

b) Terapis meminta pasien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi

yang membuat terjadi, dan perasaan pasien saat terjadi halusinasi. Mulai dari

pasien yang sebelah kanan , secara berurutan sampai semua pasien mendapat

giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

11

c) Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.

d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan pasien dari suara

yang biasa didengar.

4. Tahap terminasi

a) Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut

Terapis meminta pasien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan

perasaanya jika terjadi halusinasi.

c) Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi

2. Menyepakati waktu dan tempat.

2. Sesi kedua: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik

Tujuan:

1. Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi

halusinasi.

2. Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi.

3. Pasien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak kepada pasien yang telah mengikuti sesi 1.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

12

2. Orientasi

a) Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada pasien.

2. Pasien dan terapis pakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

1. Terapis menanyakan persaan pasien saat ini.

2. Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu,

situasi, dan perasaan.

c) Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol

halusinasi.

2. Menjelaskan aturan main (sama seperti pada sesi 1)

3. Tahap kerja

a) Terapis meminta pasien menceritakan apa yang dilakukan pada saat

mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua pasien

mendapat giliran.

b) Berikan pujian setiap pasien selesai bercerita.

c) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik

halusinasi saat halusinasi muncul.

d) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu “Pergi jangan

ganggu saya”, “saya mau bercakap-cakap dengan …”

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

13

e) Terapis meminta masing-masing pasien memperagakan cara menghardik

halusinasi dimulai dari pasien sebelah kiri terapis, berurutan searah jarum

jam sampai semua peserta mendapat giliran.

f) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua pasien bertepuk tangan

saat setiap pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi.

4. Tahap terminasi

a) Evaluasi

1. Terapis menayakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut

1. Terapis menganjurkan pasien untuk menerapkan cara yang telah

dipelajari jika halusinasi muncul.

2. Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian pasien.

c) Kontrak yang akan datang

1. Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK yang

berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan

kegiatan.

2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

3. Sesi ketiga: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

Tujuan:

1. Pasien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah

munculnya halusinasi.

2. Pasien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

14

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti Sesi 2.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a) Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada pasien.

2. Pasien dan terapis pakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

1. Terapis menanyakan keadaan pasien saat ini.

2. Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.

3. Terapis menanyakan pengalaman pasien menerapkan cara menghardik

halusinasi.

c) Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi

dengan melakukan kegiatan.

2. Menjelaskan aturan main (sama seperti sesi sebelumnya).

3. Tahap kerja

a) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari.

Memberi penjelasan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan

mencegah munculnya halusinasi.

b) Terapis meminta tiap pasien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan

setiap sehari-hari, daan tulis di whiteboard.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

15

c) Terapis membagikan fomulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis

formulir yang sama di whiteboard.

d) Terapis membimbing satu persatu pasien untuk membuat jadwal kegiatan

harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Pasien menggunakan formulir,

terapis menggunakan whiteboard.

e) Terapis melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah disusun.

f) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada pasien yang sudah

selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.

4. Tahap terminasi

a) Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah selesai menyusun jadwal

kegiatan dan memperagakannya.

2. Terapis memberikan pujian atas kebehasilan kelompok.

b) Tindak lanjut

Terapis menganjurkan pasien melaksanakan dua cara mengontrol

halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.

c) Kontrak yang akan datang

1. Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK berikutnya, yaitu

mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.

2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

16

4. Sesi keempat: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-Cakap

Tujuan:

1. Pasien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mencegah munculnya halusinsi.

2. Pasien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak dengan pasien yang telah mengikuti sesi 3.

b) Terapis membuat kontrak dengan pasien.

c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a) Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada pasien.

2. Pasien dan terapis memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan pasien saat ini.

2. Menanyakan pengalaman pasien setelah menerapkan dua cara yang telah

dipelajari (mengahardik dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang terarah)

untuk mencegah halusinasi.

c) Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-

cakap.

2. Terapis menjelaskan aturan main (sama dengan sesi sebelumnya).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

17

3. Tahap kerja

a) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mengontrol dan mencegah halusinasi.

b) Terapis meminta tiap pasien menyebutkan orang yang biasa diajak bercakap-

cakap.

c) Terapis meminta tiap pasien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa

dan bisa dilakukan.

d) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul “Suster,

ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau “Suster,

tentang kapan saya boleh pulang”.

e) Terapis meminta pasien untuk memperagakan percakapan dengan orang di

sebelahnya.

f) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.

g) Ulangi e s/d f sampai semua pasien mendapat giliran.

4. Tahap terminasi

a) Evaluasi

1. Terapis menayakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.

3. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut

Menganjurkan pasien untuk menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

18

c) Kontrak yang akan datang

1. Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK berikutnya, yaitu

belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

2. Terapis menyepakati waktu dan tempat.

5. Sesi kelima: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

Tujuan:

1. Pasien mamahami pentingnya patuh minum obat.

2. Pasien memahami akibat tidak patuh minum obat.

3. Pasien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak pada pasien yang telah mengikuti sesi 4.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a) Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada pasien.

2. Terapis dan pasien memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan pasien saat ini.

2. Terapis menanyakan pengalaman pasien mengontrol halusinasi setelah

menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri

dengan kegiatan, dan bercakap-cakap).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

19

c) Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh

minum obat.

2. Menjelaskan aturan main (sama seperti sesi sebelumnya).

3. Tahap kerja

a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh

karena obat memberi perasaan tenang, memperlambat kambuh.

b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab

kambuh.

c) Terapis meminta pasien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu

memakannya. Buat daftar di whiteboard.

d) Menjelaskan lima benar minum obat yaitu benar obat, benar waktu minum

obat, benar orang yang minum obat,benar cara minum obat, benar dosis obat.

e) Minta pasien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.

f) Berikan pujian pada pasien yang benar.

g) Mendiskusikan perasaan pasien sebelum minum obat (catat di whiteboard).

h) Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat (catat di

whiteboard).

i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu mencegah

halusinasi/kambuh.

j) Meminta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan

kerugian tidak patuh minum obat.

k) Memberi pujian tiap kali pasien benar.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

20

4. Tahap terminasi

a) Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah

dipelajari.

3. Terapis membaerikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut

Menganjurkan pasien untuk menggunakan empat cara mengontrol

halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan

patuh minum obat.

c) Kontrak yang akan datang

1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol

halusinasi.

2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yg lain sesuai dengan indikasi pasien

(Keliat, 2004).

2. Kemampuan Mengontrol Halusinasi

2.1 Defenisi

Kemampuan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu

perbuatan (Chaplin 1997, dikutip dari Simamora 2002). Kemampuan mengontrol

halusinasi merupakan kesanggupan (potensi) menguasai persepsi sensori secara

langsung, atau merupakan hasil latihan atau praktek (Robbins 2000, dikutip dari

Simamora 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

21

Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada (Videbeck, 2008). Halusinasi adalah

suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau

pola ransang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal)

disertai dengan respon yang berkurang, dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan

rangsang tertentu (Towsend, 1998 dikutip dari Yosep 2008). Halusinasi adalah

persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya ransangan (stimulus)

eksternal (Stuart & Laraia, 2001 dikutip dari Marlindawany, dkk, 2008).

2.2 Tahapan halusinasi

Menurut Janice Clack (1962), pasien yang mengalami gangguan jiwa

sebagian besar disertai halusinasi meliputi beberapa tahapan antara lain :

1. Tahap Comforting

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, pasien

biasanya mengkompensasikan stressornya dengan koping imajinasi sehingga

merasa senang dan terhindar dari ancaman.

2. Tahap Condeming

Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya

pasien merasa mendengarkan sesuatu, pasien merasa takut apabila orang lain ikut

mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri

(With drawl).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

22

3. Tahap Controling

Timbul kecemasan berat, pasien berusaha memerangi suara yang timbul

tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan pasien

susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang pasien

merasa sangat kesepian/sedih.

4. Tahap Conquering

Pasien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak

diikuti perilaku pasien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

(Yosep, 2008)

2.3 Jenis halusinasi

Berbagai jenis halusinasi antara lain (Cancro & Lehman, 2000):

1. Halusinasi pendengaran

Mendengar suara-suara, paling sering adalah suara orang, berbicara kepada

pasien atau membicarakan pasien. Mungkin ada satu atau banyak suara; dapat

berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal. Halusinasi pendengaran

merupakan jenis halusinasi yang paling sering terjadi. Halusinasi berupa perintah,

suara-suara yang menyuruh pasien untuk mengambil tindakan, seringkali

membahayakan diri sendiri atau orang lain dan dianggap berbahaya.

2.Halusinasi penglihatan

Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya

atau orang yang telah meninggal, atau mungkin sesuatu yang bentuknya rusak.

Halusinasi ini merupakan jenis halusinasi kedua yang sering terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

23

3. Halusinasi penciuman

Mencium aroma atau bau padahal tidak ada. Bau tersebut dapat berupa bau

tertentu seperti urine atau feses, atau bau yang sifatnya lebih umum , misalnya bau

busuk atau bau yang tidak sedap. Jenis halusinasi ini sering ditemukan pada

pasien demensia, kejang atau stroke.

4. Halusinasi pengecapan

Mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan

terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut bisa seperti rasa logam atau pahit

atau mungkin seperti rasa tertentu.

5. Halusinasi taktil

Mengacu pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh

atau seperti binatang kecil yang merayap di kulit. Paling sering ditemukan pada

pasien yang mengalami putus alcohol.

6. Halusinasi kenestetik

Meliputi laporan pasien bahwa ia merasakan fungsi tubuh yang biasanya

tidak bisa dideteksi. Contohnya sensasi pembentukan urine atau impuls yang

ditransmisikan melalui otak.

7. Halusinasi kinestetik

Terjadi ketika pasien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi gerakan

tubuh. Gerakan tubuh kadang kala tidak lazim, misalnya melayang di atas tanah.

(Videbeck, 2008)

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

24

7.3 Etiologi

Adapun etiologi dari halusinasi terbagi menjadi dua yaitu faktor

predisposisi dan presipitasi.

Faktor predisposisi dari halusinasi adalah aspek biologis, psikologis,

genetik, sosial dan biokimia. Jika tugas perkembangan terlambat atau hubungan

interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress atau kecemasan.

Beberapa faktor di masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian

sehingga menyebabkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang

menggangggu sistem metabolisme tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang

bersifat halusinogen (Carson, 2000).

Menurut Cloninger (1989), gangguan jiwa terutama gangguan persepsi

sensori: halusinasi dan gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan

faktor genetik. Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau

anak dari pasien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 %,

sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 %. Individu yang memiliki

hubungan sebagai kembar identik dengan pasien yang mengalami gangguan jiwa

memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar dizygot memiliki

kecenderungan 14-17 % (Yosep, 2008).

Menurut Andreasan (1991), bahwa neurotransmiter dan resptor di sel-sel

saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata

mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk

gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia (Yosep, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

25

Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi, dalam penelitian

dengan menggunakan CT Scan otak, ditemukan pula perubahan pada anatomi

otak pasien, terutama pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran

lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil (Yosep, 2008).

Faktor presipitasi adalah stresor sosial dimana stress dan kecemasan akan

meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari orang

yang sangat penting atau diasingkan oleh kelompok/masyarakat; faktor biokimia

dapat meyebabkan partisipasi pasien berinteraksi dengan kelompok kurang,

suasana yang terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan

yang mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan

meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya

kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai berkembangnya

perubahan sensori persepsi pasien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping

menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang

menyenangkan (Stuart & Sundeen, 1998 dikutip dari Cyber nurse 2009).

7.4 Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut :

a) Berbicara, senyum dan tertawa sendiri.

b) Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasakan

sesuatu yang tidak nyata.

c) Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. TAK (Terapi Aktivitas …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/4/Chapter II.pdf · waham tidak terlalu berat ... Beri pujian pada pasien yang melakukan

26

d) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak

mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi,

berganti pakaian dan berhias yang rapi.

e) Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan,

mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang,

pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.

(Towsend & Mary, 1995 dikutip dari Cyber Nurse 2009)

Universitas Sumatera Utara