bab 2 tinjauan kebijakan.pdf
TRANSCRIPT
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 1 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN Bab ini membahas mengenai: (1) Landasan Hukum, (2) Kebijakan Sektoral: Renstra kementrian kelautan dan perikanan, RPJP Provinsi Kepulauan Riau, dan rencana RPJMD Kabupaten Lingga, (3) Kebijakan Spasial: RTRW Propinsi Kepulauan Riau dan RTRW Kabupaten Lingga.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 2 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
2.1 LANDASAN HUKUM
Landasan hukum dalam Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/ MEN/2008
tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/ 2008
tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
13. Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun
2010 2014;
14. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2005-2025;
15. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-
2028;
16. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Lingga Tahun 2010-2015;
17. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031
(dalam proses legalisasi).
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 3 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
2.2 KEBIJAKAN SEKTORAL
Kebijakan Sektoral didalam Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga terdiri dari: Rencana Strategis
(RENSTRA) Kementrian Kelautan dan Perikanan, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Provinsi Kepulauan Riau, dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga.
2.2.1 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENTRIAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN
Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kelautan dan
Perikanan tahun 2010 - 2014 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan diuraikan
sebagai berikut:
2.2.1.1 VISI DAN MISI
Visi Pembangunan Kelautan dan Perikanan adalah:
PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Misi Pembangunan Kelautan dan Perikanan adalah:
1. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan.
3. Memelihara Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan.
2.2.1.2 TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah:
1. Meningkatnya Produksi dan Produktivitas Usaha Kelautan dan
Perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:
a. meningkatnya peran sektor kelautan dan perikanan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional;
b. meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan
perikanan yang memiliki komoditas unggulan;
c. meningkatnya pendapatan.
2. Berkembangnya Diversifikasi dan Pangsa Pasar Produk Hasil Kelautan
dan Perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 4 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
a. meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan per-ikanan;
b. meningkatnya branding pro-duk perikanan dan market share di pasar
luar negeri;
c. meningkatnya mutu dan keamanan produk perikanan sesuai standar.
3. Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara
Berkelanjutan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:
a. terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan;
b. meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil;
c. meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh
aparatur pengawas Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan berdasarkan
tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Meningkatnya peranan sektor kelautan dan perikanan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Indikator Kinerja Utama (IKU)
pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya persentase
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan.
2. Meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan
yang memiliki komoditas unggulan. Indikator Kinerja Utama (IKU)
pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya produksi perikanan
tangkap, perikanan budidaya, dan garam rakyat.
3. Meningkatnya pendapatan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian
sasaran strategis ini adalah meningkatnya Nilai Tukar
Nelayan/Pembudidaya Ikan.
4. Meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan perikanan. Indikator
Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya
konsumsi ikan per kapita.
5. Meningkatnya branding produk perikanan dan market share di pasar
luar negeri. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis
ini adalah meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan.
6. Meningkatnya mutu dan keamanan produk perikanan sesuai standar.
Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah
menurunnya jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara
mitra.
7. Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan.
Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah luas
Kawasan Korservasi Perairan yang dikelola secara berkelanjutan.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 5 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
8. Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil. Indikator Kinerja Utama
(IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah jumlah pulau-pulau kecil,
termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola.
9. Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh
aparatur pengawas Kementerian Kelautan dan Perikanan. Indikator
Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah persentase
wilayah perairan bebas illegal fishing dan kegiatan yang merusak SDKP.
2.2.1.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2013 - 2014
adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah produk.
b. Pengembangan dan pengawasan sistem jaminan mutu dan traceability
(penelusuran) produk hasil perikanan dan jaminan ketersediaan bahan
baku industri.
c. Konservasi dan rehabilitasi sumberdaya kelautan dan perikanan serta
pengelolaan pulau-pulau kecil dan upaya adaptasi dan mitigasi bencana
dan perubahan iklim untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
d. Pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.
e. Pengembangan sumberdaya manusia dan iptek kelautan dan perikanan.
f. Peningkatan kesejahteraan nelayan dan masyarakat perikanan dengan
focus pada Program Peningkatan Kehidupan Nelayan.
g. Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi sector kelautan dan
perikanan,terutama di Koridor Ekonomi Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan
Maluku-Papua.
Strategi yang akan dilakukan untuk melaksanakan arah kebijakan nasional
dan KKP sebagaimana tersebut di atas adalah melalui:
1. Pengembangan Kawasan
a. Minapolitan
Pendekatan pengembangan minapolitan dilakukan melalui:
Ekonomi Kelautan dan Perikanan Berbasis Wilayah
Kawasan Komoditas Unggulan
Sentra Produksi
Unit Usaha
Penyuluhan
Lintas Sektor
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 6 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
b. Pengembangan Ekonomi Regional
Kegiatan kelautan dan perikanan tahun 2012 - 2014 akan mengisi
pengembangan KE Sulawesi, KE Bali-Nusa Tenggara, dan KE Papua-
Kepulauan Maluku. Beberapa kegiatan yang akan dikembangkan antara
lain pengembangan prasarana pelabuhan perikanan, industri rumput
laut, industri pengolahan ikan, budidaya ikan dan rumput laut, dll.
2. Penguatan Kelembagaan, SDM dan IPTEK
Peran penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan dalam
penguatan dan penguasaan iptek di masyarakat adalah dengan
menyediakan data dan informasi, produk-produk biologi unggul (calon
induk dan benih unggul, vaksin, probiotik, dsb), paket teknologi,
rekomendasi, dan penerapan pengembangan kawasan yang
diimplementasikan dalam bentuk teknologi tepat guna yang inovatif dan
adaptif, serta model penerapan iptek di masyarakat.
3. Pemberdayaan dan Kewirausahaan
a. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan
dan Perikanan Melalui pelaksanaan PNPM Mandiri KP diharapkan
diperoleh keluaran berupa tersalurkannya Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) kepada KUKP, dan terlaksananya fasilitasi penguatan
kapasitas dan kelembagaan KUKP melalui sosialisasi, pelatihan, dan
pendampingan, sedangkan hasil yang akan dicapai adalah
meningkatnya produksi, pendapatan, dan penumbuhan wirausaha
kelautan dan perikanan serta meningkatnya kualitas lingkungan di
dalam kelompok mandiri.
b. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)
Pengembangan kewirausahaan dilakukan dalam rangka penciptaan
lapangan usaha di sektor kelautan dan perikanan bagi sarjana terdidik
yang masih menganggur. KKP akan melakukan pembekalan dan
motivasi dilanjutkan dengan pelatihan/magang mengenai budidaya
perikanan, penangkapan, pengolahan dan pemasaran serta pembuatan
proposal.
4. Industrialisasi Kelautan dan Perikanan
Pendekatan industrialisasi kelautan dan perikanan dilakukan melalui
penataan sistem dan manajemen yang mencakup:
a. Pengembangan komoditas dan produk unggulan berorientasi pasar;
b. Penataan dan pengembangan kawasan dan sentra produksi secara
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 7 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
berkelanjutan;
c. Pengembangan konektivitas dan infrastruktur;
d. Pengembangan usaha dan investasi;
e. Pengembangan iptek dan sumber daya manusia;
f. Pengendalian mutu dan keamanan produk;
g. Penguatan pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan
perikanan.
2.2.1.4 PROGRAM DAN KEGIATAN KKP
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kelautan dan perikanan
diimplementasikan melalui program dan kegiatan, sebagai berikut:
1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap
Tujuan program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap
adalah meningkatkan produktivitas perikanan tangkap dan kesejahteraan
nelayan berbasis pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan,
dengan sasaran peningkatan produksi perikanan tangkap (volume dan
nilai), peningkatan pendapatan nelayan, dan peningkatan Nilai Tukar
Nelayan (NTN).
2. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya
Tujuan program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya adalah
meningkatkan produksi perikanan budidaya, dengan sasaran program
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil perikanan budidaya
(volume dan nilai).
3. Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan
Tujuan program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan adalah
mewujudkan produk perikanan prima yang berdaya saing di pasar
domestik dan internasional, dengan sasaran peningkatan nilai ekspor hasil
perikanan, peningkatan volume produk olahan, peningkatan rata-rata
konsumsi ikan nasional, peningkatan nilai produk non konsumsi pada
tingkat pedagang besar, dan peningkatan nilai investasi pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan.
4. Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tujuan program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil adalah mewujudkan tertatanya dan dimanfaatkannya wilayah laut,
pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari, dengan sasaran antara lain
peningkatan luas Kawasan Konservasi Perairan yang dikelola secara
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 8 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
berkelanjutan, pengembangan pengelolaan pulau-pulau kecil, dan jumlah
produksi garam.
5. Program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Tujuan program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan adalah
meningkatnya ketaatan dan ketertiban dalam pemanfaatan sumberdaya
kelautan dan perikanan dengan sasaran perairan Indonesia bebas illegal
fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.
6. Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan
Tujuan program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan adalah melindungi kelestarian sumber daya
hayati perikanan dan kelautan dari Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK)
serta menjamin mutu dan keamanan hasil perikanan nasional dengan
sasaran meningkatnya prosentase media pembawa yang memenuhi sistim
jaminan RENSTRA KKP 2010-2014 49 kesehatan ikan melalui sertifikasi
kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area, menurunnya jumlah kasus
penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, dan meningkatnya
jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di
Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor.
7. Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan Perikanan
Tujuan program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan
Perikanan ini adalah menyiapkan ilmu, pengetahuan dan teknologi
sebagai basis kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dengan
sasaran diadopsinya dan dimanfaatkannya Iptek hasil penelitian dan
pengembangan oleh para pemangku kepentingan.
8. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
Tujuan program Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan adalah meningkatkan kualitas SDM kelautan dan perikanan
dengan sasaran meningkatnya kompetensi SDM kelautan dan perikanan.
9. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur KKP
Tujuan program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur KKP
adalah meningkatkan efektifitas peran pengawasan internal dengan
sasaran program peningkatan kinerja dan akuntabilitas Aparatur KKP,
terwujudnya AKIP yang efektif di KKP, dan peningkatan kualitas
pelayanan publik kepada masyarakat.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 9 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
10. Program Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya KKP
Tujuan program Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya KKP adalah meningkatkan pembinaan dan koordinasi
penyelenggaraan pembangunan kelautan dan perikanan dengan sasaran
terwujudnya Reformasi Birokrasi di KKP, kualitas akuntabilitas kinerja dan
pengelolaan keuangan KKP.
2.2.2 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan
diuraikan sebagai berikut:
2.2.2.1 VISI DAN MISI
Visi Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 adalah:
KEPULAUAN RIAU BERBUDAYA, MAJU DAN SEJAHTERA
Misi Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 adalah:
1. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Memiliki Kepribadian dan
Berakhlak Mulia.
2. Menciptakan Sumber Daya Manusia Kepulauan Riau yang Berkualitas
Pendidikan, Memiliki Etos Kerja dan Produktivitas yang Tinggi.
3. Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan Pembangunan
Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khususnya Dalam Bidang
Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata.
4. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Dapat Memenuhi Seluruh
Kebutuhan Dasar Hidupnya Secara Layak.
5. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat
Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan,
Perikanan dan Kelautan Serta Pariwisata.
2.2.2.2 ARAH PEMBANGUNAN
Arahan pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 terkait dalam Penyusunan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga adalah sebagai
berikut:
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 10 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
1. Meningkatnya Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan
Pembangunan Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khusus Dalam
Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata
ditandai dengan hal-hal berikut:
Terbangunnya sistem perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di seluruh daerah. Terwujudnya sektor
pertanian dalam arti luas khususnya sub sektor perikanan, kelautan,
pertambangan dan pariwisata serta industri sebagai sektor unggulan
daerah dan menjadi basis aktivitas ekonomi.
Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai salah satu pusat pertumbuhan
ekonomi nasional khususnya di bagian Barat Indonesia, dengan
keunggulan bidang industri, perikanan, kelautan dan pariwisata.
Meningkatnya kemampuan dan profesionalitas aparatur pemerintah
daerah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih,
berwibawa, bertanggungjawab serta profesional yang mampu
mendukung pembangunan daerah.
Terkelolanya potensi wilayah terutama aspek kemaritiman sebagai
modal dasar pembangunan daerah dan mendukung pembangunan
nasional.
Terwujudnya kerjasama antar daerah, regional dan internasional di
bidang ekonomi, sosial dan budaya dalam rangka membentuk sinergitas
ekonomi dan jaringan pertumbuhan ekonomi yang handal dan
terintegrasi.
Terpenuhinya pasokan listrik (elektrifikasi) yang memadai, handal dan
efesien sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik kebutuhan rumah
tangga, bisnis, sosial dan pebutuhan publik lainnya termasuk industri.
Tersedianya produk hukum di bidang investasi dan penanaman modal
serta perlindungan usaha ekonomi kerakyatan dengan koordinasi
bersama semua pihak baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
Meningkatnya kualitas dan etos kerja sumber daya manusia dalam
semua bidang terutama disektor unggulan agar mampu mengikuti
perkembangan dan sejajar dengan negara tetangga dengan dukungan
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memiliki kepribadian yang sesuai dengan karakter dan budaya.
Meningkatnya efesiensi pelaksanaan pembangunan yang dilandasi oleh
sistem penyelenggaraan administrasi pemerintahan, perencanaan dan
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 11 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
pelaksanaan pembangunan yang akuntabel, responsif dan berorientasi
kinerja.
Meningkatnya kompetensi tenaga kerja lokal dan tersedianya tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan meningkatnya
sistem informasi pasar kerja.
Tersedianya sarana dan prasarana lembaga diklat ketenagakerjaan
(BLK) yang memadai baik melalui kerjasama pelatihan, pengembangan
lembaga pelatihan dan lainnya.
2. Terwujudnya Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat
Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan,
Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata ditandai dengan hal-hal
berikut:
Ditetapkannya wilayah Kepulauan Riau sebagai salah satu kawasan
perkembangan ekonomi nasional dalam bentuk kebijakan pemerintah
dalam menetapkan kawasan strategis nasional baik dari aspek ekonomi
maupun aspek ketahanan nasional.
Tumbuhnya pusat pertumbuhan ekonomi baru diseluruh wilayah yang
merata terutama industri dan pariwisata yang berbasis kelautan serta
sesuai dengan potensi dan keunggulannya.
Tersedianya sarana prasarana pariwisata dengan didukung oleh
pengembangan sarana dan prasarana kebudayaan dan kesenian serta
infrastruktur perekonomian lainnya yang berkualitas sekaligus
mengadakan pendidikan dan pelatihan bidang pariwisata dan
meningkatkan aksesibilitas dari dan ke objek dan daya tarik wisata
dalam rangka mendukung perkembangan ekonomi daerah.
Terwujudnya pembangunan infrastruktur pelabuhan, dermaga dan
sarana perhubungan antar pulau dan antar daerah yang memadai.
Terciptanya lingkungan yang aman dan kondusif untuk investasi dan
kegiatan ekonomi di Kepulauan Riau dengan dukungan peningkatan
keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat dan kesadaran akan
hukum dan kelestarian lingkungan.
Terwujudnya rasa aman di tengah-tengah masyarakat dan terjaminnya
keamanan dan kenyamanan pelaku usaha dalam berinvestasi baik aman
dari gangguan, bencana alam, kerusakan dan kerusuhan sosial.
Terwujudnya pembangunan berkelanjutan guna menjamin dan
meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 12 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
didukung adanya peningkatan kualitas lingkungan secara terus menerus
dan berkelanjutan dengan pengelolaan sumberdaya alam secara
bijaksana dan memperhatikan prinsip kelestarian dan berkelanjutan.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah dan mengurangi
ekonomi berbiaya tinggi dan terwujudnya pemanfaatan dan hasil guna
sumber daya alam yang optimal baik sumber daya yang dapat
diperbaharui maupun sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan, dan
peningkatan pemahaman dan kesadaran terhadap lingkungan bagi
seluruh pelaku pembangunan termasuk mengurangi jumlah lahan kritis
yang dilakukan secara terus menerus dan dengan arahan pembangunan
yang terintegrasi serta diikuti dengan penegakan hukum.
Terwujudnya sinergi antara sektor publik dan privat untuk
mengakselerasi perekonomian di seluruh wilayah Kepri melalui upaya
menjaga dan meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi
pembangunan antar daerah dan antar sektor (publik dan privat).
Terwujudnya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah melalui
upaya meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan serta
sarana dan prasarana antar pulau dan antar daerah di seluruh wilayah
dengan menjadikannya sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
baru.
Tumbuhnya ekonomi daerah berdasarkan pengembangan potensi
daerah melalui upaya menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi,
memperhatikan potensi dan keunggulan daerah serta didukung oleh
peningkatan efisiensi pelaksanaan pembangunan.
Meningkatnya kelancaran arus barang dan orang dari dan ke seluruh
wilayah dan antar daerah agar terciptanya pemerataan pembangunan
dan munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah
melalui upaya penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana
transportasi darat, laut dan udara.
2.2.2.3 ARAH KEBIJAKAN
Arahan Kebijakan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) provinsi
kepulauan riau 2005-2025 terkait dalam penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 13 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
1. Meningkatnya Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan
Pembangunan Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khusus Dalam
Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang cerdas, profesional,
memiliki etos kerja, trampil dan inovatif. Mendorong munculnya pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi baru dan berbasis kelautan dengan
didukung peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cerdas,
sehat dan berahlak mulia.
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan diarahkan agar
pendayagunaan dan pengawasan pemanfataan potensi perikanan dan
kelautan dapat optimal. Pendekatan antar sektor, integratif dan
komprehensif agar konflik dapat dihilangkan akibat egosektoral dalam
pengelolaan sektor kelautan dan perikanan.
Membangkitkan wawasan dan budaya bahari melalui pendidikan pada
semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan serta penyadaran
masyarakat tentang kelautan yang mampu melestarikan nilai budaya
serta wawasan bahari.
Meningkatkan dan memperkuat peranan sumberdaya manusia di bidang
kelautan yang dilakukan dengan mendorong jasa pendidikan dan
pelatihan di bidang kelautan khususnya bidang unggulan serta
mengembangkan standar kompetensi sumberdaya manusia bidang
kelautan.
Pengembangan IPTEK untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan
kualitas dan kemanfaatan iptek daerah dalam rangka mendukung iptek
nasional.
Pengembangan wilayah diarahkan dan diselenggarakan dengan
memperhatikan potensi dan peluang serta keunggulan sumberdaya
darat dan atau laut di setiap wilayah dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Pembangunan ekonomi dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan
semua pihak baik pemerintah, kabupaten/kota dan dunia usaha dalam
memberikan peran bagi pengembangan ekonomi daerah.
Pembangunan dilakukan dengan berpedoman kepada rencana baik
rencana jangka panjang maupun rencana tataruang wilayah (RTRW)
yang refresentatif, terintegrasi, terpadu, komprehensif dan maju
dalam rangka memberikan arahan pembangunan daerah.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 14 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor dan wilayah, agar pemanfaatan ruang
dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) disusun secara hirarki dan komplementer.
Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mengelola dan
mengembangkan potensi ekonomi daerah yang menjadi unggulan
terutama potensi sumber daya kelautan dan perikanan, industri
pengolahan dan pariwisata dalam konteks regional dan global dan
membentuk sinergisitas ekonomi dan kebijakan usaha dengan negara
tetangga.
Pembangunan ekonomi kerakyatan khususnya perikanan diarahkan
untuk menyediakan dan memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana
perikanan dan kelautan dalam rangka optimalisasi sumberdaya
kelautan dan perikanan.
Pembangunan wisata sehat dan berbudaya yang berkualitas diarahkan
untuk meningkatkan pengembangan kepariwisataan sebagai bagian dari
kegiatan menggerakan ekonomi masyarakat dengan cara
mengembangkan wisata bahari yang modern dan terpadu pada setiap
kawasan potensial disamping wisata konvensional yang sudah ada,
sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan asing maupun
domistik.
Pembangunan bidang pemerintahan diarahkan untuk menyederhanakan
birokrasi dalam rangka menciptakan lingkungan investasi yang kondusif
dan meningkatkan kerjasama pengembangan investasi dengan
pemerintah dan pihak luar negeri dan dengan dukungan daerah lainnya
termasuk kabupaten/kota.
Pembangunan infrastruktur ekonomi diarahkan untuk menyediakan
infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung investasi yang maju,
lengkap, modern dan terpadu terutama di daerah yang cepat tumbuh
sejalan dengan kegiatan promosi terhadap potensi ekonomi daerah
sejalan dengan meningkatkan kapasitas dan kemampuan aparatur
pemerintahan dan kelembagaan masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan dan pelayanan publik.
Pemberdayaan dan optimalisasi pulau terluar dengan cara pembinaan
dan pengembangan transmigrasi lokal dengan disertai pembangunan
sarana dan prasarana dan akses ke pulau terluar baik prasarana
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 15 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
perhubungan dan angkutan serta pengawasan dan pengendalian sumber
daya kelautan dan perikanan.
Pengembangan ekonomi regional diarahkan untuk peningkatan kualitas
sumberdaya manusia terutama dunia usaha dan masyarakat serta
menjalin dan meningkatkan kerjasama antar perusahaan dengan
pemerintah daerah dan antar kawasan serumpun di segala bidang
terutama yang merupakan sektor unggulan daerah.
Pegembangan ketahanan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan
pemahaman dan pengertian terhadap potensi kelautan bagi masyarakat
khususnya masyarakat pesisir dan di pulau.
2. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat
Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan,
Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata
Meningkatkan peranan pemerintah daerah yang efektif dan optimal
sebagai fasilitator, regulator dan sekaligus sebagai katalisator
pembangunan disemua sektor agar pembangunan dan pelayanan publik
lebih efesien dan efektif dengan lingkungan yang kondusif.
Perlu menjalin hubungan yang lebih luas dengan semua pihak dan
tingkatan pemerintahan baik nasional maupun regional.
Melakukan kerjasama dengan semua pihak dalam pengamanan wilayah
kedaulatan yurisdiksi secara terpadu khususnya wilayah perbatasan,
pulau kecil dan pulau terluar.
Pengembangan potensi ekonomi unggulan diarahkan untuk
mengembangkan kekuatan dan potensi kemaritiman dalam rangka
memperkokoh ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional, mulai dari
membangun jaringan terpadu elemen perdagangan, industri dan
perhubungan dan pelayaran (trade, shipping and industry), maupun
dengan memberdayakan masyarakat nelayan pesisir dan perbatasan.
Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal dan
berkelanjutan yang meliputi perhubungan laut, industri maritim,
perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral, bangunan
diatas dan bawah laut serta jasa kelautan.
Mengembangkan industri perikanan dan kelautan sehingga menjadi
andalan PDRB Provinsi Kepulauan Riau dengan melakukan berbagai
upaya yang meliputi pengembangan SDM dibidang kelautan,
penyediaan sarana dan prasarana penunjang, penyediaan perangkat
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 16 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
peraturan perundangan dan penyediaan fasilitas lainnya.
Secara makro pembangunan ekonomi diarahkan untuk menjaga
stabilitas pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan
perkembangan daerah.
Pembangunan bidang keamanan dan ketertiban diarahkan untuk
meningkatkan keamanan dan rasa aman di lingkungan masyarakat.
Mengembangkan wilayah perbatasan dan tertinggal dengan
keberpihakan agar cepat tumbuh dan berkembang lebih cepat agar
dapat mengurangi ketertinggalannya dengan daerah lain.
Lingkungan hidup memiliki limitasi baik daya dukung maupun daya
tampung. Maka dalam jangka panjang pembangunan lingkungan hidup
diarahkan untuk meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan
secara terus menerus dan berkelanjutan.
Meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan sarana dan
prasarana antar pulau dan antar daerah di seluruh wilayah Provinsi
Kepulauan Riau.
Meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana transportasi
darat, laut dan udara dan meningkatkan pelayanan transportasi
(frekuensi dan terjangkau oleh masyarakat) baik dengan cara
membangun dan meningkatkan kualitas sarana dan prasaran
infrastruktur transportasi darat/laut/udara maupun dengan kegiatan
pelibatan masyarakat.
Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efesien, efektif dan
melaksanakan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan hak atas
tanah dengan menerapkan prinsip keadilan, transparansi dan
demokrasi.
Mendorong peran swasta dalam pembangunan infrastruktur dan
pelayanan publik, mempermudah perizinan dan memperketat
pengawasan serta penegakan hukum dan tata kelola perikanan.
Kerjasama antar daerah terutama dalam pengembangan potensi
unggulan daerah terutama antar daerah yang berdekatan baik dalam
pengawasan maupun pemanfaatan dan pengolahan serta pemasaran
dalam memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif
sehingga inefisiensi dalam pembangunan dapat dihindari.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 17 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
2.2.3 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
KABUPATEN LINGGA
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan
diuraikan sebagai berikut:
2.2.3.1 VISI, DAN MISI KABUPATEN LINGGA
Visi pembangunan daerah Kabupaten Lingga tahun 2010-2015 adalah:
TERWUJUDNYA KABUPATEN LINGGA SEBAGAI BUNDA TANAH MELAYU YANG
AGAMIS, BERBUDAYA, DEMOKRATIS DAN MAMPU BERSAING UNTUK MENUJU
MASYARAKAT SEJAHTERA
Misi pembangunan Kabupaten Lingga sebagai berikut:
1. Menjadikan Kabupaten Lingga Sebagai Rujukan Budaya Melayu
Rangkaian pembangunan daerah dilakukan dalam upaya mengenali
kembali budaya melayu yang sesuai dengan kekhasan Kabupaten Lingga
yang memiliki karakteristik positif terhadap pengembangan dasar-dasar
pembangunan.
2. Meningkatkan Keimanan Dan Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Mengembangkan nilai-nilai agama yang dianut mayoritas masyarakat
Kabupaten Lingga, dalam hal ini agama Islam, adalah basis dari misi
kedua ini. Keimanan dan ketaqwaan dikembangkan agar menjadi buah
dari praktik keagamaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
3. Melestarikan Nilai-Nilai Luhur Dan Khazanah Budaya Melayu
Misi ketiga ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan misi
pertama dan kedua dimana nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan adalah
buah dari budaya dan kehidupan agama masyarakat itu sendiri yang telah
berkembang dari waktu ke waktu.
4. Meningkatkan Kesadaran Hukum Dan Mengembangkan Kehidupan
Masyarakat Yang Demokratis
Berbasis sistem nilai dan tata kehidupan yang akan dihasilkan dari misi
pertama, kedua, dan ketiga, peningkatan kesadaran hukum dan
pengembangunan kehidupan masyarakat yang demokratis memiliki
legitimasi dan basis yang kuat.
5. Meningkatkan Dan Mengembangkan Potensi Sumber Daya Manusia Yang
Berkualitas
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 18 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Sumber daya manusia adalah bahan dasar keunggulan bersaing yang paling
utama. Kualitas SDM masyarakat menjadi salah satu prasyarat utama
pencapaian tingkat kesejahteraan secara menyeluruh bagi masyarakat
Kabupaten Lingga.
6. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Potensi Unggulan Daerah
Secara beriringan dengan pihak swasta dalam berkontribusi bagi
pembangunan daerah, pemberdayaan ekonomi kerakyatan dijadikan
langkah fundamental agar ekonomi daerah digerakkan secara bersama
masyarakat Kabupaten Lingga.
7. Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Kelautan
Dengan luas wilayah laut yang mencapai 99% menjadi niscaya
pengembangan potensi kelautan agar digarap secara serius dari tahun ke
tahun, termasuk pengembangan perikanan laut, baik penangkapan
maupun budidaya laut.
8. Meningkatkan Infrastruktur
Pengembangan infrastruktur juga dimaksudkan untuk memberikan
dukungan penuh bagi pengembangan aktivitas ekonomi khususunya dalam
rangka pemberdayaan ekonomi kerakyatan, baik sektor pertanian maupun
kelautan. Peningkatan kapasitas infrastruktur harus mempertimbangkan
keadilan dalam pengembangan wilayah sehingga pembangunan dapat
diselenggarakan merata di segenap pelosok daerah.
2.2.3.2 STRATEGI
Strategi pembangunan Kabupaten Lingga tahun 2010-2015 terkait dengan
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
Kabupaten Lingga, adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan sistem pendukung penerapan peraturan daerah
Strategi pengembangan sistem pendukung penerapan peraturan daerah
diarahkan untuk menjalankan aturan dan/atau kebijakan yang telah
diatur di dalam peraturan daerah. Penerapan peraturan daerah secara
baik dan terkendali akan menciptakan kondisi wilayah yang aman dan
tertib serta mampu mendukung pelaksanaan pembangunan di berbagai
bidang.
2. Percepatan pengembangan kawasan cepat tumbuh
Melalui strategi ini, pengembangan perekonomian Kabupaten Lingga
difokuskan kepada kawasan yang memiliki potensi untuk cepat
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 19 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
bertumbuh. Pengerahan pembangunan kawasan yang memiliki daya ungkit
tinggi diharapkan mampu mengangkat perekonomian masyarakat dan
wilayah secara nyata.
3. Pemantapan daya dukung infrastruktur pembangunan daerah
Infrastruktur merupakan komponen penting sebagai penunjang roda
penggerak perekonomian dan pertumbuhan ekonomi, disamping
merupakan aspek utama dalam pemerataan pembangunan dan
kesejahteraan. Infrastruktur memegang peranan yang sangat penting,
mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan
dari ketersediaan infrastruktur yang memadai seperti transportasi, air
bersih, telekomunikasi, sanitasi, dan energi.
2.2.3.3 ARAH KEBIJAKAN
Arah Kebijakan Kabupaten Lingga tahun 2013-2015, adalah sebagai
berikut:
Arah Kebijakan Tahun 2013
Arah kebijakan pembangunan Lingga tahun 2013 ditujukan kepada upaya
melanjutkan pembangunan tahun-tahun sebelumnya yang dibarengi
dengan fokus baru. Pembangunan masih diarahkan untuk meningkatkan
apresiasi dan prestasi seni dan budaya Melayu, serta perwujudan tatanan
sosial kemasyarakatan yang beriman dan bertaqwa.
Arah Kebijakan Tahun 2014
Pembangunan Kabupaten Lingga pada tahu 2014 diarahkan kepada upaya
melanjutkan peningkatan prestasi seni dan budaya melayu di tingkat
regional dan nasional yang disertai upaya mewujudkan pengakuan secara
formal Kabupaten Lingga sebagai bunda tanah Melayu, serta perwujudan
tatanan sosial kemasyarakatan yang beriman dan bertaqwa. Hal ini
diiringi dengan fokus pembangunan yang mulai diarahkan kepada
penciptaan keamanan, ketertiban dan ketentraman lingkungan.
Arah Kebijakan Tahun 2015
Tahun 2015 adalah akhir masa kepemerintahan jangka menegah lima
tahun dari Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode 2010-2015. Pada akhir
periode ini, pembangunan diarahkan kepada perwujudan pengakuan
secara formal Kabupaten Lingga sebagai bunda tanah Melayu, penciptaan
keamanan, ketertiban dan ketentraman lingkungan.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 20 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
2.3 KEBIJAKAN SPASIAL
Kebijakan Spasial didalam Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga terdiri dari: Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Kepulauan Riau dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Kabupaten Lingga.
2.3.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2008-2028 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan diuraikan sebagai
berikut:
2.3.1.1 STRUKTUR WILAYAH PENGEMBANGAN
Struktur wilayah pengembangan Provinsi Kepulauan Riau terbagi atas
beberapa pusat kegiatan, yang diantaranya ditetapkan melalui Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Kepulauan Riau pada
Kabupaten Lingga ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, terdiri dari wilayah
daik dan dabo.
Tabel II.1
Sistem Perkotaan Provinsi Kepulauan Riau
Sistem Kota Arahan
PKN/PKSN Batam
Sebagai Pusat Pemerintahan Kota
Sebagai kawasan investasi internasional
Sebagai pusat keunggulan (center of excellent) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun
Sebagai pusat industri dan jasa di wilayah Provinsi Kepulauan Riau
Sebagai pusat pariwisata
Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong perkembangan wilayah perbatasan
Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional
Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional
Sebagai kawasan alih muat kapal (transhipment point)
Sebagai simpul-simpul utama (main outlet) transportasi laut dan udara baik skala nasional dan internasional
Sebagai salah satu pusat pertumbuhan kawasan perbatasan Negara di Provinsi Kepulauan Riau
Sebagai pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional
Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional terutama pada kawasan perairan Indonesia
Sebagai pusat pelayanan dan pusat ekspor serta akses ke pasar global
PKSN
Ranai
Sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional dan nasional
Sebagai kawasan pengembangan industri pendukung perikanan dan kelautan
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 21 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Sistem Kota Arahan
PKSN
Ranai
Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional
Sebagai simpul transportasi laut nasional dan internasional
Sebagai simpul transportasi udara nasional
Sebagai salah satu pusat pertumbuhan kawasan perbatasan Negara di Provinsi Kepulauan Riau
Sebagai pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional
Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional terutama pada kawasan perairan Indonesia
PKW
Tanjungpinang
Pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di Pulau Dompak
Pusat Pemerintahan Kota
Pusat koleksi dan distribusi barang skala provinsi
Sebagai pusat kegiatan industri pendukung PKN Batam
Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun
Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala provinsi
Sebagai pendukung kegiatan pariwisata
Sebagai kawasan pendidikan
Sebagai simpul transportasi laut nasional dan simpul transportasi udara nasional
Daik
Pusat pemerintahan Kabupaten Lingga
Pusat perdagangan dan jasa skala regional
Pusat koleksi dan distribusi skala regional
Pusat pengembangan industri hasil-hasil pertanian
Pengembangan kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata
Pusat pelayanan transportasi laut skala regional dan lokal
Dabo
Pusat pelayanan di Pulau Singkep dan sekitarnya
Pusat pertumbuhan perdagangan dan jasa skala regional
Pusat koleksi dan distribusi skala regional
kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata
Pusat pelayanan transportasi udara skala regional
Simpul transportasi laut skala nasional
Tarempa
Pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas
Sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional
Sebagai pusat kegiatan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal dan regional
Sebagai sentra produksi perikanan dan kelautan
Pengembangan industri pendukung dan pengolahan perikanan
Sebagai kawasan pariwisata
Simpul transportasi laut skala nasional
Sebagai kota transit lalu lintas pelayaran
Tanjungbalai Karimun
Pusat pemerintahan Kabupaten Karimun
Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun
Sebagai kawasan perdagangan dan pelayanan jasa serta pariwisata
Sebagai pusat koleksi dan distribusi tingkat regional
Sebagai simpul transportasi laut nasional dan transportasi udara regional
Pengembangan industri pengolahan hasil pertambangan, perikanan dan kelautan
PKL
Tanjung Batu
Sebagai simpul transit skala regional dan antar pulau
Pusat perdagangan dan jasa skala lokal
Sebagai kawasan kegiatan pariwisata, permukiman, pertanian,
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 22 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Sistem Kota Arahan
PKL
Tanjung Batu
perkebunan dan perikanan
Sebagai koleksi dan distribusi lokal
Sebagai kawasan pendukung pengembangan industri Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun
Moro
Sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal
Sebagai kawasan kegiatan perikanan
Sebagai pengembangan kawasan pertambangan
Simpul transportasi laut nasional
Meral
Sebagai kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun
Sebagai kawasan industri maritim
Sebagai kawasan perdagangan dan jasa
Sebagai pengembangan kawasan pertambangan
Bandar Seri Bintan
Pusat pemerintahan Kabupaten Bintan
Pusat kegiatan utama dengan skala pelayanan kabupaten
Sebagai kawasan pariwisata
Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal
Tanjung Uban
Sebagai kawasan industri pendukung Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun
Sebagai pusat koleksi dan distribusi
Sebagai simpul pelayanan transportasi laut lokal
Sebagai simpul penghubung PKN Batam dengan wilayah Kabupaten Bintan
Kijang
Sebagai kawasan perdagangan dan jasa lokal
Sebagai kawasan industri maritim
Sebagai kawasan pertanian dan perikanan
Sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal
Sebagai simpul pelayanan transportasi skala nasional
Letung
Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan kelautan
Sebagai kawasan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal
sebagai daerah pusat kegiatan lokal untuk pengembangan pertanian
Sebagai kawasan industri perikanan dan kelautan
Sebagai kawasan pariwisata
Simpul pelayanan transportasi laut regional
Tebangladan
Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan kelautan
Sebagai pusat industri pengolahan perikanan dan kelautan
Sebagai kawasan perdagangan lokal
Sebagai kawasan pariwisata
Sebagai pusat kegiatan pertambangan minyak dan gas
Simpul pelayanan transportasi laut lokal
Simpul transportasi udara skala regional
Sedanau Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian, perkebunan dan perikanan
Pusat perdagangan skala lokal
Sebagai simpul pelayanan transportasi skala regional
Serasan
Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan serta kelautan
Sebagai kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan
Sebagai simpul pelayanan transportasi laut lokal
Pancur Sebagai pengembangan kegiatan pertanian
Sebagai kawasan perikanan dan kelautan
Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian
Simpul pelayanan transportasi laut lokal
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 23 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 2.1
Rencana Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028
2.3.1.2 POLA RUANG WILAYAH
Pola ruang Wilayah Propinsi Kepulauan Riau terdiri dari: Kawasan Lindung,
Kawasan Budidaya, dan Pengembangan Kawasan Laut.
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
menjaga kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya buatan yang
merupakan modal dasar untuk pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan
pengembangan pada kawasan lindung diarahkan sebagaimana berikut:
1. Daerah dengan fungsi sebagai suaka harus benar-benar dan tidak boleh
ada kegiatan lain pada daerah tersebut, kecuali kegiatan yang bersifat
untuk menjaga fungsi kawasan tersebut.
2. Kawasan dengan fungsi sebagai kawasan lindung (Sempadan Sungai,
Sempadan Danau/Waduk, kawasan dengan faktor pembatas
lereng/ketinggian) dimanfaatkan dengan tanaman tahunan yang berfungsi
untuk reboisasi.
3. Ruang di pulau-pulau kecil memiliki fungsi utama sebagai kawasan
lindung.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 24 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Berdasarkan arahan kebijakan pengembangan pada kawasan ini, sasaran
pemantapan kawasan lindung adalah:
1. Kawasan Hutan Lindung
Arahan kebijakan ruang kawasan hutan lindung adalah:
Hutan kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990
melalui pengukuran dan batas di lapangan untuk memudahkan
pengendaliannya.
Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada/penggunaan lahan
yang berlangsung lama.
Pengendalian hdro-orologis kawasan hutan yang telah mengalami
kerusakan (rehabilitasi dan konservasi).
Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang
tidak mengganggu fungsi lindung.
Pemantauan terhadap kegiatan yang di perbolehkan,berlokasi di hutan
lindung seperti penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah,
pencegahan bencana alam agar tidak mengganggu fungsi lindung.
2. Kawasan Lindung yang Berfungsi Memberikan Perlindungan Kawasan
Bawahannya
Arahan kebijakan pengembangan pada kawasan lindung yang berfungsi
memberikan perlindungan bawahannya adalah dengan upaya-upaya
berikut:
Lebih memantapkan kawasan perlindungan dengan mengacu pada
Keppres No. 32 Tahun 1990 melalui pengukuhan dan penataan batas di
lapangan.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan tersebut.
Pencegahan kegiatan budidaya kecuali kegiatan yang tidak
mengganggu fungsi lindung, seperti kegiatan pertanian terbatas dan
kepariwisataan.
Pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan yang masih diperbolehkan
berlokasi di hutan lindung, agar tetap menjaga fungsi lindungnya.
3. Kawasan Lindung Yang Berfungsi untuk Memberikan Perlindungan
Setempat
a. Kawasan Sempadan Pantai
Arah kebijakan ruang kawasan sepadan pantai adalah:
Pengamanan daerah pantai sekurang-kurangnya 100 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 25 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya disepanjang sempadan
pantai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi
fisik dan dasar pantai serta alirannya
Pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar daerah sempadan
pantai dan pengamanan daerah tepi pantai
b. Kawasan Sempadan Sungai
Arahan kebijakan ruang pada kawasan Sempadan Sungai adalah:
Pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai yang harus
dilindungi 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter untuk sungai
kecil/anak sungai, atau disesuaikan dengan kondisi fisiknya.
Mencegah kegiatan budidaya secara bertahap di kawasan tepi sungai
dimana kegiatan tersebut dapat merusak kawasan tepi sungai.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai dan
anak sungai yang berada diluar permukiman.
c. Kawasan Sekitar Danau dan Waduk
Arahan kebijaksanaan kawasan sekitar danau dan waduk adalah:
Pengamanan daerah sepanjang tepi waduk/danau sungai yang harus
dilindungi adalah 50 meter sampai 100 meter dari titik pasang air
danau dan waduk tertinggi;
Pencegahan terhadap pembangunan budidaya non pertanian atau
daerah terbangun dalam kawasan tepi waduk/danau, kecuali
berfungsi untuk menunjang fungsi lindung;
Pengendalian kegiatan budidaya yang merusak lingkungan yang
pemindahannya dilakukan secara bertahap.
d. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota
Arahan kebijaksanaan ruang terbuka hijau kota adalah:
Penyediaan ruang terbuka hijau di setiap sarana dan prasarana
perkotaan.
Pengaturan pembangunan bangunan atau gedung harus mengikuti
peraturan teknis bangunan dengan memperhatikan ruang terbuka.
Ditanami dengan tumbuhan yang memiliki nilai estetika dan
berfungsi melindungi
Jenis tanaman yang ada di ruang terbuka hjiau berupa pohon-pohon
besar.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 26 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
a. Kawasan Suaka Alam dan Suaka Alam Laut
Arahan kebijaksanaan ruang kawasan ini adalah:
Pengelolaan kawasan suaka alam sesuai perlindungannya masing-
masing.
Pelarangan dilakukanya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan
yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam,
kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada.
b. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
Arahan kebijakan ruang kawasan ini antara lain:
Pengelolaan kawasan cagar alam dan cagar alam laut sesuai
perlindungannya masingmasing.
Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan serta
pengamanan kawasan.
c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Arahan kebijakan ruang kawasan ini antara lain:
Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau sesuai perlindungannya
masing-masing.
Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan dan
pengamanan kawasan.
d. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Arahan kebijakan ruang kawasan ini antara lain:
Pengelolaan taman wisata alam dan taman wisata alam laut dengan
mengembangkan zona-zona ilmu pengetahuan, pariwisata dan
pendidikan.
Pengelolaan wisata alam yang memadukan kepentingan pelestarian
pariwisata/rekreasi alam.
Pelarangan dilakukanya kegiatan budidaya apapun kecuali kegiatan
yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam,
kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada.
e. Kawasan Cagar budaya dan Ilmu Pengetahuan
Arahan kebijakan ruang kawasan ini antara lain:
Pemantapan kawasan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan
sesuai dengan tujuan perlindungannya.
Peningkatan pengelolaan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan
yang telah ada, serta melakukan pelarangan kegiatan budidaya di
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 27 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
kawasan tersebut, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya
dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan alam serta
ekosistim alami yang ada.
Pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap kegiatan
budidaya yang telah ada agar tidak mengganggu fungsi pelestarian
alam tersebut.
Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan
mengembangkan zona-zona ilmu pengetahuan, pariwisata dan
pendidikan.
5. Kawasan Rawan Bencana
Arahan pemantapan kawasan rawan bencana dilakukan, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
Lebih meningkatkan upaya penetapan kawasan bahaya I, bahaya II dan
bahaya III bagi daerah-daerah yang sering terkena bencana alam.
Melakukan upaya-upaya perbaikan lingkungan serta prasarana bagi
daerah yang mengalami bencana.
Lebih memantapkan kawasan-kawasan yang sering menimbulkan
bencana (seperti erosi, longsor, banjir, gempa dan lain-lain) dengan
membatasi kegiatan budidaya dan mengembangkan kawasan berfungsi
lindung.
Kawasan rawan bencana di Kepulauan Riau terdiri dari Kawasan: Rawan
Tanah Longsor, Rawan Gelombang Pasang, dan Rawan Banjir
6. Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan lindung lainnya adalah kawasan lindung pada pulau-pulau kecil
yang tersebar di wilayah Kepulauan Riau, yang ditujukan untuk
melindungi ekosistem pulau-pulau kecil, garis pantai dan perairan laut di
sekitarnya yang memiliki sifat rentan terhadap berbagai bentuk gangguan
kegiatan budidaya.
Untuk tetap menjaga keberadaan serta kelestariannya maka pulau-pulau
kecil terutama yang memiliki luas kurang dari 10 Ha (sepuluh hektar)
ditetapkan sebagai kawasan lindung. Namun demikian, pada pulau
tersebut masih dimungkinkan untuk dilakukan kegiatan budidaya terbatas,
sesuai dengan potensi dan kondisi pulau tersebut. Pulau-pulau tersebut
tersebar di seluruh wilayah perairan Kepulauan Riau.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 28 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 2.2
Kawasan Hutan Lindung Gugusan Lingga dan sekitarnya
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028
Kawasan budidaya merupakan kawasan daratan yang berpotensi untuk
dikembangkan baik untuk kepentingan usaha produksi maupun pemukiman
penduduk, terdiri dari:
1. Kawasan Hutan Produksi
Arahan kebijakan untuk ruang kawasan hutan produksi terbatas adalah
pengusahaan hutan produksi melalui pemberian izin HPH dengan
menerapkan pola tebang pilih dan tanam kembali. Berdasarkan paduserasi
kehutanan, Hutan Produksi Terbatas paling banyak tersebar 21.820 Ha di
Kabupaten Natuna, kemudian 10.507 Ha di Kabupaten Lingga, 8.302 Ha di
Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang, 5.933 Ha di Kota Batam, dan
1.168 Ha di Kabupaten Karimun. Sehingga secara keseluruhan rencana
kawasan hutan produksi terbatas di Kepulauan Riau mencapai 47.730 Ha.
2. Kawasan Hutan Rakyat
Pengembangan kawasan hutan rakyat di Provinsi Kepulauan Riau
dialokasikan di Pulau Bunguran (Kabupaten Natuna) dengan luas 50.866
Ha, Pulau Lingga dan Pulau Singkep (Kabupaten Lingga) dengan luas
34.018 Ha.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 29 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Dengan demikian di Provinsi Kepulauan Riau diharapkan akan terdapat
hutan rakyat seluas 84.904 Ha yang dapat dikembangkan.
3. Kawasan Pertanian
a. Kawasan Pertanian Pangan
Pengembangan kawasan pertanian pangan seluas 104.691 Ha
dialokasikan di Kabupaten Lingga seluas 37.481 Ha yang sekaligus
direncanakan sebagai lumbung pangan Provinsi Kepulauan Riau. Selain
di Kabupaten Lingga, kawasan pertanian juga dialokasikan di
Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang seluas 25.505 Ha, di
Kabupaten Natuna 13.567 Ha, di Kabupaten Karimun 17.110 Ha, di
Kota Batam 10.400 Ha, serta di Kabupaten Anambas 628 Ha.
Arahan kebijakan kawasan adalah:
Perluasan areal persawahan baru (ekstensifikasi).
Pengembangan prasarana pengairan.
Pengendalian kegiatan lain agar tidak menggangu lahan pertanian
yang subur.
Pelestarian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya
lainnya.
b. Kawasan Peternakan
Kabupaten Lingga untuk dikembangkan ternak kerbau dan kambing.
Arah kebijakan pembangunan dan pengembangan peterakan adalah:
Menyusun perencanaan pembangunan peternakan
Memfasilitasi pengembangan pembangunan sentra-sentra produksi
peternakan
Menerapkan teknologi bidang peternakan yang tepat di setiap
daerah
Penyediaan sarana dan prasarana bidang peternakan
Meningkatkan akses petani ternak terhadap pasar dan lembaga
permodalan
4. Kawasan Perkebunan
Sebagai kawasan yang pemanfaatannya cukup besar di daratan Provinsi
Kepulauan Riau, yakni mencapai 126.035 Ha, alokasinya tersebar sebagian
besar di Kabupaten Lingga dengan luas 61.533 Ha, Kabupaten Natuna
28.860 Ha, Kabupaten Karimun 16.888 Ha, Kabupaten Bintan dan Kota
Tanjungpinang 9.829 Ha, dan 8.925 Ha di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Arahan kebijakan pengembangan kawasan adalah:
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 30 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan.
Pengembangan wilayah-wilayah sentra produksi tanaman perkebunan
sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya secara optimal.
Pengembangan kawasan-kawasan potensial untuk tanaman
perkebunan.
5. Kawasan Perikanan
Arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan ini berupa:
Memperluas jaringan pemasaran terhadap masukan-masukan
perikanan, seperti bibit, obat-obatan dan pakan. Usaha-usaha ini dapat
meningkatkan kualitas hasil kelautan dan perikanan;
Meningkatkan mutu budidaya laut (mariculture), budidaya air tawar
dan budidaya air payau;
Mengusahakan adanya nilai tambah terhadap hasil-hasil kelautan dan
perikanan, meliputi pengolahan menjadi barang setengah jadi maupun
barang jadi yang siap dikonsumsi;
Konservasi terhadap kawasan kelautan dan perikanan;
Meningkatkan dan memperkuat peranan sumberdaya manusia di bidang
kelautan yang dilakukan dengan mendorong jasa pendidikan dan
pelatihan di bidang kelautan khususnya bidang unggulan serta
mengembangkan standar kompetensi sumberdaya manusia bidang
kelautan;
Meningkatkan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi serta riset yang
diarahkan bagi pengembangan sistem informasi kelautan yang handal.
Rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan memuat zonasi
kawasan yang terdiri dari:
a. Zona Inti
Zona inti diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi
ikan, penelitian, dan pendidikan.
b. Zona Perikanan Berkelanjutan
Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi perlindungan habitat
dan populasi ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah
lingkungan, budidaya ramah lingkungan, pariwisata dan rekreasi,
penelitian dan pengembangan, serta pendidikan.
c. Zona Pemanfaatan
Zona pemanfaatan diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan
populasi ikan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan,
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 31 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
serta pendidikan.
d. Zona Lainnya
Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti, zona perikanan
berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan
kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu, yakni antara lain zona
perlindungan, zona rehabilitasi dan sebagainya.
Kawasan perikanan di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari:
a. Kawasan Perikanan Tangkap
Rencana pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Riau
yaitu tersebar pada seluruh wilayah pesisir dan kelautan Provinsi
Kepulauan Riau terutama pada kawasan perikanan tangkap yang
potensial dan tidak melanggar batas Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
(ZEEI) yang berada di wilayah perbatasan dengan negara lain.
b. Kawasan Perikanan Budidaya
Rencana pengembangan perikanan budidaya di Provinsi Kepulauan Riau
adalah tersebar pada daerah yang memiliki potensi dikembangkanya
kegiatan budidaya perikanan yaitu:
Kabupaten Kepulauan Anambas: Pulau Jemaja, Matak dan Siantan
Kabupaten Natuna: Pulau Subi, Serasan dan Buguran Barat
Kabupaten Bintan: Pulau Siulung/Sirai, Mantang, Dendun, Telang,
Pangkil, Mapur dan Pengujan.
Kabupaten Lingga: Pulau Senayang, Tajur Biru, Rejai, Baran,
Pancur, Marok Kecil, Marok Tua, P. Serang, Sungai Buluh
Kabupaten Karimun: Pulau Keban, Bahan, Durai Kota Batam: Pesisir
Pulau Batam, Pulau Rempang, Galang dan Pulau Galang Baru sekitar
Kota Tanjungpinang: Pulau Senggarang, Tanjung Lanjut, Tanjung
Madung, Dompak Luar, Pulau Lot
6. Kawasan Pertambangan
Potensi pertambangan yang ada di provinsi Kepulauan Riau berupa hasil
tambang batu granit, pasir dan timah di Kabupaten Karimun, hasil
tambang bauksit dan batu granit di Kabupaten Bintan, Hasil tambang
minyak dan gas di kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas,
hasil biji besi, timah dan bauksit di Kabupaten Lingga.
Arahan kebijakan ruang kawasan pertambangan yang dilakukan adalah:
Penataan ruang untuk zona pertambangan
Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 32 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Mencari kawasan cadangan pertambangan sebagai kawasan potensial
dan pengendalian kawasan bekas tambang.
7. Kawasan Perindustrian
Kawasan industri yang telah berkembang saat ini terpusat di Kota Batam.
Namun demikian rencana kawasan industri di Provinsi Kepulauan Riau
dialokasikan di setiap kabupaten guna pemeretaan pertumbuhan
ekonomi, yang meliputi 12.505 Ha di Kabupaten Karimun, 12.228 Ha di
Kabupaten Natuna, 9.659 Ha di Kabupaten Bintan dan Kota
Tanjungpinang, 8.305 Ha di Kota Batam, 1.842 Ha di Kabupaten
Kepulauan Anambas, dan 1.683 Ha di Lingga, dengan jenis industri yang
sesuai dengan kondisi dan potensi daerah masing-masing.
Arahan kebijakan kawasan perindustrian di Provinsi Kepulauan Riau:
Kota Tanjungpinang sebagai industri kecil dan rumah tangga.
Kota Batam sebagai pusat pengembangan berbagai industri, termasuk
diantaranya industri elektronik, logam dasar, kimia, makanan, dan
tekstil.
Kabupaten Bintan sebagai industri pariwisata.
Kabupaten Karimun sebagai industri galangan kapal.
Kabupaten Lingga sebagai industri penunjang kegiatan pertanian.
Kabupaten Anambas sebagai Industri pengolahan hasil perikanan.
Kabupaten Natuna sebagai kawasan industri pengolahan hasil
pertanian, kehutanan, perikanan, dan kerajinan rakyat.
8. Kawasan Pariwisata
Arahan pengembangan pada kawasan pariwisata adalah sebagai berikut:
Penentuan dan ruang kawasan pariwisata agar Iebih menetapkan
wilayah pengembangan pariwisata, baik di dalam kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
Meningkatkan infrastruktur pariwisata untuk mendukung dan
melengkapi akomodasi serta atraksi wisata yang ada sebagai upaya
memperluas kesempatan kerja dan pendapatan asli daerah.
Melanjutkan usaha pengembangan objek-objek wisata lainnya dan
penataan ruang objek wisata serta promosi produk pariwisata.
Produk wisata dalam menjaring pasar wisata.
Pengembangan dan pelestarian budaya daerah terutama dengan
memberdayakan nilainilai budaya melayu.
pengembangan kepariwisataan sebagai bagian dari kegiatan
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 33 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
menggerakkan ekonomi masyarakat.
Unit Pengembangan Wilayah D (Kabupaten Lingga) meliputi wilayah
Kabupaten Lingga, yang terbagi menjadi 3 Unit Kawasan Wisata (UKW),
yaitu:
Unit Kawasan Wisata Lingga, memiliki fungsi utama untuk wisata
sejarah dan agro wisata dengan wisata pendukungnya adalah wisata
alam pegunungan dan wisata bahari.
Unit Kawasan Wisata Singkep, memiliki fungsi utama sebagai pintu
masuk wisatawan serta pusat transit wisatawan dengan kegiatan wisata
adalah wisata alam dan wisata bahari.
Unit Kawasan Wisata Senayang, memiliki fungsi utama adalah wisata
bahari.
9. Kawasan Permukiman
Secara umum kawasan permukiman terdiri atas:
a. Kawasan Permukiman Perkotaan
Arahan kebijaksanaan ruang kawasan permukiman kota adalah:
Kawasan permukiman perkotaan secara teknis tidak berada pada
kawasan yang aman dari kawasan rawan bencana.
Penyediaan kawasan permukiman kota yang dapat menampung
peningkatan penduduk di perkotaan.
Pengaturan pembangunan kawasan perumahan (permukiman) di
perkotaan sesuai dengan peraturan perumahan dan permukiman
yang berlaku.
Pengembangan kawasan permukiman kota yang tidak menyalahi
peraturan perumahan dan permukiman yang berlaku.
Pengendalian perkembangan dan distribusi penduduk serta distribusi
penduduk pada kawasan potensial untuk pengembangan pemukiman
dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lahan.
b. Kawasan Permukiman Pedesaan
Arahan kebijaksanaan ruang kawasan pemukiman pedesaan adalah:
Kawasan permukiman pedesaan secara teknis tidak berada pada
kawasan yang aman dari kawasan rawan bencana
Pengembangan permukiman pedesaan yang mengutamakan akses
menuju pusatpusat pertumbuhan desa
Pengembangan permukiman pedesaan yang sehat dan layak huni
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 34 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
10. Kawasan Lainnya
Kawasan lainnya dapat berupa sebagai berikut:
Kawasan Militer
Kawasan Pembangkit listrik
Kawasan Pengolahan Limbah
Kawasan Tempat Pembuangan Sampah
Selain kawasan-kawasan tersebut diatas, kawasan lainnya dalam RTRWP
Kepulauan Riau juga mengakomodir bagi peruntukan pusat pemerintahan,
bandar udara, kegiatan penambangan beserta bekas-bekas tambang, serta
kawasan-kawasan yang peruntukannya belum dapat ditentukan, tetapi
memiliki peranan yang penting bagi daerah.
Gambar 2.3
Rencana Pola Ruang Gugusan Lingga dan sekitarnya
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028
Dalam pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, digunakan
rencana zonasi yang dimaksudkan untuk menentukan arah penggunaan
sumberdaya, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung
ekosistem, fungsi perlindungan, dimensi waktu, dimensi teknologi dan
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 35 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
sosial budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan;
b. Keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumberdaya, fungsi, estetika
lingkungan dan kualitas lahan pesisir;
c. Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses masyarakat dalam
pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai
fungsi sosial dan ekonomi.
Rencana pengembangan kawasan laut Provinsi Kepulauan Riau merupakan
arahan pemanfaatan sumberdaya laut melalui pembagian kawasan laut yang
meliputi kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis
nasional tertentu dan alur laut. Antara lain:
1. Kawasan Pemanfaatan Umum
Kawasan pemanfaatan umum merupakan kawasan yang dapat
dimanfaatkan dan diperuntukan sebagai pariwisata, pemukiman,
pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan budidaya,
perikanan tangkap, industri, infrastruktur umum dan zona pemanfaatan
terbatas sesuai dengan karakteristik biogeofisik lingkungannya.
2. Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi laut daerah Lingga secara keseluruhan mempunyai
luas 31.966 Ha, yang berlokasi di perairan sekitar Pulau Lingga dan
Senayang. Pemanfaatan kawasan konsevasi laut diarahkan dan
diprioritaskan untuk tujuan mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan,
kegiatan pariwisata bahari dan kegiatan lainnya secara lestari.
3. Kawasan Strategis Nasional Tertentu
Kawasan Strategis Nasional Tertentu merupakan kawasan yang dapat
dimanfaatkan untuk zona pertahanan keamanan, situs warisan dunia,
perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar. Bila ditinjau dari aspek makro
kawasan, maka seluruh wilayah di Provinsi Kepulauan Riau merupakan
kawasan strategis, mengingat lokasinya yang berbasatan dengan negara
tetangga, serta wilayahnya yang terdiri dari pulau-pulau kecil.
4. Alur Laut
Alur Laut dapat dimanfaatkan untuk alur pelayaran, alur sarana umum,
dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel bawah laut.
a. Alur Pelayaran
Selat Malaka-Singapura-Phillip, serta Laut Cina Selatan merupakan
salah satu alur pelayaran terpenting di dunia dan dalam RTRWN
ditetapkan sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Selat Malaka-
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 36 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Singapura-Phillip yang berada di sekitar gugus Pulau Karimun-Barelang-
Bintan merupakan salah satu simpul pelayaran dunia terutama terkait
dengan keberadaan Pelabuhan Singapura. Sementara itu, Selat Lampa
yang berada di gugus Pulau Bunguran dimana ibukota Kabupaten
Natuna berada, saat ini hanya melayani aktivitas pelayaran domestik,
terutama untuk mobilitas penduduk.
b. Kabel Bawah Laut
Khusus di Selat Singapura, kabel bawah laut yang terpasang sebagian
besar merupakan kabel yang menghubungkan antara Malaysia,
Indonesia dan Singapura dengan Hongkong, Taiwan serta Jepang.
Sebagian kecil lainnya adalah kabel laut yang menghubungkan Jakarta
dengan Singapura melalui Selat Durian.
c. Pipa Bawah Laut
Pipa ini berfungsi sebagai penyalur gas alam dan minyak mentah dari
tambang yang ada di sekitar Laut Natuna. Pipa-pipa ini sebagian besar
berujung pada pengolahan gas dan minyak mentah yang ada di
Singapura dan Pulau Sambu.
Gambar 2.4 Rencana Pola Ruang Laut Provini Kepulauan Riau
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 37 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
2.3.1.3 SISTEM JARINGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH PESISIR (PRASARANA
TRANSPORTASI)
Sistem transportasi Provinsi Kepulauan Riau diarahkan untuk menunjang
kegiatan ekonomi dan sosialbudaya penduduk, mencakup di dalamnya kegiatan
pemerintahan, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan industri, kegiatan
pariwisata, kegiatan pertahanan keamanan, dan kegiatan-kegiatan utama
perkotaan yang lainnya melalui pendekatan pengembangan sistem transportasi
massal yang terintegrasi antarmoda. Rencana pengembangan sistem transportasi
di Kepulauan Riau, terbagi atas:
1. Sistem Transportasi Darat
Pengembangan jaringan transportasi untuk wilayah kepulauan diarahkan
untuk mengintegrasikan dan mengkombinasikan moda yang ada sesuai
wilayah kepulauan yaitu seperti antara transportasi darat, laut,
penyeberangan, udara dan jalan.
Rencana jaringan jalan Kabupaten Lingga yaitu kolektor primer 2 yang
tersebar di beberapa ruas dan lokasi sebagai berikut:
Sp. Limbung Musai : 8,40 km
Musai Sp. Keradin : 7,30 km
Sp. Keradin Bukit Harapan : 7,00 km
Sp. Budus Kadur : 4,10 km
Sp. Marok Tua Marok Tua : 24,70 km
Sp. Kuala Raya Kuala Raya : 3,70 km
Sp. Sei Buluh Sei Buluh : 0,55 km
Pengembangan jaringan lintas angkutan penyeberangan antar pulau
jangka menengah Kabupaten Lingga adalah Lintas Penyeberangan Penarik
Dabo/Jagoh (Lingga).
2. Sistem Transportasi Laut
Pengembangan sistem transportasi laut sangat berkaitan erat dengan
pergerakan barang dan penumpang terutama untuk menghubungkan
setiap kabupaten/kota guna melayani kegiatan produksi dan
perdagangan. Rencana sistem jaringan transportasi laut berkaitan erat
dengan pergerakan barang dan penumpang terutama untuk
menghubungkan setiap kabupaten/kota guna melayani kegiatan produksi
dan perdagangan.
Pelayanan Angkutan Laut di Kabupaten Lingga dibagi menjadi:
Angkutan penumpang untuk domestik antar pulau (regional), guna
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 38 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
menghubungkan pulau-pulau yang ada di wilayah Kepulauan Riau,
yaitu: Pelabuhan Dabo Singkep, Pelabuhan Jagoh, Pelabuhan Senayang,
Pelabuhan Penuba, Pelabuhan Sei Buluh dan Sei Tenam.
Angkutan barang yang bertaraf internasional, dilayani oleh Pelabuhan
Dabo Singkep dan Pelabuhan Jagoh.
Angkutan barang yang bertaraf domestik regional nasional, dilayani
oleh Pelabuhan Dabo Singkep, Pelabuhan Jagoh, Pelabuhan Senayang,
Pelabuhan Penuba, Pelabuhan Sei Buluh dan Sei Tenam.
Angkutan barang yang bertaraf domestik antar pulau (regional),
dilayani oleh Pelabuhan Dabo Singkep, Pelabuhan Jagoh, Pelabuhan
Senayang, Pelabuhan Penuba, Pelabuhan Sei Buluh dan Sei Tenam.
Klasifikasi Pelabuhan di Kabupaten Lingga dibagi menjadi:
Pelabuhan Utama : Dabo
Pelabuhan Pengumpan Regional : Penuba, Sei Buluh, Sei Tenam
Pelabuhan Pengumpan Lokal : Pelabuhan yang menghubungkan
pulau-pulau di sekitar Kabupaten Lingga
Provinsi Kepulauan Riau dilewati oleh Alur Laut Kepulauan I dan Alur Laut
Kepulauan cabang I-A. Sejalan dengan pengembangan pelabuhan di
Provinsi Kepulauan Riau dan dengan ditetapkannya Pulau Batam, Bintan
dan Karimun sebagai kawasan FTZ.
3. Sistem Jaringan Transportasi Udara
Sarana perhubungan udara di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari Bandara
Internasional Hang Nadim di Kota Batam sebagai Pusat Penyebaran
Primer, Bandara Raja Haji Fisabilillah di Tanjung Pinang dan Bandara
Ranai di Natuna sebagai Pusat Penyebaran Tersier, serta Badara Bukan
Pusat Penyebaran yang terdiri dari dua Bandara Umum yaitu Bandara Sei
bati di Tanjung Balai Karimun dan Dabo Singkep di Dabo dan satu
Bandara Khusus Palmatak di Kepulauan Anambas.
Di samping itu saat ini tengah dilakukan kajian untuk pembukaan rintisan
bandara baru seperti di Tambelan dan Lagoi (Bintan) dan Jemaja
(Kepulauan Anambas) serta Subi di Natuna. Sedangkan lapangan Helipad
akan direncanakan dibuat di tempat strategis seperti pusat pemerintahan
Tanjungpinang serta kota atau tempat terpencil di pulau terluar seperti
Pulau Nipah dan Pulau Sekatung. Adapun jalur transportasi udara yang
perlu diciptakan adalah beberapa jalur yang melewati pulau-pulau yang
letaknya berjauhan.
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 39 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Gambar 2.5
Rencana Jaringan Transportasi Laut Provini Kepulauan Riau
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028
2.3.1.4 KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
Kabupaten Lingga sebagai salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi
Kepulauan Riau masih terus mengejar ketertinggalan pembangunan terhadap
Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Kepulauan Riau. Permasalahan pembangunan
yang saat ini dihadapi oleh Kabupaten Lingga antara lain adalah masih tingginya
jumlah pengangguran dan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan,
masih minimnya sarana prasarana serta kurang meratanya pembangunan di
perdesaan. Namun demikian, Kabupaten Lingga memiliki karakteristik Sumber
Daya Alam yang khas baik yang dapat diperbaharui (Renewable Resources) maupun
yang tidak dapat diperbaharui (Non Renewable Resources). Beragam potensi yang
dimiliki Kabupaten Lingga tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga
dapat mensejajarkan perkembangannya dibandingkan dengan Kabupaten/Kota
lainnya yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.
Kabupaten Lingga direncanakan Kawasan Sentra Produksi Pertanian (KSPP)
Bunda Tanah Melayu sebagai Lumbung Pangan Provinsi Kepulauan Riau, yang
meliputi 2 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Lingga yaitu di Desa Bukit Langkap
dan Keradin serta Kecamatan Lingga Utara tepatnya Desa Bukit Harapan dan
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 40 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
Linau. Oleh karena itu, berdasarkan potensi yang dimiliki tersebut terutama
potensi pertanian dan perkebunan serta kehutanan, maka Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau juga menganggap perlu untuk menetapkan Kabupaten Lingga
sebagai Kawasan Strategis Provinsi.
Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Lingga tersebut
juga terkait dengan pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Bintan,
dan Karimun, dimana letak geografis Kabupaten Lingga yang berada pada peri-peri
Kawasan Strategis Nasional tersebut memberikan peluang pemasaran yang sangat
besar untuk produk pertanian, peternakan dan perkebunan dari Kabupaten Lingga.
Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Lingga dapat
dikembangkan menjadi salah satu sentra produksi produk pangan pertanian yang
dapat menyangga dan meningkatkan kemandirian pangan di Provinsi Kepulauan
Riau.
Pihak Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau berwenang untuk mengatur
pengelolaan Kawasan Strategis Kabupaten Lingga, berupa:
a. Penyediaan sarana dan prasarana yang menghubungkan akses sentra-
sentra produksi pertanian, perkebunan dan pariwisata;
b. Melakukan Pembinaan SDM pengelolaan pertanian dan hasil-hasil
pertanian;
c. Pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan Kawasan Strategis
Kabupaten Lingga merupakan wewenang Pemerintah Provinsi Kepulauan
Riau.
2.3.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LINGGA
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lingga
Tahun 2011-2031 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan diuraikan sebagai
berikut:
2.3.2.1 STRUKTUR WILAYAH PENGEMBANGAN
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari pusat
kegiatan sistem perkotaan dan pusat kegiatan sistem perdesaan.
Rencana sistem perkotaan terdiri dari:
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Dalam sistem perkotaan nasional Daik Lingga dan Dabo Pulau Singkep
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) tahap pengembangan ke
II dengan mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi. Berkaitan
-
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -
LAPORAN KEMAJUAN 2 - 41 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga
dengan hal tersebut maka peran kedua kawasan perkotaan tersebut
diharapkan dapat berperan:
a. Sebagai simpul kedua kegiatan eksporimpor yang mendukung PKN di
Batam
b. Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta pusat pengolahan
/pengumpulan barang di wilayah kabupaten dan sekitarnya dan/atau
melayani skala Provinsi Kepulauan Riau
c. Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten di sekitarnya
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada sistem perkotaan yang
ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau. Dalam sistem perkotaan
wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Senayang dan Pancur (Lingga Utara)
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan demikian
diharapkan kedua kawasan perkotaan tersebut dapat berperan sebagai:
a. Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten
Lingga
b. Pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa kecamatan di
wilayah Kabupaten Lingga
c. Simpul transportasi beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga
d. Jasa pemerintahan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pusat Pelayanan Kawasanmerupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau b