bab 2 tinjauan kebijakan.pdf

73
BAB 2 – TINJAUAN KEBIJAKAN - LAPORAN KEMAJUAN 2 - 1 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN Bab ini membahas mengenai: (1) Landasan Hukum, (2) Kebijakan Sektoral: Renstra kementrian kelautan dan perikanan, RPJP Provinsi Kepulauan Riau, dan rencana RPJMD Kabupaten Lingga, (3) Kebijakan Spasial: RTRW Propinsi Kepulauan Riau dan RTRW Kabupaten Lingga.

Upload: onces

Post on 19-Oct-2015

148 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 1 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN Bab ini membahas mengenai: (1) Landasan Hukum, (2) Kebijakan Sektoral: Renstra kementrian kelautan dan perikanan, RPJP Provinsi Kepulauan Riau, dan rencana RPJMD Kabupaten Lingga, (3) Kebijakan Spasial: RTRW Propinsi Kepulauan Riau dan RTRW Kabupaten Lingga.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 2 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    2.1 LANDASAN HUKUM

    Landasan hukum dalam Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

    Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:

    1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

    2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

    3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional;

    4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana

    telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009;

    5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

    6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

    7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaaan Wilayah

    Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

    8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup;

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

    Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

    Penataan Ruang;

    11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/ MEN/2008

    tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

    12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/ 2008

    tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

    13. Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun

    2010 2014;

    14. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kepulauan Riau

    Tahun 2005-2025;

    15. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-

    2028;

    16. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

    Lingga Tahun 2010-2015;

    17. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031

    (dalam proses legalisasi).

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 3 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    2.2 KEBIJAKAN SEKTORAL

    Kebijakan Sektoral didalam Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

    dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga terdiri dari: Rencana Strategis

    (RENSTRA) Kementrian Kelautan dan Perikanan, Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang (RPJP) Provinsi Kepulauan Riau, dan Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga.

    2.2.1 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENTRIAN KELAUTAN DAN

    PERIKANAN

    Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kelautan dan

    Perikanan tahun 2010 - 2014 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan diuraikan

    sebagai berikut:

    2.2.1.1 VISI DAN MISI

    Visi Pembangunan Kelautan dan Perikanan adalah:

    PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG BERDAYA SAING DAN

    BERKELANJUTAN UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

    Misi Pembangunan Kelautan dan Perikanan adalah:

    1. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.

    2. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Kelautan dan

    Perikanan.

    3. Memelihara Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan Sumber Daya Kelautan

    dan Perikanan.

    2.2.1.2 TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

    Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah:

    1. Meningkatnya Produksi dan Produktivitas Usaha Kelautan dan

    Perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:

    a. meningkatnya peran sektor kelautan dan perikanan terhadap

    pertumbuhan ekonomi nasional;

    b. meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan

    perikanan yang memiliki komoditas unggulan;

    c. meningkatnya pendapatan.

    2. Berkembangnya Diversifikasi dan Pangsa Pasar Produk Hasil Kelautan

    dan Perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 4 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    a. meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan per-ikanan;

    b. meningkatnya branding pro-duk perikanan dan market share di pasar

    luar negeri;

    c. meningkatnya mutu dan keamanan produk perikanan sesuai standar.

    3. Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara

    Berkelanjutan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan:

    a. terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan;

    b. meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil;

    c. meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh

    aparatur pengawas Kementerian Kelautan dan Perikanan.

    Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan berdasarkan

    tujuan yang akan dicapai adalah:

    1. Meningkatnya peranan sektor kelautan dan perikanan terhadap

    pertumbuhan ekonomi nasional. Indikator Kinerja Utama (IKU)

    pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya persentase

    pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan.

    2. Meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan

    yang memiliki komoditas unggulan. Indikator Kinerja Utama (IKU)

    pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya produksi perikanan

    tangkap, perikanan budidaya, dan garam rakyat.

    3. Meningkatnya pendapatan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian

    sasaran strategis ini adalah meningkatnya Nilai Tukar

    Nelayan/Pembudidaya Ikan.

    4. Meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan perikanan. Indikator

    Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya

    konsumsi ikan per kapita.

    5. Meningkatnya branding produk perikanan dan market share di pasar

    luar negeri. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis

    ini adalah meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan.

    6. Meningkatnya mutu dan keamanan produk perikanan sesuai standar.

    Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah

    menurunnya jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara

    mitra.

    7. Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan.

    Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah luas

    Kawasan Korservasi Perairan yang dikelola secara berkelanjutan.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 5 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    8. Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil. Indikator Kinerja Utama

    (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah jumlah pulau-pulau kecil,

    termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola.

    9. Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh

    aparatur pengawas Kementerian Kelautan dan Perikanan. Indikator

    Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah persentase

    wilayah perairan bebas illegal fishing dan kegiatan yang merusak SDKP.

    2.2.1.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

    Arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2013 - 2014

    adalah sebagai berikut:

    a. Peningkatan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah produk.

    b. Pengembangan dan pengawasan sistem jaminan mutu dan traceability

    (penelusuran) produk hasil perikanan dan jaminan ketersediaan bahan

    baku industri.

    c. Konservasi dan rehabilitasi sumberdaya kelautan dan perikanan serta

    pengelolaan pulau-pulau kecil dan upaya adaptasi dan mitigasi bencana

    dan perubahan iklim untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

    d. Pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.

    e. Pengembangan sumberdaya manusia dan iptek kelautan dan perikanan.

    f. Peningkatan kesejahteraan nelayan dan masyarakat perikanan dengan

    focus pada Program Peningkatan Kehidupan Nelayan.

    g. Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi sector kelautan dan

    perikanan,terutama di Koridor Ekonomi Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan

    Maluku-Papua.

    Strategi yang akan dilakukan untuk melaksanakan arah kebijakan nasional

    dan KKP sebagaimana tersebut di atas adalah melalui:

    1. Pengembangan Kawasan

    a. Minapolitan

    Pendekatan pengembangan minapolitan dilakukan melalui:

    Ekonomi Kelautan dan Perikanan Berbasis Wilayah

    Kawasan Komoditas Unggulan

    Sentra Produksi

    Unit Usaha

    Penyuluhan

    Lintas Sektor

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 6 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    b. Pengembangan Ekonomi Regional

    Kegiatan kelautan dan perikanan tahun 2012 - 2014 akan mengisi

    pengembangan KE Sulawesi, KE Bali-Nusa Tenggara, dan KE Papua-

    Kepulauan Maluku. Beberapa kegiatan yang akan dikembangkan antara

    lain pengembangan prasarana pelabuhan perikanan, industri rumput

    laut, industri pengolahan ikan, budidaya ikan dan rumput laut, dll.

    2. Penguatan Kelembagaan, SDM dan IPTEK

    Peran penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan dalam

    penguatan dan penguasaan iptek di masyarakat adalah dengan

    menyediakan data dan informasi, produk-produk biologi unggul (calon

    induk dan benih unggul, vaksin, probiotik, dsb), paket teknologi,

    rekomendasi, dan penerapan pengembangan kawasan yang

    diimplementasikan dalam bentuk teknologi tepat guna yang inovatif dan

    adaptif, serta model penerapan iptek di masyarakat.

    3. Pemberdayaan dan Kewirausahaan

    a. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan

    dan Perikanan Melalui pelaksanaan PNPM Mandiri KP diharapkan

    diperoleh keluaran berupa tersalurkannya Bantuan Langsung

    Masyarakat (BLM) kepada KUKP, dan terlaksananya fasilitasi penguatan

    kapasitas dan kelembagaan KUKP melalui sosialisasi, pelatihan, dan

    pendampingan, sedangkan hasil yang akan dicapai adalah

    meningkatnya produksi, pendapatan, dan penumbuhan wirausaha

    kelautan dan perikanan serta meningkatnya kualitas lingkungan di

    dalam kelompok mandiri.

    b. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)

    Pengembangan kewirausahaan dilakukan dalam rangka penciptaan

    lapangan usaha di sektor kelautan dan perikanan bagi sarjana terdidik

    yang masih menganggur. KKP akan melakukan pembekalan dan

    motivasi dilanjutkan dengan pelatihan/magang mengenai budidaya

    perikanan, penangkapan, pengolahan dan pemasaran serta pembuatan

    proposal.

    4. Industrialisasi Kelautan dan Perikanan

    Pendekatan industrialisasi kelautan dan perikanan dilakukan melalui

    penataan sistem dan manajemen yang mencakup:

    a. Pengembangan komoditas dan produk unggulan berorientasi pasar;

    b. Penataan dan pengembangan kawasan dan sentra produksi secara

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 7 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    berkelanjutan;

    c. Pengembangan konektivitas dan infrastruktur;

    d. Pengembangan usaha dan investasi;

    e. Pengembangan iptek dan sumber daya manusia;

    f. Pengendalian mutu dan keamanan produk;

    g. Penguatan pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan

    perikanan.

    2.2.1.4 PROGRAM DAN KEGIATAN KKP

    Arah kebijakan dan strategi pembangunan kelautan dan perikanan

    diimplementasikan melalui program dan kegiatan, sebagai berikut:

    1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

    Tujuan program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

    adalah meningkatkan produktivitas perikanan tangkap dan kesejahteraan

    nelayan berbasis pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan,

    dengan sasaran peningkatan produksi perikanan tangkap (volume dan

    nilai), peningkatan pendapatan nelayan, dan peningkatan Nilai Tukar

    Nelayan (NTN).

    2. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya

    Tujuan program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya adalah

    meningkatkan produksi perikanan budidaya, dengan sasaran program

    peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil perikanan budidaya

    (volume dan nilai).

    3. Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan

    Tujuan program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan adalah

    mewujudkan produk perikanan prima yang berdaya saing di pasar

    domestik dan internasional, dengan sasaran peningkatan nilai ekspor hasil

    perikanan, peningkatan volume produk olahan, peningkatan rata-rata

    konsumsi ikan nasional, peningkatan nilai produk non konsumsi pada

    tingkat pedagang besar, dan peningkatan nilai investasi pengolahan dan

    pemasaran hasil perikanan.

    4. Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    Tujuan program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau

    Kecil adalah mewujudkan tertatanya dan dimanfaatkannya wilayah laut,

    pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari, dengan sasaran antara lain

    peningkatan luas Kawasan Konservasi Perairan yang dikelola secara

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 8 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    berkelanjutan, pengembangan pengelolaan pulau-pulau kecil, dan jumlah

    produksi garam.

    5. Program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

    Tujuan program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan adalah

    meningkatnya ketaatan dan ketertiban dalam pemanfaatan sumberdaya

    kelautan dan perikanan dengan sasaran perairan Indonesia bebas illegal

    fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.

    6. Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

    Keamanan Hasil Perikanan

    Tujuan program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

    Keamanan Hasil Perikanan adalah melindungi kelestarian sumber daya

    hayati perikanan dan kelautan dari Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK)

    serta menjamin mutu dan keamanan hasil perikanan nasional dengan

    sasaran meningkatnya prosentase media pembawa yang memenuhi sistim

    jaminan RENSTRA KKP 2010-2014 49 kesehatan ikan melalui sertifikasi

    kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area, menurunnya jumlah kasus

    penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, dan meningkatnya

    jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di

    Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor.

    7. Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan Perikanan

    Tujuan program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan

    Perikanan ini adalah menyiapkan ilmu, pengetahuan dan teknologi

    sebagai basis kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dengan

    sasaran diadopsinya dan dimanfaatkannya Iptek hasil penelitian dan

    pengembangan oleh para pemangku kepentingan.

    8. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

    Tujuan program Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan

    Perikanan adalah meningkatkan kualitas SDM kelautan dan perikanan

    dengan sasaran meningkatnya kompetensi SDM kelautan dan perikanan.

    9. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur KKP

    Tujuan program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur KKP

    adalah meningkatkan efektifitas peran pengawasan internal dengan

    sasaran program peningkatan kinerja dan akuntabilitas Aparatur KKP,

    terwujudnya AKIP yang efektif di KKP, dan peningkatan kualitas

    pelayanan publik kepada masyarakat.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 9 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    10. Program Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

    Teknis Lainnya KKP

    Tujuan program Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

    Tugas Teknis Lainnya KKP adalah meningkatkan pembinaan dan koordinasi

    penyelenggaraan pembangunan kelautan dan perikanan dengan sasaran

    terwujudnya Reformasi Birokrasi di KKP, kualitas akuntabilitas kinerja dan

    pengelolaan keuangan KKP.

    2.2.2 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) PROVINSI

    KEPULAUAN RIAU

    Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi

    Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan

    diuraikan sebagai berikut:

    2.2.2.1 VISI DAN MISI

    Visi Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 adalah:

    KEPULAUAN RIAU BERBUDAYA, MAJU DAN SEJAHTERA

    Misi Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 adalah:

    1. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Memiliki Kepribadian dan

    Berakhlak Mulia.

    2. Menciptakan Sumber Daya Manusia Kepulauan Riau yang Berkualitas

    Pendidikan, Memiliki Etos Kerja dan Produktivitas yang Tinggi.

    3. Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan Pembangunan

    Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khususnya Dalam Bidang

    Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata.

    4. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Dapat Memenuhi Seluruh

    Kebutuhan Dasar Hidupnya Secara Layak.

    5. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat

    Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan,

    Perikanan dan Kelautan Serta Pariwisata.

    2.2.2.2 ARAH PEMBANGUNAN

    Arahan pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

    Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 terkait dalam Penyusunan Rencana Zonasi

    Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga adalah sebagai

    berikut:

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 10 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    1. Meningkatnya Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan

    Pembangunan Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khusus Dalam

    Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata

    ditandai dengan hal-hal berikut:

    Terbangunnya sistem perekonomian yang kokoh berlandaskan

    keunggulan kompetitif di seluruh daerah. Terwujudnya sektor

    pertanian dalam arti luas khususnya sub sektor perikanan, kelautan,

    pertambangan dan pariwisata serta industri sebagai sektor unggulan

    daerah dan menjadi basis aktivitas ekonomi.

    Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai salah satu pusat pertumbuhan

    ekonomi nasional khususnya di bagian Barat Indonesia, dengan

    keunggulan bidang industri, perikanan, kelautan dan pariwisata.

    Meningkatnya kemampuan dan profesionalitas aparatur pemerintah

    daerah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih,

    berwibawa, bertanggungjawab serta profesional yang mampu

    mendukung pembangunan daerah.

    Terkelolanya potensi wilayah terutama aspek kemaritiman sebagai

    modal dasar pembangunan daerah dan mendukung pembangunan

    nasional.

    Terwujudnya kerjasama antar daerah, regional dan internasional di

    bidang ekonomi, sosial dan budaya dalam rangka membentuk sinergitas

    ekonomi dan jaringan pertumbuhan ekonomi yang handal dan

    terintegrasi.

    Terpenuhinya pasokan listrik (elektrifikasi) yang memadai, handal dan

    efesien sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik kebutuhan rumah

    tangga, bisnis, sosial dan pebutuhan publik lainnya termasuk industri.

    Tersedianya produk hukum di bidang investasi dan penanaman modal

    serta perlindungan usaha ekonomi kerakyatan dengan koordinasi

    bersama semua pihak baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

    Meningkatnya kualitas dan etos kerja sumber daya manusia dalam

    semua bidang terutama disektor unggulan agar mampu mengikuti

    perkembangan dan sejajar dengan negara tetangga dengan dukungan

    pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

    memiliki kepribadian yang sesuai dengan karakter dan budaya.

    Meningkatnya efesiensi pelaksanaan pembangunan yang dilandasi oleh

    sistem penyelenggaraan administrasi pemerintahan, perencanaan dan

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 11 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    pelaksanaan pembangunan yang akuntabel, responsif dan berorientasi

    kinerja.

    Meningkatnya kompetensi tenaga kerja lokal dan tersedianya tenaga

    kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan meningkatnya

    sistem informasi pasar kerja.

    Tersedianya sarana dan prasarana lembaga diklat ketenagakerjaan

    (BLK) yang memadai baik melalui kerjasama pelatihan, pengembangan

    lembaga pelatihan dan lainnya.

    2. Terwujudnya Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat

    Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan,

    Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata ditandai dengan hal-hal

    berikut:

    Ditetapkannya wilayah Kepulauan Riau sebagai salah satu kawasan

    perkembangan ekonomi nasional dalam bentuk kebijakan pemerintah

    dalam menetapkan kawasan strategis nasional baik dari aspek ekonomi

    maupun aspek ketahanan nasional.

    Tumbuhnya pusat pertumbuhan ekonomi baru diseluruh wilayah yang

    merata terutama industri dan pariwisata yang berbasis kelautan serta

    sesuai dengan potensi dan keunggulannya.

    Tersedianya sarana prasarana pariwisata dengan didukung oleh

    pengembangan sarana dan prasarana kebudayaan dan kesenian serta

    infrastruktur perekonomian lainnya yang berkualitas sekaligus

    mengadakan pendidikan dan pelatihan bidang pariwisata dan

    meningkatkan aksesibilitas dari dan ke objek dan daya tarik wisata

    dalam rangka mendukung perkembangan ekonomi daerah.

    Terwujudnya pembangunan infrastruktur pelabuhan, dermaga dan

    sarana perhubungan antar pulau dan antar daerah yang memadai.

    Terciptanya lingkungan yang aman dan kondusif untuk investasi dan

    kegiatan ekonomi di Kepulauan Riau dengan dukungan peningkatan

    keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat dan kesadaran akan

    hukum dan kelestarian lingkungan.

    Terwujudnya rasa aman di tengah-tengah masyarakat dan terjaminnya

    keamanan dan kenyamanan pelaku usaha dalam berinvestasi baik aman

    dari gangguan, bencana alam, kerusakan dan kerusuhan sosial.

    Terwujudnya pembangunan berkelanjutan guna menjamin dan

    meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 12 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    didukung adanya peningkatan kualitas lingkungan secara terus menerus

    dan berkelanjutan dengan pengelolaan sumberdaya alam secara

    bijaksana dan memperhatikan prinsip kelestarian dan berkelanjutan.

    Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah dan mengurangi

    ekonomi berbiaya tinggi dan terwujudnya pemanfaatan dan hasil guna

    sumber daya alam yang optimal baik sumber daya yang dapat

    diperbaharui maupun sumber daya yang tidak dapat diperbaharui

    dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

    Terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan, dan

    peningkatan pemahaman dan kesadaran terhadap lingkungan bagi

    seluruh pelaku pembangunan termasuk mengurangi jumlah lahan kritis

    yang dilakukan secara terus menerus dan dengan arahan pembangunan

    yang terintegrasi serta diikuti dengan penegakan hukum.

    Terwujudnya sinergi antara sektor publik dan privat untuk

    mengakselerasi perekonomian di seluruh wilayah Kepri melalui upaya

    menjaga dan meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi

    pembangunan antar daerah dan antar sektor (publik dan privat).

    Terwujudnya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah melalui

    upaya meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan serta

    sarana dan prasarana antar pulau dan antar daerah di seluruh wilayah

    dengan menjadikannya sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

    baru.

    Tumbuhnya ekonomi daerah berdasarkan pengembangan potensi

    daerah melalui upaya menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi,

    memperhatikan potensi dan keunggulan daerah serta didukung oleh

    peningkatan efisiensi pelaksanaan pembangunan.

    Meningkatnya kelancaran arus barang dan orang dari dan ke seluruh

    wilayah dan antar daerah agar terciptanya pemerataan pembangunan

    dan munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah

    melalui upaya penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana

    transportasi darat, laut dan udara.

    2.2.2.3 ARAH KEBIJAKAN

    Arahan Kebijakan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) provinsi

    kepulauan riau 2005-2025 terkait dalam penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir

    dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 13 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    1. Meningkatnya Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan

    Pembangunan Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khusus Dalam

    Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata

    Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang cerdas, profesional,

    memiliki etos kerja, trampil dan inovatif. Mendorong munculnya pusat-

    pusat pertumbuhan ekonomi baru dan berbasis kelautan dengan

    didukung peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cerdas,

    sehat dan berahlak mulia.

    Pembangunan sektor kelautan dan perikanan diarahkan agar

    pendayagunaan dan pengawasan pemanfataan potensi perikanan dan

    kelautan dapat optimal. Pendekatan antar sektor, integratif dan

    komprehensif agar konflik dapat dihilangkan akibat egosektoral dalam

    pengelolaan sektor kelautan dan perikanan.

    Membangkitkan wawasan dan budaya bahari melalui pendidikan pada

    semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan serta penyadaran

    masyarakat tentang kelautan yang mampu melestarikan nilai budaya

    serta wawasan bahari.

    Meningkatkan dan memperkuat peranan sumberdaya manusia di bidang

    kelautan yang dilakukan dengan mendorong jasa pendidikan dan

    pelatihan di bidang kelautan khususnya bidang unggulan serta

    mengembangkan standar kompetensi sumberdaya manusia bidang

    kelautan.

    Pengembangan IPTEK untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan

    kualitas dan kemanfaatan iptek daerah dalam rangka mendukung iptek

    nasional.

    Pengembangan wilayah diarahkan dan diselenggarakan dengan

    memperhatikan potensi dan peluang serta keunggulan sumberdaya

    darat dan atau laut di setiap wilayah dengan prinsip pembangunan

    berkelanjutan.

    Pembangunan ekonomi dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan

    semua pihak baik pemerintah, kabupaten/kota dan dunia usaha dalam

    memberikan peran bagi pengembangan ekonomi daerah.

    Pembangunan dilakukan dengan berpedoman kepada rencana baik

    rencana jangka panjang maupun rencana tataruang wilayah (RTRW)

    yang refresentatif, terintegrasi, terpadu, komprehensif dan maju

    dalam rangka memberikan arahan pembangunan daerah.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 14 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi

    pembangunan di setiap sektor dan wilayah, agar pemanfaatan ruang

    dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah

    (RTRW) disusun secara hirarki dan komplementer.

    Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mengelola dan

    mengembangkan potensi ekonomi daerah yang menjadi unggulan

    terutama potensi sumber daya kelautan dan perikanan, industri

    pengolahan dan pariwisata dalam konteks regional dan global dan

    membentuk sinergisitas ekonomi dan kebijakan usaha dengan negara

    tetangga.

    Pembangunan ekonomi kerakyatan khususnya perikanan diarahkan

    untuk menyediakan dan memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana

    perikanan dan kelautan dalam rangka optimalisasi sumberdaya

    kelautan dan perikanan.

    Pembangunan wisata sehat dan berbudaya yang berkualitas diarahkan

    untuk meningkatkan pengembangan kepariwisataan sebagai bagian dari

    kegiatan menggerakan ekonomi masyarakat dengan cara

    mengembangkan wisata bahari yang modern dan terpadu pada setiap

    kawasan potensial disamping wisata konvensional yang sudah ada,

    sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan asing maupun

    domistik.

    Pembangunan bidang pemerintahan diarahkan untuk menyederhanakan

    birokrasi dalam rangka menciptakan lingkungan investasi yang kondusif

    dan meningkatkan kerjasama pengembangan investasi dengan

    pemerintah dan pihak luar negeri dan dengan dukungan daerah lainnya

    termasuk kabupaten/kota.

    Pembangunan infrastruktur ekonomi diarahkan untuk menyediakan

    infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung investasi yang maju,

    lengkap, modern dan terpadu terutama di daerah yang cepat tumbuh

    sejalan dengan kegiatan promosi terhadap potensi ekonomi daerah

    sejalan dengan meningkatkan kapasitas dan kemampuan aparatur

    pemerintahan dan kelembagaan masyarakat dalam melaksanakan

    pembangunan dan pelayanan publik.

    Pemberdayaan dan optimalisasi pulau terluar dengan cara pembinaan

    dan pengembangan transmigrasi lokal dengan disertai pembangunan

    sarana dan prasarana dan akses ke pulau terluar baik prasarana

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 15 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    perhubungan dan angkutan serta pengawasan dan pengendalian sumber

    daya kelautan dan perikanan.

    Pengembangan ekonomi regional diarahkan untuk peningkatan kualitas

    sumberdaya manusia terutama dunia usaha dan masyarakat serta

    menjalin dan meningkatkan kerjasama antar perusahaan dengan

    pemerintah daerah dan antar kawasan serumpun di segala bidang

    terutama yang merupakan sektor unggulan daerah.

    Pegembangan ketahanan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan

    pemahaman dan pengertian terhadap potensi kelautan bagi masyarakat

    khususnya masyarakat pesisir dan di pulau.

    2. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat

    Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan,

    Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata

    Meningkatkan peranan pemerintah daerah yang efektif dan optimal

    sebagai fasilitator, regulator dan sekaligus sebagai katalisator

    pembangunan disemua sektor agar pembangunan dan pelayanan publik

    lebih efesien dan efektif dengan lingkungan yang kondusif.

    Perlu menjalin hubungan yang lebih luas dengan semua pihak dan

    tingkatan pemerintahan baik nasional maupun regional.

    Melakukan kerjasama dengan semua pihak dalam pengamanan wilayah

    kedaulatan yurisdiksi secara terpadu khususnya wilayah perbatasan,

    pulau kecil dan pulau terluar.

    Pengembangan potensi ekonomi unggulan diarahkan untuk

    mengembangkan kekuatan dan potensi kemaritiman dalam rangka

    memperkokoh ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional, mulai dari

    membangun jaringan terpadu elemen perdagangan, industri dan

    perhubungan dan pelayaran (trade, shipping and industry), maupun

    dengan memberdayakan masyarakat nelayan pesisir dan perbatasan.

    Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal dan

    berkelanjutan yang meliputi perhubungan laut, industri maritim,

    perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral, bangunan

    diatas dan bawah laut serta jasa kelautan.

    Mengembangkan industri perikanan dan kelautan sehingga menjadi

    andalan PDRB Provinsi Kepulauan Riau dengan melakukan berbagai

    upaya yang meliputi pengembangan SDM dibidang kelautan,

    penyediaan sarana dan prasarana penunjang, penyediaan perangkat

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 16 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    peraturan perundangan dan penyediaan fasilitas lainnya.

    Secara makro pembangunan ekonomi diarahkan untuk menjaga

    stabilitas pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan

    perkembangan daerah.

    Pembangunan bidang keamanan dan ketertiban diarahkan untuk

    meningkatkan keamanan dan rasa aman di lingkungan masyarakat.

    Mengembangkan wilayah perbatasan dan tertinggal dengan

    keberpihakan agar cepat tumbuh dan berkembang lebih cepat agar

    dapat mengurangi ketertinggalannya dengan daerah lain.

    Lingkungan hidup memiliki limitasi baik daya dukung maupun daya

    tampung. Maka dalam jangka panjang pembangunan lingkungan hidup

    diarahkan untuk meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan

    secara terus menerus dan berkelanjutan.

    Meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan sarana dan

    prasarana antar pulau dan antar daerah di seluruh wilayah Provinsi

    Kepulauan Riau.

    Meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana transportasi

    darat, laut dan udara dan meningkatkan pelayanan transportasi

    (frekuensi dan terjangkau oleh masyarakat) baik dengan cara

    membangun dan meningkatkan kualitas sarana dan prasaran

    infrastruktur transportasi darat/laut/udara maupun dengan kegiatan

    pelibatan masyarakat.

    Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efesien, efektif dan

    melaksanakan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan hak atas

    tanah dengan menerapkan prinsip keadilan, transparansi dan

    demokrasi.

    Mendorong peran swasta dalam pembangunan infrastruktur dan

    pelayanan publik, mempermudah perizinan dan memperketat

    pengawasan serta penegakan hukum dan tata kelola perikanan.

    Kerjasama antar daerah terutama dalam pengembangan potensi

    unggulan daerah terutama antar daerah yang berdekatan baik dalam

    pengawasan maupun pemanfaatan dan pengolahan serta pemasaran

    dalam memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif

    sehingga inefisiensi dalam pembangunan dapat dihindari.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 17 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    2.2.3 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

    KABUPATEN LINGGA

    Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

    Kabupaten Lingga Tahun 2010-2015 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan

    diuraikan sebagai berikut:

    2.2.3.1 VISI, DAN MISI KABUPATEN LINGGA

    Visi pembangunan daerah Kabupaten Lingga tahun 2010-2015 adalah:

    TERWUJUDNYA KABUPATEN LINGGA SEBAGAI BUNDA TANAH MELAYU YANG

    AGAMIS, BERBUDAYA, DEMOKRATIS DAN MAMPU BERSAING UNTUK MENUJU

    MASYARAKAT SEJAHTERA

    Misi pembangunan Kabupaten Lingga sebagai berikut:

    1. Menjadikan Kabupaten Lingga Sebagai Rujukan Budaya Melayu

    Rangkaian pembangunan daerah dilakukan dalam upaya mengenali

    kembali budaya melayu yang sesuai dengan kekhasan Kabupaten Lingga

    yang memiliki karakteristik positif terhadap pengembangan dasar-dasar

    pembangunan.

    2. Meningkatkan Keimanan Dan Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa

    Mengembangkan nilai-nilai agama yang dianut mayoritas masyarakat

    Kabupaten Lingga, dalam hal ini agama Islam, adalah basis dari misi

    kedua ini. Keimanan dan ketaqwaan dikembangkan agar menjadi buah

    dari praktik keagamaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

    3. Melestarikan Nilai-Nilai Luhur Dan Khazanah Budaya Melayu

    Misi ketiga ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan misi

    pertama dan kedua dimana nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan adalah

    buah dari budaya dan kehidupan agama masyarakat itu sendiri yang telah

    berkembang dari waktu ke waktu.

    4. Meningkatkan Kesadaran Hukum Dan Mengembangkan Kehidupan

    Masyarakat Yang Demokratis

    Berbasis sistem nilai dan tata kehidupan yang akan dihasilkan dari misi

    pertama, kedua, dan ketiga, peningkatan kesadaran hukum dan

    pengembangunan kehidupan masyarakat yang demokratis memiliki

    legitimasi dan basis yang kuat.

    5. Meningkatkan Dan Mengembangkan Potensi Sumber Daya Manusia Yang

    Berkualitas

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 18 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Sumber daya manusia adalah bahan dasar keunggulan bersaing yang paling

    utama. Kualitas SDM masyarakat menjadi salah satu prasyarat utama

    pencapaian tingkat kesejahteraan secara menyeluruh bagi masyarakat

    Kabupaten Lingga.

    6. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Potensi Unggulan Daerah

    Secara beriringan dengan pihak swasta dalam berkontribusi bagi

    pembangunan daerah, pemberdayaan ekonomi kerakyatan dijadikan

    langkah fundamental agar ekonomi daerah digerakkan secara bersama

    masyarakat Kabupaten Lingga.

    7. Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Kelautan

    Dengan luas wilayah laut yang mencapai 99% menjadi niscaya

    pengembangan potensi kelautan agar digarap secara serius dari tahun ke

    tahun, termasuk pengembangan perikanan laut, baik penangkapan

    maupun budidaya laut.

    8. Meningkatkan Infrastruktur

    Pengembangan infrastruktur juga dimaksudkan untuk memberikan

    dukungan penuh bagi pengembangan aktivitas ekonomi khususunya dalam

    rangka pemberdayaan ekonomi kerakyatan, baik sektor pertanian maupun

    kelautan. Peningkatan kapasitas infrastruktur harus mempertimbangkan

    keadilan dalam pengembangan wilayah sehingga pembangunan dapat

    diselenggarakan merata di segenap pelosok daerah.

    2.2.3.2 STRATEGI

    Strategi pembangunan Kabupaten Lingga tahun 2010-2015 terkait dengan

    Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)

    Kabupaten Lingga, adalah sebagai berikut:

    1. Pengembangan sistem pendukung penerapan peraturan daerah

    Strategi pengembangan sistem pendukung penerapan peraturan daerah

    diarahkan untuk menjalankan aturan dan/atau kebijakan yang telah

    diatur di dalam peraturan daerah. Penerapan peraturan daerah secara

    baik dan terkendali akan menciptakan kondisi wilayah yang aman dan

    tertib serta mampu mendukung pelaksanaan pembangunan di berbagai

    bidang.

    2. Percepatan pengembangan kawasan cepat tumbuh

    Melalui strategi ini, pengembangan perekonomian Kabupaten Lingga

    difokuskan kepada kawasan yang memiliki potensi untuk cepat

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 19 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    bertumbuh. Pengerahan pembangunan kawasan yang memiliki daya ungkit

    tinggi diharapkan mampu mengangkat perekonomian masyarakat dan

    wilayah secara nyata.

    3. Pemantapan daya dukung infrastruktur pembangunan daerah

    Infrastruktur merupakan komponen penting sebagai penunjang roda

    penggerak perekonomian dan pertumbuhan ekonomi, disamping

    merupakan aspek utama dalam pemerataan pembangunan dan

    kesejahteraan. Infrastruktur memegang peranan yang sangat penting,

    mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan

    dari ketersediaan infrastruktur yang memadai seperti transportasi, air

    bersih, telekomunikasi, sanitasi, dan energi.

    2.2.3.3 ARAH KEBIJAKAN

    Arah Kebijakan Kabupaten Lingga tahun 2013-2015, adalah sebagai

    berikut:

    Arah Kebijakan Tahun 2013

    Arah kebijakan pembangunan Lingga tahun 2013 ditujukan kepada upaya

    melanjutkan pembangunan tahun-tahun sebelumnya yang dibarengi

    dengan fokus baru. Pembangunan masih diarahkan untuk meningkatkan

    apresiasi dan prestasi seni dan budaya Melayu, serta perwujudan tatanan

    sosial kemasyarakatan yang beriman dan bertaqwa.

    Arah Kebijakan Tahun 2014

    Pembangunan Kabupaten Lingga pada tahu 2014 diarahkan kepada upaya

    melanjutkan peningkatan prestasi seni dan budaya melayu di tingkat

    regional dan nasional yang disertai upaya mewujudkan pengakuan secara

    formal Kabupaten Lingga sebagai bunda tanah Melayu, serta perwujudan

    tatanan sosial kemasyarakatan yang beriman dan bertaqwa. Hal ini

    diiringi dengan fokus pembangunan yang mulai diarahkan kepada

    penciptaan keamanan, ketertiban dan ketentraman lingkungan.

    Arah Kebijakan Tahun 2015

    Tahun 2015 adalah akhir masa kepemerintahan jangka menegah lima

    tahun dari Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode 2010-2015. Pada akhir

    periode ini, pembangunan diarahkan kepada perwujudan pengakuan

    secara formal Kabupaten Lingga sebagai bunda tanah Melayu, penciptaan

    keamanan, ketertiban dan ketentraman lingkungan.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 20 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    2.3 KEBIJAKAN SPASIAL

    Kebijakan Spasial didalam Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

    Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga terdiri dari: Rencana Tata Ruang

    Wilayah (RTRW) Provinsi Kepulauan Riau dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

    Provinsi Kabupaten Lingga.

    2.3.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI KEPULAUAN RIAU

    Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kepulauan Riau

    Tahun 2008-2028 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan diuraikan sebagai

    berikut:

    2.3.1.1 STRUKTUR WILAYAH PENGEMBANGAN

    Struktur wilayah pengembangan Provinsi Kepulauan Riau terbagi atas

    beberapa pusat kegiatan, yang diantaranya ditetapkan melalui Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Kepulauan Riau pada

    Kabupaten Lingga ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, terdiri dari wilayah

    daik dan dabo.

    Tabel II.1

    Sistem Perkotaan Provinsi Kepulauan Riau

    Sistem Kota Arahan

    PKN/PKSN Batam

    Sebagai Pusat Pemerintahan Kota

    Sebagai kawasan investasi internasional

    Sebagai pusat keunggulan (center of excellent) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun

    Sebagai pusat industri dan jasa di wilayah Provinsi Kepulauan Riau

    Sebagai pusat pariwisata

    Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong perkembangan wilayah perbatasan

    Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional

    Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional

    Sebagai kawasan alih muat kapal (transhipment point)

    Sebagai simpul-simpul utama (main outlet) transportasi laut dan udara baik skala nasional dan internasional

    Sebagai salah satu pusat pertumbuhan kawasan perbatasan Negara di Provinsi Kepulauan Riau

    Sebagai pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional

    Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional terutama pada kawasan perairan Indonesia

    Sebagai pusat pelayanan dan pusat ekspor serta akses ke pasar global

    PKSN

    Ranai

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional dan nasional

    Sebagai kawasan pengembangan industri pendukung perikanan dan kelautan

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 21 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Sistem Kota Arahan

    PKSN

    Ranai

    Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional

    Sebagai simpul transportasi laut nasional dan internasional

    Sebagai simpul transportasi udara nasional

    Sebagai salah satu pusat pertumbuhan kawasan perbatasan Negara di Provinsi Kepulauan Riau

    Sebagai pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional

    Sebagai kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional terutama pada kawasan perairan Indonesia

    PKW

    Tanjungpinang

    Pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di Pulau Dompak

    Pusat Pemerintahan Kota

    Pusat koleksi dan distribusi barang skala provinsi

    Sebagai pusat kegiatan industri pendukung PKN Batam

    Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun

    Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala provinsi

    Sebagai pendukung kegiatan pariwisata

    Sebagai kawasan pendidikan

    Sebagai simpul transportasi laut nasional dan simpul transportasi udara nasional

    Daik

    Pusat pemerintahan Kabupaten Lingga

    Pusat perdagangan dan jasa skala regional

    Pusat koleksi dan distribusi skala regional

    Pusat pengembangan industri hasil-hasil pertanian

    Pengembangan kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata

    Pusat pelayanan transportasi laut skala regional dan lokal

    Dabo

    Pusat pelayanan di Pulau Singkep dan sekitarnya

    Pusat pertumbuhan perdagangan dan jasa skala regional

    Pusat koleksi dan distribusi skala regional

    kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata

    Pusat pelayanan transportasi udara skala regional

    Simpul transportasi laut skala nasional

    Tarempa

    Pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional

    Sebagai pusat kegiatan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal dan regional

    Sebagai sentra produksi perikanan dan kelautan

    Pengembangan industri pendukung dan pengolahan perikanan

    Sebagai kawasan pariwisata

    Simpul transportasi laut skala nasional

    Sebagai kota transit lalu lintas pelayaran

    Tanjungbalai Karimun

    Pusat pemerintahan Kabupaten Karimun

    Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun

    Sebagai kawasan perdagangan dan pelayanan jasa serta pariwisata

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi tingkat regional

    Sebagai simpul transportasi laut nasional dan transportasi udara regional

    Pengembangan industri pengolahan hasil pertambangan, perikanan dan kelautan

    PKL

    Tanjung Batu

    Sebagai simpul transit skala regional dan antar pulau

    Pusat perdagangan dan jasa skala lokal

    Sebagai kawasan kegiatan pariwisata, permukiman, pertanian,

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 22 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Sistem Kota Arahan

    PKL

    Tanjung Batu

    perkebunan dan perikanan

    Sebagai koleksi dan distribusi lokal

    Sebagai kawasan pendukung pengembangan industri Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun

    Moro

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal

    Sebagai kawasan kegiatan perikanan

    Sebagai pengembangan kawasan pertambangan

    Simpul transportasi laut nasional

    Meral

    Sebagai kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun

    Sebagai kawasan industri maritim

    Sebagai kawasan perdagangan dan jasa

    Sebagai pengembangan kawasan pertambangan

    Bandar Seri Bintan

    Pusat pemerintahan Kabupaten Bintan

    Pusat kegiatan utama dengan skala pelayanan kabupaten

    Sebagai kawasan pariwisata

    Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal

    Tanjung Uban

    Sebagai kawasan industri pendukung Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi

    Sebagai simpul pelayanan transportasi laut lokal

    Sebagai simpul penghubung PKN Batam dengan wilayah Kabupaten Bintan

    Kijang

    Sebagai kawasan perdagangan dan jasa lokal

    Sebagai kawasan industri maritim

    Sebagai kawasan pertanian dan perikanan

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal

    Sebagai simpul pelayanan transportasi skala nasional

    Letung

    Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan kelautan

    Sebagai kawasan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal

    sebagai daerah pusat kegiatan lokal untuk pengembangan pertanian

    Sebagai kawasan industri perikanan dan kelautan

    Sebagai kawasan pariwisata

    Simpul pelayanan transportasi laut regional

    Tebangladan

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan kelautan

    Sebagai pusat industri pengolahan perikanan dan kelautan

    Sebagai kawasan perdagangan lokal

    Sebagai kawasan pariwisata

    Sebagai pusat kegiatan pertambangan minyak dan gas

    Simpul pelayanan transportasi laut lokal

    Simpul transportasi udara skala regional

    Sedanau Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian, perkebunan dan perikanan

    Pusat perdagangan skala lokal

    Sebagai simpul pelayanan transportasi skala regional

    Serasan

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan serta kelautan

    Sebagai kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan

    Sebagai simpul pelayanan transportasi laut lokal

    Pancur Sebagai pengembangan kegiatan pertanian

    Sebagai kawasan perikanan dan kelautan

    Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian

    Simpul pelayanan transportasi laut lokal

    Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 23 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 2.1

    Rencana Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau

    Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028

    2.3.1.2 POLA RUANG WILAYAH

    Pola ruang Wilayah Propinsi Kepulauan Riau terdiri dari: Kawasan Lindung,

    Kawasan Budidaya, dan Pengembangan Kawasan Laut.

    Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

    menjaga kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya buatan yang

    merupakan modal dasar untuk pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan

    pengembangan pada kawasan lindung diarahkan sebagaimana berikut:

    1. Daerah dengan fungsi sebagai suaka harus benar-benar dan tidak boleh

    ada kegiatan lain pada daerah tersebut, kecuali kegiatan yang bersifat

    untuk menjaga fungsi kawasan tersebut.

    2. Kawasan dengan fungsi sebagai kawasan lindung (Sempadan Sungai,

    Sempadan Danau/Waduk, kawasan dengan faktor pembatas

    lereng/ketinggian) dimanfaatkan dengan tanaman tahunan yang berfungsi

    untuk reboisasi.

    3. Ruang di pulau-pulau kecil memiliki fungsi utama sebagai kawasan

    lindung.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 24 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Berdasarkan arahan kebijakan pengembangan pada kawasan ini, sasaran

    pemantapan kawasan lindung adalah:

    1. Kawasan Hutan Lindung

    Arahan kebijakan ruang kawasan hutan lindung adalah:

    Hutan kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990

    melalui pengukuran dan batas di lapangan untuk memudahkan

    pengendaliannya.

    Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada/penggunaan lahan

    yang berlangsung lama.

    Pengendalian hdro-orologis kawasan hutan yang telah mengalami

    kerusakan (rehabilitasi dan konservasi).

    Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang

    tidak mengganggu fungsi lindung.

    Pemantauan terhadap kegiatan yang di perbolehkan,berlokasi di hutan

    lindung seperti penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah,

    pencegahan bencana alam agar tidak mengganggu fungsi lindung.

    2. Kawasan Lindung yang Berfungsi Memberikan Perlindungan Kawasan

    Bawahannya

    Arahan kebijakan pengembangan pada kawasan lindung yang berfungsi

    memberikan perlindungan bawahannya adalah dengan upaya-upaya

    berikut:

    Lebih memantapkan kawasan perlindungan dengan mengacu pada

    Keppres No. 32 Tahun 1990 melalui pengukuhan dan penataan batas di

    lapangan.

    Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan tersebut.

    Pencegahan kegiatan budidaya kecuali kegiatan yang tidak

    mengganggu fungsi lindung, seperti kegiatan pertanian terbatas dan

    kepariwisataan.

    Pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan yang masih diperbolehkan

    berlokasi di hutan lindung, agar tetap menjaga fungsi lindungnya.

    3. Kawasan Lindung Yang Berfungsi untuk Memberikan Perlindungan

    Setempat

    a. Kawasan Sempadan Pantai

    Arah kebijakan ruang kawasan sepadan pantai adalah:

    Pengamanan daerah pantai sekurang-kurangnya 100 meter dari titik

    pasang tertinggi ke arah darat

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 25 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya disepanjang sempadan

    pantai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi

    fisik dan dasar pantai serta alirannya

    Pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar daerah sempadan

    pantai dan pengamanan daerah tepi pantai

    b. Kawasan Sempadan Sungai

    Arahan kebijakan ruang pada kawasan Sempadan Sungai adalah:

    Pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai yang harus

    dilindungi 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter untuk sungai

    kecil/anak sungai, atau disesuaikan dengan kondisi fisiknya.

    Mencegah kegiatan budidaya secara bertahap di kawasan tepi sungai

    dimana kegiatan tersebut dapat merusak kawasan tepi sungai.

    Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai dan

    anak sungai yang berada diluar permukiman.

    c. Kawasan Sekitar Danau dan Waduk

    Arahan kebijaksanaan kawasan sekitar danau dan waduk adalah:

    Pengamanan daerah sepanjang tepi waduk/danau sungai yang harus

    dilindungi adalah 50 meter sampai 100 meter dari titik pasang air

    danau dan waduk tertinggi;

    Pencegahan terhadap pembangunan budidaya non pertanian atau

    daerah terbangun dalam kawasan tepi waduk/danau, kecuali

    berfungsi untuk menunjang fungsi lindung;

    Pengendalian kegiatan budidaya yang merusak lingkungan yang

    pemindahannya dilakukan secara bertahap.

    d. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota

    Arahan kebijaksanaan ruang terbuka hijau kota adalah:

    Penyediaan ruang terbuka hijau di setiap sarana dan prasarana

    perkotaan.

    Pengaturan pembangunan bangunan atau gedung harus mengikuti

    peraturan teknis bangunan dengan memperhatikan ruang terbuka.

    Ditanami dengan tumbuhan yang memiliki nilai estetika dan

    berfungsi melindungi

    Jenis tanaman yang ada di ruang terbuka hjiau berupa pohon-pohon

    besar.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 26 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

    a. Kawasan Suaka Alam dan Suaka Alam Laut

    Arahan kebijaksanaan ruang kawasan ini adalah:

    Pengelolaan kawasan suaka alam sesuai perlindungannya masing-

    masing.

    Pelarangan dilakukanya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan

    yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam,

    kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada.

    b. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut

    Arahan kebijakan ruang kawasan ini antara lain:

    Pengelolaan kawasan cagar alam dan cagar alam laut sesuai

    perlindungannya masingmasing.

    Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan serta

    pengamanan kawasan.

    c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

    Arahan kebijakan ruang kawasan ini antara lain:

    Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau sesuai perlindungannya

    masing-masing.

    Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan dan

    pengamanan kawasan.

    d. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut

    Arahan kebijakan ruang kawasan ini antara lain:

    Pengelolaan taman wisata alam dan taman wisata alam laut dengan

    mengembangkan zona-zona ilmu pengetahuan, pariwisata dan

    pendidikan.

    Pengelolaan wisata alam yang memadukan kepentingan pelestarian

    pariwisata/rekreasi alam.

    Pelarangan dilakukanya kegiatan budidaya apapun kecuali kegiatan

    yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam,

    kondisi penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada.

    e. Kawasan Cagar budaya dan Ilmu Pengetahuan

    Arahan kebijakan ruang kawasan ini antara lain:

    Pemantapan kawasan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan

    sesuai dengan tujuan perlindungannya.

    Peningkatan pengelolaan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan

    yang telah ada, serta melakukan pelarangan kegiatan budidaya di

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 27 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    kawasan tersebut, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya

    dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan alam serta

    ekosistim alami yang ada.

    Pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap kegiatan

    budidaya yang telah ada agar tidak mengganggu fungsi pelestarian

    alam tersebut.

    Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan

    mengembangkan zona-zona ilmu pengetahuan, pariwisata dan

    pendidikan.

    5. Kawasan Rawan Bencana

    Arahan pemantapan kawasan rawan bencana dilakukan, dengan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    Lebih meningkatkan upaya penetapan kawasan bahaya I, bahaya II dan

    bahaya III bagi daerah-daerah yang sering terkena bencana alam.

    Melakukan upaya-upaya perbaikan lingkungan serta prasarana bagi

    daerah yang mengalami bencana.

    Lebih memantapkan kawasan-kawasan yang sering menimbulkan

    bencana (seperti erosi, longsor, banjir, gempa dan lain-lain) dengan

    membatasi kegiatan budidaya dan mengembangkan kawasan berfungsi

    lindung.

    Kawasan rawan bencana di Kepulauan Riau terdiri dari Kawasan: Rawan

    Tanah Longsor, Rawan Gelombang Pasang, dan Rawan Banjir

    6. Kawasan Lindung Lainnya

    Kawasan lindung lainnya adalah kawasan lindung pada pulau-pulau kecil

    yang tersebar di wilayah Kepulauan Riau, yang ditujukan untuk

    melindungi ekosistem pulau-pulau kecil, garis pantai dan perairan laut di

    sekitarnya yang memiliki sifat rentan terhadap berbagai bentuk gangguan

    kegiatan budidaya.

    Untuk tetap menjaga keberadaan serta kelestariannya maka pulau-pulau

    kecil terutama yang memiliki luas kurang dari 10 Ha (sepuluh hektar)

    ditetapkan sebagai kawasan lindung. Namun demikian, pada pulau

    tersebut masih dimungkinkan untuk dilakukan kegiatan budidaya terbatas,

    sesuai dengan potensi dan kondisi pulau tersebut. Pulau-pulau tersebut

    tersebar di seluruh wilayah perairan Kepulauan Riau.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 28 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 2.2

    Kawasan Hutan Lindung Gugusan Lingga dan sekitarnya

    Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028

    Kawasan budidaya merupakan kawasan daratan yang berpotensi untuk

    dikembangkan baik untuk kepentingan usaha produksi maupun pemukiman

    penduduk, terdiri dari:

    1. Kawasan Hutan Produksi

    Arahan kebijakan untuk ruang kawasan hutan produksi terbatas adalah

    pengusahaan hutan produksi melalui pemberian izin HPH dengan

    menerapkan pola tebang pilih dan tanam kembali. Berdasarkan paduserasi

    kehutanan, Hutan Produksi Terbatas paling banyak tersebar 21.820 Ha di

    Kabupaten Natuna, kemudian 10.507 Ha di Kabupaten Lingga, 8.302 Ha di

    Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang, 5.933 Ha di Kota Batam, dan

    1.168 Ha di Kabupaten Karimun. Sehingga secara keseluruhan rencana

    kawasan hutan produksi terbatas di Kepulauan Riau mencapai 47.730 Ha.

    2. Kawasan Hutan Rakyat

    Pengembangan kawasan hutan rakyat di Provinsi Kepulauan Riau

    dialokasikan di Pulau Bunguran (Kabupaten Natuna) dengan luas 50.866

    Ha, Pulau Lingga dan Pulau Singkep (Kabupaten Lingga) dengan luas

    34.018 Ha.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 29 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Dengan demikian di Provinsi Kepulauan Riau diharapkan akan terdapat

    hutan rakyat seluas 84.904 Ha yang dapat dikembangkan.

    3. Kawasan Pertanian

    a. Kawasan Pertanian Pangan

    Pengembangan kawasan pertanian pangan seluas 104.691 Ha

    dialokasikan di Kabupaten Lingga seluas 37.481 Ha yang sekaligus

    direncanakan sebagai lumbung pangan Provinsi Kepulauan Riau. Selain

    di Kabupaten Lingga, kawasan pertanian juga dialokasikan di

    Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang seluas 25.505 Ha, di

    Kabupaten Natuna 13.567 Ha, di Kabupaten Karimun 17.110 Ha, di

    Kota Batam 10.400 Ha, serta di Kabupaten Anambas 628 Ha.

    Arahan kebijakan kawasan adalah:

    Perluasan areal persawahan baru (ekstensifikasi).

    Pengembangan prasarana pengairan.

    Pengendalian kegiatan lain agar tidak menggangu lahan pertanian

    yang subur.

    Pelestarian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya

    lainnya.

    b. Kawasan Peternakan

    Kabupaten Lingga untuk dikembangkan ternak kerbau dan kambing.

    Arah kebijakan pembangunan dan pengembangan peterakan adalah:

    Menyusun perencanaan pembangunan peternakan

    Memfasilitasi pengembangan pembangunan sentra-sentra produksi

    peternakan

    Menerapkan teknologi bidang peternakan yang tepat di setiap

    daerah

    Penyediaan sarana dan prasarana bidang peternakan

    Meningkatkan akses petani ternak terhadap pasar dan lembaga

    permodalan

    4. Kawasan Perkebunan

    Sebagai kawasan yang pemanfaatannya cukup besar di daratan Provinsi

    Kepulauan Riau, yakni mencapai 126.035 Ha, alokasinya tersebar sebagian

    besar di Kabupaten Lingga dengan luas 61.533 Ha, Kabupaten Natuna

    28.860 Ha, Kabupaten Karimun 16.888 Ha, Kabupaten Bintan dan Kota

    Tanjungpinang 9.829 Ha, dan 8.925 Ha di Kabupaten Kepulauan Anambas.

    Arahan kebijakan pengembangan kawasan adalah:

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 30 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan.

    Pengembangan wilayah-wilayah sentra produksi tanaman perkebunan

    sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya secara optimal.

    Pengembangan kawasan-kawasan potensial untuk tanaman

    perkebunan.

    5. Kawasan Perikanan

    Arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan ini berupa:

    Memperluas jaringan pemasaran terhadap masukan-masukan

    perikanan, seperti bibit, obat-obatan dan pakan. Usaha-usaha ini dapat

    meningkatkan kualitas hasil kelautan dan perikanan;

    Meningkatkan mutu budidaya laut (mariculture), budidaya air tawar

    dan budidaya air payau;

    Mengusahakan adanya nilai tambah terhadap hasil-hasil kelautan dan

    perikanan, meliputi pengolahan menjadi barang setengah jadi maupun

    barang jadi yang siap dikonsumsi;

    Konservasi terhadap kawasan kelautan dan perikanan;

    Meningkatkan dan memperkuat peranan sumberdaya manusia di bidang

    kelautan yang dilakukan dengan mendorong jasa pendidikan dan

    pelatihan di bidang kelautan khususnya bidang unggulan serta

    mengembangkan standar kompetensi sumberdaya manusia bidang

    kelautan;

    Meningkatkan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi serta riset yang

    diarahkan bagi pengembangan sistem informasi kelautan yang handal.

    Rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan memuat zonasi

    kawasan yang terdiri dari:

    a. Zona Inti

    Zona inti diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi

    ikan, penelitian, dan pendidikan.

    b. Zona Perikanan Berkelanjutan

    Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi perlindungan habitat

    dan populasi ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah

    lingkungan, budidaya ramah lingkungan, pariwisata dan rekreasi,

    penelitian dan pengembangan, serta pendidikan.

    c. Zona Pemanfaatan

    Zona pemanfaatan diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan

    populasi ikan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan,

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 31 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    serta pendidikan.

    d. Zona Lainnya

    Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti, zona perikanan

    berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan

    kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu, yakni antara lain zona

    perlindungan, zona rehabilitasi dan sebagainya.

    Kawasan perikanan di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari:

    a. Kawasan Perikanan Tangkap

    Rencana pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Riau

    yaitu tersebar pada seluruh wilayah pesisir dan kelautan Provinsi

    Kepulauan Riau terutama pada kawasan perikanan tangkap yang

    potensial dan tidak melanggar batas Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

    (ZEEI) yang berada di wilayah perbatasan dengan negara lain.

    b. Kawasan Perikanan Budidaya

    Rencana pengembangan perikanan budidaya di Provinsi Kepulauan Riau

    adalah tersebar pada daerah yang memiliki potensi dikembangkanya

    kegiatan budidaya perikanan yaitu:

    Kabupaten Kepulauan Anambas: Pulau Jemaja, Matak dan Siantan

    Kabupaten Natuna: Pulau Subi, Serasan dan Buguran Barat

    Kabupaten Bintan: Pulau Siulung/Sirai, Mantang, Dendun, Telang,

    Pangkil, Mapur dan Pengujan.

    Kabupaten Lingga: Pulau Senayang, Tajur Biru, Rejai, Baran,

    Pancur, Marok Kecil, Marok Tua, P. Serang, Sungai Buluh

    Kabupaten Karimun: Pulau Keban, Bahan, Durai Kota Batam: Pesisir

    Pulau Batam, Pulau Rempang, Galang dan Pulau Galang Baru sekitar

    Kota Tanjungpinang: Pulau Senggarang, Tanjung Lanjut, Tanjung

    Madung, Dompak Luar, Pulau Lot

    6. Kawasan Pertambangan

    Potensi pertambangan yang ada di provinsi Kepulauan Riau berupa hasil

    tambang batu granit, pasir dan timah di Kabupaten Karimun, hasil

    tambang bauksit dan batu granit di Kabupaten Bintan, Hasil tambang

    minyak dan gas di kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas,

    hasil biji besi, timah dan bauksit di Kabupaten Lingga.

    Arahan kebijakan ruang kawasan pertambangan yang dilakukan adalah:

    Penataan ruang untuk zona pertambangan

    Penyediaan sarana dan prasarana pendukung

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 32 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Mencari kawasan cadangan pertambangan sebagai kawasan potensial

    dan pengendalian kawasan bekas tambang.

    7. Kawasan Perindustrian

    Kawasan industri yang telah berkembang saat ini terpusat di Kota Batam.

    Namun demikian rencana kawasan industri di Provinsi Kepulauan Riau

    dialokasikan di setiap kabupaten guna pemeretaan pertumbuhan

    ekonomi, yang meliputi 12.505 Ha di Kabupaten Karimun, 12.228 Ha di

    Kabupaten Natuna, 9.659 Ha di Kabupaten Bintan dan Kota

    Tanjungpinang, 8.305 Ha di Kota Batam, 1.842 Ha di Kabupaten

    Kepulauan Anambas, dan 1.683 Ha di Lingga, dengan jenis industri yang

    sesuai dengan kondisi dan potensi daerah masing-masing.

    Arahan kebijakan kawasan perindustrian di Provinsi Kepulauan Riau:

    Kota Tanjungpinang sebagai industri kecil dan rumah tangga.

    Kota Batam sebagai pusat pengembangan berbagai industri, termasuk

    diantaranya industri elektronik, logam dasar, kimia, makanan, dan

    tekstil.

    Kabupaten Bintan sebagai industri pariwisata.

    Kabupaten Karimun sebagai industri galangan kapal.

    Kabupaten Lingga sebagai industri penunjang kegiatan pertanian.

    Kabupaten Anambas sebagai Industri pengolahan hasil perikanan.

    Kabupaten Natuna sebagai kawasan industri pengolahan hasil

    pertanian, kehutanan, perikanan, dan kerajinan rakyat.

    8. Kawasan Pariwisata

    Arahan pengembangan pada kawasan pariwisata adalah sebagai berikut:

    Penentuan dan ruang kawasan pariwisata agar Iebih menetapkan

    wilayah pengembangan pariwisata, baik di dalam kawasan lindung dan

    kawasan budidaya.

    Meningkatkan infrastruktur pariwisata untuk mendukung dan

    melengkapi akomodasi serta atraksi wisata yang ada sebagai upaya

    memperluas kesempatan kerja dan pendapatan asli daerah.

    Melanjutkan usaha pengembangan objek-objek wisata lainnya dan

    penataan ruang objek wisata serta promosi produk pariwisata.

    Produk wisata dalam menjaring pasar wisata.

    Pengembangan dan pelestarian budaya daerah terutama dengan

    memberdayakan nilainilai budaya melayu.

    pengembangan kepariwisataan sebagai bagian dari kegiatan

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 33 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    menggerakkan ekonomi masyarakat.

    Unit Pengembangan Wilayah D (Kabupaten Lingga) meliputi wilayah

    Kabupaten Lingga, yang terbagi menjadi 3 Unit Kawasan Wisata (UKW),

    yaitu:

    Unit Kawasan Wisata Lingga, memiliki fungsi utama untuk wisata

    sejarah dan agro wisata dengan wisata pendukungnya adalah wisata

    alam pegunungan dan wisata bahari.

    Unit Kawasan Wisata Singkep, memiliki fungsi utama sebagai pintu

    masuk wisatawan serta pusat transit wisatawan dengan kegiatan wisata

    adalah wisata alam dan wisata bahari.

    Unit Kawasan Wisata Senayang, memiliki fungsi utama adalah wisata

    bahari.

    9. Kawasan Permukiman

    Secara umum kawasan permukiman terdiri atas:

    a. Kawasan Permukiman Perkotaan

    Arahan kebijaksanaan ruang kawasan permukiman kota adalah:

    Kawasan permukiman perkotaan secara teknis tidak berada pada

    kawasan yang aman dari kawasan rawan bencana.

    Penyediaan kawasan permukiman kota yang dapat menampung

    peningkatan penduduk di perkotaan.

    Pengaturan pembangunan kawasan perumahan (permukiman) di

    perkotaan sesuai dengan peraturan perumahan dan permukiman

    yang berlaku.

    Pengembangan kawasan permukiman kota yang tidak menyalahi

    peraturan perumahan dan permukiman yang berlaku.

    Pengendalian perkembangan dan distribusi penduduk serta distribusi

    penduduk pada kawasan potensial untuk pengembangan pemukiman

    dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lahan.

    b. Kawasan Permukiman Pedesaan

    Arahan kebijaksanaan ruang kawasan pemukiman pedesaan adalah:

    Kawasan permukiman pedesaan secara teknis tidak berada pada

    kawasan yang aman dari kawasan rawan bencana

    Pengembangan permukiman pedesaan yang mengutamakan akses

    menuju pusatpusat pertumbuhan desa

    Pengembangan permukiman pedesaan yang sehat dan layak huni

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 34 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    10. Kawasan Lainnya

    Kawasan lainnya dapat berupa sebagai berikut:

    Kawasan Militer

    Kawasan Pembangkit listrik

    Kawasan Pengolahan Limbah

    Kawasan Tempat Pembuangan Sampah

    Selain kawasan-kawasan tersebut diatas, kawasan lainnya dalam RTRWP

    Kepulauan Riau juga mengakomodir bagi peruntukan pusat pemerintahan,

    bandar udara, kegiatan penambangan beserta bekas-bekas tambang, serta

    kawasan-kawasan yang peruntukannya belum dapat ditentukan, tetapi

    memiliki peranan yang penting bagi daerah.

    Gambar 2.3

    Rencana Pola Ruang Gugusan Lingga dan sekitarnya

    Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028

    Dalam pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, digunakan

    rencana zonasi yang dimaksudkan untuk menentukan arah penggunaan

    sumberdaya, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

    a. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung

    ekosistem, fungsi perlindungan, dimensi waktu, dimensi teknologi dan

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 35 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    sosial budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan;

    b. Keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumberdaya, fungsi, estetika

    lingkungan dan kualitas lahan pesisir;

    c. Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses masyarakat dalam

    pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai

    fungsi sosial dan ekonomi.

    Rencana pengembangan kawasan laut Provinsi Kepulauan Riau merupakan

    arahan pemanfaatan sumberdaya laut melalui pembagian kawasan laut yang

    meliputi kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis

    nasional tertentu dan alur laut. Antara lain:

    1. Kawasan Pemanfaatan Umum

    Kawasan pemanfaatan umum merupakan kawasan yang dapat

    dimanfaatkan dan diperuntukan sebagai pariwisata, pemukiman,

    pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan budidaya,

    perikanan tangkap, industri, infrastruktur umum dan zona pemanfaatan

    terbatas sesuai dengan karakteristik biogeofisik lingkungannya.

    2. Kawasan Konservasi

    Kawasan konservasi laut daerah Lingga secara keseluruhan mempunyai

    luas 31.966 Ha, yang berlokasi di perairan sekitar Pulau Lingga dan

    Senayang. Pemanfaatan kawasan konsevasi laut diarahkan dan

    diprioritaskan untuk tujuan mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan,

    kegiatan pariwisata bahari dan kegiatan lainnya secara lestari.

    3. Kawasan Strategis Nasional Tertentu

    Kawasan Strategis Nasional Tertentu merupakan kawasan yang dapat

    dimanfaatkan untuk zona pertahanan keamanan, situs warisan dunia,

    perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar. Bila ditinjau dari aspek makro

    kawasan, maka seluruh wilayah di Provinsi Kepulauan Riau merupakan

    kawasan strategis, mengingat lokasinya yang berbasatan dengan negara

    tetangga, serta wilayahnya yang terdiri dari pulau-pulau kecil.

    4. Alur Laut

    Alur Laut dapat dimanfaatkan untuk alur pelayaran, alur sarana umum,

    dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel bawah laut.

    a. Alur Pelayaran

    Selat Malaka-Singapura-Phillip, serta Laut Cina Selatan merupakan

    salah satu alur pelayaran terpenting di dunia dan dalam RTRWN

    ditetapkan sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Selat Malaka-

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 36 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Singapura-Phillip yang berada di sekitar gugus Pulau Karimun-Barelang-

    Bintan merupakan salah satu simpul pelayaran dunia terutama terkait

    dengan keberadaan Pelabuhan Singapura. Sementara itu, Selat Lampa

    yang berada di gugus Pulau Bunguran dimana ibukota Kabupaten

    Natuna berada, saat ini hanya melayani aktivitas pelayaran domestik,

    terutama untuk mobilitas penduduk.

    b. Kabel Bawah Laut

    Khusus di Selat Singapura, kabel bawah laut yang terpasang sebagian

    besar merupakan kabel yang menghubungkan antara Malaysia,

    Indonesia dan Singapura dengan Hongkong, Taiwan serta Jepang.

    Sebagian kecil lainnya adalah kabel laut yang menghubungkan Jakarta

    dengan Singapura melalui Selat Durian.

    c. Pipa Bawah Laut

    Pipa ini berfungsi sebagai penyalur gas alam dan minyak mentah dari

    tambang yang ada di sekitar Laut Natuna. Pipa-pipa ini sebagian besar

    berujung pada pengolahan gas dan minyak mentah yang ada di

    Singapura dan Pulau Sambu.

    Gambar 2.4 Rencana Pola Ruang Laut Provini Kepulauan Riau

    Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 37 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    2.3.1.3 SISTEM JARINGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH PESISIR (PRASARANA

    TRANSPORTASI)

    Sistem transportasi Provinsi Kepulauan Riau diarahkan untuk menunjang

    kegiatan ekonomi dan sosialbudaya penduduk, mencakup di dalamnya kegiatan

    pemerintahan, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan industri, kegiatan

    pariwisata, kegiatan pertahanan keamanan, dan kegiatan-kegiatan utama

    perkotaan yang lainnya melalui pendekatan pengembangan sistem transportasi

    massal yang terintegrasi antarmoda. Rencana pengembangan sistem transportasi

    di Kepulauan Riau, terbagi atas:

    1. Sistem Transportasi Darat

    Pengembangan jaringan transportasi untuk wilayah kepulauan diarahkan

    untuk mengintegrasikan dan mengkombinasikan moda yang ada sesuai

    wilayah kepulauan yaitu seperti antara transportasi darat, laut,

    penyeberangan, udara dan jalan.

    Rencana jaringan jalan Kabupaten Lingga yaitu kolektor primer 2 yang

    tersebar di beberapa ruas dan lokasi sebagai berikut:

    Sp. Limbung Musai : 8,40 km

    Musai Sp. Keradin : 7,30 km

    Sp. Keradin Bukit Harapan : 7,00 km

    Sp. Budus Kadur : 4,10 km

    Sp. Marok Tua Marok Tua : 24,70 km

    Sp. Kuala Raya Kuala Raya : 3,70 km

    Sp. Sei Buluh Sei Buluh : 0,55 km

    Pengembangan jaringan lintas angkutan penyeberangan antar pulau

    jangka menengah Kabupaten Lingga adalah Lintas Penyeberangan Penarik

    Dabo/Jagoh (Lingga).

    2. Sistem Transportasi Laut

    Pengembangan sistem transportasi laut sangat berkaitan erat dengan

    pergerakan barang dan penumpang terutama untuk menghubungkan

    setiap kabupaten/kota guna melayani kegiatan produksi dan

    perdagangan. Rencana sistem jaringan transportasi laut berkaitan erat

    dengan pergerakan barang dan penumpang terutama untuk

    menghubungkan setiap kabupaten/kota guna melayani kegiatan produksi

    dan perdagangan.

    Pelayanan Angkutan Laut di Kabupaten Lingga dibagi menjadi:

    Angkutan penumpang untuk domestik antar pulau (regional), guna

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 38 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    menghubungkan pulau-pulau yang ada di wilayah Kepulauan Riau,

    yaitu: Pelabuhan Dabo Singkep, Pelabuhan Jagoh, Pelabuhan Senayang,

    Pelabuhan Penuba, Pelabuhan Sei Buluh dan Sei Tenam.

    Angkutan barang yang bertaraf internasional, dilayani oleh Pelabuhan

    Dabo Singkep dan Pelabuhan Jagoh.

    Angkutan barang yang bertaraf domestik regional nasional, dilayani

    oleh Pelabuhan Dabo Singkep, Pelabuhan Jagoh, Pelabuhan Senayang,

    Pelabuhan Penuba, Pelabuhan Sei Buluh dan Sei Tenam.

    Angkutan barang yang bertaraf domestik antar pulau (regional),

    dilayani oleh Pelabuhan Dabo Singkep, Pelabuhan Jagoh, Pelabuhan

    Senayang, Pelabuhan Penuba, Pelabuhan Sei Buluh dan Sei Tenam.

    Klasifikasi Pelabuhan di Kabupaten Lingga dibagi menjadi:

    Pelabuhan Utama : Dabo

    Pelabuhan Pengumpan Regional : Penuba, Sei Buluh, Sei Tenam

    Pelabuhan Pengumpan Lokal : Pelabuhan yang menghubungkan

    pulau-pulau di sekitar Kabupaten Lingga

    Provinsi Kepulauan Riau dilewati oleh Alur Laut Kepulauan I dan Alur Laut

    Kepulauan cabang I-A. Sejalan dengan pengembangan pelabuhan di

    Provinsi Kepulauan Riau dan dengan ditetapkannya Pulau Batam, Bintan

    dan Karimun sebagai kawasan FTZ.

    3. Sistem Jaringan Transportasi Udara

    Sarana perhubungan udara di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari Bandara

    Internasional Hang Nadim di Kota Batam sebagai Pusat Penyebaran

    Primer, Bandara Raja Haji Fisabilillah di Tanjung Pinang dan Bandara

    Ranai di Natuna sebagai Pusat Penyebaran Tersier, serta Badara Bukan

    Pusat Penyebaran yang terdiri dari dua Bandara Umum yaitu Bandara Sei

    bati di Tanjung Balai Karimun dan Dabo Singkep di Dabo dan satu

    Bandara Khusus Palmatak di Kepulauan Anambas.

    Di samping itu saat ini tengah dilakukan kajian untuk pembukaan rintisan

    bandara baru seperti di Tambelan dan Lagoi (Bintan) dan Jemaja

    (Kepulauan Anambas) serta Subi di Natuna. Sedangkan lapangan Helipad

    akan direncanakan dibuat di tempat strategis seperti pusat pemerintahan

    Tanjungpinang serta kota atau tempat terpencil di pulau terluar seperti

    Pulau Nipah dan Pulau Sekatung. Adapun jalur transportasi udara yang

    perlu diciptakan adalah beberapa jalur yang melewati pulau-pulau yang

    letaknya berjauhan.

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 39 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Gambar 2.5

    Rencana Jaringan Transportasi Laut Provini Kepulauan Riau

    Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008-2028

    2.3.1.4 KAWASAN STRATEGIS PROVINSI

    Kabupaten Lingga sebagai salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi

    Kepulauan Riau masih terus mengejar ketertinggalan pembangunan terhadap

    Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Kepulauan Riau. Permasalahan pembangunan

    yang saat ini dihadapi oleh Kabupaten Lingga antara lain adalah masih tingginya

    jumlah pengangguran dan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan,

    masih minimnya sarana prasarana serta kurang meratanya pembangunan di

    perdesaan. Namun demikian, Kabupaten Lingga memiliki karakteristik Sumber

    Daya Alam yang khas baik yang dapat diperbaharui (Renewable Resources) maupun

    yang tidak dapat diperbaharui (Non Renewable Resources). Beragam potensi yang

    dimiliki Kabupaten Lingga tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga

    dapat mensejajarkan perkembangannya dibandingkan dengan Kabupaten/Kota

    lainnya yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

    Kabupaten Lingga direncanakan Kawasan Sentra Produksi Pertanian (KSPP)

    Bunda Tanah Melayu sebagai Lumbung Pangan Provinsi Kepulauan Riau, yang

    meliputi 2 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Lingga yaitu di Desa Bukit Langkap

    dan Keradin serta Kecamatan Lingga Utara tepatnya Desa Bukit Harapan dan

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 40 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    Linau. Oleh karena itu, berdasarkan potensi yang dimiliki tersebut terutama

    potensi pertanian dan perkebunan serta kehutanan, maka Pemerintah Provinsi

    Kepulauan Riau juga menganggap perlu untuk menetapkan Kabupaten Lingga

    sebagai Kawasan Strategis Provinsi.

    Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Lingga tersebut

    juga terkait dengan pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Bintan,

    dan Karimun, dimana letak geografis Kabupaten Lingga yang berada pada peri-peri

    Kawasan Strategis Nasional tersebut memberikan peluang pemasaran yang sangat

    besar untuk produk pertanian, peternakan dan perkebunan dari Kabupaten Lingga.

    Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Lingga dapat

    dikembangkan menjadi salah satu sentra produksi produk pangan pertanian yang

    dapat menyangga dan meningkatkan kemandirian pangan di Provinsi Kepulauan

    Riau.

    Pihak Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau berwenang untuk mengatur

    pengelolaan Kawasan Strategis Kabupaten Lingga, berupa:

    a. Penyediaan sarana dan prasarana yang menghubungkan akses sentra-

    sentra produksi pertanian, perkebunan dan pariwisata;

    b. Melakukan Pembinaan SDM pengelolaan pertanian dan hasil-hasil

    pertanian;

    c. Pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan Kawasan Strategis

    Kabupaten Lingga merupakan wewenang Pemerintah Provinsi Kepulauan

    Riau.

    2.3.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LINGGA

    Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lingga

    Tahun 2011-2031 dapat ditinjau dari berbagai hal yang akan diuraikan sebagai

    berikut:

    2.3.2.1 STRUKTUR WILAYAH PENGEMBANGAN

    Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari pusat

    kegiatan sistem perkotaan dan pusat kegiatan sistem perdesaan.

    Rencana sistem perkotaan terdiri dari:

    1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

    Dalam sistem perkotaan nasional Daik Lingga dan Dabo Pulau Singkep

    ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) tahap pengembangan ke

    II dengan mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi. Berkaitan

  • BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN -

    LAPORAN KEMAJUAN 2 - 41 Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Lingga

    dengan hal tersebut maka peran kedua kawasan perkotaan tersebut

    diharapkan dapat berperan:

    a. Sebagai simpul kedua kegiatan eksporimpor yang mendukung PKN di

    Batam

    b. Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta pusat pengolahan

    /pengumpulan barang di wilayah kabupaten dan sekitarnya dan/atau

    melayani skala Provinsi Kepulauan Riau

    c. Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa

    kabupaten di sekitarnya

    2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

    Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada sistem perkotaan yang

    ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau. Dalam sistem perkotaan

    wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Senayang dan Pancur (Lingga Utara)

    ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan demikian

    diharapkan kedua kawasan perkotaan tersebut dapat berperan sebagai:

    a. Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten

    Lingga

    b. Pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa kecamatan di

    wilayah Kabupaten Lingga

    c. Simpul transportasi beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga

    d. Jasa pemerintahan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga

    3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

    Pusat Pelayanan Kawasanmerupakan kawasan perkotaan yang berfungsi

    untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau b