bab 2 studi pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 1
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
BAB
II
STUDI PUSTAKA
Pondasi adalah suatu konstruksi bagian dasar bangunan (substructure) yang
berfungsi meneruskan beban dari struktur atas ke lapisan tanah di bawahnya.
Tiang (pile) adalah suatu bagian konstruksi pondasi yang berbentuk batang yang
berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah disekitar tiang
pada kedalaman tertentu. Penyaluran beban oleh tiang ini dapat dilakukan
melalui lekatan antara selimut tiang dengan tanah disekitar tiang bor, penyaluran
ini disebut tahanan samping (skin friction), dan daya dukung ujung tiang (end
bearing).
Dalam perencanaan pondasi tiang bor (bored pile) diperlukan pemahaman tentang
teori-teori dasar perencanaan pondasi dalam. Untuk itu dalam bab ini akan
dibahas mengenai teori-teori dasar yang mendukung perencanaan pondasi tiang
bor pada studi kasus tugas akhir ini. Perencanaan pondasi tiang meliputi
penentuan parameter-parameter tanah, perhitungan kapasitas/daya dukung tiang,
panjang tiang yang diperlukan, perencanaan grup tiang dan penurunan tiang
(settlement).
Hal- hal yang perlu dihindari dalam perencanaan pondasi adalah keruntuhan geser
dan deformasi yang berlebihan. Pada perencanaan pondasi juga harus
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang bekerja pada pondasi baik beban statik maupun beban dinamiknya.
2. Penurunan yang terjadi akibat pembebanan tidak melebihi dari penurunan yang diijinkan.
Besar kapasitas tahanan ujung dan tahanan samping pondasi tiang bor akan
bergantung terhadap :
1. Kondisi pelapisan tanah dasar pendukung tempat pondasi bertumpu beserta parameter tiap lapisan tanahnya masing-masing. Penentuan parameter tanah
dasar dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
• Berat volume
• Angka pori
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 2
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
• Porositas
• Kadar air
• Derajat kejenuhan
• Atterberg Limit : Liquid Limit, Plasitis Limit, dan Plasticity Index
• Sudut geser dalam (φ) • Kohesi (c)
2. Bentuk geometri pondasi yaitu : bentuk, dimensi, dan elevasi 3. Beban Pondasi
Penyelidikan kondisi tanah merupakan prasyarat dalam perencanaan pondasi tiang
bor. Dalam perencanaan pondasi tiang bor penyelidikan ini memiliki peran yang
penting, dimana penggunaan data-data tersebut berfungsi untuk memahami
kondisi geologi tanah, sifat tanah, dan kekuatan tanah setempat. Jenis
penyelidikan disesuaikan dengan jenis proyek, kepentingan proyek, kondisi tanah
asli, dan uji lapangan. Hal ini menjadi sangat penting apabila kondisi tanah
pekerjaan proyek bangunan berada pada tanah yang sangat sensitif terhadap
gangguan. Jenis penyelidikan tanah yang pada umumnya dilakukan dalam
merencanakan sistem pondasi adalah :
1. Boring Investigation (pengeboran menggunakan tenaga manusia atau mesin)
2. SPT (Standard Penetration Test) 3. CPT (Uji Sondir) 4. Vane Shear
5. Sampling: Undisturbed dan Disturbed Sample
6. Uji laboratorium : untuk menentukan index properties dan engineering properties
Selain itu, faktor lokasi dan tipe bangunan yang akan dibangun juga menentukan
jenis pondasi yang akan digunakan. Untuk bangunan yang dibangun pada perairan
dalam seperti jembatan Mahkota II memiliki beban struktur atas yang besar
sehingga pemilihan jenis pondasi menggunakan pondasi tiang bor.
2.1 Penentuan Parameter Tanah
Penentuan parameter tanah merupakan tahapan yang paling penting dalam
perencanaan pondasi. Kesalahan dalam menentukan parameter tanah dalam
perencanaan pondasi dapat berakibat buruk pada kestabilan bangunan. Oleh
karena itu, parameter tanah yang digunakan diusahakan memiliki tingkat
ketelitian yang optimum. Untuk memperoleh nilai-nilai parameter tanah yang
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 3
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
dibutuhkan tersebut dapat dilakukan dengan pengujian langsung di lapangan
ataupun pengujian di laboratorium.
Metoda pengujian di lapangan yang umum dilaksanakan adalah dengan melakukan
uji SPT (Standard Penetration Test). Pelaksanaan uji SPT biasanya dilakukan
bersamaan dengan pengambilan contoh tanah dengan menggunakan alat split
spoon sampler standar. Pengujian SPT dilakukan pada lubang bor yang sama.
Prosedur pengujian SPT adalah sebagai berikut:
1. Ketika lubang bor telah mencapai kedalaman yang diinginkan, alat bor
diangkat ke atas. Sampler kemudian dipasang kembali di ujung batang bor
dan diturunkan kembali ke dasar lubang bor.
2. Sampler dipaksa menembus tanah pada dasar lubang dengan cara dipukul
sistem penumbuk. Penumbukan dilakukan pada puncak batang bor.
3. Catat jumlah pukulan yang diperlukan untuk menancapkan sampler setiap
interval 6 in ( ≈ 15 cm). 4. Pencatatan dilakukan tiga kali untuk tiga kali interval 6 in. Harga-harga yang
didapat pada dua interval 6 in terakhir kemudian dijumlahkan, dan angka ini
merupakan angka N-SPT.
Untuk menentukan nilai parameter tanah yang akan digunakan untuk disain
seperti : kohesi (c), undrained shear strength (cu), berat volume γsaturated ataupun
γdry, dan besar sudut geser (φ ), maka penentuan parameter tanah dilakukan dengan mencari korelasi antara hasil uji lapangan dengan parameter-parameter
tersebut.
Penentuan parameter tanah berdasarkan korelasi nilai N-SPT antara lain :
a. Korelasi N-SPT terhadap nilai Cu
Untuk nilai undrained shear strength (Cu) dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan korelasi Stroud (1974) :
( )2)5.65.3(m
kNNCu −= (2.1)
b. Korelasi N-SPT terhadap nilai sudut geser (φ) Nilai sudut geser (φ) diperoleh dari grafik hubungan antara Ncor dengan sudut geser (φ) dimana besar sudut geser (φ) dapat dihitung dengan persamaan Hanson dan Thornburn (1989) sebagai berikut :
( ) 200054.03.01.27deg corcor NN −+=φ (2.2)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 4
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
dengan,
2'
'
25.0
20log77.0
.
fttonuntuk
C
NCN
v
v
N
Ncor
≥
=
=
σ
σ (2.3)
c. Korelasi N-SPT terhadap nilai modulus elastisitas tanah
Schmertmann (1970) mengatakan bahwa modulus elastisitas tanah dapat
diperoleh dengan menggunakan korelasi dari data N-SPT. Korelasi tersebut
dapat dilihat pada beberapa jenis tanah berikut :
Tanah Pasir
Es (kN/m²) = 766 N (2.4)
N = N-SPT
Es = 2qc
Tanah Lempung
Nilai modulus elastisitas pada tanah lempung sangat tergantung pada
riwayat pembebanannya.
Tanah Lempung Normally Consolidated
Es = 250 Cu – 500 Cu (2.5)
Tanah Lempung Over Consolidated
Es = 750 Cu – 1000 Cu (2.6)
Cu = undrained cohesion
Tabel 2.1 Korelasi N-SPT dengan relative density
(Meyerhoff, 1956)
Tabel 2.2 Korelasi N-SPT dengan qu
State of Relative Standard Penetration packing Density Resistance, N blows/ft
Very loose < 0.2 < 4Loose 0.2 - 0.4 4 - 10
Medium Dense/ Compact 0.4 - 0.6 10 - 30Dense 0.6 - 0.8 30 - 50
Very Dense >0.8 > 50
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 5
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
(Meyerhoff, 1956)
d. Korelasi N-SPT untuk menentukan berat volume tanah ( γ ) 1. Tanah Pasir (non-kohesif)
Tabel 2.3 Korelasi N-SPT dengan γ untuk pasir
(Meyerhoff, 1956)
2. Tanah Lempung (kohesif)
Tabel 2.4 Korelasi N-SPT dengan γ untuk lempung
(Meyerhoff, 1956)
3. Parameter elastis berbagai jenis tanah
Very Soft 0 - 2 0 - 25
Soft 2 - 5 25 - 50
Medium Stiff/firm 5 - 10 50 - 100
Stiff 10 - 20 100 - 200
Very Stiff 20 - 30 200 - 400
Hard > 30 > 400
Consistency N-SPT (blows per ft)Unconfined Compression
Strength, qu (KN/m2)
Moist
(psf)
Submerged
(psf)
Very Loose 0-15 0-4 <28 <100 <60
Loose 16-35 5-10 28-30 95-125 55-65
Medium 36-65 11-30 31-36 110-130 60-70
Dense 66-85 31-50 37-41 110-140 65-85
Very Dense 86-100 >51 >41 >130 >75
Compacness
Relative
Density
(%)
N SPT
(blows
per ft)
Angle of Internal
Friction (deg)
Unit Weight
Very Soft 0-500 0-2 <100
Soft 500-1000 3-4 100-120
Medium 1000-2000 5-8 110-125
Stiff 2000-4000 9-16 115-130
Very Stiff 4000-8000 16-32 120-140
Hard >8000 >32 >130
1 psf = 0.157087 kN/m3
Consistencyqu
(psf)
N SPT
(blows per
ft)
Saturated
Unit Weight
(psf)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 6
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Tabel 2.5 Parameter elastis tanah
(Meyerhoff, 1956)
2.2 Daya Dukung Aksial Tiang Tunggal
Daya dukung aksial pondasi tiang pada umumnya terdiri atas dua bagian yaitu daya
dukung akibat gesekan sepanjang tiang dan daya dukung ujung tiang. Secara
umum kapasitas ultimit pondasi tiang terhadap beban aksial dapat dihitung
dengan persamaan sederhana yang merupakan penjumlahan tahanan keliling
dengan tahanan ujung, yang disampaikan pada persamaan berikut :
psu QQQ += (2.7)
dan
SFQQ ultall /= (2.8)
dengan,
Qu = kapasitas ultimit tiang terhadap beban aksial
Qp = kapasitas ultimit tahanan ujung tiang (end bearing)
Qs = kapasitas ultimit geser selimut tiang (skin friction)
Qall = daya dukung ijin
SF = faktor keamanan
2.2.1 Tahanan ujung tiang (end bearing)
Secara umum daya dukung ujung tiang bor pada lapisan tanah kohesif dapat
dinyatakan pada persamaan berikut :
)( *'* NqqcNAQ cpp += (2.9)
dengan,
Loose sand 10.35 - 24.15 0.20 - 0.40
Medium dense sand 17.25 - 27.60 0.25 - 0.40
Dense sand 34.50 - 55.20 0.30 - 0.45
Silty sand 10.35 - 17.25 0.20 - 0.40
Sand and gravel 69.00 - 172.50 0.15 - 0.35
Soft clay 2.07 - 5.18
Medium clay 5.18 - 10.35
Stiff clay 10.35 - 24.15
0.20 - 0.50
Young's modulus, Es
MN/m2Type of Soil Poisson's ratio
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 7
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Qp = daya dukung ujung tiang ultimate
Ap = luas ujung tiang
c = kohesi tanah tempat ujung tiang tertanam
q’ = tekanan vertikal efektif tanah pada ujung tiang
Nc*, Nq* = faktor-faktor daya dukung pondasi
Berikut disajikan beberapa metoda penentuan faktor-faktor daya dukung pondasi
tiang bor untuk perhitungan daya dukung ujung pondasi tiang bor :
1. Berdasarkan Nilai φφφφ a. Meyerhof (1976)
Variasi harga maksimum dari Nc* dan Nq* berdasarkan sudut geser dalam
tanah (φ) dapat dilihat dalam Gambar 2.1
Gambar 2.1 Variasi harga Nc* dan Nq* berdasarkan Ф
(Meyerhof, 1976)
b. Vesic (1977)
Vesic (1977) mengusulkan suatu metoda untuk menghitung besar kapasitas
daya dukung tiang berdasarkan teori “expansion of cavities”. Menurut
teori ini, berdasarkan parameter tegangan efektif maka daya dukung
dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
)( *'* NqqcNAQ cpp += (2.10)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 8
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
dengan,
q’ = tegangan normal efektif tanah pada ujung tiang
= '0
3
21q
K
+
Ko = Koefisien tekanan tanah lateral
= 1 – sin φ Nc*, Nq* = faktor daya dukung
Besar harga Nc* dapat ditentukan berdasarkan persamaan sebagai berikut :
φcot)1( 8* −= qc NN (2.11)
Menurut Vesic (1977) sebagai berikut :
)(8rrq lfN = (2.12)
dengan,
∆+
=r
rrr I
II
1
Irr = index pengurang kekakuan tanah
Ir = index kekakuan
Es = modulus Young tanah
µs = poisson’s ratio tanah Gs= modulus geser tanah
∆ = volumetric strain rata-rata zona plastis dibawah ujung tiang
Untuk kondisi dimana tidak terjadi perubahan volume (misal pada pasir
padat atau lempung jenuh), maka ∆ = 0, sehingga :
Ir = Irr
Untuk φ = 0 (kondisi undrained) Nq* = 4/3 ln (Irr + 1) + π/2 +1 (2.13)
Nilai Ir dapat dihitung berdasarkan pengujian konsolidasi dan triaxial di
laboratorium. Sedangkan untuk penentuan awal dari nilai Ir dapat
direkomendasikan penggunaan nilai seperti yang terlihat pada Tabel 2.6
berikut ini :
( )( ) φφµ tan'tan'12 qc
G
qc
E s
s
s
+=
++=
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 9
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Tabel 2.6 Rekomendasi nilai Ir
(Vesic, 1977)
c. Janbu (1976)
Metoda Janbu (1976) untuk menghitung kapasitas daya dukung ujung
sebagai berikut:
)( *'* NqqcNAQ cpp += (2.14)
Faktor kapasitas daya dukung Nc* dan Nq* dihitung dengan menggunakan
asumsi bahwa bidang runtuh dari tanah pada ujung tiang adalah sama.
Faktor daya dukung dapat diuraikan seperti yang terlihat pada persamaan
sebagai berikut:
(2.15)
( ) φηφφ tan'22
2* tan1tan eN q ⋅++= (2.16)
Besar sudut η’ dapat dilihat pada Gambar 2.2 yang menunjukan variasi dari Nc* dan Nq* terhadap φ dan η’. Sudut η’ dapat bervariasi mulai dari 700 untuk lempung lunak hingga 1050 unuk tanah berpasir.
Gambar 2.2 Faktor daya dukung menurut Janbu
(Janbu, 1976)
Soil Type Ir
Sand 70 - 150
Silts and clays (drained condition) 50 - 100
Clays (undrained condition) 100 - 200
φcot)1( 8* −= qc NN
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 10
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.3 berikut ini memperlihatkan besar faktor daya dukung Nq untuk
pondasi tiang bor.
Gambar 2.3 Faktor daya dukung ujung Nq untuk pondasi tiang bor
(Janbu, 1976)
2. Berdasarkan nilai undrained shear strength (Cu) Tahanan ujung tiang dihitung berdasarkan nilai undrained shear strength
(Cu). Harga Cu ini dapat diperoleh dari uji laboratorium triaxial dan korelasi
dari uji lapangan seperti N-SPT maupun qc sondir. Perhitungan tahanan ujung
pondasi tiang pada berbagai kondisi tanah dapat dilihat sebagai berikut :
a. Tanah Kohesif Untuk tanah kohesif, besar tahanan ujung tiang bor dihitung dengan
mengasumsikan φ = 0. Besar tahanan ujung tiang menurut beberapa referensi ahli sebagai berikut :
� Meyerhof (1976) Qp = Ap . c . Nc’ (2.17)
� Terzaghi, (1967) Qp = Ap . qult (2.18)
qult = 1,3 c Nc + q Nq
� Tomlinson (1975) Qp = Ap . c . Nc’ (2.19)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 11
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
dengan,
Qp = daya dukung ujung tiang ultimate
Ap = luas penampang tiang
C = nilai undrained shear strength tanah di ujung tiang
Nc’ = faktor daya dukung (≈ 9) Nq = faktor daya dukung, bila φ = 0 maka Nq = 1
Nilai perlawanan ujung dengan gesekan selimut ini dapat memberikan
indikasi jenis tanah dan beberapa parameter tanah seperti konsistensi
tanah lempung, kuat geser, kepadatan relatif dan sifat kemampatan tanah
meskipun hanya berdasarkan pada korelasi empiris.
b. Tanah Pasir Besar tahanan ujung tiang menurut beberapa referensi ahli pada tanah
pasir adalah:
� Meyerhof (1976) Qp = Ap . qp = Ap ( c. Nc + q . Nq) (2.20)
Oleh karena c = 0, sehingga
Qp = Ap . qp = Ap . q . Nq ≤ Ap . ql (2.21)
dengan,
ql = 50 . Nq. tanφ Qp max. = Ap . ql = Ap . 50 . Nq . tanφ
� Terzaghi (1967)
Qp = Ap q Nq (2.22)
� Tomlinson (1975)
Q = Ap (q Nq aq + γ B Nγ aγ) (2.23)
dengan,
γ = berat volume tanah di ujung tiang
aq,aγ = faktor penampang
aq = 1 untuk penampang persegi dan bulat
aγ = 0,4 untuk penampang persegi
aγ = 0,3 untuk penampang bulat
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 12
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
3. Berdasarkan N-SPT
Tahanan ujung tiang bor pada lapisan tanah pasir, dihitung dengan
menggunakan data dari nilai N-SPT. Besar tahanan ujung tiang bor menurut
beberapa referensi para ahli adalah sebagai berikut :
a. Reese and Touma (1974) � Loose
0)( =tsfQ p (2.24)
� Medium dense
ktsfQ p
16)( =
(2.25)
� Very Dense
ktsfQ p
40)( = (2.26)
dengan,
k = 1 untuk Dp < 1.67 ft
k = 0.6 Dp untuk Dp ≥ 1.67 ft
b. Meyerhof (1976)
p
bcorrectionp D
DNtsfQ
*150
*2)( = < 4/3 Ncorrection untuk pasir (2.27)
c. Quiros and Reese (1977) � Loose
0)( =tsfQ p (2.28)
� Medium dense
ktsfQ p
16)( =
(2.29)
� Very Dense
ktsfQ p
40)( = (2.30)
dengan,
k = 1 untuk Dp < 1.67 ft
k = 0.6 Dp untuk Dp ≥ 1.67 ft
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 13
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
40)( =tsfQ p
d. Reese and Wright (1977)
)/(3.73
2)( 2mtNNtsfQ p == untuk N ≤ 60 (2.31)
untuk N > 60 (2.32)
e. Reese and O’Neill (1988) untuk N ≤ 75 (2.33)
untuk N > 75 (2.34)
dengan,
Ncorrection = SPT blow count terkoreksi
200.771log( )
'Ncorr N
v
= σ (2.35)
N = SPT blow count yang belum dikoreksi
Dp = diameter pile (ft)
Db = panjang pile tertanam
Oleh karena metoda konstruksi dari tiang bor memerlukan pengawasan mutu yang
lebih baik di ujung bawah, maka untuk menghindari resiko penurunan
(settlement) akibat pemampatan dan rusaknya lapisan tanah di bawah ujung tiang
bor, maka tahanan ujung tiang bor dibatasi seperti ditunjukkan pada beberapa
formula perhitungan di atas.
2.2.2 Tahanan geser selimut tiang (Skin Friction)
Tahanan geser selimut tiang pada tanah dapat dinyatakan dengan persamaan :
φsscs QQQ += (2.36)
dengan,
Qs = kapasitas keliling tiang ultimate
Qsc = kontribusi kohesi tanah (c)
Qsφ = kontribusi sudut geser dalam tanah (φ)
Kontribusi dari tanah kohesif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
∑
=− ⋅⋅⋅=
n
iiiusc plcQ
1
α (2.37)
dengan,
Qsc = kontribusi kohesi tanah (c) terhadap kapasitas geser selimut
)/(6.66.0)( 2mtNNtsfQ p ==
45)( =tsfQ p
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 14
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
α = faktor adhesi antara selimut tiang dan tanah
cu-i = kohesi undrained tanah pada lapisan -i
li = panjang tiang pada lapisan -i
p = keliling tiang
Sedangkan kontribusi sudut geser dalam (φ) pada tanah pasir dinyatakan dengan persamaan berikut :
∑=
⋅⋅=n
iiis plfQ
1ϕ (2.38)
dengan,
Qsφ = kontribusi sudut geser dalam tanah, φ terhadap kapasitas geser selimut
fi = (2.39)
Ko-i = koefisien tekanan lateral tanah
σv-i’ = tekanan vertikal efektif pada tengah-tengah lapisan-i
φi = sudut geser dalam pada lapisan-i
li = panjang tiang yang tertanam pada lapisan-i
p = keliling tiang
Secara umum, pada tanah homogen, tahanan geser selimut pondasi tiang dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
flpfAQ ss ⋅⋅=⋅= (2.40)
dengan,
As = luas selimut tiang
P = keliling penampang
L = panjang tiang
f = tahanan friksi
Keterangan dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut :
Gambar 2.4 Pondasi tiang pada tanah homogen
(Das, 1985)
)φ(tanσK i32'
ivio ⋅⋅ −−
L
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 15
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Sedangkan pada tanah berlapis, tahanan geser selimut pondasi tiang dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
∑∑
⋅∆=
⋅∆⋅=
)(
)(
flpQ
flpQ
s
s (2.41)
Keterangan dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut :
Gambar 2.5 Pondasi tiang pada tanah berlapis
(Das, 1985)
Dengan f adalah gaya gesekan antara tanah dengan tiang sedangkan As adalah luas
badan selimut tiang. Untuk menentukan koefisien gesekan pada tanah lempung
dapat menggunakan metoda alpha sebagai berikut :
Perkiraan besar gaya gesekan dengan menggunakan metoda Alpha merupakan
metoda yang paling umum digunakan, dituliskan sebagai berikut :
f = α . Cu (2.42)
dengan,
α = faktor adhesi empiris untuk tanah NC dengan Cu < 50 kN/m2, α = 1
Beberapa literatur geoteknik menuliskan terdapat banyak rekomendasi nilai alpha
yang dihubungkan terhadap nilai kekuatan geser undrained tanah. Antara lain nilai
alpha berdasarkan kurva yang dikeluarkan oleh American Petrolium Institute (API,
1984) dan nilai alpha yang diberikan oleh B.M. Das (Das, 1985).
Untuk tiang bor digunakan nilai α dari Kulhawy dan Reese yang dijabarkan pada sub bab berikut ini.
∆∆∆∆L2
∆∆∆∆L1
∆∆∆∆L3
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 16
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
2.2.2.1 Tahanan geser selimut pada tanah kohesif
Berikut ini adalah beberapa metoda untuk menentukan koefisien faktor Adhesi (α) tiang bor pada tanah kohesif.
1. Reese & Wright (1977)
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang dilakukan oleh Reese & Wright
(1977), besar nilai faktor adhesi (α) untuk tiang bor adalah 0.55.
2. Kulhawy (1984)
Dalam metoda ini, besar nilai faktor adhesi tergantung dari harga kuat geser
tanah undrained (cu). Variasi harga berdasarkan cu ini dapat dilihat dalam
Gambar 2.6 berikut.
Gambar 2.6 Penentuan faktor adhesi (αααα))))
(Kulhawy, 1984)
Untuk tanah kohesif, faktor adhesi (α) yang paling cocok untuk perhitungan geser selimut untuk tiang bor adalah dari Kulhawy seperti di tunjukkan dalam
grafik di atas.
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 17
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
3. Reese dan O’Neill (1988)
Menurut Reese dan O’Neill nilai faktor adhesi (α) dapat dilihat pada Tabel 2.7 dibawah ini.
Tabel 2.7 Faktor adhesi (αααα) (Reese dan O’Neil, 1988)
2.2.2.2 Tahanan geser selimut pada tanah kohesif dengan data uji lapangan
Berdasarkan sumber data yang digunakan pada umumnya terdapat dua cara untuk
memperkirakan daya dukung aksial tiang. Pertama, dengan menggunakan
parameter-parameter kuat geser tanah, yaitu data yang diperoleh dari hasil
pengujian di laboraturium yaitu nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ). Cara kedua yaitu dengan menggunakan data uji lapangan, uji lapangan yang banyak
digunakan untuk memperkirakan daya dukung tiang antara lain adalah : Standard
Penetration Test (SPT), Sondir (Cone Penetration Test), dan Pressuremeter test
(PMT). Penentuan Kuat Geser Tanah (Cu) dari harga N-SPT ditentukan berdasarkan
korelasi empiris N-SPT (Standard Pentration Test) yang diperoleh dari hasil
penyelidikan lapangan sebagaimana terlihat pada Gambar 2.7 berikut.
< 2 tsf 0.55
2-3 tsf 0.49
3-4 tsf 0.42
4-5 tsf 0.38
5-6 tsf 0.35
6-7 tsf 0.33
7-8 tsf 0.32
8-9 tsf 0.31
> 9 tsf treat as rock
1 tsf = 95.76052 kN/m3
Undrained Shear Strength
(Su)Value of α
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 18
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.7 Hubungan antara N-SPT dengan Cu
(Terzaghi, 1967)
Dari Gambar 2.7, besar Cu dapat diperoleh dari harga N-SPT yang umumnya
diambil sebesar:
Cu = 2/3 * N–SPT (2.43)
Harga N-SPT diatas adalah harga N-SPT dimana efisiensi energi hammer sudah
dikoreksi atau dikalibrasikan dengan energi hammer free falling. Faktor koreksi
efisiensi energi untuk N-SPT dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.8 Koreksi nilai N-SPT
(Seed, 1985)
Donut Free Fall 78 1.3
Donut Rope and Pulley 67 1.12
Safety Rope and Pulley 60 1
Donut Rope and Pulley 45 0.75
Donut Rope and Pulley 45 0.75
Donut Free Fall 60 1
China Donut Rope and Pulley 50 0.83
Estimated Rod
Energy (%)
Correction Factor for
60% Rod Energy
Japan
US
Argentina
CountryHammer
TypeHammer Release
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 19
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
2.2.2.3 Tahanan geser selimut pada tanah pasir
Untuk perhitungan tahanan geser selimut pada tanah pasir, yang memberikan
pengaruh paling besar adalah parameter sudut geser dalam. Kontribusi dari sudut
geser dalam tanah (φ) dari tanah pasir terhadap geser selimut dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut :
∑=
⋅⋅=n
iiis plfQ
1φ (2.44)
dengan,
fi = Ko-i . σ’v-i . tan ( 2/3 φi) (2.45)
Ko-i = koefisien tekanan tanah lateral pada lapisan ke-i
= 1 – sin φ σ’v-i = tegangan vertikal efektif pada tengah lapisan ke-i
φi = sudut geser dalam tanah pada lapisan ke-i
li = panjang tiang pada lapisan ke-i
p = keliling tiang
Beberapa metoda perhitungan tahanan geser selimut tiang bor berdasarkan nilai
N-SPT, yaitu :
1. Reese and Touma (1974)
. '.tan 'vQs K= σ φ (2.46)
Qs < 2.5 tsf
dengan,
K = load transfer factor
K = 0.7 untuk Db ≤ 25 ft K = 0.6 untuk 25 ft < Db ≤ 40 ft K = 0.5 untuk Db > 40 ft
σv = tegangan efektif vertikal
φ = sudut geser dalam tanah pasir Db = panjang tiang tertanam pada kedalaman tertentu
2. Meyerhof (1976)
100
NQs = tsf (2.47)
dengan,
N = nilai SPT yang belum dikoreksi
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 20
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
3. Quiros and Reese (1977)
Qs = 0.026.N < 2 tsf (2.48)
dengan,
N = nilai SPT yang belum dikoreksi
4. Reese and Wright (1977)
34
NQs = tsf untuk N ≤ 53 (2.49)
531.6
450
NQs
−= + tsf untuk 53 < N ≤ 100 (2.50)
dengan,
N = nilai SPT yang belum dikoreksi
5. Reese and O’Neill (1988)
Qs = β.σv ≤ 2 tsf untuk 0.25 ≤ β ≤ 1.2 (2.51)
dengan,
σv = tegangan efektif vertikal
β = koefisien load transfer � 1.5 � 0.135√ (2.52)
2.2.3 Metoda kurva T-Z
Metoda load-transfer (T-Z) mempelajari kondisi tiang tunggal yang dibebani
secara aksial. Metoda ini dapat digunakan ketika karakteristik tanah adalah
nonlinear dan karakteristik lapisan tanah yang berada pada sekitar tiang telah
diketahui. Metoda ini memodelkan sebuah tiang sebagai sekumpulan pegas
nonlinear yang mewakili tahanan selimut tanah (T-Z) dan pegas nonlinear pada
ujung pegas yang mewakili tahanan ujung (Qb-z) seperti yang terlihat pada
Gambar 2.8 berikut.
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 21
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.8 Pemodelan kurva T-Z
(American Petroleum Institute, 1994)
2.2.3.1 Penentuan kurva load transfer berdasarkan persamaan empiris
Deformasi tanah disekitar tiang dapat dimodelkan sebagai silinder padat seperti
yang dikemukakan oleh Frank (1974) dan Randolph dan Wroth (1978). Pemodelan
ini dilakukan dengan mengasumsikan bahwa deformasi tanah dominan vertikal dan
deformasi secara radial dapat diabaikan.
Gambar 2.9 Pemodelan deformasi tanah
(Randolph dan Wroth, 1978)
Selain itu, Randolph dan Wroth (1978) juga menurunkan persamaan untuk
penurunan tiang pada tanah elastik.
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 22
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
�� � ��� ��� � ���� (2.53)
dengan,
τ(r) = tegangan geser pada jarak r dari pusat tiang
τ0 = τ(r0)= tegangan geser pada tiang-tanah
r0 = radius tiang
Penggunaan model kurva T-Z nonlinear, dimana bentuk kurva yang merupakan
fungsi dari geser tekan dan geser tarik dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut :
� ����� ����
(2.54)
dengan,
γ = geser tarik
G0 = modulus tangen geser
τult = tegangan geser yang menjadi asimtot dari hiperbola
τ = tegangan geser
Duncan dan Chang (1970) mengemukakan bahwa korelasi antara τult dengan gaya
geser maksimum τmax adalah :
��� � ����� (2.55)
Dengan Rf adalah ratio keruntuhan yang bernilai kurang dari sama dengan 1. Nilai
Rf sama dengan 1 apabila nilai gaya geser keruntuhan mendekati asimtot pada
gaya tarik hiperbola. Dengan mensubtitusikan persamaan 2.55 dan � � �� ke dalam persamaan 2.54 maka diperoleh persamaan untuk mencari modulus geser
secant untuk gaya geser yang bekerja :
� � �� �� � ����� (2.56)
Selanjutnya persamaan 2.56 disubstitusikan kedalam persamaan 2.53 maka akan
membentuk persamaan :
!" � ����� �# $���� %�������%������
& (2.57)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 23
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
dengan,
'( � ).*+�,%- (2.58)
l = panjang tiang dalam tanah . = faktor homogenitas vertikal tanah � /�0121 456718 49167 /�0121 :;:67 49167 (2.59)
< � poisson’s ratio
2.2.3.2 Prosedur pembuatan kurva T-Z
Prosedur untuk menggambarkan kurva T-Z dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.10 Prosedur pembuatan kurva T-Z
(American Petroleum Institute, 1994)
2.3 Daya Dukung Lateral Tiang Tunggal
Salah satu metoda yang digunakan untuk menghitung tahanan lateral tiang tunggal
adalah metoda Broms (1964) dengan beberapa asumsi dasar sebagai berikut :
1. Berlaku hanya untuk tanah non-kohesif (c = 0) atau tanah kohesif (φ = 0) saja. Jika tiang berada pada tipe tanah yang berbeda maka lapisan tanah
dianalisis secara terpisah untuk setiap lapisannya.
2. Kriteria tiang pendek adalah L/T ≤ 2, dan tiang panjang adalah L/T ≥ 5.
F � GHI#JK�L (2.60)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 24
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
M � GNOP8KQR (2.61)
dengan,
E = modulus elastisitas bahan tiang
I = momen inersia penampang tiang
kh = nh.x
nh = konstanta modulus subgrade reaction
Metoda lain yang dapat digunakan adalah metoda pendekatan Subgrade Reaction.
Umumnya, disain tiang untuk tahanan lateral lebih didasarkan pada defleksi yang
diijinkan akibat beban lateral daripada kapasitas lateral. Metoda ini
mengasumsikan tiang sebagai beam yang menerima beban lateral. Beam ini
bekerja sebagai pondasi elastis seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.11 Beam pada pondasi elastis
(Winkler, 1867)
Gambar 2.12 Pemodelan spring pada idealisasi Winkler
(Winkler, 1867)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 25
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.13 Defleksi tiang dengan beban lateral
(Winkler, 1867)
Asumsi yang digunakan yaitu beam didukung oleh tanah. Pada model Winkler,
tanah medium elastis dimodelkan sebagai seri pegas elastis yang disusun
berdekatan, tak berhingga, dan bersifat independent. Kekakuan pegas dinyatakan
sebagai berikut :
h
pk
y= (2.62)
dengan,
kh = modulus horizontal subgrade reaction (gaya/panjang2)
p = reaksi tanah per satuan panjang tiang
y = deformasi tiang
Palmer dan Thompson (1948) menulis persamaan di atas menjadi :
n
x h
xk k
L
=
(2.63)
dengan,
kh = nilai kx pada x = L (ujung tiang)
x = titik pada tiang
n = koefisien, n > 0
Nilai n satuan untuk pasir dan NC clay pada pembebanan jangka panjang (n=0
untuk OC clay)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 26
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Menurut Davisson dan Prakash (1963), nilai n berkisar antara 1,5 untuk tanah pasir
dan 0,15 untuk tanah lempung pada kondisi undrained. Untuk nilai n = 1, variasi kh
terhadap kedalaman ditunjukkan pada persamaan berikut :
kh = nh * x (2.64)
dengan,
nh = konstanta modulus subgrade reaction (gaya/panjang2)
Persamaan ini berlaku untuk tanah non-kohesif dan NC clay karena tanah jenis ini
mengindikasikan kenaikan kekuatan sebanding dengan kedalaman akibat tekanan
overburden dan proses konsolidasi. Untuk n = 0, modulus akan menjadi konstan
sebanding dengan meningkatnya kedalaman. Asumsi ini tepat untuk tiang pada OC
clay.
2.3.1 Daya dukung lateral tiang tunggal pada tanah pasir
Dalam menentukan daya dukung lateral tiang tunggal pada tanah pasir dapat
dibedakan menjadi dua kondisi yaitu free head piles dan fixed head piles. Berikut
adalah prosedur pada perhitungan daya dukung dengan menggunakan metoda
Broms (1964) :
1. Tentukan kondisi tanah beserta kedalaman kritis dibawah permukaan tanah (sekitar 4-5 kali diameter).
2. Tentukan koefisien horisontal subgrade reaction kh dengan menggunakan Tabel 2.9
Tabel 2.9 Penentuan nilai kh untuk tanah pasir
(Broms, 1964)
3. Hitung nilai kh untuk jenis pembebanan tertentu a. Untuk beban siklik pada tanah pasir kh = ½ kh dari langkah 2 untuk tanah pasir medium – dense
b. Untuk beban siklik pada tanah pasir kh = ¼ kh dari langkah 2 untuk tanah pasir loose
Above Ground Water Below Ground Water
Loose 1900 (7) 1086 (4)
Medium 8143 (30) 5429 (20)
Dense 17644 (65) 10857 (40)
Kh, in KN/m3 (lbs/in
3)
Soil Density
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 27
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
4. Tentukan parameter tiang seperti modulus elastisitas (E), Momen Inersia (I), kuat tekan beton (fc’), kedalaman tiang (D), diameter tiang (b),
modulus penampang (S) dan sebagainya.
5. Hitung kekuatan tiang terhadap momen dengan persamaan My = fc’ S (kN m) (2.65)
6. Hitung nilai η untuk tanah pasir dengan menggunakan persamaan
S � TUV WXYZ (2.66)
7. Tentukan nilai koefisien non dimensional ηD 8. Tentukan kategori tiang dengan menggunakan persamaan
a. ηD > 4,0 (tiang panjang)
b. ηD < 2,0 (tiang pendek)
c. 2,0 < ηD < 4,0 (tiang menengah)
9. Tentukan parameter tanah pada tiang tertanam seperti koefisien tekanan pasif Rankine (Kp), berat volume efektif (γ’), dan sudut geser
tanah (Φ)
10. Tentukan kapasitas lateral ultimit tiang tunggal Qu a. Untuk tiang pendek dengan atau tanpa pile cap
Dengan menggunakan nilai D/b (dan ec/D untuk tiang tanpa cap) dan
Gambar 2.14, tentukan nilai Qu/kpb3γ dan hitung nilai Qu
b. Untuk tiang panjang dengan atau tanpa pile cap Dengan menggunakan nilai My/b
4kpγ (dan ec/b untuk tiang tanpa cap)
dan Gambar 2.15, tentukan nilai Qu/kpb3γ dan hitung nilai Qu
c. Untuk tiang menengah dengan atau tanpa pile cap Tentukan nilai Qu masing-masing untuk tiang pendek (10.a) dan tiang
panjang (10.b) dan ambil nilai terkecil
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 28
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.14 Kapasitas lateral ultimit pada tiang pendek untuk tanah pasir
(Broms, 1965)
Gambar 2.15 Kapasitas lateral ultimit pada tiang panjang untuk tanah pasir
(Broms, 1965)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 29
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
2.3.2 Metoda kurva P-Y
Metoda kurva P-Y mempunyai banyak kegunaan dalam merencanakan pondasi
tiang. Metoda ini pertama kali dikeluarkan oleh McCelland dan Focht (1958).
Metoda ini juga banyak digunakan oleh industri minyak untuk merencanakan
pondasi tiang untuk platform serta perluasan pondasi pada bangunan onshore.
Pada Gambar 2.16a memperlihatkan adanya distribusi gaya tegangan yang
seragam pada selimut tiang yang berbentuk silinder. Namun, jika tiang mengalami
defleksi sejauh y maka distribusi gaya yang terjadi akan seperti yang tertera pada
Gambar 2.16b. Gaya tegangan yang berada pada belakang tiang akan berkurang
sedangkan tegangan yang berada di depan tiang akan meningkat. Tegangan normal
maupun geser yang terjadi akan berubah di sekeliling penampang melintang tiang.
Integrasi dari tegangan yang terjadi pada tiang akan menghasilkan gaya p yang
arahnya berlawanan terhadap arah y. Dimensi dari p adalah gaya per satuan
panjang di sepanjang tiang.
Gambar 2.16 Distribusi tegangan pada tiang
(Reese, 1984)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 30
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.17 Bentuk karakteristik kurva P-Y di tanah pasir
(Reese, 1984)
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menghasilkan kurva P-Y untuk tanah
pasir.
a. Tentukan parameter-parameter tanah seperti sudut geser (Φ), berat jenis
tanah (γ), dan diameter tiang b
b. Menghitung nilai-nilai berikut :
[ � \); ] � 45 _ \); Ko (2.67)
a � bcd)�45 � \) ; (2.68) f � bcd)�45 _ \) (2.69)
c. Hitung nilai tahanan ultimit tanah per satuan panjang tiang dengan
menggunakan persamaan berikut, dimana x adalah kedalaman tanah dibawah
permukaan tanah.
ghi � jk) lm, �no _ m) �no )p (2.70)
ghq � jk) Gmr �no K (2.71)
dengan, m, � � f � a (2.72) m) � �bcd] � s tan [ _ sttan \ sin ]�sec [ _ 1 � tan [w (2.73) mr � f)� f _ s tan \ � a (2.74)
d. Kedalaman transisi xt dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 31
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
n4o � �xy%xQ xz (2.75)
Dari persamaan-persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai S1, S2, S3 dan xt/b
adalah fungsi dari Φ. Oleh karena itu, untuk mempermudah perhitungan disajikan
nilai-nilai Φ tertentu dalam Tabel 2.10
Tabel 2.10 Koefisien nondimensional kurva P-Y untuk tanah pasir
(Broms, 1964)
e. Tentukan kedalaman P-Y yang diinginkan f. Hitung nilai yu = 3b/80 dan hitung pu dengan persamaan berikut : g{ � |h}}}gh atau g{ � |~}}}gh (2.76)
Untuk penentuan nilai |h}}} maupun |~}}} dapat menggunakan grafik pada Gambar 2.18
ф, deg S1 S2 S3 xt / b
25.0 2.05805 1.21806 15.68459 11.18690
26.0 2.17061 1.33495 17.68745 11.62351
27.0 2.28742 1.46177 19.95332 12.08526
28.0 2.40879 1.59947 22.52060 12.57407
29.0 2.53509 1.74906 25.43390 13.09204
30.0 2.66667 1.91170 28.74513 13.64147
31.0 2.80394 2.08866 32.51489 14.22489
32.0 2.94733 2.28134 36.81400 14.84507
33.0 3.09733 2.49133 41.72552 15.50508
34.0 3.25442 2.72037 47.34702 16.20630
35.0 3.41918 2.97045 53.79347 16.95848
36.0 3.59222 3.24376 61.20067 17.75976
37.0 3.77421 3.54280 69.72952 18.61673
38.0 3.96586 3.87034 79.57113 19.53452
39.0 4.16799 4.22954 90.95327 20.51883
40.0 4.38147 4.62396 104.14818 21.56704
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 32
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.18 Grafik nilai �"}}} dan ��}}}
(Reese dan Matlock, 1956)
g. Hitung nilai ym = b/60 dan hitung nilai pm dengan menggunakan persamaan
berikut : g( � �hgh atau g( � �~gh (2.77)
Untuk menentukan nilai Bs dan Bc dapat dilihat dari grafik pada Gambar 2.19.
Gambar 2.19 Koefisien nondimensional untuk nilai B
(Reese dan Matlock, 1956)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 33
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
h. Hitung nilai p untuk garis lurus pada kurva P-Y dengan menggunakan persamaan :
p = (kx) y (2.78)
Untuk perhitungan nilai k dapat menggunakan tabel berikut ini :
Tabel 2.11 Penentuan nilai k (lb/cu in) untuk tanah pasir
(Broms, 1964)
Untuk perhitungan bagian parabolik dari kurva P-Y, antara titik k dan m dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tentukan kemiringan garis antara titik m dan u dengan menggunakan
persamaan : � � f:%f��:%�� (2.79)
b. Hitung persamaan pangkat dari parabola dengan menggunakan persamaan : d � f�(�� (2.80)
c. Hitung koefisien �� dengan persamaan: �� � f���Q/6 (2.81)
d. Tentukan titik k
�P � � ��Pn � d⁄ � 1 (2.82)
Dari langkah-langkah diatas dapat disimpulkan bahwa pada kurva P-Y terdapat
satu bagian dimana terjadi peralihan dari garis lurus menjadi garis parabola yaitu
pada titik k. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan koordinat titik k dalam
pembentukan kurva P-Y. Kurva reaksi tanah terhadap kedalaman lain dapat
dilakukan dengan mengulangi langkah-langkah diatas.
2.4 Teori Penurunan (settlement)
Apabila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat pembebanan dari atas
(misalnya, akibat pondasi atau akibat lapisan tanah atas), maka tanah akan
mengalami penambahan tegangan, sehingga pada tanah terjadi penurunan
below 35 % 35 % - 65 % above 65 %
125
225
Relative Density
for sand below water table
for sand above water table
20
25
60
90
Recommended k
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 34
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
(settlement). Keluarnya air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya
volume tanah. Berkurangnya volume tanah ini menyebabkan penurunan lapisan
tanah tersebut.
Untuk tanah lunak, air pori ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengalir
keluar karena permeabilitasnya yang rendah (koefisien rembesan lempung sangat
kecil dibandingkan dengan pasir). Pada umumnya proses konsolidasi hanya akan
berlangsung dalam satu arah saja yaitu arah vertikal.
2.4.1 Hubungan beban dengan penurunan (settlement)
Penurunan akibat pembebanan harus dihitung untuk menilai apakah penurunan
yang terjadi masih dalam batas toleransi. Penurunan total suatu tiang dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
S = S1 + S2 + S3 (2.83)
dengan,
S = total penurunan tiang
S1 = elastic settlement
S2 = penurunan tiang akibat pembebanan pada ujung tiang
S3 = penurunan tiang akibat pembebanan sepanjang selimut tiang
Perhitungan elastic settlement dapat dihitung dengan persamaan berikut :
m, � ���0��������0N0 (2.84)
dengan,
Qwp = beban service ujung tiang
Qws = beban service selubung tiang
Ap = luas tiang
L = panjang tiang
Ep = modulus elastisitas material tiang ξ = faktor distribusi beban
Besar faktor distribusi beban (�) bergantung terhadap tahanan selimut sepanjang tiang. Gambar 2.20 memberikan gambaran mengenai faktor distribusi beban.
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 35
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.20 Variasi distribusi beban selimut pada tiang
(Vesic, 1967)
Sedangkan perhitungan settlement akibat pembebanan pada ujung tiang dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
m) � ��0�N� �1 � �h) X�f (2.85)
dengan,
D = diameter tiang
qwp = beban pada ujung tiang per satuan luas = Qwp / Ap
Es = modulus elastisitas tanah dibawah ujung tiang
µs = poisson’s ratio dari tanah
Iwp = konstanta faktor pengaruh ≈ 0,85
Perhitungan settlement (s2) ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan metoda
Vesic (1977) yaitu :
m) � ��0�0��0 (2.86)
dengan,
qp = tahanan ujung ultimate tiang
Cp = koefisien empirik tanah
Tabel 2.12 Penentuan harga Cp
(Vesic, 1967)
Untuk perhitungan settlement akibat beban sepanjang tiang dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
f f
f
(a) (b) (c)
ξ = 0.5 ξ = 0.5 ξ = 0.67
Soil type Driven pile Bored pile
Sand (dense to loose) 0.02 - 0.04 0.09 - 0.18
Clay (stiff to soft) 0.02 - 0.03 0.03 -0.06
Silt (dense to loose) 0.03 - 0.05 0.09 - 0.12
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 36
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
mr � ����f� �N� �1 � �h) X�h (2.87)
dengan,
p = keliling tiang
L = panjang tiang
Iws = faktor pengaruh
= 2 _ 0,35���
Vesic (1977) juga membuat sebuah korelasi empirik untuk menghitung besar S3
yaitu :
mr � �������0 (2.88)
dengan,
�h � �0,93 _ 0,16� ¡Y ¢ �f (2.89)
2.5 Daya Dukung Pondasi Grup Tiang
Pada umumnya untuk meneruskan beban kolom pada struktur atas ke lapisan
tanah di bawahnya, pondasi tiang digunakan dalam bentuk kelompok (grup).
Masing-masing grup tiang disatukan pada bagian atas dengan menggunakan kepala
tiang (pile cap/poor). Pada umumnya kepala tiang ini bisa terletak langsung di
atas permukaan tanah, tetapi juga bisa berada di atas permukaan tanah, seperti
biasa dipakai pada bangunan lepas pantai (offshore platform, dll). Pada gambar
berikut menunjukkan penggunaan kepala tiang pada bentuk pondasi grup.
Gambar 2.21 Penggunaan pile cap pada grup tiang
(Das,1985)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 37
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Konfigurasi pengaturan grup tiang dalam satu kepala tiang berbeda-beda
tergantung jumlah tiang yang disatukan. Konfigurasi dapat berupa single row,
double row, maupun triple row tergantung jumlah tiang dan efisiensinya. Berikut
ini beberapa konfigurasi grup tiang dalam Gambar 2.22 :
Gambar 2.22 Beberapa contoh konfigurasi grup tiang
(Das, 1985)
Daya dukung grup tiang secara keseluruhan tergantung dari jarak antar tiang (S).
Untuk penggunaan praktisnya jarak antar tiang dalam grup minimum adalah 2.5
kali diameter tiang. Tetapi, secara umum jarak ini dibuat antara 3 sampai 3.5 kali
diameter tiang. Untuk perhitungan friction pile, digunakan jarak minimum (Smin)
= 3d, sedangkan pada end bearing pile, jarak minimum antar tiang (Smin)= 2,5d.
Daya dukung tiang dihitung berdasarkan asumsi keruntuhan yang terjadi :
1. Keruntuhan tiang tunggal (individual pile failure) 2. Keruntuhan blok (block failure)
Pola keruntuhan yang terjadi berdasarkan atas klasifikasi tanah dan jarak antar
tiang (s) dalam satu grup. Berikut adalah gambar pola keruntuhan yang terjadi
pada keruntuhan tiang tunggal maupun keruntuhan blok tiang pada berbagai
jarak.
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 38
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.23 Pola mobilisasi keruntuhan
(Das, 1985)
2.5.1 Daya dukung grup tiang dihitung berdasarkan keruntuhan tiang tunggal
Pada tanah lempung dan tanah pasir apabila syarat minimum jarak antar tiang
sudah dipenuhi, maka menurut Das (1985) formula daya dukung yang dapat
dipakai adalah:
Qug = Qut × n × Eg (2.90)
� Untuk tanah lempung → Eg = 0,7 (s = 3d) sampai 1 (s ≥ 8d) � Untuk tanah pasir → Eg = 1
2.6 Efisiensi Grup Tiang
Apabila jarak antar tiang dalam satu kepala grup tiang tidak memenuhi jarak
minimum, maka daya dukung grup tiang tidak akan sama dengan daya dukung satu
tiang dikalikan dengan jumlah tiang dalam grup tersebut, melainkan ada satu
faktor pengali yang besarnya kurang dari satu dan umumnya disebut dengan
efisiensi grup tiang. Dengan demikian daya dukung total grup tiang dapat
dituliskan dalam persamaan berikut :
Qug = Qut × n × Eg (2.91)
dengan,
Qug = daya dukung grup tiang
Qut = daya dukung tiang tunggal
n = jumlah tiang dalam grup
Eg = efisiensi grup tiang (≤ 1)
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 39
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Untuk menghitung efisiensi grup tiang dapat menggunakan persamaan Converse-
Labarre, yaitu :
(2.92)
dengan,
Q = tan-1 (d/s) (°) d = diameter tiang
s = jarak antar as tiang
n = jumlah tiang dalam baris
m = jumlah baris
Selain menggunakan perhitungan menggunakan nilai efisiensi diatas, berdasarkan
pengalaman beberapa peneliti juga menyarankan bahwa perilaku grup tiang diatas
tanah pasir mengikuti bebrapa ketentuan berikut :
1. Untuk tiang pancang dengan jarak antar pile, center to center, s ≥ 3d maka besar Qug adalah sebesar ∑ Qut.
2. Sedangkan untuk tiang bor dengan jarak antar pile, s ≈ 3d maka besar Qug
diambil sebesar )r sampai r£ dari ∑ Qut.
2.7 Distribusi Gaya Dalam Grup Tiang
Beban luar yang bekerja pada kepala tiang (lihat Gambar 2.24) selanjutnya
didistribusikan ke semua elemen tiang dalam grup. Perhitungan distribusi gaya ke
masing-masing tiang dihitung dengan menggunakan teori elastisitas, yaitu :
(2.93)
dengan,
Qu = gaya aksial untuk sembarang tiang
V = gaya vertikal yang bekerja pada titik pusat grup tiang
n = jumlah tiang dalam grup
Mx, My = momen pada arah x dan y
X,y = jarak masing-masing tiang terhadap sumbu grup
( 1) ( 1)1
90g
n m m nE Q
mn
− + −= −
2 2
y xu
M x M yVQ
n x y= ± ±
∑ ∑
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 40
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
Gambar 2.24 Skema pembebanan dalam distribusi beban
(Irsyam, 2005)
2.7.1 Beban aksial terbesar akibat gaya aksial
Sesuai dengan Gambar 2.24 maka beban yang diterima oleh masing-masing tiang
dapat dihitung dengan menjabarkan gaya reaksi yang diterima oleh masing-masing
tiang sesuai dengan Gambar 2.25.
Gambar 2.25 Diagram gaya pada tiang akibat gaya aksial
(Irsyam, 2005)
Sehingga perhitungan gaya aksial yang diterima masing-masing tiang dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
¤f � ¥(¦§ (2.94)
dengan,
V = gaya aksial yang diterima tiang
m = jumlah tiang dalam arah y
n = jumlah tiang dalam arah x
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 41
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
2.7.2 Beban aksial terbesar akibat gaya momen
Beban yang diterima oleh masing-masing tiang akibat gaya momen dapat dilihat
pada Gambar 2.26.
Gambar 2.26 Pembebanan aksial dan momen pada grup tiang
(Irsyam, 2005)
Berdasarkan konfigurasi tiang pada Gambar 2.26 maka, gaya yang terjadi pada
tiang akibat momen dapat diuraikan seperti pada Gambar 2.27.
Gambar 2.27 Diagram gaya pada tiang akibat gaya momen
(Irsyam, 2005)
Dari Gambar 2.27 nilai α dihitung dengan persamaan berikut :
( � 2 ∑ ¤(ª«ª � 2 ∑ [«ª«ª � 2 ∑ [«ª)
[ � ¨)( ∑ ¬9z (2.95)
M
1 2 3 n
l1
l2
l1
l2
1
23
4m
V
BAB 2 – STUDI PUSTAKA ���� 2 - 42
Laporan Tugas Akhir
Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Jembatan Mahkota II Samarinda
dengan Menggunakan Metoda t-z dan p-y serta Metoda Elemen Hingga 3 Dimensi
2.8 Penurunan Grup Tiang
Pada umumnya penurunan sekelompok tiang pada beban kerja yang sama pada
masing-masing elemen tiang meningkat seiring dengan penambahan lebar kepala
tiang (Bg) dan penambahan jarak antar pusat tiang (d). Persamaan yang umum
digunakan untuk menemukan besar penurunan grup dikemukakan oleh Vesic
(1969) sebagai berikut :
m�® � �¯7� ° (2.96)
dengan,
Sg(e) = penurunan elastis grup
Bg = lebar dari pile cap
D = diameter tiang
s = penurunan elastis tiang tunggal
2.9 Angka Keamanan
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam disain pondasi dalam adalah
angka keamanan (safety factor). Angka keamanan adalah nilai pembagi dari nilai
ultimate bearing capacity untuk memperoleh kapasitas ijin (allowable bearing
capacity). Persamaan angka keamanan dapat dihitung sebagai berikut :
SFult
all
σσ = (2.97)
dengan,
σall = daya dukung ijin
σult = daya dukung ultimit
SF = angka keamanan (safety factor)
Pada umumnya nilai angka keamanan yang digunakan dalam perencanaan pondasi
bangunan adalah variasi antara 2,5 hingga 4.