bab 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2011-2-00283-if bab...

48
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Analisis Data dan Perancangan Sistem 2.1.1.1 Analisis Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p322), data analysis atau analisis data merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mengembangkan model data agar dapat diimplementasikan dalam bentuk basis data. 2.1.1.2 Analisis Sistem Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p38), system analysis atau analisis sistem merupakan sebuah studi dari suatu masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan menentukan kebutuhan bisnis dan prioritas untuk solusi. 2.1.1.3 Perancangan Sistem Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p39), system design atau perancangan sistem merupakan spesifikasi atau konstruksi solusi yang teknis dan berbasis komputer untuk persyaratan bisnis diidentifikasi dalam analisis sistem.

Upload: others

Post on 24-Sep-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Analisis Data dan Perancangan Sistem

2.1.1.1 Analisis Data

Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p322),

data analysis atau analisis data merupakan sebuah teknik yang

digunakan untuk mengembangkan model data agar dapat

diimplementasikan dalam bentuk basis data.

2.1.1.2 Analisis Sistem

Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p38),

system analysis atau analisis sistem merupakan sebuah studi dari

suatu masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan

menentukan kebutuhan bisnis dan prioritas untuk solusi.

2.1.1.3 Perancangan Sistem

Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p39),

system design atau perancangan sistem merupakan spesifikasi atau

konstruksi solusi yang teknis dan berbasis komputer untuk

persyaratan bisnis diidentifikasi dalam analisis sistem.

Page 2: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

7  

2.1.2 Data

Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data

merupakan fakta mentah yang menjelaskan mengenai orang, tempat,

kejadian, dan hal - hal penting dalam perushaan.

Menurut Watson (2004, p24), data merupakan fakta yang mentah,

tidak diringkas, dan tidak dianalisa.

2.1.3 Basis Data

Menurut Watson (2004, p55), basis data atau database adalah

kumpulan dari file yang saling berhubungan.

Menurut Turban et al.(2006, p628), basis data merupakan

pengelompokan logis berbagai file yang saling terkait.

Menurut Connolly dan Begg (2002, p14), database merupakan

sekumpulan data yang berelasi secara logikal dan deskripsi dari data

tersebut yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi sebuah

perusahaan.

Database sebagai data yang berelasi secara logikal terdiri dari

entities, attributes, dan relationships dimana ketiga gabungan tersebut

merepresentasikan informasi perusahaan.

Page 3: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

8  

2.1.4 Database Management System (DBMS)

2.1.4.1 Pengertian DBMS

Menurut Turban et al.(2006, p636), sistem manajemen

basis data atau database management system merupakan sebuah

peranti lunak program (atau sekelompok program) yang

menyediakan akses ke sebuah basis data.

Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p554),

database management system (DBMS) adalah perangkat lunak

khusus yang digunakan untuk membuat, mengakses,

mengendalikan dan mengelola sebuah basis data.

Menurut Watson (2004, p571), database management

system (DBMS) adalah alat utama untuk dapat memelihara

integritas basis data dan menyediakan data kepada pengguna.

Menyediakan data mempunyai arti bahwa data tersebut dapat

diakses oleh siapa saja yang membutuhkannya.

Menurut Connolly dan Begg (2002, p16), database

management system (DBMS) adalah sebuah perangkat lunak yang

memperbolehkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat,

memelihara dan mengendalikan akses ke basis data. Sebuah

DBMS menyediakan fasilitas berupa :

Page 4: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

9  

1. Data definition language (DDL) yang berfungsi untuk

menspesifikasikan tipe data dan batasan data pada basis

data.

2. Data manipulation language (DML) yang berfungsi

untuk memberikan fasilitas query data.

3. Pengendalian akses database, yang berupa :

a) Keamanan sistem : yang mencegah hak akses kepada

pengguna yang tidak berwewenang

b) Intergritas sistem : menjaga konsistensi data

c) Pengendalian shared data

d) Backup dan recovery sistem

e) Katalog yang berisi deskripsi - deskripsi data yang

terdapat dalam basis data dan dapat diakses oleh

pengguna.

4. Views yang berfungsi untuk menyediakan data yang

hanya diinginkan dan diperlukan oleh pengguna

2.1.4.2 Komponen DBMS

Menurut Connolly dan Begg (2002, p18 - p23), komponen

DBMS terdiri dari :

1. Hardware yang berupa PC hingga jaringan komputer -

komputer.

Page 5: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

10  

2. Software, yaitu DBMS, sistem operasi, perangkat lunak

jaringan (bila diperlukan) dan aplikasi program.

3. Data yang digunakan perusahaan dan deskripsi dari data

disebut schema.

4. Procedures merupakan instruksi dan aturan yang harus

ada pada desain dan kegunaan dari basi data dan DBMS.

5. People terdiri dari :

a. Data Administration

Data Administration memperhatikan tahapan awal dari

lifecycle. Data Administration mengatur sumber daya

data yang meliputi perencanaan database,

pengembangan dan pemeliharaan standar, kebijakan,

prosedur, dan merancang basis data konseptual dan

logikal.

b. Database Administration

Database Administration mengatur realisasi fisik dari

aplikasi database yang meliputi desian fisik database

dan implementasi, pengaturan, keamanan dan kontrol

integritas, pengawasan performa sistem dan pengaturan

ulang basis data.

Page 6: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

11  

c. Database Designer

Database Designer merancang basis data logikal dan

fisikal.

d. Application Developers atau Programmer Aplikasi

e. End-Users

i. Naive users merupakan pengguna - pengguna

yang tidak mengerti DBMS. Mereka hanya

pengguna yang mengakses basis data melalui

sebuah aplikasi khusus.

ii. Sophisticated users merupakan pengguna -

pengguna yang mengenal stuktur dari basis data

dan fasilitas - fasiltas yang terdapat dalam

DBMS.

2.1.4.3 Kelebihan dan Kekurangan DBMS

Menurut Connolly dan Begg (2002, p25 - p29), kelebihan DBMS

adalah :

1. Mengontrol redudansi data

2. Konsistensi data

3. Lebih banyak informasi dari jumlah data yang sama

4. Shared data

Page 7: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

12  

5. Meningkatkan integritas data

6. Meningkatkan keamanan

7. Penegakan standar

8. Lebih ekonomis

9. Menyeimbangkan kebutuhan - kebutuhan yang saling konflik

10. Meningkatkan aksesibilitas dan respon data

11. Meningkatkan produktivitas

12. Meningkatkan pemeliharan melalui data independence

13. Mengurangi kehilangan informasi dan integritas

14. Meningkatkan layanan backup dan recovery

Menurut Connolly dan Begg (2002, p29 - p30), kekurangan

DBMS adalah

1. Kompleksitas

2. Ukuran

3. Biaya DBMS

4. Biaya tambahan perangkat keras

5. Biaya proses konversi

6. Performa

Page 8: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

13  

7. Pengaruh dari kegagalan yang lebih besar

2.1.5 Database Application Lifecycle

Untuk merancang suatu aplikasi basis data diperlukan suatu

tahapan dimana tahapan tersebut dinamakan siklus hidup aplikasi basis

data (Database Application Lifecycle).

Tahapan – tahapan dalam Database Application Lifecycle tidak

perlu dilalui secara berurutan (sequential) namun bisa secara perulangan

dari tahap sebelumnya.

Menurut Connolly dan Begg (2002, p271-p293), tahap – tahap

dari siklus hidup aplikasi basis data (Database Application Lifecycle)

yaitu:

Gambar 2.1 Database Application Lifecycle.

Page 9: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

14  

2.1.5.1 Database Planning

Terdapat 3 hal pokok yang berkaitan dengan strategi

sistem informasi, yaitu:

1. Rencana dan sasaran dari perusahaan berdasarkan kebutuhan

sistem informasi.

2. Mengevaluasi sistem informasi yang ada untuk menetapkan

kelebihan dan kekurangan.

3. Mempertimbangkan peluang IT yang mungkin memberikan

keuntungan kompetitif.

Langkah untuk dapat mengatasi strategi sistem informasi diatas

adalah:

1. Menentapkan Mission Statement

Mission statement untuk database project mendefinisikan

tujuan utama dari aplikasi database. Mission statement atau

perintah tugas membantu menjelakan kegunaan dari database

project dan menyediakan alur yang jelas untuk mencapai

efektifitas dan efesiensi penciptaan dari suatu aplikasi database

yang diinginkan.

2. Menetapakan Mission Objectives

Page 10: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

15  

Setelah mission statement didefinisikan, maka mission

objectives didefinisikan. Setiap objective atau tujuan harus

mengidentifikasikan tugas khusus yang didukung basis data.

2.1.5.2 System Definition

System defintion atau definisi sistem menjelaskan batasan

– batasan dan cakupan dari aplikasi basis data dari sudut pandang

user yang utama. Sudut pandang user mendefinisikan apa yang

diwajibkan dari suatu aplikasi basis data dari perspektif aturan

kerja khusus (seperti manager atau supervisor) atau area aplikasi

perusahaan (seperti marketing, stock control dan sebagainya).

2.1.5.3 Requirements Collection and Analysis

Informasi yang sudah dikumpulkan dan dianalisis tersebut

dapat digunakan untuk identifikasi kebutuhan user yang baru.

Informasi dikumpulkan untuk setiap user view meliputi:

1. Deskripsi data yang digunakan atau dihasilkan

2. Detail mengenai bagaimana data digunakan atau dihasilkan

3. Beberapa kebutuhan tambahan untuk aplikasi basis data yang

baru

Ada tiga pendekatan untuk merancang kebutuhan dari aplikasi

basis data yaitu :

Page 11: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

16  

1. Centralized Approach (Pendekatan Terpusat)

Pendekatan terpusat menggabungkan setiap sudut pandang

user untuk membangun sebuah data model global.

2. View Integration Approach (Pendekatan sudut pandang

terintegrasi)

Pendekatan sudut pandang terintegrasi melibatkan setiap

sudut pandang user untuk membangun model data terpisah

(data model lokal). Hasil dari model data terpisah tersebut

digabungkan dalam tahapan perancangan basis data (data

model global).

3. Combination of both approaches (Kombinasi dari kedua

pendekatan)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p302), Analisa dan

pengumpulan kebutuhan bisa juga menggunakan teknik fact

finding. Ada lima cara untuk melakukan fact finding yaitu:

a. Memeriksa Dokumen

b. Wawancara

c. Mengamati Operasional Perusahaan (Observasi)

d. Penelitian (Research)

e. Studi Pustaka

Page 12: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

17  

2.1.5.4 Database Design

Menurut Connolly dan Begg (2002, p279), dalam

merancang basis data ada dua pendekatan yaitu :

1. Bottom-Up

Perancangan dengan pendekatan ini, dimulai dengan

mengidentifikasi atribut, lalu mengidentifikasi relationship

antar atribut kemudian mengidentifikasi entitas.

Bottom-Up = attribute – relationship – entity data analisis

2. Top-Down

Perancangan dengan pendekatan ini, dimulai dengan

mengidentifikasi entitas, lalu mengidentifikasi relationship

antar etitas kemudian mengidentifikasi atribut.

Top-Down = entities – relationship – attribute data analisis

Menurut Connolly dan Begg (2002, p279), perancangan

basis data merupakan suatu proses desain yang bertujuan untuk

menciptakan database yang akan mendukung operasi dan

tujuan perusahaan.. Perancangan basis data tersebut terdiri dari

3 langkah yaitu conceptual database design, logical database

design dan physical database design.

Page 13: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

18  

1. Conceptual database design, berdasar pada Connolly dan

Begg (2002, p281), merupakan suatu proses pembangunan

model informasi yang digunakan dalam suatu perusahaan

yang bebas dari semua unsur – unsur fisik seperti software

DBMS, program aplikasi dan bahasa pemrograman.

Langkah - langkah dalam merancang basis data koseptual

adalah :

a. Mengindentifikasi Tipe Entitas

b. Mengidentifikasi tipe relationship

c. Mengidentifikasi dan Menghubungkan Atribut dengan

Entitas

d. Menentukan Domain Atribut

e. Menentukan Atribut Candidate Key dan Primary Key

f. Memeriksa Model untuk Redundancy

g. Memvalidasi Model Konseptual Lokal dengan Transaksi

User

2. Logical database design berdasar pada Connolly dan Begg

(2002, p281), merupakan suatu proses pembangunan model

informasi yang digunakan dalam suatu perusahaan yang

Page 14: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

19  

didasarkan pada model data yang spesifik, tetapi bebas dari

DBMS tertentu dan unsur – unsur fisik lainnya

Langkah - langkah dalam merancang basis data logikal

adalah:

a. Menghilangkan Fitur – fitur yang Tidak Kompatibel

dengan Model Relasi

b. Memperoleh Relasi untuk Data Model Logikal

c. Memvalidasi Relasi dengan Menggunakan Normalisasi

d. Validasi Relasi terhadap Transaksi User

e. Mendefinisikan Integrity Constraints

3. Physical database design berdasar pada Connolly dan Begg

(2002, p282), merupakan suatu proses pembuatan deskripsi

mengenai pelaksanaan database pada penyimpanan sekunder.

Dimana tahap ini menggambarkan relasi dasar, file,

organisasi, dan indeks yang digunakan untuk mencapai akses

yang efisien terhadap data, dan juga akeses yang efisien

terhadap setiap kendala yang terkait dengan integritas dan

langkah-langkah keamanan.

Langkah - langkah dalam merancang basis data fisikal adalah :

a. Merancang Hubungan Dasar

b. Merancang Representasi Derived Data

Page 15: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

20  

c. Merancang Constraint Perusahaan

d. Menganalisa Transaksi

e. Memilih Index

f. Estimasi Kebutuhan Tempat Penyimpan

2.1.5.5 Optimisasi Sistem

Menurut Connolly dan Begg (2002, p506), tujuan dari

optimisasi sistem adalah untuk meningkatkan kecepatan sistem

dengan cara mengurangkan join pada query.

Langkah - langkah dalam mengoptimisasi sistem adalah:

1. Menyalin non-key Attributes pada relasi one-to-many

2. Menyalin Attributes pada relasi many-to-many

2.1.5.6 DBMS Selection

Tahap ini merupakan proses pemilihan DBMS yang seusai

untuk mendukung aplikasi (Connolly dan Begg, 2002, p284).

Tahap - tahap dalam pemilihan DBMS adalah :

1. Mendefinisikan terminologi studi referensi

2. Mendaftar dua atau tiga produk

3. Mengevaluasi produk

Page 16: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

21  

4. Rekomendasikan pemilihan dan membuat laporan

2.1.5.7 Application Design

Perancangan aplikasi adalah perancangan antar muka

pengguna dan program aplikasi yang menggunakan dan

memproses database (Connolly dan Begg, 2002, p287). Desain

database dan aplikasi merupakan aktifitas paralel yang meliputi

dua aktifitas penting, yaitu :

1. Transaction design

Transaksi adalah satu atau serangkaian aksi yang

dilakukan oleh user tunggal atau program aplikasi, yang

mengakses atau merubah isi dari basis data (Connolly dan

Begg, 2002, p288).

Kegunaan dari perancangan transaksi adalah untuk

menetapkan karakteristik dari suatu transaksi yang dibutuhkan

pada basis data. Diantaranya:

a. Data yang akan digunakan oleh transaksi

b. Karakteristik fungsional dari suatu transaksi

c. Output transaksi

d. Kepentingan untuk users

e. Tingkat kegunaan yang diharapkan

Page 17: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

22  

Terdapat tiga tipe transaksi, yaitu:

1. Retrieval transaksi, digunakan untuk pemanggilan data

untuk ditampilkan di layar atau menghasilkan suatu

laporan

2. Update transaksi, digunakan untuk menambahkan record

baru, menghapus record lama, dan atau memodifikasi

record yang sudah ada di dalam basis data.

3. Mixed transaksi, meliputi pemanggilan dan perubahan data.

2. User interface design

Perancangan antarmuka memiliki pedoman atau guidelines

yang dapat diikuti, menurut Connolly (2005, p301-303) ada 14

pedoman untuk merancang form dan report yaitu:

a) Meaningful title: informasi yang disampaikan dengan

judul harus memperkenalkan form secara jelas dan

tidak ambigu.

b) Comprehensible instructions: instruksi yang

disampaikan ke user harus singkat dan saat informasi

tambahan diperlukan, help screens harus tersedia.

Instruksi sebaiknya ditulis dalam gaya tata bahasa yang

konsisten dan menggunakan format yang standard.

c) Logical grouping and sequencing of fields: field yang

berhubungan harus ditempatkan bersama dalam form

Page 18: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

23  

atau report. Urutan dari fields seharusnya konsisten dan

logic.

d) Visually appealing layout of the form/report: form atau

report sebaiknya memiliki antarmuka yang menarik

untuk user.

e) Familiar field labels: label dari field harus familiar agar

tidak membingungkan user.

f) Consistent terminology and abbreviations: istilah dan

singkatan yang disetujui harus konsisten.

g) Consistent use of color: warna sebaiknya digunakan

untuk meningkatkan penampilan dari sebuah form atau

report dan untuk memberi tanda di setiap field dan

pesan yang penting. Warna harus memberi arti dan

konsisten.

h) Visible space and boundaries for data-entry fields: user

secara visual harus sadar akan total jumlah spasi yang

disediakan di setiap field.

i) Convenient cursor movement: user seharusnya dapat

dengan mudah mengidentifikasi operasi untuk

memindahkan kursor dalam sebuah form atau report.

Mekanisme simple dengan menggunakan tombol tab,

panah, atau mouse pointer.

j) Error correction for individual characters and entire

fields: user dapat dengan mudah mengkoreksi kesalahan

Page 19: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

24  

yang dilakukan pada field. Secara simple dapat

menggunakan backspace key atau dengan overtyping.

k) Error message for unacceptable values: jika user

memasukan data yang salah kedalam field, pesan error

akan dimunculkan. Pesan error sebaiknya

menginformasikan error yang dilakukan user dan

mengindikasi nilai yang diperbolehkan.

l) Optional fields marked clearly: field pilihan sebaiknya

dapat di identifikasi secara jelas oleh user. Field pilihan

harus ditempatkan setelah field utama.

m) Explanatory messages for fields: saat user

menempatkan kursor di dalam field, informasi tentang

field harus dimunculkan pada posisi yang biasa dalam

monitor seperti windows status bar.

n) Completion signal: harus diberitahu secara jelas pada

saat proses pengisian field dalam sebuah form sudah

lengkap.

2.1.5.8 Prototyping

Prototyping merupakan proses membuat model kerja dari

aplikasi basis data (Connolly dan Begg, 2002, p291). Pembuatan

prototype ini bertujuan untuk memungkinkan pengguna untuk

rnemakai prototype tersebut untuk mengidentifikasi kelebihan dan

Page 20: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

25  

kelemahan sistem, dan memungkinkan adanya perbaikan fitur dan

membuat fitur baru terhadap aplikasi data.

2.1.5.9 Implementation

Merupakan realisasi fisik dari database dan desain

aplikasi(Connolly dan Begg, 2002, p292).

Implementasi database dicapai dengan menggunakan :

1. DDL untuk membuat skema database dan file database

kosong.

2. DDL untuk membuat user view yang diinginkan.

3. 3GL dan 4GL untuk membuat program aplikasi. Termasuk

transaksi database disertakan dengan menggunakan DML,

atau ditambahkan pada bahasa pemrograman.

2.1.5.10 Data Conversion and Loading

Menurut Connolly dan Begg (2002, p292), Data

Conversion and Loading merupakan proses pemindahan data

yang sudah ada ke dalam basis data baru dan mengubah aplikasi

yang ada untuk dapat dijalankan pada basis data baru tersebut.

2.1.5.11 Testing

Menurut Connolly dan Begg (2002, p293), testing adalah

proses pengeksekusian program aplikasi dengan tujuan untuk

menemukan kesalahan. Pengujian dilaksanakan setelah program

Page 21: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

26  

selesai dan sebelum program di implementasikan. Pengujian

tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah masih ada error atau

ketidaksesuaian dalam sistem yang sudah dibuat

2.1.5.12 Operational Maintenance

Menurut Connolly dan Begg (2002, p293), operational

maintenance merupakan suatu proses pengawasan dan

pemeliharaan sistem setelah instalasi. Operational maintenance

meliputi :

1. Pengawasan performa sistem, jika perfonna menurun maka

memerlukan perbaikan atau pengaturan ulang database.

2. Pemeliharaan dan pembaharuan aplikasi database .

3. Penggabungan kebutuhan baru kedalam aplikasi database.

2.1.6 Entity Relationship Modeling

Menurut Connolly dan Begg (2002, p40), Entity-Relationship

(ER) adalah suatu model yang dibutuhkan untuk memastikan dari mana

suatu data berasal dan bagaimana suatu data digunakan dalam perusahaan

tersebut. Berikut penjelasan mengenai entity, relationship dan attribute:

1. Entity

Entity merupakan sekumpulan objek dengan ciri – ciri yang sama

yang diasumsikan oleh perusahaan yang keberadaannya berdiri sendiri.

Page 22: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

27  

Dalam ER diagram, entitas digambarkan sebagai sebuah persegi yang

diberi label dengan nama entitas tersebut.

Entity dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Strong Entity atau entitas kuat adalah sebuah entitas yang dapat

berdiri sendiri karena entitas tersebut tidak bergantung

terhadap entitas yang lain. (Connolly dan Begg, 2002, p342)

b. Weak Entity atau entitas lemah adalah sebuah entitas yang

tidak dapat berdiri sendiri karena entitas tersebut bergantung

terhadap entitas yang lain. (Connolly dan Begg, 2002, p343)

2. Relationship

Relationship adalah sekumpulan asosiasi dari satu atau lebih

entitas. Derajat relationship adalah jumlah entitas yang berpartisipasi

dalam satu relationship.

3. Attribute

Atribut adalah property dari sebuah entity atau tipe relasi. Ada

beberapa jenis atribut diantaranya:

a. Simple attribute adalah suatu attribute yang terdiri atas komponen

tunggal dengan keberadaan yang tidak terkait. Attribute ini tidak

dapat dipecah lagi menjadi komponen yang lebih kecil. Simple

attribute terkadang disebut sebagai atomic attribute.

Page 23: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

28  

b. Composite attribute adalah attribute yang terdiri atas banyak

komponen, dimana setiap komponen dalam keberadaan yang

tidak terikat. Attribute tertentu dapat dibagi lagi menjadi

komponen yang lebih kecil dengan keberadaan masing – masing

yang tidak terikat.

c. Single-valued attribute adalah attribute yang menampung nilai

tunggal untuk setiap kejadian dari suatu tipe entity.

d. Multi-valued attribute adalah attribute yang menampung banyak

nilai untuk setiap kejadian dari suatu tipe entity.

e. Derived attribute adalah attribute yang menggantikan sebuah nilai

yang diturunkan dari nilai sebuah attribute yang berhubungan,

tidak perlu pada jenis entity yang sama.

f. Keys terbagi atas :

i. Candidate key, merupakan sejumlah kecil atribut dari

entity yang mengidentifikasi setiap kejadian dari entity

tersebut secara unik.(Connoly dan Begg, 2002, p340).

ii. Primary key, merupakan candidate key yang dipilih untuk

mengidentifikasikan setiap kejadian dari entity secara

unik.(Connoly dan Begg, 2002, p341).

iii. Composite key, merupakan candidate key yang terdiri dari

dua atau lebih atribut.(Connoly dan Begg, 2002,p341).

iv. Alternate key, adalah setiap candidate key yang terpilih

menjadi primary key.(Connoly dan Begg, 2002,p341).

Page 24: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

29  

v. Foreign key, adalah sebuah atribut atau sekumpulan

atribut pada suatu relasi yang sama dengan candidate key

dari beberapa relasi lainnya. (Connoly dan Begg,

2002,p79)

2.1.7 Data Manipulation dan Data Definition Language

DML dan DDL adalah salah satu fasilitas yang disediakan DBMS

(Database Management System). Menurut Connolly (2005, p16) DBMS

adalah “a software system that enables users to define, create, maintain,

dan control access to the database”. Melalui DDL, user dapat

mendefinisikan database, menspesifikasikan tipe data, struktur dan

constraints dalam data yang akan disimpan dalam database.

Sedangkan melalui DML, users dapat melakukan insert, update,

delete, dan retrieve data dari database. Semua data disimpan dalam

sebuah tempat penyimpanan dan deskripsi data memperbolehkan DML

untuk menyediakan sebuah fasilitas penyelidikkan umum terhadap data

tersebut yang disebut dengan query language. Query language yang

paling sering digunakan adalah Structured Query Language (SQL atau

terkadang dilafalkan dengan „See-Quel�), dan sekarang SQL menjadi

standard bahasa resmi dan de facto untuk relational DBMS.

2.1.8 System development life cycle(SDLC)

Menurut Turban, Rainner dan Potter (2006,p690), system

development life cycle (SDLC) adalah kerangka kerja tradisional yang

Page 25: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

30  

terstruktur dan yang digunakan untuk proyek TI besar, serta terdiri atas

berbagai proses berurutan untuk mengembangkan sistem informasi.

SDLC terdiri dari delapan tahap, meliputi : penelitian, analisis, desain,

pemrograman, pengujian,implementasi, operasi, dan pemeliharaan. Di

masa lalu, para pengguna menggunakan Pendekatan air terjun

(waterfall Approach). Waterfall approach merupakan pendekatan SDLC

dengan berbagai pekerjaan di suatu tetap diselesaikan terlebih dahulu

sebelum pekerjaan dilanjutkan ke tahap berikutnya .

Gambar 2.2 delapan step dalam sdlc (turban,rainer, potter,

2005,p490)

Page 26: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

31  

Tahap-tahap sdlc adalah sebagai berukut :

1. Penelitian sistem (System Investigation)

Penelitian sistem dimulai dengan masalah bisnis (atau Peluang

bisnis). Masalah (dan Peluang) sering kali tidak hanya membutuhkan

pemahaman mengenainya dari sudut pandang internal, tetapi juga sebagai

sudut pandang mitra organisasional (pemasuk atau pelanggan) yang akan

melihatnya. Pekerjaan berikutnya dalam penelitian sistem adalah studi

kelayakan, yakni penelitian yang mengukur probabilitas keberhasilan

proyek yang diusulkan dan memberikan penilaian kasar mengenai

kelayakan proyek tersebut. Berikutnya dilanjutkan dengan kelayakan

teknis, yakni penilaian apakah komponen peranti keras, peranti lunak dan

komunikasi dapat dikembangkan dan / atau diperoleh untuk mengatasi

suatu masalah bisnis. Selanjutnya dalam tahap ini adalah tahap kelayakan

ekonomis, yakni penilaian apakah suatu proyek adalah resiko keuangan

yang dapat ditoleransi dan apakah perusahaan dapat menanggung

pengeluaran dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.

Berikutnya adalah tahap kelayakan organisasional, yang berkaitan dengan

kemampuan perusahaan untuk menerima proyek yang diusulkan. Yang

terakhir pada tahap ini adalah kelayakan keperilakuan, yakni penilaian

berbagai isu manusia yang dilibatkan dalam proyek yang diusulkan,

termasuk penolakan atas perubahan dan kebutuhan keahlian serta

pelatihan.

Page 27: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

32  

2. Analisa sistem (System Analysis)

Analisa sistem adalah proses mempelajari berbagai masalah bisnis

yang direncanakan perusahaan dapat diatasi melalui sistem informasi.

Tahap ini menentukan masalah bisnisnya, mengidentifikasi sebagai

penyebabnya, menspesifikasi solusi, dan mengidentifikasi kebutuhan

informasi yang harus dipenuhi oleh solusi tersebut. Pemahaman atas

masalah bisnis membutuhkan pemahamaman atas berbagai proses yang

dilibatkan. Ini sering kali dapat cukup rumit dan saling terkait.

3. Desain sistem (system desaign)

Desain sistem menjelaskan bagaimana sistem tersebut akan

menjalankan sistem tersebut. Hasil dari tahap desain sistem adalah desain

teknis yang menspesifikasikan berbagai hal berikut :

a. output dan input sistem serta antarmuka pengguna

b. peranti keras, peranti lunak, basis data, telekomunikasi,

personel, dan prosedur.

c. bagaimana berbagai komponen ini diintegrasikan .

desain sistem melintasi dua aspek sistem utama baru : desain logis

sistem yang menyatakan apa yang akan dilakukan oleh sistem tersebut,

dengan menggunakan spesifikasi abstrak, dan desain fisik sistem yang

menyatakan bagaimana sistem baru tersebut akan melakukan fungsinya,

dengan spesifikasi fisik yang sesungguhnya.

Page 28: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

33  

4. Pemrograman (programming)

Pemrograman melibatkan penerjemah spesifikasi desain ke dalam

kode computer. Dalam proyek tim pemrograman akan dibentuk. Tim ini

sering kali meliputi para pengguna berbagai area fungsional untuk

membantu programmer focus pada masalah bisnis yang ditanganinya.

Dalam usaha untuk menambahkan presisi (atau suatu keseragaman)

dalam proses pemrograman, para programmer menggunakan teknik

pemrograman terstruktur. Teknik ini memperbaiki arus logis program

dengan memecah kode-kode computer menjadi modul, yang merupakan

beberapa bagian dari kode. Struktur modular ini memungkinkan

pengujian yang lebih efisien dan efektif, karena tiap modul dapat di uji

sendiri-sendiri.

5. Pengujian (testing)

Pengujian menyeluruh dan berkelanjutan dilakukan di sepanjang

tahap pemrograman. Pemeriksaan pengujian melihat apakah kode

computer akan member hasil yang diperkirakan dan diinginkan di bawah

kondisi tertentu. Pengujian didesain untuk mendeteksi kesalahan (bug)

dalam kode computer. Kesalahan-kesalahan ini teridri atas dua jenis :

kesalahan sintaks (syntax error) dan kesalahan logika (logic error).

Programmer harus mengikuti arus logika dalam program untuk

menentukan sumber kesalahan pada hasilnya.

Page 29: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

34  

6. Implementasi (implementation)

Implementasi adalah proses konversi dari sistem lama ke sistem

baru. Terdapat empat strategi konversi : parallel, langsung, percobaan

awal, dan bertahap. Dalam konversi langsung, sistem yang lama akan

akan dimatikan ketika sistem yang baru dinyalakan, pada waktu tertetu.

Dalam konversi percobaan awal, akan memperkenalkan sistem baru di

satu bagian perusahaan untuk percobaan, jika sistem baru itu bekerja

baik, maka akan diperkenalkan ke berbagai bagian lain perusahaan.

Dalam konversi bertahap, memperkenalkan sistem baru dalam berbagai

tahap, hingga keseluruhan sistem dapat beroperasi.

7. Operasi (Operation)

Sistem baru akan beroperasi dalam jangka waktu tertentu, hingga

(seperti sistem lama yang digantikannya) sistem tersebut tidak lagi

memenuhi tujuan perusahaan, begitu operasi sistem baru stabil, audit

akan dilakukan selama masa operasi untuk menilai kemampuan sistem

dan menentukan apakan sistem tersebut digunakan dengan benar.

8. pemeliharaan ( Maintenance )

Sistem membutuhkan pemeliharaan. Jenis pertama

pemeliharannya adalah debugging program, yaitu proses yang terus

berlanjut sepanjang umur hidup sistem. Jenis yang kedua adalah

pembaruan sistem untuk mengakomodasi berbagai perubahan dalam

kondisi bisnis. Berbagai pembaruan dan perbaikan ini biasanya tidak

Page 30: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

35  

menambahkan fungsi baru tetapi dibutuhkan hanya agar sistem tersebut

dapat tetap memenuhi tujuannya. Jenis ketiga dari pemeliharaan adalah

menambah fungsi baru ke sistem yaitu, penambahan fitur baru ke sistem

yang ada tanpa mengganggu operasinya.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Microsoft Visual Basic .Net

Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Visual_Basic_.NET

Microsoft Visual Basic .NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan

dan membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .NET Framework,

dengan menggunakan bahasa BASIC. Dengan menggunakan alat ini, para

programmer dapat membangun aplikasi Windows Forms, Aplikasi web

berbasis ASP.NET, dan juga aplikasi command-line. Alat ini dapat

diperoleh secara terpisah dari beberapa produk lainnya (seperti Microsoft

Visual C++, Visual C#, atau Visual J#), atau juga dapat diperoleh secara

terpadu dalam Microsoft Visual Studio .NET. Bahasa Visual Basic .NET

sendiri menganut paradigma bahasa pemrograman berorientasi objek

yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic versi

sebelumnya yang diimplementasikan di atas .NET Framework.

Peluncurannya mengundang kontroversi, mengingat banyak sekali

perubahan yang dilakukan oleh Microsoft, dan versi baru ini tidak

kompatibel dengan versi terdahulu.

Page 31: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

36  

2.2.2 Microsoft Sql Server 2008

Menurut Coffman(1999,p4), SQL adalah bahasa standarisasi yang

digunakan untuk mendefinisikan, merubah dan mengatur data dan

mengontrol bagaimana melakukan perubahan dalam database yang dibuat

dengan menggunakan table, index, kunci, baris kolom untuk menyimpan

data.

Menurut connoly dan begg (2005,p1), idealnya sebuah bahasa

basis data harus membolehkan pengguna untuk :

1. Menciptakan basis data dan struktur relasi,

2. Mengerjakan tugas-tugas dasar manajemen data seperti

penempatan, modifikasi dan penghapusan data dari

relasi,

3. Mengerjakan query yang sederhana dan complex.

Bahasa basis data harus mengerjakan tugas-tugas ini dengan

usaha pengguna yang minimal, serta struktur perintah dan sintaksnya

harus mudah dipelajari, juga harus portable, yaitu harus sesuai dengan

standar yang ada sehingga dapat menggunakan struktur perintah dan

sintaks yang sama ketika pindahkan dari satu DBMS ke DBMS lainnya.

SQL memenuhi seluruh persyaratan ini.

SQL bahasa transform-oriented/bahasa yang didesain untuk

menggunakan relasi untuk merubah input menjadi output yang

dibutuhkan. sebagai sebuah bahasa,SQL memiliki dua komponen utama,

Page 32: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

37  

yaitu Data Definition Language (DDL) dan Data Manipulation

Language (DML). SQL merupakan bahasa relative yang mudah dipelajari

karena :

a. SQL merupakan sebuah bahasa non-prosedural dapat menentukan

informasi apa yang dibutuhkan daripada bagaimana cara

mendapatkannya. Dengan kata lain, SQL tidak membutuhkan untuk

menentukan metode akses data.

b. Seperti kebanyakan bahasa mondern lainnya, SQL pada dasarnya

free-format, yaitu bahwa bagian-bagian pernyataan tidak perlu diketik

pada lokasi tertentu di layar.

c. Struktur perintah mengandung kata-kata bahasa inggris standar

seperti CREATE TABLE,INSERT,SELECT.

d. SQL dapat digunakan oleh Database Administrator (DBA),

management personnel, Application Developer dan End User lainnya.

2.2.3 Diagram Aliran Dokumen (DAD) / Flowchart

Menurut Bornard (2000,p34), Diagram Aliran Dokumen (DAD)

merupakan suatu diagram aliran simbolik yang menunjukkan aliran data

dan urutan operasi dalam suatu sistem.

Menurut Mulyadi(2001,P60), bagan aliran dokumen (document

flow chart) digunakan untuk menggambarkan aliran dokumen dalam

sistem tertentu. simbol-simbol yang digunakan dalan bagan aliran

dokumen, yaitu :

Page 33: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

38  

Tabel 2.1 Simbol-simbol dan bagan aliran dokumen

Simbol Nama Keterangan Dokumen Digunkan untuk menggambarkan

semua jenis dokumen yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu transaksi.

Dokumen dan tembusannya

Digunakan untuk menggambarkan dokumen asli dan tembusannya. Nomor lembar dokumen dicantumkan disudut kiri atas.

Berbagai dokumen

Digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan bersama dalam suatu paket. Namun dokumen dituliskan di dalam masing-masing symbol dan nomor lembar dokumen dicantumkan di sudut kanan atas symbol dokumen yang bersangkutan

Catatan Digunakan yang menggambarkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen atau formulir.

Penghubung pada halaman yang

sama

Dalam menggambarkan bagan alir, arus dokumen dibuat mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Karena keterbatasan ruang halaman kertas untuk menggambarkan, maka diperlukan symbol penghubung untuk memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi lain pada halaman yang sama.

Penghubung pada halaman yang

beda

Jika untuk menggambarkan bagan alir suatu sistem akuntansi diperlukan lebih dari satu halaman , symbol ini harus digunakan untuk menunjukkan kemana dan bagaimana bagan alir terkait satu dengan lainnya.

Kegiatan manual Digunakan untuk menggambarkan kegiatan manual.

Page 34: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

39  

Arsip Sementara Digunakan untuk menggambarkan arsip sementara yang dokumennya akan diambil kembali dari arsip tersebut dimasa yang akan datang untuk keperluan pengolahan lebih lanjut terhadap dokumen tersebut. Untuk menunjukkan urutan pengarsipan dokumen digunakan symbol berikut ini : A= menurut abjad N= menurut nomor urut T= kronologis, menurut tanggal

Arsip permanen Digunakan untuk menggambarkan arsip permanen yang tidak akan diproses lagi.

Mulai / Berakhir (terminal)

Symbol ini digunakan untuk menggambarka awal dan akhir suatu sistem akuntansi.

Keputusan Symbol ini menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan data.

2.2.4. Data Flow Diagram (DFD)

Pengertian dari DFD adalah teknik grafis yang menggambarkan

aliran data melalui sebuah sistem dan merubah data yang bergerak dari

input ke output. DFD dapat juga disebut dengan Bubble Chart, Data

Flow Graph (Roger, 2001, P309).

Page 35: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

40  

Simbol-simbol yang terdapat dalam DFD :

1.

Menggambarkan eksternal entitas (terminal) dari sistem.

2.

Menggambarkan proses atau pekerjaan yang harus

diselesaikan.

3.

Objek data, menggambarkan aliran data atau input/output

dari dan menuju proses.

4.

Menggambarkan penyimpanan data atau biasa disebut basis

data ( data store ). Penyimpanan data dapat disamakan dengan

seluruh bagian dari entity tunggal dalam model data.

Page 36: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

41  

Tingkatan DFD :

a. Diagram konteks

Menggambarkan seluruh input ke atau output ke sistem.

Diagram konteks ini merupakan level tertinggi dari DFD.

b. Diagram Nol

Merupakan rincian dari diagram konteks dan

memperlihatkan data store yang digunakan.

c. Diagram Rinci

Merupakan rincian diagram diatasnya.

Keuntungan penggunaan DFD :

I. Proses dalam DFD dapat beroperasi secara parallel,

maksudnya beberapa proses dapat bekerja secara bersamaan

dengan cara kerja bisnis.

II. DFD menunjukkan aliran data yang melalui sistem. Panahnya

mewakili arah data tersebut mengalir. Perulangan dan

percabangan biasanya tidak diperlihatkan. Flowchart

menunjukkan tahap-tahap dari proses atau operasi dalam

algoritma/program.

III. DFD menunjukkan proses yang mewakili perbedaan waktu

yang dramatis. Misalnya, suatu DFD tunggal mungkin akan

memasukkan proses yang terjadi perjam, perhari, perminggu,

pertahun dan sesuai permintaan.

Page 37: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

42  

2.2.5 State Transition Diagram

Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p673), state

transition diagram adalah sebuah alat yang digunakan untuk

menggambarkan urutan dan variasi layar yang dapat terjadi selama sesi

yang dapat digunakan oleh user. Tabel 2.2 berikut menjelaskan dua

komponen utama yang digunakan dalam membuat state transition

diagram :

Tabel 2.2 Komponen STD

Simbol Nama Keterangan State Merupakan Kumpulan

keadaan atau atribut yang mencirikan seseorang atau benda pada waktu atau kondisi tertentu.

Klik “Keluar” Transition State Merupakan perubahan yang digambarkan dengan symbol panah. Setiap panah diberi label.

2.2.6 Interview

Menurut Preece et al (1994, p628), interview atau wawancara terbagi

atas:

1. Structured interview merupakan wawancara yang telah ditentukan

pertanyaan - pertanyaannya dan cara untuk menyampaikan masing -

masing pertanyaan sudah ditetapkan sehingga tidak ada eksplorasi

pada sikap individu.

Page 38: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

43  

2. Flexible interview memiliki beberapa set topik tetapi tidak ada urutan

untuk menanyakan pertanyaan kepada yang diwanwancara dan

pewawancara bebas untuk mengikuti jawaban dari yang

diwawancarai dan bebas untuk mencari tentang pengalaman sikap

pribadi dari yang diwawancarai.

3. Semi-structured interview : pewawancara sering memiliki

seperangkat pertanyaan yang dapat mengarahkan wawancara jika

yang diwawancarai melantur atau tidak menjawab banyak.

4. Prompted interviewing digunakan untuk memancing informasi dari

yang diwawancarai dengan cara menanyakan balik secara lebih detail

terhadap jawaban yang ia berikan.

2.2.7 Observation ( Observasi )

Menurut Indrajani (2009, p95), Observasi adalah salah satu teknik

pencarian data yang paling efektif untuk memahami suatu sistem.

Keuntungan metode ini adalah :

1. Memperbolehkan kebenaran fakta dan data untuk diperiksa

2. Pengamat dapat melihat secara nyata apa yang dilaksanakan.

3. Relatif murah

2.2.8 Research

Menurut Connoly dan Begg (2002, p319), research adalah salah

satu teknikpencarianfakta untuk penelitian aplikasi dan masalah. Melalui

Page 39: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

44  

journal komputer, buku referensi, dan internet (termasuk kelompok

pengguna ) adalah sumber informasi yang baik. mereka dapat

memberikan informasi tentang bagaimana orang lain telah memecahkan

masalah yang sama, dan juga apakah suatu paket perangkat lunak yang

ada dapat untuk memecahkan atau bahkan sebagian memecahkan

masalah.

2.2.9 Perpustakaan

Dalam bahasa Indonesia istilah “perpustakaan” dibentuk dari kata

dasar pustaka ditambah awalan “per” dan akhiran ”an”. Menurut Kamus

Umum Bahasa Indonesia perpustakaan diartikan sebagai “kumpulan

buku-buku (bahan bacaan, dsb). Pengertian menurut istilah :

1. Menurut IFIA (International Federation of Library Associationsand

Institutions) “Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak

dan non tercetakdan atau sumber informasi dalam komputer yang

tersusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai.” (

SulistyoBasuki, 2003, p5)

2. Menurut Sutarno NS, M. Si (2003,p7)

“Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan,

atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang

disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dicari dan

dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca.”

Page 40: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

45  

3. C. Larasati Milburga et al( 1991,p27 )

“Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat

menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis

dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan

oleh pemakainya sebagai sumber informasi.”

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan

pengertian perpustakaan secara umum adalah suatu unit kerja yang

berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi

pustaka baik buku-buku ataupun bacaan lainnya yang diatur,

diorganisasikan dan diadministrasikan dengan cara tertentu.

2.2.10 Barcode

Menurut http://rumahbarcode.com/index.php?option=

com_content&view=article&id=83:pengertian-barcode&catid=52:berita-

terbaru&Itemid=18, barcode dapat diartikan sebagai kumpulan kode yang

berbentuk garis, dimana masing-masing ketebalan setiap garis berbeda

sesuai dengan isi kodenya. Barcode pertama kalinya diperkenalkan dan

dipatenkan di Amerika oleh Norman Joseph Woodland dan Bernard

Silver, mahasiswa Drexel Institute of Technology pada akhir 40-an.

Implementasi Barcode dimungkinkan atas kerja keras dua orang insinyur

yaitu Raymond Alexander dan Frank Stietz. Sampai akhirnya pada tahun

1966 Barcode digunakan untuk kepentingan komersial meskipun belum

terlalu dirasakan keberhasilannya sampai tahun 80-an.

Page 41: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

46  

Barcode adalah informasi terbacakan mesin (machine readable)

dalam format visual yang tercetak, barcode dibaca dengan menggunakan

sebuah alat baca barcode atau lebih dikenal dengan Barcode Scanner

(Rumah Barcode, 2010). Barcode pada dasarnya adalah susunan garis

vertikal hitam dan putih dengan ketebalan yang berbeda, sangat

sederhana tetapi sangat berguna, dengan kegunaan untuk menyimpan

data-data spesifik misalnya kode produksi, tanggal kadaluwarsa, nomor

identitas dengan mudah dan murah. Walaupun teknologi semacam itu

terus berkembang dengan ditemukannya media magnetic, rfid, electronics

tags, serial eeprom (seperti pada smart card), barcode terus bertahan dan

masih memiliki kelebihan-kelebihan tertentu, yang paling utama adalah

murah dan mudah, sebab media yang digunakan adalah kertas dan tinta.

Sedangkan untuk membaca barcode ada begitu banyak pilihan di pasaran

dengan harga yang relatif murah mulai dari yang berbentuk pena (wand),

slot, scanner, sampai ke CCD dan bahkan kita dapat membuatnya sendiri.

Gambar 1 menunjukkan contoh barcode.

Gambar 2.3 Barcode

Page 42: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

47  

Seiring semakin bertambahnya penggunaan barcode, kini barcode

tidak hanya bisa mewakili karakter angka saja tapi sudah meliputi seluruh

kode ASCII. Kebutuhan akan kombinasi kode yang lebih rumit itulah

yang kemudian melahirkan inovasi baru berupa kode matriks dua dimensi

(2D barcodes) yang berupa kombinasi kode matriks bujur sangkar. 2D

Barcode ini diantaranya adalah PDF Code, QRCode, Matrix Code dan

lain-lain. Dengan menggunakan 2D code karakter yang bisa kita

masukkan ke Barcode bisa semakin banyak, dengan 1D Barcode biasanya

kita hanya memasukkan kode 5-20 digit tetapi dengan 2D Barcode kita

bisa memasukkan sampai ratusan digit kode.

2.2.10.1 Simbologi Barcode

Barcode terdiri dari berbagai macam simbologi. Ada

beberapa jenis simbologi barcode yang mungkin sering kita

jumpai baik di setiap produk yang kita beli di supermarket atau

dari label atau stiker yang terdapat di karton sebuah produk. Bagi

sebagian orang Barcode hanyalah garis hitam putih biasa yang

dibawah garis tersebut terdapat angka-angka tertentu, ternyata

pendapat tersebut salah. Karena Barcode itu terdiri dari beberapa

simbologi atau jenis yang satu sama lainnya berbeda baik jenis

dan fungsinya. Berikut adalah beberapa simbologi barcode yang

sering digunakan.

1. CODE 128

Page 43: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

48  

Simbologi Barcode ini cocok digunakan apabila anda

ingin memasukkan kode yang berupa Alpha numeric ke dalam

Barcode. Jadi anda bisa memasukkan sebagian angka dan

sebagian huruf kedalam barcode dengan menggunakan simbologi

ini. Biasanya simbologi ini digunakan untuk kepentingan intern

didalam suatu perusahaan, gudang, atau toko yang memerlukan

kode-kode khusus untuk setiap barang dan kode tersebut terdapat

huruf dan angka didalamnya.

2. CODE 39

Hampir sama dengan CODE 128, malah ini merupakan

asal-usul CODE 128. Karena CODE 39 merupakan salah satu

simbologi Barcode yang paling tua. Perbedaan dengan CODE 128

adalah beberapa karakter ASCII belum bisa dimasukkan ke dalam

simbologi ini, tapi untuk karakter A-Z, angka 0-9, +,-, dan spasi

sudah bisa digunakan kedalam simbologi ini. Yang paling terlihat

perbedaan dengan CODE 128 adalah lebar Barcode yang

dihasilkan, karena lebar Barcode CODE 39 lebih lebar daripada

lebar Barcode CODE 128. Oleh karena itu, apabila akan

menggunakan Barcode yang bisa Alpha Numeric saya sarankan

untuk menggunakan CODE 128 saja. Karakter Alpha nueric yang

bisa dimasukkan akan dihasilkan menjadi huruf kapital ( huruf

besar )

3. Interleaved 2 Of 5 ( ITF )

Page 44: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

49  

Barcode ini hanya bisa melakukan encoding untuk angka

saja. Apabila dibandingkan dengan simbologi UPC A untuk 10

angka, Barcode yng dihasilkan oleh simbologi ini lebih lebar

daripada simbologi UPC A. Simbologi ITF hanya bisa melakukan

proses encoding terhadap jumlah digit yang genap saja, apabila

jumlah digitnya ganjil maka otomatis ditambahkan karakter 0

(nol) di depan angka yang sudah ada.

4. UPC ( Universal Product Code )

UPC adalah Barcode Standard yang digunakan pada

barang-barang yang dijual ke kalangan umum ( dibeberapa

negara ). UPC adalah simbologi Barcode dengan sistem fixed

length ( jumlah digit tetap ), dan hanya bisa untuk angka saja. 12

digit dalam simbologi Barcode ini mempunyai keterangan

sebagai berikut : 1 digit pertama Number Characther System, 5

digit berikutnya adalah Manufacture Number ( kode perusahaan

pemilik Barcode ), 5 digit berikutnya adalah Product Number (

kode produk atau nomor urut produk ), 1 digit terakhir adalah

Check Digit atau angka untuk melakukan test validasi barcode.

UPC terdiri dari 2 jenis UPC A ( 12 Digit ) dan UPC E (8 Digit).

5. Extended CODE 39

Simbologi Barcode ini merupakan pengembangan dari

simbologi CODE 39, sudah bisa menghasilkan huruf besar dan

huruf kecil. Tetapi semakin banyak huruf kecil yang dimasukkan

semakin lebar Barcode yang dihasilkan.

Page 45: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

50  

6. CODE 93

Pengembangan atau gabungan fungsi dari Simbologi

Barcode CODE 39 dan Extended 39. Simbologi jenis ini (

termasuk Extended CODE 39 dan CODE 39 ) bukan jenis

Barcode yang sering digunakan. Jadi apabila anda ingin

menggunakan simbologi ini, scanner barcode anda mungkin harus

di setting terlebih dahulu.

7. CODABAR

Simbologi Barcode ini bisa melakukan encoding untuk

angka dan karakter seperti "(-$:/+)" dan spasi. Biasanya di

Amerika digunakan untuk membuat Barcode yang berisi

keterangan harga barang saja.

8. EAN ( Europe Article Number )

Simbologi Barcode ini merupakan simbologi yang juga

dipakai di negara kita untuk identitas suatu produk. Keterangan

untuk simbologi ini adalah : 3 digit pertama adalah untuk kode

negara asal produk ( Indonesia mempunyai kode 899 ), 4 digit

berikutnya adalah Manufacture Number ( kode perusahaan

pemilik Barcode ), 5 digit berikutnya adalah Product Number (

kode produk atau nomor urut produk ), 1 digit terakhir adalah

Check Digit atau angka untuk melakukan test validasi barcode.

EAN terdiri dari 2 jenis yaitu EAN 13 dan EAN 8. Lembaga yang

mengatur untuk Simbologi Barcode ini di Indonesia adalah GS1.

Page 46: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

51  

2.2.10.2 Keuntungan Penggunaan Barcode

Keuntungan dari penggunaan barcode pada aplikasi ini adalah :

1. Proses Input Data lebih cepat, karena : Barcode Scanner dapat

membaca/merekam data lebih cepat dibandingkan dengan

melakukan proses input data secara manual.

2. Proses Input Data lebih tepat, karena : Teknologi barcode

mempunyai ketepatan yang tinggi dalam pencarian data.

3. Penelusuran informasi data lebih akurat karena teknologi barcode

mempunyai akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi.

4. Mengurangi biaya, karena dapat mengindari kerugian dari

kesalahan pencatatan data dan mengurangi pekerjaan yang

dilakukan secara manual secara berulang-ulang.

5. Peningkatan Kinerja Manajemen, karena dengan data yang lebih

cepat, tepat dan akurat maka pengambilan keputusan oleh

manajemen akan jauh lebih baik dan lebih tepat, yang nantinya

akan sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan

perusahaan.

6. Memiliki nilai tawar lebih tinggi/prestise serta kemampuan

bersaing dengan saingan/kompetitor akan lebih terjaga.

Page 47: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

52  

2.2.11 Pengkodean Koleksi KEMKOMINFO

Pengkodean koleksi Kemkominfo dalam pengelompokan koleksi

sebagai berikut :

Tabel 2.3 Pengkodean Koleksi KEMKOMINFO

BEN Bencana Alam BIO Biografi ELE Elektronik Mail FOT Fotografi HAK1 Hak Azasi Manusia HAN Handbook HUB Hubungan Masyarakat HUK Hukum IKL Iklan INF Informasi INT1 Internet JAB Jabatan Fungsional JAR Jaringan JUR Jurnalistik KAB Kabinet KAM1 Kamus KEB Kebijakan Politik KES1 Kesehatan KEU1 Keuangan KOM Komputer KOM1 Komunikasi KOR Korupsi LAP Laporan MED Media Massa PED Pedoman atau Petunjuk PEM3 Pemilu (Pemilihan Umum) PEN Penyiaran PEN1 Penelitian PEN2 Pendidikan UND Peraturan Perundangan PER Perizinan PER1 Pers PER2 Perpustakaan PID1 Pidato POL Politik POR1 Pornografi POS1 POS

Page 48: BAB 2 revisi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00283-IF BAB 2.pdf7 2.1.2 Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p27), data merupakan

53  

RAD Radio REN Rencanan Strategis (Renstra) SEJ Sejarah SIS Sistem Peringatan Dini (EWS) SIS1 Sistem Informasi Manajemen SIS2 Sistem Operasi SIS3 Sistem Informasi TEK2 Teknologi TEL Telekomunikasi TEL1 Telematika VID Video VIR Virus Komputer WAR Warung Internet