bab 2 penyelenggaraan kegiatan di...
TRANSCRIPT
11
BAB 2
TINJAUAN REFERENSI
2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Emiten
Penerapan Sanksi?
Keterbukaan Informasi
Peraturan Bapepam No: • VIII.G.7 • X.K.2 • X.E.1 • X.K.1
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Pemenuhan Regulasi?
PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal
12
Keterangan:
Kerangka konsep diatas merupakan acuan yang dijadikan penulis dalam membuat
alur berpikir dalam melakukan analisis terkuat permasalahan hukum pemenuhan
regulasi dan penerapan sanksi keterbukaan informasi di pasar modal Indonesia. Alur
berpikir dapat dilihat dari UUPM yang merucut kepada Pasal 85 sampai dengan
Pasal 89 dan Peraturan Bapepam seperti pada kerangka konsep di atas.
2.2 Pemenuhan
Pemenuhan merupakan istilah yang berasal dari kata “penuh”, yang
memiliki arti sudah terisi seluruhnya, banyak, lengkap dan sempurna.
Sedangkan pemenuhan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
pengertian sebagai suatu proses, cara, atau perbuatan memenuhi. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pemenuhan merupakan suatu perbuatan untuk melakukan
atau melaksanakan agar menjadi lengkap atau sempurna.
2.3 Keterbukaan Informasi
2.3.1 Pengertian Keterbukaan
Keterbukaan merupakan istilah yang berasal dari kata “terbuka”,
yang menunjukan arti mudah dipahami, nyata, dan jelas. Keterbukaan
merupakan perwujudan sikap jujur, rendah hati, adil serta mau menerima
pendapat dan kritik dari pihak lain. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, keterbukaan di artikan sebagai hal terbuka, perasaan toleransi
dan hati hati serta merupakan landasan untuk berkomunikasi.
Dari beberapa pengertian terkait keterbukaan diatas dapat
disimpulkan bahwa keterbukaan merupakan sebuah wujud nyata dari
tindakan yang mana merupakan perwujudan sikap jujur tanpa ada unsur
rekayasa atau manipulasi sedikitpun. Keterbukaan adalah keadaan yang
memungkinkan ketersediaan informasi yang dapat diberikan dan diapat
oleh masyarakat. Keterbukaan merupakan terminologi yang sangat
13
penting dan prinsip yang fundamental dalam pasar modal. Hal ini
dikarenakan jiwa dari pasar modal itu sendiri adalah keterbukaan.
2.3.2 Pengertian Informasi dan Fakta Material
Informasi merupakan instrumen yang sangat penting dan bernilai
dalam menggerakkan kegiatan di pasar modal. Oleh sebab itu
keterbukaan yang wajib disampaikan adalah keterbukaan yang
menyangkut informasi, peristiwa, kejadian atau fakta mengenai emiten
yang bersifat penting dan relevan. Di dalam pasar modal informasi
digunakan sebagai dasar dalam menentukan keputusan investor.13
Keputusan investor yang dimaksud disini ialah pengambilan keputusan
terkait informasi dalam hal memutuskan membeli atau menjual efek.14
Salah satu teori yang menghubungkan pengaruh informasi engan suatu
harga efek adalah efficient market hypothesis. Teori ini mengajarkan
bahwa suatu pasar akan efisien jika pergerakan harga dari suatu efek
yang di perdagangkan dipasar dapat merefleksikan ketersediaan
informasi serta harga bergerak secara simultan dengan suatu informasi
yang tidak bias.15
Informasi yang dikumpulkan merupakan informasi yang meliputi
fakta-fakta yang secara rasional dan objektif mempengaruhi nilai saham
perusahaan. Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal secara tegas menjabarkan makna dari informasi,
yaitu:
“Informasi atau fakta materiel adalah informasi atau fakta penting
dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat
mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.”
Namun Undang-Undang tidak menyebutkan apa saja yang termasuk
ke dalam informasi atau fakta material tersebut. Akan tetapi dalam 13 Irsan Nasarudin et.al., Op. cit, hlm. 232. 14 Ibid. 15 Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 105.
14
Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86/PM/ 1996 dan Peraturan
Nomor X.K.1 menyatakan:
“Informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat
mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal antara lain
sebagai berikut:
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau
pembentukan usaha patungan;
b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham
c. Pendapatan dari dividen yang luar biasan sifatnya;
d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e. Produk atau penemuan baru yang berarti;
f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen;
g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat
utang;
h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
material jumlahnya;
i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material;
j. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;
k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur
dan komisaris perusahaan;
l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain;
m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;
n. Penggantian wali amanat;
o. Perubahan tahun fiskal perusahaan.”
2.3.3 Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal di Indonesia
Keterbukaan informasi merupakan salah satu karakteristik khusus
yang dikenal dalam bidang pasar modal. Adapun yang dimaksud dengan
Prinsip keterbukaan yaitu, pedoman umum yang mensyaratkan Emiten,
Perusahaan Publik dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini
untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat
15
seluruh informasi materiil mengenai usahanya atau efeknya yang dapat
berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan
atau harga dari efek tersebut (asal 1 angka 25 UUPM).
Prinsip keterbukaan (full disclosure) didefiniskan sebagai
pengungkapan data perusahaan secara lengkap dan menyeluruh terkait
keadaan usahanya, baik dari segi keuangan, pengurus, manajemen
produksi maupun hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usahanya
dengan tujuan agar diketahui oleh publik. Tindakan ini diperlukan
sebagai upaya untuk memberikan informasi kepada publik untuk menilai
sekuritas yang diterbitkan dan dijual oleh perusahaan yang
bersangkutan.16
Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan
sekaligus merupakan jiwa pasar modal tu sendiri. Keterbukaan sebagai
jiwa pasar modal akan memberikan peluang bagi investor yang
memungkinkan sehingga dengan pertimbangan bagi investor secara
rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian dan
penjualan saham.
Prinsip keterbukaan informasi merupakan prinsip yang bertujuan
menjamin transparansi di pasar modal dalam rangka memfasilitasi
terbentuknya harga yang wajar serta menyediaka informasi untuk pelaku
dan otoritas pasar.17
Setidaknya terdapat tiga tujuan Keterbukaan di pasar modal menurut
Bismar Nasution, yaitu:18
1. Untuk menjaga kepercayaan investor (publik)
Hal ini sangat penting karena apabila terjadi krisis kepercayaan atau
ketidakpercayaan investor terhadap pasar modal, maka investor akan
menarik modalnya dari pasar yang akhirnya akan menyebabkan
kerusakan atau kehancuran pasar modal.
2. Menciptakan mekanisme pasar yang efisien
16 Normin S. Pakpahan, Kamus Hukum Ekonomi Elips, Edisi Pertama, Jakarta: Proyek Elips, Jakarta 1997, hlm. 37. 17 Cf. Deustche Borse, “Principle for a European Capital Markets Union: Strengthening Capital Markets to Foster Growth”, Policy Paper, 2015, hlm. 23. 18 Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, Jakarta 2001, hlm. 31.
16
Pasar yang efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan wajib, yang
dimana hal tersebut direfleksikan pada seluruh informasi publik yang
disampaikan secara tepat waktu dan penuh yang berpengaruh terhadap
harga saham.19
3. Memberikan perlindungan bagi investor
Salah satu tujuan penting dengan adanya keterbukaan ialah
memberikan perlindungan kepada investor, karena apabila terdapat
penipuan dalam bentuk perbuatan yang menyesatkan sehingga
menimbulkan (missrepresentasion), maka perlindungan investor
tersebut dilihat dari sisi ketentuan sebagaimana diatur dalam
KUHPerdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham.
Dari ketiga tujuan yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa adanya prinsip keterbukaan pada pasar modal diperlukan agar
investor terhindar dari penipuan dan untuk melindungi investor (publik)
agar tidak mengalami kerugian karena membeli saham yang tidak sehat,
karena emiten tidak dapat menutup-nutupi siapa dirinya. Keterbukaan
juga dapat mengurangi tingkat kejahatan di pasar modal atau manipulasi
pasar.20
Dikarenakan sangat fundamentalnya prinsip keterbukaan dalam
pasar modal, maka hal ini diatur dalam UUPM sebagai dasar hukum bagi
para pelaku pasar modal terutama emiten untuk melaksanakan kegiatan
pada pasar modal.
a. Pasal 85 UUPM
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek,
Penasihat Investasi, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, Wali
Amanat dan pihak lainnya yang telah memperoleh izin, persetujuan,
atau pendaftaran dari Bapepam21 wajib menyampaikan laporan
kepada Bapepam.
b. Pasal 86 UUPM 19 Brad M. Barber, Paul A. Griffin dan Baruch Lev, “The Fraud-on-the Market Theory and Indicators of Common Stock’ Efficiency,” The Journal of Corporation Law, (Winter, 1994), hlm. 294. 20 Hana Horak, Kosjenka Dumancic, “Transparency And Disclosure As Key Element For Companies And Markets” Kroasia, hlm. 12. 21 Bapepam adalah Badan Pengawas Pasar Modal yang sekarang tugas dan tanggung jawabnya telah beralih ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
17
1) Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif atau
Perusahaan Publik wajib:
a) Menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam dan
mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat; dan
b) Menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan
kepada masyarakat tentang peristiwa materiil yang dapat
mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari
kerja kedua setelah terjadinya peristiwa tersebut.
2) Emiten atau perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya
telah menjadi efektif dapat dikecualikan dari kewajiban untuk
menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam.
c. Pasal 87 UUPM
1) Direktur atau Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik wajib
melaporkan kepada Bapepam atas kepemilikan dan setiap
perubahan kepemilikannya atas saham perusahaan tersebut.
2) Setiap pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5% (lima
perseratus) saham Emiten atau Perusahaan Publik wajib
melaporkan kepada Bapepam atas kepemilikan dan setiap
perubahan kepemilikannya atas saham tersebut.
3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib
disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya
kepemilikan datau perubahan kepemilikan atas saham Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut.
Norma-norma yang terdapat dalam Undang-Undang No.8 Tahun
1995 menginginkan tegaknya prinsip keterbukaan. Selain dari pasal-
pasal yang telah dijabarkan di atas terdapat beberapa pasal lainnya yang
mendukung keterbukaan yaitu Pasal 40, 72, 75, 78, 79, 81, 82, 83 dan 84.
Peraturan terkait prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia tersebar
dalam beberapa peraturan serta keputusan lainnya.
Adapun peraturan lainnya yang mengatur terkait prinsip keterbukaan
ialah peraturan Bapepam yang tercantum dalam:22
22 Irsan Nasarudin et.all., Op.cit, hlm. 235-236.
18
a. Peraturan No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan.
b. Peraturan No.X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Berkala.
c. Peraturan No.X.K.5 tentang Keterbukaan Informasi bagi Emiten atau
Perusahaan yang Dimohonkan Pailit.
d. Peraturan No.IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.
e. Peraturan No.IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
f. Peraturan No.X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana
Hasil Penawaran Umum.
g. Peraturan No.IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi
Tertentu.
h. Peraturan No.X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang harus segera
diumumkan kepada Publik.
i. Peraturan No.IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksaan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
j. Peraturan No.IX.C.3 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Prospektus dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMTED).
2.4 Mekanisme Keterbukaan Informasi
Pelaksanaan prinsip keterbukaan yang paling awal dalam mekanisme
pasar modal sudah dimulai pada saat perusahaan memasuki tahap
prapencatatan pernyatan pendaftaran keterbukaan dimulai pada saat suatu
perusahaan akan melakukan penawaran umum. Dalam proses inilah emiten
tersebut wajib menginformasikan seluruhnya kepada publik atau investor
melalui media prospektus. Selain itu emiten juga memiliki kewajiban untuk
melaksanakan prinsip keterbukaan setelah melakukan penawaran umum.
2.4.1 Keterbukaan Informasi Saat Penawaran Umum
Perusahaan yang akan melakukan penawaran umum wajib menyampaikan
pernyataan pendaftaran kepada Bapepam dan baru agar dapat melakukan
19
penjualan efek kepada masyarakat apabila pernyataan pendaftarannya telah
dinyatakan efektif oleh Bapepam. Hal ini juga diatur dalam Pasal 70 ayat (1)
UUPM bahwa: yang dapat melakukan penawaran umum hanyalah emiten yang
telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk
menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaran
tersebut telah efektif. Kewajiban menyampaikan pernyataan pendaftaran juga
diatur dalam Peraturan IX.A.2 Kep-122/BL/2009 Keputusan Bapepam No.
Kep-25/PM/2003 tentang Tata Cara Pendaftaran dalam Rangka Penawaram
Umum.
Mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaraan diatur dalam Peraturan
IX.C.1, Keputusan Bapepam No. Kep-113/PM/1996 yang diubah dengan
Keputusan Bapepam No. Kep-42/PM/2000 tentang Pedoman Mengenai
Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum, yaitu
sekurang kurangnya memuat:
1. Surat pengantar pernyataan pendaftaran.
2. Prospektus.
3. Prospektus ringkas.
4. Prospektus awal.
5. Dokumen lain yang berupa:
a. Rencana jadwal penawaran umum;
b. Contoh surat efek;
c. Laporan keuangan yang telah diaudit akuntan;
d. Surat dari akuntan (comfort letter) dalam hal terjadi perubahan keadaan
keuangan setelah tanggal laporan keuangan diaudit akuntan;
e. Surat pernyataan emiten di bidang akuntansi;
f. Keterangan lebih lanjut tentang prakiraan atau proyeksi jika dicantumkan
dalam prospektus;
g. Laporan pemeriksaaan pendapat dari segi hukum
h. Riwayat hidup dari anggota komisaris dan direksi;
i. Perjanjian penjaminan emisi;
j. Perjanjian perwaliamanatan;
k. Perjanjian penanggungan;
20
l. Perjanjian pendahuluan dengan bursa efek (jika di catatkan di bursa
efek);
m. Informasi lain sesuai permintaan Bapepam yang dipandang perlu dalam
penelaah pendaftaran, sepanjang dapat diumumkan kepada masyarakat
tanpa merugikan kepentingan emiten atau pihak lain yang terafiliasi
dalam proses penawaran umum;
n. Peringkat yang dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat efek atas
obligasi atau efek yang bersifat utang lainnya;
o. Pernyataan tentang kelengkapan dokumen penawaran umum dari emiten,
penjamin pelaksana emisi efek dan profesi penunjang pasar modal.
Pada saat penawaran umum, keterbukaan yang penting untuk dilakukan
ialah public expose. Public expose merupakan suatu cara dimana emiten dan
pihak lain yang terlibat menerangkan kepada publik mengenai keadaan emiten.
Public expose dilakukan sepanjang dilaksanakannya penawaran efek kepada
publik pada pasar perdana.
2.4.2 Keterbukaan Informasi Setelah Penawaran Umum
Setelah penawaran umum dinyatakan efektif, emiten masih memiliki
kewajiban untuk menyampaikan informasi dan fakta-fakta yang penting dan
relevan yang dapat mempengaruhi keputusan investasi. Disclosure ini disebut
dengan continuing disclosure dan harus disampaikan kepada Bapepam,
diumumkan kepada publik serta menjadi dokumen publik. Adapun laporan
yang wajib dibuat dan disampaikan oleh emiten yaitu, laporan berkala, laporan
tahunan, dan laporan realisasi penggunaan dan hasil penawaran umum serta
keterbukaan informasi insidental atas fakta/informasi material.
1. Laporan Berkala
Pasal 86 ayat (1) huruf a UUPM mengenai Pelaporan dan
Keterbukaan Informasi membebankan kewajiban kepada emiten untuk
menyampaikan laporan secara berkala Bapepam dan mengumumkan
laporan berkala tersebut kepada masyarakat. Pada penjelasan pasal 86 huruf
(a) UUPM disebutkan bahwa laporan berkala berisi informasi berkala
21
tentang kegiatan usaha dan keuangan emiten. Sedangkan mengenai laporan
keauangan berkala menurut peraturan X.K.2 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala adalah laporan keuangan tahunan
dan laporan keuangan tengah tahunan. Adapun laporan keuangan berkala
yang harus disampaikan ke Bapepam terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan saldo laba, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan jenis industrinya.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan oleh emiten dalam
menyampaikan laporan keuangan tahunan:
1. Disajikan dalam Bahasa Indonesia.
2. Harus disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya.
3. Disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia.
4. Disertai laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim.
5. Disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ke-3
setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
6. Laporan tahunan tersebut menjadi salah satu bagian dari laporan tahunan
untuk keperluan RUPS.
7. Wajib diumumkan kepada masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi dan laporan lain
dalam sekurang kurangnya dua surat kabar harian berbahasa
Indonesia yang satu mempunyai peredaran nasional dan lainnya terbit
di tempat kedudukan emiten atau perusahaan publik. Sedangkan untuk
perusahaan menengah atau kecil wajib mengumumkan sekurang
kurangnya 1 (satu) surat kabar berbahasa Indonesia yang berperedaran
nasional.
b. Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi dan laporan lain yang
diumumkan tersebut harus sama dengan laporan keuangan tahunan
yang disampaikan kepada Bapepam.
22
c. Pengumuman tersebut selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga
setelah tanggal laporan keuangan tahunan dan harus memuat opini
dari akuntan.
d. Bukti pengumuman tersebut harus memuat disampaikan kepada
Bapepam selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal
pengumuman.
Adapun untuk laporan keuangan tengah tahunan, hal -hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Disampaikan kepada OJK selambat-lambatnya dalam jangka waktu:
a. Akhir bulan I setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika
tidak ada laporan akuntan;
b. Akhir bulan II jika ada laporan akuntan dalam rangka penelaahan
terbatas; dan
c. Akhir bulan III jika ada laporan akuntan yang memberikan pendapat
tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Laporan keuangan tengah tahunan disusun berdasarkan prinsip yang
sama dengan laporan keuangan tahunan.
3. Dalam mengumumkan laporan keuangan tengah tahunan, perusahaan
lain wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi, dan laporan lain
yang bentuk dan isinya harus sama dengan yang disajikan dalam laporan
tengah tahunan yang disamapaikan kepada OJK.
2. Laporan Tahunan
Pasal 1 angka 1 POJK No. 29/POJK.04/2016 tentang Laporan
Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik memuat definisi laporan tahunan
yaitu, laporan pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris dalam
melakukan pengurusan dan pengawasan terhadap emiten atau perusahan
publik dalam kurun waktu 1 (satu) tahun buku kepada RUPS yang disusun
berdasarkan ketentuan dalam POJK. Ketentuan ini diatur dalam Keputusan
Ketua Bapepam No. Kep-36/PM/2003 Peraturan No. X.G.2 tentang
Laporan Tahunan Angka 1 mewajibkan emiten dan perusahaan publik
untuk menyampaikan laporan tahunan serta Keputusan Ketua Bapepam
23
No.Kep-80/PM/1996 Peraturan No. X.K.2 mengenai Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.
Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting,
analisi dan pembahasan umum oleh manajemen, laporan keuangan yang
telah diaudit dan laporan manajemen.
3. Laporan Realisasi Penggunaan Dana
Ketentuan mengenai laporan realisasi penggunaan dana hasil
penawaran umum diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-
81/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 Peraturan X.K.4 dan POJK No.
30/POJK.04/2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil
Penawaran Umum. Emiten yang memperoleh dana dari masyarakat setelah
listing di bursa wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana
hasil penawaran umum kepada Bapepam. Realisasi penggunaan dana hasil
penawaran umum tersebut harus dipertanggungjawabkan dalam RUPS
tahunan dan/atau kepada wali amanat. Dalam hal ada sisa dana dari
penggunaan dana tersebut, perlu fakta atau informasi material yang
mempengaruhi harga efek atau keputusan pemodal harus dilaporkan kepada
Bapepam dan diumumkan kepada publik. Keterbukaan informasi ini sifanya
insidentil (timely disclosure) yaitu dalam hal ada fakta atau informasi
material yang harus diungkapkan oleh emiten atu perusahaan publik.
Laporan ini dibuat secara berkala setiap 3 (tiga) bulan, yaitu pada
bulan Maret, Juni, September dan Desember dan selambat-lambatnya
disampaikan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Jika ada perubahan
penggunaan dana, maka harus dilaporkan terlebih dahulu kepada Bapepam,
harus mendapatkan persetujuan wali amanat dan Rapat Umum Pemegang
Obligasi (Selanjutnya disebut sebagai “RUPO”) untuk emisi obligasi.
4. Keterbukaan Informasi Insidential atas Fakta/Informasi Material
Menurut pasal 2 Peraturan OJK 31/POJK.04/2015 emiten atau
perusahaan publik wajib menyampaikan laporan informasi atau fakta
material kepada OJK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat 2
(dua) hari setelah terdapatnya informasi atau fakta material. Informasi atau
fakta material merupakan informasi yang relevan terkait suatu peristiwa
24
atau kejadian yang dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi
atau fakta tersebut. Menurut penjelasan pasla 1 angka 7 UUPM, informasi
atau fakta material antara lain, berupa:
a. Penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan
usaha (consolidation), pembentukan usaha patungan;
b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham (stock dividend);
pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya; perolehan atau
kehilangan kontrak penting; produk atau penemuan baru yang berarti;
perubahan tahun buku perusahaan; dan perubahan dalam pengendalian
atau perubahan penting dalam manajemen.
Selain itu ada beberapa fakta material yang harus dilaporkan dan
diumumkan, antara lain:
a. Kegagalan pembayaran dan kepailitan
Keterbukaan informasi bagi emiten atau perusaahn publik yang dimohonkan
pailit, hal ini diatur Peraturan Bapepam No. X.K.5 (Lampiran Keputusan
Bapepam No. Kep-46/PM/1998) dimana dijelaskan bahwa waktu pelaporan
sesegera mungkin, paling lambat hari ke-2 (kedua) sejak emiten
mengalami kegagalan, mengetahui ketidakmampuan menghindari
kegagalan, atau mengetahui adanya pernyataan pailit. Sementara kondisi
yang mewajibkan keterbukaan informasi adalah adalah kondisi dimana:
1. Gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan memenuhi kewajiban
kepada pihak yang tidak terafiliasi.
2. Emiten yang diajukan ke pengadilan untuk dimohonkan pernyataan
pailit.
b. Perubahan kepemilikan saham
Keterbukaan informasi dalam hal terjadi perubahaan kepemilikan saham
diatur dalam pasal 87 UUPM, bahwa:
1. Direktur atau komisaris emiten atau perusahaan publik wajib melaporkan
kepada Bapepam atas kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikannya
atas saham perusahaan tersebut.
2. Setiap pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus)
saham emiten atau perusahaan publik wajib melaporkan kepada
25
Bapepam atas kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikannya atas
saham tersebut.
3. Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib
disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya
kepemilikan datau perubahan kepemilikan atas saham emiten atau
perusahaan publik tersebut. Laporan ini sekurang-kurangnya meliputi
nama, tempat tinggal dan kewarganegaraan; jumlah saham yang dibeli
atau dijual; harga pembelian dan penjualan persaham; tanggal transaksi;
dan tujuan dari transaksi.
c. Transaksi material dan perubahan usaha emiten
Keterbukaan informasi dalam hal emiten dan perusahaan publik yang
melakukan transaksi material dan perubahaan usaha utama wajib unruk
mengumumkan dalam satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang
berperedaran nasional dan menyampaikan laporan kepada Bapepam dalam
waktu 28 (duapuluh delapan) hari sebelum menyelenggarakan RUPS
(Peraturan IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan
Usaha Utama).
d. Keterbukaan informasi pemegang saham tertentu
Keterbukaan informasi pemegang saham tertentu, diatur dalam Peratuan
Bapepam No.X.M.1. Bapepam mengatur direktur atau komisaris emiten
atau perusahaan publik wajib melaporkan kepada Bapepam atas
kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikannya atas saham perusahaan
tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya
transaksi, dan kewajiban tersebut juga berlaku bagi setiap pihak yang
memiliki 5%(lima perseratus) atau lebih saham yang disetor. Kemudian
Salinan dari laporan yang diisyaratkan dalam peraturan ini harus tersedia
untuk dilihat umum dan dapat disalin di Bapepam.23
e. Penawaran tender (tender offer)
Menurut Pasal 83 UUPM, setiap pihak yang melakukan penawaran tender
untuk membeli efek emiten atau perusahaan publik wajib mengikuti
ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran dan pelaporan yang ditetapkan
oleh Bapepam. Seluruh informasi yang dimuat dalam pernyataan penawaran
23 Peraturan Bapepam X.M.1
26
tender sukarela wajib diumumkan dalam paling sedikit 2 (dua) surat kabar
harian berbahasa Indonesia, salah satu diantaranya berperedaran nasional,
pada tanggal yang bersamaan dengan penyampaian pernyataan penawaran
tender sukarela kepada Bapepam dan LK. Disamping kewajiban
mengumumkan dalam surat kabar, informasi tersebut juga dapat
diumumkan dalam media massa yang lain.
f. Benturan kepentingan
Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan (emiten/perusahaan publik) dan kepentingan ekonomis pribadi
direksi, komisaris, pemegang saham utama atau pihak terafiliasi (Pasal 1
huruf d Peraturan No.IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan). Dalam hal
terdapat benturan kepentingan transaksi material, perubahan keiatan utama
atau pengambilalihan perusahaan terbuka, maka emiten atau perusahaan
publik harus memenuhi persyaratan keterbukaan informasi.
g. Keterbukaan informasi dalam hal terjadi penggabungan, peleburan dan
pengambilalihan
Emiten dan perusahaan publik yang melakukan penggabungan, peleburan
atau pengambilalihan perusahaan lain wajib mengikuti ketentuan mengenai
keterbukaan, kewajaran dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 84 UUPM). Ketentuan
mengenai penggabungan usaha perusahaan publik atas emiten diatur lebih
lanjut dalam peraturan X.G.1 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan
Usaha Perusahaan Publik atau Emiten, dan Peraturan IX.H.1 tentang
Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.
2.5 Penawaran Umum
Keterbukaan infromasi di pasar modal diawali dengan emiten yang akan
melakukan penawaran umum. Adapun arti dari penawaran umum dimuat dalam
Pasal 1 angka 15 UUPM yaitu:
“Penawaran umum (public offering) yaitu kegiatan penawaran efek yang
dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata
cara yang diatur dalam peraturan pasar modal.”
27
Adapun menurut Black Law Dictionary, Initial Public Offering (IPO)/Penawaran
Umum adalah “a company’s first public sale of stock; a first offering of an issuer
equity securities to public through a registration statement.”24 Berdasarkan definisi
ini, penawaran umum merupakan penjualan saham oleh perusahaan untuk pertama
kali ke investor/publik.
Penawaran umum terbagai menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu tahapan sebelum
penawaran umum (pra-emisi), penawaran umum (emisi), dan setelah penawaran
umum (pasca emisi), yang dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 2.2 Tahapan Pra-Emisi
24 Bryan A. Garner, Black Law Dictionary, (United State of America: West Publishing, 2009), hlm. 1189.
1. Image building dan house cleaning 2. Due diligence 3. Rencana Go Public 4. Perubahan AD 5. RUPS 6. Penunjukan: - penjamin emisi - profesi penunjang - lembaga penunjang
7. Penyiapan dokumen 8. Konfirmasi agen penjual oleh emisi 9. Kontrak pendahuluan dengan Bursa 10. Public expose
1. Emiten menyampaikan pernyataan pendaftaran 2. Ekspose terbatas di BAPEPAM 3. Evaluasi atas kelengkapan dokumen; kecukupan dan kejelasan informasi; keterbukaan aspek hukum, akuntansi, keuangan dan manajemen. 4. Komentar tertulis dalam 30 hari 5. Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif
28
Gambar 2.3 Tahapan Penawaran Umum
Gambar 2.4 Tahapan Pasca Emisi
2.6 Pelanggaran terhadap Prinsip Keterbukaan
Pelanggaran di bidang pasar modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu
antara lain objek dari pelanggaran tersebut ialah informasi. Berikut ini diuraikan
secara lebih terperinci jenis-jenis pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan:
1. Penipuan
Tindakan penipuan menurut UUPM Pasal 90 huruf c adalah membuat
pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat dengan maksud untuk menguntungkan
atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau pihak lain
dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Dengan tetap memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana(KUHP), UUPM memberikan spesifikasi mengenai
1. Pengumuman dan pendistribusian prospektus 2. Penawaran efek oleh penjamin emisi dan agen penjual 3. Pemesanan efek 4. Penjatahan efek 5. Pengembalian dana 6. Penyerahan efek
1. Emiten mencatatkan efeknya di bursa 2. Perdagangan efek di bursa
Pasca Emisi
Pelaporan: 1. Laporan Berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah tahun 2. Laporan isedentil (kejadian penting dan relevan), misalnya akuisisi, pemggantian direksi
29
pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek, yang
meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan efek yang terjadi di
dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun di luar bursa
efek emiten atau perusahaan publik.
2. Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut UUPM Pasal 91 adalah tindakan yang dilakukan oleh
setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau
harga efek di bursa efek. Manipulasi pasar adalah The illegal buying or selling
of security to create the false impression that active trading exist in an effort to
convince other people to buy more share or sell the ones they own.
Manipulation is done to influence prices so the person doing the manipulating
can achieve a more advantageous market.25 Adapun menurut Thomas B. Hatch
dan Thomas C. Mahlum manipulasi adalah “the intentional creation of an
artificial price by other than legitimate supply and demand”26. Ketentuan
mengenai manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91,92, dan 93 UUPM.
Beberapa pola manipulasi pasar adalah:
• Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk
memengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false
information).
• Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak
lengkap (misinformation).
Terdapat beberapa jenis manipulasi pasar yang sering kali terjadi dalam
perdagangan efek antara lain:
a. Marking the close
Marking the close, yaitu merekayasa harga permintaan atau penawaran efek
pada saat atau mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan
membentuk harga efek atau harga pemvukaan yang lebih tinggi dari pada
hari perdagangan berikutnya.
b. Painting the tape
25 R.J. Shook and Robert L. Shook, “The Wall Street Dictionary”, hlm. 234. 26 Thomas B. Hatch and Thomas C. Mahlum, “Definining Market Manipulation: Lessons From The Commodity Position Limit Rules”, Futuremag, hlm.1
30
Painting the tape, yaitu kegiatan perdagangn antara rekening efek satu
dengan rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak
atau mempunyai keterkaitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan
semu.
c. Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi atau akusisi
d. Cornering the market
Cornering the market, yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat
menguasi pasar (menyudutkan pasar).
e. Pools
Pools, yaitu merupakan penghimpunan dan jumlah besar oleh sekelompok
investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang
memahami kondisi pasar.
f. Wash sales
Order beli dan order jual antara anggota asosiasi dilakuka pada saat yang
sama dimana tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek.
Manipulasi tersebut dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat
gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian
yang sesungguhnya.
3. Insider Trading (perdagangan orang dalam)
Insider Trading merupakan transaksi efek yag dilakukan orang dalam
berdasarkan informasi orang dalam yang belum dibuka kepada publik. Black
law dictionary memberikan definisi insider trading yaitu: the deceitful
acquisition and misuse of information that properly belongs to person to whom
one owes duty27 (perolehan informasi secara curang dan menggunakan informasi
tersebut yang dimiliki orang yang memilki tugas/kewajiban penting di
perusahaan). Dalam Pasal 95, 96 dan 97 UUPM ditentukan bahwa pihak yang
mempunyai informasi orang dalam, baik dia merupakan orang dalam atau bukan
dilarang melakukan
pembelian atau penjualan atas efek emiten atau perusahaan publik dimaksud
atau perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan
publik yang bersangkutan.
Perdagangan orang dalam mengandung beberapa unsur, yaitu:
27 Bryan A. Garner, Op. cit., hlm. 866.
31
a. Adanya perdagangan efek
b. Dilakukan oleh orang-orang dalam perusahaan
Menurut Pasal 95 UUPM, orang dalam meliputi:
1. Komisaris, direktur atau pegawai emiten atau perusahaan publik.
2. Pemegang saham utama emoten atau perusahaan publik.
3. Orang perorangan yang karena kedudukannya atau profesinya atau
karena hubungan usaha dengan emiten atau perusahaan publik.
4. Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak
sebagaimana dimaksud diatas.
c. Adanya inside information
Lucy Fergusson memberikan definisi inside information sebagai: as
information of a precise nature that not generally available but, if made
generally available, would be likely to have significant effect on the price of
the company’s securites and investment decision.28
d. Informasi itu belum diungkap dan terbuka untuk umum
Informasi orang dalam merupakan infromasi material yang belum terbuka
untuk umum. Namun ada yang berpendapat bahwa informasi belum terbuka
untuk umum apabila belum disebarkan secara luas dan dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai dasar melakukan transaksi di pasar modal.29
e. Tujuan untuk mendapatkan keuntungan
2.7 Penerapan Sanksi
2.7.1 Pengertian Penerapan Sanksi
Sanksi memiliki makna sebagai penderitaan yang diberikan dengan
sengaja oleh seseorang sesudah sesuatu terjadi suatu pelanggaran, kejahatan
dan kesalahan. Menurut black law dictionary sanksi adalah a penalty or
coercive measure that result from failure to comply with a law, rule or order
(a sanction for discovery abuse)30 yang berarti hukuman atau tindakan
memaksa yang dihasilkan dari kegagalan dalam mematuhi undang-undang,
28 Lucy Fergusson, “European Union: Marker Abuse- The EU Directive on Insider Trading Dealing and Market Manipulation,” hlm.2. 29 Amex Guideance “Insider Trading and Tipping” Genesis, 2001. 30 Bryan A. Garner, Op. cit., hlm. 4177.
32
aturan atau perintah. Sedangkan pengertian sanksi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan tanggungan (tindakan atau hukuman) untuk
memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan perundang-
undangan.31
Menurut Hans Kelsen, sanksi didefinisikan sebagai reaksi koersif
masyarakat atas tingkah laku manusia (fakta sosial) yang menggangu
masyarakat. Dalam pandangan Hans Kelsen setiap sistsem norma bersandar
pada sanksi. Hukum merupakan sebuah sistem paksaan yang dirancang untuk
menjaga tingkah laku sosial tertentu. Setiap norma dapat dikatakan legal
apabila dilekati sanksi, walaupun norma tersebut berhubungan dengan norma
lainnya.32
Dari beberapa pengertian yang telah dijabarkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hukum memiliki sifat yang mengatur dan juga memaksa,
begitupun dengan sanksi. Sanksi merupakan dampak dari adanya pelanggaran
yang dianggap merugikan masyarakat sebagai akibatnya. Oleh sebab itu
dengan cara memaksa, maka suatu penderitaan dikenakan terhadap seseorang
ataupun badan hukum dengan paksa walaupun yang bersangkutan tidak
menghendakinya,
2.7.2 Teori Sanksi
Teori-teori tentang sanksi hukuman pelanggaran menurut Good dan
Grophy seorang ahli psikologi sebagaimana yang dikutip oleh Suharsimi
Arikunto mengenai hukuman sebagai berikut:
1. Teori kesenggangan
Teori ini menyatakan bahwa dengan diberikannya hukuman kepada subjek
yang melakukan kesalahan tindakan akan menyebabkan hubungan rangsang-
reaksi antara tindakan salah dengan hukuman menjadi renggang.
2. Teori penjeraan
Teori ini menyatakan bahwa jika subjek mendapat hukuman tidak akan
mengulangi lagi perbuatan yang menyebakan timbulnya hukuman semula.
3. Teori sistem motivasi
31 KBBI definisi sanksi https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sanksi 32 Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manulang, 2007, Pengantar Ke Filsafat Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 84.
33
Teori ini menyatakan bahwa jika individu mendapat hukuman maka akan
terjadi perubahan dalam sistem motivasi
2.7.3 Jenis-Jenis Sanksi
a. Sanksi Pidana
Sanksi pidana merupakan sanksi yang berifat lebih tajam jika
dibandingkan dengan pemberlakuan sanksi pada hukum perdata
maupun dalam hukum administrasi. Pendekatan yang di bangun adalah
sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan mengatasi kejahatan
melalui hukum pidana dengan pelanggaran dikenakan sanksinya berupa
pidana. Menurut Roeslan Salen, pidana adalah reaksi atas delik dan ini
berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada
pembuat delik. Wujud atau sifat perbuatan pidana itu adalah melawan
hukum dan/atau perbuatan-perbuatan tersebut juga merugikan
masyarakat, dalam arti bertentangan dengan norma-norma yang di
kehidupan masyarkat sehari-hari yang dianggap baik dan adil. Namun,
perbuatan seseorang dikatakan sebagai tindak pidana apabila perbuatan
tersebut telah tercantum dalam undang-undang. Dengan kata lain, untuk
mengerahui perbuatan tersebut dilarang atau tidak, harus dilihat dari
undang-undang.33
Sumber hukum pidana di Indonesia merupakan kitab undang-undang
hukum pidana (KUHP) sebagai induk aturan umum dan peraturan
perundang-undangan khusus lainnya di luar KUHP. Sebagai induk
aturan umum, KUHP mengikat peraturan perundang-undangan khusus
di luar KUHP. Namun, dalam hal-hal tertentu peraturan perundang-
undangan khusus tersebut dapat mengatur sendiri atau berbeda dari
induk aturan umum.
b. Sanksi Perdata
Bentuk sanksi perdata dapat berupa kewajiban untuk memenuhi
prestasu dan atau hilangnya keadaan hukum, diikuti dengan terciptanya
suatu keadaan hukum baru. Bentuk putusan yang dijatuhkan hakim
dapat berupa:
33 Samsul Ramli dan Fahrurrazi, hlm. 192.
34
1. Putusan constitutif yakni putusan yang menghilangkan suatu
keadaan hukum dan menciptakan hukum baru, contohnya ialah
putusan perceraian pada suatu ikatan perkawinan.
2. Putusan condemnatoir yakni putusan yang bersifat menghukum
pihak yang dikalahkan untuk memenuhi kewajibannya, contohnya
ialah putusan hukum untuk wajib membayar kerugian pihak
tertentu.
3. Putusan declatoir yakni putusan yang amarnya meciptakan suatu
keadaan sah menurut hukum, menerangkan dan menegaskan suatu
keadaan hukum semata-mata, contohnya ialah putusan sengketa
tanah atas penggugat atas kepemilikan yang sah.34
c. Sanksi Administratif
Pada hakikatnya, hukum administrasi negara menjalankan fungsinya
untung melindungi warga terhadap sikap administrasi negara, serta
melindungi administrasi negara itu sendiri. Peran pemerintah yang
dilakukan oleh perlengkapan negara atau administrasi negara harus
diberi landasan hukum yang mengatur dan melandasi administrasi
negara dalam melaksanakan fungsinya. Hukum yang memberikan
landasan tersebut dinamakan hukum adminstrasi negara. Sanksi dalam
hukum administrasi adalah alat kekuasaan yang bersifat hukum publik
yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum
administrasi negara. Jenis sanksi administrasi dapat dilihat dari segi
sasarannya yaitu:
1. Sanksi reparatoir, artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi
atas pelanggaran norma, yang ditujukan untuk mengembalikan
pada kondisi semula sebelum terjadinya pelanggaran.
2. Sanksi punitif, artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan
hukuman pada sesorang, misalnya berupa denda adminsitratif.
34 Ibid hlm. 193.
35
3. Sanksi regresif, adalah sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang terdapat pada ketetapan
yang diterbitkan.35
2.8 Kasus Pelanggaran Keterbukaan Informasi
Berikut ialah kasus-kasus yang akan digunakan dalam menganalisis
pelanggaran atas keterbukaan informasi:
Tabel 2.1 Kasus Pelanggaran Keterbukaan Informasi
No. Nama Emiten Pelanggaran Keterbukaan
Informasi
Peraturan Yang Dilanggar
1 PT Bank Mashiil Utama,
Tbk. (1996)
Keterlambat menyampaikan
laporan insidential
Pasal 86 ayat (1) huruf b UUPM dan
Peraturan X.K.1 tentang keterbukaan
informasi yang harus segera
diumumkan kepada publik
2 PT Lippo E-net, Tbk. (1999-
2000)
Melakukan pemberian informasi
yang menyesatkan (misleading
information)
Pasal 93 UUPM dan peraturan IX.E.1
transaksi material dan perubahan
kegiatan usaha utama.
3 PT Central Korporindo
International, Tbk. (2001)
Pelanggaran laporan realisasi
penggunaan dana hasil penawaran
umum
Peraturan X.K.4 tentang laporan
realisasi penggunaan dana hasil
penawaran umum dan VIII.G.7 tentang
pedoman penyajian laporan keuangan
4 PT Jakarta International
Hotels and Development,
Tbk. (2002)
Terjadinya benturan kepentingan Pasal 82 ayat (2) UUPM dan peraturan
IX.E.1 transaksi material dan
perubahan kegiatan usaha utama
5 PT Kopitime Dot Com, Tbk.
(2002)
Tidak melakukan publikasi
keterbukaan informasi (public
expose) atau penyampaian
informasi kepada publik dan
keterlambatan menyampaikan
laporan insidential
Pasal 86 ayat (1) huruf b UUPM dan
peraturan X.K.1 tentang keterbukaan
informasi yang harus segera
diumumkan kepada publik
35 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafinfo, (Jakarta:2006), hlm. 315.
36
6 PT Lippo Bank, Tbk. (2002-
2003)
Tidak dilakukannya audit atas
laporan keuangan (misleading
information)
Pasal 93 UUPM
7 PT Perusahaan Gas Negara,
Tbk. (2006-2007)
Melakukan pemberian informasi
material yang tidak benar, tidak
melakukan publikasi keterbukaan
informasi dan melakukan insider
trading
Pasal 86 ayat (1) huruf b jo peraturan
X.K.1 tentang keterbukaan informasi
yang harus segera di publikasikan
kepada publik 93 dan Pasal 95 UUPM
8 PT Bakrie and Brothers,
Tbk. dengan PT Bakrie
Sumatera Plantation, Tbk.
(2010)
Pelanggaran transaksi material
dan penyajian laporan keuangan
Pasal 82 ayat (2) UUPM jo Peraturan
IX.E.2 tentang transaksi material dan
Pasal 69 ayat (1) UUPM jo Peraturan
VIII.G.7 tentang penyajian laporan
keuangan