bab 2 landasan teori fix okthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00439-ti bab 2.pdf · ... toyota...

54
10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Lean (Lean Production System) 2.1.1 Sejarah Sistem Produksi Lean Istilah “Lean” yang dikenal luas dalam dunia manufacturing dewasa ini dikenal dalam berbagai nama yang berbeda seperti: Lean Production, Lean Manufacturing, Toyota Production System, dan lain-lain. Secara singkat, periode tahun awal mula munculnya Lean adalah: - Tahun 1902, Sakichi Toyoda membuat sebuah mesin tenun yang dapat berhenti sendiri jika terjadi gangguan. Yang sekarang ini dikenal sebagai Jidoka. - Tahun 1913, Henry Ford menerapkan produksi dengan aliran yang tidak terputus (the flow of production) dan lini perakitan untuk produksi massal. Namun, masalah yang dihadapi adalah ketidakmampuan untuk memproduksi lebih dari satu variasi mobil. - Tahun 1930-an, setelah perang dunia kedua, Kiichiro Toyoda, Taiichi Ohno, Shigeo Shingo dan keluarga Toyoda menemukan sistem produksi yang fleksibel (one-piece flow) yang didukung dengan ditemukannya sistem tarik (pull system) dimana proses dapat memproduksi sejumlah produk sesuai yang dibutuhkan.

Upload: doankhanh

Post on 10-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Produksi Lean (Lean Production System)

2.1.1 Sejarah Sistem Produksi Lean

Istilah “Lean” yang dikenal luas dalam dunia manufacturing dewasa ini

dikenal dalam berbagai nama yang berbeda seperti: Lean Production, Lean

Manufacturing, Toyota Production System, dan lain-lain. Secara singkat, periode

tahun awal mula munculnya Lean adalah:

- Tahun 1902, Sakichi Toyoda membuat sebuah mesin tenun yang dapat

berhenti sendiri jika terjadi gangguan. Yang sekarang ini dikenal sebagai

Jidoka.

- Tahun 1913, Henry Ford menerapkan produksi dengan aliran yang tidak

terputus (the flow of production) dan lini perakitan untuk produksi massal.

Namun, masalah yang dihadapi adalah ketidakmampuan untuk memproduksi

lebih dari satu variasi mobil.

- Tahun 1930-an, setelah perang dunia kedua, Kiichiro Toyoda, Taiichi Ohno,

Shigeo Shingo dan keluarga Toyoda menemukan sistem produksi yang

fleksibel (one-piece flow) yang didukung dengan ditemukannya sistem tarik

(pull system) dimana proses dapat memproduksi sejumlah produk sesuai yang

dibutuhkan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

11

- Tahun 1950-an, Shigeo Shingo mengembangkan sistem yang dikenal sebagai

SMED (Single Minute Exchange of Dies).

- Kemudian sistem persediaan Just-In-Time dikembangkan dan sistem lain

seperti Kanban dan Kaizen yang mendukung terbentuknya sistem produksi

Lean.

2.1.2 Sistem Produksi Lean

Sistem produksi Lean atau yang lebih dikenal sebagai Lean adalah suatu

upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan

nilai tambah (value added) produk (barang/ jasa) agar memberikan nilai kepada

pelanggan (customer value).

Selain itu terdapat pula definisi lain dari Lean yaitu suatu pendekatan sistemik

dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau

kegiatan-kegiatan tidak bernilai tambah (non-value-adding activities) melalui

peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk (material,

work-in-process, output) dan informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari

pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan.

(Gaspersz, 2007, hal.2)

Setelah memahami pengertian dasar dari Lean, maka dapat diketahui bahwa

Lean mempunyai beberapa tujuan, antara lain: (George, 2002, hal.35)

1. Mengeliminasi pemborosan yang terjadi dalam bentuk waktu, usaha dan

material pada saat melakukan proses produksi.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

12

2. Memproduksi produk sesuai pesanan dari konsumen.

3. Mengurangi biaya seiring dengan meningkatkan kualitas produk yang

dihasilkan.

Pemborosan (istilah Jepang, Muda) merupakan aktivitas yang tidak memberi

nilai tambah (non-value added activities) dan dikenal dalam kalangan praktisi Lean

Manufacturing sebagai “delapan pemborosan”. Hal ini bertanggung jawab dalam

sekitar 95% dari semua biaya yang ada dalam produksi. Delapan pemborosan tersebut

adalah:

Tabel 2.1 Jenis-jenis Pemborosan

Jenis Pemborosan (Waste) Akar Penyebab (Root Causes)

1. Transportation: Membawa barang dalam proses (WIP) dalam jarak yang jauh, menciptakan angkutan yang tidak efisien, atau memindahkan material, komponen, atau barang jadi kedalam atau keluar gedung atau antar proses sehingga mengakibatkan waktu penanganan material bertambah.

- Poor layout - Ketiadaan koordinasi dalam

proses - Poor house keeping - Poor work place

organization - Lokasi penyimpanan

material yang banyak dan saling berjauhan

2. Inventories:

Kelebihan material, barang dalam proses, atau barang jadi menyebabkan lead time yang panjang, barang kadaluwarsa, barang rusak, peningkatan biaya pengangkutan dan penyimpanan, dan keterlambatan. Persediaan berlebih juga menyembunyikan masalah seperti ketidakseimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan waktu set up yang panjang.

- Peralatan yang tidak handal (unrealible equipment)

- Aliran kerja yang tidak seimbang

- Pemasok yang tidak kapabel - Peramalan kebutuhan yang

tidak akurat - Ukuran batch yang besar - Long change-over time

(waktu pergantian yang panjang)

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

13

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Pemborosan (Lanjutan)

Jenis Pemborosan (Waste) Akar Penyebab (Root Causes)

3. Motion/ Movement: Setiap gerakan karyawan yang mubajir saat melakukan pekerjaannya seperti mencari, meraih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya. Berjalan juga merupakan pemborosan.

- Poor work place organization

- Poor layout - Metode kerja yang tidak

konsisten - Poor machine design

4. Waiting:

Para pekerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang berjalan atau berdiri menunggu langkah proses selanjutnya, alat, pasokan komponen selanjutnya dan lain sebagainya atau menganggur saja karena kehabisan material, keterlambatan proses, mesin rusak, dan bottleneck.

- Metode kerja yang tidak konsisten

- Long change-over time (waktu pergantian yang panjang)

5. Over Process: Melakukan langkah yang tidak diperlukan untuk memproses komponen. Melakukan pemrosesan yang tidak efisien karena alat yang buruk dan rancangan produk yang buruk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu dan memproduksikan barang cacat. Pemborosan terjadi ketika membuat produk yang memiliki kualitas lebih tinggi daripada yang diperlukan.

- Ketidaktepatan penggunaan peralatan

- Pemeliharaan peralatan yang jelek

- Gagal mengkombinasi operasi-operasi kerja

- Proses kerja dibuat serial padahal proses-proses itu tidak tergantung satu sama lain yang seyogianya dapat dibuat parallel

6. Over Production:

Memproduksi barang-barang yang belum dipesan, akan menimbulkan pemborosan seperti kelebihan tenaga kerja dan kelebihan tempat penyimpanan dan biaya transportasi yang meningkat karena adanya persediaan berlebih

- Ketiadaan komunikasi - Sistem balas dan

penghargaan yang tidak tepat

- Hanya berfokus pada kesibukan kerja bukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal dan eksternal

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

14

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Pemborosan (Lanjutan)

Jenis Pemborosan (Waste) Akar Penyebab (Root Causes)

7. Defective Products: Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi berarti tambahan penanganan, biaya, waktu dan upaya yang sia-sia.

- Incapable processes - Insufficient planning - Ketiadaan SOP

Defective Design: Tidak memenuhi kebutuhan pelanggan, penambahan features yang tidak perlu.

- Lack of customer input in design

- Over design

8. Kreatifitas karyawan yang tidak dimanfaatkan: Kehilangan waktu, gagasan, keterampilan, peningkatan dan kesempatan belajar karena tidak melibatkan atau tidak mendengarkan karyawan anda.

SUMBER DATA TABEL: GASPERSZ, 2007

Gambar 2.1 Areas of Waste SUMBER GAMBAR: KAUFMANN CONSULTING GROUP

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

15

2.1.3 Prinsip-prinsip dalam Penerapan Sistem Produksi Lean

Suatu perusahaan yang telah melihat bahwa sistem produksi Lean akan

memberikan suatu perubahan yang baik kepada usahanya, akan terdorong untuk

mencoba melakukan penerapan sistem ini di perusahaannya. Sebelum melakukan

penerapan, penting untuk diketahui beberapa prinsip yang mendasari pandangan

untuk penerapan sistem Lean, yaitu (Gaspersz, 2007, hal.4):

1. Mengidentifikasi nilai produk berdasarkan pada pandangan dari para

pelanggan, di mana pelanggan menginginkan produk (barang atau jasa)

dengan kualitas yang superior, harga kompetitif dan pengiriman yang tepat

waktu. Perusahaan harus berpikir melalui sudut pandang pelanggan dalam

melakukan desain produk, proses produksinya serta pemasarannya.

2. Membuat dan melakukan identifikasi terhadap aliran proses produk sehingga

kegiatan yang dilakukan dalam memproses produk dapat diamati secara

detail. Umumnya banyak perusahaan tidak melakukan pembuatan aliran

proses produk melainkan membuat aliran proses bisnis atau aliran proses kerja

sehingga tidak dapat dijadikan pertimbangan apakah memberikan nilai

tambah kepada produk yang dibuat.

3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas

yang terdapat dalam proses value stream tersebut dengan menganalisa value

stream yang telah dibuat.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

16

4. Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk mengalir dengan

lancar dan efisien sepanjang proses value stream dengan menggunakan sistem

tarik (pull system).

5. Secara terus-menerus dan berkesinambungan melakukan peningkatan dan

perbaikan dengan cara mencari teknik-teknik dan alat peningkatan agar

mencapai keunggulan dan peningkatan terus-menerus.

2.2 Six Sigma

2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Six Sigma

Sejarah Six Sigma ini berangkat dari kejadian yang menimpa perusahaan

Motorola pada sekitar tahun 1980-an sampai dengan tahun 1990-an. Motorola

merupakan salah satu dari banyak korporat AS dan Eropa dimana produk yang

mereka luncurkan dimakan oleh para pesaing Jepang. Para pemimpin atas Motorola

mengakui bahwa kualitas produk yang dihasilkan sangat mengerikan. Seperti banyak

perusahaan pada saat itu, Motorola tidak mempunyai sebuah program kualitas, Tetapi

pada tahun 1987, keluar sebuah pendekatan baru dari Sektor Komunikasi Motorola –

pada saat itu dikepalai oleh George Fisher. Konsep perbaikan inovatif itu disebut “Six

Sigma”. (Pande, 2002, hal.7-8)

Six Sigma memberikan Motorola sebuah cara yang sederhana dan konsisten

untuk melacak dan membandingkan kinerja dengan persyaratan pelanggan (ukuran

Six Sigma) dan sebuah target ambisius dari kualitas yang sempurna secara praktik

(tujuan Six Sigma). Six Sigma juga merupakan metode untuk mengukur kualitas

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

17

produk dan jasa, dan dalam sepuluh tahun terakhir Six Sigma semakin terkenal karena

keberhasilan-keberhasilan yang dicapai setelah konsep kualitas ini diterapkan,

contohnya terdapat pada perusahaan Allied Signal dan General Electric.

2.2.2 Pengertian Six Sigma

Six Sigma adalah suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk

mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada

pemahaman dalam kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan

analisis statistik serta terus menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan

mengkaji ulang proses usaha. Adapun menurut Gaspersz, Six Sigma adalah:

• Upaya mengejar keunggulan dalam kepuasan pelanggan melalui peningkatan

kualitas terus-menerus.

• Sasaran kualitas dramatik yang memiliki kapabilitas produk dan proses 3, 4

DPMO atau 99,99966% bebas cacat.

• Ukuran yang mengindikasikan bagaimana suatu proses produksi industri.

• Strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan

luar biasa di tingkat bawah (bottom line) melalui proyek-proyek Six Sigma.

• Suatu pendekatan menuju tingkat kegagalan nol (zero defect oriented).

• Pengendalian proses berfokus pada kapabilitas industri.

Di dalam penerapan Six Sigma ada beberapa inti dan filosofi penting yang

perlu diperhatikan, yaitu: (Evans&Lindsay, 2007, hal.4-5)

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

18

1. Selalu berpikir dalam kerangka proses bisnis utama serta kebutuhan

pelanggan dengan tetap berfokus pada tujuan strategis perusahaan.

2. Memusatkan perhatian pada para pendukung perusahaan yang bertanggung

jawab menyukseskan proyek-proyek penting, mendukung kerja kelompok,

membantu mengatasi keenganan untuk berubah dan menggalang sumber daya.

3. Menekankan sistem pengukuran yang bisa dikuantifikasi, seperti cacat per

satu juta kemungkinan (Defect Per Million Opportunities - DPMO) yang bisa

diterapkan di setiap bagian perusahaan: produksi, rekayasa, administrasi,

peranti lunak dan lain-lain.

4. Memastikan bahwa sistem pengukuran yang tepat dapat teridentifikasi di awal

setiap proses serta memastikan bahwa sistem tersebut berfokus pada

pencapaian bisnis, sehingga dapat memberikan sistem insentif dan

akuntabilitas.

5. Menyediakan pelatihan menyeluruh yang diikuti dengan penugasan tim

proyek untuk meningkatkan profitabilitas, mengurangi aktivitas yang tidak

bernilai tambah (non-value added activity) serta mencapai pengurangan waktu

siklus.

6. Menciptakan ahli-ahli peningkatan proses berkualifikasi tinggi yang dapat

menerapkan aneka alat untuk meningkatkan kinerja serta dapat memimpin

tim.

7. Mencanangkan tujuan jangka panjang untuk perbaikan.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

19

2.2.3 Konsep Six Sigma secara Statistik

Sigma adalah sebuah unit pengukuran statistik yang mencerminkan

kapabilitas proses. Sigma adalah sebuah cara untuk menentukan atau bahkan

memprediksikan kesalahan atau cacat dalam proses, baik dalam proses manufaktur

atau pengiriman sebuah pelayanan. Jika perusahaan sudah mencapai level 6 Sigma

berarti dalam proses kita tersebut mempunyai peluang untuk cacat atau melakukan

kesalahan sebanyak 3, 4 kali dari 1.000.000 kemungkinan. Secara teknis, jika

sekumpulan data yang sangat besar atau dapat dikatakan sebagai populasi maka rata-

ratanya dikenal dengan μ (mu) dan standar deviasinya dikenal sebagai σ (Sigma).

Sebuah distribusi berbentuk kurva lonceng dari parameter atau karakteristik

kualitas menunjukkan luas area di bawah kurva normal yang berada di antara atau di

luar nilai batas dari rata-rata terhadap ± 1 σ, ± 2 σ, ± 3 σ, ± 4 σ, ± 5 σ dan ± 6 σ.

Dalam berikut ini akan digambarkan kurva normal dengan batas-batas Sigma dari

satu sampai dengan enam Sigma.

Gambar 2.2 Hubungan Kurva Normal dan Batas Sigma

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

20

Area yang berada di luar kurva dinamakan dengan persentasi yang

menggambarkan kecacatan yang sering dikaitkan dengan PPM (parts per million)

atau PPB (parts per billion). Nilai dari PPM atau PPB ini juga berkaitan dengan

kapabilitas proses yang sering kali digunakan untuk menggambarkan kondisi dari

proses apakah sudah mampu memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam

berikut ini akan digambarkan hubungan spesifikasi, PPM dan kapabilitas proses.

Tabel 2.2 Hubungan Kuantitatif antara Sigma, PPM dan Cpk

Specification Limits

Amount Defective Outside Sigma Limit Cpk

% PPM / PPB σ1±x 31.74 317.400 PPM 0.33 σ2±x 4.56 45.600 PPM 0.67 σ5.2±x 1.24 12.400 PPM 0.83 σ3±x 0.27 2.700 PPM 1.00 σ3.3±x 0.096 63 PPM 1.10 σ4±x 0.0063 60 PPM 1.33 σ5±x 0.00057 0.57 PPM 1.67 σ6±x 0.0000002 0.02 PPM / 2 PPB 2.00

2.2.4 Definisi Kualitas

Menurut Deming (1982), kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan

pelanggan sekarang dan di masa mendatang.

Kualitas bersifat menyeluruh, yaitu menyangkut produk dan proses yang

menghasilkan produk tersebut. Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan

barang jadi sedangkan kualitas proses meliputi kualitas segala sesuatu yang

berhubungan dengan proses produksi perusahaan manufaktur dan proses penyediaan

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

21

jasa bagi perusahaan jasa. Kualitas yang baik adalah kualitas yang dibangun sejak

awal, dari penerimaan input hingga menghasilkan output. Begitu juga dengan tahapan

proses yang menghasilkan produk tersebut harus selalu berorientasi pada kualitas.

2.2.5 Variasi

Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional

sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output yang dihasilkan.

Berikut adalah jenis variasi yang ada:

a. Variasi Penyebab Khusus

Merupakan kejadian-kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi dalam

sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari manusia, peralatan, material,

lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola non acak

sehingga dapat diidentifikasikan. Sebab mereka tidak selalu aktif pada proses

tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan

variasi. Dalam pengendalian proses statistikal menggunakan peta-peta kendali,

jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau

keluar dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan.

b. Variasi Penyebab Umum

Merupakan faktor-faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang

menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab

umum disebut juga penyebab acak karena penyebab umum ini selalu melekat

pada sistem maka untuk menghilangkannya kita harus menelusuri elemen-elemen

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

22

dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya, karena

pihak manajemenlah yang mengendalikan sistem itu. Dalam pengendalian proses

statistikal dengan menggunakan peta kendali, jenis variasi ini sering ditandai

dengan titik pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian yang

didefinisikan.

Suatu proses yang hanya mempunyai variasi hasil dari penyebab umum

(common-cause variation) yang mempengaruhi output atau hasil, akan dianggap

sebagai suatu proses yang stabil. Hal tersebut dikarenakan penyebab sistem yang

mempengaruhi variasi biasanya akan bersifat relatif stabil sepanjang waktu. Variasi

penyebab umum dapat diperkirakan berada di dalam batas-batas pengendalian yang

ditetapkan secara statistikal. Sedangkan apabila variasi penyebab khusus terjadi di

dalam suatu proses, maka akan menyebabkan proses tersebut menjadi tidak stabil.

Berbagai langkah atau tindakan yang diambil untuk dapat menghilangkan variasi

penyebab khusus pada akhirnya akan membawa proses ke dalam pengendalian proses

menggunakan peta-peta kontrol statistikal (statistical control charts).

2.3 Lean Six Sigma

Lean Six Sigma adalah metodologi yang memaksimalkan nilai dari perusahaan

dengan mencapai tingkat tercepat dari pengembangan dalam kepuasan pelanggan,

biaya, kualitas dan modal. Lean dan Six Sigma perlu digabungkan karena:

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

23

• Lean tidak dapat membuat sebuah proses berada pada pengendalian statistical.

• Six Sigma sendiri tidak dapat memperbaiki kecepatan proses secara dramatis

atau mengurangi modal yang diinvestasikan.

Prinsip dari Lean Six Sigma adalah untuk membuat perbaikan yang radikal

dalam biaya, kualitas dan kefleksibilitasan, sebuah perusahaan harus mengeliminasi

aktifitas yang menyebabkan isu-isu critical-to-quality dari pelanggan dan waktu

menunggu yang lama berdasarkan time traps dengan menggunakan metode Lean dan

Six Sigma. Untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi time traps terbesar, perlu

menerapkan ketiga hukum dari Lean Six Sigma (Three Laws of Lean Six Sigma),

yaitu:

First Law: The Law of Flexibility. Process velocity is directly proportional to

flexibility.

Second Law: The Law of Focus. 80% of the delay in any process is caused by 20%

of activities.

Third Law: The Law of Velocity. The average velocity of flow through any process is

inversely proportional to both the number of “things” in process and the average

variation in supply and demand.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

24

2.4 Metode DMAIC dalam Six Sigma

Dalam mengerjakan suatu proyek yang berkaitan dengan Six Sigma atau

berkaitan dengan perbaikan kualitas dikenal kerangka berpikir yang dinamakan

DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control). Sangat penting untuk

mengikuti kerangka berpikir ini sehingga permasalahan yang akan diselesaikan

benar-benar akan memberikan perbaikan yang menyeluruh kepada proses dan

keuntungan perusahaan. Oleh karena itu penting untuk mendalami setiap bagian dari

metode DMAIC ini. Berkut ini akan dijelaskan hal-hal yang perlu dipertimbangkan

pada setiap tahap, yaitu:

1. Define adalah fase pertama dalam siklus DMAIC yang menentukan masalah/

peluang, proses dan persyaratan pelanggan, karena siklus DMAIC iteratif,

maka masalah proses, aliran dan persyaratan harus diverifikasi dan diperbarui

di sepanjang fase-fase yang lain guna mandapatkan kejelasan (Pande, 2002,

hal.430).

2. Measure adalah fase kedua dalam siklus DMAIC, dimana ukuran-ukuran

kunci diidentifikasi dan data dikumpulkan, disusun, dan disajikan (Pande,

2002, hal.435).

3. Analyze adalah fase ketiga dalam siklus DMAIC, dimana detail proses

diperiksa dengan cermat untuk peluang-peluang perbaikan (Pande, 2002,

hal.427). Yang perlu diperhatikan dalam fase ini adalah:

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

25

• Data diinvestigasi dan diverifikasi untuk membuktikan akar masalah yang

diperkirakan dan memperkuat pernyataan masalah.

• Analisis proses meliputi meninjau peta proses untuk aktivitas bernilai

tambah/ tidak bernilai tambah.

4. Improve adalah fase keempat dalam siklus DMAIC, dimana solusi-solusi dan

ide-ide secara kreatif dibuat dan diputuskan. Sekali sebuah masalah telah

diidentifikasi, diukur dan dianalisis, maka dapat ditentukan solusi-solusi

potensial untuk memecahkan masalah dalam pernyataan masalah dan

mendukung pernyataan tujuan (Pande, 2002, hal.432).

5. Control adalah tahap terakhir dalam metode DMAIC, dimana setelah solusi-

solusi diestimasi, maka ukuran-ukuran tidak berhenti untuk mengikuti dan

memverifikasi stabilitas perbaikan dan prediktabilitas dari proses.

2.4.1 Define

2.4.1.1 Project Statement

Project Statement adalah suatu pernyataan proyek yang meliputi beberapa

komponen berikut:

• Business Case, berisi pernyataan yang menyatakan latar belakang umum dari

permasalahan yang terjadi.

• Problem Statement, berisi pernyataan tentang masalah yang akan dibahas.

• Project Scope, menyatakan objek dan ruang lingkup penelitian.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

26

• Goal Statement, menyatakan tujuan dari penelitian yang dilakukan.

• Milestone, menyatakan jangka waktu penelitian dilakukan.

2.4.1.2 Diagram SIPOC (Supplier-Input-Process-Output-Customer)

Diagram SIPOC adalah (Evan&Lindsay, 2007, hal.93-94) peta tingkat tinggi

yang digunakan untuk menentukan batasan proyek dengan cara mengidentifikasi

proses yang sedang dipelajari, input dan output proses tersebut serta pemasok dan

pelanggannya. Dengan informasi yang cukup mengenai fungsi-fungsi yang terkait

dalam perusahaan itu, kita dapat memahami dan mengetahui jalannya proses yang

ada di dalam perusahaan dari awal sampai akhir sehingga dapat melakukan perbaikan

terhadap masalah yang ada di dalam proses secara tepat. Pembuatan diagram ini

biasanya dilakukan pada awal dari penelitian, bila menggunakan metode DMAIC

maka pembuatan diagram SIPOC berada pada tahap define karena akan digunakan

sebagai dasar pedoman bagi perbaikan yang akan dilakukan. Dalam gambar berikut

ini akan ditampilkan bentuk tampilan dari diagram SIPOC.

Gambar 2.3 Bentuk Diagram SIPOC

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

27

Berikut ini akan dijelaskan pengertian dari masing-masing bagian:

• Supplier (Pemasok)

Supplier adalah orang, proses, perusahaan yang menyalurkan dan

menyediakan bahan dan segala sesuatu yang dikerjakan di dalam proses.

Pihak supplier ini bisa berupa supplier eksternal dan supplier internal. Yang

dimaksud dengan supplier eksternal adalah adalah supplier yang berasal dari

luar perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan supplier internal adalah

supplier yang berasal dari dalam perusahaan yang biasanya berasal dari proses

sebelumnya.

• Input (Masukan)

Input tidak hanya berupa material atau bahan mentah yang diperlukan untuk

proses produksi, akan tetapi juga dapat pula berupa informasi yang kemudian

input ini akan diolah lebih lanjut di dalam proses.

• Process (Proses)

Proses adalah langkah-langkah yang diperlukan (baik langkah-langkah yang

memberikan nilai tambah terhadap produk maupun yang tidak) untuk

membuat produk mulai dari bahan mentah sampai menjadi produk jadi.

• Output (Hasil)

Output adalah produk jadi, baik itu barang ataupun jasa atau informasi, yang

dihasilkan oleh proses dimana hasil ini kemudian dikirimkan kepada

konsumen.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

28

• Customer (Konsumen)

Konsumen dapat terdiri dari dua bagian besar yaitu konsumen eksternal dan

konsumen internal. Konsumen eksternal adalah konsumen yang berasal dari

luar perusahaan yang biasanya membeli produk jadi. Sedangkan yang

dimaksud dengan konsumen internal adalah konsumen yang berasal dari

dalam perusahaan yang biasanya berupa proses atau divisi yang selanjutnya

yang akan menerima hasil dari proses sebelumnya.

2.4.1.3 Peta Aliran Proses

Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari

operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang terjadi selama

satu proses atau prosedur yang berlangsung serta di dalamnya memuat pula

informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan

dan jarak perpindahan (Sutalaksana, 1979, hal.28). Adapun kegunaan dari peta aliran

proses adalah sebagai berikut:

a. Digunakan untuk mengetahui aliran bahan mulai awal masuk dalam suatu proses

atau prosedur sampai aktivitas terakhir.

b. Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses.

c. Digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses

berlangsung.

d. Alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

29

e. Mempermudah proses analisa untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi

ketidakefisienan pekerjaan.

Berikut terdapat beberapa prinsip yang bisa digunakan untuk membuat suatu

peta aliran proses yang lengkap, yaitu:

a. Tulis judul pada bagian kiri atas yaitu “PETA ALIRAN PROSES”, yang

kemudian diikuti dengan pencacatan beberapa identifikasi yaitu: nomor/ nama

komponen yang dipetakan, nomor gambar, peta orang atau peta bahan, cara

sekarang atau yang diusulkan, tanggal pembuatan, dan nama pembuat peta.

Semuanya dicatat di kanan atas kertas.

b. Catat pada bagian kiri atas kertas mengenai ringkasan yang memuat jumlah total

dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi dan juga mengenai total jarak

perpindahan yang dialami bahan selama proses.

c. Uraikan proses yang terjadi lengkap beserta lambang-lambang dan informasi-

informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu yang

dibutuhkan dan kecepatan produksi. Jika mungkin, tambahkan juga dengan kolom

analisa, catatan dan tindakan yang diambil berdasarkan analisa tersebut.

d. Ada suatu cara yang cukup sederhana tetapi cukup efektif untuk menganalisa peta

aliran proses yaitu dengan menggunakan metode “Dot and Check Technique”,

yaitu:

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

30

Tabel 2.3 Dot and Check Technique

NO PERTANYAAN BERIKUTNYA TINDAKAN YANG MUNGKIN DILAKUKAN

1 Apa tujuannya? Mengapa? Menghilangkan aktivitas yang tidak perlu

2 Dimana dikerjakan? Mengapa? Menggabungkan atau merubah tempat kerja

3 Kapan dikerjakan? Mengapa? Menggabungkan atau merubah waktu atau urutan proses

4 Siapa yang mengerjakan? Mengapa? Menggabungkan atau merubah orang

5 Bagaimana mengerjakannya? Mengapa? Menyederhanakan atau memperbaiki metode

SUMBER DATA TABEL: SUTALAKSANA, 1979, HAL.30

2.4.1.4 Value Stream Mapping

Value stream mapping adalah sebuah metode visual untuk memetakan jalur

produksi dari sebuah produk yang di dalamnya termasuk material dan informasi dari

masing-masing stasiun kerja. Value stream mapping ini dapat dijadikan titik awal

bagi perusahaan untuk mengenali pemborosan dan mengidentifikasi penyebabnya.

Menggunakan value stream berarti memulai dengan gambaran besar dalam

menyelesaikan permasalahan bukan hanya pada proses-proses tunggal dan melakukan

peningkatan secara menyeluruh dan bukan hanya pada proses-proses tertentu saja.

Dalam sistem Lean, fokus dimulai dengan value stream mapping, yang mana

di dalamnya digambarkan seluruh langkah-langkah proses yang berkaitan dengan

perubahan permintaan pelanggan menjadi produk atau jasa yang dapat memenuhi

permintaan dan mengidentifikasi berapa banyak nilai yang terdapat dalam setiap

langkah ditambahkan ke produk. Segala aktivitas yang menciptakan fitur-fitur atau

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

31

fungsi-fungsi yang memberikan nilai kepada pelanggan dinamakan dengan value-

added, sedangkan sebaliknya dinamakan dengan non-value-added.

Value stream mapping menyediakan pandangan yang jelas mengenai proses

yang terjadi dengan memvisualisasikan berbagai macam tingkatan proses,

memberikan perhatian pada pemborosan yang terjadi dan penyebabnya serta

membantu dalam menghasilkan keputusan sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Pengetahuan yang diperoleh melalui penggambaran keadaan awal dari proses akan

sangat membantu dalam membentuk value stream di masa mendatang untuk

diimplementasikan dan mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk melakukan

perbaikan.

Pembuatan value stream mapping dimulai dengan membuat sketsa dari proses

yang dilakukan perusahaan agar dapat membantu para karyawan untuk mengerti

tentang aliran material dan informasi yang dibutuhkan untuk memproduksi barang

atau jasa. Diagram yang dihasilkan biasanya memvisualisasikan aliran produk dari

pelanggan sampai kepada supplier dan menggambarkan juga keadaan sekarang dan

yang ingin dicapai. Dalam membuat value stream mapping dilakukan klasifikasi

terhadap kegiatan dengan cara menanyakan serangkaian pertanyaan terhadap aktivitas

yang akan diklasifikasikan. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk

mengklasifikasikan. (George, 2002, hal.52-53)

A. Pertanyaan yang berkaitan dengan penambahan nilai kepada konsumen

(Customer Value-Added):

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

32

1. Apakah aktivitas yang dilakukan menambah bentuk atau fitur dari produk atau

jasa yang dihasilkan?

2. Apakah aktivitas yang dilakukan memberikan keuntungan dalam persaingan

(seperti harga yang lebih murah, pengantaran yang lebih cepat dan cacat yang

lebih sedkit)?

3. Akankah pelanggan mau membayar lebih atau cenderung lebih memilih

perusahaan kita apabila mereka mengetahui bahwa kita melakukan aktivitas

ini?

B. Pertanyaan yang berkaitan dengan penambahan nilai dari segi bisnis (Business

Value-Added):

Sebagai tambahan terhadap penambahan nilai pada konsumen, terkadang bisnis

mengharuskan kita untuk melakukan aktivitas yang tidak memberikan nilai

tambah dari sudut pandang konsumen. Adapun pertanyaan yang berkaitan dengan

nilai tambah ini adalah:

1. Apakah aktivitas ini merupakan syarat dari hukum atau aturan yang berlaku?

2. Apakah aktivitas ini mengurangi resiko finansial dari pemiliki bisnis?

3. Apakah aktivitas ini mendukung kebutuhan pelaporan finansial?

4. Apakah proses akan rusak apabila proses ini tidak dilakukan?

Bila di dalam proses produksi terdapat aktivitas-aktivitas seperti ini maka

sebaiknya harus dilakukan penghilangan terhadap kegiatan ini atau bila tidak

memungkinkan maka harus ada pengurangan biaya apabila hal ini tetap

dilakukan.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

33

C. Pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak bernilai tambah (Non-Value-

Added):

1. Apakah kegiatan yang dilakukan termasuk dalam aktivitas seperti:

menghitung, penanganan, inspeksi, transportasi, penundaan, penyimpanan,

ekspedisi, pengerjaan ulang dan tanda tangan yang melibatkan banyak pihak?

2. Dengan memiliki pandangan yang global dari supply chain, berapa banyak

pabrik yang diperlukan untuk mengirimkan volume produk yang diproduksi?

Akankah lead time berkurang atau terjadinya pengurangan biaya pada fasilitas

yang telah tersedia?

3. Dengan lead time yang lebih cepat maka berapa banyak distributor yang dapat

dikurangai sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi pabrik?

Setelah melakukan klasifikasi terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan, selanjutnya perlu dibuat value stream mapping berdasarkan hasil

klasifikasi. Berikut ini langkah-langkah yang perlu diterapkan dalam membentuk

value stream mapping adalah: (George, 2005, hal.46-49)

1. Menentukan produk tunggal, atau keluarga produk yang akan dipetakan. Apabila

terdapat beberapa pilihan dalam menentukan keluarga produk/ jasa, pilihlah

sebuah produk yang memenuhi kriteria berikut ini:

• Produk atau jasa mempunyai aliran proses yang hampir sama, sehingga

produk atau jasa yang dipilih dapat mewakilkan keluarga produk tersebut.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

34

• Produk atau jasa mempunyai volume produksi yang tinggi dan biaya yang

paling mahal dibandingkan dengan produk atau jasa yang lain.

• Produk atau jasa tersebut mempunyai segmentasi kriteria yang penting bagi

perusahaan.

• Produk atau jasa tersebut mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap

konsumen.

2. Gambarkan aliran proses.

• Pelajari kembali symbol-simbol untuk memetakan suatu proses (lihat

Lampiran C.3).

• Mulailah pada akhir dari proses dengan apa yang dikirimkan kepada

pelanggan dan tarik ke belakang.

• Identifikasi aktifitas-aktifitas yang utama.

• Letakkan aktifitas-aktifitas tersebut dalam suatu urutan.

3. Tambahkan aliran material pada peta yang dibuat.

• Tunjukkan pergerakan dari semua material.

• Gabungkan material bersama dengan aliran yang sama

• Petakan semua proses pendukung dalam produksi, termasuk pula kegiatan-

kegiatan inspeksi dan berbagai macam aktifitas pengetesan material ataupun

proses.

• Tambahkan pemasok-pemasok di awal dari proses.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

35

• Pelajari kembali symbol-simbol untuk memetakan suatu proses (lihat

Lampiran C.3).

4. Tambahkan aliran informasi.

• Petakan aliran informasi di antara aktifitas-aktifitas.

• Dokumentasikan bagaimana komunikasi proses dengan konsumen dan

pemasok.

• Dokumentasikan bagaimana informasi dikumpulkan (elektronik, manual, dll).

5. Kumpulkan data-data proses dan hubungkan data-data tersebut dengan tabel-tabel

yang terdapat dalam value stream mapping.

• Ikuti proses secara manual untuk mendapatkan hasil yang sesuai.

• Bila memungkinkan cobalah untuk mencari data-data berikut ini:

− Apa yang memberikan stimulasi kepada proses?

− Waktu set up dan waktu proses per unit

− Takt rate (rata-rata permintaan pelanggan)

− Persentase cacat yang terjadi

− Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

− Persentase downtime (berkaitan dengan berbagai jenis waktu yang

mengakibatkan proses tidak dapat mencapai produktivitas maksimum)

− Jumlah WIP

− Batch size

6. Masukkan data-data yang berhasil dikumpulkan ke dalam value stream mapping.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

36

7. Dan kemudian lakukanlah verifikasi dengan meminta orang lain yang bukan

termasuk dalam tim pembuat tetapi memahami proses yang terjadi untuk

melakukan perbandingan antara value stream mapping yang dibuat dengan

keadaan sebenarnya.

2.4.1.5 Voice of Customer

Voice of Customer (VOC) adalah data yang mencerminkan pandangan/

kebutuhan para pelanggan sebuah perusahaan; yang diterjemahkan kedalam

persyaratan yang dapat diukur untuk proses. Data ini dapat berupa komplain, survei,

komentar dan riset pasar.

2.4.2 Measure

2.4.2.1 Perhitungan Data Waktu

Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian

pekerjaan. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan

melakukan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali

pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang

diinginkan. Tingkat ketelitian dan keyakinan ini ditetapkan pada saat menjalankan

langkah penetapan tujuan pengukuran. Adapun tujuan dari pengukuran waktu adalah

mencari waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

setelah memperhatikan faktor kelonggaran dan penyesuaian atau waktu baku.

(Sutalaksana, 1979, hal.132)

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

37

2.4.2.1.1 Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran

dari waktu penyelesaian sebenarnya yang dinyatakan dalam persen. Sedangkan

tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang

diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. (Sutalaksana, 1979, hal.135)

2.4.2.1.2 Uji Kenormalan

Pengujian kenormalan yang dilakukan terhadap data waktu adalah dengan

menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Uji kenormalan dengan metode

Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji kebaikan suai yang digunakan untuk

menentukan apakah data yang mengikuti suatu peluang distribusi tertentu. Biasanya

diujikan untuk menentukan suatu populasi berdistribusi normal atau seragam.

Pengujian kemormalan dengan uji Kolmogorov Smirnov juga dapat dilakukan

dengan menggunakan software MINITAB 14. Berikut ini adalah langkah-langah

pengujiannya:

1. Masukkan data ke dalam worksheet

2. Klik Stat Basic Statistics Normality Test

3. Masukkan kolom yang berisi data pengamatan pada variable kemudian pilih

Kolmogorov-Smirnov. Klik OK

4. Tentukan bahwa data beridistribusi normal jika Pvalue > α (0.05) dan sebaliknya

jika Pvalue ≥ α (0.05) maka data tidak berdistribusi normal.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

38

2.4.2.1.3 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Pengujian ini dilakukan karena keadaan sistem yang selalu berubah

mengakibatkan waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-ubah,

namun harus dalam batas kewajaran (Sutalaksana, 1979, hal.136). Berikut ini

langkah-langkah untuk pengujian keseragaman data:

- Hitung rata-rata subgrup dengan:

kxi

x ∑=

dimana:

x adalah harga rata-rata dari sub grup ke-1

k adalah harga banyaknya subgrup yang terbentuk

- Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan:

1N)x(xj

σ2

−−

= ∑

dimana:

N adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan

x adalah waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang

telah dilakukan

- Hitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup dengan:

nσxσ =

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

39

dimana:

n adalah besarnya sub grup

- Tentukan batas kontrol atas dan bawah (BKA dan BKB) dengan :

Xα/2σZXBKA +=

Xα/2σZXBKB −=

dimana:

2/αZ = Titik Z yang diperoleh dengan mencari nilai area kurva sebesar α/2 pada tabel

distribusi normal

Batas-batas kontrol ini merupakan batas kontrol apakah grup ”seragam” atau

tidak. Jika semua rata-rata sub grup sudah berada dalam batas kontrol, maka dapat

dihitung banyaknya pengukuran yang diperlukan dengan menggunakan rumus

pengujian kecukupan data. Berikut langkah-langkah pengujian kecukupan data

(Sutalaksana, 1979, hal 134):

222

α/2

XjXj)(XjN

sZ

N'⎥⎥

⎢⎢

⎡ −=

∑∑ ∑

dimana:

s adalah persentase tingkat ketelitian

N’ adalah jumlah pengukuran yang diperlukan

N adalah jumlah pengukuran yang telah dilakukan

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

40

Jika hasil perhitungan jumlah pengukuran waktu yang diperlukan (N’) lebih

kecil atau sama dengan jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N’≤N), maka

jumlah pengukuran telah cukup mewakili populasi yang ada. Sedangkan jika jumlah

pengukuran masih belum mencukupi, maka harus dilakukan pengukuran kembali

sampai jumlah pengukuran yang diperlukan sudah melebihi oleh jumlah yang telah

dilakukan.

2.4.2.1.4 Perhitungan Waktu Normal

Perhitungan waktu normal dilakukan dengan mengalikan antara waktu siklus

rata-rata yang diperoleh dari data pengamatan dengan penyesuian yang diberikan.

Dalam penelitian ini penyesuaian yang diberikan menggunakan cara penyesuaian

Westinghouse dimana penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran

atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan

konsistensi. Setelah memperoleh nilai penyesuaian total maka dapat dilakukan

penghitungan waktu normal dengan menggunakan rumus (Sutalaksana, 1979,

hal.137):

Wn = Ws x p

dimana:

p = faktor penyesuaian

Ws = waktu siklus rata-rata

Perhitungan waktu normal ini dilakukan hanya untuk waktu siklus rata-rata

yang dilakukan oleh operator.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

41

2.4.2.1.5 Perhitungan Waktu Baku

Perhitungan waktu baku dilakukan dengan menambahkan kelonggaran pada

waktu normal. Waktu baku juga terbagi menjadi dua bagian yaitu waktu baku

operator dan waktu baku mesin. Untuk waktu normal mesin tidak diberikan

kelonggaran sehingga waktu normal dapat langsung dijadikan waktu baku mesin.

Waktu baku penyelesaian pekerjaan adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh

seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam

sistem kerja terbaik (Sutalaksana, 1979, hal.117).

Kelonggaran adalah tambahan waktu yang diperlukan operator untuk

melakukan kegiatan yang termasuk dalam kelonggaran untuk kebutuhan pribadi,

kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique, dan kelonggaran untuk hal-hal yang

tak terhindarkan dimana penambahannya diberikan pada waktu normal. Kelonggaran

untuk menghilangkan rasa fatique memiliki beberapa kriteria sesuai dengan yang

terdapat dalam buku Teknik Tata Cara Kerja.

Nilai-nilai kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pria adalah sebesar 2% dan

untuk wanita sebesar 3%. Sedangkan kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan

memiliki perbedaan untuk satu elemen pekerjaan dengan elemen pekerjaan lainnya

tergantung pada kondisi yang ada. Perhitungan nilai kelonggaran total diperoleh

dengan menjumlahkan seluruh nilai kelonggaran yang telah ditentukan. Berikut ini

langkah-langkah perhitungan waktu baku, yaitu :

Kelonggaran Total (K) = Ka+Kb+Kc

Waktu Baku Operator (Wbo) = %operator x Wno x (1+K)

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

42

Waktu Baku Mesin (Wbm) = Waktu Normal Mesin

Waktu Baku Total (Wb) = Wbo + Wbm

Keterangan:

Ka = kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (untuk Pria =2%, Wanita=3%)

Kb = kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique

Kc = kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan

2.4.2.2 Perhitungan Metrik Lean

Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan penerapan sistem Lean

adalah pengukuran beberapa metrik Lean. Pengukuran metrik ini akan memberikan

gambaran awal mengenai kondisi perusahaan sebelum diterapkan Lean dan bila Lean

telah diterapkan maka akan terlihat perubahan pada nilai yang lebih baik pada metrik-

metrik ini. Perhitungan metric Lean terdiri dari perhitungan manufacturing lead time,

process cycle efficiency, process lead time, dan process velocity (George, 2005,

hal.201-202):

1. Efisiensi Siklus Proses (Process Cycle Eficiency).

Cara melihat kondisi pabrik secara umum adalah dengan menilai efisiensi siklus

proses, karena dengan menggunakan metrik ini dapat dilihat bagaimana persentasi

antara waktu proses terhadap waktu keseluruhan produksi yang dilakukan oleh

pabrik. Suatu perusahaan dapat dikatakan Lean apabila mempunyai waktu proses

yang bernilai tambah mencapai lebih dari 30% dari total lead time proses.

Persamaan untuk efisiensi siklus proses:

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

43

Time Lead TotalTime Added-Value Eficiency Cycle Process = ................. (2.1)

Value-added time adalah waktu melakukan proses yang memberikan nilai tambah

kepada produk sedangkan total lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan proses dari awal sampai akhir yaitu ketika barang dipesan sampai

dengan barang dikirim kepada pelanggan. Tabel di bawah ini menunjukkan nilai

dari Typical Cycle Efficiency dan World-Class Efficiency.

Tabel 2.4 Typical and World-Class Cycle Efficiencies

Application Typical Cycle Efficiency

World-Class Cycle Efficiency

Machining 1% 20% Fabrication 10% 25% Assembly 15% 35% Continuous Manufacturing 30% 80% Business Processes-Transactional 10% 50% Business Processes-Creative/Cognitive 5% 25% SUMBER DATA TABEL: GEORGE, 2002, HAL.37

2. Lead Time dan Kecepatan Proses (Process Speed)

Lead time adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memberikan produk

atau jasa kepada pelanggan sejak permintaan diterima. Memahami apa yang

menyebabkan lead time menjadi panjang yang berarti terdapat proses yang

berjalan dengan lambat, akan sangat memudahkan pada saat menganalisa keadaan

perusahaan dan memikirkan solusi yang tepat untuk diterapkan.

Persamaan untuk perhitungan lead time ini dikenal dengan nama Little’s Law,

yaitu:

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

44

anpenyelesaikecepatan rata-Rata(WIP) proses dalam diproduk Jumlah =Time Lead Process ...............… (2.2)

Selain lead time terdapat pula kecepatan proses (process velocity) yang dapat

menggambarkan berapa banyak barang atau produk yang melalui sebauh stasiun

kerja. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Time Lead Prosesproses dalam di terdapat yang aktivitasJumlah ProsesKecepatan = ..... (2.3)

2.4.2.3 Critical To Quality (CTQ)

Critical To Quality adalah kebutuhan yang sangat penting dari produk yang

diperlukan oleh pelanggan (George, 2002, hal.18). Perusahaan yang bersangkutan

harus dengan jelas mendefinisikan bagaimana karakteristik CTQ ini dapat diukur dan

dilaporkan. CTQ yang merupakan karakteristik kualitas yang ditetapkan seharusnya

berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan (Pande, 2002, hal 31),

yang diturunkan secara langsung dari persyaratan-persyaratan output dan pelayanan.

Pada akhirnya, perusahaan tersebut harus menghubungkan pengukuran CTQ pada

kunci proses dan pengendalian sehingga perusahaan dapat menentukan bagaimana

meningkatkan proses.

2.4.2.4 Peta Kendali

Peta kendali pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewart,

oleh karena itu peta kendali ini juga sering disebut dengan peta kendali Shewart.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

45

Maksud dari peta kendali ini adalah untuk menghilangkan variasi yang disebabkan

oleh penyebab khusus dan umum. Pada dasarnya setiap peta kendali memiliki:

a. Garis tengah (Central Line), yang dinotasikan sebagai CL.

b. Sepasang batas kontrol (Control Lgambaimits). Satu batas kontrol ditempatkan di

atas CL yang dikenal dengan batas kontrol atas (Upper Control Limit), yang

dinotasikan sebagai UCL. Sedangkan yang satu lagi batas kontrolnya ditempatkan

di bawah CL yang dikenal dengan batas kontrol bawah (Lower Control Limit),

yang dinotasikan sebagai LCL.

c. Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari

proses. Jika nilai yang diplot di peta kontrol masih berada dalam batas kontrol,

maka proses yang berlangsung dianggap terkontrol. Sedangkan jika nilai diplot

berada di luar batas kontrol, maka proses dianggap di luar kontrol sehingga perlu

diambil tindakan perbaikan.

Batas kontrol adalah suatu batas atas dan batas bawah dari suatu proses yang

selalu berfluktuasi, dimana dengan mudah dapat diidentifikasi apakah suatu proses

dapat dikatakan terkendali atau tidak. Di bawah ini adalah contoh dari peta kontrol:

Gambar 2.4 Contoh Peta Kontrol

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

46

Peta kendali dapat digunakan untuk tiga tujuan yaitu (Evan&Lindsay, 2007,

hal.244): (1) untuk membantu mengidentifikasi sebab khusus variasi dan

menciptakan status pengendalian statistik, (2) untuk mengawasi proses dan

menandakan kapan proses tersebut keluar dari batasan pengedalian dan (3) untuk

menentukan kapabilitas proses.

Dalam membuat peta kendali pertama-tama yang harus dilakukan adalah

menentukan jenis data yang akan diolah dalam peta kendali. Jenis data yang akan

diolah terdiri dari data variabel (variables data) dan data atribut (attributes data).

Data variabel merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis dan

data atribut merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan

analisis. Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit ketidaksesuaian

dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan.

Peta Kendali p

Peta kontrol p digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian dari item-

item dalam kelompok yang sedang diinspeksi. Dengan demikian, peta kontrol p

digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat

spesifikasi kualitas atau proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam suatu

proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefinisikan sebagai rasio banyaknya

item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu kelompok terhadap total banyaknya

item dalam kelompok itu. Item-item itu dapat mempunyai beberapa karakteristik

kualitas yang diperiksa atau diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika item-item itu

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

47

tidak memenuhi standar pada satu atau lebih karakteristik kualitas yang diperiksa,

item-item itu digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat.

Pembuatan peta kontrol p, dapat dilakukan mengikuti langkah-langkah

berikut:

1. Tentukan ukuran contoh yang cukup besar (n>30)

2. Hitung nilai proporsi cacat dan simpangan baku

3. Hitung batas-batas kontrol 3-Sigma

sampeljumlahcacatjumlahp = ............................................................ (2.4)

sampeljumlah totalcacatjumlah totalp = .................................................... (2.5)

CL = p-bar

UCL = ( )ni

p1p3p −+

LCL = ( )ni

p1p3p −−

4. Plot atau tebarkan data proporsi (atau persentase) yang cacat dan lakukan

pengamatan apakah data itu berada dalam pengendalian statistikal.

5. Apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses berada pada pengendalian

statistikal, gunakan peta kontrol p untuk memantau proses terus-menerus. Tetapi

apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses tidak berada pada

pengendalian statistikal, proses itu harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum

menggunakan peta kontrol itu untuk pengendalian kualitas terus-menerus.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

48

6. Apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses berada pada pengendalian

statistikal, tentukan kapabilitas proses menghasilkan produk yang sesuai (tidak

cacat) sebesar: (1 – p-bar).

Penggunaan Software MINITAB 14:

1. Masukkan data yang akan diproses.

2. Klik Stat > Control Chart > Attributes Chart > p.

3. Masukkan data jumlah cacat ke dalam variabel dan data jumlah inspeksi ke dalam

sub grup sizes. Klik OK.

4. Tampilan data peta kontrol p.

2.4.2.5 Perhitungan Tingkat Sigma.

Dalam pendekatan Six Sigma, proses yang terjadi dalam suatu pabrik atau

perusahaan diukur kinerjanya dengan menghitung tingkat Sigma-nya. Semakin nilai

Sigma mendekati enam Sigma maka kinerja dari proses dapat dikatakan sangat baik.

Dasar perhitungan tingkat Sigma adalah menggunakan DPMO untuk data atribut.

Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma untuk data atribut dapat dilakukan

sesuai langkah-langkah perhitungan berikut ini (Pande, 2002, hal.237-246):

1. Defect Per Unit (DPU). Ukuran ini merefleksikan jumlah rata-rata dari cacat,

semua jenis, terhadap jumlah total unit dari unit yang dijadikan sampel.

UDDPU =

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

49

dimana:

D = jumlah defective atau jumlah kecacatan yang terjadi dalam proses produksi

U = jumlah unit yang diperiksa

2. Defect Per Opportunity (DPO). Menunjukkan proporsi cacat atas jumlah total

peluang dalam sebuah kelompok.

UxOPDDPO =

dimana:

OP (Opportunity) = karaketristik yang berpotensi untuk menjadi cacat.

3. Defect Per Million Opportunities (DPMO). DPMO mengindikasikan berapa

banyak cacat akan muncul jika ada satu juta peluang.

1.000.000 x DPODPMO =

4. Mengkonversikan nilai DPMO menggunakan tabel konversi untuk mengetahui

proses berada pada tingkat Sigma berapa.

5. Perhitungan tingkat Sigma dapat dengan mudah dihitung dengan menggunakan

Microsoft Excel yaitu dengan menggunakan formula berikut ini (Evan&Lindsay,

2007, hal.46):

NORMSINV (1-DPMO/1.000.000)

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

50

2.4.3 Analyze

2.4.3.1 Time Traps

Time traps adalah perangkap waktu yang terjadi dalam proses produksi yang

disebabkan oleh adanya waktu menunggu yang cukup lama sehingga memperpanjang

waktu siklus dalam proses produksi. Perhitungan time traps dilakukan untuk

mengetahui proses mana yang menyebabkan waktu menunggu yang cukup lama

sehingga dapat dianalisa penyebab-penyebabnya dan dapat diberikan usulan untuk

perbaikan. Berikut adalah rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan time

traps.

Customer Demand Rate = time turnovern workstatio

sizebatch ............. (2.6)

Delay Time = timeturnoverion workstat 2

sizebatch×

............................ (2.7)

Net Resource Capacity = Average ouput over time ............. (2.8)

Takt Time = rate demand customer

time available net ........................................ (2.9)

Takt Rate = time available net

rate demand customer ....................................... (2.10)

2.4.3.2 Diagram Pareto

Diagram Pareto ditemukan oleh ahli ekonomi asal Italia bernama Vilfredo

Pareto. Hukum dari diagram pareto adalah 80/20 atau 80% dari problem (cacat

produk) diakibatkan oleh 20% penyebab. Diagram Pareto adalah histogram data yang

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

51

mengurutkan dari frekuensi yang terbesar hingga yang terkecil (Evan&Lindsay, 2007,

hal.87-89). Diagram ini membantu manajemen secara cepat mengidentifikasikan area

paling kritis yang membutuhkan perhatian khusus dan cepat. Pada dasarnya Diagram

Pareto dapat digunakan untuk:

a. Membantu menemukan permasalahan yang paling penting untuk segera

diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera

diselesaikan (ranking terendah).

b. Mengidentifikasi masalah yang paling penting yang paling mempengaruhi usaha

perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam mengalokasikan sumber daya

yang terbatas untuk menyelesaikan masalah.

c. Membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan

setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses.

Penyusunan Diagram Pareto sangat sederhana, menurut Mitra (1993) dan

Besterfield (1998), proses penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 langkah, yaitu:

• Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya

berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dsb.

• Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-

karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dsb.

• Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

• Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yang

tertinggi hingga yang terkecil.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

52

• Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.

• Menggambarkan diagram batang yang menunjukkan tingkat kepentingan

relatif masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting

untuk mendapat perhatian.

Membuat diagram Pareto dengan menggunakan Software MINITAB 14:

1. Masukkan data yang akan diproses.

2. Klik Stat > Quality Tools > Pareto Chart.

3. Masukkan data CTQ ke dalam Labels in dan jumlah unit cacat ke dalam

Frequencies in. Klik OK.

4. Tampilan data diagram Pareto.

2.4.3.3 Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat adalah alat yang dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa

pada tahun 1943, disebut juga Diagram Ishikawa. Pada intinya diagram ini berfungsi

untuk mendaftarkan serta mengidentifikasi penyebab-penyebab yang berbeda yang

dapat memberi kontribusi pada masalah. Pada diagram ini ada yang disebut tulang

utama yaitu yang mewakili akibat atau suatu masalah sedangkan tulang-tulang yang

lain disebut sebab-sebab, lalu ada sub-sub tulang yang mewakili sebab-sebab yang

lebih rinci lagi dan seterusnya. Diagram sebab-akibat dapat digunakan untuk

kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut:

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

53

• Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.

• Membantu membangkitkan ide untuk solusi dari suatu masalah.

• Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.

Dalam analisa masalah cacat, kategori umum yang biasa digunakan terdiri

dari faktor mesin, material, metode, manusia, pengukuran, dan lingkungan.

2.4.3.4 Diagram Five Why

Diagram five why ini berasal dari kebudayaan yang telah lama ditanamkan di

perusahaan besar seperti Toyota. Seorang petinggi Toyota bernama Taiichi Ohno

mengemukakan bahwa pemecahan masalah sebenarnya membutuhkan identifikasi

akar penyebab bukan sumber, karena yang biasanya tersembunyi dibalik sumber

adalah akar penyebab masalah. Diagram five why berusaha untuk mengungkapkan

akar dari permasalahan untuk dapat perbaiki dengan tepat dengan bertanya sebanyak

lima kali mengapa ketika suatu ketidak sesuaian terjadi pada proses (Liker, 2006,

hal.303).

Langkah-langkah dalam melakukan analisa 5 Whys (George et al, 2005,

hal.145), yaitu:

1. Menentukan suatu penyebab masalah, bisa dari diagram sebab akibat atau grafik

batang yang tertinggi pada diagram pareto dan pastikan pengertian penyebab

masalah tersebut diketahui. (Why 1)

2. Bertanya “Mengapa hal tersebut terjadi”? (Why 2)

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

54

3. Menentukan salah satu dari alasan untuk Why 2 dan bertanya “Mengapa hal itu

terjadi”? (Why 3)

Melanjutkan langkah ini hingga dirasakan sudah diperoleh akar permasalahan yang

potensial.

2.4.3.5 Failure Mode and Effect Analysis

FMEA atau analisis mode kegagalan dan efek adalah suatu prosedur

terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan.

Suatu metode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan/ kegagalan

dalam desain, kondisi di luar batas spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan-

perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu.

Dengan menghilangkan mode kegagalan, maka FMEA akan meningkatkan keandalan

dari produk sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan yang menggunakan produk

tersebut. Langkah-langkah dalam membuat FMEA:

1. Mengidentifikasi proses atau produk/ jasa.

2. Mendaftarkan masalah-masalah potensial yang dapat muncul, efek dari masalah-

masalah potensial tersebut dan penyebabnya. Hindarilah masalah-masalah sepele.

3. Menilai masalah untuk keparahan (severity), probabilitas kejadian (occurance)

dan detektabilitas (detection).

4. Menghitung Risk Priority Number atau RPN yang rumusnya adalah dengan

mengalikan ketiga variabel dalam poin 3 di atas dan menentukan rencana solusi-

solusi prioritas yang harus dilakukan.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

55

Dari contoh tabel FMEA dalam gambar 2.5, berikut ini akan dijelaskan

langkah-langkah dalam pengisian tabel FMEA, yaitu:

Gambar 2.5 Contoh Tabel FMEA

1. Fungsi proses

Merupakan gambaran dari proses produksi yang akan dianalisa beserta dengan

penjelasan secara singkat fungsi dari proses tersebut. Jika prosesnya ada beberapa

operasi dengan potensi kegagalan yang berbeda, daftarkan operasi sebagai proses

terpisah.

2. Jenis kegagalan yang terjadi

Potensi kegagalan proses yang diidentifikasi adalah proses yang terjadi gagal

dalam memenuhi persyaratan proses. Gunakan pengalaman proses yang sama

untuk mereview klaim pelanggan sehubungan dengan komponen yang sama.

Asumsikan bahwa part atau material yang masuk sudah baik.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

56

3. Efek dari kegagalan yang terjadi

Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan yang terjadi terhadap konsumen maupun

efek terhadap kelangsungan proses selanjutnya.

4. Severity

Nilai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan terhadap konsumen maupun

terhadap kelangsungan proses selanjutnya yang secara tidak langsung juga

merugikan. Terdiri dari rating dari 1 – 10. Tabel 2.5 memperlihatkan kriteria dari

setiap nilai rating severity. Makin parah efek yang ditimbulkan, makin tinggi nilai

rating yang diberikan.

5. Penyebab kegagalan

Penyebab kegagalan didefinisikan sebagai penjelasan mengapa kegagalan-

kegagalan pada proses tersebut bisa terjadi. Setiap kemungkinan penyebab

kegagalan yang terjadi didaftarkan dengan lengkap.

6. Occurrence

Seberapa sering kemungkinan penyebab kegagalan terjadi. Nilai occurrence ini

diberikan untuk setiap penyebab kegagalan. Terdiri dari rating dari 1 – 10. Tabel

2.6 memperlihatkan kriteria dari setiap nilai rating occurrence. Makin sering

penyebab kegagalan terjadi, makin tinggi nilai rating yang diberikan.

7. Kontrol yang dilakukan

Kontrol yang dilakukan untuk mendeteksi penyebab kegagalan yang terjadi.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

57

8. Detection (detectability)

Seberapa jauh penyebab kegagalan dapat dideteksi. Terdiri dari rating dari 1 – 10.

Tabel 2.7 memperlihatkan kriteria dari setiap nilai rating detectability. Makin sulit

mendeteksi penyebab kegagalan yang terjadi, makin tinggi nilai rating yang

diberikan.

9. Risk Priority Number (RPN)

RPN merupakan perkalian dari rating occurrence (O), severity (S) dan

detectability (D):

RPN = O x S x D

Angka ini digunakan sebagai panduan untuk mengetahui masalah yang paling

serius, dengan indikasi angka yang paling tinggi memerlukan prioritas

penanganan serius.

Tabel 2.5 Nilai Severity Rating Criteria: A Failure Could...

10 Injure a customer or employe 9 Be illegal 8 Render the unit unfit for use 7 Cause extreme customer dissatisfaction 6 Result in partial malfunction 5 Cause a loss performance likely to result in a complaint 4 Cause minor performance loss 3 Cause a minor nuisance, can be overcome with no loss 2 Be unnoticed, minor effect on performance 1 Be unnoticed and not affect the performance

SUMBER DATA TABEL: GITLOW & LEVINE, 2005, HAL.158

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

58

Tabel 2.6 Nilai Occurence Rating Time Period Probability of Occurance

10 More than once per day > 30% 9 Once every 3-4 days ≤ 30% 8 Once per week ≤ 5% 7 Once per month ≤ 1% 6 Once every 3 months ≤ 0.3 per 1000 5 Once every 6 months ≤ 1 per 10000 4 Once per year ≤ 6 per 100000 3 Once every 1-3 years ≤ 6 per million 2 Once every 3-6 years ≤ 3 per ten million 1 Once every 6-100 years ≤ 2 per billion

SUMBER DATA TABEL: GITLOW & LEVINE, 2005, HAL.158

Tabel 2.7 Nilai Detection Rating Definition

10 Defect cause by failure is not detectable 9 Occasional units are checked for defects 8 Units are systematically sampled and inspected 7 All units are manully inspected 6 Manual inspection with mistake proofing modification 5 Process is monitored with control charts and manually

inspected 4 Control charts used with an immediate reaction to out

of control condition 3 Control charts used as a above with 100% inspection

surronding out of control condition 2 All units automatically inspected or control charts used

to improve the process 1 Defect is obvious and can be kept from the customer or

control charts are used for process improvement to yield a no inspection system with routine monitoring

SUMBER DATA TABEL: GITLOW & LEVINE, 2005, HAL.159

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

59

2.4.4 Improve

2.4.4.1 Layout Improvement

Tata letak dari sebuah pabrik merupakan tempat yang sangat penting karena

semua proses kerja dibentuk dan bekerja berdasarkan tata letak pabrik tersebut,

sehingga untuk mendapatkan tata letak pabrik yang baik maka perlu adanya

penyesuaian layout dari tata letak fasilitas agar tujuan produktivitas yang optimal dari

tiap proses. Pengaturan tata letak pabrik ini meliputi penyimpanan material,

perpindahan material, penempatan personel kerja agar dapat menunjang kelancaran

proses produksi. Pengaturan tata letak fasilitas tersebut akan sangat mendukung

semua tujuan awal bila jarak antar workstation lebih dekat sehingga tidak ada jarak

perpindahan. Pengaturan tata letak yang terencana dengan baik akan didapat berbagai

keuntungan dan tujuan yang terangkum dalam enam tujuan dasar yaitu:

• Integrasi secara menyeluruh yang dapat mempengaruhi proses produksi

• Perpindahan jarak yang minimal.

• Aliran kerja pabrik yang lancar.

• Memanfaatkan semua area pabrik secara efektif dan efisien.

• Kepuasan terhadap kerja dan rasa aman pekerja terjaga.

• Pengaturan tata letak yang fleksibel.

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

60

2.4.4.2 5S

5S adalah program yang merangkum serangkaian aktivitas untuk

menghilangkan pemborosan yang menyebabkan kesalahan, cacat dan kecelakaan di

tempat kerja. Kelima S tersebut adalah sebagai berikut:

1. Seiri (Sort) – pilahlah barang-barang dan simpan hanya yang diperlukan dan

singkirkan yang tidak diperlukan.

2. Seiton (Set in Order) – Setiap barang memiliki tempat dan setiap barang ada di

tempatnya.

3. Seiso (Shine) – Proses pembersihan sering kali berbentuk pemeriksaan yang

mengungkapkan abnormalitas dan kondisi sebelum terjadinya kesalahan yang

dapat berdampak buruk terhadap kualitas atau menyebabkan kerusakan pada

mesin.

4. Seiketsu (Standardize) – Kembangkan sistem dan prosedur untuk

mempertahankan dan memonitor ketiga S yang pertama.

5. Shitsuke (Sustain) – Menjaga tempat kerja agar tetap stabil merupakan proses

yang terus-menerus dari peningkatan berkesinambungan.

2.4.4.3 Mistake Proofing

Pembuktian kesalahan memberikan perhatian khusus pada satu perlakuan

konstan untuk semua proses, yaitu kesalahan manusia. Inti dari mistake proofing

adalah pengamatan yang cermat terhadap setiap aktifitas dalam proses dan memeriksa

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

61

serta mencegah masalah di setiap langkah. Kegunaan mistake proofing membuat

barang cacat tidak mungkin masuk ke langkah selanjutnya dari proses produksi.

2.4.4.4 Jidoka

Jidoka merupakan salah satu prinsip dalam Toyota Production System yang

berarti menghentikan proses untuk membangun kualitas. Hal ini berarti ketika terjadi

kerusakan maka produksi harus segera dihentikan sehingga masalah dapat diperbaiki

sebelum barang cacat itu diteruskan ke proses selanjutnya. Jidoka atau sering disebut

dengan autonomation adalah peralatan yang dilengkapi dengan inteligensia manusia

untuk menghentikan dirinya sendiri ketika terjadi suatu masalah. Kualitas dalam

proses jauh lebih efektif dan lebih murah daripada memeriksa dan memperbaiki

masalah kualitas setelah terjadi.

2.4.4.5 Hoshin Planning

Hoshin planning adalah suatu metodologi untuk manajemen membuat

perencanaan ke depan. Dengan hoshin planning, setiap anggota bertanggung jawab di

setiap bagiannya dan mempunyai target masing yang berkaitan dengan target

perusahaan yang dibuat pimpinan. Hoshin planning merupakan suatu proses untuk

mengembangkan target-target tersebut, mengkomunikasikan dan mengukur status

pencapaiannya.

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

62

2.4.5 Control

2.4.5.1 Standard Operating Procedures

Definisi

SOP adalah sebuah panduan yang dikemukan secara jelas tentang apa yang

disyaratkan dan harus dilakukan dari semua karyawan dalam menjalankan kegiatan

sehari-hari. SOP bukan standar tapi prosedur kerja yang dilakukan secara benar dan

konsisten.

SOP harus tertulis, menjelaskan secara singkat langkah demi langkah dan

dalam tampilan yang mudah dibaca. Gunakan kata kerja dalam kalimat aktif. Contoh,

‘Kirim spesifikasi ke vendor’ bukan ‘Spesifikasi dikirim ke vendor’. Kalimat singkat,

jelas dan tidak banyak frase. Gunakan pernyataan positif, seperti ‘Lengkapi lembar

kerja buku dan kembalikan ke pengadaan’ tidak dengan pernyataan negatif, seperti

‘Jangan dikembalikan sebelum lembar kerja dilengkapi’.

Manfaat

1. Dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.

2. Dapat menstandarkan semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.

3. Dapat mengurangi waktu pelatihan karena sudah ada kerangka kerja yang

diperlukan.

4. Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.

5. Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama pekerja

dengan pihak manajemen.

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI FIX OKthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00439-TI BAB 2.pdf · ... Toyota Production System, dan lain-lain. ... buruk dan rancangan produk yang buruk, ... merupakan

63

Jenis

1. Sederhana Prosedur dengan langkah-langkah yang singkat, berulang-ulang dan

hanya memerlukan sedikit keputusan. Prosedur yang hanya melibatkan sedikit

kegiatan oleh sedikit orang.

2. Hirarki Prosedur dengan langkah-langkah yang rinci, panjang, konsisten.

Langkah-langkah dalam hirarki mungkin berisi sub-sub langkah untuk lebih

memperjelas prosedur.

3. Grafis Prosedur dengan langkah-langkah yang sangat panjang dan lebih rinci.

Tipe grafis akan membagi proses yang panjang menjadi sub-proses yang lebih

pendek. Pictures truly are worth a thousand words.

4. Flowcharts Prosedur yang berisi banyak keputusan-keputusan atau pertimbangan-

pertimbangan. Flowcharts adalah representasi grafis yang menghubungkan

langkah-langkah secara fisik dan logis.

2.5 Penelitian Terdahulu

Selain referensi buku-buku, pedoman penulisan penelitian ini juga bersumber

dari referensi internet yang membahas topik Lean Six Sigma dan beberapa karya

ilmiah yang membahas mengenai Lean, Six Sigma dan Lean Six Sigma.