bab 2 landasan teori dan kerangka pemikiran...
TRANSCRIPT
-
6
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Visi
2.1.1.1 Pengertian Visi
Berdasarkan pendapat yang ditulis oleh Wibisono(2006,p.43), Visi merupakan
rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau
perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Secara singkat dinyatakan, visi
adalah pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan.
Sedangkan menurut Gaspers (2005,p.4), Visi (vision) adalah suatu pernyataan
menyeluruh tentang gambaran ideal yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang
akan datang.
Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa agar dapat
eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang
keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi.
(http://www.deptan.go.id/pusdatin/renstra/renstra2.htm )
Jadi kesimpulannya Visi adalah cita-cita dari sebuah organisasi atau perusahaan yang
ingin dicapai di masa depan.
2.1.1.2 Kegunaan Visi
Organisasi atau perusahaan membutuhkan visi yang dapat digunakan sebagai:
1. Penyatuan tujuan , arah dan sasaran perusahaan.
2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya.
3. Pembentukan dan pembangunan budaya perusahaan (corporate culture).
-
7
2.1.1.3 Ciri-ciri atau Kriteria Visi
Menurut Wibisono (2006,p.43) Visi yang baik memiliki criteria sebagai berikut:
1. Menyatakan cita-cita/ keinginan perusahaan di masa depan.
2. Singkat, jelas, fokus dan merupakan standard of excellence.
3. Realistis dan sesuai dengan kompetensi organisasi.
4. Atraktif dan mampu menginspirasikan komitmen serta antusiasme.
5. Mudah diingat dan dimengerti seluruh karyawan
6. Dapat ditelursuri tingkat kepercayaannya.
Selain itu, menurut Gaspers (2005,p.4) ciri-ciri dari Visi adalah:
Diciptakan melalui konsensus
Citraan-citraan ideal di masa yang akan datang, yang memepengaruhi mental orang-
orang agar berhasrat mencapainya.
Menggambarkan sesuatu yang mungkin, tidak perlu harus dapat diperkirakan.
Memberikan arah dan fokus
Mempengaruhi orang-orang untuk menuju ke visi itu.
Tidak memiliki batas waktu.
2.1.2 Misi
2.1.2.1 Pengertian Misi
Menurut Wibisono (2006,p.46) Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan
tujuan atau alasan eksistensi organisasi, yang memuat apa yang disediakan oleh
perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.
Sedangkan menurut Gaspers (2005,p.4), Misi adalah suaru pernyataan bisnis dari
perusahaan.
-
8
Pengertian Misi ialah tujuan dan alasan yang memberikan arah sekaligus batasan
proses pencapaian tujuan. Misi pada dasarnya hanya bukan sekedar usaha formal
untuk memperjelas apa yang dikehendaki, namun misi merupakan tahap aksi yang
akan dilaksanakan dari visi yang telah ada, guna mencapai suatu tujuan.
(http://indonetasia.com/definisionline/?p=339)
Menurut penulis, pengertian dari Misi merupakan suatu pernyataan oleh organisasi atau
perusahaan mengenai produk/jasa yang akan diberikan kepada masyarakat yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan.
2.1.2.2 Tujuan Misi
Menurut Wibisono(2006,p.46) Tujuan dari misi adalah mengkomunikasikan kepada
stakeholders, di dalam maupun kuar organisasi, tentang alasan pendirian perusahaan
dan ke arah mana perusahaan akan menuju.
2.1.2.3 Komponen dan Elemen dari Misi
Komponen dari Misi menurut Gaspers (2005,p.4) adalah:
Menyatakan alasan-alasan bisnis tentang keberadaan perusahaan itu.
Tidak menyatakan suatu hasil
Tidak ada batas waktu atau pengukuran
Memberikan basis untuk pembuatan keputusan tentang alokasi sumber-sumber daya
dan penetapan tujuan yang tepat.
Mendefinisikan bisnis sekarang dan yang akan datang dalam bentuk produk, skor,
pelanggan, alasan-alasan, dan pasar.
Sebelum menyusun misi, kita harus mengetahui terlebih dahulu elemen-elemen apa saja
yang diperlukan dalam penyusunan misi tersebut. Menurut Wibisono (2006,p.47) ada
lima elemen misi yang bagus. Elemen tersebut akan dijelaskan melalui table dibawah ini.
-
9
Table 2.1 Lima Elemen Misi yang Bagus
Elemen Keterangan
Pertimbangan nature of business dari organisasi.
Bisnis apa yang kita masuki? Bisnis apa yang seharusnya kita geluti?
Respons yang dipertimbangkan dari perspektif konsumen, bukan dari perspektif organisasi sendiri.
Pernyataan misi kita berada dalam bisnis pengembangan buku yang akan memberikan informasi dan mendidik pembaca tentang strategi merupakan pernyataan yang lebih baik dibandingkan pernyataan kita berada dalam bisnis mengembangkan buku teks yang berkaitan dengan isu strategis.
Merefleksikan nilai dasar dan keyakinan yang dipegang organisasi.
Contoh: Kita percaya bahwa menjaga lingkungan dan menyediakan lapangan kerja yang bebas dari prasangka budaya, ras, dan agama adalah penting.
Merefleksikan elemen keunggulan kompetitif yang berkelanjutan
Contoh: tujuan kita adalah untuk menjadi pemimpin dalam bidang ini.
Merangkum alasan utama dari pendekatan-pendekatan yang dipilih perusahaan
Kita merupakan sebuah tim, oleh karena itu kita harus memperlakukan orang lain dengan penuh kepercayaan dan rasa hormat.
Sumber: Wibisono, Manajemen Kinerja (2006,p.47) 2.1.2.4 Tahap-tahap Penyusunan Misi
Tahap-tahap penyusunan Misi yang umunya dilakukan oleh perusahaan atau organisasi,
menurut Wibisono(2006,p.47) adalah:
1. Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang
menggambarkan organisasi.
2. Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting.
3. Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraph yang
menggambarkan misi perusahaan.
4. Mengedit kata-kata sampai terdengar benar.
-
10
2.1.3 Kinerja
2.1.3.1 Pengertian Kinerja
Menurut Mangkuprawira (2007), Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama. (http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/kinerja-apa-itu/)
Kinerja adalah penampilan hasil karya seseorang baik dalan hal kuantitas maupum
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat berupa penampilan individu maupun
kelompok kerja personel.
(http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=7&submit.y=13&submit=prev&page=
2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2007%2Fjiunk
pe-ns-s1-2007-25403057-8970-mbnqa-chapter2.pdf )
Menurut Hasibuan (2003,p.94), Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta
waktu.
Menurut Ceacilia Srimindarti (Balanced Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur
Kinerja,2004) Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk
sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode
dengan referensi pada sejumlah standarseperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya. Penilaian kinerja dapat digunakan untuk menekan
perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang
semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian
-
11
penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Dengan adanya penilaian
kinerja, manajer puncak dapat memperoleh dasar yang objektif untuk memberikan
kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat
pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan.
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa Kinerja merupakan hasil dari sukses
atau tidaknya seseorang dalam mencapai target yang ditentukan.
2.1.3.2 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Yuwono,et.all (2008,p.29) manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:
Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang yang dalam
organisasi terlibat dalam upaya memberikan kepuasan pada pelanggan;
Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai mata-rantai pelanggan dan
pemasok internal;
Mengindentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
Membuat tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga
mempercepat proses pembelajaran organisasi;
Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.
2.1.3.3 Karakteristik dalam Pengukuran Kinerja
Menurut Gaspersz (2005,pp.68-69), karakteristik yang biasa digunakan oleh organisasi
kelas dunia dalam menerapkan Balanced Scorecard untuk mengevaluasi sistem
pengukuran kinerja mereka adalah:
1. Biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran kinerja tidak lebih besar daripada manfaat
yang diterima.
-
12
2. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program Balanced Scorecard. Berbagai
masalah yang berkaitan dengan kinerja beserta kesempatan-kesempatan untuk
meningkatkannya harus dirumuskan secara jelas.
3. Pengukuran harus terkait langsung dengan tujuan-tujuan strategis yang dirumuskan.
Setiap tujuan strategi yang dirumuskan dalam kisi strategis (strategic grid) harus
memiliki paling sedikit satu pengukuran.
4. Pengukuran harus sederhana serta memunculkan data yang mudah untuk
digunakan, mudah dipahami, dan mudah melaporkannya.
5. Pengukuran harus dapat diulang terus-menerus sepanjang, sehingga dapat
diperbandingkan antara pengukuran pada satu titik waktu dan pengukuran pada titik
waktu yang sama.
6. Pengukuran harus dilakukan pada sistem secara keseluruhan, yang menjadi ruang
lingkup Balanced Scorecard.
7. Pengukuran harus dapat digunakan untuk menetapkan target, mengarah ke
penigkatan kinerja di masa mendatang.
8. Ukuran-ukuran kinerja dalam program Balanced Scorecard yang diukur itu
seharusnya telah dipahami secara jelas oleh semua individu yang terlibat, terutama
mengenai keterkaitan ukuran-ukuran kinerja itu dengan sasaran program Balanced
Scorecard.
9. Pengukuran seharusnya melibatkan semua individu yang berada dalam proses yang
terlibat dengan program Balanced Scorecard.
10. Pengukuran harus diterima dan dipercaya sebagai sahih (valid) oleh mereka yang
akan menggunakannya. Hal berarti data sebagai hasil pengukuran harus akurat,
dapat diandalkan, dapat diverifikasi, dan lain-lain.
11. Pengukuran harus berfokus pada tindakan korektif dan peningkatan, bukan sekadar
pada pemantau (monitoring) atau pengendalian.
-
13
2.1.3.4 Tolok Ukur Kinerja yang Baik
Ada berbagai atribut yang menjadi tolok ukur yang baik bagi perusahaan,
Table 2.2 Berbagai Atribut Pengukur Kinerja yang Baik
BERBAGAI ATRIBUT TOLOK UKUR KINERJA YANG BAIK
Secara umum, suatu sistem pengukuran yang baik harus terdiri dari sekumpulan tolok ukur yang mengkombinasikan antara matriks keuangan dan non-keuangan dengan 24 atribut berikut:
1. Mendukung dan konsisten dengan tujuan, tindakan, budaya, dan faktor-faktor kunci keberhasilan perusahaan;
2. relevan dan mendukung strategis; 3. sederhana untuk diimplementasikan; 4. tidak kompleks; 5. digerakkan oleh pelanggan; 6. integral dengan seluruh fungsi dalam
organisasi; 7. sesuai dengan keseluruhan tingkatan
organisasi; 8. sesuai dengan lingkungan eksternal; 9. mendorong kerjasama dalam organisasi
baik secara horizontal maupun vertical; 10. hasil pengukurannya dapat dipertanggung
jawabkan; 11. jika memungkinkan, dikembangkan dengan
menggabungkan pendekatan top-down dan bottom-up;
12. dikomunikasikan ke seluruh bagian yang relevan dalam organisasi;
13. dapat dipahami; 14. disepakati bersama; 15. realistik;
16. berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dan membuat sebuah perbedaan;
17. terhubungan dengan aktivitas sehingga hubungan yang jelas terlihat antara sebab dan akibat;
18. difokuskan lebih pada pengelolaan sumber daya, ketimbang biaya yang sederhana;
19. dimanfaatkan untuk memberi real-time feedback
20. digunakan untuk memberi action-ori-ented feedback
21. jika diperlukan, suatu tolok ukur bisa ditambah lintas fungsional dan lintas level manajemen;
22. mendukung bagi pembelajaran individu dan organisasi;
23. mendorong perbaikan secara kontinyu dan tiada henti;
24. secara kontinyu dinilai relevansinya terhadap 23 atribut diatas dan dibuang jika kegunaannya hilang atau ada tolok ukur yang baru atau lebih relevan ditemukan.
Jika suatu sistem tolok ukur organisasi jauh dari karakteristik atau atribut di atas maka saatnya untuk menguji kembali kegunaan tolok ukur kinerja yang ada dan mencari tolok ukur yang baru. Sumber: Paul McMann, CMA dan Alfred J.Nanni, Jr., Is Your Company Really Measuring Performance?, Majalah Management Accounting, Edisi: November 1994, hlm.56. (Yuwono, Sony.ect, 2008,p.30)
2.1.4 Balanced Scorecard
2.1.4.1 Sejarah Balanced Scorecard
Menurut pendapat Yuwono,et.all (2008,p.3), ide tentang Balanced Scorecard
pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S.Kaplan dan David P.Norton di Harvard
Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul Balanced Scorecard-
-
14
Measures that Drivers Performance. Artikel tersebut merupakan laporan dari
serangkaian riset dan eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika serta
diskusi rutin dua bulan dengan wakil dari berbagai bidang perusahaan sepanjang tahun
itu untuk mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru. BSC dikembangkan
sebagai sistem pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif memandang
perusahaan dari berbagai perspektif secara simultan. Dalam perkembangannya, BSC
kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur bisnis dengan strategi
perusahaan.
Sedangkan menurut Luis (2007,p.16) Balanced Scorecard pertama kali muncul pada
tahun 1992, dalam artikel yang ditulis oleh Kaplan dan Norton di majalah Harvard
Business Review edisi Januari-Februari 1992. Selanjutnya teori ini telah berkembang
dengan pesat, dan pada tahun 1996 Kaplan dan Norton merevisi Balanced Scorecard
yang telah mereka bangun. Kemudian muncullah Peta Strategi (Strategy Map). Balanced
Scorecard generasi kedua memiliki beberapa perbedaan dengan generasi pertama.
Perbedaan yang paling signifikan diantaranya pada Balanced Scorecard generasi kedua
mempunyai hubungan sebab akibat di antara berbagai sasaran strategis yang disebut
dengan Strategy Map.
2.1.4.2 Pengertian Balanced Scorecard
Menurut pendapat Yuwono, et.all (2006,p.8), Balanced Scorecard merupakan suatu
sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian secara cepat, tepat dan
komperhensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance
bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif
yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan (internal),
serta proses pembelajaran dan berkembang.
Menurut pendapat Vincent (2005,p.9), Balanced Scorecard merupakan suatu konsep
manajemen yang membantu menerjemahkan strategi kedalam tindakan. Balanced
-
15
Scorecard adalah lebih dari sekadar suatu sistem pengukuran operasional atau
taktis. Perusahaan-perusahaan yang inovtif menggunakannya sebagai suatu sistem
manajemen strategis yang mengelola strategi perusahaan sepanjang waktu.
Menurut Luis (2007,p.16), Balanced Scorecard didefinisikan sebagai suatu alat
manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat membantu
organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan
memanfaatkan sekumpulan indicator financial dan non-finansial yang kesemuanya
terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
Kesimpulannya Balanced Scorecard adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
kinerja perusahaan dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor keuangan dan
faktor non keuangan.
2.1.4.3 Kelebihan Balanced Scorecard
Menurut Luis dan Biromo (2008,p.48) Balanced Scorecard (BSC) adalah salah
satu metode perencanaan strategi (strategic planning). Dibandingkan dengan metode
lain, BSC memiliki kelebihan-kelebihan berikut:
BSC dapar berfungsi sebagai alat ukur untuk megkomunikasikan strategi di antara
para staholders (pihak manajemen, karyawan, pelanggan, pemegang saham, dan
komunitas lingkungan)
BSC memungkinkan organisasi untuk menjelaskan semua faktor utama yang ada di
dalam organisasi baik dalam bentuk benda fisik (tangiable asset) atau benda non
fisik (intangible asset).
BSC dapat mengaitkan strategi dangan kinerja organisasi. Konsep perencanaan
strategi lain hanya terfokus pada membangun strategi dan berhenti setelah strategi
itu selesai dibangun, sedangkan BSC memungkinkan organisasi untuk mengaitkan
strategi yang dibangun dengan proses pelaksanaannya.
-
16
BSC memiliki konsep sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat ini secara tidak langsung
menguatkan kerja sama dalam organisasi dan mendorong mereka dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
BSC dapat membantu proses penyusunan anggaran. Pada saat penyusunan
anggaran tahunan, organisasi dapat menggunakan BSC sebagai titik tolak. Dari BSC
kita dapat mengetahui kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi guna
mencapai target-targetnya.
Menurut Mulyadi (2001), keunggulan dari Balanced Scorecard adalah:
Komprehensif, berarti bahwa Balanced Scorecard memperluas perspektif yang
sebelumnya hanya terbatas pada keuangan saja. Perluasan itu kearah tiga perspektif
yang lain yaitu: customer, proses bisnis intern, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Perluasan itu menghasilkan manfaat sebagai berikut:
a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang
b. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks
Koheren berarti Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun
hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam
perencanaan strategis. Kekoherenan itu akan memotivasi personel untuk
bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategis yang menghasilkan sasaran
strategis yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan.
Seimbang berarti empat perspektif yang ada di dalam Balanced Scorecard
mencerminkan keseimbangan antara pemusatan ke dalam (internal focus) dengan ke
luar (external focus). Keseimbangan antara proses bisnis intern dan pertumbuhan
dan pembelajaran sebagai internal fokus dengan kepuasan customer dan kinerja
keuangan sebagai eksternal fokus.
-
17
Terukur berarti sasaran strategis yang sulit diukur secara tradisional dalam Balanced
Scorecard dilakukan pengukuran agar dapat dikelola dengan baik. Sasaran strategis
yang sulit diukur adalah customer, proses bisnis intern serta pertumbuhan dan
pembelajaran.
Menurut Umar (2005,pp.173-176) beberapa keunggulan utama dari Balanced Scorecard
adalah:
Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategis
Misalnya dalam hal keuangan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan personel
dituntut untuk mencari inisiatif-inisiatif strategis dalam mewujudkan sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan.
Menghasilkan business plan yang komperhensif
Sistem Balanced Scorecard merumuskan sasaran strategis melalui keempat
perspektif. Ketiga perspektif non keuangan hendaknya dipicu karena ketiganya ini
merupakan pemicu sesungguhnya bagi kinerja keuangan.
Menghasilkan business plan yang koheren
Sistem Balanced Scorecard dapat menghasilkan dua macam kehorensi, diantaranya:
1. Koherensi antara misi dan visi perusahaan dengan program dan rencana laba
jangka pendek.
2. Koherensi antara berbagai sasaran strategis.
Keseimbangan
Sasaran strategis harus diarahkan ke keempat perspektif secara seimbang melalui:
1. Seimbang antara fokus ke perspektif proses bisnis/internal dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
2. Seimbang antara fokus ke perspektif internal dan eksternal perusahaan.
-
18
Keseimbangan perlu dilakukan agar keseimbangan strategis yang dirumuskan akan
menjanjikan shareholder value yang berlipat ganda dan berjangka panjang.
Menghasilkan sasaran-sasaran strategis yang terukur
Sistem Balanced Scorecard hendaknya menghasilkan sasaran-sasaran strategis
dengan ukuran tertentu. Ukuran-ukuran ini diperlukan untuk mengukur keberhasilan
pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah dirumuskan dan untuk mengukur
faktor yang memacu pencapaian sasaran strategis tersebut.
2.1.5 Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard
Gambar 2.1 Balanced Scorecard sebagai Suatu Sistem Manajemen Kinerja Sumber: Gaspersz,(2005,p.3)
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan
Tujuan Ukuran Target Inisiatif
Perspektif Pelanggan
Tujuan Ukuran Target Inisiatif
Perspektif Proses Bisnis Internal
Tujuan Ukuran Target Inisiatif
Visi dan
strategi
Perspektif Finansial
Tujuan Ukuran Target Inisiatif
-
19
2.1.5.1 Perspektif Keuangan
Balanced Scorecard menggariskan upaya apa yang harus dilakukan agar dapat
berhasil secara keuangan, dan bagaimana kinerja kita secara keuangan di mata para
pemegang saham. Keuangan dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu:
Jangka pendek
Pendekatan keuangan yang bertujuan jangka pendek, strategi yang digunakan
adalah strategi peningkatan produktivitas, meliputi upaya-upaya yang dilakukan
agar produktivitas dapat optimal. Strategi produktivitas ini dapat dicapai dengan
perbaikan struktur biaya. Contoh kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
struktur biaya adalah pengurangan belanja tunai, dan minimalisasi jumlah produk
yang cacat.
Jangka panjang
Pendekatan keuangan yang bertujuan jangka panjang dilakukan strategi khusus
yang disebut strategi pertumbuhan. Strategi ini meliputi dua hal utama yaitu, yang
pertama peningkatan pendapatan dengan cara organisasi akan mencari berbagiai
peluang dan melakukan berbagai kegiatan, seperti mencari sumber baru untuk
meningkatkan pendapatan; yang kedua peningkatan nilai bagi pelanggan dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan berbagai manfaat yang didapatkan oleh
pelanggan, misalnya memperpanjang waktu garansi produk.
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan
bisnis, yaitu growth, sustain dan harvest. Tiap tahapan siklus bisnis memiliki tahapan
yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannyapun berbeda. Berikut merupakan
penjelasan tahapan dari siklus kehidupan bisnis:
Growth , merupakan tahapan awal siklus kehidupan perusahaan di mana perusahaan
memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan
-
20
terbaik. Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus
kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Tolok ukur
kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah, tingkat pertumbuhan pendapatan atau
penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
Sustain , merupakan tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan investasi
dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap
ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan
mengembangkan jika memungkinkan. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan
pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Tolok ukur yang
cocok pada tahap ini adalah, ROA, ROCE, dan EVA.
Harvest , merpuakan tahapan ke tiga di mana perusahaan benar-benar
memanen/menuai hasil investasi dari tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi
investasi besar, hanya ada pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas.
Tolok ukur yang cocok untuk tahap ini adalah memaksimumkan arus kas masuk dan
pengurangan modal kerja.
Menurut Gaspersz (2005,p.49), pemahaman mengenai perspektif financial dalam
manajemen Balanced Scorecard adalah sangat penting karena keberlangsungan suatu
unit bisnis strategis sangat tergantung pada posisi dan kekuatan finansial. Terdapat
beberapa rasio finansial, antara lain:
1. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
Rasio ini mengukur efetivitas manajemen yang ditunjukkan melalui keuntungan (laba)
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi penjualan.
Keuntungan kotor (Gross Margin):
jumlah penjualan bersih (net sales) biaya penjualan (harga pokok penjualan).
Rasio keuntungan kotor = keuntungan kotor
penjualan bersih.
-
21
Keuntungan bersih (Net Profit Margin):
Keuntungan bersih
penjualan bersih (net sales) , dinyatakan dalam persentase.
Keuntungan bersih dihitung melalui = (penjualan+pendapatan lain-lain) (biaya
langsung dan biaya tidak langsung + bungan pinjaman dan pajak).
Tingkat pengembalian asset (Return on Assets-ROA)=
Keuntungan bersih/asset (aktiva/harta) total, dinyatakan dalam persentase. Rasio
ini mengukur efekivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber
dayanya yang kadang-kadang disebut sebagai tingkat pengembalian atas
investasi (return on investment = ROI).
Tingkat pengembalian modal sendiri (Return on Equity-ROE , atau Return on Net
Worth) = keuntungan bersih/modal sendiri, dinyatakan dalam persen.
2. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Rasio aktivitas mengukur efektivitas manajemen perusahaan menggunakan semua
sumber daya yang berada di bawah pengendalian manajemen. Rasio aktivitas
menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu keseimbangan yang layak dari
penjualan dengan berbagai sumber asset, seperti: inventori, piutang, aset tetap, dan
aset lainnya.
Tingkat perputaran piutang dagang (AR Turnover accounts receivables turnover)
= penjualan kredit/ tingkat saldo piutang dagang (accounts receivables balance).
Periode penagihan rata-rata (Collection Days) , perhitungan dilakukan dengan 2
tahap:
Penjualan kredit rata-rata harian= penjualan kredit tahunan : 360hari
Piutang rata-rata tahunan = (saldo awal piutang + saldo akhir piutang)/2
-
22
Periode penagihan rata-rata= piutang rata-rata tahunan/ penjualan kredit rata-
rata tahunan, hal ini dilakukan untuk memperoleh jumlah hari dimana penjualan
terikat pada piutang. Jumlah hari tersebut merupakan periode penagihan rata-
rata.
Tingkat perputaran inventori (Inventory Turnover) =
Biaya penjualan (cost of sales cost of goods sold/ cost of merchandise sold) :
rata-rata inventori ((inventori awal + inventori akhir)/2). Semakin tinggi nilai
tingkat perputaran inventori maka kinerja perusahaan semakin baik karena akan
memenuhi kebutuhan aliran kas dan modal kerja.
Tingkat perputaran harta total (total assets turnover) = penjualan : tingkat harta
total. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan menggunakan harta total
secara efisien.
3. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Hutang terhadap Kekayaan bersih ( Debt to Net Worth) =
hutang (kewajiban total) / total kekayaan bersih (total net worth).
Semakin kecil nilai rasio ini maka kinerja perusahaan semakin meningkat.
Hutang jangka pendek terhadap total hutang/kewajiban (Short-term Debt to
Liabilities) =Hutang jangka pendek/ hutang.
Semakin rendahnya hutang jangka pendek dibanding total hutang menunjukkan
bahwa kinerja manajemen perusahaan mengelola hutang semakin baik.
4. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang
jangka pendeknya.
Rasio lancar (Current Ratio) atau rasio modal kerja = aset jangka pendek
(aktiva/harta lancer current/short term assets) / hutang jangka pendek (hutang
-
23
lancer short term liabilities). Rasio ini menunjukkan posisi kas perusahaan dan
kemampuan memenuhi kewajiban/ hutang jangka pendek. Nilai rasio yang
semakin tinggi menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola
aset lancer dan hutang lancer yang semakin baik.
Rasio Cepat (Quick Ratio) = (aset lancer inventori)/ hutang lancar
2.1.5.2 Perspektif Pelanggan
Dalam menyusun strategi ini, kita harus menggunakan kacamata pelanggan yang
menikmati produk/jasa kita. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pelanggan menilai
produk/jasa dan organisasi kita. Hal-hal yang dinilai antara lain: atribut produk/jasa,
hubungan dengan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, citra dan reputasi organisasi.
Untuk memberikan nilai yang baik bagi pelanggan, ada 3 pendekatan (value proposition)
yang berkaitan dengan produk kita, yaitu:
Product Leadership adalah produk-produk unggulan yang selalu terdepan dalam hal
inovasi.
Operational excellence adalah produk-produk yang dirancang seekonomis mungkin.
Customer intimacy adalah produk-produk yang dibuat spesial dan tidak missal dan
disesuaikan dengan keinginan pelanggan.
Selain itu, di dalam perspektif pelanggan ada dua kelompok pengukuran, yaitu:
1. Customer core measurement
Customer core measurement memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:
Market share, mengukur bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan
pasar yang ada, meliputi: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit
penjualan.
Customer retention, mengukur tingkat di mana perusahaan dapat
mempertahankan hubungan dengan konsumen.
-
24
Customer acquisition, mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu
menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.
Customer satisfaction, menaksirkan tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan
kriteria kinerja dalam value proportion.
Customer profitability, mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau
segmen setelah dikurangi biaya khusus yang diperlukan untuk mendukung
pelanggan tersebut.
2. Customer value proposition
Customer value proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada:
Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk/jasa, harga dan kualitas.
Pelanggan memiliki prefensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan.
Ada yang mengutamakan fungsi dari produk/kualitas atau harga yang murah.
Customer relationship, menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses
pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Waktu merupakan salah satu
komponen penting yang dapat mempengaruhi perasaan pelanggan. Pelanggan
biasanya menganggap penyelesaian order sebagai faktor yang penting bagi
kepuasan mereka.
Image and reputation, membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui
iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
Tolok ukur utama dalam perspektif pelanggan
Kepuasan pelanggan (customer satisfaction), menunjukkan apakah perusahaan
dapat memenuhi harapan pelanggan atau memuaskannya. Formulir kepuasan
pelanggan sering kali tersedia restoran, hotel, dan sebagainya.
Retensi Pelanggan (customer retention), menunjukkan bagaimana perusahaan
berusaha mempertahankan pelanggannya. Secara umum dikatakan bahwa 5x
-
25
lebih sulit mendapatkan pelanggan baru, dibandingkan mempertahankan
pelanggan lama.
Pangsa Pasar (market share), mengukur proporsi perusahaan dari total usaha
dalam pasar tertentu.
Akuisisi Pelanggan
Menurut Yuwono,et.all (2006,pp.165-166), Kemampuan nasabah baru atau
akuisisi nasabah (customer acquisition), tolok ukur ini dapat dilihat dari
besarnya jumlah nasabah baru yang berhasil diperoleh.
Gambar 2.2 Perspektif Pelanggan: tolok ukur utama
Sumber: Yuwono.ect(2006,p.35)
Selain itu, menurut Gaspersz (2005,pp.52-53) untuk melakukan analisis pelanggan, anda
perlu mengidentifikasi pelanggan anda berdasarkan beberapa pertimbangan atau
karakteristik, diantaranya:
PROFITABILITAS PELANGGAN
RETENSI PELANGGAN
PANGSA PASAR
KEPUASAN PELANGGAN
AKUISISI PELANGGAN
-
26
1. Pertimbangan geografis
Lokasi pelanggan
Lokasi fasilitas produksi atau
pelayanan
Preferensi regional
Populasi
Sumber-sumber daya alam
2. Aktivitas umum pembeli
Bisnis atau industri
Pemerintah atau institusi
Pribadi
3. Posisi atau tanggung jawab pembeli
Pemilik bisnis
Manajer bisnis
Pejabat pemerintahan
Karyawan atau pegawai
Individual atau pribadi
4. Karakteristik pribadi pembeli
Umur
Karakteristik fisik
Gender
Tingkat pendapatan
Tingkat pendidikan
Hobi
Afiliasi politik
Keanggotaan organisasi, dan
lain-lain.
Kebutuhan karakteristik pelanggan dapat didaftarkan melalui pemahaman yang tepat
mengenai karakteristik pelanggan yang dimiliki setiap perusahaan.
2.1.5.3 Perspektif Internal Bisnis
Yang dimaksud proses internal bisnis adalah serangkaian aktivitas yang ada dalam
bisnis kita secara internal yang biasa disebut dengan rantai nilai (value chain). Pada
umumnya rantai nilai terdiri dari pengembangan produk, produksi, penjualan dan
marketing, distribusi produk, layanan purna jual serta keamanan dan kesehatan
lingkungan.
-
27
Proses Inovasi Proses Operasi Proses Layanan Purna
Jual
Gambar 2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal: Model Rantai Nilai Generik
Sumber: Yuwono.ect(2006,p.41)
Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal menjadi beberapa proses, yaitu:
Proses Inovasi
Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan pelanggan
dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan.
Proses Operasi
Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa.
Aktivitas di dalamnya terbagi ke dalam 2 bagian: yang pertama proses pembuatan
produk, dan yang kedua proses penyampaian produk kepada pelanggan.
Proses Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jada pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan
produk/jasa dilakukan. Aktivitas di dalamnya biasanya: penanganan garansi,
perbaikan atas barang yang rusak, dsb.
2.1.5.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Perspektif keempat dalam Balanced Scorecard adalah mengembangkan tujuan dan
ukuran-ukuran yang mengendalikan pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan ini lebih berfokus pada sumber daya khususnya sumber
daya manusia yang ada di dalam organisasi. Ada 3 kategori utama yang dianalisis dan diukur
dalam perspektif ini:
1. Kompetensi karyawan
Kebutuhan Pelanggan diidenifikasikan
Kebutuhan
pelanggan
Kenali
Pasar
Ciptakan produk/
jasa
Bangun produk/
jasa
luncurkan produk/
jasa
Layani
pelanggan
-
28
Peran pegawai dalam organisasi sangatlah penting. Untuk itu, perencanaan dan upaya
implementasi reskilling pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat
dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Infrastruktur teknologi
Meskipun motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan
perusahaan, namun masih diperlukan teknologi yang terbaik. Dengan teknologi yang
mendukung, maka kebutuhan seluruh tingkat manajemen dan pegawai atas informasi
yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
3. Kultur perusahaan untuk melaksanakan tindakan
Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan
terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai.
Semua itu tetap harus diseimbangkan dengan tujuan organisasi.
Gambar 2.4 Keterkaitan Hubungan Sebab-Akibat dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Sumber: Gaspersz,(2005,p.61)
Peningkatan pembelajaran dan pertumbuhan organisasi
Peningkatan produktifitas karyawan
Kepuasan karyawan
Kompetensi karyawan
Pembentukan tim fungsional
silang
Pelatihan fungsional silang terus-menerus
Kultur perusahaan untuk melaksanakan tindakan
Infrastruktur teknologi
Inovasi dan pengembangan
Pembentukan kelompok belajar
Pemberda-yaan
karyawan
Mempertahankan orang-orang kunci
-
29
2.1.6 Perbedaan Tradisional dengan Balanced Scorecard
Pelaporan pada sistem manajemen tradisional digunakan sebagai alat pengendalian,
sedangkan pelaporan pada sistem manajemen strategis balanced scorecard digunakan
sebagai alat strategis.
Tabel 2.3 Perbedaan antara Pelaporan Pengendalian dan Pelaporan Strategis
Pelaporan Pengendalian (Manajemen Tradisional)
Pelaporan Strategis (Manajemen Balanced Scorecard)
Pengendalian melalui anggaran Berfokus pada fungsi-fungsi dalam
organisasi Mengabaikan pengukuran kinerja atau
pengukuran kinerja dilakukan secara terpisah
Informasi fungsional tunggal (hanya untuk keperluan satu fungsi dalam organisasi)
Umpan-balik dan pembelajaran Berfokus pada tim fungsional silang Pengukuran kinerja terintegrasi yang
dilakukan berdasarkan hubungan seba-akibat
Informasi fungsional silang dan disebarluaskan ke seleuruh fungsi dalam organisasi
Sumber: Gaspersz, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk organisasi bisnis dan pemerintahan (2005,p.11)
2.1.7 Implementasi Balanced Scorecard
Menurut Ita Mariza (Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard,Vol.4,ISS.1412-
1212; pg.136-137), tahap dalam implementasi Balanced Scorecard sebagai berikut:
Management must be define the organizations primary objectives.
The organization must understand how stakeholders and processes contribute to its
primary objectives.
The organization must develop a set of secondary objective that are the drivers of
performance on primary objectives.
The organization must develop a set of measures to monitor performance on both
primary and secondary objectives.
The organization must develop a set of processes, along with their attendant implicit and
explicit contracts with stakeholders, to achive those primary objectives.
-
30
The organization must make specific and, therefore, public statements about its beliefs
concerning how processes create results.
2.2 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Hasil: Hasil diolah Penulis
PT.Panin Life.Tbk Departemen Bancassurance
Visi
Sasaran Strategi
Misi
Balanced Scorecard
Perspektif Keuangan
Perspektif Pelanggan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Tingkat Pendapat
an
Peta Strategi
Analisis Laporan Kinerja Perusahaan
Rekomendasi Peningkatan Kinerja
Tingkat Profitabili
tas
Tingkat Produktivitas
Tk. Keperca
yaan Nasaba
h
Tk. Kepuasan Nasabah
Market Share
Inovasi Produk
Waktu Proses
Peningkatan
Teknologi
Kualitas Karyawan