bab 2 landasan teori dan kerangka pemikiran...

Download BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00446-mn bab 2.pdf · 2.1.1.3 Ciri-ciri atau Kriteria Visi ... mengkombinasikan antara

If you can't read please download the document

Upload: ngothu

Post on 06-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB 2

    LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Visi

    2.1.1.1 Pengertian Visi

    Berdasarkan pendapat yang ditulis oleh Wibisono(2006,p.43), Visi merupakan

    rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau

    perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Secara singkat dinyatakan, visi

    adalah pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan.

    Sedangkan menurut Gaspers (2005,p.4), Visi (vision) adalah suatu pernyataan

    menyeluruh tentang gambaran ideal yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang

    akan datang.

    Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa agar dapat

    eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang

    keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi.

    (http://www.deptan.go.id/pusdatin/renstra/renstra2.htm )

    Jadi kesimpulannya Visi adalah cita-cita dari sebuah organisasi atau perusahaan yang

    ingin dicapai di masa depan.

    2.1.1.2 Kegunaan Visi

    Organisasi atau perusahaan membutuhkan visi yang dapat digunakan sebagai:

    1. Penyatuan tujuan , arah dan sasaran perusahaan.

    2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya.

    3. Pembentukan dan pembangunan budaya perusahaan (corporate culture).

  • 7

    2.1.1.3 Ciri-ciri atau Kriteria Visi

    Menurut Wibisono (2006,p.43) Visi yang baik memiliki criteria sebagai berikut:

    1. Menyatakan cita-cita/ keinginan perusahaan di masa depan.

    2. Singkat, jelas, fokus dan merupakan standard of excellence.

    3. Realistis dan sesuai dengan kompetensi organisasi.

    4. Atraktif dan mampu menginspirasikan komitmen serta antusiasme.

    5. Mudah diingat dan dimengerti seluruh karyawan

    6. Dapat ditelursuri tingkat kepercayaannya.

    Selain itu, menurut Gaspers (2005,p.4) ciri-ciri dari Visi adalah:

    Diciptakan melalui konsensus

    Citraan-citraan ideal di masa yang akan datang, yang memepengaruhi mental orang-

    orang agar berhasrat mencapainya.

    Menggambarkan sesuatu yang mungkin, tidak perlu harus dapat diperkirakan.

    Memberikan arah dan fokus

    Mempengaruhi orang-orang untuk menuju ke visi itu.

    Tidak memiliki batas waktu.

    2.1.2 Misi

    2.1.2.1 Pengertian Misi

    Menurut Wibisono (2006,p.46) Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan

    tujuan atau alasan eksistensi organisasi, yang memuat apa yang disediakan oleh

    perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.

    Sedangkan menurut Gaspers (2005,p.4), Misi adalah suaru pernyataan bisnis dari

    perusahaan.

  • 8

    Pengertian Misi ialah tujuan dan alasan yang memberikan arah sekaligus batasan

    proses pencapaian tujuan. Misi pada dasarnya hanya bukan sekedar usaha formal

    untuk memperjelas apa yang dikehendaki, namun misi merupakan tahap aksi yang

    akan dilaksanakan dari visi yang telah ada, guna mencapai suatu tujuan.

    (http://indonetasia.com/definisionline/?p=339)

    Menurut penulis, pengertian dari Misi merupakan suatu pernyataan oleh organisasi atau

    perusahaan mengenai produk/jasa yang akan diberikan kepada masyarakat yang

    berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan.

    2.1.2.2 Tujuan Misi

    Menurut Wibisono(2006,p.46) Tujuan dari misi adalah mengkomunikasikan kepada

    stakeholders, di dalam maupun kuar organisasi, tentang alasan pendirian perusahaan

    dan ke arah mana perusahaan akan menuju.

    2.1.2.3 Komponen dan Elemen dari Misi

    Komponen dari Misi menurut Gaspers (2005,p.4) adalah:

    Menyatakan alasan-alasan bisnis tentang keberadaan perusahaan itu.

    Tidak menyatakan suatu hasil

    Tidak ada batas waktu atau pengukuran

    Memberikan basis untuk pembuatan keputusan tentang alokasi sumber-sumber daya

    dan penetapan tujuan yang tepat.

    Mendefinisikan bisnis sekarang dan yang akan datang dalam bentuk produk, skor,

    pelanggan, alasan-alasan, dan pasar.

    Sebelum menyusun misi, kita harus mengetahui terlebih dahulu elemen-elemen apa saja

    yang diperlukan dalam penyusunan misi tersebut. Menurut Wibisono (2006,p.47) ada

    lima elemen misi yang bagus. Elemen tersebut akan dijelaskan melalui table dibawah ini.

  • 9

    Table 2.1 Lima Elemen Misi yang Bagus

    Elemen Keterangan

    Pertimbangan nature of business dari organisasi.

    Bisnis apa yang kita masuki? Bisnis apa yang seharusnya kita geluti?

    Respons yang dipertimbangkan dari perspektif konsumen, bukan dari perspektif organisasi sendiri.

    Pernyataan misi kita berada dalam bisnis pengembangan buku yang akan memberikan informasi dan mendidik pembaca tentang strategi merupakan pernyataan yang lebih baik dibandingkan pernyataan kita berada dalam bisnis mengembangkan buku teks yang berkaitan dengan isu strategis.

    Merefleksikan nilai dasar dan keyakinan yang dipegang organisasi.

    Contoh: Kita percaya bahwa menjaga lingkungan dan menyediakan lapangan kerja yang bebas dari prasangka budaya, ras, dan agama adalah penting.

    Merefleksikan elemen keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

    Contoh: tujuan kita adalah untuk menjadi pemimpin dalam bidang ini.

    Merangkum alasan utama dari pendekatan-pendekatan yang dipilih perusahaan

    Kita merupakan sebuah tim, oleh karena itu kita harus memperlakukan orang lain dengan penuh kepercayaan dan rasa hormat.

    Sumber: Wibisono, Manajemen Kinerja (2006,p.47) 2.1.2.4 Tahap-tahap Penyusunan Misi

    Tahap-tahap penyusunan Misi yang umunya dilakukan oleh perusahaan atau organisasi,

    menurut Wibisono(2006,p.47) adalah:

    1. Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang

    menggambarkan organisasi.

    2. Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting.

    3. Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraph yang

    menggambarkan misi perusahaan.

    4. Mengedit kata-kata sampai terdengar benar.

  • 10

    2.1.3 Kinerja

    2.1.3.1 Pengertian Kinerja

    Menurut Mangkuprawira (2007), Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

    seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

    dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau

    sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati

    bersama. (http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/kinerja-apa-itu/)

    Kinerja adalah penampilan hasil karya seseorang baik dalan hal kuantitas maupum

    kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat berupa penampilan individu maupun

    kelompok kerja personel.

    (http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=7&submit.y=13&submit=prev&page=

    2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2007%2Fjiunk

    pe-ns-s1-2007-25403057-8970-mbnqa-chapter2.pdf )

    Menurut Hasibuan (2003,p.94), Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja

    yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

    kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta

    waktu.

    Menurut Ceacilia Srimindarti (Balanced Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur

    Kinerja,2004) Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk

    sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode

    dengan referensi pada sejumlah standarseperti biaya-biaya masa lalu atau yang

    diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas

    manajemen dan semacamnya. Penilaian kinerja dapat digunakan untuk menekan

    perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang

    semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian

  • 11

    penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Dengan adanya penilaian

    kinerja, manajer puncak dapat memperoleh dasar yang objektif untuk memberikan

    kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat

    pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan.

    Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa Kinerja merupakan hasil dari sukses

    atau tidaknya seseorang dalam mencapai target yang ditentukan.

    2.1.3.2 Manfaat Pengukuran Kinerja

    Menurut Yuwono,et.all (2008,p.29) manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:

    Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa

    perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang yang dalam

    organisasi terlibat dalam upaya memberikan kepuasan pada pelanggan;

    Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai mata-rantai pelanggan dan

    pemasok internal;

    Mengindentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya

    pengurangan terhadap pemborosan tersebut.

    Membuat tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga

    mempercepat proses pembelajaran organisasi;

    Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi

    reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.

    2.1.3.3 Karakteristik dalam Pengukuran Kinerja

    Menurut Gaspersz (2005,pp.68-69), karakteristik yang biasa digunakan oleh organisasi

    kelas dunia dalam menerapkan Balanced Scorecard untuk mengevaluasi sistem

    pengukuran kinerja mereka adalah:

    1. Biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran kinerja tidak lebih besar daripada manfaat

    yang diterima.

  • 12

    2. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program Balanced Scorecard. Berbagai

    masalah yang berkaitan dengan kinerja beserta kesempatan-kesempatan untuk

    meningkatkannya harus dirumuskan secara jelas.

    3. Pengukuran harus terkait langsung dengan tujuan-tujuan strategis yang dirumuskan.

    Setiap tujuan strategi yang dirumuskan dalam kisi strategis (strategic grid) harus

    memiliki paling sedikit satu pengukuran.

    4. Pengukuran harus sederhana serta memunculkan data yang mudah untuk

    digunakan, mudah dipahami, dan mudah melaporkannya.

    5. Pengukuran harus dapat diulang terus-menerus sepanjang, sehingga dapat

    diperbandingkan antara pengukuran pada satu titik waktu dan pengukuran pada titik

    waktu yang sama.

    6. Pengukuran harus dilakukan pada sistem secara keseluruhan, yang menjadi ruang

    lingkup Balanced Scorecard.

    7. Pengukuran harus dapat digunakan untuk menetapkan target, mengarah ke

    penigkatan kinerja di masa mendatang.

    8. Ukuran-ukuran kinerja dalam program Balanced Scorecard yang diukur itu

    seharusnya telah dipahami secara jelas oleh semua individu yang terlibat, terutama

    mengenai keterkaitan ukuran-ukuran kinerja itu dengan sasaran program Balanced

    Scorecard.

    9. Pengukuran seharusnya melibatkan semua individu yang berada dalam proses yang

    terlibat dengan program Balanced Scorecard.

    10. Pengukuran harus diterima dan dipercaya sebagai sahih (valid) oleh mereka yang

    akan menggunakannya. Hal berarti data sebagai hasil pengukuran harus akurat,

    dapat diandalkan, dapat diverifikasi, dan lain-lain.

    11. Pengukuran harus berfokus pada tindakan korektif dan peningkatan, bukan sekadar

    pada pemantau (monitoring) atau pengendalian.

  • 13

    2.1.3.4 Tolok Ukur Kinerja yang Baik

    Ada berbagai atribut yang menjadi tolok ukur yang baik bagi perusahaan,

    Table 2.2 Berbagai Atribut Pengukur Kinerja yang Baik

    BERBAGAI ATRIBUT TOLOK UKUR KINERJA YANG BAIK

    Secara umum, suatu sistem pengukuran yang baik harus terdiri dari sekumpulan tolok ukur yang mengkombinasikan antara matriks keuangan dan non-keuangan dengan 24 atribut berikut:

    1. Mendukung dan konsisten dengan tujuan, tindakan, budaya, dan faktor-faktor kunci keberhasilan perusahaan;

    2. relevan dan mendukung strategis; 3. sederhana untuk diimplementasikan; 4. tidak kompleks; 5. digerakkan oleh pelanggan; 6. integral dengan seluruh fungsi dalam

    organisasi; 7. sesuai dengan keseluruhan tingkatan

    organisasi; 8. sesuai dengan lingkungan eksternal; 9. mendorong kerjasama dalam organisasi

    baik secara horizontal maupun vertical; 10. hasil pengukurannya dapat dipertanggung

    jawabkan; 11. jika memungkinkan, dikembangkan dengan

    menggabungkan pendekatan top-down dan bottom-up;

    12. dikomunikasikan ke seluruh bagian yang relevan dalam organisasi;

    13. dapat dipahami; 14. disepakati bersama; 15. realistik;

    16. berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dan membuat sebuah perbedaan;

    17. terhubungan dengan aktivitas sehingga hubungan yang jelas terlihat antara sebab dan akibat;

    18. difokuskan lebih pada pengelolaan sumber daya, ketimbang biaya yang sederhana;

    19. dimanfaatkan untuk memberi real-time feedback

    20. digunakan untuk memberi action-ori-ented feedback

    21. jika diperlukan, suatu tolok ukur bisa ditambah lintas fungsional dan lintas level manajemen;

    22. mendukung bagi pembelajaran individu dan organisasi;

    23. mendorong perbaikan secara kontinyu dan tiada henti;

    24. secara kontinyu dinilai relevansinya terhadap 23 atribut diatas dan dibuang jika kegunaannya hilang atau ada tolok ukur yang baru atau lebih relevan ditemukan.

    Jika suatu sistem tolok ukur organisasi jauh dari karakteristik atau atribut di atas maka saatnya untuk menguji kembali kegunaan tolok ukur kinerja yang ada dan mencari tolok ukur yang baru. Sumber: Paul McMann, CMA dan Alfred J.Nanni, Jr., Is Your Company Really Measuring Performance?, Majalah Management Accounting, Edisi: November 1994, hlm.56. (Yuwono, Sony.ect, 2008,p.30)

    2.1.4 Balanced Scorecard

    2.1.4.1 Sejarah Balanced Scorecard

    Menurut pendapat Yuwono,et.all (2008,p.3), ide tentang Balanced Scorecard

    pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S.Kaplan dan David P.Norton di Harvard

    Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul Balanced Scorecard-

  • 14

    Measures that Drivers Performance. Artikel tersebut merupakan laporan dari

    serangkaian riset dan eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika serta

    diskusi rutin dua bulan dengan wakil dari berbagai bidang perusahaan sepanjang tahun

    itu untuk mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru. BSC dikembangkan

    sebagai sistem pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif memandang

    perusahaan dari berbagai perspektif secara simultan. Dalam perkembangannya, BSC

    kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur bisnis dengan strategi

    perusahaan.

    Sedangkan menurut Luis (2007,p.16) Balanced Scorecard pertama kali muncul pada

    tahun 1992, dalam artikel yang ditulis oleh Kaplan dan Norton di majalah Harvard

    Business Review edisi Januari-Februari 1992. Selanjutnya teori ini telah berkembang

    dengan pesat, dan pada tahun 1996 Kaplan dan Norton merevisi Balanced Scorecard

    yang telah mereka bangun. Kemudian muncullah Peta Strategi (Strategy Map). Balanced

    Scorecard generasi kedua memiliki beberapa perbedaan dengan generasi pertama.

    Perbedaan yang paling signifikan diantaranya pada Balanced Scorecard generasi kedua

    mempunyai hubungan sebab akibat di antara berbagai sasaran strategis yang disebut

    dengan Strategy Map.

    2.1.4.2 Pengertian Balanced Scorecard

    Menurut pendapat Yuwono, et.all (2006,p.8), Balanced Scorecard merupakan suatu

    sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian secara cepat, tepat dan

    komperhensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance

    bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif

    yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan (internal),

    serta proses pembelajaran dan berkembang.

    Menurut pendapat Vincent (2005,p.9), Balanced Scorecard merupakan suatu konsep

    manajemen yang membantu menerjemahkan strategi kedalam tindakan. Balanced

  • 15

    Scorecard adalah lebih dari sekadar suatu sistem pengukuran operasional atau

    taktis. Perusahaan-perusahaan yang inovtif menggunakannya sebagai suatu sistem

    manajemen strategis yang mengelola strategi perusahaan sepanjang waktu.

    Menurut Luis (2007,p.16), Balanced Scorecard didefinisikan sebagai suatu alat

    manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat membantu

    organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan

    memanfaatkan sekumpulan indicator financial dan non-finansial yang kesemuanya

    terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.

    Kesimpulannya Balanced Scorecard adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

    kinerja perusahaan dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor keuangan dan

    faktor non keuangan.

    2.1.4.3 Kelebihan Balanced Scorecard

    Menurut Luis dan Biromo (2008,p.48) Balanced Scorecard (BSC) adalah salah

    satu metode perencanaan strategi (strategic planning). Dibandingkan dengan metode

    lain, BSC memiliki kelebihan-kelebihan berikut:

    BSC dapar berfungsi sebagai alat ukur untuk megkomunikasikan strategi di antara

    para staholders (pihak manajemen, karyawan, pelanggan, pemegang saham, dan

    komunitas lingkungan)

    BSC memungkinkan organisasi untuk menjelaskan semua faktor utama yang ada di

    dalam organisasi baik dalam bentuk benda fisik (tangiable asset) atau benda non

    fisik (intangible asset).

    BSC dapat mengaitkan strategi dangan kinerja organisasi. Konsep perencanaan

    strategi lain hanya terfokus pada membangun strategi dan berhenti setelah strategi

    itu selesai dibangun, sedangkan BSC memungkinkan organisasi untuk mengaitkan

    strategi yang dibangun dengan proses pelaksanaannya.

  • 16

    BSC memiliki konsep sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat ini secara tidak langsung

    menguatkan kerja sama dalam organisasi dan mendorong mereka dalam rangka

    mencapai tujuan organisasi.

    BSC dapat membantu proses penyusunan anggaran. Pada saat penyusunan

    anggaran tahunan, organisasi dapat menggunakan BSC sebagai titik tolak. Dari BSC

    kita dapat mengetahui kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi guna

    mencapai target-targetnya.

    Menurut Mulyadi (2001), keunggulan dari Balanced Scorecard adalah:

    Komprehensif, berarti bahwa Balanced Scorecard memperluas perspektif yang

    sebelumnya hanya terbatas pada keuangan saja. Perluasan itu kearah tiga perspektif

    yang lain yaitu: customer, proses bisnis intern, serta pembelajaran dan

    pertumbuhan. Perluasan itu menghasilkan manfaat sebagai berikut:

    a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang

    b. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks

    Koheren berarti Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun

    hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam

    perencanaan strategis. Kekoherenan itu akan memotivasi personel untuk

    bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategis yang menghasilkan sasaran

    strategis yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan.

    Seimbang berarti empat perspektif yang ada di dalam Balanced Scorecard

    mencerminkan keseimbangan antara pemusatan ke dalam (internal focus) dengan ke

    luar (external focus). Keseimbangan antara proses bisnis intern dan pertumbuhan

    dan pembelajaran sebagai internal fokus dengan kepuasan customer dan kinerja

    keuangan sebagai eksternal fokus.

  • 17

    Terukur berarti sasaran strategis yang sulit diukur secara tradisional dalam Balanced

    Scorecard dilakukan pengukuran agar dapat dikelola dengan baik. Sasaran strategis

    yang sulit diukur adalah customer, proses bisnis intern serta pertumbuhan dan

    pembelajaran.

    Menurut Umar (2005,pp.173-176) beberapa keunggulan utama dari Balanced Scorecard

    adalah:

    Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategis

    Misalnya dalam hal keuangan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan personel

    dituntut untuk mencari inisiatif-inisiatif strategis dalam mewujudkan sasaran-sasaran

    yang telah ditetapkan.

    Menghasilkan business plan yang komperhensif

    Sistem Balanced Scorecard merumuskan sasaran strategis melalui keempat

    perspektif. Ketiga perspektif non keuangan hendaknya dipicu karena ketiganya ini

    merupakan pemicu sesungguhnya bagi kinerja keuangan.

    Menghasilkan business plan yang koheren

    Sistem Balanced Scorecard dapat menghasilkan dua macam kehorensi, diantaranya:

    1. Koherensi antara misi dan visi perusahaan dengan program dan rencana laba

    jangka pendek.

    2. Koherensi antara berbagai sasaran strategis.

    Keseimbangan

    Sasaran strategis harus diarahkan ke keempat perspektif secara seimbang melalui:

    1. Seimbang antara fokus ke perspektif proses bisnis/internal dan perspektif

    pembelajaran dan pertumbuhan.

    2. Seimbang antara fokus ke perspektif internal dan eksternal perusahaan.

  • 18

    Keseimbangan perlu dilakukan agar keseimbangan strategis yang dirumuskan akan

    menjanjikan shareholder value yang berlipat ganda dan berjangka panjang.

    Menghasilkan sasaran-sasaran strategis yang terukur

    Sistem Balanced Scorecard hendaknya menghasilkan sasaran-sasaran strategis

    dengan ukuran tertentu. Ukuran-ukuran ini diperlukan untuk mengukur keberhasilan

    pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah dirumuskan dan untuk mengukur

    faktor yang memacu pencapaian sasaran strategis tersebut.

    2.1.5 Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard

    Gambar 2.1 Balanced Scorecard sebagai Suatu Sistem Manajemen Kinerja Sumber: Gaspersz,(2005,p.3)

    Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan

    Tujuan Ukuran Target Inisiatif

    Perspektif Pelanggan

    Tujuan Ukuran Target Inisiatif

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Tujuan Ukuran Target Inisiatif

    Visi dan

    strategi

    Perspektif Finansial

    Tujuan Ukuran Target Inisiatif

  • 19

    2.1.5.1 Perspektif Keuangan

    Balanced Scorecard menggariskan upaya apa yang harus dilakukan agar dapat

    berhasil secara keuangan, dan bagaimana kinerja kita secara keuangan di mata para

    pemegang saham. Keuangan dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu:

    Jangka pendek

    Pendekatan keuangan yang bertujuan jangka pendek, strategi yang digunakan

    adalah strategi peningkatan produktivitas, meliputi upaya-upaya yang dilakukan

    agar produktivitas dapat optimal. Strategi produktivitas ini dapat dicapai dengan

    perbaikan struktur biaya. Contoh kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki

    struktur biaya adalah pengurangan belanja tunai, dan minimalisasi jumlah produk

    yang cacat.

    Jangka panjang

    Pendekatan keuangan yang bertujuan jangka panjang dilakukan strategi khusus

    yang disebut strategi pertumbuhan. Strategi ini meliputi dua hal utama yaitu, yang

    pertama peningkatan pendapatan dengan cara organisasi akan mencari berbagiai

    peluang dan melakukan berbagai kegiatan, seperti mencari sumber baru untuk

    meningkatkan pendapatan; yang kedua peningkatan nilai bagi pelanggan dapat

    dilakukan dengan cara meningkatkan berbagai manfaat yang didapatkan oleh

    pelanggan, misalnya memperpanjang waktu garansi produk.

    Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan

    bisnis, yaitu growth, sustain dan harvest. Tiap tahapan siklus bisnis memiliki tahapan

    yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannyapun berbeda. Berikut merupakan

    penjelasan tahapan dari siklus kehidupan bisnis:

    Growth , merupakan tahapan awal siklus kehidupan perusahaan di mana perusahaan

    memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan

  • 20

    terbaik. Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus

    kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Tolok ukur

    kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah, tingkat pertumbuhan pendapatan atau

    penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.

    Sustain , merupakan tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan investasi

    dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap

    ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan

    mengembangkan jika memungkinkan. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan

    pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Tolok ukur yang

    cocok pada tahap ini adalah, ROA, ROCE, dan EVA.

    Harvest , merpuakan tahapan ke tiga di mana perusahaan benar-benar

    memanen/menuai hasil investasi dari tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi

    investasi besar, hanya ada pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas.

    Tolok ukur yang cocok untuk tahap ini adalah memaksimumkan arus kas masuk dan

    pengurangan modal kerja.

    Menurut Gaspersz (2005,p.49), pemahaman mengenai perspektif financial dalam

    manajemen Balanced Scorecard adalah sangat penting karena keberlangsungan suatu

    unit bisnis strategis sangat tergantung pada posisi dan kekuatan finansial. Terdapat

    beberapa rasio finansial, antara lain:

    1. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

    Rasio ini mengukur efetivitas manajemen yang ditunjukkan melalui keuntungan (laba)

    yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi penjualan.

    Keuntungan kotor (Gross Margin):

    jumlah penjualan bersih (net sales) biaya penjualan (harga pokok penjualan).

    Rasio keuntungan kotor = keuntungan kotor

    penjualan bersih.

  • 21

    Keuntungan bersih (Net Profit Margin):

    Keuntungan bersih

    penjualan bersih (net sales) , dinyatakan dalam persentase.

    Keuntungan bersih dihitung melalui = (penjualan+pendapatan lain-lain) (biaya

    langsung dan biaya tidak langsung + bungan pinjaman dan pajak).

    Tingkat pengembalian asset (Return on Assets-ROA)=

    Keuntungan bersih/asset (aktiva/harta) total, dinyatakan dalam persentase. Rasio

    ini mengukur efekivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber

    dayanya yang kadang-kadang disebut sebagai tingkat pengembalian atas

    investasi (return on investment = ROI).

    Tingkat pengembalian modal sendiri (Return on Equity-ROE , atau Return on Net

    Worth) = keuntungan bersih/modal sendiri, dinyatakan dalam persen.

    2. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)

    Rasio aktivitas mengukur efektivitas manajemen perusahaan menggunakan semua

    sumber daya yang berada di bawah pengendalian manajemen. Rasio aktivitas

    menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu keseimbangan yang layak dari

    penjualan dengan berbagai sumber asset, seperti: inventori, piutang, aset tetap, dan

    aset lainnya.

    Tingkat perputaran piutang dagang (AR Turnover accounts receivables turnover)

    = penjualan kredit/ tingkat saldo piutang dagang (accounts receivables balance).

    Periode penagihan rata-rata (Collection Days) , perhitungan dilakukan dengan 2

    tahap:

    Penjualan kredit rata-rata harian= penjualan kredit tahunan : 360hari

    Piutang rata-rata tahunan = (saldo awal piutang + saldo akhir piutang)/2

  • 22

    Periode penagihan rata-rata= piutang rata-rata tahunan/ penjualan kredit rata-

    rata tahunan, hal ini dilakukan untuk memperoleh jumlah hari dimana penjualan

    terikat pada piutang. Jumlah hari tersebut merupakan periode penagihan rata-

    rata.

    Tingkat perputaran inventori (Inventory Turnover) =

    Biaya penjualan (cost of sales cost of goods sold/ cost of merchandise sold) :

    rata-rata inventori ((inventori awal + inventori akhir)/2). Semakin tinggi nilai

    tingkat perputaran inventori maka kinerja perusahaan semakin baik karena akan

    memenuhi kebutuhan aliran kas dan modal kerja.

    Tingkat perputaran harta total (total assets turnover) = penjualan : tingkat harta

    total. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan menggunakan harta total

    secara efisien.

    3. Rasio Hutang (Debt Ratio)

    Hutang terhadap Kekayaan bersih ( Debt to Net Worth) =

    hutang (kewajiban total) / total kekayaan bersih (total net worth).

    Semakin kecil nilai rasio ini maka kinerja perusahaan semakin meningkat.

    Hutang jangka pendek terhadap total hutang/kewajiban (Short-term Debt to

    Liabilities) =Hutang jangka pendek/ hutang.

    Semakin rendahnya hutang jangka pendek dibanding total hutang menunjukkan

    bahwa kinerja manajemen perusahaan mengelola hutang semakin baik.

    4. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)

    Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang

    jangka pendeknya.

    Rasio lancar (Current Ratio) atau rasio modal kerja = aset jangka pendek

    (aktiva/harta lancer current/short term assets) / hutang jangka pendek (hutang

  • 23

    lancer short term liabilities). Rasio ini menunjukkan posisi kas perusahaan dan

    kemampuan memenuhi kewajiban/ hutang jangka pendek. Nilai rasio yang

    semakin tinggi menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola

    aset lancer dan hutang lancer yang semakin baik.

    Rasio Cepat (Quick Ratio) = (aset lancer inventori)/ hutang lancar

    2.1.5.2 Perspektif Pelanggan

    Dalam menyusun strategi ini, kita harus menggunakan kacamata pelanggan yang

    menikmati produk/jasa kita. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pelanggan menilai

    produk/jasa dan organisasi kita. Hal-hal yang dinilai antara lain: atribut produk/jasa,

    hubungan dengan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, citra dan reputasi organisasi.

    Untuk memberikan nilai yang baik bagi pelanggan, ada 3 pendekatan (value proposition)

    yang berkaitan dengan produk kita, yaitu:

    Product Leadership adalah produk-produk unggulan yang selalu terdepan dalam hal

    inovasi.

    Operational excellence adalah produk-produk yang dirancang seekonomis mungkin.

    Customer intimacy adalah produk-produk yang dibuat spesial dan tidak missal dan

    disesuaikan dengan keinginan pelanggan.

    Selain itu, di dalam perspektif pelanggan ada dua kelompok pengukuran, yaitu:

    1. Customer core measurement

    Customer core measurement memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:

    Market share, mengukur bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan

    pasar yang ada, meliputi: jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit

    penjualan.

    Customer retention, mengukur tingkat di mana perusahaan dapat

    mempertahankan hubungan dengan konsumen.

  • 24

    Customer acquisition, mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu

    menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.

    Customer satisfaction, menaksirkan tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan

    kriteria kinerja dalam value proportion.

    Customer profitability, mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau

    segmen setelah dikurangi biaya khusus yang diperlukan untuk mendukung

    pelanggan tersebut.

    2. Customer value proposition

    Customer value proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada:

    Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk/jasa, harga dan kualitas.

    Pelanggan memiliki prefensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan.

    Ada yang mengutamakan fungsi dari produk/kualitas atau harga yang murah.

    Customer relationship, menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses

    pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Waktu merupakan salah satu

    komponen penting yang dapat mempengaruhi perasaan pelanggan. Pelanggan

    biasanya menganggap penyelesaian order sebagai faktor yang penting bagi

    kepuasan mereka.

    Image and reputation, membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui

    iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

    Tolok ukur utama dalam perspektif pelanggan

    Kepuasan pelanggan (customer satisfaction), menunjukkan apakah perusahaan

    dapat memenuhi harapan pelanggan atau memuaskannya. Formulir kepuasan

    pelanggan sering kali tersedia restoran, hotel, dan sebagainya.

    Retensi Pelanggan (customer retention), menunjukkan bagaimana perusahaan

    berusaha mempertahankan pelanggannya. Secara umum dikatakan bahwa 5x

  • 25

    lebih sulit mendapatkan pelanggan baru, dibandingkan mempertahankan

    pelanggan lama.

    Pangsa Pasar (market share), mengukur proporsi perusahaan dari total usaha

    dalam pasar tertentu.

    Akuisisi Pelanggan

    Menurut Yuwono,et.all (2006,pp.165-166), Kemampuan nasabah baru atau

    akuisisi nasabah (customer acquisition), tolok ukur ini dapat dilihat dari

    besarnya jumlah nasabah baru yang berhasil diperoleh.

    Gambar 2.2 Perspektif Pelanggan: tolok ukur utama

    Sumber: Yuwono.ect(2006,p.35)

    Selain itu, menurut Gaspersz (2005,pp.52-53) untuk melakukan analisis pelanggan, anda

    perlu mengidentifikasi pelanggan anda berdasarkan beberapa pertimbangan atau

    karakteristik, diantaranya:

    PROFITABILITAS PELANGGAN

    RETENSI PELANGGAN

    PANGSA PASAR

    KEPUASAN PELANGGAN

    AKUISISI PELANGGAN

  • 26

    1. Pertimbangan geografis

    Lokasi pelanggan

    Lokasi fasilitas produksi atau

    pelayanan

    Preferensi regional

    Populasi

    Sumber-sumber daya alam

    2. Aktivitas umum pembeli

    Bisnis atau industri

    Pemerintah atau institusi

    Pribadi

    3. Posisi atau tanggung jawab pembeli

    Pemilik bisnis

    Manajer bisnis

    Pejabat pemerintahan

    Karyawan atau pegawai

    Individual atau pribadi

    4. Karakteristik pribadi pembeli

    Umur

    Karakteristik fisik

    Gender

    Tingkat pendapatan

    Tingkat pendidikan

    Hobi

    Afiliasi politik

    Keanggotaan organisasi, dan

    lain-lain.

    Kebutuhan karakteristik pelanggan dapat didaftarkan melalui pemahaman yang tepat

    mengenai karakteristik pelanggan yang dimiliki setiap perusahaan.

    2.1.5.3 Perspektif Internal Bisnis

    Yang dimaksud proses internal bisnis adalah serangkaian aktivitas yang ada dalam

    bisnis kita secara internal yang biasa disebut dengan rantai nilai (value chain). Pada

    umumnya rantai nilai terdiri dari pengembangan produk, produksi, penjualan dan

    marketing, distribusi produk, layanan purna jual serta keamanan dan kesehatan

    lingkungan.

  • 27

    Proses Inovasi Proses Operasi Proses Layanan Purna

    Jual

    Gambar 2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal: Model Rantai Nilai Generik

    Sumber: Yuwono.ect(2006,p.41)

    Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal menjadi beberapa proses, yaitu:

    Proses Inovasi

    Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan pelanggan

    dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan.

    Proses Operasi

    Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa.

    Aktivitas di dalamnya terbagi ke dalam 2 bagian: yang pertama proses pembuatan

    produk, dan yang kedua proses penyampaian produk kepada pelanggan.

    Proses Pelayanan Purna Jual

    Proses ini merupakan jada pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan

    produk/jasa dilakukan. Aktivitas di dalamnya biasanya: penanganan garansi,

    perbaikan atas barang yang rusak, dsb.

    2.1.5.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

    Perspektif keempat dalam Balanced Scorecard adalah mengembangkan tujuan dan

    ukuran-ukuran yang mengendalikan pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Perspektif

    pembelajaran dan pertumbuhan ini lebih berfokus pada sumber daya khususnya sumber

    daya manusia yang ada di dalam organisasi. Ada 3 kategori utama yang dianalisis dan diukur

    dalam perspektif ini:

    1. Kompetensi karyawan

    Kebutuhan Pelanggan diidenifikasikan

    Kebutuhan

    pelanggan

    Kenali

    Pasar

    Ciptakan produk/

    jasa

    Bangun produk/

    jasa

    luncurkan produk/

    jasa

    Layani

    pelanggan

  • 28

    Peran pegawai dalam organisasi sangatlah penting. Untuk itu, perencanaan dan upaya

    implementasi reskilling pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat

    dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

    2. Infrastruktur teknologi

    Meskipun motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan

    perusahaan, namun masih diperlukan teknologi yang terbaik. Dengan teknologi yang

    mendukung, maka kebutuhan seluruh tingkat manajemen dan pegawai atas informasi

    yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

    3. Kultur perusahaan untuk melaksanakan tindakan

    Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan

    terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai.

    Semua itu tetap harus diseimbangkan dengan tujuan organisasi.

    Gambar 2.4 Keterkaitan Hubungan Sebab-Akibat dalam Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Sumber: Gaspersz,(2005,p.61)

    Peningkatan pembelajaran dan pertumbuhan organisasi

    Peningkatan produktifitas karyawan

    Kepuasan karyawan

    Kompetensi karyawan

    Pembentukan tim fungsional

    silang

    Pelatihan fungsional silang terus-menerus

    Kultur perusahaan untuk melaksanakan tindakan

    Infrastruktur teknologi

    Inovasi dan pengembangan

    Pembentukan kelompok belajar

    Pemberda-yaan

    karyawan

    Mempertahankan orang-orang kunci

  • 29

    2.1.6 Perbedaan Tradisional dengan Balanced Scorecard

    Pelaporan pada sistem manajemen tradisional digunakan sebagai alat pengendalian,

    sedangkan pelaporan pada sistem manajemen strategis balanced scorecard digunakan

    sebagai alat strategis.

    Tabel 2.3 Perbedaan antara Pelaporan Pengendalian dan Pelaporan Strategis

    Pelaporan Pengendalian (Manajemen Tradisional)

    Pelaporan Strategis (Manajemen Balanced Scorecard)

    Pengendalian melalui anggaran Berfokus pada fungsi-fungsi dalam

    organisasi Mengabaikan pengukuran kinerja atau

    pengukuran kinerja dilakukan secara terpisah

    Informasi fungsional tunggal (hanya untuk keperluan satu fungsi dalam organisasi)

    Umpan-balik dan pembelajaran Berfokus pada tim fungsional silang Pengukuran kinerja terintegrasi yang

    dilakukan berdasarkan hubungan seba-akibat

    Informasi fungsional silang dan disebarluaskan ke seleuruh fungsi dalam organisasi

    Sumber: Gaspersz, Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk organisasi bisnis dan pemerintahan (2005,p.11)

    2.1.7 Implementasi Balanced Scorecard

    Menurut Ita Mariza (Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard,Vol.4,ISS.1412-

    1212; pg.136-137), tahap dalam implementasi Balanced Scorecard sebagai berikut:

    Management must be define the organizations primary objectives.

    The organization must understand how stakeholders and processes contribute to its

    primary objectives.

    The organization must develop a set of secondary objective that are the drivers of

    performance on primary objectives.

    The organization must develop a set of measures to monitor performance on both

    primary and secondary objectives.

    The organization must develop a set of processes, along with their attendant implicit and

    explicit contracts with stakeholders, to achive those primary objectives.

  • 30

    The organization must make specific and, therefore, public statements about its beliefs

    concerning how processes create results.

    2.2 Kerangka Pemikiran

    Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Hasil: Hasil diolah Penulis

    PT.Panin Life.Tbk Departemen Bancassurance

    Visi

    Sasaran Strategi

    Misi

    Balanced Scorecard

    Perspektif Keuangan

    Perspektif Pelanggan

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Perspektif Pertumbuhan dan

    Pembelajaran

    Tingkat Pendapat

    an

    Peta Strategi

    Analisis Laporan Kinerja Perusahaan

    Rekomendasi Peningkatan Kinerja

    Tingkat Profitabili

    tas

    Tingkat Produktivitas

    Tk. Keperca

    yaan Nasaba

    h

    Tk. Kepuasan Nasabah

    Market Share

    Inovasi Produk

    Waktu Proses

    Peningkatan

    Teknologi

    Kualitas Karyawan