bab 2 landasan teori -...
TRANSCRIPT
17
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Jasa
2.1.1 Pengertian Jasa
Menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas (http://id.wikipedia.org/),
pengertian jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible
(tidak berwujud) karena tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, dipegang, disimpan
dan dipindahkan yang biasanya terjadi pada interaksi antara konsumen dan
karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan sistem penyedia jasa,
yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan. Interaksi antara penyedia
jasa dan pelanggan kerapkali terjadi dalam jasa, sekalipun pihak-pihak yang
terlibat mungkin tidak menyadarinya. Selain itu, dimungkinkan ada situasi
dimana pelanggan sebagai individu tidak berinteraksi langsung dengan
perusahaan jasa.
2.1.2 Sifat Dasar dari Jasa
Perbedaan antara produk dan jasa sulit untuk dikenali karena pembelian
terhadap suatu produk seringkali difasilitasi oleh suatu layanan pendukung
(misalnya pada pembelian komputer, seringkali diikuti dengan instalasi beberapa
software di dalamnya) dan penggunaan dari suatu layanan seringkali diikuti
dengan barang-barang pendukung (contohnya adalah pada makanan di restoran).
18
Setiap pembelian biasanya diikuti dengan satu paket yang berisi kombinasi
barang dan layanan dalam proporsi yang beragam. (Fitzsimmons, 2001, p.21)
2.2 Sistem Antrian
2.2.1 Pengenalan Antrian
Menurut Taha (2003, p579), antrian merupakan aktivitas yang tidak lepas
dari kehidupan manusia sehari-hari. Menunggu atau mengantri tidak dapat
dihilangkan tanpa menimbulkan biaya berlebih, tapi dampak yang merugikan
dapat dikurangi ke tingkat yang dapat ditoleransi.
Menurut Aminudin (2005, p169), fenomena menunggu atau mengantri
merupakan hasil dari keacakan dalam operasional pelayanan fasilitas. Secara
umum, kedatangan pelanggan ke dalam suatu sistem dan waktu pelayanan untuk
pelanggan tersebut tidak dapat diatur dan diketahui waktunya secara tepat,
namun sebaliknya, fasilitas opersional dapat diatur sehingga dapat mengurangi
antrian.
Penyusunan teori antrian dipelopori oleh A. K. Erlang, seorang insinyur
berkebangsaan Denmark, pada tahun 1909. Ia bekaerja di sebuah perusahaan
telepon dan melakukan percobaan yang melibatkan fluktuasi permintaan
sambungan telepon serta pengaruhnya pada peralatan switching telepon. Sebelum
Perang Dunia II, studi awal antrian ini telah berkembang di lingkungan antrian
yang lebih umum.
Studi akan antrian berhubungan dengan pengukuran fenomena menunggu
dalam antrian, dimana menggunakan ukuran kinerja berupa rata-rata panjang
antrian, rata-rata waktu menunggu dalam antrian, dan rata-rata penggunaan
19
fasilitas. Hasil dari analisa antrian dapat digunakan dalam konteks model
optimasi biaya, dimana jumlah biaya pelayanan dan antrian diminimalkan.
(Taha, 2003, p579)
2.2.2 Elemen Model Antrian
Menurut Taha (2003, p581), secara prinsipnya, aktor dalam sebuah
antrian adalah pelanggan dan server. Dalam analisa antrian, proses kedatangan
diwakilkan oleh waktu antar kedatangan antara pelanggan yang berurutan, dan
proses pelayanan diwakilkan oleh waktu pelayanan tiap pelanggan.
Disiplin antrian, dimana mewakili urutan pemilihan pelanggan dari
antrian untuk dilayani, merupakan faktor penting dalam analisa model antrian.
Disiplin antrian di sini meliputi:
• First Come First Served (FCFS)
• Last Come First Served (LCFS)
• Service in Random Order (SIRO)
• Pemilihan pelanggan berdasarkan urutan prioritas.
Aminudin (2005, p173) mengemukakan bahwa terdapat dua ukuran
pemanggilan populasi, yaitu terbatas (finite) dan tidak terbatas (infinite). Bila
populasi relatif besar dan probabilitas seorang pelanggan tidak dipengaruhi oleh
jumlah pelanggan yang telah berada pada suatu fasilitas pelayanan, maka dapat
diasumsikan bahwa populasi tersebut tidak terbatas. Populasi yang tidak terbatas
(infinite) misalnya mobil yang tiba di gerbang tol, pasien yang datang ke rumah
sakit, calon mahasiswa yang mendaftar ke sebuah perguruan tinggi, dan lain-lain.
20
Populasi terbatas (finite) biasanya memiliki ukuran populasi yang kecil dan
memiliki probabilitas kedatangan yang berubah secara drastis ketika ada anggota
populasi yang sedang menerima pelayanan.
2.2.3 Pola Distribusi Kedatangan
Subjek pemanggilan populasi bisa tiba pada sebuah fasilitas pelayanan
dalam beberapa pola tertentu, bisa juga secara acak. Aminudin (2005, p173)
menyatakan bahwa analisa riset operasi telah mendapati bahwa tingkat
kedatangan acak paling cocok diuraikan menurut distribusi Poisson. Tentu saja
tidak semua kedatangan memiliki pola distribusi Poisson, oleh karena itu,
sebelumnya perlu dipastikan terlebih dahulu pola distribusi kedatangan tersebut
sebelum diolah, untuk menentukan apakah suatu pola distribusi tertentu.
2.2.4 Tingkah Laku Pemanggilan Populasi
Terdapat tiga istilah yang biasa digunakan dalam antrian untuk
menggambarkan tingkah laku pemanggilan populasi (Aminudin, 2005, p174).
Ketiga istilah tersebut anatara lain:
1. Renege
Merupakan tingkah laku pemanggilan populasi dimana seorang
bergabung dalam antrian dan kemudian meninggalkannya.
2. Balking
Merupakan tingkah laku pemanggilan populasi dimana seseorang tidak
mau bergabung dalam antrian.
21
3. Bulk
Merupakan tingkah laku pemanggilan populasi dimana kedatangan terjadi
bersama-sama (berkelompok) ketika memasuki sistem.
2.2.5 Proses Antrian
Menurut Kakiay (2004, p13), proses antrian secara umum dikategorikan
menjadi empat struktur dasar fasilitas pelayanan yaitu:
a. Single Channel Single Phase
Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani akan
datang, masuk dan membentuk antrian pada satu baris/aliran pelayanan dan
selanjutnya akan berhadapan dengan satu fasilitas pelayanan.
Gambar 2.1 Single Channel Single Phase
Sumber: Render (2006, p658)
b. Single Channel Multiple Phase
Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani akan
datang, masuk dan membentuk antrian pada beberapa aliran pelayanan dan
selanjutnya akan berhadapan dengan satu fasilitas pelayanan sampai pelayanan
selesai.
22
Gambar 2.2 Single Channel Multiple Phase
Sumber: Render (2006, p658)
c. Multiple Channel Single Phase
Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani akan
datang, masuk dan membentuk antrian pada satu baris/aliran pelayanan dan
selanjutnya akan berhadapan dengan beberapa fasilitas pelayanan identik yang
paralel.
Gambar 2.3 Multiple Channel Single Phase
Sumber: Render (2006, p658)
d. Multiple Channel Multiple Phase
Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani akan datang
dan masuk ke dalam sistem pelayanan yang dioperasikan oleh beberapa fasilitas
pelayanan paralel yang identik menuju ke fasilitas pelayanan setelahnya sampai
pelayanan selesai.
23
Gambar 2.4 Multiple Channel Multiple Phase
Sumber: Render (2006, p658)
2.3 Statistik
2.3.1 Pengertian Goodness of Fit Test
Menurut Taha (2003, p483), goodness of fit test mengevaluasi apakah
sampel yang digunakan dalam menentukan distribusi empiris diambil dari sebuah
distribusi teoritis tertentu. Menurut Banks et al. (2010, p377), goodness of fit test
menyediakan panduan yang sangat membantu untuk mengevaluasi kesesuaian
dari input potensial model. Tidak ada distribusi yang benar-benar tepat dan sesuai
di dalam aplikasi nyata.
2.3.2 Kolmogorov-Smirnov dan Anderson-Darling
Menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas (http://id.wikipedia.org/),
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji nonparametrik, dimana memberikan
probabilitas suatu dimensi distribusi yang membandingkan sampel dengan
probabilitas distribusi referensi.
Menurut Engineering Statistics Handbook (http://www.itl.nist.gov/)
metode Anderson-Darling merupakan modifikasi dari metode Kolmogorov-
24
Smirnov dan memberikan bobot yang lebih baik pada bagian ekor distribusi
dibandingkan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov.
2.3.3 Histogram
Menurut Aczel et al. (2002, p36), histogram merupakan sebuah grafik
berisikan bagan-bagan dengan tingi yang berbeda. Tinggi dari masing-masing
bagan merepresentasikan frekuensi atas nilai di dalam kelas yang diwakilkan
oleh bagan.
Menurut Aczel et al. (2002, p38), skewness adalah sebuah tingkat
pengukuran derajat asimetri atas frekuensi distribusi. Skewness bernilai 0
menandakan sebuah distribusi yang simetri. Skewness bernilai positif
menandakan distribusi condong ke kanan, sedangkan skewness bernilai negatif
menandakan distribusi yang condong ke kiri. Selain skewness terdapat atribut
lain bernama kurtosis, dimana menurut Aczel et al. (2002, p39) kurtosis
merupakan sebuah ukuran keruncingan atas distribusi.
2.4 Simulasi
2.4.1 Pengertian Simulasi
Menurut Banks et al. (2010, p21), simulasi merupakan imitasi dari
operasi suatu proses atau keberlangsungan sistem dalam dunia nyata. Sama
halnya menurut Kakiay (2004, p1), simulasi merupakan suatu sistem yang
digunakan untuk memecahkan atau menguraikan persoalan-persoalan dalam
kehidupan nyata yang penuh dengan ketidakpastian dengan tanpa atau
menggunakan model atau metode tertentu dan lebih ditekankan pada pemakaian
25
komputer dalam memperoleh solusinya. Kemudian menurut Muhammadi et al.
(2001, p51), simulasi adalah peniruan perilaku suatu gejala atau proses. Simulasi
bertujuan untuk memahami gejala atau proses tersebut, membuat analisis dan
peramalan perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan.
Dalam melakukan observasi suatu sistem nyata, simulasi
memperbolehkan untuk mengumpulkan informasi mengenai perilaku sistem
seiring berjalannya waktu. Simulasi bukan merupakan teknik optimasi,
melainkan simulasi digunakan untuk memperkirakan ukuran kinerja dari sebuah
sistem yang dimodelkan. Simulasi termasuk ke dalam sebuah eksperimen
statistik, dan karenanya hasil dari simulasi harus diinterpretasikan oleh test
statistik yang sesuai. (Taha, 2003, p639)
2.4.2 Keuntungan Simulasi
Menurut Render et al. (2003, p603). Simulasi merupakan suatu alat yang
semakin banyak digunakan karena beberapa alasan yaitu:
• Simulasi relatif mudah dan fleksibel.
• Perkembangan akhir dalam dunia software memungkinkan beberapa model
simulasi sangat mudah untuk dikembangkan.
• Simulasi dapat digunakan untuk menganalisa situasi dunia nyata yang kompleks
dan luas yang tidak dapat diselesaikan oleh model analisis kuantitatif
konvensional.
• Simulasi memungkinkan analisa what-if. Dengan bantuan komputer, manager
mampu mencoba beberapa kebijakan keputusan dalam hitungan menit.
26
• Simulasi tidak mempengaruhi sistem dunia nyata.
• Simulasi memungkinkan peneliti untuk mempelajari efek interaktif dari
komponen individu ataupun variabel untuk menentukan yang mana yang penting.
• Simulasi memungkinkan time compression.
• Simulasi memungkinkan terlibatnya beberapa komplikasi yang terjadi di dunia
nyata, yang mana tidak dimungkinkan oleh model analisis kuantitatif pada
umumnya.
2.4.3 Tahapan Simulasi
Menurut Muhammadi et al. (2001, p51), simulasi dilakukan melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Penyusunan konsep
Tahap pertama adalah penyusunan konsep, gejala atau proses yang akan ditirukan
perlu dipahami, dengan cara menentukan unsur-unsur yang berperan dalam
gejala atau proses tersebut.
b. Pembuatan model
Berdasarkan gagasan pada konsep di tahap sebelumnya, gagasan tersebut
dirumuskan sebagai model yang berbentuk uraian, gambar, atau rumus, dimana
model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses.
c. Simulasi
Selanjutnya, simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan model yang telah
dibuat. Pada mode kuantitatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan data ke
dalam model, di mana perhitungan dilakukan untuk mengetahui perilaku gejala
atau proses.
27
d. Validasi hasil simulasi
Pada tahap akhir dilakukan validasi untuk mengetahui kesesuaian antara
hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan
baik apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses
yang ditirukan kecil. Menurut Banks et al. (2010, p37), validasi biasanya didapat
melalui kalibrasi pada model, suatu proses iterasi dalam membandingkan model
dengan tingkah laku sistem aktual dan menggunakan perbedaan diantara
keduanya sebagai suatu wawasan untuk meningkatkan model.
2.4.4 Tipe Simulasi
Penggunaan simulasi pada akhir-akhir ini umumnya berdasarkan teknik
sampling menggunakan metode Monte Carlo. Hal ini dibedakan sesuai dengan
studi akan perilaku sistem nyata sebagai fungsi waktu. Menurut Taha (2003,
p644), dua tipe berbeda dari model simulasi yang ada yaitu:
• Continuous Models
Berkaitan dengan sistem dimana perilaku berubah secara terus menerus seiring
waktu. Model ini biasanya menggunakan persamaan diferensial berbeda untuk
menjabarkan interaksi antar elemen berbeda pada sistem. Menurut Banks et al.
(2010, p32), continuous system merupakan suatu sistem dimana pernyataan
variabelnya berubah secara berkelanjutan seiring waktu.
• Discrete Models
Berkaitan dengan studi antrian, dengan tujuan menentukan ukuran seperti rata-
rata waktu menunggu dan panjang antrian. Ukuran-ukuran ini berubah bila
seorang pelanggan datang atau pergi dari sistem. Menurut Banks et al. (2010,
28
p32), discrete system merupakan suatu sistem dimana pernyataan variabelnya
berubah hanya pada suatu titik waktu tertentu.
2.4.5 Discrete-Event System Simulation
Menurut Banks et al. (2010, p34), discrete-event system simulation
merupakan suatu pemodelan sistem, dimana keadaan varabel berubah hanya pada
suatu titik waktu tertentu. Model simulasi dianalisa dengan menggunakan angka-
angka dibanding dengan metode analisis. Menurut Banks et al. (2010, p106),
seluruh model discrete-event simulation memiliki blok-blok bangunan dasar
berupa: entitas dan atribut, aktivitas dan peristiwa.
Menurut Schleyer et al. (2007, p747) dengan adanya analisis antrian
waktu diskrit, maka memungkinkan untuk menghitung distribusi dengan ukuran
kinerja yang berbeda seperti distribusi waktu tunggu.
2.5 Model
2.5.1 Pengertian Model
Menurut Bonnet (2007, p9), model adalah representasi dari suatu sistem
yang dikembangkan untuk tujuan pemecahan masalah dari sistem yang ada.
Menurut Whitten et al. (2004, p326), model adalah representasi kenyataan,
seperti halnya sebuah gambar yang melukiskan banyak kata, sebagian besar
model sistem adalah representasi bergambar mengenai kenyataan. Menurut
Asmungi (2007, p25), kata model dalam pemodelan sistem tidak sama artinya
dengan kata model dalam foto model, model iklan dan beberapa kata
menggunakan kata model lainnya. Model dalam pemodelan sistem mempunyai
29
arti cerminan atau gambaran atau representasi dari sistem nyatanya. Dengan
demikian pemodelan sistem adalah upaya untuk membuat gambaran atau
representasi dari sistem nyata.
Menurut Bonnet (2007, p9), di dalam kehidupan, model yang digunakan
untuk mengenal suatu sistem (pembelajaran terhadap sistem) dibedakan
berdasakan data yang diperoleh yaitu:
• Model Fisik
Didasarkan pada analogi dari sistem dengan sistem. Dalam pemodelan seperti
ini, atribut atau field dari sistem didapatkan dari pengukuran.
• Model Matematika
Pada model ini simbol-simbol matematika dan persamaan-persamaan matematika
digunakan untuk menggambarkan sistem. Atribut atau field dari sistem
ditunjukkan oleh aktivitas-aktivitas setiap variabel yang dideklarasikan awal dan
kemudian dengan fungsi-fungsi matematika maka variabel tersebut akan
menghasilkan aktivitas-aktivitas yang diharapkan. Model matematika sendiri
terbagi menjadi model dinamis dan model statis.
2.6 Sistem Informasi
2.6.1 Data, Informasi dan Pengetahuan
Sangatlah penting mengetahui perbedaan antara data, informasi, dan
pengetahuan. Menurut Turban et al. (2001, p17), data merupakan kumpulan fakta
mentah dan deskripsi dasar dari suatu peristiwa, kejadian, aktivitas, dan
transaksi, yang ditangkap, direkam, disimpan, dan diklasifikasi tetapi belum
30
memiliki suatu arti tertentu. Menurut McLeod (2004, p9), data terdiri dari fakta-
fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai.
Menurut Turban et al. (2001, p17), informasi merupakan kumpulan data
yang telah mengalami perlakuan tertentu sehingga memiliki arti bagi penerima.
Kemudian menurut McLeod (2004, p10), informasi adalah data yang telah
diproses, atau data yang memiliki arti dan siap pakai. Informasi juga dapat
diartikan sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan
lebih berarti bagi penerima informasi.
Informasi yang telah dikelola dan diproses untuk menyampaikan
pengertian, pengalaman, akumulasi pembelajaran, dan keahlian yang berlaku
pada permasalahan atau proses bisnis, disebut sebagai pengetahuan. (Turban et
al., 2001, p17)
2.6.2 Pengertian Sistem dan Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p29), sistem merupakan sekelompok komponen
yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama
dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi
yang teratur. Sistem semacam ini biasa disebut sebagai sistem dinamis, dimana
sistem tersebut memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi:
• Input
Input melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki
sistem untuk diproses.
• Proses
Proses melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
31
• Output
Output melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses
transformasi ke tujuan akhirnya.
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi merupakan suatu
kombinasi yang terorganisasi dari sumber daya manusia, hardware, software,
network, dan sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan
informasi dalam sebuah organisasi. Menurut Turban et al. (2001, p17), sebuah
sistem informasi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa, dan
menyebarkan informasi untuk suatu tujuan tertentu. Seperti pada sistem-sistem
lainnya, sistem informasi memiliki input (data, instruksi) dan output (laporan,
perhitungan). Sistem informasi memproses input dan menghasilkan output
dimana dikirimkan kepada setiap user atau sistem lainnya. Sebuah mekanisme
umpan balik yang mengontrol operasi dapat pula disertakan pada sistem
informasi.
Sistem Informasi dalam organisasi mencatat file yang permanen dan
mengelola data untuk menghasilkan informasi berguna yang mendukung sebuah
organisasi beserta karyawan, pelanggan, pemasok barang, dan rekanannya.
Banyak organisasi menganggap sistem informasi diperlukan untuk memiliki
kemampuan bersaing atau memperoleh keuntungan persaingan. (Whitten et al.,
2004, p10)
2.6.3 Computer Based Information System
Computer Based Information System (CBIS) menurut Turban et al. (2001,
p17) adalah sebuah sistem informasi yang menggunakan komputer dan bahkan
32
teknologi komunikasi untuk melakukan sebagian atau seluruh tugasnya.
Teknologi informasi merupakan merupakan sebuah komponen tertentu dalam
sebuah sistem. Beberapa teknologi informasi digunakan tersendiri, dimana akan
sangat efektif bila dikombinasikan menjadi sistem informasi.
Turban et al. (2001, p17) menyebutkan komponen-komponen dasar pada
sistem informasi sebagai berikut:
• Hardware
Sebuah set perangkat seperti processor, monitor, keyboard, dan printer yang
menerima data dan informasi, memproses, dan menampilkannya.
• Software
Sebuah set perangkat program yang memungkinkan hardware untuk memproses
data.
• Database
Kumpulan dari file, record, dan lainnya yang menyimpan data dan hubungan
diantaranya.
• Network
Sebuah sistem koneksi yang memungkinkan pembagian sumber daya antar
komputer yang berbeda.
• Procedures
Strategi, kebijakan, metode, dan peraturan untuk menggunakan sistem informasi.
• People
33
Elemen terpenting dalam sistem informasi, mencakup orang-orang yang bekerja
dengan sistem informasi atau menggunakan output dari sistem informasi
tersebut.
Gambar 2.5 Komponen Sistem Informasi
Sumber: O’Brien (2005, p34)
Menurut Turban et al. (2001, p17), seluruh CBIS memiliki tujuan yang
hampir sama yaitu untuk menyediakan sebuah solusi bagi sebuah masalah bisnis.
Aplikasi sukses dari CBIS membutuhkan sebuah pemahaman bisnis dan
lingkungan bisnis itu sendiri, sebaik pemahaman masalah bisnis dimana CBIS
tersebut diterapkan.
2.6.4 Database dan Database Management System
Menurut Connolly et al. (2002, p14), database merupakan sekumpulan
data yang berhubungan secara logical, dan deskripsi dari data-data tersebut dapat
34
digunakan oleh user, kemudian dibentuk untuk dapat menghasilkan informasi
untuk yang dibutuhkan untuk organisasi. Menurut McLeod et al. (2004, p130),
database merupakan kumpulan berbagai sumber daya berbasis komputer milik
organisasi. Menurut O’brien (2005, p211), database adalah kumpulan
terintegrasi dari elemen data yang saling berhubungan secara logika.
Menurut Connolly et al. (2002, p16), database management system
(DBMS) merupakan suatu software yang memungkinkan user untuk melakukan
pendefinisan, membuat, menjaga dan mengontrol akses ke database. Menurut
McLeod et al. (2004, p134), DBMS merupakan sebuah software aplikasi yang
menyimpan struktur dari database, data itu sendiri, hubungan antar data di dalam
database, dan formulir serta laporan yang berkaitan dengan database. Menurut
O’brien (2005, p221), database management system berfungsi sebagai interface
software antara pemakai dan database.
2.6.5 Kapabilitas Sistem Informasi
Menurut Turban et al. (2001, p19), untuk dapat bersaing secara sukses
dalam lingkungan bisnis modern, organisasi mempunyai harapan bahwa sistem
informasi yang dimiliki organisasi tersebut memiliki kapabilitas yang kuat.
Sistem informasi harus mampu melakukan sebagai berikut:
• Memberikan proses transaksi cepat dan akurat
Setiap peristiwa yang terjadi dalam bisnis disebut sebagai transaksi. Transaksi
melingkupi penjualan unit barang, pembayaran gaji, deposito bank, dan lain-lain.
Setiap transaksi menghasilkan data, dimana data tersebut harus diambil secara
cepat dan akurat. Proses pengambilan data secara cepat dan akurat ini disebut
35
sebagai proses transaksi. Sistem informasi yang mengambil, merekam,
menyimpan, dan memperbarui data-data ini disebut sebagai sistem proses
transaksi.
• Memberikan kapasitas besar, penyimpanan berakses cepat
Sistem informasi memberikan tidak hanya penyimpanan yang sangat besar untuk
data perusahaan tetapi juga memberikan akses cepat kepada data-data.
• Memberikan komunikasi cepat
Jaringan memungkinkan para pekerja dan komputer berkomunikasi secara instan.
High-transmision-capacity networks membuat komunikasi secara cepat dapat
terjadi. Sebagai tambahan, data, voice, images, documents, dan video full-motion
untuk ditansmikasikan. Jaringan juga memberikan akses instan.
• Mengurangi overload informasi
Sistem informasi memiliki kontribusi bagi para manajer yang memiliki terlalu
banyak informasi. Manajer dapat hanyut dalam informasi dan tidak mampu untuk
membuat keputusan secara efisien dan efektif. Sistem informasi harus dirancang
untuk mengurangi overload informasi ini.
• Merentangkan batasan
Sistem informasi merentangkan batasan dalam organisasi melingkupi organisasi
sampai kepada rantai pasokan organisasi itu sendiri.
• Memberikan dukungan pembuatan keputusan
Sistem pendukung keputusan membantu pembuat keputusan melintasi sebuah
organisasi dan keseluruhan tingkat pada organisasi.
• Memberikan sebuah senjata kompetitif
36
Pada saat ini, sistem informasi dilihat sebagai pusat keuntungan dan diharapkan
untuk memberikan sebuah keunggulan kompetitif pada organisasi melampaui
para saingan organisasi tersebut.
2.6.6 Computer-Assisted Systems Engineering
Menurut Whitten et al. (2004, p113), para pengembang sistem telah lama
bercita-cita mentransformasikan sistem informasi dan pengembangan perangkat
lunak ke dalam ilmu yang engineering-like. Istilah system engineering dan
software engineering didasarkan pada visi bahwa pengembangan sistem dan
perangkat lunak dapat dan harus dilakukan dengan presisi dan kekakuan yang
engineering-like. Presisi dan kekakuan semacam itu konsisten dengan
pendekatan model-driven ke pengembangan sistem. Untuk membantu para analis
sistem untuk lebih baik dalam melakukan pemodelan sistem, maka industri
mengembangkan peralatan terotomatisasi yang disebut peralatan Computer-
Assisted Software Engineering (CASE). Teknologi CASE sangat mirip dengan
teknologi Computer-Aided Design (CAD) yang digunakan oleh kebanyakan
insinyur kontemporer untuk mendesain produk-produk seperti kendaraan,
struktur mesin, dan lain-lain.
CASE Repository merupakan database pengembang sistem dimana
sebagai tempat pengembang dapat menyimpan model sistem, deskripsi dan
spesifikasi terinci, dan produk-produk lain pengembang sistem.
Teknologi CASE mengotomatisasi pemodelan sistem. Peralatan CASE
saat ini menyediakan dua cara berbeda untuk mengembangkan model-model
sistem, yaitu forward engineering dan reverse engineering. Forward engineering
37
merupakan kemampuan peralatan CASE yang dapat menghasilkan kode software
atau database awal langsung dari model-model sistem. Reverse engineering
merupakan kemampuan peralatan CASE yang dapat secara otomatis
menghasilkan model-model sistem awal dari kode software atau database.
2.6.7 Klasifikasi Sistem Informasi
Organisasi tidak dilayani oleh satu sistem informasi, melainkan oleh
kesatuan sistem-sistem informasi yang mendukung berbagai macam fungsi
bisnis. Kebanyakan bisnis memiliki front-office information system dan back-
office information system. Front-office information system merupakan sistem
informasi yang mendukung fungsi-fungsi bisnis yang meluas ke pelanggan-
pelanggan organisasi. Back-office information system merupakan sistem
informasi yang mendukung operasi bisnis internal sebuah organisasi dan juga
mencapai pemasok. (Whitten et al., 2004, p54)
Menurut Whitten et al. (2004, p10), sistem informasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan fungsi yang dimiliki sebagai berikut:
• Transaction Processing System (TPS)
Sebuah sistem informasi yang menangkap dan memproses data transaksi bisnis.
• Management Information System (MIS)
Sebuah sistem informasi yang menyediakan untuk pelaporan berorientasi
manajemen berdasarkan pemrosesan transaksi dan operasi organisasi.
38
• Decision Support System (DSS)
Sebuah sistem informasi yang membantu mengidentifikasi kesempatan
pembuatan keputusan atau menyediakan informasi untuk membantu pembuatan
keputusan.
• Executive Information System (EIS)
Sebuah sistem informasi yang mendukung perencanaan dan penilaian kebutuhan
manajer eksekutif.
• Expert System
Sebuah sistem informasi yang menangkap keahlian pekerja dan mensimulasikan
keahlian tersebut sebagai pembelajaran bagi pekerja yang tidak ahli.
• Communication and Collaboration System
Sebuah sistem informasi yang memungkinkan komunikasi lebih efektif antara
pekerja, rekan kerja, pelanggan, dan pemasok untuk meningkatkan kemampuan
berkolaborasi.
• Office Automation System
Sebuah sistem informasi yang mendukung aktivitas kantor bisnis secara luas
yang menyediakan aliran kerja lebih baik di antara para pekerja.
2.7 Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)
2.7.1 Pengertian Analisa dan Desain Sistem
Menurut Whitten et al. (2004, p176), analisis sistem merupakan sebuah
teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi bagian-
39
bagian komponen dengan tujuan mempelajari seberapa baik bagian-bagian
komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk memraih tujuan.
Menurut Whitten et al. (2004, p176), desain sistem merupakan sebuah
teknik pemecahan masalah yang saling melengkapi dengan analisis sistem,
dimana teknik ini merangkai kembali bagian-bagian komponen menjadi sebuah
sistem lengkap, sebuah sistem yang diperbaiki.
Menurut Whitten et al. (2004, p176), repository merupakan sebuah lokasi
tempat para analis sistem, perancang sistem, dan pembangun sistem menyimpan
semua dokumentasi yang berhubungan dengan satu atau lebih sistem.
2.7.2 Objek dan Kelas
Menurut Whitten et al. (2004, p179), objek merupakan konstruksi dimana
data dan proses-proses spesifik yang membuat, membaca, memperbarui, dan
menghapus data tersebut diintegrasikan.
Objek dapat dilihat, disentuh, atau dirasakan, dimana user menyimpan
data serta mencatat perilaku mengenai sesuatu tersebut. Di dalam pengemasan
suatu objek, terdapat atribut dan behavior yang menjadi satu paket dengan objek
tersebut. Atribut merupakan data yang mewakili karakteristik tentang sebuah
objek. Behavior merupakan kumpulan dari sseuatu yang dapat dilakukan oleh
objek dan terkait dengan fungsi-fungsi yang bertindak pada atribut. Pada siklus
berorientasi objek, behavior merujuk kepada metode, operasi, atau fungsi.
(Whitten et al., 2004, p409)
Menurut Whitten et al. (2004, p410), kelas merupakan satu set objek yang
memiliki atribut dan behavior yang sama, di mana sering disebut juga sebagai
40
kelas objek. Terdapat pendekatan yang bertujuan untuk menemukan dan
mengeksploitasi hal-hal umum antara onjek dan kelas disebut
generalisasi/spesialisasi. Generalisasi/spesialisasi merupakan sebuah teknik
dimana atribut dan behavior yang umum pada beberapa tipe kelas objek,
dikelompokkan ke dalam kelasnya sendiri, disebut supertype. Atribut dan metode
kelas objek supertype kemudian diwariskan oleh kelas objek tersebut (subtype)
Menurut Whitten et al. (2004, p410), dijabarkan mengenai konsep penting
yang harus diperhatikan dalam pemahaman kelas objek yaitu:
• Encapsulation
Merupakan konsep di mana pada objek diterapkan pengemasan beberapa item ke
dalam satu unit.
• Inheritance
Konsep di mana metode dan atau atribut yang ditentukan di dalam sebuah kelas
objek dapat diwariskan atau digunakan lagi oleh kelas objek lainnya.
• Polymorphism
Konsep bahwa objek yang berbeda dapat menanggapi pesan yang sama dalam
cara yang berbeda.
Secara konseptual, objek dan kelas tidak dipisahkan. Hubungan
objek/kelas merupakan asosiasi bisni biasa yang ada di antara satu atau lebih
objek dan kelas. Multiplicity merupakan jumlah kejadian minimum dan
maksimum dari satu objek/kelas untuk satu kejadian tunggal dari objek/kelas
yang terkait. Agregasi merupakan sebuah hubungan di mana satu kelas “whole”
41
yang lebih besar berisi satu atau lebih kelas “part” yang lebih kecil. (Whitten et
al., 2004, p413)
2.7.3 Pengertian Object-Oriented Analysis
Menurut Whitten et al. (2004, p408), Object-Oriented Analysis (OOA)
merupakan pendekatan yang digunakan untuk mempelajari objek yang sudah ada
untuk mengetahui apakah objek tersebut dapat digunakan kembali atau diadaptasi
untuk pemakaian baru. Pendekatan secara OOA dapat pula menentukan satu
objek baru atau objek yang dimodifikasi dimana akan bergabung dengan objek
yang sudah ada ke dalam suatu aplikasi komputasi bisnis yang sangat berharga.
Pendekatan berorientasi objek menurut Whitten et al. (2004, p408),
dipusatkan pada sebuah teknik yang sering disebut pemodelan objek. Pemodelan
objek merupakan teknik untuk mengidentifikasi objek di dalam lingkungan
sistem dan mengidentifikasi hubungan antara objek-objek tersebut. Model-model
OOA adalah gambar-gambar yang mengilustrasikan objek-objek sistem dari
berbagai macam perspektif, seperti struktur, kelakuan, dan interaksi objek-objek.
Pada tahun 1994, Grady Booch dan James Rumbaugh sepakat bergabung
untuk menggunakan metode pengembangan berorientasi objek dengan tujuan
membuat proses standar tunggal untuk mengembangkan sistem berorientasi
objek. Pada tahun 1995, Ivan Jacobson bergabung dengan fokus membuat sebuah
bahasa pemodelan objek standar, yang kemudian dikenal sebagai Unified
Modeling Language. Unified Modeling Language (UML) merupaka satu
kumpulan konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan atau
42
menggambarkan sebuah sistem software yang terkait dengan objek. (Whitten et
al., 2004, p408)
2.7.4 Pengertian Object-Oriented Analysis and Design
Menurut Whitten et al (2004, p27), Object-Oriented Analysis and Design
(OOAD) merupakan kumpulan alat teknik untuk pengembangan sistem yang
akan menggunakan teknologi objek untuk mengkonstruksi sebuah sistem dan
software.
2.7.5 Preliminary Analysis
Preliminary Analysis merupakan tahapan awal dalam perancangan suatu
sistem dimana ide-ide mengenai kebutuhan sistem dan informasi yang berjalan
dikumpulkan. Hasil dari preliminary analysis ini kemudian dituangkan ke dalam
system definition.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p23), system definition merupakan
sebuah penjelasan singkat dari sistem terkomputerisasi yang diungkapkan dengan
bahasa alamiah. Definisi dari suatu sistem dapat juga dihadirkan dalam gambar.
Rich picture merupakan sebuah penggambaran informal yang menggambarkan
pemahaman terhadap suatu sistem.
43
Gambar 2.6 Contoh Rich Picture
Definisi dari suatu sistem dirangkum ke dalam 6 criterion yang seringkali
disingkat FACTOR. FACTOR criterion mencakup:
• Functionality – fungsi dari sistem yang mendukung application domain.
• Application Domain – bagian dari organisasi yang mengatur, memantau, dan
mengendalikan problem domain.
• Condition – kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
• Technology – teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan
teknologi dimana sistem akan dijalankan.
• Object – objek utama dari problem domain.
• Responsibility – tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya
dengan konteks.
2.7.6 Problem Domain Analysis
Problem domain adalah bagian dari sebuah konteks yang diatur, dipantau,
atau dikendalikan oleh sebuah sistem. Problem domain analysis meliputi tiga
aktivitas utama yaitu:
44
1. Memilih objek, kelas, event yang akan menjadi elemen problem domain.
2. Membangun model dengan memusatkan perhatian pada relasi struktural antara
kelas dan objek.
3. Mendeskripsikan properti dinamis dan atribut untuk setiap kelas.
Gambar 2.7 Aktivitas Problem Domain Analysis
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46)
2.7.7 Application Domain Analysis
Application domain adalah organisasi yang mengelola, memantau, atau
mengendalikan problem domain. Analisa terhadap application domain analysis
meliputi tiga aktivitas utama yaitu:
1. Menentukan kebutuhan sistem dan hubungan antara sistem dengan user.
2. Menentukan fungsi-fungsi yang mendukung kebutuhan dari suatu sistem.
3. Menentukan kebutuhan dari interface.
45
Gambar 2.8 Aktivitas Application Domain Analysis
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p117)
2.7.8 Architectural Design
Architectural design bertujuan menghasilkan suatu kerangka kerja dalam
aktivitas pengembangan sistem untuk menstrukturisasi sebuah sistem yang
terkomputerisasi. Terdapat 3 aktivitas utama dalam architectural design menurut
Mathiassen et al. (2000, p177), meliputi criteria, component architecture, dan
process architecture.
Gambar 2.9 Aktivitas Architectural Design
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176)
46 2.7.9 Component Design
Component design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan
di dalam kerangka kerja arsitektural. Menurut Mathiassen et al. (2000, p231),
aktivitas yang terdapat pada tahap component design antara lain:
• Model Component
Model component adalah bagian dari sebuah sistem yang mengimplementasikan
problem domain model. Hasil dari aktivitas model component adalah sebuah
revisi pada class diagram yang telah dibuat sebelumnya pada aktivitas analisis.
• Function Component
Function component merupakan sebuah bagian dari sistem yang
mengimplementasikan kebutuhan-kebutuhan fungsional. Tujuan dari function
component adalah untuk memberikan user interfaces dari system components
yang diakses ke dalam model. Hasil dari function component adalah sebuah class
diagram dengan operasi dan spesifikasi operasi yang kompleks.
• Connecting Component
Connecting component terbagi dua yaitu coupling dan cohesion. Coupling adalah
sebuah ukuran seberapa dekat dua kelas atau komponen digabungkan bersama.
Gambar 2.10 Aktivitas Component Design
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p232)
47 2.8 Pemodelan Data
2.8.1 Use-case
Menurut Whitten et al. (2004, p258), use-case merupakan urutan langkah-
langkah yang secara tindakan saling berkaitan (skenario), baik terotomatisasi
maupun secara manual, untuk tujuan melengkapi satu tugas bisnis tunggal. Use-
case menggambarkan fungsi-fungsi sistem dari sudut pandang user eksternal dan
dalam sebuah cara dan terminologi yang user pahami. Pemodelan use-case
merupakan proses pemodelan fungsi-fungsi sistem dalam konteks peristiwa-
peristwa bisnis, siapa yang mengawalinya, dan bagaimana sistem itu menanggapi
hal tersbut.
Ada dua alat utama yang digunakan saat menyajikan pemodelan use-case
menurut Whitten et al. (2004, p257), yaitu use-case diagram dan use-case
narrative. Use-case diagram merupakan diagram yang menggambarkan interaksi
antara sistem dengan sistem eksternal dan user. Secara grafis menggambarkan
siapa yang akan menggunakan sistem dan dengan cara apa user mengharapkan
untuk berinteraksi dengan sistem. Use-case narrative merupakan deskripsi
tekstual kegiatan bisnis dan bagaimana user akan berinteraksi dengan sistem
untuk menyelesaikan suatu tugas.
48
Gambar 2.11 Contoh Use-case Diagram
Sumber: Whitten et al. (2004, p257)
Pada use-case diagram, hubungan digambarkan sebagai sebuah garis
antara dua simbol. Perbedaan antara hubungan-hubungan yang ada pada use-case
diagram adalah sebagai berikut:
• Association
• Extend
• Depends On
• Inheritance
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menghasilkan model use-case
menurut Whitten et al. (2004, p262), adalah sebagai berikut:
• Identifikasi pelaku/aktor bisnis
• Identifikasi business requirements use-case
• Membangun model diagram use-case
• Mendokumentasikan narasi business requirements use-case
49 2.8.2 Entity Relationship Diagram
Menurut Whitten et al. (2004, p281), entitas merupakan sebuah kelompok
akan manusia, tempat, objek, kejadian, atau konsep tentang apa yang diperlukan
untuk menangkap dan menyimpan data.
Menurut Marakas (2005, p406) Entity Relationship Diagram (ERD)
merupakan sebuah diagram grafis yang menggambarkan entitas logis, hubungan,
dan struktur data dalam sebuah lingkungan data yang berhubungan. Menurut
McLeod (2004, p141), ERD mendokumentasikan data perusahaan dengan
mengidentifikasikan jenis entitas dan hubungannya. Menurut Whitten et al.
(2004, p281), ERD merupakan sebuah model data yang menggunakan beberapa
notasi untuk menggambarkan data dalam konteks entitas dan hubungan yang
dijabarkan oleh data tersebut.
Gambar 2.12 Contoh ERD
50 2.8.3 Atribut Entitas
Menurut Whitten et al. (2004, p281), atribut entitas merupakan sebuah
penjabaran property atau karakteristik deskriptif sebuah entitas. Tipe data
merupakan sebuah property dari sebuah atribut yang mengidentifikasi tipe data
apa yang dapat disimpan di dalam atribut. Domain merupakan sebuah property
dari sebuah atribut yang menjabarkan nilai-nilai apa pada atribut yang dapat
diambil secara sah. Default value merupakan nilai yang akan digunakan jika
tidak ada nilai yang ditetapkan oleh user.
Key merupakan sebuah atribut atau sebuah kelompok atribut, yang
mengasumsikan nilai unik untuk tiap entity instance. Key sering disebut juga
sebagai sebuah identifier. Candidate key merupakan salah satu dari key yang
berlaku sebagai primary key sebuah entitas, sering disebut juga candidate
identifier. Primary key merupakan sebuah candidate key yang paling umum
digunakan untuk mengidentifikasi secara unik sebuah entity instance tunggal.
Alternate key merupakan sebuah candidate key yang tidak terpilih untuk menjadi
primary key. Foreign key merupakan sebuah primary key suatu entitas yang
digunakan dalam entitas lain untuk mengidentifikasikan instance dari hubungan.
(Whitten et al., 2004, p284)
Relationship merupakan sebuah asosiasi bisnis alami antara satu atau
lebih entitas. Cardinality menetapkan jumlah minimum dan maksimum
terjadinya kemunculan satu entitas yang mungkin dihubungkan dengan
kemunculan tunggal dari entitas lain. (Whitten et al., 2004, p285)
51
Gambar 2.13 Notasi Kardinalitas
Sumber: Whitten et al. (2004, p285)