bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/asli/bab2/2007-3-00467-ti bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
18
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Penjadwalan
Pembahasan yang akan diambil dalam penulisan skripsi ini adalah tentang
penjadawalan produksi, maka demi lancarnya pembuatan skripsi yang akan
dijalankan diperlukan beberapa teori penunjang yang sekiranya perlu dicantumkan di
bab landasan teori ini yang diharapkan dapat digunakan sebagai pembanding antara
teori dan kenyataan ataupun digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi di
perusahaan. Beberapa teori yang akan diulas di dalam bab ini adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan penjadwalan produksi dan berbagai macam jenis
penjadwalan serta metode-metode yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini.
Penjadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik
dalam industri manufaktur atau jasa, dalam usaha meningkatkan pasar dan volume
produksi untuk meningkatkan kepuasan terhadap konsumen, dengan penjadwalan
yang efektif dapat meningkatkan keuntungan dalam fungsi operasi di waktu yang
akan datang.
Penjadwalan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang memainkan
peranan penting dalam kebanyakan bidang manufaktur dan pelayanan industri,
penjadwalan digunakan dalam pengadaan bahan dan produksi dalam bidang
transportasi dan distribusi serta dalam proses informasi dan komunikasi. Penjadwalan
merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat, untuk jangka pendek dalam
19
rentang periode beberapa hari sampai satu bulan, perusahaan harus melakukan
penjadwalan produksi untuk memenuhi order atau permintaan konsumen,
penjadwalan tersebut untuk melaksanakan rencana agregat dan jadwal induk produksi
yang telah dibuat. Order aktual adalah dasar untuk penjadwalan sumber daya
produksi (fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan), kemudian dilakukan pengurutan kerja
pada setiap unit produksi sehingga dicapai optimalitas utilisasi dari kapasitas yang
ada atau tujuan lain (Teguh Baroto, 2002, Hal 167).
Penjadwalan yang tidak efektif akan menghasilkan tingkat penggunaan yang
rendah dari kapasitas yang ada, fasilitas, tenaga kerja dan peralatan akan menunggu
(idle) untuk waktu tertentu karena tidak ada jadwal. Sebagai akibatnya biaya produksi
membengkak yang mana dapat menurunkan efektivitas dan daya saing perusahaan,
meskipun kapasitas keseluruhan mungkin didesain agar biaya sumber daya minimal,
penjadwalan yang tidak tepat dapat menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan dan
banyak hal lain secara tidak langsung (Teguh Baroto, 2002, Hal 167).
Ada beberapa tipe berbeda dari masalah penjadwalan yang dihadapi oleh
perusahaan adalah sebagai berikut (Steven Nahmias, 2001, hal 413) :
1. Job Shop Scheduling
Job shop scheduling secara umum lebih dikenal sebagai shop floor control,
yang merupakan kegiatan penyusunan input (memasang yang diperlukan) menjadi
input.
20
2. Personal Scheduling
Personal scheduling adalah hal yang penting dalam industri manufaktur dan
jasa, walaupun penjadwalan pembagian waktu dalam lantai produksi lebih
diutamakan dari pengendalian dalam lantai produksi itu sendiri, tenaga kerja juga
merupakan masalah yang besar, sebagai contoh adalah penjadwalan tenaga medis di
dalam rumah sakit, penentuan waktu seperti jam kerja penuh, shift pagi atau malam
serta sub kontrak menjadi masalah dalam penjadwalan tenaga kerja ini.
3. Facilities Scheduling
Penjadwalan ini menjadi sangat penting ketika fasilitias menjadi hal yang
utama, sebagai contoh adalah penjadwalan ruang operasi pada rumag sakit untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan. Beberapa rumah sakit menggunakan fasilitas ini.
4. Vehicle Scheduling
Perusahaan manufaktur harus mengirim produk mereka dengan biaya dan
waktu yang efisien, contoh dari penjadwalan ini adalah penjadwalan pengiriman
peralatan, pos, jasa pengantaran bank, pengiriman untuk pelanggan ditempat yang
berbeda.
5. Vendor Scheduling
Perusahaan dengan sistem JIT (Just In Time) dimana penjadwalan pengiriman
adalah hal yang penting. Bagian penjualan harus mengkoordinasikan dengan sistem
dari jumlah produk yang akan dikirim untuk menjamin bahwa JIT berfungsi dengan
efisien.
21
6. Project Scheduling
Sebuah proyek dapat menjadi suatu set tugas yang saling berinterelasi,
walaupun beberap tugas dapat dikerjakan bersama-sama tetapi beberapa tugas tidak
dapat dikerjakan hingga tugas yang sebelumnya selesai.
Secara umum penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan
pengendalian produksi yang merencanakan produksi serta pengalokasian sumber
daya pada suatu waktu tertentu dengan memperhatikan kapasitas sumber daya yang
ada.
Pentingnya penjadwalan bagi perusahaan adalah (Barry Render, 1997, hal
466) :
a. Dengan penjadwalan secara efektif, perusahaan menggunakan asetnya dengan
efektif dan menghasilkan kapasitas uang yang diinvestasikan menjadi lebih besar
dan dapat mengurangi biaya.
b. Penjadwalan menambah kapasitas dan fleksibilitas yang terkait, memberikan
waktu pengiriman yang lebih cepat dan dengan demikian pelayanan kepada
pelanggan menjadi lebih baik.
c. Keuntungan ketiga dari penjadwalan yang baik adalah keunggulan kompetitif
dengan pengiriman yang dapat diandalkan.
2.2 Tujuan Penjadwalan
Bedworth (1987) mengidentifikasikan beberapa tujuan penjadwalan adalah
sebagai berikut (Arman Nasution, 2003, hal 170) :
22
a. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya,
sehingga total waktu prosesdapat berkurang, dan produktivitas dapat meningkat.
b. Mengurangi persedian barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan
yang menunngu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan
yang lain. Teori Baker mengatakan, jika makespan suatu penjadwalan adalah
konstan, maka urutan kerja yang tepat akan mengurangi rata-rata waktu alir akan
mengurangi rata-rata persedian barang setengah jadi.
c. Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu
penyelesaian (due date) sehingga akan meminimasi penalty cost (biaya
kelambatan), dilakukan dengan cara mengurangi maksimum keterlambatan
ataupun dengan mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat.
d. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan
jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat
dihindarkan.
e. Meminimasi rata-rata waktu proses dalam suatu sistem.
f. Memperbaiki keakuratan status informasi pekerjaan.
g. Mengurangi set up times.
2.3 Fungsi Penjadwalan
Fungsi penjadwalan berbeda-beda, hal tersebut bergantung dari tipe
operasinya. Macam-macam fungsi penjadwalan berdarkan tipe operasi adalah sebagai
berikut (Eddy Herjanto, 1999, hal 45) :
23
a. In Process Industries
Seperti di pabrik-pabrik kimia, penjadwalan bisa saja terdiri dari pencampuran
bahan-bahan, membersihkan kotoran, dan mulainya memproduksi produk-produk lai.
Program linier dapat menentukan biaya termurah dari pencampuran bahan-bahan dan
kuantitas pemesanan ekonomis dengan dapat menentukan jangka waktu optimum dari
suaatu produksi berjalan.
b. Untuk produksi massal
Penjadwalan dari produksi akan sangat menentukan ketika jalur perakitan
telah dipasang. Keputusan penjadwalan dari hari ke hari terdiri dari penentuan
seberapa cepat waktu untuk menyelesaikan satu item dalam line dan berapa jam yang
dibutuhkan per hari untuk menyelesaikan satu line.
c. Untuk Proyek
Keputusan penjadwalan sangat banyak dan berhubungan dengan teknik
penjadwalan proyek seperti PERT dan CPM.
d. Untuk Batch atau Job Shop Production
Kepentingan penjadwalan bisa menjadi sangat kompleks, dalam kaitannya
dengan penjadwalan produksi, batch flow, job shop dan cellular process telah banyak
ditemui. Dalam tiap kasus jenis produk-produknya dibuat secara normal dan banyak
diantaranya make to order. Waktu yang dibutuhkan untuk memproses masing-masing
pekerjaan atau produk bervariasi dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain karena
perbedasan dalam waktu set up dan kebutuhan pemrosesan yang lain serta juga
perbedaan ukuran order pelanggan. Lingkungan batch production merupakan
24
lingkungan yang dinamis karena order-order dari pelanggan dating secara
berkesinambungan dan produk-produk yang telah jadi diproses serta kemudian
diantarkan ke pelanggan tepat waktu.
Penjadwalan produksi memiliki beberapa fungsi dalam sistem produksi,
aktivitas-aktivitas terssebut adalah (Teguh Baroto, 2002, hal 167) :
1. Loading (pembebanan) bertujuan mengkompromikan antara kebutuhan yang
diminta dengan kapasitas yang ada. Loading ini untuk menentukan fasilitas,
operator, dan peralatan.
2. Sequencing (penentuan urutan) bertujuan membuat prioritas pengerjaan dalam
pemrosesan order-order yang masuk.
3. Dispatching. Pemberian perintah-perintah kerja ke tiap mesin atau fasilitas
lainnya.
4. Pengendalian kinerja penjadwalan dengan cara :
a. Memonitor perkembangan pencapaian pemnuhan order dalam semua sector.
b. Merancang ulang sequencing bila ada kesalahan atau ada prioritas utama baru.
5. Updating Schedules. Pelaksanaan jadwal biasanya selalu ada masalah baru yang
berbeda dari saat pembuatan jadwal, maka jadwal harus segera di update bila ada
permasalahan baru yang memang perlu diakomodasi.
Tugas mengalokasikan kapasitas untuk permintaan, prioritas order,
pengendalian jadwal memerlukan informasi terperinci sebagai input untuk membuat
keputusan dalam penjadwalan, informasi ini berupa operation sheet skill (peralatan
yang diperlukan dan waktu standar), banyaknya part yang akan dioperasikan, urutan
25
ketergantungan antar operasi, dimana kualitas penjadwalan ditentukan oleh informasi
tersebut. Keluaran penjadwalan meliputi dispatch list (daftar urutan pemrosesan part
serta waktu mulai dan selesai dari pemrosesan part)
Input tersebut harus dilengkapi dengan parameter-parameter pembatas dalam
hal kapsitas dalam berkenaan dengan hal-hal berikut (Teguh Baroto, 2002, Hal 168) :
1. Teknologi pemrosesan (urutan aktivitas)
2. Limit kapasitas.
3. Rencana agregat untuk :
- Persediaan
- Jumlah tenaga kerja
- Batasan lembur subkontrak dan lain-lain
4. Kebutuhan pemeliharaan.
5. Kelayakan dan jumlah persediaan antar tingkat.
Variabel keputusan dalam penjadwalan produksi berkenaan dengan
penyiapan, pengendalian, dan updating jadwal memuat (Teguh Baroto, 2002, Hal
168) :
a. Kuantitas pasti dari tenaga kerja yang digunakan harian.
b. Setting adjustable tingkat produksi aktual untuk overtime dan undertime.
c. Alokasi spesifik dari order permintaan ke sumber daya (tenaga kerja, mesin dan
lain-lain).
d. Sequencing (urutan), time phasing, dari pesanan sampai unit produksi.
26
2.4 Permasalahan Dalam Penjadwalan Produksi
Masalah penjadwalan sering kali muncul jika terdapat sekumpulan tugas yang
harus ditetapkan harus dikerjakan lebih dahulu, bagaimana urutan kerja dari tugas-
tugas berikutnya, serta pengalokasian tugas pada mesin sehingga diperoleh suatu
proses yang terjadwal.
Pada umumnya persoalan penjadwalan ini dipecahkan dengan sendirinya
menurut kebiasaan tanpa memberikan perhatian lebih besar sehingga pemecahan
persoalan dengan suatu teknik baru akan lebih mudah dan lebih menguntungkan.
Cara umum yang dilakukan adalah cara yang didasarkan pada FCFS (First Come
First Served) sehingga tugas yang datang lebih dahulu akan dilayani lebih awal
daripada tugas yang datang kemudian. Secara umum persoalan penjadwalan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
1. Misalkan α adalah resiko yang ditanggung karena mengerjakan tugas A lebih
dahulu daripada tugas B.
2. Misalkan ß adalah resiko yang ditanggung karena mengerjakan tugas B lebih
dahulu daripada tugas A.
3. Jika α lebih baik dari ß maka tugas B dikerjakan lebih awal kemudian baru diikuti
oleh tugas A.
Pemilihan α dan ß ini dapat dikaitkan dengan pemilihan kriteria optimalitas yang
diterapkan oleh pengambil keputusan.
27
2.5 Klasifikasi Penjadwalan Produksi
Penjadwalan produksi dapat berbeda-beda dilihat dari kondisi yang
mendasarinya. Beberapa model penjadwalan sering terjadi di dalam proses produksi
berdasarkan beberapa keadaan antara lain :
1. Berdasarkan mesin yang dipergunakan dalam proses.
a. Penjadwalan pada mesin tunggal (Single Machine Shop)
b. Penjadwalan pada mesin jamak (m machine)
2. Berdasarkan pola aliran proses.
a. Penjadwalan Flow Shop
Proses produksi dengan aliran flow shop berarti proses produksi dengan pola
aliran identik dari satu mesin ke mesin lain. Dalam flow shop setiap pekerjaan dari n
job harus diproses melalui m machine untuk permintaan yang sama dan setiap job
diproses satu kali untuk setiap mesin. Walaupun pada flow shop semua tugas akan
mengalir pada jalur produksi yang sama atau bisa diartikan setiap pekerjaan akan
melewati setiap mesin yang terdapat pada aliran proses yang sama, yang biasanya
dikenal sebagai pure flow shop, tetapi dapat pula berbeda dalam dua hal. Pertama,
jika flow shop dapat menangani tugas yang bervariasi. Kedua, jika tugas yang datang
ke dalam flow shop tidak harus dikerjakan pada semua jenis mesin. Jenis flow seperti
ini disebut general flow shop.
28
Gambar 2.1 Jalur Proses Flow Shop
Gambar 2.2 Aliran Pure Floor Shop
Gambar 2.3 Aliran General Flow Shop
b. Penjadwalan Job Shop
Proses produksi dengan aliran job shoop berarti proses produksi dengan pola
aliran atau rute proses pada tiap mesin yang spesifik untuk setiap pekerjaan dan
mungkin berbeda untuk tiap job. Akibat aliran proses yang tidak searah ini, maka
setiap job yang akan diproses pada satu mesin dapat merupakan job yang baru atau
job dalam proses dan job yang keluar dari suatu mesin dapat merupakan job jadi atau
job dalam proses. Dalam job shop tidak semua pkerjaan diasumsikan akan tepat satu
29
kali menerima m operasi, dan untuk beberapa pekerjaan membutuhkan beberapa
operasi dalam sebuah mesin.
Gambar 2.4 Jalur Proses Job Shop
3. Berdasarkan pola kedatangan job
a. Penjadwalan statis yaitu job yang datang bersamaan dan siap dikerjakan pada
mesin yang tidak bekerja, dimana tidak ada job yang datang pada saat jadwal
dilaksanakan
b. Penjadwalan Dinamis kedatangan job yang tidak menentu dimana ada job
yang datang pada saat jadwal dilaksanakan sehingga perlu dibuatkan jadwal
baru.
4. Berdasarkan sifat informasi yang diterima
a. Penjadwalan Deterministik
Informasi yang diperoleh pasti, misalnya informasi tentang pekerjaan dan
mesin seprti waktu kedatangan pekerjaan dan waktu proses.
b. Penjadwalan Stokastik
Informasi yang diperoleh tidak pasti tetapi memiliki kecenderungan yang jelas
atau menyangkut adanya distribusi probabilitas tertentu.
30
5. Berdasarkan Product Positioning
a. Make to Order
Jumlah dan jenis produk yang dibuat berdasarkan permintaan dari konsumen,
dimana salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi biaya simpan.
b. Make to Stock
Jumlah dan jenis produk terus menerus dibuat untuk disimpan sebagai
persediaan.
Jumlah job yang datang mungkin terdiri dari 1,2,3, sampai n job demikian
juga dengan jumlah mesin yang dapat digunakan. Jenis dari aliran proses produksi
yang digunakan sangat mempengaruhi permasalahan yang akan terjadi pada saat
tahap penjadwalan produksi. Karena penjadwalan digunakan untuk mengatur aliran
kerja yang melalui suatu sistem, maka faktor kunci yang mendominasi strategi
penjadwalan adalah jenis aliran dari desain prosesnya.
2.6 Istilah-istilah Dalam Penjadwalan Produksi
Secara umum penjadwalan produksi dapat dijelaskan sebagai berikut, jika ada
n job {j1, j2, …jn }harus diproses pada m mesin {m1, m2, …mn } Proses pengerjaan j1
disebut dengan operasi Oij. Waktu yang diperlukan untuk memproses operasi Oij pada
mesin mj adalah tij. Beberapa job mungkin memiliki saat pengerjaan paling awal atau
saat kedatangan job ke shop yang disebut release date (rj), yang mungkin tidak sama
dengan noldan juga batas penyelesaian yang disebut due date (dj).
Dalam membahas masalah penjadwalan biasanya akan dijumpai beberapa
variabel dan istilah, dalam penulisan ini digunakan variabel j = job dan i = operasi.
31
1. Proceesing Time (waktu proses)
Merupakan perkiraan waktu penyelesaian satu pekerjaan. Perkiraan waktu ini
meliputi juga perkiraan waktu set up yang dibutuhkan. Simbol yang digunakan untuk
waktu proses pekerjaan i adalah tij.
2. Makespan (Ms) (Steven Nahmias, 2001)
Adalah jangka waktu penyelesaian suatu penjadwalan yang merupakan
jumlah seluruh waktu proses.
Ms = Σ ti
3. Ready Time (Rij)
Menytakan job j operasi ke i siap untuk dijadwalkan.
4. Waiting Time (Wj)
Adalah waktu tunggu seluruh operasi dari suatu job.
Wj = Σ Wij
5. Flow Time (Waktu Alir) (Steven Nahmias, 2001)
Merupakan rentang waktu saat pekerjaan tersedia (dapat dimulai) dan saat
pekerjaan selesai. Waktu alir sama dengan waktu proses ditambah waktu tunggu
sebelum pekerjaan diproses. Simbol yang digunakan untuk flow time adalah Fj.
Fj = tj + Wj
6. Completion Time (Waktu Penyelesaiaan)
Merupakan rentang waktu antara saat pekerjaan dimulai (t = 0), sampai
dengan pekerjaan itu selesai. Disimbolkan dengan Cj.
32
7. Rata-rata Flow Time (Eddy Herjanto, 1999)
Fs = jFn∑
1
8. Due Date (batas waktu)
Merupakan waktu maksimal yang dapat diterima untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut, kelebihan waktu dari waktu yang telah ditetapkan merupakan
suatu kelambatan. Batas waktu ini disimbolkan sebagai dj.
9. Lateness (Kelambatan)
Merupakan penyimpangan antara waktu penyelesaiaan pekerjaan dengan
batas waktu. Suatu pekerjaan akan mempunyai kelambatan positif jika diselesaikan
sesudah batas waktu yang ditentukan dan mempunyai kelambatan negatif jika
diselesaikan sebelum batas waktu yang ditentukan, simbol kelambatan ini adalah Lj.
Lj = Cj - dj
Lj < 0, jika penyelesaiaan memenuhi batas akhir
Lj > 0, jika penyelesaiaan melewati batas akhir
10. Earliness (Ej)
Adalah saat penyelesaian terlalu awal yaitu sebelum due date. Earliness juga
disebut sebagai lateness negative.
Ej = min {Lj, 0}
11. Rata-rata Lateness
( )jjs dGn
L −∑=1
33
12. Tardines (Ukuran kelambatan)
Merupakan ukuran untuk kelambatan positif. Jika suatu pekerjaan
diselesaikan lebih cepat dari batas waktu yang ditetapkan maka mempunyai nilai
kelambatan negatif tetapi jika diselesaikan melewati batas watu yang ditetapkan maka
mempunyai nilai kelambatan positif, ukuran ini disimbolkan dengan Tj dimana Tj
adalah maksimum dari (0, Li).
Tj = max {0, Lj}
13. Rata-rata Tardiness
js Tn
T ∑=1
14. Number of Tardiness
0,0
0,1
<=
>=
∑=
jj
jj
jT
Tjika
Tjika
N
δ
δ
δ
15. Slack (kelonggaran)
Merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat selisih waktu antara waktu
proses dengan batas waktu yang sudah ditetapkan. Slack dinotasikan sebagai Sj dan
dihitung dengan persamaan Sj = dj – tj
16. Utilitas mesin (U)
Adalah rasio dari seluruh proses yang dibebankan pada mesin dengan rentang
waktu untuk menyelesaikan seluruh tugas pada semua mesin.
34
max* Fm
tU j∑
=
Dimana m = mesin
Fmax = Flow Time maximum
17. T max atau L max
T max = max {0, Lmax}
L max = max {Lj}
18. Critical Ratio
tdta
Pta
CR
jj
j
j
−=
=
)(
)(
Dimana aj (t) = allowance
dj = due date
Pj = waktu untuk menyelesaikan operasi j
Pada saat permintaan tiba maka kegiatan pertama dari penjadwalan adalah
menugaskan order-order tersebut kepada bermacam-macam pusat kerja untuk
diproses. Setelah menugaskan permintaan tersebut maka langkah selanjutnya adalah
menetukan urut-urutan prosesnya. Pemrosesan order merupakan hal yang penting
karena mempengaruhi lamanya suatu job akan diproses dalam sistem tertentu.
Lamanya job dalam proses ini akan mempengaruhi batas waktu janji pengiriman
kepada konsumen. Begitu juga dengan pengurutan pengerjaan merupakan problem
35
yang cukup penting dalam analisis produksi, problem yang dihadapi karena adanya
banyaknya job dan ketersediaan mesin yang terbatas. Job sequencing bertujuan
mencapai criteria performance tertentu yang optimal (Teguh Baroto, 2002, Hal 169).
Aturan-aturan prioritas sequencing diaplikasikan untuk seluruh job yang sedang
menunggu dalam antrian, bila pusat kerja telah lowong untuk satu job baru, maka job
dengan prioritas terdahulu akan diproses. Beberapa kriteria yang sering dipakai dalam
pengurutan job antara lain (Teguh Baroto, 2002, Hal 170) :
1. Mean Floe Time (MFT) atau rata-rata waktu pekerjaan dalam sistem.
2. Idle Time atau waktu menganggur dari mesin.
3. Mean Lateness atau rata-rata keterlambatan.
4. Mean Number Job in The System (WIP) atau rata-rata jumlah job dalam mesin.
5. Make Span atau total penyelesaian seluruh job.
6. Jumlah job yang terlambat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan suatu job (Teguh Baroto, 2002,
Hal 170) :
b. Jumlah job yang harus dijadwalkan.
c. Jumlah mesin yang tersedia.
d. Tipe manufaktur atau jenis aliran produksi (job shor or flow shop).
e. Pola kedatangan job (static atau dynamic).
2.7 Kendala-kendala dalam Penjadwalan Produksi
Dalam pelaksanaannya, penjadwalan produksi ditingkat shop floor akan
mengalami gangguanatau hambatan. Gangguan dan hambatan terjadi antara lain :
36
1. Mesin rusak
Pada saat mesin rusak maka operasi-operasi yang akan menggunakan mesin
tersebut tidak dapat dikerjakan dan harus menunggu sampai mesin selesai diperbaiki.
Hal ini menyebabkan terhentinya proses produksi dan penjadwalan produksi semual
menjadi tidak terpenuhi, oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian pada jadwal
semula sehingga diperoleh kembali jadwal produksi yang feasible. Penjadwaln ulang
ini dikenal dengan nama rescheduling. Informasi yang diperlukan adalah jenis dan
nomor mesin yang rusak, waktu terjadinya kerusakan dan lama waktu perbaikan
mesin.
Prinsip yang dapat digunakan untuk pengembangan algoritma penjadwalan
ulang untuk kasus mesin rusak telah dikembangkan sebagai berikut :
- Penjadwalan ulang dilakukan dari titik waktu terjadinya gangguan.
- Operasi-operasi yang telah selesai dikerjakan sebelum titik waktu terjadinya
gangguan tidak diperhatikan lagi.
- Setelah mengidentifikasikan mesin yang rusak, penjadwalan ulang dilakukan
dengan mengundurkan waktu operasi sesuai dengan lama waktu perbaikan mesin.
- Penjadwalan ulang dilakukan untuk operasi-operasi yang belum dijadwalkan.
- Operasi yang sedang dikerjakan pada saat terjadi gangguan tidak mengalami
perubahan.
2. Penambahan pesanan baru.
Pada saat produksi sedang berjalan, tidak tertutup kemungkinan bahwa terjadi
penambahan pesanan baru. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan penjadwalan yang
37
belum memperhitungkan pesanan baru tersebut akan mengalami gangguan atau
kekacauan, oleh karena itu diperlukan penjadwalan ulang dengan mempertimbangkan
pesanan baru tersebut, sehingga produksi akan tetap berada pada kondisi yang
optimal serta shop floor dapat segera menyesuaikan diri dengan penjadwaalan baru
tersebut. Informasi yang diperlukan dari adanya pesanan baru tersebut adalah jenis
produk yang dipesan, routing pekerjaannya, juamlah pesanan dan due date yang
diminta konsumen.
Prinsip yang telah dikembangkan untuk algoritma penjadwalan ulang untuk
kasus masuknya pesanan baru :
- Penjadwalan ulang dilakukan dari titik waktu terjadinya gangguan.
- Operasi-operasi yang telah selesai dikerjakan sebelum titik waktu terjadinya
gangguan tidak diperhatikan lagi.
- Penjadwalan ulang dilakukan untuk operasi-operasi yang belum dikerjakan.
- Operasi yang sedang dikerjakan pada saat terjadi gangguan tidak mengalami
perubahan.
3. Perubahan prioritas.
Perubahan prioritas pembuatan produk akan mempengaruhi penjadwalan yang
telah dilakukan. Prinsip-prinsip yang telah dikembangkan untuk algoritma
penjadwalan ulang untuk kasus perubahan prioritas sama dengan prinsip yang
digunakan untuk kasus adanya pesanan baru.
38
4. Perubahan due date.
Produk yang mengalami perubahan due date akan menyebabkan perubahan
pada jadwal produksi semula. Perubahan due date ada dua macam yaitu due date
semakin maju atau due date yang semakin mundur. Penjadwalan produksi yang
semakin mundur tidak akan mengubah penjadwalan produksi dan tidak akan
mengakibatkan perubahan pada performansi penjadwalan semula. Tetapi perubahan
due date yang semakin maju akan mengubah penjadwalan produksi awal, agar
kriteria performansi yang dipilih dapat tetap dipertahankan dengan adanya perubahan
due date tersebut.
5. Adanya produk yang memerlukan pengulangan operasi.
Apabila ada produk yang dinyatakan cacat maka produk tersebut harus
dikerjakan ulang untuk memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Akibat dari
pengulangan proses tersebut maka waktu operasi produk tersebut bertambah dan
operasi produk lain tertunda. Untuk itu dibutuhkan penjadwalan ulang mesin dengan
data tambahan seperti produk yang akan diulang, operasi yang diulang dan mesin
yang digunakan dalam proses pengulangan tersebut.
2.8 Aturan Prioritas Sequencing
Beberapa aturan-aturan prioritas sequencing yang umum antara lain adalah
sebagai berikut (Arman Nasution, 2003, Hal 183) :
a. First Come First Served (FCFS)
Job yang diproses sesuai dengan job mana yang datang terlebih dahulu.
39
b. Shortest Processing Time (SPT)
Pekerjaan dengan waktu proses terpendek akan diproses terlebih dahulu,
demikian berlanjut untuk job yang waktu prosesnya terpendek kedua. Aturan SPT ini
tidak memperdulikan due date ataupun kedatangan order baru.
c. Earliest Due Date (EDD)
Prioritas utama akan diberikan kepada pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai
tanggal batas waktu penyerahan (due date) paling awal.
d. MWKR (Most Work Remaining)
Suatu aturan dimana job yang memiliki sisa waktu proses yang paling lama
diprioritaskan. Aturan ini menghasilkan makespan yang terkecil.
e. LWKR (Least Work Remaining)
Aturan dimana job yang memiliki waktu proses paling sedikit diprioritaskan.
f. CR (Critical Ratio)
Aturan ini akan mengurutkan pekerjaan dengan menghitung waktu sisa
sampai dengan batas waktu pengerjaannya.
g. Acak (Random)
Mengerjakan job secara urutan yang acak, job manasaja yang dapat diproses
terlebih dahulu (tidak ada aturan bakunya)
Pada umumnya aturan prioritas hanya dibahas jika menggunakan 1 mesin
saja, namun jika menggunakan dua atau lebih mesin maka aturan prioritas pekerjaan
tersebut dibantu dengan menggunakan aturan Johnson atau CDS.
40
2.9 Penjadwalan Mesin
1. Penjadwalan n job pada 1 prosesor
Pengurutan pekerjaan disebuah prosesor digunakan untuk mencapai tujuan
minimasi waktu alir rata-rata atau minimasi keterlambatan. Makespan penjadwalan
pada satu prosesor selalu konstan besarnya. Walaupun penjadwalan satu prosesor
tidak akan berpengaruh pada waktu alir rata-rata (mean flow time), kelambatan rata-
rata (mean lateness) atau ukuran kelambatan rata-rata (mean tardiness).
Perlu juga diperhatikan bahwa penjadwalan merupakan basis perencanaan
ditingkat floor shop. Penjadwalan hanya dilakukan satu kali pada awal penugasan,
jika muncul pekerjaan baru maka pekerjaan itu disimpan dalam daftar tunggu dan
baru dijadwalkan bersama dengan pekerjaan lainnya setelah kumpulan penjadwalan
pertama selesai diproses.
2. Penjadwalan n job pada m prosesor paralel
Pada penjadwalan prosesor jamak parallel, setiap pekerjaan hanya perlu
memasuki salah satu prosesor. Dengan adanya prosesor jamak, pekerjaan
penjadwalan menjadi agak sukar bila dibandingkan dengan penjadwalan pada
prosesor tungga. Jika penjadwalan pada satu prosesor memiliki masalah pada
bagaimana urutan pekerjaan yang akan memberikan hadil optimal, maka pada
prosesor parallel masalah yang terjadi adalah urutan pekerjaan yang paling optimal
dan prosesor manakah yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut.
41
Gambar 2.5 Permasalahan Penjadwalan Prosesor Paralel
3. Penjadwalan n job pada m prosesor seri.
Permasalah penjadwalan selanjutnya dikembangkan lagi ke dalam bidang
penjadwalan m prosesor seri. Jika pada m prosesor parallel satu pekerjaan cukup
dikerjakan oleh salah satu prosesor maka pada penjadwalan prosesor seri, setiap
pekerjaan harus dikerjakan oleh setiap prosesor secara berurutan.
Pada permassalahan penjadwalan m prosesor seri, metode yang menghasilkan
solusi optimal hanya metode minimasi makespan dua atau lebih prosesor seri,
sementara untuk tujuan penjadwalan lainnya sampai saat ini belum ditemukan metode
heuristic yang cukup baik. Untuk memecahkan masalah-masalah penjadwalan dengan
tujuan minimasi keterlambatan dan minimasi waktu alir rata-rata para peneliti
menyaranjkan untuk menggunakan teknik simulasi komputer.
42
Gambar 2.6 Permasalahan Penjadwalan Prosesor Seri
2.10 Kriteria Optimalitas
Beberapa criteria optimalitas dalam proses penjadwalan adalah :
a. Bekaitan dengan waktu.
Dalam kaitannya dengan waktu beberapa criteria optimalita yang dapat
digunakan adalah :
- Minimasai Mean Flow Time
Kriteria ini menunjukkan rata-rata waktu yang dihabiskan setiap komponen di
lantai pabrik.
- Minimasi Makespan
- Pemenuhan due date
b. Berkaitan dengan ongkos.
Kriteria ini lebih mengarah ke biaya produksi seperti inventory cost, penalty
cost, dan lain sebagainya dan tidak memperhatikan kriteria waktu yang ada sehingga
43
dengan satu penjadwalan produksi tertentu diharapkan mendapatkan ongkos yang
minimal.
c. Kriteria Gabungan
Beberapa criteria optimalitas tersebut dapat digabungkan dan dikombinasikan
sehingga menjadi beberapa criteria yang sesungguhnya (penjadwalan yang multi
criteria)
d. Kriteria Proses (Barry Render, 1997, Hal 467 )
Teknik penjadwalan yang benar tergantung pada volume pesanan. Ciri-ciri
operasi dan keseluruhan kompleksitas pekerjaan, sekaligus pentingnya tempat pada
masing-masing dari criteria, ada empat kriteria adalah sebagai berikut :
- Meminimalkan waktu penyelesaiaan. Ini dimulai dengan menentukan rata-rata
waktu penyelesaiaan.
- Memaksimalkan utilisasi. Ini dinilai dengan menentukan presentase waktu
fasilitas yang digunakan.
- Meminimalkan persediaan barang dalam proses. Ini dinilai dengan menentukan
rata-rata jumlah pekerjaan dalam sistem. Hubungan antara jumlah pekerjaan
dalam sistem dan persediaan barang dalam proses adalah tinggi. Dengan demikian
semakin kecil jumlah pekerjaan yang ada dalam sistem, maka akan semakin kecil
persediaannya.
- Meminimalkan waktu tunggu pelanggan. Ini dimulai dengan menentukan rata-rata
jumlah keterlambatan.
44
2.11 Penjadwalan Flow Shop
Sistem penjadwalan dalam flow shop adalah penjadwalan dari seluruh job
dengan urutan proses sama dan masing-masing job menuju ke masing-masing mesin
dalam waktu tetentu (Askin Ronald, 2003, Hal 437 ). Sistem ini dapat digambarkan
seperti urutan linear pada mesin-mesin seperti pada lini perakitan. Setiap job diproses
sesuai dengan urutan prosesnya dan dari suatu mesin ke mesin lainnya. Penjadwalan
yang memiliki urutan yang sama atas penggunaan masing-masing mesin disebut
dengan permutation schedule. Dalam kriteria pengukuran diperlukan penjadwalan
yang terus berjalan tanpa adanya waktu menganggur. Perhitungan penjadwalan harus
dipertimbangkan ketika didapatkan solusi yang optimal dengan meningkatkan jumlah
job atau mesin.
Pada umumnya pada setiap operasi berikutnya berasal dari satu operasi yang
mendahuluinya dan operasi kedua dari terakhir mempunyai satu operasi yang
mengikutinya. Oleh karena itu setiap job memiliki urutan operasi yang spesifik untuk
menyelesaikan job tersebut. Tipe struktur ini sering disebut sebagai linier precedence
diagram.
Lantai produksi terdiri dari m mesin berbeda, setiap job terdiri dari m operasi
yang memerlukan mesin yang berbeda. Karakteristik flow shop dinyatakan dengan
aliran pekerjaan yang terarah. Pada pekerjaan flow shop penomoran mesin
dimungkinkan, sehingga jika operasi ke-j dari suatu job mendahului operasi ke-k,
maka mesin yang diperlukan dari operasi ke-j mempunyai nomor yang lebih kecil
dibandingkan dengan mesin yang dibutuhkan oleh operasi ke-k. Mesin-mesin dalam
45
flow shop diberi nomor 1, 2, 3, …, m dan operasi job ke-i ditandai dengan (i, 1), (i,
2), …, (i, m).
Setiap job dapat diperlakukan seolah-olah job tersebut memiliki m operasi
yang tetap.Aliran pekerjaan flow shop terbagi menjadi 2 yaitu pure flow shop dan
general flow shop. Pada aliran pekerjaan pure flow shop setiap job memiliki satu
operassi pada setiap mesin. Sedangkan pada general flow shop suatu pekerjaan
dimungkinkan terdiri kurang dari m operasi dengan operasi-operasi pada mesin-mesin
yang tidak berdekatan (bersebelahan) dan operasi terakhir tidak selalu dimulai pada
mesin 1dan diakhiri pada mesin m. Karakteristik dasar penjadwalan flow shop adalah
sebagai berikut :
a) Terdapat n job yang tersedia dan siap diproses pada waktu t = 0
b) Waktu set up independent terhadap urutan pengerjaan.
c) Terdapat m mesin berbeda yang tersedia secara continue.
d) Operasi-operasi individual tidak dapat dipecah-pecah.
2.11.1 Metode CDS (Campbeel Dudex Smith)
Algoritma CDS dikembangkan sejak tahun 1970, algoritma ini menghasilkan
urutan m-1 dan pilihan dengan makespan terkecil (Askin Ronald, 2003, Hal 443).
Dalam prakteknya masalah penjadwalan sering kali melibatkan sejumlah besar job
yang harus diproses oleh banyak mesin, untuk kasus seperti ini aturan Johnson tidak
dapat digunakan. Pengembangan dari aturan Johnson ini disebut algoritma CDS.
Algotitma ini mengkombinasikan mesin-mesin atau stasiun-stasiun kerja menjadi dua
mesin atau stasiun kerja dan selalu diterapkan aturan Johnson.
46
Langkah-langkah penjadwalan algoritma CDS yaitu (Eddy Herjanto, 1999,
Hal 559) :
1. Ambil stasiun kerja atau mesin pertama dan terakhir (mesin yang lain dianggap
tidak ada), susunan urutan penjadwalan dengan menggunakan aturan Johnson.
2. Ambil stasiun kerja atau mesin 1, 2 dan stassiun kerja atau mesin M, M-1,
gabaungkan waktu proses antara mesin 1, 2 (ti, p1) dan juga waktu proses mesin
M, M-1 (ti, p2) dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut.
ti, p1 = ti, 1 + ti, 2
ti, p2 = ti, m-1 + ti, m
Dimana tij = waktu proses pada mesin M (j = 1 hingga m mengacu pada
stasiun kerja atau mesin aktual), j = p1 mengacu pada kelompok stasiun kerja atau
mesin 1, j = p2 mengacu pada stasiun kerja atau mesin). Lalu susun urutan
penjadwalan dengan menggunakan aturan Johnson.
3. Ambil stasiun kerja atau mesin 1, 2, 3 dan stasiun kerja atau mesin M, M-1, M-2
gabungkan waktu proses antara mesin 1, 2, 3 (ti, p1) dan juga waktu proses mesin
M, M-1, M-2 (ti, p2) dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
ji
M
Mjpi
jij
pi
tt
tt
,2
2,
,
3
11,
−=
=
∑=
∑=
Lalu susunan urutan penjadwalan dengan menggunakan aturan Johnson.
4. Lakukan terus sampai setiap mesin teranalisa makespan waktu tardiness, dan
earlinessnya atu sampai pada perhitungan di bawah ini :
47
ji
M
jpi
ji
M
jpi
tt
tt
,2
2,
,
1
11,
=
−
=
∑=
∑=
Gunakan diagram Gantt untuk lebih jelas.
5. Untuk setiap penjadwalan yang dihasilkan, hitung total waktu penyelesaiannya.
Pilih urutan penjadwalan dengan total waktu penyelesaiaan terkecil.
Gambar 2.7 Aliran Algoritma CDS
Langkah-langkah penjadwalan algoritma CDS dapat ditunjukkan oleh Flow
Chart Seperti dibawah ini (Arman Nasution, 2003, Hal 202) :
48
Gambar 2.8 Flowchart Penjadwalan Metode Campbell Dudek and Smith
49
2.11.2 Metode Heuristik Gupta
Sebuah permutasi ditentukan oleh urutan S(1) ≥ S(2) ≥ …≥ S(n). Dimana
penerapan Heuristik Gupta didasarkan pada algoritma Johnson karena itu merupakan
cara yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Langkah-langkah dalam
menyusun penjadwalan Gupta adalah sebagi berikut :
a. Melakukan penambahan waktu proses dari mesin 1 dengan mesin 2, mesin 2
dengan mesin 3 sampai mesin –n.
b. Memilih waktu proses terkecil untuk setiap masing-masing mesin.
c. Menghitung nilai ei dengan membandingkan Pi1 (waktu proses job 1) dengan Pim
(waktu proses terkecil yang didapat dari tiap mesinnya) dengan syarat sebagai
berikut : ei = {1 jika Pi < Pim dan -1 jika Pi ≥ Pim)
d. Menghitung nilai Si dengan syarat Si = }1{1,1min −+−= ikik
i
PPmke
e. Setelah didapatkan nilai Si, kemudian mengurutkan nilai tersebut dari yang paling
besar ke yang paling kecil.
f. Setelah didapatkan urutan prioritas pekeerjaannya, kemudian hitung total waktu
penyelesaiannya (makespan) di setiap �riteria�ve tersebut.
2.11.3 Metode Heuristic Pour
Hamid Davoud Pour (2001) mengembangkan algotitma heuristic baru
didalam menyelesaikan penjadwalan flowshop dengan tujuan meminimalkan
makespan yaitu berdasarkan pendekatan kombinasi. Hal ini dilakukan dengan
50
mengganti setiap job dengan job yang lainnya dalam urutan sampai ditemukan
kombinasi urutan yang dapat memenuhi memenuhi kriteria tujuan.
Dalam model ini diasumsikan bahwa semua job diproses secara terpisah dan
independent untuk setiap mesinnya. Berikut adalah notasi yang digunakan (Tessa
Soetanto, 2006, [email protected]) :
- Pij = waktu proses dari job i pada mesin j
- Cij = rentang waktu antara saat job i pada mesin j dimulai (t = 0) sampai job itu
selesai.
- Ci = sum of completion time untuk job i pada semua mesin.
- Fmax = rentang waktu antara saat pekerjaan tersedia atau dapat dimulai sampai
pekerjaan itu selesai (makespan).
Langkah-langkah pengerjaan Algoritma Heuristik Pour :
1. Memilih job secara acak sebagai urutan pertama sementara dalam urutan
pengerjaan.
2. Menempatkan job-job lain (selain job yang sudah dipilih sebagai urutan pertama)
pada urutan berikutnya.
3. Memilih waktu proses terkecil untuk masing-masing mesin.
4. Melakukan penambahan waktu proses secara increasing time pada Pij yang lain,
selain Pij paling minimal yang terpilih sebelumnya.
5. Menghitung sum of completion time (Ci) untuk setiap job yang ada.
6. Mengurutkan Ci denga atauran increasing order untuk diletakkan pada urutan
setelah job yang sudah dipilih untuk urutan pertama sementara.
51
7. Setelah didapatkan urutan sementara maka hitunglah Fmax nya.
8. Melakukan ulang langkah 1-7 untuk detiap job yang ada samoai didapatkan Fmax
yang paling minimal, yang akan ditempatkan sebagai urutan pertama dari urutan
job.
2.12 Penjadwalan Job Shop
Pada flow shop semua job memiliki urutan proses yang sama, tetapi tidak
begitu dengan job shop. Ada beberapa produk yang menggunakan mesin yang sama
tetapi mungkin dalam order yang berbeda. Aliran proses produksi berbeda untuk
setiap job sepeti yang digambarkan dibawah ini (Daniel Sipper, 1995, Hal 438) :
Gambar 2.9 Tipe Aliran Job Shop
Masalah penjadwalan job shop dikenal dengan optimasi dan sangat sedikit
optimalisasi untuk masalah dengan lebih dari dua puluh job dan sepuluh mesin. Oleh
karena itu hal ini dapat diatasi dengan penudekatan heuristic dan branch and bound.
Beberapa kriteria penting dalam masalah penjadwalan job shop adalah (Steven
Nahmias, 2001, Hal 416) :
52
1. Kedatangan job
Masalah job yang ada selama ini adalah masalah statik yang biasa disebut
snapshot dari sebuah sistem pada titik dalam waktu dan diproses untuk
menyelesaikan masalah berdasarkan nilai yang berlaku walaupun banyak solusi
algoritma tetapi perlu dipertimbangkan bahwa sebuah masalah dapat menjadi statik,
pada kenyataannya masalah tersebut menjadi dinamik dengan sendirinya.
2. Jumlah dan mesin yang ada.
Job shop harus memiliki tampilan yang unik dengan mengimplementasikan
solusi yang diperoleh dari penjadwalan dengan algoritma. Sebagai contoh, asumsi
umur dari mesin yang memberikan tipe yang identik. Hal ini tidak sealu menjadi
masalah, mesin yang utama dilihat dari berbagai jenis variasi seperti kondisi dari
mesin atau kemampuan dati operator.
3. Jumlah Tenaga kerja di lantai produksi.
Jumlah tenaga kerja dan jenis mesin dari lantai produksi ditentukan dari
kapasitas yang tersedia. Perencanaan kapasitas adalah aspek yang penting dari
perencanaan produksi.
4. Aliran utama produksi.
Solusi diperoleh dari penjadwalan algoritma diperlukan job yang lengkap
pada jumlah order yang tetap. Bagaimanapun pengurutan job berdasarkan hasil mesin
dalam contoh aliram material dalam sistem.
53
5. Evaluasi dari alternatif solusi.
Pilihan yang obyektif ditentukan dari kenyamanan dan keefektifan dari aturan
pengrutan. Secara umum lebih dari satu objek yang penting srhingga mustahil untuk
menentukan aturan yang optimal.