bab 2 landasan teori - library.binus.ac.id 2.pdf · 2.1.2 bentuk prototype ... (2006, p16-18), ada...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Prototype
Sebuah prototype adalah tipe yang asli, bentuk, atau contoh dari sesuatu
yang dipakai sebagai contoh yang khas, dasar, atau standar untuk hal-hal lain dari
kategori yang sama. Metode prototype sebagai suatu paradigma baru dalam
pengembangan sistem informasi, tidak hanya sekedar suatu evolusi dari metode
pengembangan sistem informasi yang sudah ada, tetapi sekaligus merupakan
revolusi dalam pengembangan sistem informasi manajemen.
2.1.1 Pengertian Prototype
Prototype adalah sebuah Javascript Framework yang dibuat untuk lebih
memudahkan proses dalam membangun aplikasi berbasis web. Prototype
merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang banyak
digunakan. Menurut Mulyanto (2009), “Metode ini sangat baik digunakan untuk
menyelesaikan masalah kesalahpahaman antara user dan analis yang timbul akibat
user tidak mampu mendefinisikan secara jelas kebutuhannya”.
Menurut O’Brien (2005), “Prototyping adalah pengembangan yang cepat
dan pengujian terhadap model kerja (prototype) dari aplikasi baru melalui proses
interaksi dan berulang-ulang yang biasa digunakan ahli sistem”. Sebagian user
kesulitan mengungkapkan keinginannya untuk mendapatkan aplikasi yang sesuai
dengan kebutuhannya. Kesulitan ini yang perlu diselesaikan oleh analis dengan
10
memahami kebutuhan user dan menerjemahkannya ke dalam bentuk model
(prototype). Model ini selanjutnya diperbaiki secara terus menerus sampai sesuai
dengan kebutuhan user.
Prototyping adalah simulasi perancangan dengan biaya yang lebih kecil,
apabila dalam pembuatan suatu perancangan tanpa menggunakan prototyping
maka kita tidak dapat mengevaluasi rancangan tersebut sampai rancangan tersebut
selesai dan setelah pembuatan, apabila ingin melakukan perubahan maka akan
sangat sulit. Di bawah ini ada beberapa keuntungan dari prototype adalah sebagau
berikut :
• Menghasilkan syarat yang lebih baik dari produksi yang dihasilkan oleh
metode ‘spesifikasi tulisan’.
• User dapat mempertimbangkan sedikit perubahan selama masih bentuk
prototype.
• Memberikan hasil yang lebih akurat dari pada perkiraan sebelumnya,
karena fungsi yang diinginkan dan kerumitannya sudah dapat diketahui
dengan baik.
• User merasa puas. Pertama, user dapat mengenal melalui komputer
dengan melakukan prototype (analisa yang sudah ada), user belajar
mengenai komputer dan aplikasi yang akan dibuatkan untuknya. Kedua,
user terlibat langsung dari awal dan memotivasi semangat untuk
mendukung analisa selama proyek berlangsung.
• Para perancang dapat mengeluarkan ide-idenya dan memunculkan ide-ide
secara visual dan mengembangkannya.
11
• Dapat menjawab pertanyaan dan membantu pemilihan diantara alternatif-
alternatif serta dapat memperbaiki masalah penggunaan sebelum dibuat
programnya.
• Anggota tim dapat berkomunikasi secara efektif dan mengurangi biaya
pengembangan dan pembiayaan yang lain.
2.1.2 Bentuk Prototype
Berdasarkan karakteristiknya prototype sebuah sistem dapat berupa low
fidelity dan high fidelity. Fidelity mengacu kepada tingkat kerincian sebuah
system (Walker et al , 2003) adalah sebagai berikut :
• Low Fidelity Prototype tidak terlalu rinci menggambarkan sistem.
Karakteristik dari low fidelity prototype adalah mempunyai fungsi atau
interaksi, tidak memperlihatkan secara rinci operasional sistem,
mendemostrasikan secara umum feel and look dari antarmuka pengguna
dan hanya menggambarkan konsep pendekatan secara umum.
• High Fidelity Prototype lebih rinci menggambarkan sistem. Prototype ini
mempunyai interaksi penuh dengan pengguna dimana pengguna dapat
memasukkan data dan berinteraksi dengan sistem, mewakili fungsi-fungsi
inti sehingga penampilan yang sangat mirip dengan produk sebenarnya.
2.1.3 Proses Pembuatan Prototype
Proses pembuatan prototype merupakan proses yang interaktif dan
berulang-ulang yang menggabungkan langkah-langkah siklus pengembangan
12
tradisional. Prototype evaluasi beberapa kali sebelum pemakai akhir menyatakan
prototype.
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Protoyping
2.2 Konsep Data, Informasi dan Knowledge
Dewasa ini banyak sumber yang mengatakan bahwa sebuah informasi
ataupun data sudah tidak menjadi topik pembicaraan, tetapi knowledge atau ilmu
pengetahuan yang berasal dari informasi itu sendiri yang banyak menjadi
perhatian terutama dalam hal knowledge management system. Tapi hal itu tidak
terlepas dari pemahaman menyeluruh mengenai apakah knowledge itu dan
bagaimana hubungannya dengan data dan informasi.
Data, informasi, dan knowledge pada dasarnya merupakan konsep yang
saling berhubungan. Menurut Bergeron (2003) yang dimaksud data, informasi,
dan knowledge dibedakan sebagai berikut :
a. Data adalah angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat kuantitas yang
berasal dari hasil observasi, eksperimen, atau kalkulasi.
13
b. Informasi adalah data di dalam satu kontektual tertentu merupakan
kumpulan data dan terkait dengan penjelasan, interpretasi dan
berhubungan dengan materi lainnya mengenai objek, peristiwa-peristiwa
atau proses tertentu.
c. Knowledge adalah informasi yang telah di organisasi, disintesiskan,
diringkaskan untuk meningkatkan pengertian, kesadaran, atau
pemahaman.
Menurut Davidson and Voss (2002), untuk memahami perbedaan antara
data, informasi dan knowledge harus dapat digarisbawahi nilai hierarkinya.
Informasi merupakan data yang disaring (distiled) dan dimaknai, demikian pula
knowledge adalah informasi yang disaring dan dimaknai. Dengan cara yang sama,
data diberi makna sehingga berubah menjadi informasi. Informasi ditambahkan
tujuan untuk dibuah menjadi knowledge yang bisa dituliskan ke dalam bentuk
persamaan yaitu knowledge = informasi + tujuan.
Gambar 2.2 Proses dari Data ke Knowledge
14
Menurut Laudon (2008), adalah kejadian yang kognitif bahkan fisiologis
yang tejadi dalam pikiran manusia. Sedangkan Turban (2007, p451-452)
mendefiniskan knowledge sebagai informasi yang kontekstual, relevan, dan
actionable. Di dalam kontekstual teknologi informasi, knowledge sangat berbeda
dengan data dan informasi. Dimana data adalah kumpulan fakta-fakta, hasil
pengukuran dan statistik sedangkan informasi adalah data yang terorganisasi dan
merupakan hasil dari suatu proses yang tepat waktu dan akurat. Hubungan data,
informasi, dan knowledge dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Data, Informasi, dan Knowledge Sumber : Efraim Turban, ” Information Technology for
Management,”John Wiley , 2007, p . 451.
2.3 Konsep Knowledge Management System
Knowledge jika diartikan dalam Bahasa Indonesia tidak lain adalah
pengetahuan. Pengetahuan yang seperti apa, dalam bentuk seperti apa, gunanya
seperti apa, dan hubungannya pengetahuan dengan perusahaan. Knowledge adalah
sesuatu yang kita ketahui, kita kuasai, dan yang berguna untuk sesuatu. Di bawah
ini penelit akan membahas teori knowledge, knowledge management dan
knowledge management system dari beberapa pandangan yang berbeda.
15
2.3.1 Pengertian Knowledge
Pengertian knowledge masih diperdebatkan, tidak ada definisi tunggal
tentang arti knowledge. Knowledge dapat dipandang dari segi praktek hingga
konseptual serta ruang lingkup yang sempit hingga ruang lingkup yang luas.
Sebagai acuan, berikut ini adalah pengertian tentang knowledge :
• Menurut Debowski (2006), knowledge adalah proses menerjemahkan
informasi (seperti data) dan pengalaman masa lalu menjadi suatu
rangkaian hubungan yang mempunyai arti yang dimengerti dan
diaplikasikan oleh individu. Dengan begitu, knowledge dikembangkan
melalui adaptasi dan interpretasi dari informasi, keahlian masa lalu,
pengalaman, kesalahan-kesalahan, dan pengaruh lainnya.
• Menurut Frappolo dan Wayne (1997), knowledge merupakan suatu
informasi yang terletak dalam pikiran manusia dimana bermanfaat untuk
pengambilan keputusan dalam kondisi yang berbeda sekalipun.
• Menurut Thomas Davenport dan Laurence (1998), knowledge bukan
hanya pengetahuan tetapi knowledge merupakan campuran dari
pengalaman, nilai, informasi kontekstual, pandangan pakar dan intuisi
mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk
mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi.
• Menurut Liebowitz (1999), knowledge adalah informasi yang telah
disusun dan dianalisa agar mudah dimengerti dan berguna untuk
pemecahan masalah dan dapat digunakan untuk bahan pengambil
keputusan. Knowledge juga dapat diartikan sebagai seluruh bagian
penglihatan, pengalaman, dan prosedur yang dipertimbangkan keabsahan
16
dan kebenarannya yang dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku, yang
dapat meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, serta pembelajaran dan pengajaran.
• Menurut Probst (2000), knowledge didefinisikan sebagai keseluruhan
keahlian dan konsep yang digunakan seseorang untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Knowledge berlandaskan dari data dan informasi,
tetapi tidak seperti data dan informasi. Knowledge selalu dibatasi pada
setiap individu dan knowledge menggambarkan suatu hubungan sebab
akibat.
• Menurut Kluge (2001), knowledge adalah pengertian akan hubungan sebab
akibat, dan juga merupakan dasar dalam membuat kegiatan yang lebih
efektif, membangun proses bisnis atau memperkirakan output dari model.
• Menurut Czi Budiman S. Pratomo, knowledge adalah sebagai modal yang
mempunyai pengaruh sangat besar dalam menentukan kemajuan
organisasi. Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, knowledge akan
mengalami keusangan, oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui
melalui proses belajar.
• Menurut Von Krough, Ichiyo, serta Nonaka (2000), dan Chun Wei Choo
(1998), gagasan yang mendasari pengertian knowledge sebagai berikut :
a. Knowledge merupakan kepercayaan yang dapat dipertanggung
jawabkan (justified true believe).
b. Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekalugus
terpikirkan (tacit).
17
c. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang
memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut.
d. Penciptaan inovasi.
2.3.2 Jenis-Jenis Knowledge
Secara garis besar, knowledge dibagi menjadi dua jenis yaitu Tacit
Knowledge (pengetahuan implicit) dan Explicit Knowledge (pengetahuan
eksplisit), yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Tacit Knowledge merupakan pengetahuan yang dimilki oleh seseorang dan
sangat sulit untuk diformalisasikan, sulit dikomunikasikan atau dibagi
dengan orang lain. Pemahaman yang melekat di dalam pengetahuan
individu tersebut masih bersifat subjektif. Pengetahuan yang dimiliki oleh
individu tersebut masih dapat dikategorikan sebagai intuisi dan dugaan.
Tacit Knowledge ini berada dan berakar di dalam tindakan maupun
pengalaman seseorang, termasuk idelisme, nilai-nilai maupun
emosionalnya. Tacit Knowledge merupakan pengetahuan yang sangat
pribadi dan juga sangat susah dibentuk. Selain itu, tacit knowledge sulit
dikomunikasikan atau dibagi kepada orang lain.
b. Explicit Knowledge merupakan pengetahuan yang dapat diekspresikan
dalam bentuk kata-kata, dapat dijumlah serta dapat dibagi dalam bentuk
data, formula, ilmu pengetahuan, manual-manual, prinsip-prinsip
universal. Explicit Knowledge juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses,
metode, cara, pola bisnis, dan pengalaman desain dari suatu produksi.
18
Pengetahuan ini senantiasa siap untuk ditransfer kepada orang lain secara
formal dan sistematis.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tipe Knowledge Klasifikasi Knowledge Mudah Dikomunikasikan Terdokumentasi
Tacit Knowledge Tidak Tidak
Explicit Knowledge Ya Ya
Menurut Debowski (2006, p16-18), ada 2 tingkatan kapabilitas yang dapat
diakses dalam pengaturan kerja pada kondisi work-related knowledge yaitu :
a. Tacit Knowledge, knowledge yang menggambarkan akumulasi dari
pengalaman dan pembelajaran seseorang dan sulit untuk direproduksi atau
dibagikan kepada orang lain. Walaupun tacit knowledge sulit untuk
didokumentasikan, dikategorikan, dan dibagi, organisasi bergantung pada
tacit knowledge untuk memastikan good-quality dari pilihan dan
pertimbangan-pertimbangan. Pada lingkup pekerjaan, banyak pegawai
mempunyai tacit knowledge tingkat tinggi yang mereka kembangkan
melalui pengalaman, pembelajaran, dan investigasi sumber daya yang ada.
Hambatan untuk menerjemahkan knowledge ini menjadi suatu produk atau
proses yang tangible menimbulkan dua masalah untuk organisasi.
b. Explicit Knowledge, knowledge yang dapat dibagi dengan orang lain,
dapat didokumentasikan, dikategorikan, ditansmisikan kepada orang lain
sebagai informasi, dan diilustrasikan kepada orang lain melalui
demonstrasi, penjelasan, dan dalam bentuk sharing lainnya. Declarative
knowledge, yaitu serangkaian prinsip dan fakta yang dapat dijelaskan
19
kepada orang lain, dan procedural knowledge yaitu memungkinkan
aplikasi dari proses.
Tabel 2.2 Perbandingan Properti Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge
Sumber : Kimiz Dalkir, “Knowledg e Management in Theory an Practise,”Elsevier In c., 2005, p . 8.
Properti dari Tacit Knowledge Properti dari Explicit Knowledge
Mampu beradaptasi, berhadapan dengan situasi-situasi baru dan jarang terjadi.
Mampu untuk menyebarkan, mereproduksi untuk akses dan diaplikasikan kembali pada organisasi.
Keahlian, know-how, know-why, dan care-why.
Dapat diajarkan dan dilatih.
Kemampuan untuk berkolaborasi, bebagi visi, dan mentransmisikan suatu culture.
Dapat diorganisasikan, disistematisasi untuk menerjemahkan visi menjadi misi dan panduan operasional.
Melatih dan mengarahkan untuk mentransfer pengalaman atas knowledge pada basis one-to-one dan face to face.
Transfer knowledge melalui produk, layanan, dan proses dokumen.
2.3.3 Model Konversi Knowledge
Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995), mengemukakan bahwa alasan
fundamental mengapa perusahaan Jepang sukses, karena keterampilan dan
pengetahuan mereka terdapat pada penciptaan knowledge organisasi. Penciptaan
knowledge dicapai melalui pengenalan hubungan sinergik antara tacit knowledge
dan explicit knowledge dan membagi model konversi knowledge menjadi 4 cara
sebagai berikut :
a. Tacit knowledge ke tacit knowledge disebut proses Socialization.
b. Tacit knowledge ke explicit knowledge disebut proses Externalization.
c. Explicit knowledge ke explicit knowledge disebut proses Combination.
20
d. Explicit knowledge ke tacit knowledge disebut proses Internalization.
Bila masing-masing keempat model konversi knowledge dapat
menciptakan knowledge baru secara independen, tema sentral model penciptaan
knowledge (knowledge creation) dalam organisasi sangat bergantung pada
dinamika interaksi di antara keempat model konversi tersebut.
TACIT EXPLICIT
TACIT
(Socialization) -e.g Team meetings and
discussions
(Externalization) -e.g Dialog within them
answer questions
EXPLICIT (Internalization)
-e.g Learn from a report (Combination)
-e.g Email, a report
Gambar 2.4 Model Konversi Knowledge
Sumber : (Nonaka dan Takeuchi, 1995)
2.3.4 Penciptaan Knowledge dalam Perusahaan
Berbagai pendekatan yang memungkinkan knowledge individual dapat
diperbesar atau diperluas, dan dinilai di dalam perusahaan dapat dilakukan dalam
beberapa langkah proses (Nonaka, 2000) :
a. Memperluas dan mengembangkan knowledge pribadi, penggerak utama
proses proses penciptaan knowledge di dalam organisasi adalah individu
yang berada di dalam perusahaan. Individu-individu tersebut
mengakumulasi tacit knowledge melalui pengalaman yang mereka miliki.
Kualitas tacit knowledge dipengaruhi oleh dua penting yaitu faktor
keragaman pengalaman individu dan faktor kualitas knowledge terhadap
pengalaman yang merupakan penjelmaan knowledge ke dalam komitmen
21
pribadi yang telah lama melekat di dalam pengalaman itu sendiri. Dengan
demikian konsep high-quality experience dan knowledge of experience
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tacit knowledge.
b. Berbagi tacit knowledge, proses penciptaan knowledge perusahaan berawal
dari perluasan knowledge individu dimana interaksi antara knowledge
experience dengan knowledge rasionalitas memungkinkan individu
membangun perspektifnya. Namun demikian, perspektif ini tetap bersifat
personal kecuali diartikulasikan dan diperluas melalui interaksi sosial.
Salah satunya adalah dengan menciptakan self-organizing team, dimana
anggota perusahaan berkolaborasi untuk menciptakan konsep baru.
c. Pengonseptualisasian, setelah tercipta saling percaya diantara anggota
organisasi dan telah terbentuk secara implisit perspektif yang sama melalui
berbagai pengalaman, tim selanjutnya memerlukan pengartikulasian
perspektif melalui dialog yang kontinue. Mode yang dominan dalam
pengubahan knowledge dalam tahap ini adalah eksternalisasi. Teori
organizational learning telah banyak memberikan perhatian terhadap
proses ini. Perspektif tacit diubah ke dalam bentuk konsep eksplisit yang
dapat dibagi kepada tim. Dialog secara langsung memfasilitasi proses ini
dengan menggiatkan eksternalisasi pada level individual. Dialog dalam
bentuk tatap muka merupakan salah satu upaya membangun konsep
karena hal ini memberikan peluang bagi seseorang untuk menguji asumsi
maupun hipotesisnya.
d. Pengkristalisasian, kristalisasi dapat dipandang sebagai proses dimana
berbagai macam bagian atau departemen didalam perusahaan menguji
22
realitas dan penerapan konsep yang diciptakan oleh tim. Proses ini
difasilitas biasanya oleh apa yang disebut dengan kegiatan percobaan.
Kegiatan ini merupakan proses sosial dimana terjadi pada level kolektif
yang biasanya disebut dengan dinamika hubungan kerjasama (Haken,
1978). Penciptaan knowledge berlangsung dalam interaksi para anggota
tim untuk selanjutnya dikristalisasi ke dalam bentuk yang lebih konkrit
misalnya berupa produk, konsep, atau sistem. Kristalisasi ini merupakan
bentuk pengubahan pengetahuan yang kegiatannya diistilahkan oleh
Nonaka dan Takeuchi (1995) sebagai model konversi internalisasi.
e. Penilaian knowledge, penilaian merupakan tahap menyatukan dan
menyaring apakah knowledge yang diciptakan di dalam organisasi benar-
benar bermanfaat bagi organisasi dan masyarakat. Artinya, penilaian
sangat menentukan kualitas knowledge misalnya visi perusahaan dan
persepsi yang terkait dengan perjalanan, romantisme, dan estetikanya. Di
dalam perusahaan biasanya yang paling menentukan adalah standar
penilaian. Standar penilaian harus dilakukan dalam terminologi konsistensi
dengan sistem nilai yang paling tinggi. Kemampuan pimpinan memelihara
keberlanjutan refleksi diri dalam perspektif yang lebih luas sangat
diperlukan apabila tetap menginginkan kualitas penciptaan knowledge
terjadi.
f. Menjejaringkan knowledge, selama tahap penciptaan knowledge
perusahaan, konsep yang telah diciptakan, dikristalisasikan, selanjutnya
dinilai perusahaan dan diintegrasikan ke dalam basis knowledge
perusahaan untuk disebarkan ke seluruh jaringan perusahaan. Knowledge
23
perusahaan yang telah tercipta tersebut selanjutnya dikelola kembali
melalui proses interaksi antara visi perusahaan yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan konsep baru yang telah diciptakan. Untuk
menjembatani antara konsep besar dengan konsep yang baru tercipta
diperlukan satu konsep menengah (middle range concept). Konsep
menengah ini menghilangkan ketidakjelasan konsep besar ke tingkat
konsep baru maupun sebaliknya.
Gambar 2.5 Proses Penciptaan Knowledge dalam Perusahaan
Proses penciptaan knowledge tidak pernah berakhir dan merupakan proses
yang berputar, baik yang terjadi di dalam organisasi maupun dengan
lingkungannya karena lingkungan merupakan sumber pemicu penciptaan
knowledge dalam perusahaan. Proses penciptaan knowledge dalam perusahaan
berlangsung bagaikan sebuah siklus yang dimulai dari memperbesar pengetahuan
individu, berbagi tacit
knowledge dan konseptual, membangun tim mengelola dirinya sendiri, berbagi
pengalaman, menyusunya ke dalam bentuk konsep, mengkritalisasikan, menilai
24
kualitasnya, menjejaringkan ke seluruh perusahaan baik internal maupun ke
seluruh lingkungan perusahaan.
2.3.5 Transfer Knowledge dalam Perusahaan
Kecenderungan yang muncul dalam perusahaan adalah bahwa kegiatan
berbagi knowledge yang terjadi bersifat lokal dan terpisah. Umumnya seseorang
akan bertanya pada pihak yang paling mudah ditemui atau yang sudah dikenal bai
daripada mencari pihak yang paling tepat. Maka dibutuhkan pembentukan hal-hal
berikut untuk memperbaiki kegiatan saling berbagi dan transfer knowledge :
a. Knowledge map, memetakan dimana knowledge berada dalam perusahaan,
rincian tentang siapa mengetahui apa dan berada dimana.
b. Talk space, menyediakan tempat yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi pegawai untuk berbicara dengan yang lain dalam suasana
informal.
c. Smart office layout, merancang ruang kerja yang dapat memberikan
kontribusi bagi lingkungan yang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
d. Dedicated knowledge sharing-sharing event, mengadakan kegiatan
“knowledge fair” atau forum untuk saling berbagi knowledge. Memberikan
kesempatan bagi pegawai yang tidak pernah bertemu dalam kegiatan kerja
sehari-hari untuk saling bertukar. Dalam hal ini struktur yang tidak terlalu
ketat paling baik dalam konteks knowledge sharing, sehingga pengguna
dapat menentukan cara masing-masing dalam memenuhi kebutuhannya.
e. Common language, faktor utama keberhasilan kegiatan transfer knowledge
adalah memiliki “bahasa umum” dalam berkomunikasi dengan seluruh
25
pegawai dalam suatu perusahaan. Kegiatan ini dimulai dengan membentuk
daftar kata dan perbendaharaannya, kemudian diterjemahkan dalam bahasa
yang dimengerti bersama.
f. Knowledge leader, menentukan pihak yang dapat menggunakan sumber
daya, menguasai logika dari knowledge sharing, memonitor partisipasi
pegawai dan menjadi contoh dari sikap saling berbagi.
g. A change in culture, menciptakan budaya dimana pegawai sangat ingin
membagi knowledge yang mereka miliki. Hal ini merupakan tantangan
mengingat sifat dasar dari saling berbagi adalah sukarela. Cara termudah
adalah dengan menghilangkan penghalang dari kegiatan penyebaran
knowledge.
h. Room for tension disebut juga fusion, creative abrasion, atau creative
tension, menyatukan pegawai dari bagian yang berbeda untuk bersama-
sama penyelesaian suatu permasalahan. Hal ini dibutuhkan karena
pembelajaran dan solusi inovatif kerap terjadi saat seseorang dikondisikan
untuk meluaskan pemikiran mereka dalam cara yang baru.
2.3.6 Pengertian Knowledge Management
Knowledge management adalah sebuah teori management yang
diperkenalkan pada tahun 1990-an, dimana pengertian yang diberikan oleh
beberapa ahli memiliki makna yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh sudut
pandang dari masing-masing ahli tersebut. Berikut adalah pengertian knowledge
management menurut para ahli :
26
• Menurut Brian Newman dan Conrad (1999), knowledge management
adalah suatu ilmu yang mencari cara dalam meningkatkan performa baik
individu maupun organisasi dengan menyimpan dan meningkatkan nilai
saat ini dan nilai masa depan berdasarkan aset pengetahuan yang dimiliki.
• Menurut Karl-Erick Sveiby (1998), knowledge management adalah seni
penciptaan nilai dari intangible assets (aset knowledge).
• Menurut Santosu dan Surmarch (2001), knowledge management
merupakan proses dimana perusahaan melahirkan nilai-nilai dari aset
intelektual dan aset yang berbasikan knowledge.
• Menurut Horwitch dan Armacost (2002), knowledge management sebagai
pelaksanaan penciptaan, penangkapan, pentransferan, dan pengaksesan
pengetahuan dan informasi yang tepat ketika dibutuhkan untuk membuat
keputusan yang lebih baik, bertindak tepat, serta memberikan hasil dalam
rangka mendukung bisnis.
• Menurut McInerney (2002), knowledge management sebagai usaha untuk
meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam organisasi, diantaranya
membiasakan budaya berkomunikasi antar personil, memberikan
kesempatan untuk belajar, dan menggalahkan saling berbagi knowledge.
• Menurut Davidson dan Voss (2002), knowledge management sebagai
system yang memungkinkan perusahaan menyerap pengetahuan,
pengalaman, dan kreativitas para pegawainya untuk perbaikan kinerja
perusahaan. Davidson dan Voss juga menyatakan bahwa knowledge
management merupakan suatu proses yang menyediakan cara sehingga
27
perusahaan dapat mengenali dimana aset intelektual kunci berada,
menangkap ukuran aset intelektual yang relevan untuk dikembangkan.
• Menurut Bergeson (2003), knowledge management merupakan suatu
pendekatan sistematik untuk mengelola aset intelektual dan informasi lain
sehingga memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan.
• Menurut Peter Gottschalk (2005), knowledge management sebagai metode
untuk mensimplifikasi dan meningkatkan proses membagi, mendistribusi,
menciptakan, menangkap, dan memahami knowledge di dalam
perusahaan.
• Menurut Turban (2007, p451), knowledge management dapat diartikan
sebagai suatu proses untuk mengidentifikasi, memilih, mengorganisasikan,
dan menyebarkan informasi penting dan keahlian yang merupakan bagian
dari perusahaan dalam bentuk terstruktur.
• Menurut Debowski (2006, p16), knowledge management sebagai proses
identifikasi, menangkap, mengorganisir, dan menyebarkan asset
intelektual yang kritis untuk performa jangka panjang organisasi.
• Menurut Boomer (2004, p22), knowledge management adalah suatu proses
merangkul pengetahuan sebagai aset strategis agar dapat terus menerus
memacu keuntungan bisnis dan mempertimbangkan pendekatan “sebuah
perusahaan” untuk mengidentifikasi, menangkap, mengevaluasi,
meningkatkan, dan membagi modal intelektual perusahaan.
• Menurut Maimunah et al (2008, p80-p90), knowledge management
merupakan aktifitas merencanakan, mengumpulkan, dan mengorganisir,
memimpin, dan mengendalikan data dan informasi yang telah dimiliki
28
oleh sebuah perusahaan yang kemudian digabungkan dengan berbagai
pemikiran dan analisa dari berbagai macam sumber yang kompeten.
• Menurut Uriarte (2008), knowledge management sebagai suatu proses
konversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge yang kemudian
dibagikan kepada anggota dalam sebuah organisasi.
Tindakan pengelolaan pengetahuan menurut Watson (2003, p14) dapat
dicirikan oleh empat kegiatan berikut :
a. Memperoleh pengetahuan (belajar, membuat, atau mengidentifikasi)
b. Menganalisa pengetahuan (menilai, memvalidasi, atau nilai)
c. Melestarikan pengetahuan (mengatur, mewakili, atau mempertahankan)
d. Menggunakan pengetahuan (apply, mentransfer, atau share)
Gambar 2.6 Siklus Knowledge Management Sumber : Watson, 2003, p15, Applying Knowledge Management,
Techniques for Building Corporate Memories
Unsur yang menghubungkan siklus diatas (Watson, 2003, p15) adalah
penggunaan pengetahuan, karena ketika knowledge digunakan, sebuah wawasan
baru ke dalam knowledge dapat dibuat. Knowledge ini pada gilirannya akan
29
diperoleh, dianalisa, dan diawetkan untuk penggunaan masa depan. Knowledge
management adalah sebuah proses siklus yang berkesinambungan. Sehingga
knowledge management system yang akan terus berkembang dan setiap teknologi
yang digunakan untuk menerapkannya harus mendukung evolusi tersebut.
2.3.7 Faktor Pendorong dan Manfaat Knowledge Management
Menurut Tiwana (2002, p19-27) ada 24 faktor pendorong yang membuat
knowledge management merupakan suatu hal penting untuk organisasi yang
dikelompokkan ke dalam 6 kategori :
a. Knowledge-Centric Drivers
• Kegagalan perusahaan untuk mengetahui apa yang seharusnya
mereka ketahui.
• Timbulnya kebutuhan untuk distribusi knowledge yang smart.
• Kecepatan dan perkembangan knowledge.
• Adanya masalah pada penyampaian knowledge dan tingkat
ketergantungan yang tinggi pada tacit knowledge.
• Kebutuhan untuk mendorong pengumpulan knowledge diantara
para pegawai.
• Kebutuhan untuk pembelajaran yang sistematis.
b. Technology Drivers
• Matinya teknologi sebagai suatu penyedia differentiator jangka
panjang.
• Pemadatan siklus dari produk dan proses.
30
• Kebutuhan akan suatu link yang sempurna diantara knowledge,
strategi bisnis, dan teknologi informasi.
c. Organizational Structure-Based Drivers
• Fokus pada fungsionalitas.
• Munculnya struktur project-centric organizational.
• Tantangan timbul akibat deregulasi.
• Ketidakmampuan perusahaan untuk mengatasi persaingan
kompetitif karena globalisasi.
• Fokus pada produk dan layanan.
d. Personnel Drivers
• Fokus pada fungsionalitas yang tersebar.
• Kebutuhan akan dukungan kolaborasi yang efektif diantara
fungsionalitas.
• Mobilitas dari tim.
• Kebutuhan untuk menghadapi target-target perusahaan yang
kompleks.
e. Process Focused Drivers
• Kebutuhan untuk menghindari pengulangan ataupun kesalahan
yang sering terjadi.
• Kebutuhan untuk menghindari penemuan-penemuan kembali yang
tidak penting.
• Kebutuhan untuk prediksi antisipasi yang akurat.
• Timbulnya kebutuhan untuk respon yang kompetitif.
f. Economic Drivers
31
• Potensi untuk menciptakan suatu level yang luar biasa melalui
knowledge, secara ekonomis menarik untuk peningkatan
keuntungan.
• Mencari suatu silver bullet untuk diferensiasi dari produk dan
layanan.
Menurut Dalkir (2005, p20), knowledge management memberikan manfaat
bagi pegawai secara individu, communities of pratices, dan untuk organisasi.
a. Bagi individu, manfaat knowledge management yaitu :
• Membantu orang melakukan pekerjaannya dan menghemat waktu
melalui pengambilan keputusan yang lebih baik dan dalam
pemecahan masalah.
• Membangun suatu perasaan keterikatan sebagai suatu komunitas
pada organisasi.
• Membantu orang agar tetap ter-update.
• Memberikan tantangan dan kesempatan untuk berkontribusi.
b. Bagi communities of practice, manfaat knowledge management yaitu :
• Mengembangkan kemampuan professional.
• Mempromosikan peer-to-peer mentoring.
• Memfasilitasi jaringan dan kolaborasi yang lebih efektif.
• Mengembangkan suatu kode etik professional yang harus diikuti
oleh anggotanya.
• Mengembangkan suatu bahasa yang umum.
c. Bagi organisasi, manfaat knowledge management yaitu :
32
• Membantu mengarahkan strategi.
• Memecahkan permasalahan dengan lebih cepat.
• Menyerap best pratices.
• Meningkatkan penyertaan knowledge pada produk dan layanan.
• Meningkatkan kesempatan untuk berinovasi.
• Memungkinkan organisasi untuk berkompetisi dengan lebih baik.
• Membangun memory organisasi.
Lima manfaat KM menurut Chase International Survey (1997) yang dapat
menajdi sumber inspirasi awal bagi perusahaan yaitu :
• Meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
• Meningkatkan respons terhadap pelanggan
• Meningkatkan efisiensi cara kerja dan proses
• Meningkatkan kemampuan dalam berinovasi
• Meningkatkan jumlah produk dan jasa
Semua manfaat Knowledge Management dapat dipetik, karena adanya
kemudahan dalam mengakses informasi yang dibentuk oleh berbagai dokumentasi
pengalaman tertentu. Akses informasi yang cepat dan mudah, tidak selalu
bertumpu pada dokumentasi yang tersimpan dalam komputer, namun karena
adanya budaya organisasi untuk melakukan knowledge sharing melalui media dan
forum yang bersifat formal ataupun informal.
33
2.3.8 Tujuan Penerapan Knowledge Management
Penerapan knowledge management akan memberikan pengaruh terhadap
proses bisnis perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Penghematan waktu dan biaya. Dengan adanya sumber pengetahuan yang
terstruktur dengan baik, maka perusahaan akan mudah untuk
menggunakan pengetahuan tersebut untuk konteks yang lainnya, sehingga
perusahaan akan dapat menghemat waktu dan biaya.
b. Peningkatan aset pengetahuan. Sumber pengetahuan akan memberikan
kemudahan kepada setiap pegawai untuk memanfaatkannya, sehingga
proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan organisasi akan
meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong
lebih luas dan setiap pegawai dapat meningkatkan kompetesinya.
c. Kemampuan beradaptasi. Organisasi akan dapat dengan mudah
beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.
d. Peningkatan produktifitas. Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan
ulang untuk proses atau produk yang akan dikembangkan sehingga
produktifitas dari perusahaan akan meningkat.
2.3.9 Penerapan Knowledge Management dalam Perusahaan
Dalam menerapkan knowledge management pada studi kasus ini akan
menggunakan teori dari Tiwana (2000), berikut ini adalah langkah-langkah
strategi yang akan diterapkan knowledge management dalam perusahaan adalah
sebagai berikut :
34
a. Analisa infrastruktur yang ada
Langkah ini dimaksudkan untuk mengaudit infrastruktur teknologi yang
ada di dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk menentukan teknologi
apa yang saat ini telah dimiliki dan teknologi apa yang seharusnya
ditambahkan untuk meningkatkan dukungan penerapan knowledge
management di dalam perusahaan. Dengan menganalisa dan menilai
infrastruktur yang telah ada, manajemen dapat mengenali kekurangan
infrastruktur yang dimiliki perusahaan saat itu. Konsekuensi kondisi
tersebut adalah manajemen harus mengembangkan apa yang sudah ada.
b. Mengaitkan knowledge management dengan strategi bisnis
Bila penciptaan knowledge ingin sukses diarahkan, perlu disusun langkah-
langkah yang mengaitkan antara strategi bisnis yang dibangun oleh
perusahaan dengan strategi knowledge management. Efektifitas strategi
knowledge management tidak sesederhana dengan hanya menyediakan
teknologi informasi saja tetapi mesti ada satu keseimbangan antara
teknologi dan fokus bisnis dengan strategi bisnis perusahaan.
c. Mendesain infrastruktur knowledge management
Pada tahap ini, pihak manajemen sudah harus menentukan sejak awal jenis
teknologi dan alat-alat apa saja yang dibutuhkan untuk knowledge
managemen system yang akan diterapkan. Agar lebih relevan dengan
kebutuhan knowledge management system, pertanyaan berikut dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam membangun kebutuhan infrastruktur
knowledge management. Pertanyaan tersebut antara lain :
• Teknologi apa yang harus dimiliki?
35
• Apakah pegawai anda dalam berbagi knowledge menggunakan
basis website?
• Apakah knowledge management system memerlukan saran dan
teknologi yang lebih luas untuk membantu pegawai menemukan,
menjumlahkan, memaknai, dan menganalisa data yang sangat
banyak?
• Seberapa rinci tingkatan knowledge management system untuk
menangkap knowledge?
• Apa perlengkapan pengetahuan yang anda akan gunakan untuk
mengenali objek-objek knowledge?
d. Mengaudit aset dan sistem knowledge yang ada
Tujuan audit knowledge adalah untuk menilai apa saja knowledge yang
sudah ada di dalam perusahaan saat itu, dan menentukan fokus aktivitas
knowledge management. Untuk mencapai tujuan audit dianjurkan untuk
membentuk tim audit yang terdiri dari seorang ahli strategi, senior
manajer, pegawai bidang IT, pegawai yang berkaitan dengan penelitian
ini. Selain itu, tim audit harus juga mengidentifikasikan paling tidak lama
sumber daya kunci knowledge yang seharusnya mereka miliki.
e. Mendesain tim knowledge management
Tim knowledge management didesain dengan komposisi adalah sebagai
berikut :
• Local expert and interdepartemental gurus, yaitu pengadopsi awal
teknologi yang bekerja di berbagai macam bidang fungsional di
organisasi.
36
• Internal information technology expert, yaitu ahli teknologi
informasi yang berasal dari dalam organisasi yang diharapkan
banyak mengetahui kondisi internal organisasi.
• Nonlocal expert and extradepartemental gurus, yaitu orang yang
memiliki keahlian lintas organisasi dan lintas fungsional. Mereka
dapat berhubungan dengan orang-orang yang berbeda bidang atau
fungsi, dan berperan sebagai penerjemah antara pengawai dengan
latar belakang, keterampilan, dan spesialisasi yang berbeda.
• Consultant, yaitu orang berasal dari luar perusahaan dengan
keahlian tertentu.
• Senior manager, yaitu orang yang harus secara aktif berpatisipasi
karena dukungan diperlukan untuk mendapatkan legitimasi dan
memenangkan upaya knowledge management. Mereka inilah yang
membawa perspektif strategi ke dalam usaha penerapan knowledge
management.
f. Menciptakan blueprint knowledge management
Pada langkah kelima, tim knowledge management mendesain sistem
manajemen baru. Desain sistem harus berisi spesifikasi sebagai berikut :
• Knowledge repositories, yaitu database dimana knowledge
disimpan.
• Collaborative platform, yaitu menyediakan akses kepada pengguna
terhadap database knowledge dan dukungan arus knowledge ke
seluruh organisasi. Collaborative platform memungkinkan kepada
pengguna mencari isi atau berlangganan dengan isi dari database.
37
• Network, yaitu dukungan jaringan komunikasi dan percakapan.
Termasuk disini adalah jaringan kerasnya seperti intranet,
ekstranet, dan jaringan lunak seperti ruang bersama, kolaborasi
jaringan, baik langsung maupun melalui telekonferensi.
• Culture, yaitu mengacu kepada metode untuk mendorong pegawai
menggunakan knowledge management system dan berbagi
knowledge.
g. Pengembangan knowledge management system
Pada langkah ini tim harus bekerja sekaligus menggabungkan knowledge
management system yang sudah bangun pada langkah enam sebelumnya.
Kontruksi sistem mencakup 7 lapisan sebagai berikut :
• Interface layer : merupakan penghubung lapisan tertinggi antara
orang dengan knowledge management system yang berfungsi
menciptakan, menggunakan, menemukan kembali, dan berbagi
pengetahuan. Di beberapa perusahaan interface layer ini berupa
home page yang dapat diakses pengguna lewat intranet perusahaan.
• Access and authentication layer : merupakan lapisan yang
membuktikan keaslian pengguna yang mengakses database ini,
menyediakan keamanan untuk mencengah pengakses yang tidak
sah, dan menyediakan cadangan apabila ada pihak yang akan
merusak database tersebut.
• Collaborative filtering and intelligence layer : lapisan ini berisi
sarana untuk meminta data sesuai permintaan, mencari,
mengindeks, dan sebagainya.
38
• Application layer : lapisan ini berisi tempat peyimpanan
ketrampilan, sarana berkolaborasi, piranti keras, dan lunak
konferensi yang menggunakan video, whiteboard digital,
electronic forum, dan sebagainya.
• Transport layer : lapisan ini memuat teknologi seperti web server,
e-mail server, pendukung untuk alur video dan audio, dan
sebagainya.
• Middleware and legacy integration layer : legacy system
merupakan mainframe atau sistem komputer yang sudah usang.
Middleware dalam hal ini berfungsi menghubungkan format data
lama dengan yang baru.
• Repositories : lapisan ini berisi database operasional, database
hasil-hasil diskusi, arsip forum yang menggunakan web, data yang
sudah lama, arsip dokumen, dan database lainnya yang
menggambarkan pondasi knowledge management system.
h. Prototype dan uji coba
Langkah ini merupakan upaya untuk menguji prototype yang telah dibuat
dan memperbaiki sistem tersebut bila tidak berjalan sesuai rencana.
Prototype yang dibuat mungkin saja di bawah standar sehingga tidak dapat
berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, tim dapat menggunakan strategi
“result-driven incrementalism” (RDI) atau perbaikan yang didorong oleh
hasil.
39
2.3.10 Pentingnya Knowledge Management
Knowledge management dipandang penting, karena implementasinya
memberi manfaat pada bidang operasional dan pelayanan, dapat meningkatkan
kompetensi personal, memelihara ketersediaan knowledge dan inovasi serta
pengembangan produk. Sebuah contoh betapa pentingnya peran KM adalah
apabila perusahaan menghadapi kasus pengunduran diri dari pegawai yang
memiliki knowledge menonjol, sementara pada saat itu belum ada transfer
knowledge bagi penggantinya. Bisa terjadi kepindahan pegawai itu diikuti dengan
kepindahan pelanggan atau nasabah.
Bagi perusahaan yang ingin menerapkan manajemen pengetahuan dalam
perusahaannya perlu menyadari pertama, bahwa pengetahuan ada pada orang dan
bukan pada sistem, meskipun sistem punya data dan informasi yang dapat
membantu proses pengetahuan. Kedua, penciptaan pengetahuan merupakan
proses sosial, tercipta melalui interaksi antara individu-individu dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Knowledge management berhubungan erat dengan memori
perusahaan sebagai gudang pengetahuan. Berdasarkan kepentingan tersebut maka
pemanfaatan media secara inovatif akan menjadi jembatan komunikasi yang
sanggup mengajak masyarakat menyampaikan aspirasinya dan merasakan
nikmatnya berdemokrasi.
2.3.11 Pengertian Knowledge Management System
Menurut Tiwana (2000), Knowledge Management System adalah suatu
sistem yang mendukung pengelolaan serta pengorganisasian pengetahuan yang
40
tersimpan. Knowledge management system dibangun menggunakan tiga
komponen dalam teknologi adalah sebagai berikut :
a. Communication
Teknologi-teknologi dalam berkomunikasi menyediakan fasilitas dan
media bagi pengguna untuk mengakses pengetahuan yang dibutuhkan dan
saling berkomunikasi antar pengguna terutama dengan orang yang ahli
dibidangnya. Contoh media komunikasi yang digunakan adalah : internet,
e-mail, corporate intranet, dan media komunikasi web-based lainnya.
b. Collaboration
Teknologi-teknologi yang berkolaborasi merupakan salah satu cara untuk
menyelenggarakan kerja kelompok pada suatu organisasi. Kelompok dapat
bekerja menggunakan data-data dan dokumen pada waktu bersamaan
maupun berbeda, dalam tempat yang sama ataupun tempat berbeda.
Sistem komputerisasi yang berkolaborasi memberikan ruang gerak yang
luas kepada individu untuk bekerja secara online kapan saja dan dimana
saja.
c. Storage & Retrieval
Pengetahuan adalah modal intelektual yang dimiliki dan harus dikelola
oleh perusahaan sehingga dapat menghasilkan manfaat yang berarti untuk
perkembangan perusahaan tersebut. Proses menangkap, menempatkan,
dna mengelola pengetahuan menggunakan Database Management System
(DBMS) dibutuhkan untuk mengubaha tacit knowledge menjadi
knowledge yang mudah dikomunikasikan dan mudah didokumentasikan
yang disebut explicit knowledge. Dokumentasi menjadi sangat penting
41
dalam knowledge management agar pengetahuan itu mudah untuk diakses
oleh siapapun dan kapanpun dalam perusahaan.
2.3.12 Teknologi-Teknologi yang Mendukung Knowledge
Management System
Beberapa teknologi telah memberikan kontribusi dalam perkembangan
dari penerapan knowledge management system selama ini. Teknologi-teknologi
seperti Artificial Intelligence, Intelligent Agents, Knowledge Discovery in
Databases (KDD), dan Extensible Markup Language (XML) adalah contoh dari
teknologi-teknologi yang mampu mengimplementasikan knowledge management
system modern dan merupakan dasar teknologi untuk melakukan inovasi-inovasi
baru dalam bidang knowledge management.
a. Artificial Intelligence (AI) sebagai kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu
entitas buatan, sistem seperti ini umumnya dianggap komputer.
Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin agar dapat
melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa
metode berdasarkan kecerdasan buatan yang digunakan untuk knowledge
management system antara lain sistem pakar (expert system), intelligent
agent, logika fuzzy, dan jaringan syaraf tiruan (neutral networks).
b. Intelligence Agents adalah sistem software yang mempelajari bagaimana
user bekerja dan menyediakan perantara (agent) untuk mengerjakan tugas-
tugas user. Sebagai contoh, pada saat software intelligence agent
mendapat perintah untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
user, perantara pasif akan mengamati informasi-informasi apa saja yang
42
cocok dengan kemauan atau kepentingan user, sedangkan perantara aktif
akan mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pilihan-pilihan
user. Dalam knowledge management system, software ini dapat
difungsikan untuk mengidentifikasi dan memperoleh berbagai
pengetahuan.
c. Knowledge Discovery in Database (KDD) adalah suatu proses untuk
mencari dan menggali informasi-infomasi yang berguna dari beraneka
ragam banya data-data dan dokumen. Banyak sekali data-data lama dan
dokumen penting yang terpendam di dalam database pada media
penyimpanan yang berkapasitas besar sehingga dibutuhkan proses data
mining yang ideal untuk memperoleh kembali data-data penting tersebut.
d. Extensible Markup Language (XML) adalah bahasa mark up serba guna
yang menajdi standar dari World Wide Web Consortium (W3C) untuk
mendeskripsikan berbagai macam struktur data sehingga data dapat
terproses secara tepat oleh sistem yang berbeda tanpa harus melakukan
proses programming lagi. XML tidak hanya dapat mengautomatisasi
berbagai proses dan mengurangi pekerjaan tulis-menulis tetapi juga dapat
berkolaborasi dan mendistribusikan pengetahuan yang lebih baik antar
partner-partner bisnis.
2.3.13 Teori Knowledge Management System
Menurut Dalkir (2011, p38), fungsi atau teori knowledge management
system memiliki enam langkah cycle. Berikut merupakan cycle dari knowledge
management system :
43
Gambar 2.7 Teori Knowledge Management System
a. Create Knowledge
Pengetahuan tercipta sebagaimana orang menentukan cara untuk
melakukan sesuatu atau mengembangkan keahlian. Terkadang
pengetahuan dari luar telah membawa masuk.
b. Capture Knowledge
Pengetahuan yang baru haruslah teridentifikasi sebagai sesuatu yang
bernilai dan terwakili dengan cara yang wajar.
c. Refine Knowledge
Pengetahuan baru haruslah ditempatkan dalam suatu konteks sehingga
dapat ditindaklanjuti. Disinilah wawasan manusia harus dapat ditangkap.
d. Store Knowledge
Pengetahuan yang dapat berguna kemudian harus dapat tersimpan dalam
format yang wajar pada repository yang ada sehingga orang lain dalam
organisasi dapat mengaksesnya.
e. Manage Knowledge
44
Seperti halnya perpustakaan, pengetahuan harus tetap terjaga dan
tersimpan hingga saat ini. Ini harus ditinjau kembali untuk dapat
memverifikasi bahwa hal tersebut relevan dan akurat.
f. Disseminate Knowledge
Pengetahuan yang telah tersimpan dengan baik dan sudah terverifkasi
secara keseluruhan dapat mulai dilakukan sosialisasi ataupun
menyebarluaskan pengetahuan dalam organisasi.
2.4 People, Process, dan Technology
Menurut Awad dan Ghaziri (2004), knowledge management terdiri dari 3
elemen komponen utama yaitu people, process, dan technology. Menurut Bhatt
(2000), juga mengungkapkan people, process, dan technology merupakan tiga
komponen utama knowledge management. Menurut Debowski (2006), juga
terdapat tiga elemen komponen utama yaitu people, process, dan technology.
Tanpa didukung salah satu dari komponen utama ini, knowledge management
system dapat dipastikan tidak berjalan dengan baik.
2.4.1 People
Menurut Davenport (1995), transfer pengetahuan dapat dikatakan sukses
bukan dinilai dari penggunaan teknologi serta banyaknya menyimpan dokumen-
dokumen yang bernilai bagi organisasi, melainkan adalah ketelibatan individu seta
interaksi yang tercipta diantaranya didalam sebuah perusahaan. People yang
dimaksud ini berkaitan dengan individu, perusahaan, dan kebudayaan yang ada
didalamnya. Menurut Debowski (2006), people adalah orang yang memiliki
45
knowledge, mengatur sistem dan proses, dan berkomitmen terhadap proses
strategi knowledge untuk perusahaan. Menurut Wei dan Mohammed (2005),
analisa people dapat dibagi menjadi beberapa aspek yaitu attitude, knowledge
sharing, innovation, skill, teamwork, motivation, dan budaya organisasi.
2.4.2 Process
Merupakan suatu aliran kegiatan yang menjembatani input dan output,
sehingga perlu ditentukan hal-hal yang dirasakan sebagai yang terbaik untuk
perusahaan dari sisi proses kegiatan bisnis, kebijakan, dan prosedur serta kegiatan
praktiknya sehari-hari. Penentuan hal-hal tersebut dinilai dan dikaitkan dengan
efisiensi, fleksibilitas, keandalan, partisipasi, dan kolaborasi. Menurut Debowski
(2006), process adalah pengaturan strategi, prinsip, dan proses kegiatan untuk
memastikan knowledge management dapat berjalan dengan baik.
2.4.3 Technology
Merupakan suatu alat yang mempermudah dalam melakukan kegiatan
didalam perusahaan, yang biasanya berbentuk sistem yang dapat membentuk,
menyimpan, menyusun, mengelola, serta mengorganisasikan kegiatan maupun
pengetahuan didalamnya. Teknologi informasi dan KM menjadi kolaborasi yang
saling mendukung dalam meningkatkan proses bisnis perusahaan. Menurut
Debowski (2006), technology adalah peran pendukung yang penting dalam
knowledge management yang bertujuan untuk menciptakan knowledge
management system yang baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Knowledge management merupakan integrasi dari komponen people, process,
46
dan technology yang diperlukan untuk memfasilitasi pertukaran informasi,
pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan performa perusahaan.
Gambar 2.8 People, Process, and Technology Sumber : Debowski (2006)
2.5 Knowledge Culture
Menurut Debowski (2006, p83), knowledge culture adalah suatu budaya
perusahaan yang mendorong orang-orang untuk mengidentifikasi dan menerapkan
knowledge sharing sebagai suatu perilaku yang diharapkan.
2.5.1 Menciptakan Knowledge Culture yang Efektif
Knowledge management membutuhkan adopsi secara luas dari nilai-nilai
dan prinsip knowledge oleh komunitas, karena itu perlu dibentuk suatu knowledge
culture dimana setiap individu mengakui dan menerimanya.
47
Knowledge sharing sebagai suatu perilaku yang diperlukan sekali.
Menurut Debowski (2006, p84-85), memaparkan beberapa nilai yang mungkin
ditemukan pada knowledge culture yang efektif, diantaranya :
• Komunikasi regular diantara tingkatan dan unit organisasi dilakukan.
• Rekanan kerja yang mengundang untuk sharing dan pembelajaran.
• Bekerja bersama-sama dipandang sebagai suatu core activity.
• Pembelajaran diinkorporasi menjadi suatu komunitas atau praktik kerja.
• Terbuka untuk ide-ide baru dan pengembangannya.
• Orang lebih suka untuk bekerja secara bersama-sama.
• Ide-ide inovatif dan solusi dikembangkan melalui kombinasi usaha.
• Mendukung keterbukaan,kejujuran, dan perhatian kepada orang lain.
• Pegawai diberikan informasi mengenai events, permasalahan-
permasalahan, dan inovasi.
• Knowledge sharing didukung secara aktif oleh supervisor atau pemimpin.
Gambar 2.9 Nilai-nilai Implicit dari Kolaborasi Knowledge Culture Sumber : Shelda Debowski “Knowledge Management.” John Wiley &
Sons, 2006, p85
48
2.5.2 Knowledge Culture Enabler
Menurut Debowski (2006, p86-89), knowledge culture enablers sebagai
pengaruh-pengaruh yang dikontribusikan untuk penciptaan suatu komunitas
knowledge yang efektif dan positif. Elemen-elemen dari knowledge culture
enablers yang mungkin berkontribusi untuk knowledge culture yang efektif
adalah sebagai berikut :
a. Core Values, merupakan nilai-nilai yang dipercaya penting untuk
pertumbuhan dan pencapaian tujuan organisasi. Pada lingkup suatu
komunitas knowledge, core values, dapat berupa orientasi kolaborasi,
komunikasi terbuka, inovasi, fleksibilitas, suatu orientasi pembelajaran,
dan kesediaan untuk mempercayai. Core values yang diharapakan pada
komunitas knowledge perlu diidentifikasi, didukung, dan di-monitor.
b. Structural Support, merupakan gambaran struktur organisasi, sistem, dan
proses dimana sponsor organisasi meneruskan alokasi sumber daya dan
public affirmation. Structural support dapat meliputi sistem teknologi,
proses sumber daya manusia dan bentuk lain dari infrastruktur kerja,
mungkin beroperasi baik sebagai penghambat dan fasilitator dari
knowledge culture.
c. Enacted Values, merupakan budaya organisasi yang dipengaruhi secara
kuat oleh nilai-nilai yang mencerminkan praktik aktual. Nilai-nilai rill
yang ditunjukkan pada aktivitas sehari-hari adalah bukti yang kuat dari
kultur rill yang beroperasi, dan akan menjadi perhatian baik disadari
maupun tidak disadari oleh setiap anggota.
49
d. Interaction With Colleagues, merupakan kualitas dan fokus dari interaksi
memainkan peran penting dalam menentukan kekuatan knowledge culture
pada komunitas yang lebih kecil. Mentoring, team behaviors, interaksi co-
worker, dan kehadiran commnuties of practices semuanya mengambil
bagian dalam mengembangkan culture.
2.5.3 Pemeliharaan Knowledge Culture
Knowledge culture adalah lingkungan yang dinamis dimana perubahan
merupakan hal yang biasa terjadi. Membangun atau memperkuat suatu knowledge
culture membutuhkan kesabaran, kepemimpinan yang baik dan ditunjang
komitmen dari banyak orang. Menurut Debowski (2006, p90), menguraikan
pengembangan culture dilakukan pada beberapa prinsip adalah sebagai berikut :
• Perubahan dapat berlangsung lambat. Penciptaan dari suatu knowledge
intensive workplace membutuhkan waktu agar prinsip-prinsip knowledge
diserap pada semua praktik.
• Proses dari pengembangan culture mungkin membutuhkan sejumlah
change agent untuk berkontribusi, karena mereka dibutuhkan untuk
bekerja lintas batas dan pada berbagai pengaturan kerja.
• Proses membutuhkan champion yang akan menstimulasi dan menantang
nilai-nilai, pola kerja, dan tradisi yang sudah ada, serta pada waktu yang
sama membuat model dari filosofi dan proses knowledge.
• Walaupun leader memiliki peran yang signifikan dalam memfasilitasi
perubahan culture, adopsi dari filosofi kerja dan nilai baru ditentukan oleh
50
seberapa baik knowledge workers mengadopsi prinsip-prinsip ini ke dalam
pekerjaan mereka.
• Knowledge culture perlu dikembangkan lintas spectrum dari aktivitas-
aktivitas perusahaan. Pesan-pesan dasar, struktur internal, publikasi, dan
dokumen publik, infrastruktur teknologi, praktik-praktik kerja, dan output
semua kebutuhan perlu di-review untuk mengidentifikasi hambatan
potensial yang mungkin mengurangi keefektifan knowledge.
2.6 Knowledge Sharing
Menurut Van den Hoof dan De Ridder (2004), knowledge sharing adalah
proses timbal balik dimana individu saling bertukar pengetahuan (tacit dan
explicit knowledge) dan secara bersama-sama menciptakan pengetahuan atau
solusi baru. Menurut Pasaribu (2009), knowledge sharing dapat didefinisikan
sebagai kebudayaan interaksi sosial, termasuk pertukaran knowledge antara
pegawai, pengalaman, dan skill melalui keseluruhan departemen atau organisasi,
hal ini menciptakan dasar umum bahwa kebutuhan untuk kerjasama. Menurut
Connelly dan Kelloway (dalam Baharim, 2008) mendefinisikan knowledge
sharing sebagai perilaku yang melibatkan pertukaran informasi atau membantu
rekan kerja yang lain.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa knowledge sharing
adalah proses dimana para individu secara timbal balik saling bertukar
pengetahuan atau informasi melalui interaksi sosial berdasarkan pengalaman dan
skill yang mereka miliki untuk membagi dan menerima pengetahuan dalam
keseluruhan organisasi untuk menciptakan pengetahuan baru.
51
2.6.1 Aspek-Aspek Knowledge Sharing
Menurut Ajzen (2005), aspek-aspek knowledge sharing dibagi menjadi
tiga bagian adalah sebagai berikut :
a. Sikap terhadap perilaku. Sikap adalah suatu keyakinan perilaku positif
atau negatif untuk menunjukkan perilaku yang spesifik. Dalam konstrak
teori perilaku terencana, sikap merupakan produk dari outcome evaluation
dan behavioral beliefs. Outcome evaluation adalah evaluasi/penilaian
individu terhadap kriteria keuntungan atau kerugian yang didapatkan dari
suatu perilaku. Sedangkan behavioral beliefs merupakan keyakinan
individu terhadap hasil atau konsekuensi yang didapatkan ketika ia
mewujudkan perilaku tersebut didasarkan pada kriteria yang telah
dinilai/dievaluasinya dalam outcome evaluation.
b. Norma subjektif adalah dorongan sosial yang menentukan seseorang
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Dalam konstrak teori
perilaku terencana, Ajzen (2005) menyebutkan norma subjektif merupakan
fungsi dari motivation to comply dan normative beliefs. Motivation to
comply adalah pandangan individu terhadap faktor-faktor lingkungan yang
mampu memberi referensi untuk mewujudkan sebuah perilaku. Dalam
mekanismenya, normative beliefs adalah orang-orang yang memiliki
pengaruh terhadap subjek dalam konteks perilaku yang dihadapinya.
Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan
oleh orang lain). Kemudian motivation to comply adalah sejauh mana
kekuatan referensi tersebut mampu mempengaruhi subjek untuk
mewujudkan perilakunya.
52
c. Perceived behavioral control ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan
perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudanya untuk
melakukan perilaku yang bersangkutan. Dalam konstrak teori perilaku
terencana, kontrol perilaku yang dipersepsikan merupakan hasil fungsi
dari control beliefs dan power of control beliefs. Control beliefs adalah
kepercayaan individu terhadap faktor-faktor yang mampu memberi
hambatan atau mempermudah dirinya dalam mewujudkan sebuah perilaku.
Sedangkan power of control beliefs adalah derajat seberapa besar faktor-
faktor kontrol tersebut mempengaruhi keputusan seseorang untuk
mewujudkan perilaku atau tidak.
Menurut Van den Hoof & De Ridder (2004), aspek-aspek knowledge
sharing dibagi menjadi dua bagian adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pengetahuan (knowledge donating) adalah
menyalurkan/menyebarkan pengetahuan atau modal intelektual kepada
orang lain yang melibatkan komunikasi antar individu.
b. Mengumpulkan pengetahuan (knowledge collecting) adalah untuk
mencari/mengumpulkan pengetahuan atau modal intelektual dengan jalan
berkonsultasi dengan orang lain.
2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Knowledge Sharing
Sejak knowledge sharing penting bagi perusahaan, banyak peneliti telah
menyelidiki faktor-faktor yang menentukan jumlah dan kualitas knowledge
53
sharing dalam perusahaan. Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi knowledge sharing menurut Szulanski (1996).
Faktor internal :
a. Pengetahuan yang tidak berwujud (tacit knowledge).
b. Karakteristik pengirim seperti beban kerja seseorang dan kompetensi yang
dimilikinya, seperti keahlian, pendidikan, dan pengalamannya.
c. Karakteristik penerima seperti kapasitas absortive atau intelektual
seseorang yaitu kapasitas penerima informasi untuk menerima informasi
yang disampaikan.
d. Karakteristik hubungan interpersonal (pemberi dan penerima informasi),
seperti level trust dan kerjasama antar rekan kerja.
e. Kepribadian seseorang.
Faktor Eksternal :
a. Karakteristik konteks organisasi seperti komunikasi infrastruktur, budaya
organisasi, insentif, iklim organisasi, dan gaya kepemimpinan.
Menurut Pasaribu (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi knowledge
sharing adalah :
Faktor Internal :
a. Karakteristik knowledge (yang ditransfer) yang mengandung dua
komponen yaitu tacit knowledge dan pengetahuan terwujud (explicit
knowledge).
b. Kolaborasi (dalam proses transfer) dengan dua komponen yaitu trust dan
kerja sama internal. Menurut Covey (dalam Pasaribu, 2009) dengan kata
54
lain, trust tersebut merupakan perekat perusahaan dan hubungan antar
pegawai. Maksudnya adalah setiap pihak percaya bahwa orang lain
mampu dan berketrampilan dasar untuk menjalankan tugasnya, kemauan
untuk melakukan hal yang baik atau bersikap positif bagi orang lain, dan
berkeyakinan bahwa orang lain itu dimotivasi prinsip keadilan terhadap
sesama.
Faktor Eksternal :
a. Adaptasi dalam knowledge sharing terdiri dari dua komponen yaitu
replikasi dan rutinitas. Replikasi dari knowledge sharing merupakan
strategi perusahaan bagi pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan dan
knowledge sharing dapat juga digambarkan sebagai satu proses rutin
melalui tingkat mana pada suatu organisasi, apakah pada individu, grup,
departemen, dan seterusnya.
2.7 Budaya Organisasi/Perusahaan
Budaya organisasi dapat dianalisa melalui dua perspektif yang berbeda
yaitu pertama, budaya organisasi sebagai sebuah metafora bagi kehidupan
organisasi dan kedua, sebagai sebuah variabel. Sebagai variabel analisa, budaya
dapat dikonseptualisasi dan diukur secara terpisah dari variabel-variabel
organisasional lainnya.
Menurut Nasution (2006, p133), budaya sebagai variabel penelitian
umumnya berfokus pada manifestasi satu budaya saja, misalnya persepsi
manajemen atau para anggota organisasi tentang norma informal yang mereka
percayai atau nilai-nilai yang diyakini oleh top eksekutif organisasi. Berikut
55
peneliti cantumkan secara detail teori budaya organisasi mulai pengertian hingga
aspek atau dimensi dari tiga tokoh yaitu Robbins, Kotter, dan Hofstede.
2.7.1 Pengertian Budaya Organisasi/Perusahaan
Menurut Robbins (2003, p216), budaya organisasi didefinisikan sebagai
sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi tersebut dari organisasi-organisasi yang lain.
Menurut Kotter (1997, p6), menyatakan bahwa budaya perusahaan adalah
nilai dan praktik yang dimiliki bersama di seluruh kelompok dalam satu
perusahaan, sekurang-kurangnya dalam manajemen senior. Gagasan-gagasan
dalam budaya perusahaan yang kuat sering dihubungkan dengan pendiri atau
pemimpin awal itupun lazim diartikulasikan sebagai visi strategi bisnis filosofi
atau ketiga-ketiganya.
Menurut Hofstede (1994, p179), mendefinisikan bahwa budaya organisasi
adalah hasil susunan pemikiran bersama yang membedakan anggota-anggota
sebuah organisasi dengan yang lain. Hofstede memanggil budaya organisasi
sebagai modal psikologis dari sebuah organisasi yang dapat digunakan untuk
memprediksi apa yang akan terjadi pada modal financial selama kurun waktu 5
tahun (1994, p18).
2.7.2 Aspek-Aspek Budaya Organisasi/Perusahaan
Berikut ini adalah aspek-aspek budaya organisasi atau perusahaan menurut
3 teori tokoh adalah sebagai berikut :
a. Robbins
56
Terdapat tujuh karakteristik yang dapat menangkap hakikat budaya yang
terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan antara lain yaitu :
• Inovasi dan pengambilan risiko, dimana para pegawai didorong
untuk inovatif dan berani dalam mengambil risiko.
• Perhatian ke rincian, dimana para pegawai diharapkan
memperlihatkan presisi (kecermatan), analisa dan perhatian kepada
rincian.
• Orientasi hasil, dimana manajemen memusatkan perhatian pada
hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil itu.
• Orientasi orang, dimana keputusan manajemen memperhitungkan
efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi atau
perusahaan itu.
• Orientasi tim, dimana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim
atau lintas fungsi, bukannya individu-individu.
• Keagresifan, dimana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan
bukannya santai-santai.
• Kemantapan, dimana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo daripada pertumbuhan.
b. Kotter
Pemotretan terhadap budaya perusahaan, dilakukan oleh Kotter
berdasarkan aspek-aspek (1997, p57) :
• Kepedulian akan pelanggan.
• Kepedulian akan pemegang saham.
57
• Kepedulian akan karyawan.
• Penghargaan terhadap proses yang dapat menciptakan perubahan
yang bermanfaat.
• Pemberian perhatian cermat terhadap semua konstituensi (pemilih)
organisasi.
• Berani melakukan pengambilan resiko untuk memenuhi
pemenuhan kebutuhan konstituensi.
c. Hofstede
Mengacu pada teori Hofstede yang dimuat dalam bukunya yang berjudul
Cultural and Organizations (1994, p190-192), dilaporkan hasil studi yang
dilakukan oleh IRIC (Institute for Research on Intercultural Cooperation)
pada perusahaan Heaven’s Gate BV, Belanda, terdapat 6 dimensi budaya
pada sebuah organisasi. Berikut enam dimensi yang dimaksud beserta
indikator aspek-aspeknya :
1. Process Oriented-Result Oriented (Orientasi pada proses-Orientasi
pada hasil)
Orang-orang dalam budaya process oriented merasa dirinya harus
selalu menghindari resiko, karena hal yang terpenting bagi mereka
adalah mengikuti prosedur kerja yang ditetapkan. Akibat sering
terjadi adalah melakukan sedikit usaha pada pekerjaan mereka
yang cenderung mengarah pada kurangnya inovasi. Setiap hari
dianggap sama baiknya dengan hari-hari yang lain karena prosedur
kerja relatif sama dari hari ke hari. Sedangkan pada orang-orang
dengan budaya result oriented, mereka merasa nyaman dengan
58
situasi yang tidak familiar (situasi-situasi yang baru) karena tidak
terbentur untuk mengikuti prosedur kerja yang ada. Orang-orang
tipikal ini juga akan cenderung berusaha maksimal dalam
pekerjaan, menemukan cara-cara dan inovasi baru tanpa perlu takut
dengan birokrasi prosedur yang ada, hasil menjadi fokus utama
bagi mereka. Hari-hari tipe menjadi lebih variatif, penuh dengan
cara baru dan tantangan baru.
2. Employee Oriented-Job Oriented (Orientasi pada pegawai-
Orientasi pada pekerjaan)
Orang dalam budaya employee oriented merasakan bahwa masalah
pribadi mereka ikut diperhitungkan oleh organisasi, hal itu
biasanya terwujud dalam tipe komunikasi yang terjalin antara
manajemen dan pegawai yang cenderung memiliki tingkat
keterbukaan yang tinggi. Poin ini sangat berhubungan dengan
dimensi keempat. Selain itu organisasi juga ikut serta
bertanggungjawab atas kesejahteraan pegawai, dan keputusan
penting, terutama yang berhubungan dengan kesejahteraan
pegawai cenderung dibuat oleh kelompok atau komite bukan hanya
sepihak dari keputusan manajemen. Kesepakatan antara
manajemen dengan Serikat Kerja perusahaan sangat diutamakan.
Kepentingan perusahaan menjadi prioritas dalam keputusan
manajemen. Pada budaya job oriented, orang-orangnya merasa
mengalami tekanan kuat dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
Mereka merasa bahwa organisasi hanya tertarik pada pekerjaan
59
yang telah dilakukan oleh pegawai, tidak pada kesejahteraan
pribadi dan keluarga, dan keputusan penting cenderung dibuat oleh
individu. Tipikal ini menempatkan manajemen yang ada benar-
benar menggunakan otoritas status quonya. Kelemahan sistem ini,
kontrol status quo menjadi berkurang. Bisa jadi keputusan
manajemen yang bukan pemilik (father founding) akan
ditunggangi dengan kepentingan pribadi mereka, bukan untuk
kemajuan perusahaan semata.
3. Parochial-Proffesional (Sesuatu yang berhubungan dengan
organisas-sesuatu yang berhubungan dengan pribadi yang
profesional)
Dalam budaya parochial, pegawai mendapatkan identitas mereka
sebagian besar dari organisasinya, dimana norma-norma organisasi
mempengaruhi perilaku mereka di rumah, sama seperti ketika
mereka bekerja. Mereka merasa bahwa dalam menggaji mereka,
perusahaan melihat latar belakang keluarga dan sosial mereka
untuk diperhitungkan sebanyak perusahaan memperhitungkan
kompetensi pekerjaan mereka. Dan para pegawai kurang melihat
jauh ke depan untuk urusan pribadi karena mereka beranggapan
bahwa organisasi akan melakukannya. Sedangkan perusahaan yang
budayanya berorientasi pada profesionalisme, orang-orangnya
harus dapat mengidentifikasikan dirinya dengan tipe pekerjaan
mereka. Anggota dari budaya ini menyadari bahwa kehidupan
pribadi mereka berbeda dengan kehidupan dalam bisnis mereka
60
dan mereka merasa bahwa organisasi menggaji mereka hanya
berdasarkan kompetensi pekerjaan mereka saja dan mereka
berpikir jauh ke depan untuk urusan pribadi karena merasa budaya
tidak akan mengurusi mereka selamanya.
4. Open System-Closed System (Sistem tertutup-Sistem terbuka)
Dalam unit dengan open system, para anggotanya menyadari
bahwa organisasi dan orang-orangnya sama-sama terbuka pada
pendatang baru dan orang luar. Sebagian besar dari siapapun akan
mudah cocok dengan organisasi, pegawai baru hanya butuh waktu
sedikit untuk merasakan bahwa dirinya sudah berada dirumahnya
sendiri. Open system memberikan suasana kekeluargaan yang kuat,
hal ini dibutuhkan untuk menjaga kesolitan suatu organsasi dalam
mengatasi masalah internal maupun eksternal suatu perusahaan.
Namun demikian open system juga mempunyai kendala yaitu
dalam hal perhargaan terhadap diri masing-masing personel.
Dalam unit dengan closed system, organisasi dan orang-orangnya
menjadi tertutup dan suka main rahasia meskipun diantara orang
dalam, hanya orang tertentu yang cocok dengan organisasi, dan
pegawai baru butuh lebih dari satu tahun untuk merasa dirinya
sudah berada di rumahnya sendiri. Model closed system ini
cenderung lebih kaku dalam pengambilan keputusan , seringkali
dijumpai dalam organisasi yang berasal dari komunitas yang relatif
homogen atau kalau dalam bentuk perusahaan biasa dijumpai
dalam perusahaan milik perorangan atau keluarga.
61
5. Loose Control-Tight Control (Kontrol yang ketat-Kontrol yang
longgar)
Dimensi ini mengacu pada jumlah struktur internal di dalam
organisasi. Sejauhmana struktur internal perusahaan yang tertuang
dalam sistem mampu mengatur atau mengontrol orang di dalam.
Orang-orang di dalam unit dengan kontrol longgar merasa bahwa
tida seorang pun yang berpikir tentang biaya-biaya perusahaan,
usaha penghematan cenderung kurang maksimal. Waktu
pertemuan biasanya hanya dikira-kira yaitu kontinuitas pertemuan
tergolong kurang disiplin, begitu pula ketepatan waktu dalam rapat.
Lelucon tentang perusahaan serta pekerjaan dan sistem yang
berlaku relatif sangat sering. Sedangkan orang-orang pada unit
kontrol ketat menggambarkan bahwa lingkungan kerja mereka
sadar akan biaya-biaya perusahaan, itu mereka aplikasikan lewat
usaha penghematan yang maksimal. Waktu pertemuannya tetap
dan selalu tepat waktu, serta lelucon tentang perusahaan dan
pekerjaan sangat jarang dilontarkan.
6. Pragmatic-Normative (Pragmatis-Normatif)
Dimensi ini berhubungan dengan isu customer orientation. Unit
kerja dengan budaya pragmatis (praktis) cenderung menggerakkan
pasar, sedangkan pada budaya normatif, orang-orang tipe
normative merasa bahwa tugas mereka pada dunia luar merupakan
penerapan atau implementasi aturan yang tidak dapat diganggu
gugat dimana penekanan utamanya adalah pada mengikuti
62
prosedur organisasi yang benar dan prosedur dianggap lebih
penting daripada hasil. Berbeda dengan orang pada budaya
pragmatis, mereka memiliki penekanan utama untuk menemukan
keinginan customer (pelanggan), hasil bagi mereka lebih penting
daripada orang-orang yang cenderung fanatic dengan sikap dan
aturan. Dalam aplikasi struktur pekerjaan, orang berkarakter
normatif akan menganggap bahwa tugas memasarkan produk
adalah tugas divisi marketing semata. Berkebalikan dengan hal
tersebut, perusahaan beraliran pragmatif justru melihat bahwa
semua divisi adalah pemasar, dalam hal ini adalah pemasar nama
baik perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan kredibilitas
akan output perusahaan (produk perusahaan).
Tabel 2.3 Perbedaan Aspek-Aspek Budaya Organisasi dari Tiga Tokoh
Robbins Hofstede Kotter
• Inovasi dan pengambilan Keputusan
• Orientasi hasil
• Keagresifan
• Perhatian kepada rincian
Process-Result Oriented • Penghargaan terhadap proses
• Berani ambil resiko
Orientasi orang Employee-Job Oriented • Kepedulian akan pemegang saham
• Kepedulian akan pegawai.
Orientasi orang Parochial-Proffesional Kepedulian akan pegawai
Orientasi tim Open-Closed
Orientasi tim kemantapan Loose-Tight System
63
Pramative Normative • Kepedulian akan pelanggan
• Pemberian perhatian cermat kepada semua pemilih
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Hofstede dapat memotret apa
yang tokoh lain tidak lakukan diantaranya open-closed system yang tidak dibahas
oleh Kotter, loose-tight yang tidak dilakukan dua tokoh lainnya, pramative-
normative yang tidak dibahas oleh Robbins. Hofstede mampu menyajikan aspek-
aspek yang lebih detail sehingga teori yang dikeluarkan Hofstede dapat memotret
budaya organisasi dengan lebih tajam.
2.8 Aplikasi Knowledge Management System
Dalam mengembangkan aplikasi knowledge, yaitu dengan
mengembangkan suatu knowledge framework, mengembangkan dan me-manage
knowledge repositories, mengembangkan suatu service knowledge yang efektif,
dan disertai dengan pengembangan pada knowledge setting.
2.8.1 Pengembangan Knowledge Framework
Dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan knowledge
framework adalah bagaimana knowledge yang dimiliki perusahaan dapat
disimpan, dibagikan, digunakan, dan mengidentifikasi core knowledge
perusahaan.
64
a. Content Management System (CMS)
Menurut Debowski (2006, p169), mendefinisikan CMS sebagai
elemen yang vital dalam knowledge management system. Kunci utama dari
CMS adalah menghubungkan sumber knowledge kepada knowledge lain
yang saling berkaitan. Dalam mengembangkan CMS ada dua aktivitas
utama yang perlu diperhatikan yaitu identifikasi dan pengkategorian
knowledge sehingga mudah untuk di-manage dan me-manage dan
memelihara knowledge secara efektif. CMS menawarkan kapasitas untuk
mengidentifikasikan, menstrukturkan, dan me-manage knowledge
sehingga dapat dihubungkan ke strategi bisnis dan memastikan nilai dari
knowledge tersebut dapat diakses oleh user pada saat dibutuhkan dan
sesuai dengan yang dibutuhkan.
b. Core Knowledge
Menurut Debowski (2006, p170), mendefinisikan core knowledge
adalah sebuah strategi atau operasional knowledge yang berkontribusi
terhadap proses organisasi yang penting. Bentuk dari core knowledge :
• Mendukung fokus dan aktivitas bisnis.
• Mempunyai nilai jangka panjang dalam aktivitas organisasi.
• Dapat memberikan performa yang tinggi dalam aktivitas utama
organisasi.
• Memastikan biaya untuk mendapatkan dan me-manage knowledge.
• Mengurangi duplikasi, bentuk-bentuk kesalahan atau redudansi
usaha yang menjadi bagian dari para pekerja knowledge.
65
Menurut Debowski (2006, p170-171), ada tiga fase dalam
mengembangkan core knowledge yang ditunjukan dalam framework di
bawah ini.
Gambar 2.10 Pengembangan Core Knowledge Framework Sumber : Shelda Debowski “Knowledge Management”
John Wiley & Sons, 2006, p.171
2.8.2 Media Knowledge Repositories
Menurut Tiwana (2002, p221), repositories adalah sebuah media yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan knowledge formal dan knowledge
informal yang di dalamnya terasosiasi dengan aturan untuk mengakumulasikan,
memperbaharui, me-manage, memvalidasi, memelihara, dan mendistribusikan
content. Biasanya menyimpan operasional database, diskusi, web forum archive,
data legal, digital dokumen, dan objek repositories.
Menurut Debowski (2006, p195), repositories menghubungkan user dan
core knowledge, beroperasi sebagai single point dalam memasukan data, berperan
untuk membantu user dalam menemukan informasi dari sumber organisasi yang
berbeda. Empat layer dari knowledge organisasi yang dibagikan melalui
repositories yaitu factual (terminologi, detil, dan element yang spesifik),
conceptual (teori, model, principal, dan generalisasi), procedural (kemampuan,
66
algoritma, teknik, dan metodologi), dan meta-cognitive (knowledge mengenai
knowledge, contoh : learning, thinking, dan penyelesaian masalah).
Menurut Debowski (2006, p196), ada dua proses yang dibutuhkan dalam
mengembangkan knowledge repositories adalah memetakan struktur konten dan
kontrol terhadap kualitas konten. Struktur konten menjelaskan berbagai macam
cara knowledge diklasifikasikan dan didefisinikan dalam organisasi. Kontrol
terhadap kualitas konten menjelaskan proses yang menyediakan kualitas dan
kegunaan dari repositories konten, evaluasi dan verifikasi, current monitoring,
dan archiving.
Menurut Debowski (2006, p210), memaparkan ada dua kegiatan yang
dilakukan dalam Repository Quality Control yang terdiri dari :
• Evaluasi/verifikasi konten bertujuan untuk memastikan bahwa konten
yang ada didalam repository itu benar dan dapat digunakan.
• Pemeliharaan konten bertujuan untuk memperbaharui konten yang ada
didalam repository. Konten yang ada didalam repository harus terbaru,
akurat, dan bernilai.
• Content archives bertujuan untuk memberikan masukan terhadap konten-
konten yang ada didalam repository. Masukkan tersebut berasal dari para
pengguna dan dapat digunakan sebagai referensi dalam memelihara dan
memperbaiki isi dari konten.
2.8.3 Effective Knowledge Management Service
Menurut Debowski (2006, p222), knowledge management service yang
efektif dapat menyediakan dukungan bagi user knowledge dan kontribusi dalam
67
organisasi untuk menciptakan knowledge sharing dan knowledge practices yang
lebih baik. Knowledge services mendukung semua proses pengembangan
knowledge system yang secara umum dapat mencocokkan kebutuhan komunitas
terhadap knowledge yang direpresentasikan di sistem. Aktivitas utama dari
knowledge services adalah membuat adanya interaksi sosial diantara anggota
komunitas.
Organisasi mengoperasikan knowledge services dalam beberapa bentuk
yaitu struktur terpusat, local, atau kedua-duanya. Knowledge services dapat
menyediakan organisasi sebuah strategi knowledge, sementara juga dapat
memantau dan juga dapat menggabungkan isu-isu dari knowledge sub
groups lokal.
• Service yang terpusat yaitu dapat memantau jenis-jenis strategi knowledge
yang digunakan di organisasi, dan mengintegrasikan, serta mendukung
proses.
• Service local yaitu mempunyai tim knowledge sendiri, yang mengetahui
bisnis, knowledge terfokus pada satu jenis komunitas saja.
• Service gabungan yaitu memastikan supaya semua pandangan dari strategi
knowledge bergabung dengan responsif dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan.
2.8.4 Perancangan Knowledge Managament System
Menurut Whitten dan Bentley (2004, p39), perancangan sistem adalah
spesifikasi atau kontruksi dari solusi teknikal dan berbasiskan komputer untuk
kebutuhan bisnis yang diidentifikasikan pada kegiatan analisa sistem.
68
Menurut O’Brien (2005, p351), perancangan sistem terdiri dari tiga
aktivitas yaitu antara lain :
a. Rancangan user interface yaitu merancang layar, formulir, dan dialog box.
b. Rancangan data yaitu menentukan entity (objek), atribut, relationship,
kaidah integritas, dan lain-lain.
c. Rancangan proses yaitu membuat program dan prosedur seperti user
services, application services, dan data services.
Aktivitas perancangan prototype aplikasi knowledge management system
pada divisi Kredit di PT. Bank Maluku adalah sebagai berikut :
a. State Transition Diagram
State Transition Diagram (STD) merupakan suatu cara untuk
menggambarkan time-dependent behavior dari suatu sistem. Aturan
konsistensi dasarnya adalah : “Suatu behavour sistem di dalam beberapa
state harus sama, tidak ditentukan dari jalur mana state tiba”. Leo Wiggers
(2008, http://www-media-access.com/whatis.html#business).
Penggambaran STD adalah sebagai berikut :
• Identifikasi states yang dapat beroperasi dari sistem.
• Memilih states dengan behaviour normal.
• Menspesifikasikan kondisi yang menandai suatu transisi.
• Menspefisikasikan actions untuk menghasilkan behaviour yang
dapat diobservasi pada states tujuan untuk setiap transisi.
• Jika sistem kompleks maka pisah diagram di dalam beberapa STD.
69
b. Rancangan Layar
Menurut Mathiassen (2000, p151), rancangan layar atau interface
adalah fasilitas yang membuat model sistem dan function memungkinkan
ke actor. Menurut Jones dan Rama (2006, p271), terdapat enam elemen
dari tampilan layar yaitu :
1. Text Boxes adalah ruang atas layar yang digunakan untuk meng-
entry informasi yang ditambahkan pada tabel atau pada tampilan
informasi yang terbaca dari tabel.
2. Labels adalah membantu pengguna untuk mengerti apakah
informasi butuh untuk dicatat.
3. Look-Up Features adalah yang sering ditambahkan pada text boxes
yang digunakan untuk memasuki foreign keys.
4. Command Buttons adalah digunakan untuk melakukan suatu action
atau tindakan.
5. Radio Buttons adalah pengguna yang memungkinkan untuk
memilih salah satu dari beberapa pilihan.
6. Check Boxes adalah serupa dengan radio buttons tetapi lebih dari
satu pilihan yang dapat dipilih.
2.8.5 Tools untuk Membangun Aplikasi Knowledge Management
System di Divisi Kredit
Tools yang akan digunakan dalam merancang dan mengembangkan
prototype aplikasi knowledge management system pada divisi Kredit pada PT.
Bank Maluku yaitu antara lain : (a). PHP dan (b). MySQL.
70
a. PHP
Menurut Connolly and Begg (2005, p1014), PHP adalah bahasa
pemrograman open source yang menempel pada HTML yang didukung
oleh banyak web server. PHP pertama kali dibuat oleh Danish Greenlander
Rasmus pada tahun 1994 yang awalnya bernama Form Interpreted (FI).
Kegunaan awal dari FI adalah mengelola data formulir dari suatu halaman
web yang diberi nama PHP Tools (Personal Home Page Tools).
Kemudian Rasmus merilis source code tersebut untuk umum dengan nama
PHP/FI. Perilisan source code ini bersifat open source sehingga banyak
programmer yang tertarik untuk mengembangkan bahasa ini. Rasmus
menulis ulang script tersebut di dalam bahasa pemrograman C dengan
alasan peningkatan performa. Setelah selesai dituliskan pada November
1997 di rilislah PHP/FI 2.0.
Pengembangan selanjutnya berubah dari 1 orang pengembang
menjadi banyak orang yang adalah Zeev Suraski dan Andi Gutmans yang
menjadi pengembang PHP selanjutnya. Mereka menambahkan feature
parser ke PHP yang kemudian dikenal dengan PHP 3. Mereka juga
mengubah akronim PHP menjadi PHP : hypertext preprocessor.
Pada 22 May 2002 PHP 4 di rilis yang didukung dengan Zend
Engine 1.0. Versi ini banyak digunakan karena kemampuannya dinilai
mampu membangun aplikasi web kompleks tetapi tetap memiliki
kecepatan dan stabilitas yang tinggi. Pada juni 2004 PHP 5 di rilis dan
didukung dengan Zend Engine 2.0. Perubahan besar-besaran terjadi pada
seri ini, seperti object oriented programming. PHP 6 sedang dalam tahap
71
pengembangan. Saat ini PHP menjadi bahasa pemrograman server-side
paling popular, 75% dari semua website menggunakan bahasa
pemrograman server-side PHP. Banyak web content management system
yang ditulis menggunakan PHP seperti Joomla, Wordpress, Drupal, dan
masih banyak lagi bahkan website popular seperti Facebook juga di
bangun dari bahasa pemrograman PHP.
Kelebihan PHP dibanding bahasa pemrograman antara lain :
• Bahasa pemrograman PHP adalah bahasa script sehingga tidak
diperlukan kompilasi dalam penggunaannya.
• Web server yang mendukung PHP dapat ditemukan dimana-mana
mulai dari XAMPP, apache, IIS, Lighttp sehingga Xitami denga
konfigurasi yang relative mudah.
• Dalam sisi pengembang dan pemahaman lebih mudah, karena
banyak milis, forum, website, dan developer yang siap membantu
dan menyeadiakan banyak referensi tentang PHP.
• PHP bersifat open source yang dapat digunakan di berbagai mesin
(Linux, Macintosh, Windows).
b. MySQL
MySQL adalah sistem penyimpanan database yang
pengoperasiannya menggunakan perintah SQL. MySQL adalah database
dasar yang menggunakan bahasa Java dalam pembuatannya. Untuk
mengakses database bisa menggunakan banyak program tambahan yang
mendukung untuk mempermudah pengoperasian dan akses database tanpa
72
perlu melalui perintah di “command promt”. Untuk penulisan thesis ini,
penulis menggunakan program tambahan phpMyAdmin. Sehingga
database MySQL dioperasikan dan dapat diatur dengan mudah melalui
tampilan web yang cukup sederhana.
Berikut adalah contoh tampilan dari phpMyAdmin :
Gambar 2.11 Database PT. Bank Maluku
Dari gambar diatas dapat kita lihat, tampilan dari phpMyAdmin
cukup sederhana. Tombol kecil yang ada di sisi kiri urut dari kiri ke kanan
adalah :
• Home untuk kembali ke halaman muka.
• Log Out untuk keluar dari phpMyAdmin.
• SQL query window untuk membuka jendela query sql.
• phpMyAdmin documentation untuk membuka dokumentasi-
dokumentasi yang ada tentang phpMyAdmin.
73
• SQL documentation untuk membuka dokumentasi tentang
database SQL.
Di sisi kiri terdapat tab untuk memilih database yang ada. Disusul
di sisi bawahnya terdapat keterangan database yang sedang dibuka da nisi
table yang ada. Di sebelah kanannya terdapat keterangan posisi window
saat ini. Gambar diatas menyatakan posisi pada saat membuka tabel
weibull. Di bawahnya terdapat banyak tab, dari kiri ke kanan adalah
sebagai berikut :
• Browse untuk membuka dan membaca isi dari tabel yang
dipilih.
• Structure untuk melihat struktur dari tabel yang dipilih.
• SQL untuk membuka window tempat menginput query-query
SQL.
• Search untuk masuk ke mode pencarian.
• Insert untuk membuka halaman input data.
• Export untuk mengekspor data.
• Import untuk mengimpor data database atau file lain.
• Operation untuk membuka halaman pengaturan bagaimana
cara kerja sebuah tabel tersebut.
• Empty untuk mengosongkan tabel yang dipilih.
• Drop untuk menghapus tabel yang dipilih.
Walaupun memiliki tampilan yang cukup sederhana tetapi bisa
dikatakan bahwa MySQL dengan phpMyAdmin memiliki kemampuan
yang cukup rumit untuk menangani server-server besar. Dan satu yang
74
tidak boleh kita lupakan bahwa MySql dan phpMyAdmin adalah jenis
program berdistribusi freeware, sama seperti java dan NetBeans, sehingga
tidak membutuhkan lisensi ataupun ijin khusus untuk menggunakannya.
2.9 Evaluasi Knowledge Management System
Evaluasi merupakan suatu tahapan yang sangat penting untuk semua
strategi knowledge management system. Menurut Debowski (2006, p273),
evaluasi menyediakan kesempatan untuk menganalisis strategi yang sekarang dan
memonitor tanggapan dari para pengguna dan efek terhadap bisnis proses dan
hasil yang didapatkan. Hal ini dapat diartikan bahwa evaluasi terbagi dalam dua
fungsi utama yaitu pertama, untuk mengetahui cara dalam menerapkan knowledge
management system yang efektif dan bagaiman meningkatkan efektifitas. Dan
yang kedua, evaluasi harus dapat mendokumentasikan pengaruh dan keuntungan
dari knowledge management system untuk memastikan sponsorship terhadap
inisiatif knowledge dapat terus berlanjut.
2.9.1 Prinsip Dasar
Setiap proses utama dalam organisasi haruslah secara regular dilakukan
evaluasi. Hal ini dibutuhkan untuk memantau keberhasilan dan untuk
mengidentifikasi masalah yang harus segera diselesaikan secepatnya. Hal ini tentu
dengan melihat dari dua bagian bentuk evaluation yaitu Formative evaluation dan
Summantive evaluation.
Menurut Debowski (2006, p273), Formative Evaluation dilaksanakan
selama proses pengembangan, identifikasi masalah harus diselesaikan kembali
75
atau dikonfirmasikan apakah inisiatifnya harus dilanjutkan atau dibatalkan.
Selanjutnya yang kedua, Summantive Evaluation adalah pelaporan daru hasil yang
didapatkan dari semua proses, secara umum untuk tujuan perhitungan. Hal yang
perlu diperhatikan dalam evaluasi adalah sebagai berikut :
• Menyediakan waktu dan feedback yang akurat dari efektifitas strategi
knowledge yang berjalan.
• Mendapatkan informasi dari hasil strategi knowledge.
• Mengidentifikasikan masalah yang harus diselesaikan.
• Melakukan perhitungan dari investasi organisasi dalam knowledge
management system.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dalam proses evaluasi yaitu :
• Apa yang harus dievaluasi?
• Apa yang harus diukur?
• Bagaimana dan kapan evaluasi dilakukan secara konduktif?
• Siapalah yang berkontribusi untuk melakukan evaluasi?
• Bagaimana hasilnya dapat digunakan?
2.9.2 Evaluasi Prototype Aplikasi KMS dengan Kuesioner
Menurut Kothari C. R. (2004, p100), suatu kuesioner terdiri dari beberapa
pertanyaan yang dicetak dengan urutan tertentu pada suatu formulir. Kuesioner
diberikan kepada responden yang diharapkan untuk dapat membaca dan mengerti
dalam pertanyaan-pertanyaan ataupun pernyataan-pernyataan yang diberikan dan
menuliskan jawaban pada tempat yang telah disediakan untuk kegunaan kuesioner
76
itu sendiri. Berikut merupakan beberapa keunggulan dalam pengumpulan data
dengan mengunakan teknik kuesioner, yaitu :
• Biayanya kecil walaupun populasinya besar dan tersebar secara geografis.
• Bebas dari bisa seperti interview, bisa dimana responden dapat menjawab
dengan kalimatnya sendiri.
• Responden mempunyai cukup waktu untuk memberikan jawabannya.
• Responden yang tidak mudah dijangkau, dapat dijangkau dengan lebih
baik.
• Sample yang besar dapat digunakan dengan hasil yang didapat lebih
handal.
Selain itu hal tersebut, kuesioner juga memiliki kelemahan antara lain :
• Tingkat pengembalian yang relative kecil.
• Cenderung digunakan ketika responden diedukasi dan dapat bekerja sama.
• Konrol dari kuesioner mungkin hilang ketika didistribusikan.