bab 2 landasan teori 2.1 pengertian jaringanthesis.binus.ac.id/asli/bab2/2006-2-01259-if-bab...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Jaringan
Jaringan adalah kumpulan beberapa komputer yang tergabung dalam suatu
lingkungan yang dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lain (Arief,
2004,p2).
Berdasarkan media yang digunakan, maka terdapat dua macam jaringan
yaitu jaringan dengan kabel dan jaringan nirkabel.
Secara umum, jaringan dibagi menjadi 3 jenis :
1. Local Area Network (LAN), LAN merupakan tipe jaringan dengan kecepatan
yang tinggi yang meliputi area seperti satu gedung. Tingkat kesalahan dalam
pengiriman data rendah karena hanya dalam area yang kecil (sekitar beberapa
ribu meter).
2. Wide Area Network (WAN), WAN merupakan jaringan komunikasi data yang
melayani pengguna dalam wilayah area geografi yang luas. Dan menggunakan
peralatan transmisi.
3. Metropolitan Area Network (MAN), MAN merupakan jaringan yang melayani
area metropolitan, biasanya area yang ada lebih besar dari LAN dan lebih kecil
dari WAN.
6
Secara garis besar, jaringan nirkabel dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Jaringan Adhoc
Jaringan Adhoc adalah komunikai antara dua device atau lebih yang
dilakukan secara langsung, tanpa adanya device tambahan seperti access point.
Jaringan Adhoc juga dikenal dengan jaringan peer-to-peer. Pada jaringan
Adhoc, setiap client bisa mengakses resource dari client lain, bukan ke server
pusat.
2. Jaringan Infrastructure
Jaringan Infrastructure adalah komunikasi antara dua device atau lebih
yang dilakukan dengan bantuan device tambahan seperti access point. Dengan
adanya access point, maka wilayah akses bisa menjadi semakin luas. Pada
jaringan Infrastructure, setiap client bisa mengakses resource dari server pusat.
2.2 Topologi Jaringan
Topologi merupakan sebuah struktur dari sebuah jaringan. Topologi secara
garis besar dibagi menjadi dua :
1. Topologi Fisik - menggambarkan kondisi yang sebenarnya jaringan secara
langsung.
2. Topologi Logika - menggambarkan kondisi bagaimana cara media jaringan
dapat diakses oleh komputer.
2.2.1 Topologi Fisik
Topologi Fisik secara umum terdapat 5 model, yakni Bus, Ring,
Star, Extended Star dan Mesh.
7
1. Bus
Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan
dengan sebuah kabel jaringan tunggal. Pada komputer awal dan akhir
jaringan digunakan terminator 5Ω. Kelemahan pada model jaringan ini,
apabila ada komputer yang gagal terhubung dengan jaringan, maka
seluruh jaringan komputer akan terganggu. Kelebihan pada model
jaringan ini, biaya pembangunan jaringan relatif lebih murah.
Gambar 2.1 Topologi Bus
2. Ring
Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan
dengan sebuah kabel jaringan tunggal. Tidak ada komputer awal dan
akhir pada model jaringan ini, sehingga tampak seperti sebuah cincin /
ring. Topologi ini memiliki kelemahan dan kelebihan yang sama
dengan topologi Bus.
Gambar 2.2 Topologi Ring
8
3. Star
Pada model topologi ini, masing-masing komputer dihubungkan
dengan sebuah konsentrator (Hub atau Switch). Model topologi ini
merupakan model topologi yang paling banyak digunakan sampai saat
ini dikarenakan pada model topologi ini apabila ada komputer yang
gagal terhubung dengan jaringan, komputer lain yang juga terhubung
dengan jaringan tidak terganggu. Kelemahan model topologi ini, biaya
pembangunannya relatif lebih mahal dari pada topologi Bus atau Ring
dikarenakan dibutuhkan sebuah konsentrator.
Gambar 2.3 Topologi Star
4. Extended Star
Model topologi ini merupakan penggabungan dari beberapa
topologi Star. Dibutuhkan sebuah konsentrator untuk menghubungkan
topologi Star yang satu dengan topologi Star yang lainnya.
Gambar 2.4 Topologi Extended Star
9
5. Mesh
Pada model topologi ini, masing-masing komputer terhubung
secara langsung antara komputer yang satu dengan komputer yang
lainnya. Biasanya topologi ini digunakan untuk membangun suatu
jaringan backbone yang redundant. Keuntungan model topologi ini
adalah reliabilitasnya dapat diandalkan. Kelemahan model topologi ini
adalah biaya pembangunannya cukup mahal dan kurang efisien jika
terdapat penambahan komputer baru dalam jaringan.
Gambar 2.5 Topologi Mesh
2.2.2 Topologi Logika
Pada topologi logika terdapat 2 model, yakni Broadcast dan Token-
Passing.
1. Broadcast
Pada model ini, semua komputer diharuskan menerima paket-
paket data yang dikirimkan oleh tiap-tiap komputer. Aturan yang
diterapkan pun relatif sederhana, “siapa yang pertama kali datang, dia
yang pertama kali dilayani”.
10
2. Token Passing
Pada model ini, jaringan komputer dikendalikan oleh sebuah
token. Hanya komputer yang memiliki token yang dapat mengirim data
ke jaringan. Kepemilikian token ini sifatnya bergantian.
2.3 OSI 7 Layer
OSI 7 Layer merupakan sebuah model framework (kerangka kerja) yang
dibuat oleh OSI (Organization Standard International) tujuannya untuk
mempermudah dalam mempelajari konsep jaringan serta memudahkan vendor
bebas (independent) untuk mengembangkan suatu bagian tertentu dari teknologi
jaringan komputer.
OSI 7 Layer dapat dijelaskan sebagai berikut:
Layer Keterangan
Application Membuka komunikasi dengan user lain dan memberikan layanan seperti file transfer ataupun e-mail ke user lain dalam suatu jaringan.
Presentation
Berhubungan dengan perintah dari application layer dan melakukan penterjemahan antara tipe data yang berbeda jika diperlukan.
Session Membuka, mengatur dan mematikan sesi antar aplikasi
Transport Menyediakan mekanisme untuk pembukaan, pengaturan, dan penutupan jika ada permintaan dari sirkuit virtual pada data. Membuka end-to-end connection, dan menjaga keamanan data
Network Menyediakan routing paket yang melalui router dari sumber ke tujuan.
Data Link Menjaga sinkronisasi dan kontrol kesalahan antara 2 pihak.
Physical Menyediakan transmisi berbentuk bit melewati channel komunikasi secara elektrik, mekanisme, dan spesifikasi prosedur
Tabel 2.1 OSI 7 Layer
11
2.4 TCP / IP
Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) merupakan
kombinasi dari dua protokol terpisah. IP adalah layer 3 protocol - suatu layanan
connectionless yang menyediakan layanan pengantar data terbaik dalam jaringan.
TCP adalah layer 4 protocol - suatu layanan connection-oriented yang meyediakan
pengontrolan aliran data yang sering disebut sebagai reliability. Penggabungan
kedua protokol ini memungkinkan penyediaan layanan yang semakin luas.
2.4.1 TCP Protocol
Transmission Control Protocol (TCP) adalah sebuah layer 4
protocol yang bersifat connection-oriented yang menyediakan transmisi
data full-duplex yang dapat diandalkan. TCP adalah bagian dari TCP/IP
protocol stack.
2.4.2 Internet Protocol (IP)
Internet Protocol (IP) adalah protocol jaringan (Network Layer
pada OSI) yang digunakan di Internet. Ketika sebuah informasi mengalir ke
bawah pada OSI Layer Model, data dienkapsulasi pada setiap layer. Pada
layer network, data dienkapsulasi dalam paket-paket (atau disebut juga
datagram), IP menentukan bentuk dari packet header (yang mana termasuk
pengalamatan atau addressing dan informasi kontrol lainnya) tetapi tidak
peduli mengenai data yang sebenarnya, dia menerima apapun yang di
berikan oleh layer di atasnya.
12
2.5 Perangkat Jaringan
Perangkat yang terhubung langsung ke jaringan dapat diklasifikasikan ke
dalam dua bagian. Yang pertama adalah perangkat end–user (host). Contoh
perangkat end–user antara lain: komputer, printer, scanner dan perangkat lainnya
yang menghasilkan service secara langsung kepada user. Klasifikasi kedua adalah
perangkat jaringan. Perangkat jaringan termasuk semua peralatan yang terhubung
ke perangkat end-user sehingga membuat perangkat–perangkat end–user tersebut
bisa berkomunikasi (Cisco Certified Network Associate, 2000, semester 1).
Berikut ini adalah penjabaran tentang peralatan jaringan:
1. Network Interface Card (NIC)
NIC merupakan suatu papan sirkuit yang dirancang untuk dipakai di
dalam slot ekspansi suatu PC. NIC biasa disebut juga network adapter. Baik
PC ataupun Laptop, harus menggunakan perangkat ini untuk bisa terhubung ke
jaringan. Setiap NIC memiliki nama atau kode yang unik, yang biasa disebut
Media Access Control (MAC). Alamat inilah yang digunakan untuk mengontrol
komunikasi data pada host di dalam jaringan.
2. Repeater
Repeater merupakan perangkat jaringan yang digunakan untuk
membangkitkan ulang sinyal. Repeater membangkitkan ulang sinyal analog
maupun sinyal digital yang mengalami distorsi sehingga menghindari
kesalahan transmisi. Perangkat biasa digunakan untuk menghubungkan
jaringan yang jaraknya cukup jauh, sehingga sinyal yang ditransmisikan lebih
13
reliable. Perangkat ini tidak melaksanakan routing seperti halnya bridge atau
router.
3. Hub
Prinsip kerja hub adalah mengkonsentrasikan sambungan. Dengan kata
lain, mengambil sejumlah host kemudian membuat host–host tersebut terlihat
seperti satu unit dalam jaringan. Proses ini dilakukan secara pasif, tanpa efek-
efek lain pada transmisi data. Sedangkan hub aktif tidak hanya
mengkonsentrasikan host, tetapi juga membangkitkan ulang sinyal.
4. Bridge
Bridge mengkonversi format data transmisi jaringan. Bridge juga
memiliki kemampuan untuk melakukan pengaturan transmisi data. Seperti
namanya, bridge menyediakan hubungan antar LAN. Bahkan bridge juga
melakukan pengecekan data untuk menentukan apakah data itu harus melalui
bridge atau tidak. Dengan fungsi ini, jaringan akan lebih efisien.
5. Switch
Switch lebih “pintar” dalam mengatur transfer data. Tidak hanya
menentukan arah data dalam LAN, tetapi switch bisa mentransfer data hanya
kepada koneksi yang memerlukan data.
6. Router
Router memiliki semua kemampuan perangkat jaringan. Router dapat
membangkitkan ulang sinyal, mengkonsentrasikan banyak koneksi,
mengkonversi format transmisi data, dan mengatur transfer data. Router
digunakan dalam jaringan WAN.
14
2.6 Pengertian Nirkabel
Nirkabel adalah suatu komunikasi antar dua titik atau lebih dimana
gelombang elektromagnetik (bukan melewati kabel) membawa signal sebagian
atau seluruh bagian dari jalur komunikasi (Arief, 2004, p4).
Beberapa contoh peralatan nirkabel adalah :
• Telepon selular dan radio panggil (pager).
• Global Positioning System (GPS).
• Remote Control
• Satellite Television
2.7 Pengertian Jaringan Nirkabel
Jaringan nirkabel merupakan sebuah LAN dimana transmisi data
(pengiriman maupun penerimaan data) dilakukan melalui teknologi frekuensi radio
lewat udara, menyediakan sebagian besar keunggulan dan keuntungan dari
teknologi lama LAN namun tidak dibatasi media kabel (Arief, 2004, p5).
Muncul dan berkembangnya sistem jaringan nirkabel dipicu oleh
kebutuhan akan biaya pengeluaran yang lebih rendah menyangkut infrastruktur
jaringan dan untuk mendukung aplikasi jaringan bergerak dalam efisiensi proses,
akurasi dan biaya pengeluaran yang rendah dalam hitungan bisnis.
Solusi jaringan nirkabel dapat jauh lebih ekonomis daripada instalasi kabel
atau menyewa peralatan komunikasi berupa kabel seperti layanan T1 atau dial up.
Beberapa perusahaan bahkan menghabiskan uang dalam jumlah yang sangat besar
untuk penyambungan fisik antar dua fasilitas atau gedung yang saling berdekatan.
15
2.8 Prinsip Frekuensi Radio
2.8.1 Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya getaran per detik dalam arus listrik
yang terus berubah. Satuan frekuensi adalah Hertz disingkat Hz. Jika arus
bergerak lengkap satu getaran per detik, maka frekuensinya 1 Hz. Satuan
frekuensi lain :
• Kilohertz (kHz)
• Megahertz (MHz)
• Gigahertz (GHz)
• Terahertz (THz)
2.8.2 Panjang Gelombang
Panjang gelombang adalah jarak diantara kedua titik yang sama
pada satu getaran. Dalam sistem nirkabel, biasanya diukur dalam satuan
meter, centimeter atau millimeter.
Gambar 2.6 Panjang Gelombang
Ukuran dari panjang gelombang tergantung dari frekuensi sinyal.
Semakin tinggi frekuensi sinyal, maka panjang gelombang yang akan
16
dihasilkan semakin pendek. Hubungan antara frekuensi dan panjang
gelombang dapat dituliskan secara matematis, sebagai berikut :
fc
=λ
dimana :
λ = panjang gelombang dalam satuan meter
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)
f = frekuensi dalam satuan Hz
Panjang gelombang sangat penting untuk diingat, terutama pada
saat pemasangan antena. Untuk menghasilkan pola radiasi yang ideal,
antena harus dipasang kurang dari 10 panjang gelombang ke permukaan
pantul terdekat.
2.8.3 Transmit (Tx) Power
Semua radio memiliki level Tx power tertentu yang dihasilkan pada
interface RF. Tx power diukur sebagai jumlah energi yang disalurkan
melalui satu lebar frekuensi (bandwidth). Satuan yang digunakan adalah
dBm dan Watt. dBm adalah level power relative yang mewakili 1 milliwatt.
Sedangkan W adalah level linear power yang mewakili Watts. Hubungan
antara dBm dan W bisa dituliskan dengan persamaan matematis :
dBm = 10 x log[Power in Watts / 0.001W]
W = 0.001 x 10[Power in dBm / 10 dBm]
17
2.8.4 Receive (Rx) Sensitivity
Semua radio memiliki point of no return, yaitu keadaan dimana
radio menerima sinyal kurang dari RX sensitivity yang ditentukan sehingga
radio tidak bisa melihat data yang dikirim. Rx sensitivity dinyatakan dengan
satuan dBm dan atau Watt.
Pada kebanyakan radio, Rx sensitivity didefiniskan pada level
tertentu dari Bit Error Rate (BER). Nilai BER yang umumnya digunakan
adalah 10-5 (99,999%). Pada peralatan Wi-Fi, Rx sensitivity harus berada
pada range -79 sampai -80 dBm dengan noise -90 sampai -96 dBm.
2.8.5 Radiated Power
Dalam sistem nirkabel, antena digunakan untuk mengkonversi
gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnet. Besar energi antena
dapat memperbesar sinyal terima dan kirim, yang disebut sebagai Antenna
Gain yang diukur dalam :
dBi : relatif terhadap isotropic radiator
dBd: relatif terhadap dipole radiator
dimana 0 dBd = 2,15 dBi
Pengaturan yang dilakukan oleh FCC harus memenuhi ketentuan
dari besarnya daya yang keluar dari antena. Daya ini diukur berdasarkan
dua cara :
• Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) =
daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBi]
18
• Effective Radiated Power (ERP) =
daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBd]
2.8.6 Energy Loss
Pada sistem nirkabel, ada banyak faktor yang menyebabkan
kehilangan kekuatan sinyal, seperti kabel, konektor, penangkal petir dan
lainnya yang akan menyebabkan turunnya unjuk kerja dari radio jika
dipasang sembarangan
Pada radio yang memiliki daya rendah seperti 802.11b, setiap dB
adalah sangat berarti, dan harus diingat “3 dB Rule”, yaitu setiap kenaikan
atau kehilangan 3 dB, kita akan mendapatkan dua kali lipat daya atau
kehilangan setengahnya .
Sumber yang menyebabkan kehilangan daya dalam sistem nirkabel,
antara lain : free space, kabel, konektor, jumper, hal-hal yang tidak terlihat.
2.8.7 Signal Propagation
Sinyal yang meninggalkan antena, maka akan merambat dan
menghilang di udara. Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis
rambatan yang akan terjadi.
Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita memasang kedua perangkat
pada jalur yang bebas dari halangan. Jika rambatan sinyal terganggu, maka
penurunan kualitas sinyal akan terjadi dan mengganggu komunikasinya.
Pohon, gedung, tanki air, dan tower adalah perangkat yang sering
mengganggu rambatan sinyal
19
Kehilangan daya terbesar dalam sistem nirkabel adalah Free Space
Propagation Loss. Free Space Loss dihitung dengan rumus :
FSL(dB) = 36.6 + 20 Log10 F(MHz) + 20 Log10 D(mil)
dimana : F = frekuensi yang digunakan
D = jarak
2.8.8 Line of Sight
Menerapkan Line of Sight (LOS) antara antena radio pengirim dan
penerima merupakan hal paling penting
Ada dua jenis LOS yang kita harus perhatikan :
1. Optical LOS - kemampuan untuk saling melihat antara satu tempat
dengan tempat lainnya
2. Radio LOS - kemampuan radio penerima untuk “melihat” sinyal yang
dipancarkan
2.8.9 Freznel Zone
Untuk menentukan LOS, maka teori Freznel Zone harus diterapkan.
Freznel Zone adalah bentuk bola rugby yang berada diantara dua titik yang
membentuk jalur sinyal frekuensi radio.
20
Gambar 2.7 Freznel Zone
2.8.10 Signal Operating Margin (SOM)
SOM adalah perbandingan antara sinyal radio yang diterima dengan
sinyal radio yang dibutuhkan agar memperoleh data yang bagus. Untuk
memperoleh koneksi yang baik, maka nilai minimum SOM berkisar antara
10-15 dB (Onno, 2002, p11).
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya SOM adalah :
2.8.11 Pita Frekuensi
Pita frekuensi 2,4Ghz yang dialokasikan untuk komunikasi data
jaringan nirkabel adalah antara 2,4-2,485 GHz. Pita frekuensi tersebut
dibagi dalam sebelas kanal, seperti tampak pada tabel di bawah ini.
Kanal Frekuensi (GHz) 1 2,412 2 2,417
21
3 2,422 4 2,427 5 2,432 6 2,437 7 2,442 8 2,447 9 2,452 10 2,457 11 2,462
Tabel 2.2 Pita Frekuensi pada 2,4 GHz
Jika diperhatikan, maka terlihat bahwa jarak frekuensi tengah
antar kanal hanyalah 5 MHz. Padahal lebar bandwidth sebuah radio
Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) yang digunakan dalam
jaringan nirkabel adalah 22 MHz. Oleh karena itu, sebetulnya sinyal yang
dipancarkan antar kanal akan saling menggangu satu sama lain-atau
instilah sinyal antar kanal akan saling overlap.
Pada frekuensi 2,4GHz hanya ada maksimum tiga kanal saja yang
sinyalnya tidak saling overlap atau saling menumpuk yaitu 2,412 GHz
(kanal 1), 2,437 GHz (kanal 6) dan 2,462 GHz (kanal 11).
2.9 Teknologi Nirkabel
2.9.1 Transmisi Narrowband
Transmisi narrowband adalah teknologi komunikasi di mana hanya
menggunakan spketrum frekuensi yang dibutuhkan saja untuk
menghantarkan sinyal. Pada sistem komunikasi dengan menggunakan
teknologi transmisi narrowband, maka sistem tersebut akan menjaga agar
menggunakan bandwidth sesempit mungkin untuk mentransmisikan sinyal.
22
Teknologi spread spectrum adalah kebalikan dari transmisi
narrowband, dimana pada teknologi spread spectrum digunakan bandwidth
yang jauh lebih lebar dari yang dibutuhkannya agar dapat mencapai
jangkauan yang luas. Karena menggunakan bandwidth yang lebih sempit,
maka transmisi narrowband mampu memancarkan power level yang lebih
tinggi daripada teknologi spread spectrum, sehingga keakuratan data
menjadi lebih baik. Karena itu, maka transmisi narrowband sering disebut
dengan high peak power transmission dan teknologi spread spectrum
dikenal dengan low peak power transmission.
Kekurangan dari transmisi narrowband adalah mudah mengalami
jamming dan interferensi. Hal ini dikarenakan sempitnya bandwidth yang
digunakan. Untuk mengacaukan sistem narrowband dengan menggunakan
jamming sangat mudah.
Jamming adalah gangguan pada jaringan yang diakibatkan oleh
adanya power yang sangat besar yang mengangkut sinyal-sinyal yang tidak
diperlukan melalui bandwidth yang sama dengan sinyal yang dibutuhkan,
akibatnya sinyal yang power-nya lebih rendah akan terhalangi. Analogi dari
jamming ini adalah seperti bunyi suara kereta api yang menutupi suara
sekitar.
2.9.2 Spread Spectrum
Spread spectrum menggunakan power yang lebih rendah daripada
transmisi narrowband, akibatnya spread spectrum mampu menjangkau
area yang lebih lebar. Spread spectrum sukar diganggu dengan jamming,
23
Karena sinyal yang dikirimkan sangat kecil power-nya sehingga
menyerupai noise. Jika dari sisi receiver, frekuensi tidak disesuaikan
dengan sisi transmiter, maka sinyal spread spectrum hanya terlihat seperti
background noise. Karena banyak radio penerima menerima sinyal spread
spectrum sebagai noise, maka radio penerima tersebut tidak akan
mendemodulasikan sinyal spread spectrum. Hal ini mengakibatkan
transmisi data dengan menggunakan spread spectrum menjadi lebih aman.
Teknologi spread spectrum menukarkan efektifitas bandwidth
dengan kehandalan, keamanan dan intergritas komunikasi. Dengan kata
lain, teknologi spread spectrum menggunakan bandwidth yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan komunikasi narrowband. Selain itu, teknologi
spread spectrum menghasilkan sinyal yang lebih sukar dideteksi
dibandingkan dengan teknologi narrowband.
Ada dua jenis teknologi spread spectrum, yaitu frequency hopping
dan direct sequence.
1. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)
Pada awal kemunculan jaringan nirkabel, peralatan jaringan
nirkabel menggunakan teknologi frequency hopping. Pada teknologi ini
pendekatan dilakukan dengan membagi frekuensi menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil untuk membentuk suatu pola frekuensi. Data
yang dikirim akan melompat secara literal dari frekuensi yang satu ke
frekuensi yang lain pada suatu pola tertentu untuk menghindari
interferensi atau gangguan dari luar. Pesan dikirim melalui lompatan-
lompatan frekuensi dalam jangka waktu sekitar 400 ms.
24
Untuk setiap pengiriman, tranceiver sampai receiver menerima
paket dengan baik. Setelah paket diterima receiver dengan baik, maka
receiver akan mengirimkan tanda ke tranceiver dalam bentuk ACK
untuk menyatakan bahwa data terkirim dengan baik. Setelah beberapa
waktu yang telah ditentukan, tranceiver berpindah frekuensi ke
lompatan frekuensi berikut dan kembali meneruskan pengiriman data.
Bila terjadi interferensi maka receiver tidak akan mengirimkan
ACK dan mengirimkan pesan yang menandakan data tidak diterima dan
akan meneruskan melompat ke frekuensi yang berikutnya. Tranceiver
dan receiver harus memiliki pola lompatan frekuensi yang sama untuk
berkomunikasi
2. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
Pada direct sequence spread spectrum, pendekatan dilakukan
dengan menggunakan satu frekuensi saja untuk meminimalisasi
interferensi narrowband. Dalam direct sequence, sejumlah data
ditambahkan pada data asli dengan tujuan agar data dapat
direkonstruksi kembali, jika terjadi kerusakan sebagian data atau
hilangnya sebagian data akibat interferensi.
2.9.3 Perbandingan FHSS dan DSSS
FHSS dan DSSS masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Untuk itu perlu ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
sebelum memilih teknologi spread spectrum yang akan digunakan dalam
jaringan nirkabel.
25
1. Interferensi
Kelebihan dari FHSS adalah penyediaan resistansi yang baik
terhadap interferensi. Sistem WLAN yang menggunakan DSSS lebih
rentan terhadap gangguan interferensi karena sistem DSSS
menggunakan 22 MHz wide contigous band, lain dengan FHSS yang
menggunakan 79 MHz. hal ini bisa menjadi pertimbangan serius apabila
pada lingkungan terdapat faktor interferensi.
2. Co-location
Faktor co-location merupakan kelebihan dari teknologi FHSS.
Hal ini dikarenakan pada FHSS yang menggunakan 79 channel dapat
memiliki co-location untuk maksimum 16 access point. Sedangkan
pada DSSS yang menggunakan 11 channel hanya mampu memiliki co-
location untuk maksimum 3 access point.
Tetapi bila dilihat dari throughput dan biaya, maka DSSS lebih
unggul. Karena DSSS dapat memiliki co-location untuk 3 access point,
maka throughtput maksimumnya menjadi :
Jumlah access point maksimum × data rate = 3 × 11 Mbps
= 33 Mbps.
Pada kinerja 50 %, dimana akan didapatkan throughput sistem
DSSS sebesar :
MbpsMbpsaksimumTroughputM 5.162
332
==
26
Sedangkan pada sistem FHSS, throughput maksimumnya adalah
Jumlah access point maksimum × data rate = 16 × 2 Mbps
= 32 Mbps
Pada kinerja 50 %, dimana akan didapatkan throughput sistem
FHSS sebesar :
MbpsMbpsaksimumTroughputM 162
322
==
Pada konfigurasi seperti ini, sistem dengan menggunakan FHSS
memerlukan 13 access point lebih banyak dari DSSS. Hal ini
membutuhkan biaya lebih, ditambah lagi biaya pemasangan alat,
pemeliharaan alat, kabel dan antena.
Dari faktor co-location ini terlihat, bila ingin membangun
sistem dengan throughput dan biaya rendah, maka harus menggunakan
teknologi DSSS. Namun, apabila ingin membangun lingkungan penuh
co-location, maka FHSS merupakan pilihan yang tepat.
3. Biaya
Faktor biaya merupakan faktor yang menjadi pertimbangan
banyak orang. Teknologi DSSS memerlukan biaya yang lebih rendah.
Harga PCMCIA/WNIC dengan teknologi DSSS yang beredar di pasaran
saat ini memang lebih murah dibandingkan dengan yang menggunakan
teknologi FHSS. Di pasaran, peralatan yang mendukung teknologi
FHSS lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan yang mendukung
teknologi DSSS. Tingginya persaingan pasar dan semakin
27
berkembangnya teknologi ini membuat harga peralatan yang
mendukung teknologi DSSS menjadi turun.
4. Kompabilitas dan Ketersediaan Alat
Wireless Ethernet Compability Alliance (WECA) membuat
standar interoperabilitas untuk peralatan nirkabel dengan teknologi
DSSS yang dikenal dengan Wireless Fidelity atau Wi-FiTM, dan
menyediakan pengujian untuk peralatan nirkabel. Jika peralatan
nirkabel mampu memenuhi standar ini maka peralatan tersebut
merupakan peralatan yang “Wi-Fi Complicant”. Peralatan ini mampu
bekerja dan compatible dengan peralatan yang “Wi-Fi Complicant”
juga.
Pengujian kompatibilitas yang serupa tidak ada untuk peralatan
FHSS. Standar untuk peralatan FHSS yang telah ada, yaitu dari 802.11
dan OpenAir. Tetapi belum ada organisasi yang melakukan hal serupa
dalam pengujian kompatibilitas untuk FHSS seperti halnya WECA
untuk DSSS.
Karena ada standar pengujian peralatan pada DSSS, membuat
DSSS lebih popular daripada FHSS. Hal ini meningkatkan permintaan
pada pasar yang mengakibatkan peralatan DSSS mudah ditemukan di
pasaran.
5. Data Rate dan Throughput
Untuk perbandingan, data rate yang dimiliki oleh teknologi
DSSS adalah 11 Mbps sedangkan data rate yang dimiliki oleh teknologi
FHSS adalah 2 Mbps. Walaupun ada beberapa sistem FHSS yang
28
bekerja pada 3 Mbps atau lebih, namun sistem tersebut bukan 802.11
complicant dan mungkin tidak compatible dengan sistem FHSS lainnya.
FHSS dan DSSS memiliki throughput separuh dari data rate, yaitu 5.5
Mbps untuk teknologi DSSS dan 1 Mbps untuk teknologi FHSS.
Transmisi data dengan teknologi nirkabel memiliki delay. Pada
sistem FHSS, delay yang dimiliki lebih lama daripada teknologi DSSS
yang menyebabkan throughput-nya turun. Selain itu ketika teknologi
FHSS sedang dalam proses pergantian frekuensi, maka tidak ada data
yang ditransmisikan.
6. Keamanan
FHSS hanya dibuat oleh beberapa pabrikan saja dan juga
menggunakan standar set untuk hop sequences yang mengikuti aturan
standar dari IEEE dan WLIF. Hal ini memudahkan pemecahan kode
hop sequences. Apalagi nomor channel-nya di-broadcast dengan jelas
pada tiap-tiap beacon. MAC Address yang ditransmisi juga dapat dilihat
pada masing-masing beacon. Ini berarti keamanan data FHSS tidak
seampuh idealnya.
2.10 Infrastruktur Jaringan Nirkabel
2.10.1 Access point
Access point berfungsi seperti hub, untuk client nirkabel. Beberapa
access point mempunyai fungsi yang lebih kompleks seperti DHCP server,
firewall, NAT, proxy server yang sudah terdapat di dalam alat ini. Antena
yang ada dalam alat ini dapat diganti dengan antena luar yang terhubung
29
melalui kabel coaxial. Beberapa perlindungan disediakan oleh access point
ini, diantaranya adalah membatasi akses untuk alamat MAC atau IP
tertentu.
Access point dapat berkomunikasi dengan client jaringan nirkabel,
dengan jaringan kabel dan dengan access point lainnya. Access point dapat
dikonfigurasi ke dalam 3 mode berbeda, yaitu :
1. Mode Root
Mode root digunakan ketika access point terhubung ke jaringan
kabel melalui interface Ethernet yang dimilikinya. Mode root
merupakan default mode yang dimiliki oleh kebanyakan access point.
Ketika dalam mode root, access point dapat berkomunikasi dengan
access point lainnya yang juga terhubung ke dalam satu segmen
jaringan kabel. Komunikasi ini dibutuhkan untuk fungsi roaming
seperti reasosiasi, ketika client bergerak dari 1 access point ke access
point lainnya. Client sebuah access point juga dapat berkomunikasi
dengan client access point lainnya melalui jaringan kabel antar kedua
access point.
2. Mode Repeater
Dalam mode repeater, access point menghubungkan client
jaringan nirkabel ke access point lainnya yang terhubung ke jaringan
kabel. Ketika access point dalam mode repeater, maka port Ethernet
akan dalam keadaan disable. Penggunaan access point dengan mode
repeater tidak disarankan karena cell antar access point root dengan
access point repeater harus saling overlap minimal 50%, sehingga jarak
30
yang dapat dicapai access point ke client menjadi berkurang drastis.
Selain itu, karena access point repeater berkomunikasi dengan access
point root dan client jaringan nirkabel menggunakan media yang sama,
maka throughput yang diberikan akan menurun dan akan terjadi latency
yang besar.
3. Mode Bridge
Dalam mode bridge, access point berfungsi sama seperti
wireless bridge. Wireless Bridge tidak digunakan untuk
menghubungkan client jaringan nirkabel ke jaringan kabel, tetapi
menghubungkan dua buah jaringan kabel secara nirkabel.
2.10.2 Wireless Bridge
Wireless Bridge digunakan ketika ingin menghubungankan dua
buah jaringan kabel melalui media nirkabel.
2.10.3 Peralatan Base Station Jaringan Nirkabel
Dalam beberapa kasus pemasangan jaringan nirkabel, kebutuhan
akan peralatan bervariasi. Secara umum, peralatan yang dibutuhkan untuk
membangun base station :
1. Router
Router adalah perangkat jaringan yang berfungsi untuk
melakukan proses routing antar jaringan yang berbeda network id. Router
dapat berupa sebuah PC biasa atau sebuah device khusus.
31
2. Antena
Antena adalah suatu alat untuk mentransmisikan dan menerima
sinyal dari suatu tempat ke tempat lain.
3. Access point
Access point adalah suatu alat untuk menghubungkan jaringan
kabel dengan jaringan nirkabel.
4. Pigtail
Pigtail adalah sebuah kabel untuk menghubungkan antena dengan
access point. Kualitas kabel sangat menentukan kualitas sinyal yang akan
ditransmisikan dan panjang kabel disarankan sependek mungkin.
5. Application Server
Application Server adalah aplikasi-aplikasi pendukung yang
menyediakan layanan bagi client. Contoh dari application server :
Database server, Web Server, DHCP Server, Proxy Server dan
sebagainya.
2.10.4 Peralatan Client Jaringan Nirkabel
Pada sisi client, peralatan yang dibutuhkan agar dapat terhubung ke
jaringan nirkabel, antara lain :
1. PCMCIA / USB / PCI Wireless Card atau Built-in Wifi Chipset
2. Antena
3. Pigtail (opsional)
32
2.11 Antena
Antena adalah alat yang digunakan untuk mentransmisikan dan/atau
menerima gelombang radio. Medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena
disebuat beam atau lobe. Antena bekerja dengan mengubah gelombang terarah
(guided wave) menjadi gelombang freespace (freespace wave) dan sebaliknya,
dengan tujuan agar gelombang terarah dapat merambat pada freespace dan
gelombang freespace dapat ditangkap oleh antena. Karena fungsinya tersebut,
maka antena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam transmisi nirkabel.
Directivity adalah kemampuan antena untuk memfokuskan energi ke arah
tertentu dibandingkan pada arah yang lain. Pola radiasi antena digambarkan
sebagai kuat relatif dari medan elektromagentik yang dipancarkan oleh antena ke
segala arah pada jarak yang konstan. Bila dilihat dari pola radiasinya, maka antena
dibagi menjadi dua macam, yaitu antena omni-directional dan antena directional.
2.11.1 Antena Omni-directional
Antena omni-directional meradiasikan energi 360 derajat secara
merata berdasarkan porosnya. Antena omni-directional dikenal juga
sebagai antena dipole. Antena dipole meradiasikan energi dalam pola yang
tampak seperti kue donat.
33
Gambar 2.8 Pola Radiasi Antena Omni-Directional
Antena omni-directional dengan gain yang besar memberikan
converage horizontal yang lebih jauh, sedangkan converage secara vertikal
berkurang.
2.11.2 Antena Directional
Antena directional digunakan untuk komunikasi point-to-point
dengan wireless bridge. Semakin besar gain yang dimiliki oleh antena
directional, semakin sempit pula beamwidth-nya.
Gambar 2.9 Pola Radiasi Antena Directional
34
2.11.3 Konsep Antena
1. Polarisasi
Gelombang radio merupakan gelombang elekromagnetik.
Medan listrik sejajar dengan antena, sedangkan medan magnet tegak
lurus terhadap antena. Polarisasi antena dilihat dari polarisasi medan
listrik terhadap bumi, sehingga jika peletakkan antena vertikal, maka
polarisasinya adalah vertikal.
2. Gain Antena
Gain antena diukur dalam satuan dBi (dB isotropic), besar
desibel yang diukur berdasarkan referensi dari radiator isotropis.
Radiator isotropis merupakan sebuah bola yang meradiasikan energi
merata ke seluruh arah pancarannya. Antena memiliki gain pasif, yang
berarti antena tidak meningkatkan energi yang diberikan, tetapi
memfokuskan radiasinya sehingga pancaran dapat lebih jauh.
3. Beamwidth
Beamwidth merupakan lebar fokus pemancaran gelombang
radio oleh antena.
Gambar 2.10 Beamwidth
35
4. Free Space Path Loss
Gelombang radio yang merambat akan kehilangan energi
seiring dengan perambatannya melalui medium. Free space path loss
merupakan loss yang dialami oleh gelombang radio ketika merambat
melalui medium udara.
5. Power Over Ethernet (PoE)
Power Over Ethernet merupakan metode mengirimkan listrik
DC ke access point atau wireless bridge melalui kabel ethernet UTP cat
5.
Gambar 2.11 Power Over Ethernet
2.12 Organisasi dan Standarisasi
2.12.1 IEEE
Institute of Elecrical Engineerings (IEEE) mengembangkan 4
standar utama untuk WLAN, yaitu :
36
1. IEEE 802.11
Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi DSSS dan
FHSS pada frekuensi 2,4 GHz yang beroperasi pada data rate 1 dan 2
Mbps.
2. IEEE 802.11b
Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi DSSS pada
frekuensi 2,4 GHz yang beroperasi pada data rate 1, 2, 5,5 dan 11
Mbps.
2. IEEE 802.11a
Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi OFDM
pada frekuensi 5 GHz yang beroperasi pada data rate 6, 9, 12, 18, 24,
36, 48 dan 54 Mbps.
3. IEEE 802.11g
Standar ini menspesifikasikan penggunaan teknologi OFDM
pada frekuensi 2,4 GHz yang beroperasi pada data rate 6, 9, 12, 18, 24,
36, 48 dan 54 Mbps.
2.12.2 WECA
Wireless Ethernet Compability Alliance (WECA) melakukan uji
interoperabilitas untuk peralatan WLAN 802.11b dan 802.11a. Peralatan
yang lulus uji interoperabilitas WECA berhak menggunakan logo Wi-Fi
yang menyatakan peralatan tersebut dapat beroperasi dengan peralatan lain
yang juga lulus uji interoperabilitas WECA.
37
2.13 Site Survey
Access point memiliki jangkauan yang terbatas. Pada area yang sangat luas;
seperti gudang atau kampus perguruan tinggi; dibutuhkan pemasangan beberapa
access point untuk menjangkau seluruh wilayah tersebut. Pemasangan access point
ditentukan melalui suatu proses yang disebut site survey. Tujuan dari site survey
adalah menjangkau seluruh wilayah akses sehingga client dapat melakukan
koneksi secara mobile, tanpa harus terputus.
Berikut adalah perangkat yang digunakan dalam site survey :
1. Spectrum Analyzer
Spectrum analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya
transmit, sinyal input, keadaan sinyal RF di tempat yang bersangkutan dan
interferensi yang terjadi.
Gambar 2.12 Spectrum Analyzer
2. Strobe Light, Flashlight, Kaca, Binocular atau Telescope yang bermanfaat
untuk mengevaluasi Line of Sight dari tempat-tempat yang akan dipasang
3. Meteran, minimal 10 meter
4. Peta Topografik 1:50.000 atau peta komputer
5. Hand-held GPS dengan fungsi kompas dan Altimeter.
6. Topi dan ban keselamatan
38
7. Tangga
2.14 Permasalahan Jaringan Nirkabel dan Solusinya
2.14.1 Multipath
Beamwidth sinyal radio yang dipancarkan oleh sebuah antena akan
semakin meluas seiring dengan semakin jauh jaraknya. Oleh karena itu,
sinyal radio yang dipancarkan pada suatu saat akan menemukan hambatan
pada jalur propagasinya dan mengalami pemantulan.
Ketika sebuah gelombang radio dipantulkan oleh sebuah objek;
misalnya lempengan logam, air, atap logam; dan bergerak menuju antena
penerima, maka akan terjadi sebuah fenomena yang disebut multipath.
Antena penerima akan menerima sinyal radio hasil komposisi dari sinyal
yang diterima langsung dari antena pemancar dan sinyal radio hasil
pantulan. Sinyal hasil pantulan akan tiba di antena penerima lebih lambat
daripada sinyal langsung. Waktu tunda ini disebut sebagai delay spread.
Gambar 2.13 Multipath
39
Multipath dapat menyebabkan beberapa hal :
1. Downfade
Downfade terjadi ketika sinyal pantulan berbeda fase dengan
sinyal langsung sehingga komposisi kedua sinyal menyebabkan
amplitudo sinyal asli menurun.
2. Corruption
Corruption terjadi ketika sinyal pantulan mengakibatkan
komposisi akhir sinyal yang diterima antena penerima tidak dapat
diidentifikasikan dan harus mentrasmisi ulang sinyal tersebut.
Corruption menyebabkan menurunnya throughput.
3. Nulling
Nulling terjadi ketika sinyal pantulan yang diterima antena
memiliki amplitudo yang sama dengan sinyal langsung dan perbedaan
fase 1800 dengan sinyal langsung, sehingga menyebabkan komposisi
kedua sinyal adalah nol.
4. Upfade
Upfade merupakan fenomena yang berlawanan dengan
fenomena downfade. Pada fenomena upfade, sinyal pantul memperkuat
sinyal akhir yang diterima oleh antena penerima.
Penggunaan antena diversity akan mengurangi efek multipath.
Antena diversity menggunakan beberapa antena untuk membawa sinyal
input ke sebuah penerima. Penerima akan mengambil sinyal dengan
kualitas terbaik dari semua sinyal input yang diberikan.
40
2.14.2 Hidden Node
Jaringan nirkabel menggunakan protocol CSMA/CA dalam
menggunakan medium frekuensi secara bersama. Protocol CSMA/CA
mengharuskan setiap node mendengarkan saluran frekuensi sebelum
melakukan transmisi untuk menghindari terjadinya collision.
Permasalah hidden node muncul ketika sebuah node yang sedang
terhubung ke access point tidak dapat melihat node lain yang juga
terhubung ke access point, sehingga kemungkinan terjadi collision semakin
besar. Efek dari fenomena hidden node adalah menurunnya throughput
sampai dengan 40%.
Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah hidden node, yaitu :
1. Menggunakan RTS/CTS
Request-to-Send/Clear-to-Send (RTS/CTS) tidak menghilangkan
masalah hidden node. Solusi ini hanya mengurangi efek negatif yang
diakibatkan oleh hidden node. Dengan protocol RTS/CTS, sebelum
pengirim diperbolehkan mengirim data, pengirim diharuskan untuk
mengirim paket kecil (RTS) ke penerima dan penerima diharuskan
untuk mengirim CTS.
2. Meningkatkan power node
Dengan meningkatkan power node, masalah hidden node dapat
dipecahkan karena dengan meningkatnya power yang digunakan, maka
kemungkinan hidden node untuk terdeteksi oleh node lain semakin
besar.
41
3. Menghilangkan halangan
Selain meningkatkan power node, terdapat alternatif lain untuk
mengatasi hidden node yaitu dengan menghilangkan halangan. Dengan
menghilangkan halangan, maka power node tidak perlu ditingkatkan.
4. Memindahkan node
Solusi lain untuk hidden node adalah dengan memindahkan
node yang tidak terdeteksi oleh node lain ke tempat lain, sehingga node
tersebut dapat saling mendengarkan.
2.14.3 Near/far
Masalah near/far terjadi ketika ada node yang terletak sangat dekat
dengan access point memiliki power transmisi yang besar sedangkan ada
node lain yang lebih jauh dari access point tetapi memiliki power transmisi
yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan node yang dekat dengan access
point. Hal ini menyebabkan node yang letaknya lebih jauh dari access point
yang memiliki power transmisi yang lebih kecil tidak terdengar oleh access
point.
Protokol CSMA/CA telah mengatasi masalah near/far tanpa perlu
campur tangan administrator jaringan. Ketika sebuah node dapat
mendengarkan node lain sedang melakukan transmisi data, maka node
tersebut akan menghentikan transmisinya, sesuai dengan aturan CSMA/CA.
42
Jika masalah near/far masih muncul, maka dapat dilakukan
beberapa alternatif berikut :
1. Meningkatkan power transmisi node yang lebih jauh.
2. Menurunkan power transmisi node yang dekat dengan access point.
3. Memindahkan node yang lebih jauh menjadi lebih dekat dengan access
point.
2.14.4 Interferensi
Ada beberapa jenis interferensi radio yang dapat muncul selama
pemasangan jaringan nirkabel, diantaranya interferensi narrowband,
interferensi all-band, interferensi akibat pemakaian channel yang sama atau
channel yang bersebelahan dan interferensi akibat cuaca.
1. Interferensi Narrowband
Interferensi narrowband dapat mengganggu transmisi sinyal
radio yang dipancarkan oleh peralatan spread spectrum. Interferensi
narrowband tergantung dari power transmisi, lebar pita frekuensi dan
tingkat konsistensinya. Sinyal narrowband mengganggu sebagian kecil
dari pita frekuensi yang digunakan oleh sinyal spread spectrum. Jika
sinyal narrowband berinterferensi dengan sinyal spread spectrum pada
channel 3, maka dengan memindahkan penggunaan channel spread
spectrum dapat menghilangkan interferensi yang terjadi. Untuk
mengidentifikasikan ada interferensi narrowband, maka diperlukan
spectrum analyzer.
43
2. Interferensi All-Band
Interferensi all-band adalah sinyal yang berinterferensi dengan
sinyal spread spectrum secara merata di seluruh pita frekuensi.
Teknologi seperti bluetooth atau sebuah microwave oven biasanya
menyebabkan interferensi all-band pada sinyal radio 802.11.
Solusi terbaik untuk masalah interferensi all-band adalah
dengan menggunakan teknologi yang penggunaan spektrum
frekuensinya berbeda dengan spektrum sumber interferensi. Jika
penggunaan teknologi 802.11b mengalami interferensi all-band, maka
solusinya adalah dengan menggunakan teknologi 802.11a. Pencarian
sumber interferensi all-band akan lebih sulit dibandingkan dengan
interferensi narrowband.
3. Interferensi Cuaca
Cuaca yang sangat buruk dapat mempengaruhi kinerja jaringan
nirkabel. Cuaca normal seperti hujan, salju, kabut, tidak memiliki
pengaruh besar terhadap kinerja jaringan nirkabel.
Angin tidak mempengaruhi sinyal radio, tetapi mempengaruhi
posisi antena yang dipasang di luar gedung. Perubahan antena dapat
menyebabkan sinyal yang dipancarkan tidak diterima oleh antena
penerima.
Petir dapat mengganggu dalam dua cara. Pertama, petir dapat
menyambar antena atau objek di sekitarnya dan menyebabkan
kerusakan. Kedua, petir dapat mengganggu jalur yang dilewati oleh
44
signal radio. Masalah pertama dapat dicegah dengan menggunakan
lightning arrestor.
4. Interferensi Co-Channel dan Adjacent Channel
Penggunaan channel yang sama (co-channel) maupun
berdekatan (adjacent channel) dapat menyebabkan interferensi, karena
pita frekuensi yang diguakan saling bertumpukan satu sama lain
(overlap). Setiap channel menggunakan lebar pita frekuensi 22 Mhz
sedangkan frekuensi utama setiap channel hanya terpisah 5 Mhz.
Interferensi ini akan menyebabkan throughput berkurang jauh.
Hanya ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
ini, yaitu dengan menggunakan channel yang tidak overlap, atau
dengan memindahkan access point sampai sinyal radio keduanya tidak
saling berinterferensi.
5. Jangkauan
Ketika mempertimbangkan peletakan peralatan jaringan
nirkabel, jangkauan komunikasi harus diperhitungkan. Ada tiga hal
penting yang akan mempengaruhi jangkauan komunikasi, yaitu power
transmisi, jenis dan lokasi antena dan lingkungan.
a. Power Transmisi
Power transmisi yang lebih besar akan memiliki jangkauan
komunikasi yang lebih jauh. Sebaliknya, dengan menurunkan
power transmisi, maka jangkauan komunikasi akan semakin
pendek.
45
b. Jenis dan Lokasi Antena
Penggunaan antena yang memiliki beamwidth lebih kecil
(antena directional) akan memperluas jangkauan sinyal radio,
sedangkan penggunaan antena omni-directional akan
memperpendek jangkauan sinyal radio.
c. Lingkungan
Lingkungan yang penuh dengan noise akan memperpendek
jangkauan sinyal radio. Selain itu, lingkungan yang penuh dengan
noise akan mempersulit jaringan nirkabel untuk membangun link
yang stabil.
2.15 Keamanan Jaringan Nirkabel
Keamanan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam
perancangan dan implementasi suatu jaringan. Ada beberapa solusi yang
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan keamanan pada jaringan nirkabel, yaitu :
1. EAP-MD5 Challenge
Extensible Authentication Protocol Message Digest 5 Challenge
Handshake Authentication Protocol (EAP-MD5 CHAP) adalah metode
otentikasi yang pertama kali dikembangkan. Tipe otentiaksi ini sangat mirip
dengan otentikasi CHAP pada jaringan kabel.
2. LEAP
Lightweight Extensible Authentication Protocol (LEAP) adalah jenis
otentiaksi utama yang digunakan pada access point Cisco. LEAP menggunakan
46
metode WEP untuk melakukan proses enkripsi. Selain itu, LEAP juga bisa
digabungkan dengan metode otentikasi yang lain.
3. VPN
Virtual Private Network (VPN) adalah suatu proses di mana jaringan
umum (public network / Internet) diamankan untuk memfungsikan
sebagaimana private network.
Otentiaksi dan enkripsi merupakan dua teknik yang terdapat dalam
VPN. Teknologi penting lainnya yang biasa digunakan untuk menyesuaikan
otentikasi dan enkripsi adalah tunneling, yang merupakan suatu enkapsulasi
satu paket protokol di dalam paket protokol lain
4. WEP
Wired Equivalent Privacy (WEP) merupakan protokol keamanan, yang
dispesifikasikan dalam standar IEEE Wireless Fidelity (Wi-Fi), 802.11b yang
dirancang untuk menyediakan jaringan nirkabel dengan tingkat keamanan dan
keleluasaan pribadi dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam jaringan
kabel. WEP menggunakan key yang statis untuk melakukan proses otentikasi
antara client dengan access point.
Permasalahan pada WEP adalah metode otentikasi ini sudah bisa
dipecahakan dengan menggunakan aplikasi tertentu. Selain itu, penambahan
key pada WEP membuat data semakin besar yang mengakibatkan lambatnya
pengiriman data.
5. WPA
Wi-Fi Protected Access (WPA) adalah pengenbangan lanjutan dari
WEP. Berbeda dengan WEP, WPA menggunakan key yang dihasilkan secara
47
dinamis sehingga semakin mempersulit client yang tidak berhak untuk
menggunakan fasilitas access point.