bab 2 landasan teori 2.1 konsep trend pada umumnya 2.1.1...

24
7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep Trend Mode Menurut Theories of Fashion Costume and Fashion History dalam Fashion Era (2007), selama berabad – abad setiap individu atau masyarakat telah mengenakan pakaian maupun penghias tubuh lainnya sebagai salah satu sarana komunikasi non – verbal yang menunjukkan profesi, jenis kelamin, status rumah tangga, kelas sosial, maupun tingkat kekayaan. Mode itu adalah suatu bentuk kebebasan untuk mengungkapkan pikiran, isi hati dan juga merupakan bahasa isyarat dan simbol yang secara non verbal mengkomunikasikan tentang suatu individu maupun kelompok. Lalu, mode itu adalah salah satu hal yang membedakan satu individu dengan individu lainnya, karena pakaian, aksesoris dan penghias tubuh lainnya sangatlah mudah untuk diketahui oleh orang lain dalam seketika. Pada mulanya, suatu trend mode harus mendapat respon positif dari masyarakat, kemudian trend mode tersebut dapat mewabah dan ditiru semua orang karena kompetisi yang secara tidak langsung telah dimunculkan oleh mode tersebut. Kemudian, pada akhirnya suatu trend mode akan tergantikan oleh trend yang lebih baru karena trend mode tersebut telah menjadi suatu hal yang terlalu biasa di kalangan masyarakat dan sudah tidak dapat lagi memenuhi posisinya sebagai sesuatu yang unik.

Upload: doanhanh

Post on 08-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

7

Bab 2

Landasan Teori

2.1 Konsep Trend Pada Umumnya

2.1.1 Konsep Trend Mode

Menurut Theories of Fashion Costume and Fashion History dalam Fashion

Era (2007), selama berabad – abad setiap individu atau masyarakat telah

mengenakan pakaian maupun penghias tubuh lainnya sebagai salah satu sarana

komunikasi non – verbal yang menunjukkan profesi, jenis kelamin, status rumah

tangga, kelas sosial, maupun tingkat kekayaan.

Mode itu adalah suatu bentuk kebebasan untuk mengungkapkan pikiran, isi hati dan

juga merupakan bahasa isyarat dan simbol yang secara non – verbal

mengkomunikasikan tentang suatu individu maupun kelompok. Lalu, mode itu adalah

salah satu hal yang membedakan satu individu dengan individu lainnya, karena pakaian,

aksesoris dan penghias tubuh lainnya sangatlah mudah untuk diketahui oleh orang lain

dalam seketika. Pada mulanya, suatu trend mode harus mendapat respon positif dari

masyarakat, kemudian trend mode tersebut dapat mewabah dan ditiru semua orang

karena kompetisi yang secara tidak langsung telah dimunculkan oleh mode tersebut.

Kemudian, pada akhirnya suatu trend mode akan tergantikan oleh trend yang lebih baru

karena trend mode tersebut telah menjadi suatu hal yang terlalu biasa di kalangan

masyarakat dan sudah tidak dapat lagi memenuhi posisinya sebagai sesuatu yang unik.

Page 2: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

8

2.1.2 Proses Perubahan Trend Mode

Sesuai dengan artinya, mode itu akan terus berubah. Mode merupakan hal yang

paling cepat berubah dibandingkan unsur kegiatan lainnya yang dilakukan manusia

seperti bahasa, budaya,dan sebagainya. Karena perubahan yang cepat itulah dapat

memicu unsur negatif bagi manusia, yakni salah satunya dengan mengeluarkan uang

secara berlebihan hanya untuk mengikuti trend yang terus berubah, padahal barang –

barang yang dibeli belum tentu sama sekali berguna. Oleh karena itu, perubahan trend

sangatlah memicu semakin tingginya budaya konsumtif di kalangan masyarakat.

Khususnya bagi generasi muda, mereka sangat senang mengikuti perkembangan trend

sebagai salah satu cara untuk mengalami hal baru dan menarik. Oleh karena itu generasi

mudalah yang seringkali menjadi korban dari trend mode yang sedang berlangsung,

dikarenakan kegemaran mereka dalam mencoba hal – hal baru dan tidak ingin tertinggal

oleh teman – teman sebayanya (Sprigman, 2006:18).

Mode berpakaian telah memberi kesempatan kepada setiap individu untuk

mengekspresikan karakter maupun solidaritas terhadap orang lain selama lebih dari

seribu tahun. Umumnya, orang – orang yang berada di posisi khusus yang dipuja atau

kerap kali dijadikan inspirasi oleh masyarakat sekitarnya seringkali memulai suatu trend

baru bilamana orang – orang tersebut memakai pakaian atau berpenampilan yang baru.

Maka dari itu, gaya berpenampilan tersebut akan segera diikuti oleh masyarakat yang

menjadikan mereka sebagai panutan.

Trend mode tentunya berbeda – beda untuk masing – masing lapisan masyarakat

terutama jika dilihat dari segi usia, jenis kelamin, status sosial, profesi, dan letak

geografis, serta seiring dengan berjalannya waktu. Tentu saja jika seseorang yang

berusia lanjut mengikuti trend remaja, maka ia akan terlihat aneh dan bahkan menjadi

Page 3: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

9

bahan tertawaan bagi banyak orang. Akan tetapi, tentu saja bukan tidak mungkin jika di

dunia ini tidak diketemukan orang – orang semacam itu yang akhirnya dijuluki ‘korban

mode’.

2.2 Konsep Trend Ganguro

2.2.1 Definisi Ganguro

Secara harafiah ganguro memiliki arti muka hitam, dan memang gadis remaja

Jepang yang mengikuti trend ini sengaja menghitamkan kulitnya dengan berjemur di

matahari atau ke salon khusus tanning, dan bisa juga dengan mengenakan make-up

khusus. Para pengikut trend ini rata – rata adalah gadis remaja Jepang yang duduk di

bangku SMU dan kebanyakan dari mereka bukan merupakan pelajar yang teladan

karena para pengikut ganguro menganut gaya hidup yang bebas tanpa terikat apapun.

Meskipun kata ganguro berarti muka hitam, ada juga pengikut ganguro yang

menyatakan bahwa kata ganguro merupakan kependekan dari kata ganganguro yang

artinya amat sangat hitam. Pusat dari trend ganguro adalah daerah Shibuya dan

Ikebukuro di Tokyo (Klippensteen, 2000:5).

Menurut Klippensteen (2000:6) pengikut trend ganguro terbagi atas beberapa

golongan yakni sebagai berikut:

a. Ganguro, yakni mereka yang memperoleh tanning dari salon

b. Gonguro, yakni mereka yang memiliki kulit gelap dengan make-up.

c. Gal Onesan atau kakak gal yang merupakan pengikut ganguro berusia awal 20

tahunan.

d. Otona Gal atau gal dewasa yang penampilan ganguro-nya terlihat lebih matang.

e. Gal Mama, yakni remaja pengikut ganguro yang sudah mempunyai anak.

Page 4: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

10

f. Yamanba, yakni ganguro yang berpenampilan sangat ekstrim lebih – lebih

daripada pengikut ganguro pada umumnya, namun saat ini yamanba yang

terinspirasi dari cerita legenda seorang penyihir yang tinggal di gunung sudah

jarang ditemui. Saat ini penampilan yamanba hanya sering dikenakan untuk

pertunjukkan banci.

Gambar 2.1 Yamanba

Sumber: http://j-walkblog.com (2005).

Definisi yamanba menurut Copeland (2005:21):

Yamanba artinya adalah seorang penyihir yang bermukim di gunung dalam cerita legenda rakyat Jepang. Yamamba memiliki kekuatan gaib yang luar biasa serta seringkali memangsa manusia untuk disantapnya hidup – hidup dan mayoritas dari korbannya adalah laki – laki.

2.2.2 Konsep Gadis Ganguro

Pada awal kemunculan trend ganguro, para gadis remaja Jepang sedikit

menggelapkan kulitnya dan memakai make-up dengan warna – warna terang serta

mengenakan sepatu bersol tebal, namun lama kelamaan penampilan gadis ganguro

semakin berlebihan, yakni sejak musim panas tahun 1998 hingga 1999 warna kulit

mereka semakin gelap dan dandanan yang mereka kenakan semakin menor sehingga

Page 5: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

11

bukan lagi tampak modis di mata orang awam melainkan tampak menggelikan seperti

seorang banci.

Gambar 2.2 Ganguro

Sumber: http://www.ruxp.net (2000).

Rata – rata ciri khas penampilan gadis ganguro adalah kulit digelapkan dan kalau

perlu sampai benar – benar berwarna coklat, tingkat ketebalan make-up mereka dapat

mencapai tingkat nega – make atau make-up bak warna negatif film dan juga disebut

panda – make, saking gelapnya kulit mereka. Untuk memperoleh kulit gelap, mereka

mengunjungi salon khusus tanning atau mengenakan tanning lotion yang dapat bertahan

sampai tiga hari. Bagi mereka yang tidak sanggup membiayai fasilitas tanning, mereka

bahkan sampai memaksakan diri untuk menghitamkan kulitnya dengan spidol coklat

(Kinsella, 2005:143).

Selain kulit hitam, ciri khas penampilan mereka adalah rambut yang diwarnai coklat,

pirang bahkan oranye dan perak, serta dandanan yang sangat menor yakni dengan

mengenakan pemulas mata warna putih di sekeliling mata ditambah dengan warna

pemulas mata warna warni, lalu lipstick putih pun tak luput sebagai pelengkap dandanan

Page 6: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

12

para gadis ganguro supaya kontras dengan warna kulit mereka. Pelengkap dandanan

yang seringkali mereka kenakan yakni bulu mata palsu berwarna – warni, eyeliner tebal,

dan terkadang memasang glitter maupun stiker di bawah mata mereka. Para gadis

ganguro pada umumnya juga tidak bisa hidup tanpa lensa kotak warna – warni yang

semakin menyemarakkan dandanan mereka.

Gaya berpakaian gadis ganguro tentunya tidak kalah provokatif dengan

dandanannya, dan mereka senang memakai warna – warna yang mencolok dan

cenderung memiliki corak yang bertabrakan. Ciri khas ganguro adalah sepatu bersol

sangat tebal hingga ada yang ketebalannya mencapai dua belas inci dan juga memakai

aksesoris seperti gelang, anting dan kalung yang beraneka ragam dan menumpuk.

Mereka juga sangat menyenangi hiasan bunga sepatu dan di kepala mereka dan juga

motif bunga sepatu pada pakaian sehingga tampak seperti gadis – gadis musim panas di

California. Pakaian yang dikenakannya juga selalu ketat dan minim, seperti rok yang

sangat mini dan hotpants. Mereka juga memiliki istilah – istilah sendiri untuk

mengekspresikan sesuatu dan kebanyakan dari istilah tersebut tidak memiliki arti dan

hanya dipakai di kalangan ganguro, misalnya あがったとめってっご , おっはー

(kependekan dari kata おはよー yang artinya ‘selamat pagi’), ごっつんこっ (ekspresi

penekanan ketika menabrak atau membentur sesuatu), うんばボー, うんこさみいよ

(Suzuki, 2000:166).

Page 7: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

13

Gambar 2.3 Para Para

Sumber: Japanese Schoolgirl Inferno (2007).

Salah satu hal yang tidak mungkin luput dari daftar kegemaran para gadis ganguro

adalah menari para para. Pada dasarnya arti kata para para adalah berserakan yang

hubungannya dengan tarian tersebut adalah serangkaian gerakan tangan yang mengikuti

irama musik electro. Sedangkan kakinya hanya digerakkan ke samping, depan dan

belakang sembari mengiringi irama musik. Gerakan tangan tersebut sangatlah bervariasi

dan terkadang cukup rumit, sehingga bagi para gadis ganguro tidak ada hal yang lebih

memalukan daripada gerakan tangan yang salah atau tidak sesuai irama musik

(Klippensteen, 2000:40). Oleh karena itu tidak sedikit gadis ganguro yang

menghabiskan kurang lebih 3800 yen untuk membeli seperangkat video para para agar

sewaktu mereka menari di klub malam, mereka akan merasa lebih percaya diri.

Sedangkan gadis ganguro yang tidak mengikuti maupun menekuni trend para para,

pada umumnya akan merasa rendah diri dan cenderung direndahkan oleh teman – teman

ganguro – nya.

Berfoto juga merupakan salah satu aktivitas sehari – hari yang sangat digemari oleh

para gadis ganguro dan juga remaja putri Jepang pada umumnya, karena teknologi

Page 8: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

14

dalam mengambil foto semakin lama semakin maju seiring dengan munculnya kamera

digital, handphone berkamera, kamera polaroid dan juga kamera sekali pakai. Satu hal

dalam berfoto yang sangat mendarah daging di kalangan remaja putri Jepang, khususnya

para kogyaru dan ganguro yakni budaya purikura yang artinya foto berupa stiker yang

dapat dibuat di mesin purikura dan awalnya mesin tersebut dinamakan Print Club.

Hampir di setiap pusat perbelanjaan, stasiun, dan game center pun terdapat mesin

purikura dan banyak remaja putri yang berbondong – bondong berfoto di sana. Remaja

putri sangat menyukai purikura karena setelah berfoto, mereka dapat menambahkan

berbagai macam gambar dan hiasan serta tulisan sesuka hati sehingga foto mereka

tampak lebih lucu dan menarik. Kemudian, mereka akan mengumpulkan foto – foto

purikura dan memasukkannya ke dalam album khusus. Tak lama setelah demam

purikura melanda, banyak di antara mereka yang memiliki pasangan juga sering berfoto

berdua dan foto bersama pasangan tersebut dijuluki rabupuri atau love print club.

Selain berfoto dan menari di klub malam, satu hal yang tidak hanya gadis ganguro

yang menggemari namun hampir seluruh kaum wanita di dunia ini menggemarinya yaitu

berbelanja, dan satu tempat di mana para gadis ganguro atau kogyaru selalu menemukan

barang yang dibutuhkannya yaitu di Shibuya 109 yang tentunya terletak di Shibuya,

daerah berkumpulnya gadis ganguro.

Pendapat Klippensteen (2000:132) mengenai kebiasaan belanja gadis ganguro:

Shibuya 109 merupakan suatu gedung pusat perbelanjaan yang sangat digemari oleh para remaja putri Jepang karena di dalamnya banyak terdapat merek – merek pakaian yang sesuai dengan selera mereka. Bagi pengikut trend ganguro, merek Egoist, Alba Rosa, Cecil Mcbee, Pinky Girls, Sneep Deep, maupun Love Pets merupakan beberapa di antara sekian banyak merek – merek kenamaan yang sangat diminati oleh para gadis ganguro karena menjual berbagai macam pakaian, sepatu dan aksesoris mencolok yang mendukung penampilan gadis ganguro.

Page 9: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

15

2.3 Konsep Psikologis Remaja Putri Terhadap Trend

2.3.2 Tanggapan Remaja Putri Terhadap Trend Menurut Teori Psikologis

Penampilan merupakan hal yang sangat penting di kalangan remaja putri dan semua

pertanyaan tentang bagaimana caranya berpenampilan maksimal, telah muncul sejak

duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan terkadang mereka memiliki

pandangan bahwa penampilan luar seseorang mendominasi kualitas keseluruhan orang

tersebut. Penampilan seorang remaja putri juga dianggap lebih penting jika mereka

berada di dalam lingkungan sosial maupun sekolah dibandingkan jika mereka berada di

dalam suasana liburan dan istilah liburan tersebut memiliki maksud secara psikologis

(Daters,1990).

Kaum remaja putri juga memiliki kecenderungan untuk tidak bergantung pada orang

tuanya dan merasa bahwa mereka telah menjadi manusia yang lebih mandiri, oleh

karena itu mereka sendirilah yang memilih pakaian apa yang akan mereka kenakan dan

pakaian apa saja yang akhirnya akan bermukin di dalam lemari baju mereka. Mereka

tidak perlu lagi meminta bantuan orang tua dalam memilihkan pakaian, namun

terkadang mereka masih bergantung pada orang tua dalam hal keuangan untuk membeli

pakaian tersebut. Kaum remaja putri khususnya, juga beranggapan bahwa pakaian yang

modis atau mengikuti trend dapat membantu mereka menghadapi lingkungan sosial dan

segala perubahannya (Holdorf, 2005).

Pendapat Holdorf (2005) mengenai pengikut trend mode:

Biasanya kaum wanita berusia kurang dari 25 tahun cenderung untuk lebih mengikuti trend mode terkini. Oleh karena itu,kebanyakan dari merek – merek busana memproduksi koleksi pakaian yang dititikberatkan bagi kaum wanita berusia di bawah 25 tahun.

Page 10: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

16

2.3.3 Latar Belakang Psikologis Remaja Putri Mengikuti Trend

Menurut artikel Clothes Power dalam Psychology Today (1997) pakaian itu adalah

sesuatu yang membuat kita merasa aman, nyaman, dan penting. Kemudian, bukan hanya

itu tetapi juga dapat membantu kita untuk lebih terlihat unik dan tak terlupakan. Kaum

remaja putri yang tumbuh menjadi lebih dewasa, mereka mencoba untuk memperoleh

identitas diri mereka masing – masing dan pengaruh orang tua pun semakin berkurang

terhadap kehidupan mereka, dan teman – teman sebaya serta media massa akan memiliki

pengaruh yang lebih besar terhadap mereka.

Menurut Holdorf (2005:3) pakaian merupakan suatu elemen yang mengandung

makna sosial dan dapat menjadi salah satu cara menunjukkan bahwa seorang remaja

memiliki kekompakan dengan teman – temannya. Seiring dengan masuknya seseorang

ke dalam usia remaja, maka dia akan merasa ingin memberontak dan melawan orang

tuanya untuk membuktikan bahwa dia bukan anak kecil lagi. Dan pakaian yang

dikenakan merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Pendapat Daters (1990) mengenai pentingnya trend mode bagi kaum remaja:

Suatu pakaian atau trend mode juga dapat menjadi sarana bagi seorang remaja untuk dapat lebih diterima oleh teman – teman sebayanya dan seseorang yang pakaiannya tidak sesuai dengan trend atau tidak sejalan dengan pakaian yang sedang trend dikenakan oleh teman – temannya, maka tidak akan dianggap mampu untuk bersosialisasi. Seorang remaja juga memiliki suatu kebutuhan untuk memiliki suatu kelompok teman dekat tersendiri dan mengenakan pakaian yang sesuai sebagai salah satu bentuk mengekspresikan dirinya.

Manusia semasa tenggang usia remaja, khususnya remaja putri memiliki

kecenderungan untuk berusaha mencari tahu siapakah diri mereka yang sesungguhnya,

lalu di waktu yang sama mereka itu sangatlah kritis dan memiliki kepastian mengenai

siapa saja yang akan mereka pilih untuk dijadikan teman. Oleh karena itu, sangatlah

Page 11: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

17

penting bagi mereka untuk berpenampilan sedemikian rupa agar dapat berteman dengan

orang – orang tertentu yang mereka senangi. Suatu jenis pakaian atau trend mode

seringkali dianggap sebagai salah satu sarana komunikasi diri sendiri dan juga salah satu

ekspresi diri dan pembuktian diri terhadap orang lain (Holdorf, 2005:12).

Menurut Teen Market Profile dalam Magazine Publishers of America (2003) kaum

remaja itu lebih cenderung untuk mengikuti trend mode yang sedang berlangsung karena

sebab – sebab berikut ini:

a. Kaum remaja itu merupakan kaum yang realistik dan optimis dengan rasa

individual yang tinggi, namun tidak senang didominasi oleh generasi

sebelumnya.

b. Suka memegang kendali atas hidupnya dan sangat menggemari hal – hal yang

dianggap menarik bagi mereka.

c. Selalu berharap bahwa mereka dapat menjadi pusat perhatian.

Kemudian, semenjak semakin maraknya budaya Barat yang masuk ke Jepang, para

remaja putri di Jepang juga semakin menjauh dari penampilan yang konservatif dan

tradisional karena budaya Barat menunjukkan keterbukaan dan kebebasan dalam

menunjukkan jati diri masing – masing individu, oleh karena itu remaja putri Jepang

yang tentunya sedang mengalami pencarian jati diri akan dengan mudah terpengaruh

oleh apa saja yang bagi mereka menarik atau populer (Macias, 2007:15).

2.3.4 Dampak Psikologis Munculnya Trend Terhadap Remaja Putri

Timbul tenggelamnya suatu trend tentunya membawa dampak – dampak psikologis

terhadap kaum remaja, khususnya remaja putri yang memiliki kecenderungan untuk

mengikuti trend mode. Kebanyakan dari dampak – dampak tersebut cenderung bersifat

negatif dan dapat merusak mental kaum remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan

Page 12: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

18

baik fisik maupun pertumbuhan psikologis. Menurut Shields (2001) salah satu dampak

buruk yang dapat menimpa kaum remaja putri jika mereka terlalu terpaku pada

perputaran trend adalah mereka akan menjadi manusia yang konsumtif dan materialistis,

karena banyak trend masa kini yang mengacu pada hal – hal yang berbau kepopuleran

dan berharga mahal.

Oleh karena itu, kaum remaja menjadi lebih fanatik akan semua trend yang populer,

apalagi yang harganya cenderung di atas rata – rata. Hal demikianlah yang menjadikan

mereka manusia yang materialistis. Mereka menganggap bahwa memiliki barang yang

sedang populer atau mengikuti trend mode terkini dapat meningkatkan kualitas hidup

dan lebih membahagiakan mereka. Banyak kaum remaja putri yang berpandangan

bahwa benda – benda atau pakaian terkini merupakan sarana untuk dapat mengakrabkan

diri dengan teman – temannya yang populer di sekolah dan agar mereka dapat diterima

oleh teman – teman sebayanya (Shields, 2001).

Perilaku materialistis dapat menjadi suatu masalah besar di kalangan remaja masa

kini, namun itu semua tergantung bagaimana seseorang memandang perilaku demikian.

Banyak juga kaum remaja yang tidak peduli meskipun mereka tidak memiliki pakaian

atau benda – benda mahal, namun mereka lebih mementingkan apakah benda atau

pakaian tersebut sesuai dengan trend yang sedang berlangsung.

Menurut Kessel (2001), seseorang yang memiliki benda atau pakaian mahal hanya

karena mereka memang menyenanginya dan tidak mempergunakannya demi mencapai

kebahagian hidup, maka perilaku tersebut masih dapat diterima, namun apabila mereka

sengaja membeli benda atau pakaian tertentu hanya karena ingin dianggap terpandang

atau diterima oleh kaum sebayanya, maka perilaku tersebut tidak dapat diterima. Salah

satu aspek yang menimbulkan sifat materialistis adalah bahwa kaum remaja masa kini

Page 13: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

19

tumbuh di dalam lingkungan yang serba mengidolakan hal – hal berbau materi, dan juga

keinginan untuk diterima di kalangan teman – teman sebayanya.

Jika seorang remaja putri selalu mengenakan pakaian yang sedang trend, maka

remaja putri tersebut cenderung akan memiliki lebih banyak teman dan lebih populer di

kalangan teman sebayanya. Perempuan yang sedang memasuki usia remaja juga

seringkali merasa bahwa dengan memiliki materi tertentu maka mereka akan

memperoleh kepuasan tersendiri dan juga meningkatkan rasa percaya diri dan

penghargaan terhadap diri sendiri, akan tetapi kaum remaja yang tidak mengikuti trend

atau tidak memiliki cukup uang untuk membeli benda – benda yang mahal, umumnya

akan merasa terkucilkan (Melo, 2001).

Menurut Bernstein (2001), kaum remaja putri yang terlalu mengandalkan hidup pada

trend juga akan berakibat buruk pada perkembangan mental mereka, yakni akan

mengakibatkan keinginan yang berlebihan untuk selalu meniru orang lain dan

ketidakmampuan untuk menunjukkan selera maupun jalan pikiran diri sendiri. Bahkan

dengan terlalu mengikuti suatu trend, maka seseorang akan cenderung untuk tidak

mempedulikan kepentingan diri sendiri dan akan menimbulkan perilaku yang

menentang.

Menurut Bernstein (2001), trend itu selalu ada selama kaum remaja ada di dunia ini,

dan karena usia remaja merupakan usia dimana seseorang selalu ingin memberontak dan

tidak pernah puas dengan keadaan dirinya maka kaum remaja selalu mencari kepuasan

batin dengan cara membantah orang tuanya dan menikmati reaksi kemarahan orang

tuanya. Apalagi jika sikap memberontak itu diketahui oleh teman – teman kelompoknya,

maka remaja tersebut akan merasa lebih bangga. Akan tetapi, setiap trend itu tidak akan

bertahan selamanya dan tentu saja tidak semua kaum remaja mau terperangkap dalam

Page 14: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

20

pengaruh trend. Pada kenyataannya, semakin mereka memiliki sikap mandiri dan

percaya diri, maka mereka akan semakin sulit untuk dipengaruhi oleh pergerakan trend.

2.4 Teori Kelompok

2.4.1 Konsep Groupisme

Groupisme merupakan suatu hal yang sering ditemukan pada remaja Jepang dan

remaja Jepang seringkali memang terlihat berkelompok dan jarang terlihat sendirian.

Individualisme yang sering nampak pada remaja di Amerika jarang terlihat di kalangan

remaja Jepang (Ortiz, 1997:2).

Kemudian menurut Tobin, Wu dan Davidson (1989) groupisme itu mendukung masa

transisi seorang anak mulai dari kehidupannya di lingkungan keluarga sampai kepada

lingkungan yang lebih rumit seperti sekolah dan masyarakat dengan cara menawarkan

suatu interaksi emosional antar murid dan juga interaksi murid terhadap gurunya, serta

untuk meresmikan suatu hubungan orientasi berkelompok, bukan orientasi invididual.

Dalam masyarakat Jepang kontemporer, kaum muda Jepang mempelajarai hubungan

keluarga di rumah dan hubungan berkelompok di sekolah, lalu peran sekolah adalah

untuk mengubah seorang anak yang tadinya belum mandiri dan juga egois menjadi

kaum muda yang lebih suka berkelompok dan siap untuk berfungsi di dalam kehidupan

berkelompok dan masyarakat (Tobin,1989:70).

Bagi remaja Jepang, kelompoknya tersebut seringkali dijadikan wadah untuk

mencurahkan seluruh isi hati dan tempat untuk memperoleh identitas. Oleh karena itu

remaja Jepang mendambakan teman kelompok yang periang, humoris, setia, ramah,

pintar, adil, dan bertanggung jawab (Kumagai, 1996:78). Kaum remaja Jepang selalu

menemukan kepuasan batin bila sedang bersama dengan teman – temannya, oleh karena

Page 15: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

21

itu remaja Jepang rata – rata memiliki kelompok sahabat dekat yang cukup besar

sehingga kehidupan sehari – harinya jadi lebih menyenangkan. Seorang remaja tentunya

sangat takut bila dikucilkan oleh teman – teman kelompoknya, oleh karena itu dia

menjadi sangat intim dan terikat dengan teman – teman kelompoknya.

Menurut Mighwar (2006:42) mengenai kelompok remaja adalah sebagai berikut:

Sahabat karib merupakan kelompok masa remaja yang memiliki ikatan persahabatan yang sangat kuat dan biasanya beranggotakan 2 – 3 remaja dengan jenis kelamin dan minat yang sama. Sedangkan komplotan sahabat biasanya terdiri dari 4 – 5 remaja yang timbul dari penyatuan dua pasang sahabat karib saat tahun – tahun pertama masa remaja awal. Komplotan sahabat ini seringkali melakukan berbagai aktivitas bersama – sama yang cenderung menghabiskan waktu, sehingga sering terjadi konflik dengan orang tua masing – masing. Kemudian, kelompok banyak remaja merupakan sekumpulan banyak remaja dari berbagai jenis kelamin, kemampuan dan minat. Karena besarnya kelompok ini, jarak emosi antar anggota agak renggang, namun mereka tetap memiliki kesamaan yaitu rasa takut diabaikan oleh anggota kelompoknya. Kelompok yang lebih besar lagi yaitu kelompok yang terorganisasi dan geng. Kelompok yang terorganisasi, terdiri dari para remaja, baik yang telah memiliki sahabat dalam kelompok terdahulu maupun belum mempunyai kelompok. Kelompok ini sengaja dibentuk oleh orang dewasa melalui lembaga – lembaga khusus, seperti sekolah dan lembaga keagamaan karena kesadaran orang dewasa akan perlunya para remaja untuk membentuk penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan berperan serta dalam suatu kelompok. Sedangkan geng, biasanya terdiri dari remaja dengan berbagai jenis kelamin atau berjenis kelamin sama. Kelompok ini terbentuk dengan sendirinya dan seringkali merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok sebelumnya. Remaja yang tergabung dalam kelompok ini biasanya adalah remaja yang telah diusir dari kelompok terdahulunya dan bertemu dengan remaja lain yang memiliki nasib serupa, kemudian membentuk suatu kelompok baru yang seringkali berperilaku negatif, seperti mengganggu kelompok lain untuk balas dendam.

2.4.2 Pengaruh Kelompok Terhadap Kehidupan Remaja

Pada dasarnya, sikap remaja yang terlihat menonjol pada awalnya adalah sikap

sosialnya, terutama terhadap teman – teman sebayanya yang memiliki minat dan

perilaku yang serupa sehingga mereka membentuk suatu kelompok sahabat. Bagi

remaja, sikap setia kawan terhadap sesama teman di kelompoknya merupakan suatu hal

Page 16: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

22

yang sangat penting dan tidak boleh dilanggar kecuali jika terpaksa. Seorang remaja

selalu berusaha bersikap sesuai dengan norma – norma kelompoknya (Mighwar,

2006:111). Sikap setia kawan itu selalu berusaha dipertahankan meskipun seorang

remaja dapat menghadapi konflik dengan orang tua maupun dengan guru.

Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja

belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan keluarganya. Lingkungan teman

sebaya merupakan suatu kelompok yang memiliki ciri, norma maupun kebiasaan yang

berbeda jauh dengan apa yang biasa dilakukan di dalam lingkungan keluarganya. Di

tengah teman sebaya, remaja dituntut untuk memiliki kemampuan pertama dan baru

dalam menyesuaikan diri dan bisa menjadi landasan untuk menjalin interaksi sosial yang

lebih luas pada masa selanjutnya.

Luasnya pergaulan antar teman sebaya menjadi suatu wadah penyesuaian diri dan

kemudian berkembang menjadi kelompok yang lebih besar yang biasanya memiliki

seorang pemimpin dan unsur kepemimpinan merupakan proses pembentukan,

pemilihan, dan penyesuaian pribadi dan sosial. Pengaruh teman – teman sebaya terhadap

sikap, perilaku, penampilan, gaya bicara dan kebiasaan seorang remaja lebih besar

daripada pengaruh keluarganya. Karena remaja lebih banyak menghabiskan waktu

bersama teman – teman kelompoknya dibandingkan keluarganya, oleh karena itu agar

tidak dijauhi teman – temannya maka mau tidak mau seorang remaja akan mengikuti

gaya penampilan, tingkah laku maupun minat teman – teman kelompoknya.

Dalam kelompok teman sebaya, seorang remaja merumuskan dan memperbaiki

konsep dirinya , karena dia dinilai oleh orang yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak

dapat memaksakan sanksi – sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindarinya. Dengan

demikian, dalam masyarakat sebaya, remaja memperoleh dukungan untuk

Page 17: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

23

memperjuangkan emansipasi dan menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak

sebagai pemimpin bila mampu melakukannya. Di kalangan teman – teman

sekelompoknya, terbentuklah jalinan norma, nilai dan simbol tersendiri yang kuat yang

berbeda dengan apa yang dihadapinya di rumah mereka. Tak jarang suatu kelompok

sahabat menyepakati serangkaian peraturan, dan norma – norma kelompoknya serta

menciptakan kode bahasa rahasia yang tidak dimengerti oleh siapapun selain anggota

kelompok tersebut. Karena pengaruh suatu kelompok terhadap segala tindak tanduk

seorang remaja sangatlah besar, oleh karena itu beruntunglah jika dia masuk ke dalam

kelompok yang positif dan berbudi pekerti baik, dan tentunya akan membuat orang tua

lebih tenang.

Menurut Mighwar (2006:108) mengenai pandangan kaum remaja terhadap tinggi

rendahnya status mereka yakni sebagai berikut:

Tinggi rendahnya status seseorang, yang menjadi ukuran prestisenya, biasanya digambarkan dengan hal – hal yang bersifat simbolik dan bagi remaja, hal – hal yang bersifat simbolik itu menunjukkan status sosial ekonomi yang lebih tinggi daripada teman – teman lain dalam kelompok, dan bahwa dia bergabung dengan kelompok dan merupakan anggota yang diterima kelompok karena penampilan atau perbuatan yang sama dengan anggota kelompok lainnya. Remaja merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma – norma kelompok sebaya ketimbang norma – norma orang dewasa atau lembaga, karena mereka ingin dianggap dewasa, bukan anak – anak lagi.

2.5 Konsep Remaja Jepang Masa Kini

2.5.1 Psikologi Perilaku Remaja Pada Umumnya

Menurut Setiono (2002) masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan

manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.

Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi resmi

Page 18: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

24

sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang

dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan

sebelum usia 11 tahun namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan

sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Dalam perkembangannya seringkali

mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi

di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai

berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi

pembentukan nilai diri mereka. Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai

membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang

berkenaan dengan lingkungan mereka. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran

yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa

bantahan. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan

membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan

kepadanya. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama

jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral pada remaja berkembang karena mereka

mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai

dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu

mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang

baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja

terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Konflik nilai

dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak

Page 19: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

25

menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-

nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat

besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis,

apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana

hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Pernyataan Csikszentmihalyi dan Larson (1984)

mengenai perubahan mood (suasana hati) remaja adalah:

Remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood swing yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan

yang dramatis dalam kesadaran diri mereka . Mereka sangat rentan terhadap pendapat

orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu

mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka

sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra

yang ditampilkan. Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan

bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada

saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri

dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja

bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak

berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk

menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.

Page 20: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

26

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali

mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Remaja yang diberi

kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi

orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-

jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan

sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Bimbingan orang yang lebih

tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu

sebagai “seseorang yang baru”. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan

oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga

akan menjadi sangat penting bagi remaja.

Pendapat Setiono (2002) mengenai pembentukan jati diri pada kaum remaja adalah

sebagai berikut:

Salah satu topik yang paling sering dipertanyakan oleh individu pada masa remaja adalah masalah "Siapakah Saya?" Pertanyaan itu sah dan normal adanya karena pada masa ini kesadaran diri mereka sudah mulai berkembang dan mengalami banyak sekali perubahan. Remaja mulai merasakan bahwa mereka bisa berbeda dengan orangtuanya dan memang ada remaja yang ingin mencoba berbeda. Inipun hal yang normal karena remaja dihadapkan pada banyak pilihan. Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan ingin selalu mencoba – baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan. Tujuannya hanyalah ingin menemukan jati-diri atau identitasnya sendiri. Banyak orangtua khawatir jika “percobaan peran” ini menjadi berbahaya. Dalam proses “percobaan peran” biasanya orangtua tidak dilibatkan, kebanyakan karena remaja takut jika orangtua mereka tidak menyetujui, tidak menyenangi, atau malah menjadi sangat kuatir. Sebaliknya, orangtua menjadi kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba tidak lagi memiliki kontrol terhadap anak remaja mereka. Pada saat inilah, kehilangan komunikasi antara remaja dan orangtuanya mulai terlihat. Orangtua dan remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda sehingga salah paham sangat mungkin terjadi.

Page 21: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

27

2.5.2 Konsep Psikologis dan Budaya Masyarakat Jepang Masa Kini

Semenjak mulainya Restorasi Meiji, dimulailah perdagangan bebas di Jepang, dan

kehidupan yang lebih moderen pun mulai bermunculan sehingga budaya Jepang menjadi

lebih berkembang dan semakin unik. Budaya Barat lambat laun merasuki budaya Jepang

dan hal itu mungkin saja dikarenakan rasa ingin tahu dan ketertarikan orang Barat yang

sangat tinggi terhadap budaya Jepang (Matsumoto, 2002:3).

Pendapat Hearn (1894) mengenai masyarakat Jepang yakni:

Masyarakat Jepang itu sederhana, tertutup, dan pada saat mereka menghadapi bahaya, ancaman, kesedihan, maupun masalah lain yang mengecewakan, tetap saja mampu mempertahankan harga diri mereka dan tersenyum.

Menurut Nitobe (1969), unsur bushido juga amat sangat berpengaruh dalam

pembentukan karakter masyarakat Jepang yang dimana bushido ini memiliki beberapa

aspek yaitu keadilan, keberanian, kebajikan, kesopanan, kejujuran, ketulusan, harga diri,

kesetiaan, dan juga pengendalian diri.

Benedict (1946) juga berpendapat bahwa masyarakat Jepang merupakan masyarakat

yang sarat akan “budaya malu”, karena kebanyakan dari mereka sering termotivasi oleh

rasa takut dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya. Kecenderungan sikap ini mengacu

pada nampak jelasnya bahwa masyarakat Jepang hidup dengan rutinitas yang

berorientasi pada kehidupan berkelompok.

Pendapat Nakane (1970) mengenai kehidupan berkelompok masyarakat Jepang:

Kekuatan dan pengaruh kelompok tidak hanya mempengaruhi maupun merasuki perilaku suatu individu; hal itu bahkan mengubah kreativitas dan juga cara berpikirnya. Ada yang merasa bahwa hal ini berbahaya dan pelanggaran terhadap harga diri. Sebaliknya, ada juga yang merasa lebih aman dalam kehidupan berkelompok.

Page 22: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

28

2.5.2 Tabiat Remaja Jepang yang Kekanak – kanakan

Kumagai (1996:73) menyatakan bahwa pada umumnya generasi Jepang yang lahir

sesudah tahun 1960 – an memiliki karakteristik dan tabiat yang kurang lebih mirip,

karena sesudah tahun tersebut penduduk Jepang sudah tidak lagi merasakan bencana

kemiskinan maupun kelaparan dikarenakan perekonomiannya yang sudah jauh lebih

baik, maka banyak generasi muda Jepang yang memiliki sifat emosional, banyak tingkah

dan kurang menanggapi segala sesuatu secara serius serta kurang mempedulikan hal –

hal yang tidak menarik atau menyenangkan bagi mereka.

Kaum remaja Jepang juga merupakan kaum yang amat sangat tergantung pada

kehidupan berkelompok dan sangat mudah terpengaruh oleh teman – temannya, oleh

karena itu seringkali mereka terjerat oleh hal – hal yang kurang terpuji karena mereka

sudah terlanjur masuk dalam kelompok yang kurang baik. Kaum remaja di Jepang juga

tidak berbeda jauh dengan kaum remaja di negara lainnya dalam hal sifat kekanak –

kanakan, kurang berkomitmen atau termotivasi dalam melakukan hal – hal tertentu,

terutama dalam hal pelajaran.

Seperti kaum remaja pada umumnya, tentunya remaja Jepang juga terkadang

merasakan ketidak inginan untuk beranjak dewasa. Hal itu seringkali disebabkan oleh

terlalu banyaknya tuntutan dan tekanan yang dirasakan yang berasal dari segala penjuru,

termasuk orang tua, guru dan anggota keluarga lainnya yang sudah lebih dewasa dan

tentunya tuntutan tersebut bisa berupa semakin besarnya tanggung jawab yang harus

dihadapi seiring dengan bertambahnya usia dan kelak cepat atau lambat, mereka tidak

akan bisa merasakan kebebasan sebesar waktu mereka masih remaja.

Page 23: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

29

2.5.3 Sifat Remaja Jepang yang Kurang Bermoral

Kaum remaja Jepang masa kini cenderung kurang memperhatikan tata krama dan

norma moral di kalangan masyarakat. Hal tersebut terjadi seiring dengan semakin

moderennya gaya hidup yang sarat akan kebebasan dalam bertingkah laku sehingga

membuat kaum remaja Jepang seringkali lupa akan posisi mereka sebagai orang yang

belum dewasa dan harus menyadari bahwa di atas mereka ada lapisan masyarakat yang

lebih senior dan harus dihormati serta disegani.

Sifat – sifat kaum remaja Jepang masa kini yang sangat kurang adalah tata krama

yang baik, rasa tanggung jawab, toleransi, kesadaran akan masyarakat umum serta

ekonomi, dan juga ketekunan (Matsumoto, 2002:110).

2.5.4 Misi Remaja Jepang Dalam Menunjukkan Jati Diri

Menurut Kumagai (1996:74) kepribadian remaja Jepang masa kini yang ekspresif

dapat dilihat dengan kegemaran mereka tampil menari – nari mengikuti lagu yang

diputar di radio di depan umum, di jalan raya dan tampil sebagai sebuah band musik,

terutama di daerah yang ramai dengan kaum remaja misalnya Shibuya dan Harajuku di

Tokyo. Kegiatan tersebut adalah salah satu cara bagi kaum remaja Jepang untuk

mengekspresikan emosi dan kepribadian mereka masing – masing. Remaja Jepang yang

hidupnya tak menentu dan hanya memikirkan dirinya sendiri ini pada dasarnya sibuk

bergulat dengan kemelut kehidupan di Jepang yang tersohor sebagai negara yang kaya

akan budaya, adat istiadat, dan norma kesopanan. Generasi muda Jepang yang berbeda

cukup jauh dengan generasi sebelumnya dalam segi pandangan hidup tentunya akan

mengalami kesulitan untuk menuai sanjungan dan kesan baik dari generasi yang lebih

tua, khususnya yang sangat memandang adat istiadat asli Jepang sebagai panutan hidup.

Page 24: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-3-00261-JP Bab 2.pdf · 7 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Trend Pada Umumnya 2.1.1 Konsep

30

Seperti contohnya, para kelompok remaja yang berkumpul di Shibuya dan Harajuku

mayoritas memiliki penampilan yang unik dan sangat menarik perhatian. Setiap

kelompok memiliki minat dan cita rasa masing – masing yang menjadikan remaja

Jepang sebagai remaja yang unik dan sering berlebihan dalam mengekspresikan dirinya.

2.5.5 Masalah Remaja di Lingkungan Sekolah

Menurut Kumagai (1996:78) meskipun kaum remaja Jepang menyita sebagian besar

hidupnya untuk bersekolah dan menuntut ilmu, namun banyak di antara mereka yang

sesungguhnya tidak menyukai kehidupan di sekolah yang penuh dengan peraturan dan

mengharuskan mereka untuk belajar serta membatasi ruang gerak mereka. Mereka juga

merasakan kesulitan untuk memiliki hubungan yang akrab selayaknya sahabat dengan

guru – guru di sekolah apalagi menceritakan masalah – masalah pribadinya. Sebagian

besar dari mereka lebih cenderung untuk sekedar berbasa basi dan bersikap formal

terhadap guru – guru mereka. Sedangkan menurut Yoneyama (1999:67) bukan berarti

mereka tidak ingin memiliki hubungan yang akrab dengan guru – guru mereka. Namun,

pada kenyataanya kebanyakan guru – guru sekolah di Jepang jarang mau mendengarkan

masukan maupun pendapat dari muridnya. Padahal, mereka merasa bahwa dengan

dihargainya pendapat mereka, maka hubungan mereka dengan guru – guru pun akan

semakin hangat. Banyak juga murid – murid yang menganggap bahwa guru mereka

tidak peduli apabila muridnya tidak mengerti pelajaran yang diterangkannya, padahal

tidak semua guru berperilaku demikian.

Pada umumnya, satu dari sepuluh pelajar selalu menikmati pelajaran yang sedang

berlangsung, sementara sepertiga di antaranya sama sekali tidak tertarik dengan apa

yang sedang dipelajari dan terkadang menganggap pelajaran tersebut tidak berguna dan

hanya membuang waktu saja.