bab 2. kerangka dasar teoritik 2.1. karakteristik ... · pdf file2.1. karakteristik masyarakat...

75
BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan Karakteristik masyarakat nelayan berbeda dengan karakteristik masyarakat petani karena perbedaan sumberdaya yang dimilki. Masyarakat petani (agraris) menghadapi sumberdaya yang terkontrol yakni lahan untuk memproduksi suatu jenis komoditas dengan hasil yang dapat dipridiksi. Dengan sifat yang demikian memungkinkannya lokasi produksi yang menetap, sehingga mobilitas usaha yang relatif rendah dan faktor resiko relatif kecil (Stefanus ,2005). Tohir (2001), mengemukakan bahwa terdapat fenomena yang menarik mengenai melimpahnya sumberdaya alam laut dengan masih rendahnya minat masyarakat nelayan untuk mengeksplorasi kekayaan laut. Fenomena ini jika dicermati secara mendalam, maka sebenarnya terdapat fakta bahwa masyarakat pesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan maupun melakukan aktivitas hidup di laut jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan yang bekerja sebagai petani di sawah, ladang dan sektor jasa. Hal ini berarti jenis mata pencaharian masyarakat nelayan heterogen dan warga masyarakat yang memilih sebagai nelayan pada dasarnya merupakan kelompok kecil saja. Dilihat dari tingkat kesejahteraan hidup nelayan rata-rata masih belum menggembirakan, karena sebagai nelayan kecil mereka menghadapi berbagai keterbatasan. Dari perspektif antropologis, masyarakat nelayan berbeda dari masyarakat lainnya, seperti petani, buruh di kota atau masyarakat di daratan tinggi. Perspektif antropologis ini didasarkan pada realitas sosial, bahwa masyarakat nelayan memiliki pola kebudayaan yang berbeda dari masyarakat lain sebagai hasil interaksi mereka dengan lingkungan beserta sumberdaya yang ada didalamnya. Pola-pola

Upload: hanhan

Post on 30-Jan-2018

233 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK

2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan

Karakteristik masyarakat nelayan berbeda dengan karakteristik masyarakat

petani karena perbedaan sumberdaya yang dimilki. Masyarakat petani (agraris)

menghadapi sumberdaya yang terkontrol yakni lahan untuk memproduksi suatu

jenis komoditas dengan hasil yang dapat dipridiksi. Dengan sifat yang demikian

memungkinkannya lokasi produksi yang menetap, sehingga mobilitas usaha yang

relatif rendah dan faktor resiko relatif kecil (Stefanus ,2005).

Tohir (2001), mengemukakan bahwa terdapat fenomena yang menarik

mengenai melimpahnya sumberdaya alam laut dengan masih rendahnya minat

masyarakat nelayan untuk mengeksplorasi kekayaan laut. Fenomena ini jika

dicermati secara mendalam, maka sebenarnya terdapat fakta bahwa masyarakat

pesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan maupun melakukan aktivitas

hidup di laut jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan yang bekerja sebagai

petani di sawah, ladang dan sektor jasa. Hal ini berarti jenis mata pencaharian

masyarakat nelayan heterogen dan warga masyarakat yang memilih sebagai

nelayan pada dasarnya merupakan kelompok kecil saja. Dilihat dari tingkat

kesejahteraan hidup nelayan rata-rata masih belum menggembirakan, karena

sebagai nelayan kecil mereka menghadapi berbagai keterbatasan.

Dari perspektif antropologis, masyarakat nelayan berbeda dari masyarakat

lainnya, seperti petani, buruh di kota atau masyarakat di daratan tinggi. Perspektif

antropologis ini didasarkan pada realitas sosial, bahwa masyarakat nelayan memiliki

pola kebudayaan yang berbeda dari masyarakat lain sebagai hasil interaksi mereka

dengan lingkungan beserta sumberdaya yang ada didalamnya. Pola-pola

Page 2: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

13

kebudayaan ini menjadi kerangka berfikir atau referensi perilaku masyarakat

nelayan dalam kehidupan sehari-harinya.

Secara Teologis masyarakat nelayan memilki kepercayaan cukup kuat,

bahwa laut memilki kekuatan magis, sehingga diperlukan perlakuan-perlakuan

khusus dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan agar keselamatan terjamin.

Tradisi ini masih tetap dipertahankan, seperti tradisi sowan suhu bagi nelayan yang

berasal dari Wonokerto Pekalongan. Tradisi ini dimaksudkan untuk menjaga

keselamatan para ABK (anak buah kapal) dan Nakhoda padawaktu melaut dan

memperoleh hasil penangkapan ikan yang banyak (Satria, A, 2004).

2.2. Sumberdaya Perikanan

Nontji (1987), mengatakan bahwa, untuk perikanan laut, besar potensi

seluruhnya adalah 7,2 juta ton/tahun berupa standing stock, sedangkan yang dapat

dimanfaatkan secara maksimal (Maksimum Sustainable Yield) berkisar 4,5 juta

ton/tahun atau kurang lebih 65% dari standing stock ditambah lagi 2,1 juta ton/tahun

yang terdapat diperairan ZEE Indonesia.

Perairan laut Jawa Timur meliputi wilayah Teritorial dan wilayah laut Zona

Ekonomi Ekslusif mempunyai luas sekitar 208.097 km2, sedangkan potensi yang

terkandung sebesar 618.418 ton/tahun, belum seluruhnya dimanfaatkan oleh

nelayan (Anonymous, 1988)dalam Mimit Primyastanto (2011c). Produksi perikanan

daerah tingkat I Jawa Timur tahun 1995 sebesar 238.677,60 ton dimana sekitar

36,41% atau 225.176,60 ton merupakan produksi dari cabang usaha penangkapan

di laut. Untuk produksi perikanan daerah tingkat 1 Jawa Timur tahun 2007 sebesar

395.890 ton dimana sekitar 96,72 % atau sebesar 382.877 ton merupakan produksi

dari cabang usaha penangkapan di laut.Damanhuri (1980)mengatakan, bahwa nilai

fishing ground bervariasi menurut kedalaman perairan, daerah dan musimnya.

Page 3: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

14

Untuk mendapat produktivitas yang tinggi, pengembangan suatu alat, baik

mengenai kontruksi maupun cara operasi harus disesuaikan dengan sifat biologis

ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

2.3. Operasional alat tangkap payang

Cara pengoperasian alat tangkap payang adalah dengan melingkari

kawanan ikan sehingga kawanan ikan tersebut terperangkap dan masuk kedalam

kantong. Agar supaya ikan-ikan yang terperangkap tidak terjerat pada mata jaring

bagian kantong akibat saling berdesakan, maka ukuran mata jaring pada bagian ini

dibuat lebih kecil. Ukuran mata jaring yang lebih besar dapat dipakai pada bagian

lain, yaitu bagian yang akan menggiring ikan masuk kekantong. Penentuan ukuran

mata jaring bagian kantong alat tangkap payang pada dasarnya sama seperti pada

kantong alat tangkap trawl. Oleh karena itu ukuran mata jaring pada bagian kantong

alat tangkap payang dapat ditentukan dengan persamaan :

MOB=2/3XMOG

Dimana:

MOB: ukuran mata jaring bagian kantong

MOG : ukuran mata jaring gill net yang biasanya untuk menangkap ikan yang

berukuran dan spesies sama (Fridman,1988).

Alat tangkap payang ini digolongkan oleh Anonymous (1984) kedalam seine net

yang mempunyai kantong dan dua buah sayap yang berfungsi sebagai

penggiringkawanan ikan. Pengoperasiannya dengan menggunakan perahu atau

kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan yang

diperkirakan terdapat banyak ikan.

Sasaran penangkapan payang ditujukan kepada ikan-ikan permukaan

(pelagis) dengan cara mengejar atau melingkari suatu gerombolan ikan yang

Page 4: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

15

nampak di permukaan perairan atau dengan cara menggunakan alat bantu

pengumpul ikan yang disebut rumpon. Untuk menghadang dan menggiring suatu

gerombolan ikan yang terdapat pada areal jangkauan alat tangkap tersebut agar

masuk ke kantong, maka alat tangkap dilengkapi dengan dua buah sayap. Fungsi

mesh size (ukuran mata jaring) pada sayap hanyalah merupakan dinding

penghadang dan bukan sebagai penjerat.

Hasil tangkapan payang didukung oleh terbukanya mulut jaring yang

dipengaruhi oleh beberapa pelampung dan pemberat. Fungsi pelampung adalah

untuk mempertahankan agar mata jaring tetap terapung pada permukaan perairan.

Sedangkan pemberat digunakan agar terjadi keseimbangan antara gaya apung dan

gaya tenggelam sehingga mulut jaring akan terbuka dengan baik. Disamping itu

juga sayapnya dapat berdiri tegak menghadang gerombolan ikan yang berenang ke

arah horisontal.

Pelampung yang digunakan umumnya terbuat dari alat bantu yang

diikatkan pada bagian atas kedua sayap dan bagian tali yang digunakan atau tali ris

atas dan bawah dan tali penarik. Ukuran tali ris atas lebih panjang dibanding

dengan tali ris bawah karena pada bagian bibir atas jaring lebih menonjol kearah

kantong dibandingkan dengan bibir bawah.

Bahan pemberat yang digunakan pada alat tangkap payang ini umumnya

terbuat dari campuran semen dan pasir yang mempunyai berat rata-rata 4 kg serta

pemasangan pemberat disesuaikan dengan letak dari pelampung (Garner, 1977).

2.4. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Berkelanjutan

Kesulitan-kesulitan praktis dalam melaksanakan rencana pengelolaan di

kawasan Indo-Pasifik tidak dapat diremehkan. Jumlah nelayan di Asia Tenggara

saja diperkirakan lebih dari 4 juta orang. Daerah geografis dimana peraturan-

Page 5: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

16

peraturan harus dilaksanakan luar biasa luasnya dan kebanyakan nelayan kecil tidak

mempunyai sumber pendapatan alternatif, andaikata mereka dilarang memasuki

sumberdaya di pantai atau periran umum didaratan. Disamping itu kekuasaan politik

perusahaan-perusahaan perikanan skala besar dan pengambilan keputusan yang

terpusat pada badan-badan perikanan pemerintah mempersulit dibentuknya

kekuasaan lokal yang diperlukan untuk program pengelolaan sumberdaya perikanan

yang dapat mengatasi pertentangan-pertentangan tersebut diatas secara efektif.

Dengan adanya tekanan penduduk di negara-negara di kawasan Indo-

Pasifik , maka perlu dilakukan lebih dari sekedar mengembangkan program

pengelolaan perikanan jika tujuannya hendak meningkatkan pendapatan masyarakat

nelayan. Program-program pengelolaan gagal untuk menangani dengan baik para

nelayan yang terlantar. Apabila hendak menghindari kemandekan dalam sektor-

sektor perikanan di pantai dan perairan umum, maka sebagai penyelesaian yang

baik jumlah nelayan atau upaya penangkapan ikan harus dikurangi melalui program-

program yang aktif dan telah disetujui bersama serta kegiatan perangsang yang

membuka kesempatan untuk mendapatkan peluang pendapatan alternatif bagi

sektor penangkapan ikan berukuran kecil yang sekarang hanya sedikit jumlahnya

atau hampir tidak ada.

Skenario teoritis yang ada adalah model-model abstrak dari kenyataan,

dimana biaya penangkapan ikan tidak seragam, lamanya musim penangkapan ikan

berbeda-beda dan para nelayan tidak selalu bebas memasuki dan meninggalkan

industri perikanan. Meskipun ada asumsi-asumsi penyederhanaan yang

memungkinkan abstraksi sampai tingkat tertentu, namun maksudnya jelas sekali dan

melengkapi pengamatan empiris yang lebih maju. Selama sumberdaya perikanan

tetap bersifat bebas ikut serta , pemecahan masalah ganda tentang eksploitasi

Page 6: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

17

sumberdaya yang melampaui batas serta pendapatan penangkapan ikan yang

rendah untuk jangka panjang tidak akan ditemukan dalam sektor penangkapan ikan

tetapi malahan di luarnya. Dalam bentuk beberapa sumber pendapatan alternatif

atau tambahan bagi nelayan kecil dengan keluarganya atau RTP (Rumah Tangga

Perikanan).

Sumberdaya ikan harus dikelola dan ditata karena sumberdaya itu sangat

sensitif terhadap tindakan atau aksi manusia. Pengelolaan, penataan, atau dalam

terminologi yang lebih umum, manajemen sumberdaya perikanan patut dilakukan

supaya pembangunan perikanan dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan

pembangunan dapat tercapai (Nikijuluw, 2005). Setiap negara menetapkan tujuan

dan prioritas manajemen sumberdaya perikanan yang berbeda-beda tergantung

pada latar belakang ekonomi, sosial, teknologi, dan politik. Indonesia menempatkan

manajemen sumberdaya perikanan pada visi pembangunan perikanan dan

kelautannya. Visi pembangunan perikanan Indonesia adalah mewujudkan usaha

perikanan produktif dan efisien berdasarkan pengelolaan (manajemen) sumberdaya

perikanan secara bertanggung jawab (DKP, 2001 dalam Nikijuluw, 2005). Upaya

pengelolaan sumberdaya harus dilaksanakan secara terpadu dan terarah dengan

melestarikan sumberdaya itu sendiri beserta lingkungannya.

Pengelolaan perikanan bersifat kompleks mencakup aspek biologi, ekonomi,

sosial budaya, hukum, dan politik. Tujuan dikelolanya perikanan antara lain

tercapainya optimalisasi ekonomi pemanfaatan sumberdaya ikan sekaligus terjaga

kelestariannya. Menurut Cochrane (2002) dalam Mulyana (2007), tujuan (goal)

umum dalam pengelolaan perikanan meliputi 4 (empat) aspek yaitu biologi, ekologi,

ekonomi, dan sosial. Tujuan sosial meliputi tujuan-tujuan politis dan budaya. Contoh

masing-masing tujuan tersebut yaitu:

Page 7: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

18

(1) untuk menjaga sumberdaya ikan pada kondisi atau diatas tingkat yang diperlukan

bagi keberlanjutan produktivitas(tujuan biologi);

(2) untuk meminimalkan dampak penangkapan ikan bagi lingkungan fisik serta

sumberdaya non-target (by-catch), serta sumberdaya lainnya yang terkait (tujuan

ekologi);

(3) untuk memaksimalkan pendapatan nelayan (tujuan ekonomi);

(4) untuk memaksimalkan peluang kerja/mata pencaharian nelayan atau masyarakat

yang terlibat (tujuan sosial).

Definisi dalam upaya mengelola sumberdaya perikanan yang ada pada UU

No. 31 tahun 2004 mengacu kepada FAO dalam Fisheries Technical Paper No. 424

yang diedit oleh Cochrane (2002) dalam Mulyana (2007) yaitu : ”The integrated

process of information gathering, analysis, planning, consultation, decision-making,

allocation of resources and formulation of implementation, with enforcement as

necessary, of regulation or rules which govern fisheries activities in order to ensure

the continued productivity of the resources and the accomplishment of other fisheries

objectives”.

Menurut Gulland (1982) dalam Nabunome (2007), tujuan pengelolaan

sumberdaya perikanan meliputi:

1. Tujuan yang bersifat fisik-biologik, yaitu dicapainya tingkat pemanfaatan dalam

level maksimum yang lestari (MSY= Maksimum Sustainable Yield).

2. Tujuan yang bersifat ekonomik, yaitu tercapainya keuntungan maksimum dari

pemanfaatan sumberdaya ikan atau maksimalisasi profit (net income) dari perikanan

3. Tujuan yang bersifat sosial, yaitu tercapainya keuntungan sosial yang maksimal,

misalnya maksimalisasi penyediaan pekerjaan, menghilangkan adanya konflik

kepentingan diantara nelayan dan anggota masyarakat lainnya.

Page 8: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

19

Adapun Dwiponggo (1983) dalam Suharno (2008) tujuan pengelolaan

sumberdaya perikanan dapat dicapai dengan beberapa cara, antara lain:

1. Pemeliharaan proses kelangsungan sumberdaya perikanan dengan memelihara

ekosistem penunjang bagi kehidupan sumberdaya ikan.

2. Menjamin pemanfaatan berbagai jenis ekosistem secara berkelanjutan.

3. Menjaga keanekaragaman hayati (plasma nutfah) yang mempengaruhi ciri-ciri,

sifat dan bentuk kehidupan.

4. Mengembangkan perikanan dan teknologi yang mampu menumbuhkan industri

yang mengamankan sumberdaya secara bertanggung jawab.

Tujuan-tujuan itu menurut Pinkerton (1988) dalam Nikijuluw (2002), tidak

dapat tercapai secara otomatis tetapi dapat dicapai melalui beberapa kegiatan yang

intinya merupakan komponen manajemen sumberdaya perikanan. Kegiatan-

kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

- Pengumpulan dan analisis data. Data yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi

seluruh variabel atau komponen yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan.

Prioritas patut diberikan kepada data biologi, produksi dan penangkapan ikan yang

merupakan informasi dasar pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya

perikanan. Namun, data sosial ekonomi nelayan dan aspek legal perikanan tidak

boleh dilupakan.

- Penetapan cara-cara pemanfaatan sumberdaya ikan meliputi perizinan, waktu,

serta lokasi penangkapan.

- Penetapan alokasi penangkapan ikan (berapa banyak ikan yang boleh ditangkap)

antar nelayan dalam satu kelompok dengan kelompok nelayan yang lain atau

nelayan yang berbeda alat tangkap dan metode penangkapan ikan.

Page 9: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

20

- Perlindungan terhadap sumberdaya ikan yang mengalami tekanan ekologis akibat

penangkapan ataupun kejadian alam.

- Penegakan hukum dan perundang-undangan tentang pengelolaan sumberdaya

perikanan.

- Pengembangan dan perencanaan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam

jangka panjang yang ditempuh melalui evaluasi terhadap program kerja jangka

pendek atau yang saat itu sedang diimplementasikan.

- Pengambilan keputusan manajemen sumberdaya perikanan dengan

mempertimbangkan pengertian yang sempit, yaitu sumberdaya ikan itu sendiri

maupun pengertian yang luas – sumberdaya ikan beserta seluruh aspek yang

berpengaruh atau dipengaruhi pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut.

Masyarakat perikanan internasional menganggap penting manajemen

sumberdaya perikanan seperti yang dimuat dalam CCRF (Code of Conduct for

Responsible Fisheries). Pasal 7 CCRF mengenai Manajemen Perikanan diantaranya

menyatakan bahwa negara harus mengadopsi pendekatan manajemen sumberdaya

perikanan yang tepat berdasarkan pada bukti dan fakta ilmiah yang ada. Selain itu,

pendekatan harus diarahkan untuk mempertahankan atau memulihkan stok

perikanan di laut pada tingkat kemampuan maksimum menghasilkan ikan tanpa

merusak lingkungan dan mengganggu stabilitas ekonomi (FAO, 1995). Pilihan

alternatif manajemen sangat tergantung pada kekhasan, situasi, dan kondisi

perikanan yang dikelola serta tujuan pengelolaan atau pembangunan perikanan

(Nikijuluw, 2002). Nabunome (2007) merekomendasikan supaya ada pengaturan

ukuran mata jaring, kontrol terhadap musim dan daerah penangkapan, pengurangan

jumlah upaya tangkap, dan pengaturan waktu penangkapan untuk menghindari

konflik antar nelayan sebagai hasil penelitiannya tentang pengelolaan sumberdaya

Page 10: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

21

ikan demersal (studi empiris di Kota Tegal), Jawa Tengah. Pomeroy et. al.(2009)

melakukan penelitian tentang pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dengan

metode EBFM (Ecosystem Based Fishery Management) dan pendekatan EAFM

(Ecosystem Approach to Fishery Management) pada perikanan laut tropis skala kecil

di Philipina yang diatur oleh pemerintah setempat. Hasil penelitian merumuskan

skema model pengelolaan sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Manajemen Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem di

Philipina(Pomeroy, et.al. 2009)

Skema manajemen pengelolaan perikanan dari penelitian Pomeroy, et.al.

(2009) merupakan salah satu contoh bagaimana pemerintah berperan dan

mengajak masyarakat setempat untuk berpartisipasi demi kelangsungan dan

kelestarian ekosistem pesisir yang menjadi sumber kehidupan. Pemerintah Daerah

Philipina masing-masing membentuk perwakilan pengelola perikanan pada tiaptiap

sentra perikanan (teluk-teluk) yang juga berperan sebagai koordinator dari sub-sub

Page 11: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

22

pengelola yang skalanya lebih kecil (di setiap desa) untuk mempermudah koordinasi

antara desa-desa kecil dengan instansi pemerintah daerah terkait.

2.5. Kebijakan dan Peraturan Pemerintah Pada Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang

sangat besar, tetapi potensi tersebut jika tidak dikelola secara baik maka

sumberdaya tersebut akan punah. Untuk mengatur tentang pemanfaatan,

pemasaran dan pengelolaan sumberdaya perikanan maka Pemerintah

mengeluarkan beberapa kebijaksanaan dan peraturan sejak tahun 1973 sampai

tahun 2007. Ada 16 perundang-undangan perikanan nasional yang berlaku di

Indonesia. Perundang-undangan ini meliputi semua aspek dari sektor perikanan

mulai dari kegiatan penangkapan ikan, pengelolaan sampai dengan pemasarannya.

Perundang-undangan ini antara lain :

1) Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1983 Keputusan ini

menetapkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

2) Keputusan Menteri Pertanian No.769 tahun 1988 Keputusan ini

menetapkan aturan untuk pengoperasian alat tangkap lempira dasar

3) Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1990 Keputusan ini

mengatur tentang konversi sumberdaya hayati dan ekosistemnya

4) Keputusan Menteri Pertanian No.392 tahun 1999 yang merupakan

amandemen dari Keputusan Menteri Pertanian No.607 tahun 1976

Keputusan ini mengatur tentang jalur tangkap di wilayah Indonesia yang

disesuaikan dengan alat tangkap dan ukuran kapal

5) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.10 tahun 2003 Keputusan

ini mengatur tentang izin usaha perikanan bagi setiap perusahaan baik

perusahaan Indonesia maupun perusahaan Asing yang bergerak di bidang

Page 12: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

23

penangkapan ikan di 9WPP yang ada di Indonesia. Setiap perusahaan wajib

memiliki Izin Usaha Perikanan (IUP), Surat Penangkapan Ikan (SPI)dan

Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI).

6) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.13 tahun 2004 Keputusan

ini mengatur tentang nelayan andon, dimana nelayan ini wajib memiliki surat

izin penangkapan ikan di daerah dimana mereka melakukan penangkapan

ikan. Hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan usaha penangkapan ikan

agar tertib sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan perikanan yang

bertanggungjawab serta tidak menimbulkan konflik antar sesama nelayan

(nelayan andon dan nelayan lokal).

7) Undang-undang Republik Indonesia No.31 tahun 2004 tentang Perikanan

mengamandemen Undang-undang Republik Indonesia No.9 tahun 1985

Selanjutnya direvisi dengan UU No.45 tahun 2009 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Keputusan ini

mengatur tentang penetapan aturan dan petunjuk operasional perikanan di

Indonesia. Dalam keputusan ini juga sudah diatur mengenai peradilan

perikanan di Indonesia.

8) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 6/Men/2008 yang

memperbolehkan penggunaan alat tangkap Pukat Hela di Perairan

Kalimantan Timur mengamandemen Keputusan Presiden No.39 tahun 1980

Keputusan ini melarang penggunaan alat tangkap pukat trawl di wilayah

Perairan Indonesia.

9) Undang-undang Republik Indonesia No.26 tahun 2007, Keputusan ini

mengatur tentang perencanaan tata ruang.

Page 13: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

24

10) Undang-undang Republik Indonesia No.27 tahun 2007, Keputusan ini

mengatur tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Peraturan yang secara langsung berkaitan dengan penelitian ini adalah

Undang-undang No.45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dalam Undang-undang ini jugamengatur

pengelolaan perikanan di Indonesia. Sesuai pasal 7 ayat 4 dijelaskan bahwa menteri

mengatur jumlah tangkapan yang diperbolehkan, jenis, jumlah, ukuran, daerah, jalur,

waktu, musim penangkapan ikan disesuaikan dengan potensi dengan

mempertimbangkan rekomendasi dari Komisi Nasional yang mengkaji sumberdaya

ikan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No.392 tahun 1999 yang

mengatur jalur-jalur penangkapan ikan. Sesuai Kep Men tersebut bahwa jalur

perikanan dibagi menjadi 3 yaitu jalur I, II dan III. Jalur I dibagi menjadi 2 yaitu jalur

Ia daerah tangkapan sampai 3 mil, jalur Ib perairan diluar 3 mil sampai 6 mil, jalur II

daerah tangkapannya diluar 6 mil sampai 12 mil, jalur III perairan diluar jalur II (12

mil) sampai dengan batas terluar ZEE. Dengan penetapan jalur ini maka Propinsi

memiliki kewenangan mengelola kekayaan laut sejauh 12 mil sedangkan

Kabupaten/Kota 1/3 dari kewenangan Propinsi (4 mil) sesuai amanat dalam pasal 18

Undang-undang No.32 tahun 2004.

2.6. Kearifan Lokal Pada Pengelolaan Perikanan Berdasarkan Ekosistem

Pendekatan ekosistem mencakup seluruh aspek kehidupan nelayan, baik

material maupun spiritual (agama) yang menjadi fondasi sosial kehidupan

masyarakat pesisir.. Artinya penguatan modal alam juga termasuk penguatan

perilaku masyarakat. Oleh karena itu pendekatan ekosistem termasuk penguatan

sikap batin masyarakat. Ada 2 hal penting dalam pendekatan ini, yaitu : dalil Naqli

(Al-qur’an) dan dalil Aqli (akal).

Page 14: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

25

(1) Dalil Naqli (Al Qur’an)

Al Qur’an menegaskan bahwa bumi merupakan lingkungan hidup yang

paling nyaman bagi manusia. Oleh karena itu harus dijaga kenyamanan hidup

tersebut.. Mari kita renungkan bersama isyarat kehidupan di bumi berikut ini.

Dalil Naqli 1 : Al-Qur’an Surah At-Takwir :ayat 6

6. “Dan apabila lautan dipanaskan (suhu naik)*)

Dalil Naqli 2 : Al-Qur’an Surah Ar-Rahman : ayat 6.

6. “Dan semua tumbuhan dan semua pepohonan keduanya tunduk

kepadaNya**).

Dalil Naqli 3 : Al-Qur’an Surah Yaasin : ayat 80.

80. “Yaitu Tuhan yang menjadikan untuk kamu api dari kayu yang berwarna hijau**),

maka seketika itu juga kamu menyalakan (api) dari kayu tersebut.

Keterangan :

*) Pemanasan global akibat emisi karbon melebihi batas keseimbangan alam,

sehingga kenikmatan hidup di dunia akan berkurang, berdampak luas seperti

perubahan iklim , termasuk punahmya kehidupan banyak jenis makhluk,

termasuk manusia.

**) Fungsi pohon-pohonan adalah menjadi kunci (berbakti kepada Allah SWT.

dengan ikhlas, tanpa pamrih) dalam menjaga keseimbangan alam dan

kehidupan sebagai penyerap carbon (CO2) dengan bantuan sinar matahari

(fotosinthesis) menghasilkan oksigen (O2), tentu saja untuk menjaga

kelangsungan kehidupan manusia di bumi. Manusia pantas malu pada perilaku

pohon-pohonan ini.

Page 15: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

26

Dengan dasar rujukan tersebut, Al Qur’an sebagai acuan hidup memberikan

perhatian sangat tinggi terahap pentingnya sikap/ etika untuk selalu menjaga

keseimbangan alam untuk kenyamanan hidup kita dengan sikap hidup ramah

terhadap alam/ lingkungan.

Dalil Naqli : Al-Qur’an surah Al-baqarah ayat 261

Menanggulangi kemiskinan untuk meraih kehidupan yang nyaman

mengandung makna mengembangkan kehidupan masyarakat untuk menjadi

sejahtera secara berkelanjutan. Menurut ajaran agama, ukuran sejahtera itu tidak

muluk-muluk. Dimana hal itu tertuang dalam rukun Islam yaitu dengan membayar

kewajiban zakat bagi yang telah memiliki tingkat kekayaan mencapai batas lebih

nishab dalam periode waktu kepemilikan selama satu tahun (haul). Seperti hasil

pertanian nishabnya sebesar 300 sha’ (930 liter atau 760 kg kering dan bersih),

dengan zakat sebesar 5 % (dengan system irigasi) dan 10 % ( dengan tadah hujan).

Pada usaha perdagangan dan jasa, tingkat keuntungan disetarakan dengan nishab

93, 6 gram emas atau nishab perak sebesar 624 gram, zakatnya sebesar 2,5 %.

Dan untuk zakat barang temuan (rikaz) besarnya 20 % dari nilai temuan tersebut.

Adapun perumpamaan orang yang mengeluarkan zakat adalah seperti orang

yang berbisnis mendapat laba 700 kali lipat, sebagaimana yang disebutkan dalam

Al-Qur’an surah Al-baqarah ayat 261, yaitu : “ Perumpamaan orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang

menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir, seratus biji. Allah melipat gandakan

ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki.Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi

Maha Mengetahui “.

Page 16: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

27

(2) Dalil Aqli (akal)

Policy dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara

maksiimal dan sustainable atau berkelanjutan pada tingkat Maksimum Sustainable

Yield (MSY) dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan terdiri

atas 2 kebijakan, yaitu : jangka pendek dan jangka panjang (Smith , 1987).

Kebijakan jangka pendek meliputi kegiatan yang terkait dengan perbaikan teknologi,

peningkatan harga ikan dan subsidi input. Sedangkan kebijakan jangka panjang

meliputi kegiatan peningkatan kesejahteraan melalui sumber pendapatan alternative

berupa AMP (alternative Mata Pencaharian bagi rumahtangga nelayan. Adanya

pembatasan quota penangkapan dengan mengurangi jumlah armada penangkapan

yang dikenal sebagai kebijakan transformasi ( dari nelayan ke pertanian atau

industry, Tenaga kerja wanita (TKW) ke luar negeri). Juga diupayakan pendekatan

kawasan konservasi laut (KKL).

Kawasan Konservasi Laut (KKL) bertujuan adanya peningkatan ukuran tubuh

ikan matang gonad yang siap untuk memijah dan melakukan reproduksi. Dimana hal

tersebuat akan mampu menghasilkan benih ikan yang lebih besar jumlahnya.

Kemudian ikan yang sedang berkembang biak di sekitar KKL akan menbentuk food

chain system atau rantai makanan sehingga ikan yang ada disekitar KKL akan

melimpah sekaligus menjamin ketersediaan ikan untuk pemanfaatan sumberdaya

perikanan secara sustainable (Gell dan Roberts, 2002). Sebagai contoh untuk

Kearifan Lokal Pada Pengelolaan Perikanan Berdasarkan Ekosistem adala tentang

ekosistem terumbu karang di Indonesia. Dimana bisa dilihat bagimana potensi,

aspek biologi, aspek lingkungan, aspek kondisi dan ancaman terhadap terumbu

karang sebagai berikut :

Page 17: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

28

A. Potensi Terumbu Karang Indonesia

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terluas di dunia dengan

sekitar 17.000 pulau, memiliki kekayaan fauna maupun flora yang beragam

sehingga di dunia dikenal dengan sebutan megabiodiversity country. Sementara itu,

mayoritas penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir. Hal ini dikarenakan

ekosistem pesisir dan lautan merupakan sumber matapencaharian bagi mereka.

Terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang dominandari perairan

dangkal atau perairan wilayah pesisir di daerah iklim tropis. Ekosistem ini disebut

unik karena selain memiliki bentuk yang indah dari beragam spesies karangnya

sendiri,juga memiliki beragam spesies biota laut yang berasosiasi dengannya. Ini

menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang merupakan salah satu gudang biota

dengan keanekaragaman hayati tinggi. Menurut Kantor Kementrian Negara

Lingkungan Hidup dan Wetlands International Indonesia (1996), terumbu karang

merupakan salah satu ekosistem di dunia yang sangat produktif, dengan nilai rata-

rata produktivitas primernya adalah 2.500 gr/ /tahun. Selain sangat penting secara

ekologi, ekosistem yang memiliki sistem ekologi yang stabil ini mempunyai nilai dan

arti yang tidak kalah pentingnya dari segi sosial ekonomi dan sosial budaya.

Secara sosial ekonomi dan sosial budaya, terumbu karang ini antara lain

berfungsi sebagai sumber makanan, bahan obat-obatan, dan bahan bangunan.

Disamping itu, keberadaan terumbu karang memiliki arti penting bagi perikanan laut

dangkal. Manfaat lain adalah sebagai obyek wisata bahari karena memiliki nilai

estetika yang sangat mengagumkan. Akan tetapi dengan segala fungsinya tersebut

telah mendorong adanya aktivitas manusia yang tidak terkendali dimana telah

mengakibatkan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang.

Page 18: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

29

Kondisi tersebut menunjukkan adanya degradasi lingkungan serta tidak

efektifnya pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pantai. Tekanan sosial ekonomi

yang muncul serta diperburuk dengan proyek-proyek ekspansi ekonomi ke kawasan

daratan pesisir atau pantai dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat

setempat telah diindikasikan sebagai penyebab utma adanya kerusakan ekosistem

pesisir, termasuk didalamnya ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu

sumberdaya terumbu karang ini perlu dikelola dan dilestarikan secara bijaksana dan

rasional, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable).

B. Aspek Biologi Terumbu Karang

Karang (koral) merupakan komunitas laut yang sangat unik, dimana

sebagian besar karang merupakan binatang-binatang kecil yang disebut polip, hidup

berkoloni dan membentuk terumbu (Wesmacott et.al. 2000). Menurut Nybakken

(1982), terumbu adalah hasil sedimentasi kalsium karbonat yang dihasilkan oleh

karang-karang hermatik, alga koralin, dan organisma lain. Organisme karang

termasuk kedalam filum Cnidaria bersama-sama dengan ubur-ubur, hydroid, hydra

air tawar, dan anemone laut (Morton, 1990).

Koloni karang bereproduksi, baik secara seksual maupun aseksual.

Reproduksi seksual melibatkan pembuahan telur karang oleh sperma untuk

membentuk larva yang berenang bebas. Larva-larva tersebut dapat beradaptasi

dengan baik untuk distribusi serta tergantung dari spesies dan kondisinya , dapat

menjadi bibit dimana mereka berasal, didekat terumbu karang yang ratusan

kilometer jauhnya (Richmond 1997). Repoduksi aseksual terjadi bila patahan-

patahan karang terlepas dari koloni induknya, dan apabila patahan tersebut

Page 19: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

30

mendarat pada substrat yang tepat, maka ia dapat menempelkan kembali dirinya

sendiri dan berkembang menjadi koloni baru (Wesmacott et.al. 2000).

Dilihat dari bentuk pertumbuhan individu atau koloni karang, maka dapat

dibedakan menjadi enam macam yaitu tipe bercabang, padat, daun, kerak, jamur

dan tipe meja (Morton, 1990). Dan berdasarkan struktur geomorfologinya serta

proses pembentukannya, terumbu karang dapat dibedakan atas empat tipe terumbu

karang, yaitu terumbu karang tepi, kecil atau takat, penghalang, dan cincin (Morton

1990, Rompas dan Usher 1992).

C. Aspek Lingkungan

Kualitas air merupakan faktor penting bagi kehidupan karang, menurut

Berwick (1983) dan Nontji (1987), untuk hidupnya karang memerlukan persyaratan

hidup tertentu. Persyaratan tersebut yang terpenting adalah suhu, salinitas,

kecerahan air, sedimentasi, arus, dan cahaya.

Suhu optimal bagi pertumbuhan karang menurut randhal dan Myers dalam

Darjamuni (1986) berkisar 25 – 30 *C. Sedangkan menurut Berwick (1983), suhu

optimum berkisar antara 23 – 25 *C dan pada suhu air tahunan dibawah 18 *C maka

karang tidak akan mengalami perkembang biakan.

Salinitas optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 32 – 35 ppt (Divlev,

1980). Sedangkan pada kondisi saliitas diatas atau dibawah 30 – 35 ppt,

perkembangan karang tidak baik (Berwick 1983 dan Nybakken 1982). Adapun

kedalaman maksimum karang untuk dapat membentuk terumbu karang adalah 50 -

70 m, tetapi karang dapat berkembang dengan baik pada kedalaman kurang dari 25

m dengan suhu rata-rata minimum tahunan 20 *C (Nybakken, 1982).

Page 20: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

31

Selain itu lokasi yang baik untuk pertumbuhan karang adalah adanya sumber

cahaya untuk berfotosintesis, sedimentasi hanya terbatas pada kolom air serta tidak

ada makroalga. Ini disebabkan adanya makroalga dapat merupakan pesaing untuk

medapatkan cahaya matahari dan membatasi penempelan larva (Richmond, 1997).

D. Aspek Kondisi dan Ancaman Terhadap Karang

Kondisi karang di Indonesia, berdasarkan data yang tercatat pada buku

Status of Coral Reefs of The World 2000 adalah 40 % terumbu karang termasuk

dalam kategori jelek, dan hanya 29 % dipertimbangkan termasuk dalam kategori

baik sampai sangat baik. Keaneka ragaman spesies karangnya berjumlah 450

spesies. Kondisi terumbu karang di Indonesia bagian Timur lebih baik kondisinya

dibandingkan bagian barat.

Ancaman terhadap terumbu karang adalah terjadinya pemutihan karang, baik

akibat perubahan iklim yang mengakibatkan penaikan suhu muka air laut, juga

aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan terumbu

karang adalah reklamasi lahan pesisir, pembuangan limbah, kegiatan wisata,

kegiatan perikanan yang merusak ( pemakaian bom, racun, dan alat tangkap yang

tidak selektif), serta eksploitasi terumbu karang secara langsung (Wesmacott, 2000).

Kerusakan ekosistem terumbu karang yang terjadi di Indonesia menurut

Herman Cesar dalam COREMAP (Coral Reefs Rehabilitation and Management

Program) (1988), dapat mengakibatkan Indonesia kehilangan 45 juta dolar Amerika

dalam waktu empat tahun. Hal ini dapat terjadi apabila penggunaan bahan peledak

dengan tujuan utama mengambil ikan karang tidak dihentikan.

Page 21: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

32

E. Aspek Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru

pembangunan, yaitu bersifat people-centered, participatory, empowering, and

sustainable (Chamber dalam kartasasmita, 1996).Salah satu upaya penting dalam

strategi pemberdayaan, adalah pendidikan, dan melalui pendidikan pengembangan

serta penyerapan ilmu pengetahuan. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat

dari tiga hal, yaitu :

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah bahwa setiap

manusia, masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk membangun daya itu,

dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan

potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

b. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses

pemberdayaan masyarakat harus dicegah yang lemah menjadi

bertambah lemah, karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang

kuat.

c. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

F. Aspek Kearifan Lokal Pada Terumbu Karang

Di Indonesia, terumbu karang atau ekosistem terumbu karang telah

mengalami tekanan yang besar terutama akibat pengaruh manusia. Selama ini ada

beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pengelolaan terumbu karang,

Page 22: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

33

diantaranya adalah kurang data dan informasi yang lengkap. Disamping itu,

pengelolaan yang ada masih banyak belum berpihak pada kearifan lokal,

masyarakat lokal yang sesungguhnya berhak memperoleh manfaat dari keberadaan

ekosistem terumbu karang tersebut. Tapi hal yang paling mendasar adalah masih

kurangnya kesadaran masyarkat (Community awareness) yang hidup disekitarnya,

yang tergantung, membutuhkan, dan atau mempengaruhi ekosistem terumbu

karang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam hal ini, pengelolaan ekosistem terumbu karang yang dikemukakan

adalah pengelolaan dengan konsep kearifan lokal dalam rangka pemberdayaan

masyarakat untuk mengelola lingkungan sendiri. Hal ini dilakukan dengan harapan

masyarakat tersebut merasa bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Dimana

kegiatan ini tidak semata-mata ditinjau dari sisi potensi daerah sekitarnya saja, tetapi

juga seberapa besar masyarakat tersebut menimbulkan kerusakan. Ini disebabkan

potensi kerusakan sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor obyektif ada

masyarakat setempat, yang menyangkut persoalan sosial ekonomi dan sosial

budaya.

Sebagai gambaran dari uraian sebelumnya. Maka berikut ini akan diuraikan

sedikit tentang kearifan lokal serta pentingnya peran serta masyarakat dalam

pelestarian lingkungan serta manfaat yang diperolehnya. Gambaran ini merupakan

suatu studi kasus di perairan pantai Jemluk, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

Kawasan pesisir Jemluk dihuni oleh sekitar 87 kepala keluarga (KK) yang

bermata pencaharian utama sebagai nelayan. Bidang perikanan di kawasan ini

masih bersifat tradisional, dimana nelayan menangkap ikan menggunakan perahu

jukung dan alat tangkap utama adalah pancing tonda dengan spesies sasarannya

adalah ikan tongkol dan cakalang. Selain menangkap ikan, nelayan umumnya

Page 23: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

34

memilki usaha lain seperti beternak, berladang, dan melayani antar jemput turis

untuk memancing, snorkeling , atau menyelam.

Pada kawasan pesisir pantai Jemluk potensial untuk dibuat termbu karang

buatan yang merupakan salah satu solusi teknis kearifan lokal dalam meningkatkan

produktivitas alami pada area yang telah mengalami degradasi habitat. Penempatan

terumbu karang buatan ini dimulai pada tahun 1991 oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perikanan terkait dengan Proyek Pelestarian Lingkungan Hidup

Perikanan. Pelaksanannya secara penuh melibatkan dukungan masyarakat lokal

serta instansi pemerintah di tingkat daerah seperti : Dinas Perikanan, Dinas

Pariwisata, dan Pemerintah Daerah. Dengan adanya terumbu karang buatan ini,

masyarakat lokal dapat mengambil manfaatnya, antara lain :

1. Pemanfaatan waktu luang, dimana keberadaan terumbu karang buatan

telah menambah kegiatan masyarakat lokal yang bisa dilakukan pada

waktu mereka tidak ada aktivitas usaha seperti pelayanan pariwisata, dan

memancing ikan-ikan dasar, serta ikan-ikan karang.

2. Pelayanan pariwisata, para instruktur selam biasanya memanfaatkan

keberadaan terumbu karang buatan sebagai salah satu promosi

wisatawan.

3. Kegiatan memancing ikan-ikan dasar dan ikan-ikan karang, dimana

sebelumnya hanya dilakukan selama enam bulan dalam setahun (Juni –

November). Namun setelah adanya terumbu karang buatan ini maka

meningkat produktivitas nelayan lokal, dengan mengisi kegiatan tersebut

di lokasi penempatan terumbu karang buatan, pada saat tidak pergi

melaut.

Page 24: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

35

Berdasarkan alasan tersebut, nelayan sebagai masyarakat lokal menilai

bahwa pengembangan terumbu karang buatan juga telah meningkatkan pendapatan

atau secara ekonomi menguntungkan dengan adanya solusi teknis kearifan lokal

tersebut. Keberhasilan tersebut disebabkan sejak awal masyarakat lokal telah

diberdayakan. Dalam hal ini, mereka telah dilibatkan dan dilakukan penyuluhan yang

berkaitan dengan rencana pengembangan terumbu karang buatan.

Sesuai dengan pengamatan, secara berkelanjutan telah ada perubahan

positif pada masyarakat lokal. Dan beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan

masyarakat sehingga telah menjadi suatu kearifan lokal di desa Jemluk, Bali sebagai

brikut:

a. Masyarakat lokal merasa malu untuk menggunakan cara

penangkapan ikan yang bisa menyebabkan kerusakan lingkungan,

seperti penggunaan potas dan bom.

b. Masyarakat lokal akan melarang atau melaporkan kepada pihak

berwajib tentang aktivitas yang mereka nilai merusak lingkungan dan

bagi yang melakukan akan dikucilkan dari masyarakat.

c. Setiap bulan diadakan kerja bakti sosial bersih lingkungan.

d. Pembuangan sampah ke kawasan lingkungan pantai telah banyak

berkurang.

e. Penangkapan ikan karang di lokasi wisata dibatasi hanya pada

musim tidak menangkap ikan tongkol di laut.

Selain gambaran mengenai kasus masyarakat lokal di pesisir Jemluk, ada

sebagian masyarakat pesisir yang telah menjaga kelestarian terumbu karang

sehingga kelestarian fungsi dan pemanfaatannya dapat berkelanjutan (sustainable).

Hal ini dapat berlangsung dikarenakan adanya adat atau tradisi masyarakat yang

Page 25: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

36

turun temurun atau dikenal dengan kearifan lokal. Tata cara tersebut dewasa ini

telah dikenal. Dimana menurut Grenier (1998), hal tersebut merupakan sesuatu

yang unik, tradisional, dipunyai oleh suatu kelompok atau komunitas masyarakat

tertentu didalam berbagai aspek lingkungannya dan kehidupan sehari-harinya pada

suatu wilayah tertentu pula.

Pengetahuan sistem kearifan lokal mencakup seluruh aspek dalam

kehidupan, termasuk pengelolaan alam lingkungan. Salah satunya yang dapat

dijadikan contoh adalah tradisi Mane’e, yang merupakan tradisi pelestarian

pemanfaatan keanekaragaman dan sumberdaya pantai melalui pergiliran

pemanfaatan kawasan terumbu karang.

Tradisi Mane’e mengakar kuat di desa Kakorotan, Kecamatan Nannusa,

Kabupaten Sangihe Talaud. Desa Kakorotan terdiri dari beberapa pulau, yaitu pulau

Intana, Kakorotan dan Malo yang dikaruniai oleh Tuhan dengan keanekaragaman

(Biodivercity) sumberdaya alam yang sangat tinggi. Dan hampir di seluruh perairan

pesisirnya memiliki terumbu karang, yang disebut Napo oleh penduduk setempat.

Keragaman spesies yang ada sangat tinggi, diantaranya spesies udang, tripang,

biota laut yang dilindungi misalnya ikan Napoleon, penyu, kima dan siput.

Masyarakat Kakorotan selama ini mengambil hasil laut dengan cara yang

cukup bijak, berkat adanya kearifan lokal, yaitu kepercayaan kepada Mane’e. Tradisi

ini konon dimulai sejak abad ke-16, yang dijalankan sekali dalam setahun, biasanya

sekitar bulan Mei bertepatan dengan pasang tertinggi, surut terendah yang terjadi

pada akhir bulan purnama dan awal bulan gelap. Dimana kegiatan Mane’e diawali

dengan melakukan pelarangan hasil laut (eha) pada lokasi yang sebelumnya telah

ditentukan. Upacara Mane’e selanjutnya dilakukan melalui sembilan tahapan.

Page 26: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

37

Tradisi Mane’e adalah sebuah upacara adat dalam menangkap ikan yang

merupakan suatu tradisi yang dapat mewakili kearifan lokal masyarakat pesisir

Kakorotan dalam mengelola alam. Hal ini disebabkan dalam tradisi ini terdapat

pemilihan lokasi dan aturan main yang diterapkan pasca perayaannya. Kegiatan ini

tidak dilaksanakan di semua tempat melainkan di lokasi tertentu yang telah

ditetapkan adat sejak dahulu, yang meliputi daerah terumbu karang sampai ke

pinggiran pantai.

Adapun aturan main yang harus dipatuhi oleh masyarakat lokal adalah eha ,

atau larangan menangkap ikan dan hasil laut lainnya bagi masyarakat lokal dan

orang luar di daerah yang akan menjadi tempat pelaksanaan tradisi tersebut. Lokasi

eha ditentukan berdasarkan musyawarah adat. Dimana lokasinya setiap tahun

berpindah tempat dan diberlakukan enam bulan sebelum tradisi tersebut.

Masyarakat yang melanggar ketentuan ini dikenakan sanksi adat atau moral dan

membayar sejumlah uang denda kepada lembaga adat desa setempat.

Kearifan lokal yang lain juga ada dan masih berlaku di Maluku, yaitu sistem

Sasi dimana berupa larangan memanen atau mengambil sesuatu dari alam untuk

waktu tertentu. Sasi ikan lompa di Pulau Haruku dan Ambon sangat terkenal sebagai

salah satu acara tahunan yang unik bagi masyarakat lokal. Hal ini menunjukkan

salah satu bentuk kearifan lokal dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dengan

ditetapkannya Sasi atas spesies tertentu dan di wilayah tertentu oleh Kewang, yaitu

semacam polisi adat di Maluku Tengah, maka siapapun tidak berhak untuk

mengambil spesies tersebut. Ketentuan ini sebenarnya memberi kesempatan

kepada ikan lompa untuk berkembang biak dan tumbuh, yang kemudian dapat

dipanen ketika Sasi dibuka kembali.

Page 27: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

38

Berbagai hukum adat yang berada pada setiap daerah khususnya terkait

dengan masalah sumberdaya perikanan, sebaiknya disosialisasikan secara

berkesinambungan. Hal ini dikarenakan banyak sistem kearifan lokal yang

sebetulnya sesuai dengan pengelolaan sumberdaya perikanan secara lestari.

Disamping telah diberlakukan penangkapan spesies tertentu pada wilayah tertentu

(Closing area) dan dalam waktu tertentu (Closing time), juga selalu ditegaskan

bahwa untuk menangkap spesies ikan tidak diperkenankan menggunakan bahan

atau alat yang dapat merusak ekosistem lingkungan.

Dari deskripsi diatas menjadi sangat jelas, bahwa ada kearifan lokal dalam

bidang perikanan yang sudah menerapkan cara-cara penangkapan yang ramah

lingkungan (Enviromental friendly), sehingga pemanfaatan sumberdaya perikanan

terumbu karang yang berkelanjutan. Jelas kearifan lokal tersebut menjadi penting

untuk disosialisasikan dan dipelajari sehingga dapat diadopsi untuk kelestarian

sumberdaya perikanan lain di wilayah lain, di Indonesia khususnya dan seluruh

dunia pada umumnya. Maka tindakan yang bisa dilakukan adalah :

1. Pengelolaan ekosistem terumbu karang bukan hanya tanggung

jawab pemerintah tetapi juga para tokoh agama lokal untuk dapat

memberikan penyuluhan tentang pentingnya menumbuhkan sifat kearifan

lokal dalam kitab suci al-Qur’an terutama pembahasan tentang Q.S. AR-

Ruum :41 dalam khutbah Jum’at.

2. Pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan kearifan lokal

bertujuan mengikutsertakan masyarakat lokal, bukan hanya sebagai obyek

tetapi sebagai pengelola dengan memandang kepentingan baik secara

ekologis, ekonomis, dan sosbud, seperti dicontohkan oleh masyarakat pesisir

Jemluk, Bali.

Page 28: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

39

3. Upaya konservasi dan pengelolaan yang dilakukan berdasarkan

kearifan lokal, seperti tradisi Mane’e dan Sasi merupakan sistem kearifan

lokal yang perlu dipertahankan dan dilestarikan, agar manfaat ekonomi

menjadi berkelanjutan tanpa harus merusak terumbu karang sebagai salah

satu sumberdaya perikanan.

Hendaknya ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat lokal,

terutama tokoh agama dalam menjalankan policy agar pembangunan berkelanjutan

yang mengutamakan kelestarian sumberdaya alam.

Kearifan lokal seperti tradisi Mane’e dan Sasi tersebut sebaiknya dilegitimasi

sehingga keberadaannya dapat terus dipertahankan dan dilestarikan, bagi

kepentingan masyarakat lokal, juga bagi kepentingan ilmu pengetahuan serta bagi

pengelolaan sumberdaya perikanan yang lestari dan berkelanjutan (Sustainable).

2.7. Kearifan Lokal Pada Pengelolaan Perikanan Berdasarkan Sosial

Dalam kitab suci Al-Qur’an Allah telah menginformasikan bahwa manusia

sebagai subyek utama terjadinya kerusakan di dunia, yaitu : ” Telah nampak

kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia ,

supaya ALLAH merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan

mereka, agar mereka (kembali ke jalan yang benar). (Q.S. AR RUUM : 41),sehingga

perlu pencerahan bagi manusia untuk bisa bertindak arif dan bijaksana dalam

mengelola alam, dimana pada ujungnya akan memberikan suatu adat kebiasaan

sebagai kearifan lokal (Primyastanto. M, et al, 2010).

Permasalahan envorontment atau lingkungan hidup menjadi keniscayaan

dunia sejak abad ke XX . Hal ini sebagai wujud kesadaran manusia akan arti

pentingnya pemasalahan environtment atau lingkungan hidup sebagaimana telah

Page 29: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

40

dideklarasikan oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang dihadiri 131 negara pada

tahun 1972 di Stocholm Swedia. Dimana pada intinya menyatakan bahwa

perlindungan dan perbaikan environtment merupakan permasalahan global untuk

menyelamatkan umat manusia sehingga setiap Negara dan pemerintah wajib

memperhatikannya.

2.8. Kearifan Lokal Pada Pengelolaan Perikanan Berdasarkan Hukum

Konsep system kearifan local berakar dari system pengetahuan dan

pengelolaan masyarakat adat.Hal ini dikarenakan kedekatan hubungan mereka

dengan lingkungan dan sumberdaya alam. Melalui proses interaksi dan adaptasi

dengan lingkungan dan sumberdaya alam yang panjang, masyarakat adat mampu

mengembangkan cara untuk mempertahankan hidup dengan menciptakan system

nilai, pola hidup, system kelembagaan dan hokum yang selaras dengan kondisi

serta ketersediaan sumberdaya alam disekitar daerah yang ditinggalinya (Syafa’at,

2005).

Menurut Mitchell, et.al., (2000) bahwa pada awalnya, masyarakat adat tidak

selalu hidup harmoni dengan alam. Mereka juga menyebabkan kerusakan

lingkungan. Pada saat yang sama, karena kehidupan mereka tergantung pada

dipertahankannya integritas ekosistem tempat mereka mendapatkan makanan dan

rumah, kesalahan besarnya biasanya tidak akan terulang. Pemahaman mereka

tentang system alam yang terakumulasi biasanya diwariskan secara lisan, serta

tidak dapat dijelaskan melalui istilah-istilah ilmiah.

Keberadaan dan peranan masyarakat adat dalam system pengelolaan

sumberdaya alam secara berkelanjutan belum mendapat perhatian dan tempat

Page 30: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

41

dalam system perencanaan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam

Nasionanl.Percepatan pembangunan ternyata telah menyebabkan banyak

kelompok-kelompok masyarakat adat kehilangan akses atas sumberdaya alam

berupa hutan, pesisir dan lautan serta tanah yang pada gilirannya juga

menghancurkan kelembagaan dan hokum masyarakat adat setempat. Hal ini dapat

terjadi karena dalam proses perencanaan dan peruntukan tanah, hutan, pesisir dan

lautan oleh pemerintah, masyarakat adat tidak dilibatkan dalam pengambilan

keputusan ( Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, 1999, Koentjaraningrat dkk.,1993;

dan Kusumaatmadja,1993).

Masyarakat adat dimaksudkan sebagai kelompok masyarakat yang memiliki

asal-usul leluhur (secara turun temurun) di wilayah geografis tertentu serta memiliki

system nialai, idiologi, politik, ekonomi, budaya, social, dan wilayah sendiri.

Pengertian ini sesuai dengan Konvensi Internasional Labour Organization (ILO)

Nomor 169 Tahun 1969 Pasal I ( 1.b) yang isinya sebagai berikut, “ Tribal Peoples

adalah mereka yang berdiam di Negara-negara merdeka dimana kondisi-kondisi

social, budaya dan ekonominya membedakan mereka dari masyarakat lainnya di

Negara tersebut. ( Syafa’at, 2005).

Berbagai pengetahuan dan kearifan local milik masyarakat adat telah banyak

hilang.Pengetahuan, pemahaman dan penguasaan masyarakat adat atas system

konservasi ekologi serta kekayaan alamnya telah dihancurkan oleh kebijakan-

kebijakan yang memaksakan keseragaman kehidupan social budaya. Pengetahuan

dan kearifan local dalam pengelolaan sumberdaya alam yang dimilki oleh

masyarakat adat, seperti : system hera pada masyarakat Dani di lembah Baliem,

system sasi pada masyarakat Adat Negeri Haruku, system perladangan berotasi

pada masyarakat adat Dayak Benuaq tidak diakui eksistensinya dalam system

Page 31: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

42

budaya yang disebut modern dan mengedapankan pasar. Oleh karena itu, dalam

rangka mewujudkan pemerintahan yang mampu membentuk hokum yang baik, yang

menghargai dan mengakui serta mengakomodasikan akses, kepentingan dan hak-

hak serta kearifan local yang ada di masyarkat adat, maka harus dianut idiologi

pluralism hukim ( legal Pluralism) dalam pembangunan politik hokum otonomi

daerah, dengan memberikan ruang bagi prinsip keadilan, demokrasi, partisipasi,

transparansi, penghargaan dan pengakuan atas kearifan local ( Nurjaya, 2004).

Pengakuan kearifan lokal juga mengimplementasikan hukum-hukum yang

ada didalam Agama, sebagaimana yang dilakukan di negeri China sebagai berikut

:In-depth analyses show that people’s conciousnessof ecological conservation was

derived from the edification of kinds of ancient eco-ethical wisdom, such as

totemism, nature worship, Zhou Yi, Taoism, Buddhism, Confucianism, Mohism, etc.

(Maolin Li, et.al, 2010).

2.9. Kearifan Lokal yang Berlaku di Beberapa Daerah di Indonesia

Berdasarkan beberapa kajian studi pada masyarakat adat yang ada di

Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat tradisional mampu memelihara dan

menjaga kearifan local dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam agar lestari,

yaitu : tradisi lebak lebung (Sumatera Selatan), tradisi adat laot (Nangroe Aceh

Darussalam), tradisi sasi (Maluku), tradisi pamali mamanci ikang (Maluku Utara),

tradsi ponggawa sawi (Sulawesi Selatan), dan tradisi awig-awig (Nusatenggara

Barat).

Tradisi masyarakat adat tersebut telah diwarisi secara turn temurun,

faktannya menunjukkan bahwa nilai tradisi kearifan local tersebut telah menjadi

Page 32: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

43

hokum bagi masyarakat dan berdampak efektif dalam pengelolaan sumberdaya

perikanan sekaligus menjaga pelestarian ekosistem yang ada .

2.10. Kearifan Lokal Yang Berlaku di Masyarakat Nelayan Selat Madura

Kegiatan nelayan adalah kegiatan yang beresiko tinggi. Ini tidak hanya

menyangkut besarnya modal yang dipertaruhkan dan pencarian keuntungan yang

spekulatif, tetapi juga berkaitan dengan keselamatan jiwa. Gangguan alam yang

datang setiap sa’at, seperti ombak dan angin yang besar, adalah hal-hal yang dapat

mengancam keselamatan nelayan. Ada dua hal yang selalu menjadi pusat perhatian

nelayan ketika perahu sedang beroperasi yaitu nasalah keselamatan jiwa dan

perolehan rezeki atau keberutungan. Mereka berharap keselamatan dan

keberutungan dapat berpihak kepada dirinya sekaligus ( Kusnadi, 2005).

Menurut masyarakat nelayan penguasa laut di Selat Madura adalah Nabi

Khidir a.s. Upacara Petik Laut yang dilaksanakan nelayan pesisir setiap tahun

menjelang musim ikan adalah untuk menghormati Nabi Khidir a.s. Dengan

melakukan kegiatan ritual ini, nelayan meminta keselamatan selama melaut dan

agar diberi rezeki hasil tangkapan yang berlimpah. Nabi Khidir a.s. diyakini dapat

menampakkan diri ditengah laut dengan busana dan surban serba putih. Kendatipun

demikian, tidak mudah bagi nelayan untuk dapat menyaksikan peristiwa demikian

karena hal ini merupakan petunjuk keberuntungan. Persepsi bahwa Nabi Khidir a.s.

adalah penguasa laut, juga ditemukan di masyarakat nelayan Pantai Utara Pulau

Madura (Kusnadi, 1992).

Masyarakat nelayan pesisir juga ada kebiasaan tradisi nyabis kepada kyai ,

yaitu mendatangi kyai untuk meminta barokahnya . Nelayan atau pedagang ikan

yang memiliki kemampuan ekonomi akan bersilaturrahmi kepada kyai menurut

Page 33: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

44

seorang informan , jika orenga atau jhuragan mendatangi seorang kyai, berarti dia,

awak perahu, dan perahunya telah memperoleh jaminan kepastian keselamatan

kerja, sedangkan masalah penghasilan dianggap sepenuhnya sebagai urusan

Tuhan Yang Maha Esa. Nelayan pesisir juga membedakan pengertian kyai dalam

tiga versi :

1. Kyai besar (Kyae raje), yakni kyai atau ulama besar pemilik pondok

pesantren yang berpengaruh (kharismatik).

2. Kyai kecil (Kyae kene’), yakni kyai atau ulama pemilik pondok

pesantren yang kurang berpengaruh.

3. Kyai kampung (Kyae kampong) atau kyai langgar, yakni guru mengaji

Al-Qur’an di langgar-langgar atau mushollah kampung (Niehoef, 1988

: 133 dalam Kusnadi, 2005).

Kearifan lokal yang terkait dengan pembuatan perahu, yaitu adanya upacara

ritual. Menurut Horridge (1986), rangkaian upacara pembuatan perahu di Madura,

Sulawesi dan Bali dimaksudkan agar perahu memilki”spirit hidup” dan kekuatan

magis sehingga terhindar dari segala bahaya ketika sedang melaut. Pada umumnya

upacara ritual atau selamatan perahu tradisional Madura meliputi tiga tahap, yaitu

upacara makabin lengghi,upacara serah terima perahu, dan upacara peluncuran

perahu yang pertama kali ke tengah laut (Irawan, 1982). Menurut nelayan kegiatan

upacara ritual tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan,

tetapi juga agar perahu dapat memperoleh hasil tangkap yang baik setiap kali

melaut sehingga penghasilan nelayan juga ikut membaik.

Kearifan lokal yang terkait dengan sistem bagi hasil, dimana hal itu adalah

sistem yang mengatur pembagian hasil tangkapan antara pemilik dan pekerja atau

orenga dan pandhiga atas dasar norma-norma yang berlaku. Dengan persepsi

Page 34: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

45

bahwa perahu sebagai satu unit produksi, sistem bagi hasil yang berlaku berbeda-

beda karena tingkat kebutuhan akan jumlah pandhiga yang diperlukan, spesialisasi

pekerjaan, dan biaya operasi atau pemeliharaannya. Sistem bagi hasil pada perahu

sleret relatif lebih kompleks. Pada umumnya sistem bagi hasil pada perahu sleret

adalah sistem bagi tiga (telon) dengan perincian satu bagian untuk orenga dan dua

bagian untuk pandhiga. Dan ada juga yang menggunakan sistem bagi hasil dua

(maron), yaitu : satu bagian untuk masing-masing .

Kearifan lokal lain yang berkaitan dengan penangkapan bila sedang tidak

musim ikan ( sobung lak-kalakan se sae ) nelayan akan melakukan andun (migrasi

musiman) ke berbagai daerah yang sekiranya dapat memberikan penghasilan.

Daerah tujuan andun paling timur adalah pantai Pondok Mimbo (Situbondo Timur),

paling Barat adalah perairan Pantai Lekok (Pasuruan) dan paling Utara adalah

perairan pantai Selatan Pulau Madura. Ketika andun kedaerah-daerah tersebut,

mereka membawa perahu masing-masing. Jika andun dilakukan secara individu

tanpa membawa perahu, secara umum mereka menuju Muncar, Banyuwangi untuk

bekerja pada unit-unit penangkapan yang ada di daerah tersebut seperti yang juga

terjadi di Bantigue, Filipina (Illo dan Pollo, 1990). Sebaliknya apabila di Pesisir

sedang musim ikan atau ada penghasilan yang baik (badha lak-kalakan se sae)

daerah ini akan menjadi tujuan andun nelayan dari Tuban, Madura, Lekok, Pulau

Gili Ketapang dan daerah sekitarnya ( Kusnadi, 1997a).

Pangamba’ sebagai salah satu bentuk kearifan lokal yang ada pada

msyarakat nelayan. Menurut Firth (1946) dalam Kusnadi (2005)., selain

menyediakan pinjaman modal usaha kepada para nelayan, tugas utama pedagang

perantara (pangamba’) adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara terus

menerus agar ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan

Page 35: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

46

ketika hasil tangkapan nelayan sedikit atau berlimpah. Pedagang Perantara yang

menjualkan hasil tangkapan ikan dikalangan nelayan Madura disebut pangamba’

(Jordan dan Niehof, 1982).

Pada umumnya , baik pemilik perahu ataupun pandhiga, memiliki pinjaman

ikatan dengan pangamba’. Besarnya pinjaman ikatan yang diberikan kepada

nelayan antara orenga dan pandhiga berbeda-beda, sekalipun yang diharapkan dari

mereka itu sama, yaitu hasil tangkapan ikan. Perkiraan besar kecilnya pinjaman

ikatan antara orenga dan pandhiga itu muncul karena pangamba’ memperhitungkan

potensi sumberdaya ekonomi yang dimiliki oleh kedua belah pihak.

1. Orenga adalah pemilik alat-alat produksi untuk menangkap ikan. Dengan

demikian, sumber daya ekonomis yang dimilkinya juga besar. Berkaitan

dengan hal itu, sistem bagian hasil yang berlaku di Pesisir memberikan

bagian (sara’an) yang lebih besar kepada orenga daripada pandhiga

secara perorangan. Jika bagian hasil yang diterima orenga cukup besar,

berarti keuntungan yang diterima oleh pangamba’ juga cukup besar.

2. Pandhiga adalah nelayan buruh yang hanya memiliki sumberdaya jasa

tenaga, dan dimanfaatkan untuk bekerja sebagai buruh pada pemilik

perahu. Dalam sistem pembagian yang berlaku, misalnya sistem

telonatau maron, maka pandhiga secara keseluruhan memperoleh

jumlah hasil yang banyak. Akan tetapi, jika bagian itu dibagi lagi per

orang, hasil yang didapat tidak begitu besar.

Kearifan lokal dalam hal untuk memudahkan kegiatan penangkapan di

tengah laut, sebagian nelayan memasang sarang ikan atau onjhemdidalam laut

untuk daerah lain sering disebut dengan rumpon. Menurut Kusnadi (2005). Sarang

ikan atau onjhem dibuat dari daun pohon kelapa yang masih utuh, batangan

Page 36: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

47

bambu, dan batu pemberat yang disusun sedemikian rupa, sarang ikan ini akan

menjadi tempat berkumpul dan bertelur ikan sehingga dapat membantu nelayan

untuk menjaringnya.

Kontrak kerja dalam merekrut pandhiga termasuk juga satu kearifan lokal

pada masyarakat nelayan, biasanya disebut dengan pemberian pinjaman ikatan

oleh pemilik perahu (orenga). Tujuannya adalah memotivasi pandhiga untuk terus

bekerja di tempat itu atau terikat kerja pada pemilik perahu. Maksud lainnya, agar

nelayan memiliki disiplin dan aktif bekerja, sehingga tidak mudah untuk berpindah

kerja antar perahu.

2.11. MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA

Konsep inti teori Chayanov dalam menganalisis ekonomi keluarga adalah

keseimbangan antara konsumen dan buruh dalam keluarga, yaitu ditunjukkan rasio

antara jumlah yang mengkonsumsi(C) dan yang bekerja mendapat gaji ( W )

dalam keluarga tersebut ( C/ W ). Jika jumlah tanggungan meningkat, maka rasio

C/W akan meningkat pula. Untuk menurunkan rasio tersebut, berarti harus

menambah jumlah jam atau hari kerja keluarga yang bekerja, selain itu juga dapat

menambah jumlah anggota keluarga yang ikut bekerja.Dalam penelitian ini

mengajukan perempuan tani dalam keluarga tani tersebut ikut bekerja, supaya rasio

C / W menurun. Berarti akan meningkatkan pendapatan dalam rumah tangga petani

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka.

Teori Chayanov tentang perilaku rumah tangga petani, dapat digambarkan

dalam ilustrasi berikut (Gambar 2)

Page 37: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

48

Y (output/Pendapatan) Keterangan :

I1 I2 TVP Y = pendapatan kotor( uang )

Ye A X = waktu(jam kerja buruh)

0 L = jumlah jam kerja

Ymin L 0 = waktu kegiatan lain

TVP = Total Variabel Produksi

0 Le Lmax L (Buruh)

Gambar 2..Perilaku Rumah Tangga Petani

TVP dapat dikatakan sebagai pendapatan keluarga, yang menggambarkan

fungsi produksi , yaitu : Y = Py. F ( L ) . Sedangkan fungsi konsumsi digambarkan

dalam bentuk kurva indiffernce( I1 dan I2 ) dengan fungsi utility , yaitu : U=f(Y,H),

berarti terjadi pilihan antara bekerja(Y) dan bersenang-senang(H). Sehingga rumah

tangga petani harus pada posisi Ymin, artinya tingkat pendapatan untuk bertahan

hidup. Kemudian untuk mencapai Y max , petani akan mencurahkan waktu bekerja

maximum (Lmax), berarti akan mengorbankan waktu bersenang-senang. Untuk

dapat mencapai posisi keseimbangan pada Ye dan Le di titik A, berarti selain

waktunya digunakan untuk bekerja juga untuk bersenang-senang. Dengan demikian

titik A menunjukkan MVPL ( Marginal Product of Labor) merupakan persamaan

(dY/dH), selanjutnya dapat dibuat kesimpulan bahwa : MUH MUY = dY/dH = MVPL ,

Teori mikroekonomi perilaku rumah tangga petani dalam model Chayanov adalah

memaximumkan utility dengan tiga constraints yaitu meliputi: fungsi produksi, tingkat

pendapatan minimum dan jumlah hari kerja maksimum yang tersedia.

Di Sri Lanka, karakteristik ekonomi keluarga petani sesuai dengan model

Chayanov, contohnya keluarga yang berdasarkan buruh, keseimbangan konsumen

Page 38: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

49

buruh, pola siklus keluarga petani, aktifitas ekonomi dan tingkat optimum pekerja.

Akan tetapi meskipun karakteristik dasarnya sesuai dengan model Chayanov,

karakteristik tersebut membawa beban yang lebih ringan untuk alasan-alasan

selanjutnya. (1) Di Sri Lanka, buruh bayaran pedesaan memerankan peran penting,

(2) Model keseimbangan konsumen buruh Chayanov tidak bisa diterapkan pada

penduduk keluarga petani Sri Lanka karena rumah tangga petani tersebut tidak

hanya memiliki kebutuhan dasar tapi juga tingkat kebutuhan kompleks yang luas.

Dengan begitu mereka tidak berada dalam posisi untuk menyeimbangkan buruh dan

konsumen dengan mengguna-kan kesenangan. Sebagai gantinya, mereka akan

mencari kerja baik didalam maupun diluar pertanian. (3) Seperti yang Chayanov

sebutkan, pola siklus keluarga petani tidaklah umum karena kebanyakan penduduk

sekarang ini mencari pekerjaan sektor industri karena masalah yang terus-menerus

dalam sektor pertanian. (3) Alokasi dari tingkat optimum buruh tidak bisa diterapkan

terhadap penduduk Sri Lanka karena kelebihan buruh pada pasar buruh pedesaan

dan inovasi teknis( Thilakarathne & Yanagita,1996).

Definisi petani menurut Chayanov memiliki kesamaan dengan definisi petani

pemegang hak ,berdasarkan deklarasi Hak Asasi Petani- Perempuan dan Laki-laki,

pasal 1 menyatakan : Seorang petani ialah laki-laki atau perempuan yang memiliki

hubungan langsung dan khusus dengan tanah dan alam melalui produksi pangan

dan/atau hasil pertanian lainnya. Para petani penggarap tanah sendiri terutama

mengandalkan tenaga kerja dari keluarga dan pengorganisasian tenaga kerja

berskala kecil lainnya.Petani secara tradisional melekat erat di dalam komunitas

lokal mereka dan mereka merawat bentangan lokal dan dengan sistem

agroekologi.Istilah petani dapat diterapkan kepada siapapun yang berhubungan

dengan pertnian, peternakan, penggembalaan, kerajinan tangan atau pekerjaan-

Page 39: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

50

pekerjaan terkait di wilayah pedesaan, termasuk juga masyarakat adat yang

mengolah lahan.Istilah petani juga dapat diterapkan kepada masyarakat tak

bertanah. Menurut FAO (1984) definisi (1) kategori orang-orang berikut ini

dipertimbangkan sebagai tak bertanah dan memilki kecenderungan untuk

menghadapi kesulitan dalam penghidupan mereka :

1. Rumah tangga pekerja pertanian/buruh tani dengan sedikit lahan atau tanpa

lahan sama sekali;

2. Rumah tangga non-pertanian di wilayah pedesaan, dengan kepemilikan kecil

lahan atau tanpa lahan sama sekali yang para anggota kelurganya terlibat

dalam berbagai kegiatan seperti menangkap ikan, membuat kerajinan tangan

untuk pasar local, atau menyediakan jasa;

3. Rumah tangga pedesaan lainnya seperti rumah tangga penggembala,

masyarakat nomaden/berpindah, petani yang berpindah setiap panen,

pemburu dan peramu, dan orang-orang dengan penghidupan yang serupa.

“.......Sebagian besar permasahan perikanan (tangkap dan kelautan) adalah sangat

komplek, yaitu mencakup dimensi sosial-politok-ekonomi dan biologi. Juga kita

saksikan sering terjadi kompleksitas pada skala yang terbatas. Akibatnya, rencana

pengelolaan yang hanya didasarkan pada informasi bio-ekologis saja bisa gagal,

jika tekanan penangkapan tidak terkendali karena kendala politik dan ekonomi.

Demikian juga kebijakan ekonomi bisa saja gagal, jika tidak bersamaan kita

memperhatikan komponen bio-ekologis. Singkatnya, bahwa perikanan (tangkap

dan kelautan) merupakan sistem dinamikdengan banyak komponen yang saling

berinteraksi. (Walter, 1980 dari Charles, 2001) dalam Muhammad, S. (2011).

Page 40: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

51

Dalam proses analisis kebijakan, untuk memecahkan permasalahan

pembangunan kelautan dan perikanan langkah yang ditempuh menggunakan

pendekatan sistem.

A. Sistem Lingkungan Kelautan Dan Perikanan

Jika kita kaitkan dengan “Tujuan Pembangunan Perikanan Berkelanjutan”

maka keduanya, yaitu “bio-ekologi” perikanan adalah sangat terkait dengtan aspek

“ekonomi-politik” pada “Pengelolaan Berkelanjutan”. Tulisan ini mengacu pada

premis bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan (dan ada kaitan

dengan ketahanan cadangan sumberdaya ikan) mencakup keterkaitan berbagai

aspek dalam demensi yang sangat luas sebagai suatu “sistem” yang berinteraksi

dan terkait antar komponen ekologi, biologi, ekonomi, sosial dan budaya. Dengan

dasar premis tersebut maka muncullah satu pendekatan baru dalam pengelolaan

sumberdaya perikanan yang kita kenal dengan pendekatan “Bio-Ekonomi”.

Pendekatan ini mungkin mengundang sejumlah pertanyaan, seperti

misalnya pertanyaan apa yang dimasud dengan keberlanjutan cadangan

sumberdaya perikanan dan kenapa penting ?. Juga pertanyaan lain seperti apa

makna sumberdaya ikan yang memiliki daya tahan secara berkelanjutan tersebut

bagi kesejahteraan manusia ?. Secara lebih mendalam, dapat juga diajukan

pertanyaan tentang apa “sistem perikanan tangkap’ yang dimaksud dan bagaimana

perspektif sistem tersebut kaitannya dengan keberlanjutan dan kelestarian

cadangan ikan ?. Dan banyak pertanyaan lain yang dapat kita ajukan, seperti

bagaimana bentuk keterkaitan antar komponen, dinamika sistem keterkaitan dan lain

sebagainya. Berikut ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut

Page 41: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

52

dan menguraikannya agak singkat dalam tahapan pengantar untuk memacu

pendekatan sistem dalam setiap analisisi kebijakan pengelolaan sumberdaya

perikanan dan kelautan. Berikut penjelasan singkat untuk membangkitkan diskusi

lebih lanjut..

Pertama : persoalan berkelanjutan, kenapa penting ?. Masalah

keberlanjutan baik pada perikanan budidaya maupun perikanan tangkap pada

beberapa dekade ini telah menjadi bahasan utama bahkan telah mendominasi

semua sektor aktifitas ekonomi dunia yang semakin memberikan tekanan

pembangunan berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini dan

juga untuk waktu yang akan datang. Konsep tersebut juga telah memasuki

pembahasan pengelolaan sumberdaya alam, seperti perikanan, kelautan,

kehutanan dan lain sebagainya, bahwa pemanfaatan sumberdaya alam, baik yang

dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui tidak hanya untuk tujuan

pemenuhan kebutuhan jangka pendek, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan

manusia pada tingkat output yang dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Disamping itu, pendekatan pembangunan berkelanjutan saat ini telah bergeser yang

pada awalnya menekankan pada “output berkelanjutan” kemudian meningkat ke

tingkat pemikiran yang lebih terpadu dalam banyak tingkatan pengelolaan, yaitu

semakin menekankan juga pada “proses” yang berkelanjutan.

Pembahasan tentang keberlanjutan sumberdaya ikan saat ini masih hangat

dibicarakan dan menunjukkan kenyataan yang diluar dugaan, bahwa beberapa

catatan penting berkenaan dengan keberlanjutan sumberdaya ikan dunia, juga

dalam lingkup luas berkenaan dengan pembangunan berkelanjutan, banyak

cadangan ikan maupun budidaya ikan di berbagai kawasan dunia memang telah

menunjukkan penutunan cadangan ikan dan peningkatan ancaman pada budidaya

Page 42: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

53

ikan berkelanjutan yang memerlukan perhatian sangat mendesak. Banyak lembaga

dunia dan peneliti (OECD, 1997; Granger and Garcia, 1996) menaruh perhatian

serius terhadap krisis cadangan ikan di laut dan menawarkan strategi untuk

menyebar-luaskan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan tersebut.

Sebagai contoh, ada permasalahan mendasar berkenaan dengan kondisi

sumberdaya alam dunia, seperti yang dinyatakan oleh FAO sebagai berikut

(Charles, 2001) : “...sekitar 35% dari 200 pusat cadangan ikan dunia telah

menunjukkan penurunan hasil tangkapan, sekitar 25% pada tahapan tereksploitasi

penuh (“mature”) dan sekitarv 40% berada pada tapan perkembangan, hanya 9%

yang berada pada tahapan “mulai” dieksploitasi (underdeveloped level). Ini

menunjukkan hampir 68% cadangan ikan dunia telah berada pada tahap terkuras

penuh dan berlebih. Kesimpulan yang dibuat oleh Granger dan Garcia (1996)

adalah sekitar 44% “over-exploited”, 16% terekploitasi penuh, 6% deplesi dan 3%

mulai pulih. Ini berarti sekitar 69% memerlukan pengelolaan sangat mendesak”.

Kedua, perlu mendapat perhatian, bahwa keberlanjutan sumberdaya ikan

dunia ternyata tidak hanya berkenaan dengan masalah cadangan ikan (biomassa),

tapi ternyata..juga terkait dengan keberlanjutan keseluruhan aspek, mulai dari aspek

ekosistem, sosial dan struktur ekonomi, juga aspek komunitas perikanan dan

kelembagaannya, termasuk hasil kerja para penelitinya. Ini berarti persoalan

keberlanjutan cadangan ikan memerlukan perhatian bukan hanya persoalan hasil

tangkapan ataupun budidayanya, tapi keberlanjutan sumberdaya perikanan juga

menyangkut persoalan yang kita lihat dari sudut pandang komprehensif terkait satu

sama lain untuk mempertahankan empat komponen keberlanjutan (sustainabilitas)

sebagai berikut :

Page 43: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

54

(1) Keberlanjutan ekologis (ecological sustainability), yaitu berkenaan dengan

keberlanjutan panen, ikan, mempertahankan cadangan sumberdaya ikan dan

yang terkait, juga mempertahankan ketahanan ikan sebagai sasaran

budidaya dan tangkapan termasuk ekosistem secara keseluruhan.

(2) Keberlanjutan sosial-ekonomi (socioeconomic sustainability) , yaitu berkenaan

dengan keberlanjutan untuk mempertahankan kesejahteraan sosial-ekonomi

masyarakat secara makro termasuk keberlanjutan keuntungan, pemerataan

dan distribusi kesejahteraan, termasuk mempertahankan keseluruhan sistem

ekonomi yang terkait.

(3) Keberlanjutan komunitas/ masyarakat perikanan (community sustainability),

yaitu menekankan pada penguatan komunitas (kelompok) masyarakat dalam

meningkatkan dan mempertahankan kondisi ekonomi dan sosial-budaya

masyarakat yang kohesif secara keseluruhan, dan dalam jangka panjang

mampu menjaga keutuhan sistem sosial-budaya secara sehat.

(4) Keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability), yaitu menekankan

pada penguatan lembaga finansial yang susuai, kemampuan organisasi dan

pengelolaan dalam jangka panjang, dalam arti kelembagaan untuk

pengelolaan sumberdaya perikanan dalam jangka panjang terjamin.

Keberadaan kelembagaan dimaksudkan berbagai bentuk organisasi dimana

masyarakat saling berinteraksi dan melakukan pengelolaan seperti Departemen

Perikanan dan Kelautan, organisasi / koperasi nelayan yang memiliki sejumlah

aturan yang menghasilkan berbagai “norma” untuk mengatur perilaku masyarakat

perikanan. Contoh bentuk kelembagaan yang dimaksud seperti pasar-Tempat

Pelelangan Ikan (TPI), sistem peraturan/ Undang-Undang, dan lainnya. Organisasi

tersebut dimanifestasikan dalam bentuk kelembagaan yang melakukan kegiatan

Page 44: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

55

agar aturan dan norma diterima oleh masyarakat nelayan dalam mengatur

pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.

Sementara keberlanjutan sumberdaya ikan teramat penting, dan lebih

penting lagi adalah “ketahanan” (resiliency) species dan cadangan ikan itu sendiri

dalam menghadapi tekanan lingkungan maupun tindakan manusia sekitarnya.

Pengalaman punahnya cadangan ikan dan ancaman penyakit ikan budidaya pada

skala luas ternyata berkaitan dengan ketahanan spesien ikan tertentu dan

cadangan ikan tersebut. Ketahanan adalah diperlukan untuk semua aspek

perikanan tangkap maupun budidaya. Ketahanan dibutuhkan dalam aspek

kehidupan ikan, nelayan, infrastruktur pengelolaan dan ekosistem sumberdaya ikan.

Dalam hal ini, pengelolaan dan peran kebijakan menjadi pusat perhatian

dalam mengembangkan keberlanjutan dan ketahanan spesies ikan dan cadangan

sumberdaya ikan. Dalam kaitan ini, pembangunan perikanan tidak hanya

melindungi cadangan ikan, tapi lebih luas, yaitu mencakup semua aspek yang

berkaitan dengan sistem perikanan dan kelautan. Kita pasti tidak akan berhasil

menduga aspek ekologi, jika kita tidak melihat aspek sosial diluar batas cadangan

ikan tersebut, dan kita juga gagal melihat keberlanjutan komunitas jika kita hanya

melihat komunitas nelayan hanya sebagai penangkap atau pembudidaya ikan saja.

Ini berarti bahwa perhatian peneliti dalam kajian ilmu perikanan dan kelautan

ini dalam menyoroti pengembangan perikanan tangkap maupun budidaya adalah

menggunakan “pendekatan sistem” secara komprehensif melihat perikanan

tangkap maupun budidaya sebagai suatu “sistem perikanan secara utuh”. Kajian ini

melihat ada saling keterkaitan pada “sistem perikanan tangkap” yang merupakan

interaksi antara komponen ekologis, bio-fisik, komponenen ekononomi, sosial dan

budaya masyarakat nelayan. Artinya kita tidak bisa melihat “cadangan ikan” terpisah

Page 45: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

56

dari nelayan, terpisah dari pengolah ikan dan selanjutnya. Dengan perspektif

“sistem” harus dipadukan dengan kepentingan pengelolaan dan kebijakan dan

implimentasinya keseluruh sistem. Pendekatan sistem tersebut menjadi kata kunci

untuk meraih keberhasilan pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan. Pendekatan

“reduksionist” yang dilakukan oleh berbgai disiplin ilmu memang berguna, tapi tidak

mencukupi.

Dengan dasar rasional tersebut, maka fokus perhatian kajian ilmu perikanan

dan kelautan ini dalam membangun perikanan adalah melihat pengelolaan

sumberdaya perikanan secara terpadu, misalnya kita melihat struktur, nature dan

dinamika sumberdaya ikan dari seluruh komponenen sistem perikanan tangkap

maupun budidaya. Gagasan pendekatan ini melihat perikanan dalam “satu pundi-

pundi”, dan bagaimana mereka menyatu bersama-sama membentuk “sistem

perikanan” dengan pengorganisasian “Obyek Kesatuan Sistem” sebagai berikut :

1. Sistem Sumberdaya Perikanan

(a) Sumberdaya Ikan

(b) Ekosistem

(c) Lingkungan bio-fisik.

2. Sistem Sosial

(a) Nelayan/ Pembudidaya Ikan

(b) Sektor pasca-panan dan konsumen

(c) Rumahtangga Nelayan/ Pembudidaya Ikan dan komunitas

(d) Lingkungan sosial/ekonomi dan budaya.

3. Sistem Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Budidaya Ikan

(a) Perencanaan dan kebijakan perikanan tangkap dan budidaya ikan

(b) Pengelolaan perikanan

Page 46: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

57

(c) Pembangunan perikanan

(d) Penelitian perikanan tangkap dan budidaya ikan.

Pendekatan sistem menolak pendekatan penyederhanaan perikanan, sperti

: ikan di laut dan masyarakat nelayan di atas kapal”. Dan pendangan sebaliknya

yang melihat :”begitu banyak jenis ikan, begitu banyak tipe nelayan, dan begitu

banyak konflik” Memang benar sistem perikanan adalah kompleks Pendekatan

sistem dimaksudkan untuk melihat “gambaran besar dan unik” tentang sumberdaya

perikanan dan budidayanya untuk dipahami lebih baik dimana sekelompok nelayan

bekerja untuk membantu agar pengelolaan dan kebijakandapat bekerja “lebih baik”.

Tekanan tulisan ini untuk menyediakan cara pandang pengelolaan dan

penelitian sumberdaya perikanan maupun budidaya ikan secara terpadu sebagai

refleksi implimentasi Agenda 21, sebuah dokumen yang dicanangkan pada United

Nation Conference on Environment and Development yang lebih dikenal sebagai

“Rio-Conference” (Borgese, 1995 dari Charles, 2001). Isi Agenda 21 disajikan pada

Box 1.

Box 1

Agenda 21. Pasal 17

Perlindungan lautan dan kawasan pesisir dan sumberdaya kehidupan didalamnya

A. Pengelolaan terpadu dan pembangunan berkelanjutan kawasan pesisir, termasuk

lautan Zone Ekonomi Eksklusive (ZEE).

B. Perlindungan lingkungan laut.

C. Konservasi dan penggunaan sumberdaya laut dalam secara berkelanjutan.

D. Konservasi dan penggunaan sumberdaya lautan dibawah jurisdiksi nasional

secara berkelanjutan.

E. Mengusahakan diri untuk mengelola lingkungan lautan, ketidakpastian dan

perubahan iklim..

F. Memperkokoh kerjasama dan koordinasi internasional.

G. Pembangunan berkelanjutan pulau=pulau kecil.

Page 47: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

58

B. Gambaran Sistem Perikanan Tangkap

Sistem perikanan tangkap itu dapat disajikan secara grafis dan berbagai

komponen dan beberapa interaksi diantara komponen tersebut dalam gambar 3.

Kekuatan Eksternal : msalnya pemerintah Kekuatan Ekternal : misalnya perubahan iklim

Kekuatan eksternal : kebijakan makro ekonomi

Gambar 3. Struktur Sistem Perikanan (tiga sub-sistem)

Ekosistem Natural

Lingkungan Aquatik

Komunitas

Jenis Ikan

Habitat

Sistem Managemen

Sistem Sosial

Lingkungan Sosial-Ekonomi

Rencana &

Kebijakan

Managemen

SDI

Pembangunan

Perikanan

Riset

Perikanan

Juragan

Komunitas

(3)

R.T Nelayan

P

D

C M

Pasca-Panen

R (4) W

Klp. Nelayan

(1)

Klp. Teknologi

(2)

Page 48: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

59

Keterangan :

(1) Konflik pengguna SDI.

(2) Konflik alat tangkap ikan

(3) Interaksi sosial-ekonomi komunitas

(4) Jalur Pemasaran : (P = pengolah; D = distributor; M = pasar; W = pedagang

besar;). (R = pengecer; dan C = konsumen)

Gambar 3. Menunjukkan bahwa ada tiga kekuatan eksternal berpengaruh

dalam pengelolaan sistem perikanan berkelanjutan, yaitu : perubahan iklim,

kebijakan pemerintah dan makro ekonomi, selanjutnya dapat digambarkan secara

bagan alir (flow chart) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4. Sistem perikanan

secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Ikan di laut dan (2)

Armada penangkapan untuk menangkap ikan tersebut, yaitu berupa kapal

penangkap ikan (3) Hasil tangkap (panen ikan) diangkut ke darat dan dijual di (4)

pasar, sebagai suatu bentuk aktifitas ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat

nelayan yang berlangsung turun temurun sebagai wujud usaha untuk mencari

karunia Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pengatur rizki manusia dalam

kehidupan didunia ini.

Ikan sebagai sumber protein bagi kebutuhan manusia merupakan salah satu

karunia Tuhan sebagaimana tertera dalam al-Qur’an surah An-nahl ayat 14 : “ Dan

Dialah (ALLAH) yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan

daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu

perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera (kapal) berlayar padanya,

dan supaya kamu mencari keuntungan dari karunia-Nya, dan supaya kamu

bersyukur ”.

Page 49: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

60

Gambar 4. Sistem Perikanan Tangkap (penyederhanaan)

Pada gambar 4. menampilkan sebuah penyederhanaan Sistem Perikanan

Tangkap yang menggambarkan tentang input (ikan dan armada penangkapan ikan)

dan output (panen). Selanjutnya mari kita bayangkan bahwa masing-masing input ,

yaitu cadangan ikan dan armada tangkap secara dinamis berubah sepanjang waktu

tergantung pada lingkungan internal masing-masing. Cadangan ikan dikendalikan

oleh proses reproduksi )recruitment) dan mortalitas. Armada tangkap dikenadalikan

oleh dinamika permodalan sebagai investasi yang dilakukan oleh nelayan juragan

berupa modal fisik kapal dan alat tangkap ikan, dan selanjutnya terjadi penyusutan

sepanjang waktu. Keduanya, yaitu dinamika populasi ikan dan dinamika modal

IKAN

(1)

ARMADA

TANGKAP

(2)

PANEN

(HASIL TANGKAPAN)

(3)

PASAR

(4)

Page 50: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

61

terkait dengan besarnya hasil tangkapan. Pada gambar 5 ditunjukkan suatu Sistem

Perikanan Tangkap lebih lengkap, sebagai berikut ini :

Gambar 5. Sistem Perikanan Tangkap (lebih lengkap)

Pasar dan armada tangkap berubah secara dinamik, kemudian

mempengaruhi cadangan ikan dan keuntungan juragan (pengusaha). Sangat jelas,

bahwa hasil tangkap akan menurunkan cadangan ikan, sebaliknya, hasil panen di

jual di pasar memperoleh keuntungan yang dapat dipakai oleh nelayan melakukan

IKAN

ARMADA

TANGKAP

PANEN

(HASIL TANGKAPAN)

PASAR

Dinamika Populasi

- Recruitment

- Mortalitas

Dinamika Modal

-Investasi

-Penyusutan

Keuntungan

Kondisi Pasar

Page 51: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

62

investasi baru sejalan dengan variasi keuntungannya. Sementara variasi

keuntungan terkait dengan kondisi hasil tangkapan dan pasar.

..

Gambar 6. Gambaran Sistem Perikanan Tangkap lebih kompleks

Masih ada lagi komponenen lain yang terkait dengan sistem perikanan

tangkap, yaitu sistem sosial perikanan. Untuk diketahui bahwa diatas armada

IKAN NELAYAN

PANEN

(HASIL TANGKAPAN)

PASAR

Dinamika Populasi

- Recruitment

- Mortalitas

Dinamika Modal

-Investasi

-Penyusutan

Keuntungan

- Sosial

- -Ekonomi

- -Budaya

- -Biodiversity

Kondisi Pasar

LINGK. BIO-

FISIK

EKOSISTEM

LINGK/SOSEK

RT. &KOMMU-

NITAS

ARMADA

TANGKAP

Sistem

Ketenaga-

kerjaan

Pasca-panen

Page 52: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

63

terdapat ABK maupun para juragan yang berperan penting dalam sistem perikanan

tangkap. Sisi sosial ini sangat penting untuk lebih lengkap menggambarkan sistem

perikanan tangkap. Sistem perikanan tangkap tidak hanya kita lihat pada inti

persoalan “ikan di laut”, dan armada tangkap saja, tapi juga “orang-orang yang

bekerja” di kapal dan atau orang-orang yang bekerja yang terkait dengan hasil

tangkapan ikan tersebut , sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.

Tinjauan lebih luas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6, sistem

perikanan tangkap dimana kita melihat ikan sebagai makhluk hidup yang terkait

dengan ekosistem, yang berada dalam lingkungan bio-fisik perairan, dan nelayan

sebagai makhluk hidup dalam suatu rumahtangga suatu komunitas yang berada

dalam suatu lingkungan sosial-ekonomi yang lebih luas. Selanjutnya, panen ikan

memasuki legiatan pasca-panen yang mendistribusikan produk ke pasar, sehingga

akan dapat diperoleh tingkat keuntungan produk ikan tersebut. Gambar 6

merupakan gambaran Sistem Perikanan Tangkap secara keseluruhan..

Gambar 3 - 6 menggambarkan Sistem Perikanan Tangkap dalam bentuk

bagan alir. Cara lain, gambaran tentang Sistem Perikanan Tangkap disajikan dalam

bentuk Matrik Perencanaan Strategis yang menyajikan Sistem Perikanan Tangkap

dalam bentuk sistem dengan cara menunjukkan komponen kunci Sistem Perikanan

Tangkap, unsur utama komponen struktur, aspek lingkungan ekologis, sosial dan

ekonomi terkait, tindakan atau pengaruh yang relevan sebagaimana ditunjukkan

pada Tabel 1. dimana Sistem Perikanan Tangkap disusun dalam tujuh kategorisasi

yang ditunjukkan pada kolom pertama, yaitu :

(1) Kategorisasi Pertama : ikan dan ekosistem.

(2) Kategorisasi Kedua : pengguna.

(3) Kategorisasi Ketiga : pasca-panen dan konsumen.

Page 53: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

64

(4) Kategorisasi Keempat : lingkungan sosial-ekonomi dan komunitas.

(5) Kategorisasi Kelima : pengelolaan perikanan.

(6) Kategorisasi Keenam : kebutuhan pengelolaan dan pembangunan,

(7) Kategorisasi Ketujuh : pengaruh luar yang utama

Tabel 1. Skema Perencanaan Strategis Beberapa Kategorisasi Sistem Perikanan Tangkap dalam garis besar (Charles, 2001)

Ikan dan

Ekosistem

Pantai Lepas Pantai Beruaya dan

Laut Dalam

Habitat dan

Kualias

Lingk

Interaksi

Ekologis

Pengguna Perikanan

Subsisten

Nelayan

Artisenal

Armada Industri Joint-

Ventura

Armada Asing

Pasca-panen

dan Konsumen

Pengolah

tradisional

Pengolah

Industri

Marketing dan

distribusi

Konsumen

Domestik

Pasar Ekspor

Lingk. Sosek

dan Komunitas

Organisasi

dan

Lembaga

Kommunitas

dan RT.

Perikanan

Peran Wanita Aspek

historis,

kultur dan

legal

Aktifitas

terkait dengan

perikanan

Pengelolaan

Perikanan

Tujuan dan

Kebijakan

Pengelolaan

dan Penegakan

aturan

Pembangunan

Perikanan

Penelitian

pendugaan

stok

Kebijakan

Internasional

Kebutuhan

Pengelolaan

dan

Pembangunan

Penguatan

Lembaga

Pembangunan

SDM

SIM dan IPTEK Struktur

Kelola yang

Cocok

Diversifikasi

Usaha

Ekonomi

Pengaruh Luar

yang Utama

Marikultur Agrikultur Turisme Industri Transportasi

Dari ketujuh kategori pada Tabel 1, maka keenam kategori pertama (1 - 5)

dalam kerangka Sistem Perikanan Tangkap menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

Page 54: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

65

(1) Kategori pertama : berkenaan dengan komponen sistem sumberdaya ikan (SDI,

yaitu persoalan ikan dan ekosistemnya.

(2) Kategori kedua, krtiga dan keempat : berkenaan dengan persoalan sistem

sosial-ekonomi.

(3) Kategori kelima dan keenam : berkenaan dengan persoalan sistem pengelolaan

SDI.

(4) Adapun kategori ketujuh : berkenaan dengan daftar lingkungan eksternal yang

berpengaruh yang merupakan lingkungan diluar sistem perikanan tangkap.

Setiap kategori berisi sejumlah unsur yang tersusun secara garis besar lebih

bersifat lokal atau internal dalam perikanan tangkap tersebut (pada sisi kirinya) dan

bersifat spsial lebih luas dan berorientasi eksternal (pada sisi kanannya). Sebagai

contoh, kategori ikan dan ekosistem mencakup tiga lingkungan utama, dari

lingkungan pantai (pesisir) ke lepas pantai (laut dalam), selanjutnya ke situasi ikan-

ikan beruaya di laut dalam, juga kualitas habitat dan lingkungan dan interaksi

ekologis. Sejalan dengan unsur sistem tersebut, kategori pengguna dimulai dari

perikanan subsisten dan skala kecil ke skala industri, kemudian joint-ventura dan

kapal asing.

Skema perencanaan strategis tersebut tentu saja merupakan pendekatan

penyederhanaan sistem dari suatu sistem yang kompleks yang dapat dipakai

sebagai alat analisis yang akan dibahas nanti. Sebagai contoh, untuk melalkukan

penilaian sustu program atau projek tertentu dalam suatu perikanan tangkap skema

tersebut dapat membantu memberikan indikasi secara visual suatu unsur sistem

perikanan tangkap secara langsung maupun tidak langsung dan memberikan

gambaran garis besar tentang interaksi yang dapat dimonitor sebagai bagian yang

tercakup dan tidak terpisahkan dalam sistem perikanan tangkap.

Page 55: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

66

Beberapa alat lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan sistem

perikanan tangkap adalah :

(1) Sistem Perikanan Tangkap digambarkan dalam bentuk gambar yang

diperuntukkan bagi pengelolaan sumberdaya ikan berbasis komunitas, atau

untuk kepentinagn pendidikan atau tujuan publikasi.

(2) Sistem Perikanan Tangkap digambarkan secara grafis dalam bentuk peta,

secara khusus disajikan zona-zona untuk kepentingan pengelolaan, jalur

migrasi ikan, atau lokasi armada tangkap. Peta tersebut menyajikan secara

garis besar menggambarkan ciri spasial. Gambar tersebut mungkin belum

mampu menjelaskan aspek dinamik sistem perikanan tangkap.

(3) Sistem perikanan tangkap digambarkan dengan fokus ekosistemyang ada,

lebih khusus menggambarkan persoalan rantai makanan.

(4) Sistem perikanan tangkap digambarkan dengan menggunakan model

matematk. Dalam pendekatan ini sistem perikanan tangkap disajikan dalam

bahasa matematik sebagaimanan ditunjukkan pada Gambar 1.6.

(5) Tinjauan kultural juga bisa digunakan untuk menggambarkan Sistem

Perikanan Tangkap seperti yang dilakukan oleh Borgese (1998 (Charles,

2001) untuk menggambarkan apa yang dibayangkan oleh Mahatma Gandhi

tentang kehidupan masa depan negeri India.

C. Karakteristik Sistem Perikanan Tangkap

Pada sistem perikanan tangkap terdapat diversitas didalam sistem maupun

diantara sistem tersebut. Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat

mengklasifikasikan dan mendeferensiasikan diantara berbagai tipe sistem

Page 56: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

67

perikanan tangkap tersebut ?. Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatian khusus

perlu dilakukan pada persoalan skala yang timbul dari segala aspek terkait dengan

keberhasilan pengelolaan sumberdaya ikan tersebut.

1. Skala Ruang

Skala ruang pada sistem perikanan tangkap terkait dengan ukuran luasan,

baik secara geografis maupun administratif. Persoalan skala ruang muncul dalam

praktek perencanaan dan pengelolaan SDI., seperti batas yang cocok dari sebuah

sistem perikanan tangkap dan pembuatan desain sistem pengelolaan yang sesuai,

dan dalam pertimbangan yang lebih konsepsual memerlukan differensiasi sesuai

dengan kebutuhan pengkelompokan lokasi sistem perikanan tangkap.Sebagai

contoh, seseorang dapat mempertimbangkan sistem perikanan tangkap yang

memiliki variasi skala ruang sebagai berikut :

(1) Kommunitas pesisir termasuk jenis-jenis sumberdaya perikanan yang

bermigrasi secara lokal (misalnya : ikan-ikan yang hidup di lingkungan terumbu

karang, atau lobster yang hidup di karang- karang di sepanjang pantai Selatan

Jawa ) dan sumberdaya perikanan yang terkait dengan sistem pengelolaan

perikanan tangkap skala kecil.

(2) Sistem Perikanan Tangkap pada skala provinsi sampai tingkat nasional,

khususnya yang dibuat atas dasar batasan jurisdiksi formal.

(3) Organisasi perikanan tangkap regional maupun internasional, seperti : (a) Badan

Pengelola Perikanan Tangkap Regional dari FAO, General Fisheries Commision

for the Mediterrianian/GFCM dan Western Central Atlantic Fishery Commision/

Page 57: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

68

WECAFC, dan (b) organisasi pengelolaan perikanan tangkap skala Uni Eropah

termasuk persoalan Kebijakan Perikanan Tangkap di Uni – Eropah.

Pada situasi tertentu, skala ruang mana yang akan dipilih ?. Jika fokus

perikanan skala kecil dan persoalannya adalah kapan kita melihat sebagai suatu

sistem yang lebih luas ?. Persoalan ini penting untuk dicatat, mengingat dalam

sistem perikanan tangkap selalu terjadi interaksi antara komponen sistem tersebut.

Lebih jauh, bahwa sistem perikanan tangkap tertentu mencakup cadangan ikan dan

komponenen sumberdaya alam lainnya, dan komponen sistem sosial dan berbagai

komponen pengelolaan (mencakup IPTEK, penegakan aturan, kebijakan dan lain-

lainnya) , bahwa skala yang sesuai akan berbeda tergantung pada komponen

sistem dan keadaan khusus lainnya.

Lebih jauh, mungkin saja terdapat perbedaan antara sumberdaya alam yang

satu dengan lainnya atau batasan ekologis dari suatu sistem perikanan tangkap,

mungkin sesuai dari sudut pandang sistem sosial (termasuk aspek ekonomi dan

budaya) dan batas yang sesuai dilihat dari segi pengelolaan (seperti aspek legal,

kelembagaan dan politik). Persoalannya adalah seberapa jauh cakupan yang

didapat dari aspek “natural”, seperti kondisi perairan atau batas wilayah pesisir serta

batas sistem ditinjau dari sudut pandang sistem sosial yang ada ?. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut memerlukan jawaban, sementara jawaban yang kita peroleh

jelas tidak mudah.

Kondisi tidak sinkron (mismatch) antara cakupan sumberdaya, aktifitas

panen dan kegiatan pengelolaan, memerlukan kriteria pengaturan kelembagaan

untuk keperluan pengelolaan agar berhasil. Tentu saja diperlukan alasan yang

bersifat persuasif untuk menyelesaikan persoalan yang tidak sinkron tersebut

dengan cara mendesentralisasikan penanganan beberapa bagian sistem disamping

Page 58: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

69

diperlukan pandangan yang lebih luas untuk menangani bagian komponenen

sistem lainnya. Sistem dan lingkungannya sebagaimana diuraikan diatas disajikan

pada Gambar 7.

(2)

Cuaca Pelanggan Pemerintah Pesaing

(1) Penjual/ Pedagang Pemilik Modal Lembaga Keuangan

Gambar 7. Gambaran Sistem dan Lingkungannya (Charter, et al, 2001)

Keterangan :

(1) Batas Sistem

(2) Lingkungan Sistem

Umpan Balik

INPUT

Bahan Baku

Biaya

Sumberdaya

PROSES

Prosedur

Program

Peralatan

Kebijakan

OUTPUT

Performansi

Barang jadi

Layanan

Konsekuensi

PENGAMBIL KEPUTUSAN

Page 59: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

70

2. Pendekatan Sistem Pada Analisis Kebijakan Pembangunan

Kelautan dan Perikanan

Untuk menjelaskan hubungan antara peubah dapat disusun hubungan antar

perubah dalam bentuk persamaan regresi. Persamaan regresi ini secara sederhana

dapat dikelompokkan menjadi dua model, yaitu :

(1) Model persamaan tunggal dalam bentuk regresi linier atau ganda secara

partsial.

(2) Model Sistem Persamaan, yaitu model hubungan antar peubah eksogen dan

endogen yang tersusun dalam “kesatuan hubungan/ keterkaitan” terdiri dari

sejumlah (lebih dari satu) persamaan.

Berikut disajikan contoh Sistem Persamaan yang menggambarkan

hubungan kegiatan produksi, curangan kerja, penerimaan dan pengeluaran

rumahtangga juragan dan pendega secara komprehensif dengan pemanfaatan

sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.. Model Ekoromi Rumahtangga

merupakan salah satu pendekatan sistem dalam perumusan kebijakan

pembangunan kelautan dan perikamam dengan kerangka kerja sebagai berikut :

1. Kajian model ekonomi rumahtangga nelayan yang mengintegrasikan status

ketersediaan sumberdaya perikanan (tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan)

dan perilaku ekonomi rumahtangga nelayan Juragan dan Pendega dalam merespon

setiap kebijakan.

2. Analisis dampak berbagai perubahan kebijakan dan non-kebijakan dalam

peningkatan modernisasi perikanan terhadap keragaan ekonomi dan kesejahteraan

rumahtangga nelayan dalam usaha meningkatkan pendapatan dan pemanfaatan

sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.

Page 60: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

71

3. Pilihan kebijakan untuk mengembangkan bisnis dan industri perikanan yang

bertumpu pada peningkatan pendapatan rumahtangga nelayan, perluasan usaha

dan kesempatan kerja, meningkatkan investasi dan tabungan dalam pemanfaatan

sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.

Kegiatan produksi dan konsumsi dalam suatu rumahtangga nelayan berkaitan

sangat erat. Kegiatan produksi penangkapan ikan terdiri dari proses penangkapan

ikan di laut, dimana rumahtangga nelayan berperan sebagai pemasok tenaga kerja.

Kegiatan produksi di laut akan menghasilkan ikan yang selanjutnya dapat dijual

dalam bentuk ikan segar yang menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan

oleh rumahtangga nelayan untuk kebutuhan konsumsinya. Rumahtangga nelayan

juga dapat berperan sebagai pengolah ikan, melakukan proses produksi pengolahan

ikan, yang menghasilkan ikan olahan yang dijual untuk menghasilkan tambahan

pendapatan yang dapat digunakan oleh rumahtangga nelayan dalam memenuhi

kebutuhan konsumsi dan meningkatkan kesejahteraannya.

Ekonomi rumahtangga nelayan biasanya masih bersifat semi-komersial, yang

dicirikan : (1) kegiatan antara produksi ikan dan rumahtangga pengolah ikan tidak

terpisah, (2) penggunaan tenaga kerja keluarga lebih diutamakan, (3) nelayan dan

rumahtangga pengolah ikan masih lebih banyak berperilaku sebagai penerima

harga, dan (4) mengutamakan aman. Namun, ketika skala usaha penangkapan ikan

semakin membesar, pada umumnya diikuti oleh pergeseran penggunaan tenaga

kerja luar keluarga yang proporsinya semakin besar, disamping jangkauan

pemanfaatan sumberdaya perikanan semakin meluas.

Pembangunan perikanan tidak bisa terlepas dari keberadaan

sumberdaya(resource-based development). Tanpa ada sumberdaya, pembangunan

Page 61: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

72

perikanan tidak akan ada. Oleh karena itu, semua kebijakan yang dilakukan dalam

hubungannya dengan peningkatan pembangunan perikanan untuk kesejahteraan

nelayan, perlu mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya perikanan yang

tersedia. Oleh karena itu, setiap pemanfaatan sumberdaya perikanan secara implisit

berarti menyusun langkah-langkah pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai

tujuan pembangunan perikanan tersebut.

Pada bagian Ketentuan Umum Undang – Undang No. 9 Tahun 1985 tentang

Perikanan, dikatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan adalah semua

upaya, termasuk kebijakan dan non-kebijakan, yang bertujuan agar sumberdaya itu

dapat dimafaatkan secara optimal dan berlangsung terus menerus. Mengingat setiap

bentuk kebijakan akan berdampak terhadap para pelaku, yaitu rumahtangga

nelayan, maka upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan harus dilakukan

secara terpadu dan terarah dengan melestarikan sumberdaya ikan itu sendiri

beserta lingkungannya (Nikijuluw, 2002).

Mengingat terdapat kaitan erat antara ketersediaan sumberdaya perikanan dengan

perilaku ekonomi rumahtangga nelayan, maka pilihan berbagai kebijakan

pemanfaatan bergantung pada kekhasan, situasi, dan kondisi perikanan yang

dikelola serta tujuan pemanfaatan atau pembangunan perikanan. Menurut Nikijuluw

(2002), meski demikian, setiap pilihan pemanfaatan beserta kebijakan yang akan

dilakukan sebaiknya berdasarkan kriteria sebagai berikut : (1) diterima nelayan, (2)

diimplimentasi secara gradual, (3) fleksibel, (4) implementasinya didorong oleh

efisiensi dan inovasi, (5) pengetahuan yang sempurna tentang peraturan dan biaya

yang dikeluarkan sebagai akibat untuk mengikuti peraturan dan atau kebijakan

tersebut, dan (6) ada implikasi terhadap tenaga kerja, pengangguran dan keadilan.

Page 62: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

73

Pengendalian secara ekonomi adalah penggunaan peubah ekonomi sebagai

instrumen pengendalian upaya penangkapan ikan. Peubah ekonomi tersebut adalah

terdiri dari : (1) harga ikan, (2) harga BBM, (3) pajak dan biaya izin penangkapan

ikan, (Nikijuluw, 2002), (4) pengembangan alternatif lapangan kerja nelayan (Smith,

1983), (5) pemberian kredit, (6) pengembangan prasarana pelabuhan perikanan dan

tempat pendaratan ikan, (7) peningkatan mutu (keterampilan) nelayan, dan (8)

pengembangan agribisnis perikanan (Saragih, 1998), serta (9) pengaturan sistem

bagi hasil perikanan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan nelayan

(Lembaran Negara RI Tahun 1964 No. 97, 1964).

Sedangkan pengendalian secara biologi terdiri dari : (1) pembatasan teknologi

alat tangkap, (2) pembatasan jumlah effort (jumlah dan ukuran kapal yang diijinkan)

agar sumberdaya dimanfaatkan pada tingkat MSY , dan (3) pengendalian daerah

penangkapan ikan (Rettig, 1992).

Page 63: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

74

2.12. Review Hasil Penelitian Terdahulu.

2.12.1. Sumberdaya Perikanan

Dalam suatu jurnal Review, bahwa untuk perikanan laut, besar potensi

seluruhnya adalah 7,2 juta ton/tahun berupa standing stock, sedangkan yang

dapat dimanfaatkan secara maksimal (Maximum Sustainable Yield) berkisar 4,5

juta ton/tahun atau kurang lebih 65 % dari standing stock ditambah lagi 2,1 juta

ton/tahun yang terdapat diperairan ZEE Indonesia (Primyastanto. M, 2011e).

Beberapa sumberdaya alam di wilayah pesisir dan lautan telah mengalami

over eksploitasi. Sumberdaya perikanan laut baru dimanfaatkan sekitar 63,49 % dari

total potensi lestari maksimum, namun beberapa kawasan perairan, stok

sumberdaya ikan telah mengalami over fishing. Jenis stok sumberdaya ikan yang

telah mengalami over fishing adalah udang dan ikan karang konsumsi, ikan pelagis

kecil dan ikan pelagis besar (Primyastanto. M, 2011c).

Perairan laut Jawa Timur meliputi wilayah Teritorial dan wilayah laut Zona

Ekonomi Ekslusif mempunyai luas sekitar 208.097 km2, sedangkan potensi yang

terkandung sebesar 618.418 ton/tahun, belum seluruhnya dimanfaatkan oleh

nelayan. Produksi perikanan daerah tingkat I Jawa Timur tahun 1995 sebesar

238.677,60 ton dimana sekitar 36,41% atau 225.176,60 ton merupakan produksi

dari cabang usaha penangkapan di laut. Untuk produksi perikanan daerah tingkat 1

Jawa Timur tahun 2007 sebesar 395.890 ton dimana sekitar 96,72 % atau sebesar

382.877 ton merupakan produksi dari cabang usaha penangkapan di laut.Nilai

fishing ground bervariasi menurut kedalaman perairan, daerah dan musimnya.

Untuk mendapat produktivitas yang tinggi, pengembangan suatu alat, baik

mengenai kontruksi maupun cara operasi harus disesuaikan dengan sifat biologis

ikan yang menjadi tujuan penangkapan (Primyastanto. M, 2011b).

Page 64: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

75

Menurut hasil penelitian Adolf, F. Mikenda dan Henk Folmer (2001),

menunjukkan bahwa sumberdaya perikanan di Zanzibar telah mengalami

lebih tangkap (over fishing), maka upaya dalam hal manajemen perikanan

yang dilakukan adalah upaya diversifikasi ekonomi. Adapun tujuan secara

spesifiknya adalah meliputi : meningkatkan pasokan ikan bagi masyarakat

negara tersebut, agar harga ikan tetap terjangkau, menciptakan lapangan

pekerjaan, meningkatkan pendapatan nelayan dan upaya konservasi

sumberdaya kelautan.

2.12.2. Deskripsi alat tangkap payang

Payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif

digunakan untuk penangkapan ikan dan banyak tersebar diseluruh perairan

Indonesia. Alat tangkap ini banyak digunakan oleh usaha kecil menengah, karena

memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil dan

dioperasikan cukup dengan satu perahu dan 5 orang ABK (anak buah kapal).

Cara pengoperasian alat tangkap payang adalah dengan melingkari

kawanan ikan sehingga kawanan ikan tersebut terperangkap dan masuk kedalam

kantong. Agar supaya ikan-ikan yang terperangkap tidak terjerat pada mata jaring

bagian kantong akibat saling berdesakan, maka ukuran mata jaring pada bagian ini

dibuat lebih kecil. Ukuran mata jaring yang lebih besar dapat dipakai pada bagian

lain, yaitu bagian yang akan menggiring ikan masuk kekantong. Penentuan ukuran

mata jaring bagian kantong alat tangkap payang pada dasarnya sama seperti pada

kantong alat tangkap trawl.

Alat tangkap payang ini digolongkan kedalam seine net yang mempunyai

kantong dan dua buah sayap yang berfungsi sebagai penggiringkawanan ikan.

Pengoperasiannya dengan menggunakan perahu atau kapal kecil dengan menebar

Page 65: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

76

jaring secara melingkar disuatu areal perairan yang diperkirakan terdapat banyak

ikan.

Sasaran penangkapan payang ditujukan kepada ikan-ikan permukaan

(pelagis) dengan cara mengejar atau melingkari suatu gerombolan ikan yang

nampak di permukaan perairan atau dengan cara menggunakan alat bantu

pengumpul ikan yang disebut rumpon. Untuk menghadang dan menggiring suatu

gerombolan ikan yang terdapat pada areal jangkauan alat tangkap tersebut agar

masuk ke kantong, maka alat tangkap dilengkapi dengan dua buah sayap. Fungsi

mesh size (ukuran mata jaring) pada sayap hanyalah merupakan dinding

penghadang dan bukan sebagai penjerat.

Hasil tangkapan payang didukung oleh terbukanya mulut jaring yang

dipengaruhi oleh beberapa pelampung dan pemberat. Fungsi pelampung adalah

untuk mempertahankan agar mata jaring tetap terapung pada permukaanperairan.

Sedangkan pemberat digunakan agar terjadi keseimbangan antara gaya apung dan

gaya tenggelam sehingga mulut jaring akan terbuka dengan baik. Disamping itu

juga sayapnya dapat berdiri tegak menghadang gerombolan ikan yang berenang ke

arah horisontal.

Pelampung yang digunakan umumnya terbuat dari alat bantu yang

diikatkan pada bagian atas kedua sayap dan bagian tali yang digunakan atau tali ris

atas dan bawah dan tali penarik. Ukuran tali ris atas lebih panjang dibanding

dengan tali ris bawah karena pada bagian bibir atas jaring lebih menonjol kearah

kantong dibandingkan dengan bibir bawah.

Bahan pemberat yang digunakan pada alat tangkap payang ini umumnya

terbuat dari campuran semen dan pasir yang mempunyai berat rata-rata 4 kg serta

pemasangan pemberat disesuaikan dengan letak dari pelampung (Garner, 1977),

Page 66: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

77

2.12.3. Potensi lestari dan pengembangan usaha penangkapan

Usaha penangkapan ikan pada dasarnya mengelola sumber ikan yang

merupakan milik bersama. Akibat ciri pemilikan tersebut, maka fungsi produksi pada

usaha penangkapan ikan ditujukan sebagai hubungan antara hasil penangkapan

secara total (sebagai output) dan tingkat upaya penangkapan ikan (sebagai input)

pada periode musim atau tahun tertentu (Smith, 1975). Pengertian upaya

penangkapan adalah indek tertentu mencakup jumlah kapal, tenaga dan hari kerja

penangkapan ikan periode tertentu. Mengingat jumlah stok ikan diperairan dibatasi

oleh daya dukung sumber alami tertentu, maka fungsi produksi tersebut dapat

digambarkan dalam bertuk huruf U terbalik. Pada tahap awal, perkembangan usaha

penangkapan ikan menaik dan produksi ikan secara total juga meningkat. Namun

setelah mencapai puncak produksi, maka produksi ikan secara total menurun

sekalipun jumlah kapal penangkapan ikan meningkat pula. Dengan demikian fungsi

produksi pada usaha penangkapan ikan dibatasi oleh hukum kenaikan hasil yang

makin berkurang (Gulland, 1983).

Dengan gambaran fungsi produksi tersebut, maka eksploitasi ikan disuatu

perairan dibatasi menjadi dua tingkat, yaitu :

a. Tingkat eksploitasi sebelum puncak produksi (under exploited).

b. Tingkat eksploitasi sesudah puncak produksi (over exploited).

Di wilayah perairan under exploited, tingkat produksi yang diperoleh lebih

rendah dari tingkat peroduksi maksimum. Hal ini terjadi karena tingkat usaha

penangkapan ikan belum mencapai jumlah kapal penangkapan ikan yang

Page 67: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

78

seharusnya. Dalam keadaan demikian, maka pembangunan dibidang perikanan

dapat ditempuh antara lain dengan cara ekspansi usaha penangkapan ikan melalui

proses subsidi motorisasi dan penambahan jumlah upaya penangkapan ikan.

Untuk wilayah perairan yang telah mencapi over exploited maka tingkat

produksi yang diperoleh lebih rendah dari tingkat produksi maksimum. Ini terjadi

karena tingkat usaha penangkapan ikan melebihi jumlah kapal penangkapan ikan

yang seharusnya. Dalam keadaan demikian maka perlu ditempuh perbaikan

manajemen usaha penangkapan ikan. Hal ini penting agar penangkapan ikan

tersebut dapat dilakukan dengan efisien. Cara ini antara lain ditempuh dengan jalan

pengendalian dan pengawasan jumlah kapal penangkapan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung.

Pembangunan dan manajemen dalam usaha penangkapan ikan secara

bersama sama dapat dilakukan untuk mencapai tingkat eksploitasi optimum dari

usaha penangkapan ikan disuatu perairan tertentu (Panayotou, 1982).

2.12.4. Studi Kelayakan Usaha Penangkapan

Dari hasil penelitian Lailatin et al (2007) bhwa untuk analisa jangka pendek

dimana keuntungan yang didapat dalam pengusahaan ikan lemuru (Sardinella

lemuru).Besarnya biaya operasional (Variabel cost) yang dikeluarkan selama 1 trip

(operasi penangkapan) sebelum melaut sebesar Rp. 4.242. 500,- sehingga biaya

tidak tetap selama 1 tahun ( 216 trip/tahun) adalah Rp. 916.380.000,-. Sedangkan

variable cost sesudah melaut yang terdiri dari biaya pengangkutan (manol) dan

retribusi TPI selama 1 tahun sebesar Rp. 122.849.132,9,- sehingga total variable

Page 68: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

79

cost selama 1 tahun sebesar Rp. 1.039.229.133,- .Adapun biaya tetap (fixed cost)

yang terdiri dari penyusutan atas modal usaha, perawatan dan pajak selama 1 tahun

sebesar Rp. 186.600.000,-.

Dari analisa jangka panjang diantaranya : NPV merupakan selisih antara

benefit (pendapatan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan.

Apabila NPV positif, maka usa atau proyek dinyatakan layak, sedangkan bila NPV

negative maka dinyatakan proyek tersebut tidak layak. Untuk usaha penangkapan

ikan lemuru, dari perhitungan didapatkan nilai sebesar Rp. 2.091.823.736,- atau

lebih dari 0 (positif) maka usaha penangkapan ini dapat dikatakan layak.

Net B/C merupakan perbandingan antara benefit bersih (penerimaan) dari

tahun-tahun yang bersangkutan (pembilang bersifat positif) yang telah dipresent

valuekan. Kriterianya adalah apabila Net B/C ratio > 1 maka proyek akan dipilih atau

proyek tersebut layak untuk dikerjakan dan bila nilainya < 1 maka usaha atau proyek

tersebut tidak layak. Pada usaha penangkapan ikan lemuru, dari perhitungan

didapatkan nilai Net B/C sebesar 7,5 atau lebih besar dari 1 sehingga usaha ini

dikatakan layak.

A. Analisis Usaha Jangka Pendek

1. Keuntungan usaha merupakan segi yang penting karena tanpa adanya

suatu perolehan keuntungan atau laba, maka perusahaan akhirnya bakal

bangkrut atau rugi. Kemampuan setiap produk untuk memperoleh laba

harus dipertahankan dan ditingkatkan. Untuk memperoleh keuntungan

yang besar, dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau

menekan harga jual. Namun yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu

dengan cara yang pertama menekan biaya produksi (Rahardi et al,

2001).

Page 69: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

80

2. Biaya produksi merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam

menjalankan suatu perusahaan. Biaya produksi dapat diartikan sebagai

biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan produk jadi untuk

mendapatkan laba atau keuntungan yang dapat dilakukan dengan cara

menekan biaya produksi atau menekan harga jual. Biaya produksi yang

digunakan untuk melakukan proses produksi dibedakan menjadi dua

yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, dimana biaya tetap adalah biaya

yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang meliputi

biaya penyusutan dan pajak. Sedangkan biaya tidak tetap biaya yang

tercakup dalam proporsi langsung dari jumlah unit yang dihasilkan

(misalnya pembelian bahan produksi dan tenaga kerja) (Ulrich dan

Steven, 2001). Dalam biaya produksi terdapat biaya perawatan, untuk

mempermudah perhitungan biaya perawatan bangunan dan perawatan

alat (Kumalasanty, et al.1999), maka data biaya yang dipergunakan pada

usaha penangkapan dengan berpedoman sebagai berikut :

Untuk biaya perawatan kontruksi sebesar 1% dari nilai investasi

pertahun.

Biaya perawatan mesin sebesar 5 % dari nilai investasi pertahun

Yang digolongkan kedalam kontruksi adalah semua bangunan dan

peralatan yang tidak menggunakan mesin.

B. Analisis Usaha Jangka Panjang

1. Net Present Value (NPV)

Metode Net Present Value mempertimbangkan nilai uang. Menurut

metode ini, penerimaan atau kas (cash inflow) pada masa yang akan

Page 70: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

81

datang selama investasi berlangsung, dihitung berdasarkan nilai

sekarang. Penilaian atas investasi berdasarkan metode ini, adalah

dengan cara membandingkan nilai sekarang atau nilai tunai penerimaan

kas (cash inflow) dengan nilai sekarang dari pengeluaran kas (cash

outflow) selam investasi modal bersaing. Kriteria penilaiannya adalah

suatu usulan investasi akan diterima, jika nilai sekarang dari cash inflow

lebih besar dari nilai sekarang cash outflow-nya (Halim,A dan B. Supomo,

1998).

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Analisis benefit-cost ratio (B/C) dimaksudkan untuk mengetahui nilai

perbandingan antara penerimaan kotor dengan total biaya yang

digunakan. Cara ini banyak digunakan karena dengan menghitung B/C

ratio akan diketahui dengan cepat berapa besar manfaat dari usaha

tersebut. Apabila nilainya lebih besar dari satu berarti manfaat dari usaha

tersebut lebih besar dari biaya-biaya yang diperlukan. Ratio ini biasanya

digunakan untuk manfaat yang diperoleh masyarakat (social benefit),

untuk menganalisis ekonomi dan biasanya untuk menilai proyek. Untuk

menghitung B/C ratio, harus menentukan besarnya tingkat bunga

diskonto (Kadariah, 2001).

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return atau tingkat pengembalian internal (IRR)

didefinisikan sebagai tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang

arus kas yang diharapkan atau penerimaan kas dengan pengeluaran

investasi awal atau IRR adalah tingkat suku bunga yang menggambarkan

Page 71: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

82

bahwa antara benefit yang telah di present valuekan dan cost yang telah

dipresent valuekan sama dengan nol (Primyastanto, M. 2005).

4. Payback Period

Menurut Husnan dan Suwarsono (1999) payback period merupakan

metode yang mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali,

karena itu satuan hasilnya bukan prosentase, melainkan satuan waktu

(bulan, tahun dan sebagainya).Apabila payback periodeini lebih lebih

pendek daripada yang disyaratkan maka proyek dikatakan

menguntungkan sedangkan apabila lebih lama, proyek ditolak. Lebih

lanjut dikatakan dasar yang dipergunakan dalam perhitungan ini adalah

aliran kas dan bukan laba, untuk itu terlebih dahulu dihitung aliran kas

dari proyek tersebut.

5. Analisis sensitifitas

Prinsip dasar dari analisis sensitifitas adalah mengidentifikasi parameter-

parameter atau setiap perubahan yang menyebabkan perubahan

terbesar dari hasil akhir suatu proyek (NPV, IRR atau yang

lainnya).Analisa ini dianggap penting karena didalam analisa proyek

didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian

pada waktu yang akan datang (Primyastanto, M 2011g). Teknik

perhitungan analisis sensitifitas ini adalah dengan mengubah berbagai

parameter-parameter yang ada dalam proyek atau usaha secara jangka

panjang (misalnya cost, benefit dan lain-lain).

Page 72: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

83

2.12.5. Kearifan Lokal

Penelitian di Sungai Khong Thailand menunjukkan pola kearifan lokal yang

diterapkan untuk kepentingan konservasi bagi masyarakat dibagi menjadi 6 aspek

yaitu : pertama adalah budidaya dengan cara alami dari tumbuhan, kedua

pengelompokan ramuan obat atau herbalyang diklasifikasikan pada bagian batang,

umbi, rerumputan dan sayuran, ketiga pemanenan berdasarkan musim panas, hujan

dan dingin, arah mata angin dan hari dalam seminggu, keempat penyimpanan

ramuan obat herbal dengan wadah yang higienis dan pelabelan, kelima ritual

tradisionaluntuk memberi efek medis yang kuat, meningkatkan iman, keenam

penulisan hasil ramuan herbal di daun palem kitab suci kuno untuk digunakan

dimasa mendatang (Mingkamol, H, 2011)

Dalam kitab suci Al-Qur’an Allah telah menginformasikan bahwa manusia

sebagai subyek utama terjadinya kerusakan di dunia, yaitu : ” Telah nampak

kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia ,

supaya ALLAH merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan

mereka, agar mereka (kembali ke jalan yang benar). (Q.S. AR RUUM : 41),sehingga

perlu pencerahan bagi manusia untuk bisa bertindak arif dan bijaksana dalam

mengelola alam, dimana pada ujungnya akan memberikan suatu adat kebiasaan

sebagai kearifan lokal (Primyastanto, M. et al. 2010)

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terluas di dunia dengan

sekitar 17.000 pulau, memiliki kekayaan fauna maupun flora yang beragam

sehingga di dunia dikenal dengan sebutan megabiodiversity country. Sementara itu,

mayoritas penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir. Hal ini dikarenakan

ekosistem pesisir dan lautan merupakan sumber matapencaharian bagi mereka.

Page 73: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

84

Terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang dominandari perairan

dangkal atau perairan wilayah pesisir di daerah iklim tropis. Ekosistem ini disebut

unik karena selain memiliki bentuk yang indah dari beragam spesies karangnya

sendiri,juga memiliki beragam spesies biota laut yang berasosiasi dengannya. Ini

menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang merupakan salah satu gudang biota

dengan keanekaragaman hayati tinggi. Menurut Kantor Kementrian Negara

Lingkungan Hidup dan Wetlands International Indonesia (1996), terumbu karang

merupakan salah satu ekosistem di dunia yang sangat produktif, dengan nilai rata-

rata produktivitas primernya adalah 2.500gr/ /tahun. Selain sangat penting secara

ekologi, ekosistem yang memiliki sistem ekologi yang stabil ini mempunyai nilai dan

arti yang tidak kalah pentingnya dari segi sosial ekonomi dan sosial budaya.

Secara sosial ekonomi dan sosial budaya, terumbu karang ini antara lain

berfungsi sebagai sumber makanan, bahan obat-obatan, dan bahan bangunan.

Disamping itu, keberadaan terumbu karang memiliki arti penting bagi perikanan laut

dangkal. Manfaat lain adalah sebagai obyek wisata bahari karena memiliki nilai

estetika yang sangat mengagumkan. Akan tetapi dengan segala fungsinya tersebut

telah mendorong adanya aktivitas manusia yang tidak terkendali dimana telah

mengakibatkan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang.

Kondisi tersebut menunjukkan adanya degradasi lingkungan serta tidak

efektifnya pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pantai. Tekanan sosial ekonomi

yang muncul serta diperburuk dengan proyek-proyek ekspansi ekonomi ke kawasan

daratan pesisir atau pantai dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat

setempat telah diindikasikan sebagai penyebab utama adanya kerusakan ekosistem

pesisir, termasuk didalamnya ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu

Page 74: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

85

sumberdaya terumbu karang ini perlu dikelola dan dilestarikan secara bijaksana dan

rasional, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable).

Pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan kearifan lokal bertujuan

mengikutsertakan masyarakat lokal, bukan hanya sebagai obyek tetapi sebagai

pengelola dengan memandang kepentingan baik secara ekologis, ekonomis, dan

sosbud, seperti dicontohkan oleh masyarakat pesisir Jemluk, Bali. Upaya konservasi

dan pengelolaan yang dilakukan berdasarkan kearifan lokal , seperti tradisi Mane’e

dan Sasi merupakan sistem kearifan lokal yang perlu dipertahankan dan

dilestarikan, agar menfaat ekonomi menjadi berkelanjutan tanpa harus merusak

terumbu karang sebagai salah satu sumberdaya perikanan (Primyastanto, M.

2011d).

Penelitian yang mengkaji kondisi sosial budaya pada peran kearifan lokal

masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah

Menghasilkan indikator awal kondisi sosial budaya dalam kerangka

pemberdayaan masyarakat nelayan (Nasution et al, 2004). Indikator awal dari

kondisisosial budaya yang dimaksud dapat memperlihatkan kecenderungan

bahwa perbedaan tipologi masyarakat menunjukkan pengaruh berupa adanya

perbedaan peranan dimensi kearifan lokal sosial budaya masyarakat nelayan.

Pada masyarakat nelayan di wilayah pesisir atau laut, dari dimensi yang

dijadikan ukuran kodisi sosial budaya masyarakat, yaitu dimensi pengetahuan

lokal akan lebih berperan.

Dalam hal ini dideskripsikan tentang kearifan lokal pengelolaan terumbu

karang dengan mengikut sertakan masyarakat setempat sebagai ujung tombak yang

sangat berperan dalam melestarikan terumbu karang. Selain itu, untuk menjawab

kondisi pada saat ini dengan pengembangan terumbu karang buatan yang

Page 75: BAB 2. KERANGKA DASAR TEORITIK 2.1. Karakteristik ... · PDF file2.1. Karakteristik Masyarakat Nelayan ... kapal kecil dengan menebar jaring secara melingkar disuatu areal perairan

86

bermanfaat bagi masyarakat setempat, baik dalam aspek sosial, ekonomi maupun

budayanya.

Dari beberapa hasil penelitian yang ada , bahwa kearifan lokal yang berlaku

di Indonesia dan terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam,

dimana memberikan peluang untuk senantiasa digali dan ditumbuhkembangkan

dimasa mendatang, diantaranya adalah : kearifan lokal celako kumali di Serawai,

Bengkulu, kearifan lokal tana’ ulen di Kalimantan Timur, kearifan lokal te aro

neweak lako di Papua, kearifan lokal awig-awig di Lombok. Sedangkan kearifan

lokal yang ada pada masyarakat nelayan Selat madura yang dapat

ditumbuhkembangkan pada masa mendatang dalam rangka pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya perikanan secara sustainable, meliputi : kearifan lokal

andun, petik laut, nyabis, pangambak, telasan,onjhem (Primyastanto, M et al. 2013)