bab 2 kajian teori 2.1 pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-t...

37
12 Universitas Indonesia BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar Fungsi perbankan Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam pasal 4 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Peningkatan peran perbankan sangat diperlukan untuk meningkatkan volume usaha sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perbankan adalah salah satu sektor kunci yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, yaitu menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Ibarat darah dalam tubuh, kekacauan sistem perbankan akan berdampak luas terhadap perekonomian suatu negara. (lihat Donna, 2005). Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh variabel Non Performing Financing (NPF), bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), suku bunga kredit bank konvensional, serta tingkat bagi hasil terhadap pembiayaan murabahah dan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia. Selain itu juga akan dilihat pengaruh pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan mudharabah. Namun, dalam penelitian ini akan difokuskan pada pembiayaan di tiga bank umum syariah (BUS). Pada bagian berikut ini akan diuraikan mengenai tinjauan literatur yang berhubungan dengan konsep dan teori dalam penyaluran dana perbankan syariah, baik dalam bentuk murabahah maupun mudharabah. Pada bagian ini juga dibahas tinjauan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Selanjutnya akan dibahas pula penerapan teori yang digunakan untuk penyelesaian masalah. Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Upload: lekhue

Post on 05-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

12

Universitas Indonesia

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1 Pengantar

Fungsi perbankan Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam pasal 4 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu

lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan

rakyat banyak.

Peningkatan peran perbankan sangat diperlukan untuk meningkatkan volume

usaha sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Perbankan adalah salah satu sektor kunci yang

berfungsi sebagai lembaga intermediasi, yaitu menyalurkan dana dari pihak yang

kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Ibarat darah dalam tubuh,

kekacauan sistem perbankan akan berdampak luas terhadap perekonomian suatu

negara. (lihat Donna, 2005).

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh variabel Non

Performing Financing (NPF), bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI),

suku bunga kredit bank konvensional, serta tingkat bagi hasil terhadap

pembiayaan murabahah dan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia.

Selain itu juga akan dilihat pengaruh pembiayaan murabahah terhadap

pembiayaan mudharabah. Namun, dalam penelitian ini akan difokuskan pada

pembiayaan di tiga bank umum syariah (BUS).

Pada bagian berikut ini akan diuraikan mengenai tinjauan literatur yang

berhubungan dengan konsep dan teori dalam penyaluran dana perbankan syariah,

baik dalam bentuk murabahah maupun mudharabah. Pada bagian ini juga dibahas

tinjauan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Selanjutnya akan dibahas

pula penerapan teori yang digunakan untuk penyelesaian masalah.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 2: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

13

Universitas Indonesia

2.2 Tinjauan Literatur

Tesis ini mengacu pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

Hasil penelitian tersebut digunakan sebagai landasan dan pembanding dalam

menganalisis variabel yang mempengaruhi pembiayaan murabahah dan

mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia.

Seyed dan Makiyan (2001) melakukan penelitian terhadap pinjaman pada

bank di Iran (yang semuanya bank syariah) pada periode 1984-1994. Variabel

yang digunakan adalah pinjaman (dependen), tingkat bagi hasil, total dana pihak

ketiga,inflasi (independen). Metodologi yang digunakan adalah Error Correction

Model (ECM). Model yang ditawarkan adalah:

SLt = b0 + b1Rt + b2TDt + b3It+ e (2.1)

Dimana:

SLt = penawaran pinjaman

Rt = rata-rata tingkat bagi hasil

TDt = jumlah dana pihak ketiga (DPK)

It = tingkat inflasi

bi = parameter yang diestimasi

et = error term

Hasil penelitian Seyed dan Makiyan (2001) menunjukkan bahwa variabel

tingkat bagi hasil tidak berpengaruh, sedangkan variabel yang berpengaruh adalah

total dana pihak ketiga dan inflasi sehingga intervensi pemerintah memegang

peranan penting dari pada faktor ekonomi.

Dari hasil penelitian Seyed dan Makiyan tersebut akan dimanfaatkan salah satu

variabelnya yaitu variabel rata-rata tingkat bagi hasil untuk digunakan sebagai

variabel independen dalam penelitian ini. Variabel rata-rata tingkat bagi hasil

tersebut akan dianalisis pengaruhnya terhadap pembiayaan mudharabah yang

diberikan oleh bank umum syariah (BUS).

Sementara penelitian Ikhide (2003) bertujuan untuk mengetahui apakah pada

tahun 1996 hingga 2000 telah terjadi Credit Crunch di Namibia. Studi ini

dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap penawaran kredit serta

permintaan kredit berikut faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 3: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

14

Universitas Indonesia

Ikhide (2003) memformulasikan dua model penilitian dengan metode Full

Information Maximum Likelihood (FIML) Procedure. Model yang pertama adalah

model penawaran kredit, yaitu:

ttttttSt eYCePMlDL 6543210 ααααααα ++++++= (2.2)

Dimana:

stL = penawaran kredit pada bank komersial

tD = dana pihak ketiga (DPK)

tl = rata-rata lending rate

tM = indeks pasar modal

teP = tingkat inflasi yang diharapkan

tC = kapasitas pinjaman

teY = pendapatan riil yang diharapkan

iα = parameter yang diestimasi

Sedangkan model permintaan kredit menurut Ikhide (2003) diformulasikan

sebagai berikut:

tttttDt uPPReYYL 5432__10 ββββββ +++++= (2.3)

Dimana:

DtL = permintaan kredit pada bank komersial

tY__ = output gap

teY = pendapatan yang diharapkan

tR = tingkat suku bunga riil

tP = tingkat inflasi yang diharapkan

tuP = tingkat inflasi yang tidak diharapkan

iβ = parameter yang diestimasi

Penelitian Ikhide (2003) mendapatkan kesimpulan bahwa tingkat bunga riil,

output gap, pendapatan yang diharapkan, serta tingkat inflasi berpengaruh

terhadap permintaan kredit. Output gap berpengaruh negatif sedangkan

pendapatan yang diharapkan berpengaruh positif. Sedangkan tingkat inflasi yang

tidak diharapkan tidak signifikan mempengaruhi permintaan kredit.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 4: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

15

Universitas Indonesia

Sedangkan penawaran kredit dipengaruhi secara signifikan oleh kapasitas

pinjaman (positif), rata-rata lending rate (positif), indeks pasar modal (positif),

dan total DPK (positif). Sedangkan tingkat inflasi yang diharapkan tidak

signifikan dalam mempengaruhi penawaran kredit serta mempunyai hubungan

negatif. Penelitian ini juga berhasil mendapatkan fakta bahwa memang telah

terjadi credit crunch di Namibia pada tahun 1996 hingga 2000. Hasil penelitian

tersebut adalah terdapat penurunan kredit hingga setengahnya. Penurunan kredit

lebih dipengaruhi sisi penawaran yaitu persepsi bank umum yang terlalu berhati-

hati dalam memberikan pinjaman.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikhide (2003) tersebut cukup komprehensif

untuk menjelaskan tentang penawaran dan permintaan kredit di bank komersial

karena variabel yang digunakan cukup lengkap, baik dari sisi internal bank

maupun faktor makro ekonomi. Pemilihan variabel tingkat suku bunga pada

penelitian ini mengacu pada variabel yang digunakan oleh Ikhide tersebut.

Adapun Beng dan Ying (2001) dalam Donna (2006) melakukan penelitian

terhadap penurunan kredit pada masa krisis di Malaysia. Variabel yang digunakan

adalah tingkat keuntungan riil dan pinjaman (dependen), indeks produksi industri,

kapasitas pinjaman, dan non performing loan (NPL). Model yang digunakan

adalah Full Maximum Likelihood Procedure. Hasil penelitian tersebut adalah

kebijakan moneter yang ketat bersamaan dengan terpuruknya permodalan

perbankan berpengaruh terhadap penawaran kredit.

Dengan mengacu pada penelitian Beng dan Ying (2001) tersebut maka dalam

penelitian ini juga akan menggunakan variabel non performing financing (NPF)

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembiayaan murabahah dan

mudharabah.

Weller (2000) dalam Donna (2006) melakukan penelitian terhadap penawaran

kredit Multi National Bank di Polandia. Variabel yang digunakan adalah

kredit/aset (dependen), Modal/Aset, DPK/Aaset, Pembiayaan Internal/Penjualan,

MNB Kredit/Total Kredit (independen). Model yang digunakan adalah Random

Effect and LSDV Panel Data. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan

penawaran kredit pada periode Januari 1993 sampai Desember 1995.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 5: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

16

Universitas Indonesia

Sementara itu, Yusoff, Rahman dan Alias (2001) meneliti pengaruh suku

bunga terhadap pinjaman pada bank syariah dan bank konvensional di Malaysia.

Variabel yang digunakan adalah pinjaman di bank syariah dan konvensional

(dependen) dan suku bunga (independen). Model yang digunakan adalah Granger

Causality Test. Hasil penelitian tersebut adalah pertumbuhan pinjaman bank

syariah dan bank konvensional secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh

pertumbuhan KLIBOR overnight dan bank syariah lebih sensitif daripada bank

konvensional.

Sedangkan di Indonesia, Donna (2006) melakukan penelitian yang bertujuan

untuk mengestimasi pengaruh permintaan dan penawaran mudharabah,

musyarakah, murabahah, dan istishna pada perbankan syariah di Indonesia dengan

menggunakan regresi dengan persamaan tunggal (ARCH dan Iterative Cochrane

Orcutt Procedure) atau persamaan simultan (SUR).

Persamaan regresi yang digunakan oleh Donna (2006) beserta harapan tanda

(tanda kurung di bawah persamaan) tercantum pada persamaan (2.4) sampai

dengan persamaan (2.7) untuk prinsip bagi hasil dan persamaan (2.8) sampai

dengan persamaan (2.11) untuk prinsip jual beli dan sewa.

Prinsip Bagi Hasil

Mudharabah

tttttt uEPEPRRDMUS 11431210 +++++= −− ααααα (2.4)

( )( )( )( )0000 4321 >><< αααα

tttttt uNPFMPADPKRSMUD 2143210 +++++= −βββββ (2.5)

( )( )( )( )0000 4321 <>>> ββββ

Musyarakah

tttttt uEPEPRRDMUD 11431210 +++++= −− ααααα (2.6)

( )( )( )( )0000 4321 >><< αααα

tttttt uNPFMPADPKRSMUS 2143210 +++++= −βββββ (2.7)

( )( )( )( )0000 4321 <>>> ββββ

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 6: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

17

Universitas Indonesia

Jual beli

Murabahah

tttttttt uYYEPEPRIRIDMUR 11651431210 +++++++= −−− ααααααα (2.8)

( )( )( )( )( )( )000000 654321 >>>><< αααααα

tttttt uNPFMPADPKRISMUR 2143210 +++++= −βββββ (2.9)

( )( )( )( )0000 4321 <>>> ββββ

Istishna

tttttttt uYYEPEPRIRIDIS 11651431210 +++++++= −−− ααααααα (2.10)

( )( )( )( )( )( )000000 654321 >>>><< αααααα

tttttt uNPFMPADPKRISIS 2143210 +++++= −βββββ (2.11)

( )( )( )( )0000 4321 <>>> ββββ

Definisi variabel yang digunakan adalah seperti di bawah ini.

1. MUD didefinisikan pembiayaan dengan akad mudharabah yang merupakan

bagian dari pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Sumber data diperoleh dari

Statistik Perbankan Syariah.

2. MUS didefinisikan pembiayaan dengan akad musyarakah yang merupakan

bagian dari pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Sumber data diperoleh dari

Statistik Perbankan Syariah.

3. MUR didefinisikan pembiayaan dengan akad murabahah yang merupakan

bagian dari pembiayaan dengan jual beli dan sewa. Sumber data diperoleh dari

Statistik Perbankan Syariah.

4. IS didefinisikan pembiayaan dengan akad istishna yang merupakan bagian

dari pembiayaan dengan jual beli dan sewa. Sumber data diperoleh dari

Statistik Perbankan Syariah.

5. R didefinisikan sebagai tingkat bagi hasil bank syariah yang diproksi dengan

nisbah bagi hasil tingkat indikasi imbalan IMA (nisbah bagi hasil untuk bank

penanam modal) pada Statistik Perbankan Syariah. Pemilihan variabel ini

didasarkan pada paper Khan (1984) berjudul “An Economic Analysis of a PLS

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 7: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

18

Universitas Indonesia

Model for Financial Sector”. R digunakan pada mudharabah dan musyarakah

karena mendasarkan pada keuntungan yang tidak pasti.

6. RI didefinisikan sebagai tingkat bagi hasil bank syariah yang diproksi dengan

tingkat indikasi imbalan IMA dalam rata-rata tertimbang pada Statistik

Perbankan Syariah. RI digunakan pada murabahah dan istishna karena

mendasarkan pada keuntungan yang pasti.

7. EP didefinisikan sebagai ekspektasi profit usaha di sektor riil yang dibiayai

bank syariah. Pemilihan variabel ini didasarkan pada paper Khan (1984)

berjudul “An Economic Analysis of a PLS Model for Financial Sector”.

Terdapat kesulitan dalam memproksi variabel tersebut karena generalisasi

konsep mikro ke makro, dari perilaku seorang nasabah yang mengajukan

pembiayaan ke bank syariah ke seluruh nasabah yang mengajukan

pembiayaan ke bank syariah di seluruh Indonesia. Variabel EP diproksi

dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (wholsale price index) karena indeks

tersebut dapat mencerminkan dinamika perkembangan pengusaha besar (yang

biasa mengajukan pembiayaan di bank umum adalah pengusaha besar) yang

merupakan sisi penawaran pada sektor riil. Mendasarkan pada teori penawaran

dengan mengasumsikan variabel yang lain tetap, kenaikan Indeks Harga

Perdagangan Besar akan diikuti kenaikan output yang ditawarkan sehingga

harapan akan tingkat keuntungan (expected profit) akan naik.

8. Y didefinisikan sebagai pendapatan masyarakat yang dirpoksi dengan PDB

Nominal. Pemilihan va riabel ini didasarkan pada paper Ikhide (2003) yang

berjudul “Was There A Credit Crunch in Namibia between 1996-2000?” yang

memasukkan variabel pendapatan pada permintaan kredit. Pemilihan PDB

Nominal sebagai proksi adalah karena variabel-variabel lain yang digunakan

dalam bentuk nominal (bukan riil) serta didasarkan pada tulisan Korteweg dan

Van Loo (1977) yang berjudul “The Market for Money and The Market for

Credit” yang menggunakan pendapatan nominal sebagai variabel independen

permintaan kredit.

9. DPK didefinisikan sebagai total dana pihak ketiga yang dikelola perbankan

syariah yang merupakan penjumlahan giro wadiah, tabungan mudharabah, dan

deposito mudharabah. Pemilihan variabel ini didasarkan pada paper Seyed dan

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 8: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

19

Universitas Indonesia

Makiyan (1984) yang berjudul “ The Role of Rate of Return on Loans in the

Islamic Banking System of Iran”.

10. MPA didefinisikan sebagai modal yang disetor dibagi total aset perbankan

syariah. Pemilihan variabel ini didasarkan pada paper Weller (2000) yang

berjudul “Financial Liberalization, Multinational Banks and Credit Supply: the

case if Poland”. Dalam penelitian tersebut, kredit per total aset dipengaruhi

oleh modal yang disetor per total aset. Pemilihan variabel modal per total aset

juga didasarkan pertimbangan bahwa jumlah modal yang disetor relatif

konstan dalam waktu yang lama (biasanya satu tahun) sehingga mengurangi

variabilitas data.

11. NPF didefinisikan sebagai non performing financing (tingkat pembiayaan

macet) dalam persentase terhadap total pembiayaan. Pemilihan variabel ini

didasarkan pada paper Seyed dan Makiyan (1984) berjudul “ The Role of

Rate of Return on Loans in the Islamic Banking System of Iran”.

Hasil penelitian Donna (2006) menunjukkan bahwa permintaan mudharabah

dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil (negatif), ekspektasi profit (positif), sedangkan

penawaran mudharabah dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil (positif), DPK

(positif), dan tingkat modal per aset (positif). Permintaan musyarakah dipengaruhi

oleh Tingkat bagi hasil (negatif), ekspektasi profit (positif), sedangkan penawaran

musyarakah dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil (positif), DPK (positif), dan

tingkat modal per aset (positif). Permintaan murabahah dipengaruhi oleh tingkat

bagi hasil (negatif), ekspektasi profit (positif), dan pendapatan (positif),

sedangkan penawaran murabahah dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil (positif) dan

DPK (positif). Permintaan istishna dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil (negatif),

ekspektasi profit (positif), dan pendapatan (positif), sedangkan penawaran istishna

dipengaruhi oleh DPK (positif).

Sementara itu, Siregar (2004) melakukan penelitian dengan berdasarkan

pengalaman bank konvensional bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

penyaluran dana perbankan syariah, yakni Dana Pihak Ketiga (DPK), Bonus

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), dan pembiayaan bermasalah atau Non

Performing Financing (NPF). Siregar (2004) melakukan penelitian ini untuk

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 9: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

20

Universitas Indonesia

mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap penyaluran

dana atau pembiayaan bank syariah. Dengan menggunakan analisis deskriptif,

penelitian ini juga melihat bank syariah yang biasanya dianggap sebagai bank

yang menjalankan sistem bagi hasil.

Hasil analisis regresi dalam penelitian Siregar (2004) menunjukkan bahwa

variabel bonus SWBI berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap

penyaluran dana. Artinya, bila bonus SWBI naik maka bank syariah tidak

membeli SWBI tetapi tetap menyalurkan dananya kepada masyarakat. Sementara

variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dana.

Artinya, kenaikan DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank syariah

dan sebaliknya, penyaluran dana akan turun jika jumlah DPK turun. Variabel NPF

ditemukan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran dana. Artinya,

kenaikan NPF akan menyebabkan penyaluran dana berkurang atau sebaliknya

menurunnya jumlah NPF akan menaikkan jumlah penyaluran dana bank syariah

kepada masyarakat.

Persepsi umum yang berlaku selama ini adalah menganggap bahwa bank

syariah ialah bank yang melakukan bisnis berdasarkan bagi hasil. Namun,

berdasarkan analisis dekriptif yang dilakukan Siregar (2004) ternyata ditemukan

bahwa dari seluruh pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah hanya 17,06

persen yang berdasarkan bagi hasil. Masing-masing terdiri dari 15,22 persen

dalam bentuk jenis pembiayaan bagi hasil mudharabah dan 1,84 persen dalam

bentuk jenis pembiayaan musyarakah. Sementara jenis pembiayaan jual-beli

dengan cara mark up harga 77,67 persen yaitu murabahah 70,93 persen dan

istishna 6,74 persen. Hal ini karena jenis pembiayaan jual beli lebih sederhana

atau diminati masyarakat dan resiko gagal bayarnya kecil.

Sementara, Adi (2006) dalam penelitiannya secara khusus ingin mengetahui

seberapa besar pengaruh penempatan dana pada SWBI sebagai sarana penitipan

dana jangka pendek oleh bank yang mengalami kelebihan likuiditas dan

penempatan dana dalam Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap FDR

perbankan syariah. Data penelitian ini bersumber dari Bank Indonesia dan untuk

periode analisis mulai bulan Juni 2003 hingga Maret 2006. Penelitian ini

menggunakan alat analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 10: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

21

Universitas Indonesia

menganalisis hubungan antar variabel. Hubungan tersebut dalam bentuk

persamaan yang menghubungkan variabel terikat dengan dua atau lebih variabel

bebas.

Pada penelitian ini variabel-variabel yang digunakan dalam model adalah

instrumen bonus SWBI, dan bonus PUAS sebagai variabel bebas, dan FDR

perbankan syariah sebagai variabel terikat. Dalam menganalisis data digunakan

metode Ordinary Least Square (OLS). Sebelum dilakukan analisis regresi linear

berganda, data yang ada diuji dulu dengan uji stasioneritas Phillip Perron.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

εββα +++= iPUASSWBIFDR 21 (2.12) Dimana:

PUAS = FDR bank syariah

α = konstanta

1β = koefisien variabel SWBI ; <1

2β = koefisien variabel bonus PUAS ; <1

SWBI = Serifikat Wadiah Bank Indonesia

iPUAS = bonus pada PUAS

ε = standard error

Satuan data SWBI adalah dalam nominal rupiah, sedangkan satuan tingkat

FDR dan bonus PUAS adalah dalam persen. Perbedaan satuan data ini akan

menyulitkan dalam menginterpretasikan model yang akan terbentuk, sehingga

data SWBI perlu dilakukan transformasi ke dalam logaritma natural. Langkah ini

juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya masalah-masalah yang sering

timbul dalam regresi Ordinary Least Square (OLS) seperti multikolinearitas,

heteroskedastis dan autokorelasi dan memudahkan dalam melakukan interpretasi.

Sehingga model yang digunakan oleh Adi (2006) menjadi:

εββα +++= iPUASLnSWBIFDR 21 (2.13)

Dalam mengendalikan jumlah uang beredar, Bank Indonesia sebagai otoritas

moneter menciptakan instrumen yang berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk

SWBI yang digunakan sebagai alat kontraksi moneter untuk perbankan syariah.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 11: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

22

Universitas Indonesia

SWBI ini juga dapat dijadikan sarana penitipan jangka pendek khususnya bagi

bank yang mengalami kelebihan likuiditas. Pada saat tertentu, SWBI menarik bagi

perbankan syariah untuk menanamkan dananya dalam instrumen ini dibandingkan

disalurkan melalui pembiayaan karena adanya berbagai faktor, diantaranya faktor

resiko, oleh karenanya diduga penempatan pada SWBI mempengaruhi tingkat

FDR perbankan syariah. Secara logika, semakin banyak uang yang dihimpun

perbankan syariah dalam SWBI, maka jumlah pembiayaan yang disalurkan

perbankan syariah akan berkurang. Sedangkan jumlah pembiayaan adalah bagian

dari FDR yang mencerminkan kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan ke

masyarakat dan menjadi ukuran efektifitas perbankan syariah dalam menjalankan

fungsi intermediasinya. Berdasarkan hal ini hasil yang diharapkan adalah

penyerapan likuiditas pada instrumenn SWBI mempunyai pengaruh negatif

terhadap tingkat FDR perbankan syariah, maksudnya adanya kenaikan pada dana

yang terhimpun di SWBI maka akan menurunkan tingkat FDR perbankan syariah.

Dari hasil analisa penelitian yang dilakukan Adi (2006) tersebut diketahui

bahwa kedua variabel bebas yaitu variabel SWBI dan PUAS secara bersama-sama

dapat mempengaruhi variabel FDR perbankan syariah. Kedua variabel tadi dapat

menjelaskan variabel terikat sebesar 50,4%. Sedangkan sisanya 49,4% dijelaskan

oleh variabel lain namun hasil uji-t menunjukkan bahwa hanya variabel SWBI

yang signifikan dalam mempengaruhi LDR perbankan syariah.

Asy’ari (2004) melihat faktor apa saja yang mempengaruhi posisi pembiayaan

perbankan syariah. Metode analisis yang dipakai adalah analisis regresi linear

berganda dengan faktor yang diteliti adalah suku bunga rata-rata pinjaman, bonus

SWBI, jumlah uang beredar (JUB), dan DPK. Dari hasil analisis statistik, faktor

DPK dan bunga rata-rata pinjaman mempunyai pengaruh yang signifikan,

sedangkan faktor bonus SWBI dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara

signifikan meskipun terdapat korelasi yang signifikan.

Maryanah (2006) dalam penelitiannya mencoba untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil (musyarakah dan mudharabah)

di bank syariah. Faktor-faktor yang diteliti tersebut adalah DPK, profit dan NPF.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada Bank Syariah Mandiri periode Januari

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 12: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

23

Universitas Indonesia

2001 hingga September 2005. Metode penelitian menggunakan Error Correction

Model (ECM).

Model yang digunakan dalam penelitian Maryanah (2006) adalah:

εββββ ++++= tttt ITDRSL 3210 (2.14)

Dimana:

tSL = Supply of Loan (jumlah pembiayaan)

0β = intercept

321 ,, βββ = konstansta

tR = Average Rate of Return (tingkat pengembalian rata-rata)

tTD = Total Deposits (jumlah simpanan/DPK)

tI = Rate of Inflation (tingkat inflasi)

ε = error

Berdasarkan hasil uji kointegrasi jangka panjang pada penelitian Maryanah

(2006), diketahui adanya indikasi equilibrium (keseimbangan) jangka panjang dari

ketiga variabel yang digunakan yaitu DPK, profit dan NPF terhadap pembiayaan

bagi hasil. Dari hasil uji ECM diketahui bahwa dalam jangka panjang, faktor yang

mempengaruhi pembiayaan bagi hasil adalah DPK dan profit, sedangkan dalam

jangka pendek, faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil adalah profit.

Sedangkan Hilmi (2006) melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui

apakah variabel harga dan non-harga berpengaruh terhadap pembiayaan

mudharabah di Bank Syariah Mandiri selama periode Januari 2001 sampai Maret

2005. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui apakah pembiayaan mudharabah

dengan kredit modal kerja bersifat substitusi atau tidak. Metode analisis yang

dipakai adalah regresi linear berganda. Variabel yang diteliti adalah SWBI, suku

bunga kredit bank konvensional, dan DPK.

Dalam penelitiannya Hilmi (2006) menggunakan model sebagai berikut:

εβββα ++++= BungaSWBIDPKPM 321 (2.15)

Dimana:

PM = permintaan pembiayaan mudharabah (Rp juta)

α = konstanta

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 13: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

24

Universitas Indonesia

1β = koefisien variabel DPK

2β = koefisien variabel SWBI

3β = koefisien variabel Bunga

SWBI = Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (%)

Bunga = Bunga kredit modal kerja bank konvensional (%)

DPK = Total DPK yang diperoleh bank (Rp milyar)

ε = standard error

Karena satuan data jumlah pembiayaan mudharabah dan DPK adalah dalam

nominal rupiah, sedangkan satuan data SWBI dan suku bunga kredit adalah dalam

persentase, maka model tersebut perlu ditransformasi ke logaritma natural.

Dengan demikian, model yang digunakan oleh Hilmi (2006) menjadi:

εβββα ++++= BungaSWBILnDPKLnPM lnln 321 (2.16)

Hasil analisis regresi linear berganda pada penelitian Hilmi (2006)

menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel SWBI, bunga kredit, dan DPK

mampu menjelaskan variasi permintaan mudharabah di BSM. Selama periode

tersebut, keputusan BSM untuk melakukan pembiayaan mudharabah sangat

dipengaruhi oleh berapa besar DPK yang diperoleh oleh BSM. Tersegmentasinya

nasabah pembiayaan bank syariah dengan debitur di bank konvensional

dibuktikan dengan korelasi parsial antara variabel bunga kredit dengan variabel

pembiayaan mudharabah yang menunjukkan hubungan negatif. Dengan kata lain,

kredit modal kerja di bank konvensional bukan merupakan substitusi dari

pembiayaan mudharabah di BSM.

Hilmi (2006) juga menyimpulkan bahwa selama periode itu pula

perkembangan sektor perbankan dan lembaga keuangan ikut dipengaruhi oleh

faktor kebijakan pemerintah, dalam hal ini SWBI. Peningkatan return SWBI

mempengaruhi bank syariah untuk mengalokasikan dalam bentuk pembiayaan

mudharabah. Besarnya pengaruh SWBI terhadap pembiayaan mudharabah 95%

sedangkan 5% oleh faktor-faktor lain, dengan asumsi variabel bebas lainnya

konstan.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 14: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

25

Universitas Indonesia

Sedangkan penelitian Kurniasih (2005) bertujuan untuk melihat perkembangan

posisi transaksi SWBI ditinjau dari pembiayaan dan transaksi PUAS pasar

perbankan syariah periode tahun 2000 hingga 2004. Penelitian ini untuk melihat

pengaruh dan hubungan variabel-variabel independen seperti jumlah pembiayaan

dan volume transaksi PUAS terhadap posisi SWBI. Adapun tehnik analisis yang

digunakan adalah analisis faktor.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

εββα +++= PUASPembiayaanSWBI 21 (2.17)

Dimana:

SWBI = transaksi Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

α = konstanta

1β = koefisien variabel pembiayaan

2β = koefisien variabel PUAS

Pembiayaan = jumlah pembiayaan perbankan syariah

PUAS = volume transaksi PUAS

ε = standard error

Hasil penelitian Kurniasih (2005) menunjukkan bahwa perkembangan posisi

SWBI dipengaruhi oleh jumlah atau besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh

bank syariah, sementara volume transaksi PUAS tidak memberikan pengaruh

yang signifikan pada posisi SWBI.

Kurniasih (2005) juga menyimpulkan bahwa faktor resiko pembiayaan dalam

sistem pembiayaan Islam yang mengandalkan akad-akad pertukaran daripada

akad-akad investasi diduga menjadi penyebab terjadinya kelebihan likuiditas bank

syariah. Peningkatan posisi SWBI seiring dengan peningkatan jumlah

pembiayaan, menunjukkan bahwa bank-bank syariah lebih memilih investasi pada

hal-hal yang hampir tidak beresiko seperti investasi pada SWBI di samping akan

mendapatkan bonus atau ‘athaya meskipun tidak boleh ada imbalan yang

disyaratkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hariyani (2006) bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan SWBI dan mengidentifikasi

bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi jumlah permintaan SWBI.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 15: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

26

Universitas Indonesia

Riset menggunakan 50 data sekunder periode Januari 2001 sampai Februari

2005 yang diperoleh dari Bank Indonesia. Variabel independennya adalah DPK

yang dihimpun perbankan syariah, pembiayaan yang disalurkan ke masyarakat,

bonus SWBI dan tingkat bagi hasil IMA, sedangkan sebagai variabel

dependennya adalah demand SWBI.

Analisis menggunakan regresi berganda, dan tools SPSS. Adapun langkah

awal pengolahan data adalah analisis faktor terhadap empat variabel independen

yaitu DPK, pembiayaan, bonus SWBI, tingkat bagi hasil IMA dan satu variabel

dependen yaitu nilai SWBI yang outstanding.

Hubungan antar varaibel dalam penelitian Hariyani dinyatakan dengan fungsi

berikut:

( )IMASWBISWBI YYPembiayaanDPKfD ,,,= (2.18)

Dimana:

SWBID = demand SWBI

DPK = DPK yang dihimpun perbankan syariah

Pembiayaan = pembiayaan yang disalurkan ke masyarakat

SWBIY = bonus SWBI

IMAY = tingkat bagi hasil IMA

Hasil penelitian Hariyani (2006) setelah dianalisis menggunakan analisis

regresi diketaui bahwa tingkat bagi hasil IMA mempunyai hubungan yang

multikolinear dengan bonus SWBI, hal ini karena penentuan besarnya bonus

SWBI dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil IMA dan tingkat bagi hasil PUAS.

Selain itu diperoleh hasil juga bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi

jumlah permintaan SWBI adalah DPK dan pembiayaan. Dari uji statistik diketahui

bahwa tingkat signifikansi untuk variabel DPK dan pembiayaan masing-masing

adalah 0,001 dan -0,001 pada α =5%. Hal ini berati bahwa faktor DPK memiliki

pengaruh yang positif terhadap permintaan SWBI dan faktor permintaan memiliki

pengaruh yang negarif atau berbading terbalik terhadap permintaan SWBI.

Dari karakteristik dua variabel yang signifikan tersebut, diketahui bahwa motif

utama permintaan SWBI bukanlah untuk mencari margin atau keuntungan,

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 16: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

27

Universitas Indonesia

melainkan lebih kepada manajemen likuiditas. Dari hasil analisis juga diketahui

bahwa kecilnya nilai SWBI dibandingkan aset perbankan syariah mengisyaratkan

bahwa uang idle sangat kecil nilainya, atau hampir semua dana dapat disalurkan

bank syariah kepada masyarakat. Rata-rata nilai SWBI dalam neraca industri

perbankan adalah 0,012 persen terhadap total aset, hal ini baik dalam arti hampir

semua uang yang diperoleh melalui DPK dapat tersalurkan kepada masyarakat

melalui pembiayaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi bank

syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan telah berjalan cukup baik.

Adapun Kusumastuti (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh suku

bunga kredit terhadap posisi kredit dan pembiayaan di perbankan Indonesia.

Secara teoritis, perubahan tingkat suku bunga kredit akan berpengaruh terhadap

posisi kredit dan pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Dalam kenyataannya,

hasil pengamatan di Indonesia selama Desember 2000 hingga Februari 2005

menunjukkan bahwa hubungan variabel-variabel tersebut tidak konsisten dengan

teori. Model regresi dibuat berdasarkan data pertumbuhan bulanan periode Januari

2001 hingga Februari 2005.

Penelitiain Kusumastuti (2005) ini dilakukan pada seluruh bank di Indonesia,

yang seluruhnya berjumlah 133 bank. Jumlah tersebut mencakup bank yang

beroperasi dengan sistem bunga, dengan sistem bagi hasil dan dengan dual

banking system. Data yang digunakan adalah data pertumbuhan bulanan. Untuk

mengetahui pengaruh suku bunga kredit terhadap posisi kredit dan pembiayaan

digunakan alat uji kausalitras Granger dan dianalisis secara regresi. Pengujian

kausalitas model Granger mensyaratkan bahwa data harus stasioner. Jika data

tidak stasioner, pengujian kausalitas model Granger ini tetap dapat dilakukan

sepanjang variabel terkointegrasi.

Hasil penelitian Kusumastuti (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan suku

bunga kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kredit maupun

pembiayaan di perbankan Indonesia. Implikasinya, pembiayaan bukan merupakan

substitute factor bagi kredit.

Penelitian Anggraini (2005) bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah penawaran pembiayaan musyarakah dan mudharabah.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada Bank Syariah Mandiri (BSM) periode

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 17: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

28

Universitas Indonesia

Maret 2001-Maret 2005. Untuk menganalisis data digunakan metode two stage

least squares dengan alasan bahwa kedua model persamaan yang ditawarkan

mempunyai hubungan yang simultan di antara keduanya.

Sebelum dilakukan analisis regresi persamaan simultan, data yang ada harus

diuji terlebih dahulu dengan beberapa pengujian seperti uji stasioneritas untuk

menghindari regresi semu, granger test untuk menentukan variabel endogen dan

eksogen pada penelitian ini serta uji Hausman yang bertujuan untuk melihat

apakah terdapat hubungan simultan di antara kedua model yang ditawarkan.

Setelah itu barulah dilakukan penentuan kondisi order dari kedua persamaan dan

kemudian dilakukan regresi.

Model yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah adalah:

ttttt NPFDPKPRQs εββββ +−++= −13210 (2.19)

Dimana:

tQs = penawaran pembiayaan mudharabah dan musyarakah (Rp)

0β = intercept

iβ = konstanta (i=1,2,3)

PR = pendapatan bagi hasil bank yang didapat dari pembiayaan

mudharabah dan musyarakah (Rp)

DPK = jumlah Dana Pihak Ketiga (Rp)

NPF = jumlah pembiayaan bermasalah dari semua jenis pembiayaan (%)

tε = standard error

Model di atas dapat dicari dengan menggunakan informasi yang berasal dari

fungsi permintaan pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Model permintaan

pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang digunakan sebagai pendekatan

untuk menyelesaikan persamaan di atas adalah:

ttttt RGDPPRQd µαααα ++++= 3210 (2.20)

Dimana:

tQd = permintaan pembiayaan mudharabah dan musyarakah (Rp)

0α = intercept

iα = konstanta (i=1,2,3)

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 18: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

29

Universitas Indonesia

PR = pendapatan bagi hasil bank yang didapat dari pembiayaan

mudharabah dan musyarakah (Rp)

GDP = Gross Domestic Product (Rp)

R = suku bunga bank konvensional untuk investasi (%)

tµ = standard error

Hasil penelitian Anggraini (2005) menunjukkan bahwa ketiga variabel yang

digunakan yaitu profit, DPK dan NPF secara bersama-sama dapat mempengaruhi

variabel jumlah penawaran pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Ketiga

variabel tadi dapat menjelaskan variabel dependennya sebesar 98,81% dan sisanya

yaitu 1,19% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak masuk di dalam

model. Walaupun ketiga variabel bebas secara bersama-sama dapat

mempengaruhi variabel jumlah penawaran pembiayaan mudharabah dan

musyarakah, tapi hasil uji t menunjukkan bahwa hanya variabel profit yang

signifikan mempengaruhi jumlah penawaran pembiayaan mudharabah dan

musyarakah.

Berdasarkan uji t dapat dikatakan bahwa hanya variabel profit yang signifikan

mempengaruhi jumlah penawaran pembiayaan mudharabah dan musyarakah.

Hubungan diantara variabel profit dan jumlah penawaran pembiayaan

mudharabah dan musyarakah adalah positif. Hal ini berarti semakin besar profit

dari bagi hasil yang didapatkan oleh bank syariah maka semakin bertambah pula

jumlah penawaran pembiayaan mudharabah dan musyarakah.

Dari hasil penelitian Anggraini (2005) juga diperoleh kesimpulan bahwa

variabel DPK dan NPF tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran

pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Meskipun variabel DPK dan NPF

tidak mempengaruhi jumlah penawaran pembiayaan, kedua variabel ini

mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah penawaran pembiayaan

mudharabah dan musyarakah. Hal ini berarti semakin besar DPK yang dimiliki

oleh bank syariah maka semakin bertambah pula jumlah penawaran pembiayaan

mudharabah dan musyarakah.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 19: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

30

Universitas Indonesia

Penelitian Rosita (2005) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pembiayaan musyarakah di perbankan syariah, serta

berapa besar probabilita faktor-faktor tersebut mempengaruhi keputusan.

Faktor-faktor yang diuji merupakan penjabaran dari 7 aspek analisis yang

dilakukan oleh perbankan syariah, yaitu aspek hukum dan legalitas, aspek

manajemen, aspek keuangan, aspek jaminan, aspek investigasi, aspek pemasaran,

serta aspek teknis dan produksi.

Hasil penelitian dari 40 kuesioner yang disebarkan pada beberapa bank syariah

di Jakarta, dan analisa data dengan model probit menyimpulkan bahwa variabel

yang signifikan mempengaruhi keputusan pembiayaan musyarakah di perbankan

syariah adalah variabel rentabilitas ekonomi dan variabel jenis musyarakah.

Sedangkan probabilita setiap variabel dalam mempengaruhi keputusan

pembiayaan adalah variabel rentabilitas ekonomi 18,1%, rasio aktivitas 0,37%,

variabel solvabilitas 0,43%, variabel jaminan 0,55%, variabel pimpinan

perusahaan berpengalaman lebih dari 2 tahun 6,3%, variabel pembiayaan

sebelumnya lebih besar dari yang diajukan 0,16%, variabel pembiayaan

sebelumnya lebih kecil dari yang diajukan 0,1%, variabel jenis musyarakah

26,1%, variabel sensitifitas bahan baku 0,31%, dan variabel cadangan uang tunai

2,21%.

Ibrahim (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel harga dan non harga berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan

mudharabah di Bank Muamalat Indonesia (BMI) selama periode Januari 2001

sampai Maret 2005, tujuan lainnya adalah untuk mengetahui apakah pembiayaan

mudharabah dengan kredit modal kerja bersifat substitusi atau bukan. Metode

analisis yang dipakai adalah regresi linear berganda. Variabel yang diteliti adalah

nisbah bagi hasil yang menjadi hak bank, suku bunga kredit bank konvensional,

dan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut sektor perbankan/lembaga keuangan.

Model yang ditawarkan adalah:

εβββα ++++= PDBBungaNisbahPM 321 (2.21)

Dimana:

PM = permintaan pembiayaan mudharabah (Rp juta)

α = konstanta

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 20: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

31

Universitas Indonesia

1β = koefisien variabel nisbah

2β = koefisien variabel bunga

3β = koefisien variabel PDB

SWBI = Nisbah bagi hasil untuk bank (%)

Bunga = Bunga kredit modal kerja bank konvensional (%)

DPK = Produk Domestik Bruto sektor perbankan (Rp milyar)

ε = standard error

Karena satuan data jumlah pembiayaan mudharabah dan PDB adalah dalam

nominal rupiah, sedangkan satuan data nisbah bagi hasil dan suku bunga kredit

adalah dalam persentase, maka model tersebut perlu ditransformasi ke logaritma

natural. Dengan demikian, model yang digunakan oleh Ibrahim (2005) menjadi:

εβββα ++++= LnPDBLnBungaLnNisbahLnPM 321 (2.22)

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa secara bersama-

sama variabel nisbah dan PDB mampu menjelaskan variansi permintaan

pembiayaan mudharabah di BMI. Hal ini ditunjukkan uji F dengan signifikansi

mencapai 0,000. Besaran pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai R2 sebesar

84%, sisanya 16% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Selama periode

Januari 2001 sampai Maret 2005, keputusan nasabah untuk mengajukan

pembiayaan mudharabah di BMI sangat dipengaruhi oleh berapa besar proporsi

nisbah bagi hasil yang harus disetorkan ke bank. Besarnya pengaruh mencapai

0,8%. Artinya, setiap kenaikan 10% nisbah bagi hasil untuk bank, akan

mengurangi permintaan pembiayaan mudharabah di BMI sebesar 8%, dengan

asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Tersegmentasinya nasabah pembiayaan bank syariah dengan debitur di bank

konvensional dibuktikan dengan korelasi parsial antara variabel bunga kredit.

Dengan kata lain, kredit modal kerja di bank konvensional bukan merupakan

substitusi dari pembiayaan mudharabah di BMI.

Selama periode itu pula perkembangan sektor perbankan dan lembaga

keuangan ikut memberikan andil terhadap meningkatnya permintaan pembiayaan

mudharabah di BMI. Bahkan peningkatan pembiayaan mudharabah menunjukkan

persentase yang lebih besar dibanding perkembangan sektor perbankan. Apabila

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 21: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

32

Universitas Indonesia

sektor perbankan/lembaga keuangan menyumbang kenaikan 10% terhadap total

PDB, maka akan terjadi peningkatan permintaan pembiayaan mudharabah di BMI

sebesar 67% dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2007) bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi NPF pada Bank Muamalat Indonesia

(BMI) yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Suku Bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) 1 bulan.

Metodologi yang digunakan oleh Hartono (2007) adalah regresi linear

berganda dengan periode analisis dari Juni 2002 hingga Juni 2006. hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa NPF Bank Muamalat Indonesia (BMI)

fluktuatif, sementara pembiayaan bermasalah BMI secara absolut menunjukkan

kecenderungan peningkatan. Peningkatan DPK sebanding dengan peningkatan

pembiayaan, yang berarti BMI melaksanakan pendekatan FDR. Akan tetapi,

meningkatnya pembiayaan juga diikuti dengan meningkatnya secara absolut

pembiayaan bermasalah, namun NPF BMI menurun. Atau dengan kata lain,

peningkatan DPK yang dimaksimalkan dalam bentuk pembiayaan yang tercermin

dalam FDR dapat mengakibatkan penurunan NPF.

Hasil penelitian Hartono (2007) juga menunjukkan bahwa fluktuasi NPF BMI

juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI, dan bahkan peningkatan suku

bunga SBI cenderung mengakibatkan peningkatan NPF BMI, yang disebabkan

oleh penurunan pertumbuhan DPK dan pembiayaan BMI serta meningkatnya

pembiayaan bermasalah BMI secara absolut.

Penelitian yang dilakukan oleh Qadriyah dan Fitrijanti (2003) bertujuan untuk

melihat pengaruh jenis produk pembiayaan, jenis pembiayaan, dan jenis sektor

ekonomi pembiayaan terhadap NPF pada perbankan syariah. Analisis didasarkan

pada data perbankan syariah tahun 2000 sampai tahun 2002, dan menggunakan

metode penelitian deskriptif dan pendekatan asosiatif dengan teknik korelasi

Coefficient Contingency.

Setelah dilakukan pengujian statistik komparatif diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

a. Berdasarkan pengujian statistik komparatif dan dibandingkan dengan kriteria

tidak terdapat perbedaan yang signifikan NPF antara jenis produk pembiayaan

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 22: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

33

Universitas Indonesia

Equity Financing dan Debt Financing. Setelah dilakukanpengujian statistik

asosiatif dan dibandingkan dengan kriteria, tidak terdapat pengaruh perbedaan

jenis produk pembiayaan antara equity financing dan debt financing terhadap

NPF. Rata-rata NPF equity financing sebesar 12,81% sedangkan debt financing

sebesar 5,1%, yang artinya rata-rata NPF debt financing relatif lebih baik

dibandingkan dengan equity financing.

b. Berdasarkan pengujian statistik komparatif dan dibandingkan dengan kriteria,

terdapat perbedaan yang signifikan NPF antara jenis pembiayaan produktif dan

konsumtif. Maka bank syariah dalam menyalurkan pembiayaannya ke jenis

pembiayaan yang produktif memiliki resiko kredit macet yang lebih

besardibanding jenis pembiayaan konsumtif. Dan setelah dilakukan pengujian

statistik asosiatif dan dibandingkan dengan kriteria, tidak terdapat pengaruh

perbedaan jenis pembiayaan antara produktif dan konsumtif terhadap NPF.

Rata-rata NPF jenis pembiayaan produktif sebesar 8,51% sedangkan jenis

pembiayaan konsumtif sebesar 1,12% yang artinya rata-rata NPF jenis

pembiayaan konsumtif relatif lebih baik dibandingkan dengan jenis

pembiayaan produktif.

c. Setelah dilakukan pengujian statistik komparatif dan dibandingkan dengan

kriteria, didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan NPF antara

jenis sektor ekonomi pembiayaan industri primer, sekunder, dan tersier. Hal ini

menunjukkan, bank syariah dalam menyalurkan pembiayaannya ke semua jenis

sektor ekonomi memiliki resiko kredit macet yang relatif sama. Dan setelah

dilakukan pengujian statistik asosiatif dan dibandingkan dengan kriteria,

didapat bahwa tidak terdapat pengaruh perbedaan jenis sektor ekonomi

pembiayaan antara industri primer, sekunder dan tersier terhadap NPF. Rata-

rata NPF jenis sektor ekonomi pembiayaan industri primer sebesar 0,74%

sedangkan industri sekunder sebesar 9,54% dan industri tersier sebesar 9,2%

yang artinya rata-rata NPF industri primer (pertanian, pertambangan,

kehutanan, dan lain-lain) relatif lebih baik dibandingkan dengan industri

sekunder (industri manufaktur dan lain-lain) dan industri tersier (jasa usaha,

perdagangan, dan lain-lain).

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 23: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

34

Universitas Indonesia

Hasil penelitian tersebut secara keseluruhan menyatakan tidak terdapat

pengaruh perbedaan jenis produk pembiayaan, jenis pembiayaan, dan jenis sektor

ekonomi pembiayaan terhadap NPF, sehingga dalam menyalurkan pembiayaan

bank memiliki resiko kredit macet yang sama. Akan tetapi untuk masing-masing

jenis produk pembiayaan, jenis pembiayaan, dan jenis sektor ekonomi

pembiayaan memiliki tingkat NPF yang berbeda yang menunjukkan tingkat resiko

masing-masing.

Penelitian yang dilakukan Nugroho (2005) bertujuan untuk melihat faktor-

faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penentuan besarnya margin

murabahah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik model regresi

berganda dengan faktor yang diteliti adalah biaya overhead, volume pembiayaan

murabahah, profit target dan bagi hasil DPK.

Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

)1(4)1(3

)1(2)1(1

argPr

arg

−+

−−

++

++=

tt

tt

PKBagiHasilDetofitT

bahahVolumeMuraeadBiayaOverhhinMurabahaM

ββ

ββα

(2.23)

Definisi dari masing-masing variabel terikat dan bebas dalam penelitian

Nugroho (2005) adalah sebagai berikut:

a. Margin murabahah adalah prosentase margin yang dibebankan kepada debitur.

b. Biaya overhead adalah biaya-biaya yang dikeluarkan bank dalam kegiatan

operasionalnya terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya administrasi dan umum,

biaya penyusutan, biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif, dan biaya

lainnya yang terkait dengan operasional bank syariah. Nilainya diperoleh

dengan mengalikan total biaya overhead dengan porsi pembiayaan murabahah

terhadap total pembiayaan. Angka biaya overhead untuk murabahah didapat

dengan mengalikan total overhead dengan porsi murabahah.

c. Volume pembiayaan murabahah adalah jumlah total pembiayaan murabahah.

d. Keuntungan yang diinginkan (profit target) adalah tingkat keuntungan dari

seluruh pembiayaan murabahah yang digunakan sebagai target bank. Diperoleh

dengan mengalikan suku bunga pinjaman satu bulan dengan pembiayaan

murabahah dibagi dua belas bulan setelah itu dikalikan Net Interest Margin.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 24: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

35

Universitas Indonesia

e. Porsi bagi hasil DPK adalah nilai distribusi bagi hasil bagi pemilik DPK. Nilai

bagi hasil yang diperoleh merupakan pengalian antara bagi hasil DPK dengan

porsi pembiayaan murabahah terhadap total pembiayaan.

Dari hasil analisis statistik berdasarkan studi kasus PT. Bank Muamalat

Indonesia periode Januari 2001 sampai dengan Desember 2004, diperoleh

kesimpulan bahwa faktor biaya overhead, dan bagi hasil DPK secara signifikan

mempengaruhi margin murabahah, sedangkan volume pembiayaan murabahah

dan profit target tidak berpengaruh terhadap margin pembiayaan murabahah

walaupun terdapat korelasi.

Studi yang dilakukan oleh Wibowo (2007) meneliti determinan ROA (Return

on Asset) antara bank syariah devisa dan non devisa. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ROA sebuah bank syariah diantaranya adalah besarnya tabungan

dana dari pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank, besarnya pembiayaan yang

dapat disalurkan oleh bank kepada pihak lain, simpanan dana bank dalam SWBI

(Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) dan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan

Prinsip Syariah (PUAS).

Data yang digunakan dalam studi ini adalah dalam rentang waktu Januari 2002

hingga Juni 2006. permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada:

Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri sebagai bank umum syariah

devisa, Bank Mega Syariah Indonesia sebagai bank umum syariah non devisa,

SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia), Pasar Uang Antarbank Berdasarkan

Prinsip Syariah (PUAS), total pembiayaan yang diberikan unit usaha syariah, dan

simpanan mudharabah/sistem bagi hasil (dana pihak ketiga) sebagai variabel

independen, dengan variabel dependen adalah ROA bank umum syariah, dan

analisis data yang digunakan adalah analisis data panel.

Model perbandingan antara perilaku ROA bank umum syariah devisa dengan

bank umum syariah non devisa adalah sebagai berikut:

it

ititititit

DMudhDBiayaDSWBIDPUASMudhBiayaSWBIPUASROA

εββββββββα

+++++++++=

1*1*1*1*

876

54321

(2.24)

Dimana:

α = intersep

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 25: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

36

Universitas Indonesia

821 ,...,, βββ = slope dari variabel bebas PUAS, SWBI, total pembiayaan, dan

simpanan Mudharabah.

ROA = Return on Asset bank umum syariah

PUAS = Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah

SWBI = Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

Biaya = total pembiayaan yang dilakukan bank syariah

Mudh = simpanan mudharabah

ε = galat

i = individu bank umum syariah

t = periode waktu dari Januari 2002 sampai Juni 2006

Pada model ini, D1 merupakan variabel boneka (dummy variable) bank umum

syariah dengan nilai 0 untuk bank umum syariah devisa, dan 1 untuk bank umum

syariah non devisa. Penggunaan dummy variable ini dimaksudkan agar dapat

diketahui bagaimana perbedaan perilaku masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat di bank umum syariah devisa dan bank umum syariah non devisa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ROA bank umum syariah

non devisa lebih kecil dari bank umum syariah devisa. Kedua jenis bank umum

syariah memiliki likuiditas lancar karena memiliki slope bernilai positif untuk

PUAS dan SWBI. Dalam menyalurkan pembiayaan, bank umum syariah devisa

lebih agresif dibandingkan dengan bank umum syariah non devisa, ini terkait

dengan kehadiran bank umum syariah devisa yang lebih dahulu dari bank non

devisa. Untuk simpanan mudharabah menunjukkan bahwa bank umum syariah

non devisa lebih kecil daripada bank umum syariah devisa. Ini terjadi karena

masyarakat belum terlalu familiar dengan bank yang terbilang baru ini.

Secara ringkas, uraian tinjauan literatur di atas dapat dilihat pada Tabel 2.1

berikut:

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 26: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

37

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Tinjauan Literatur

Nama & Tahun Var. Dependen Var. Independen Metodologi Seyed dan

Makiyan, Iran (2001)

penawaran pinjaman di bank Islam Iran

Tingkat bagi hasil, inflasi, total dana

pihak ketiga

ECM

Ikhide, Namibia (2003)

kuantitas kredit yangdiminta dan kuantitas

kredit yang ditawarkan.

output gap, suku bunga riil , inflasi,

kapasitas pinjaman, total dana pihak

ketiga, tingkat bunga pinjaman, indeks

pasar modal

Full InformationMaximum Likelihood Procedure

Beng dan Ying, Malaysia (2001)

tingkat keuntungan riil tabungan dan

pinjaman

indeks produksi industri, kapasitas

pinjaman, non performing loan

Full Maximum Likelihood Procedure

Weller, Polandia

(2006) Penawaran kredit

(kredit/Aset) Modal/Aset, DPK/Aaset, Pembiayaan

Internal/Penjualan, MNB Kredit/Total

Kredit

Effect Random dan LSDV Panel Data

Donna (2006) permintaan dan penawaran

mudharabah, musyarakah,

murabahah, dan istishna

tingkat bagi hasil, ekspektasi profit, NPF, modal per aset, DPK

regresi dengan persamaan tunggal

(ARCH dan Iterative Cochrane Orcutt Procedure)

atau persamaan simultan (SUR).

Siregar (2004) FDR DPK, bonus SWBI, NPF

Regresi linear berganda

Asy’ari (2006) FDR suku bunga rata-rata pinjaman, bonus

SWBI, JUB, DPK

Regresi linear berganda

Maryanah (2006)

pembiayaan bagi hasil (mudharabah &

musyarakah)di BSM

DPK, profit, NPF ECM

Hilmi (2006) pembiayaan mudharabah di BSM

SWBI, suku bunga kredit bank

konvensional, DPK

regresi linear berganda

Kusumastuti (2005)

posisi kredit dan pembiayaan

suku bunga kredit uji kausalitras Granger, regresi

Anggraini (2005)

jumlah penawaran pembiayaan

pendapatan bagi hasil, DPK, NPF

two stage least squares

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 27: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

38

Universitas Indonesia

musyarakah dan mudharabah di BSM

Adi (2006) FDR SWBI & PUAS regresi linear berganda

Ibrahim (2005) mudharabah di Bank Muamalat Indonesia

(BMI)

nisbah bagi hasil yang menjadi hak bank, suku bunga kredit

bank konvensional, dan PDB

regresi linear berganda

Wibowo (2007) ROA bank umum syariah

DPK, Pembiayaan, SWBI, PUAS

Panel Data analysis

Hartono (2007) NPF pada Bank Muamalat Indonesia

DPK, suku bunga SBI 1 bulan

regresi linear berganda

Qadriyah dan Fitrijanti (2003)

NPF jenis produk pembiayaan, jenis

pembiayaan, dan jenis sektor ekonomi

pembiayaan

deskriptif dan pendekatan

asosiatif dengan teknik korelasi

Coefficient Contingency.

Nugroho (2005) Margin murabahah biaya overhead, volume pembiayaan murabahah, profit target , bagi hasil

DPK.

model regresi berganda

2.3 Fungsi Pembiayaan pada Perbankan Syariah

Bank syariah dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko

usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana (shahibul mal) yang

menyimpan uangnya di bank dengan bank selaku pengelola dana (mudharib), dan

di sisi lain bank selaku pemilik dana dengan masyarakat yang membutuhkan dana

baik yang berstatus pemakai dana maupun pengelola usaha (mudharib)

(Perwataatmadja, 2007, hal. 75).

Shiddiqi (1984, hal. 58) menyebutkan bahwa pembiayaan mempunyai tujuan

untuk keadilan, pemerataan, persamaan dan kemajuan yang hendak digapai.

Karenanya, dengan pembiayaan tercipta daya beli oleh masyarakat sehingga roda

perekonomian berputar.

Bantuan permodalan berupa pembiayaan pada dasarnya harus merupakan daya

rangsang bagi kedua belah pihak. Pihak yang mendapatkan pembiayaan harus

dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi demi kemajuan usahanya dan bagi

pihak yang memberikan pembiayaan secara material mendapatkan rentabilitas

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 28: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

39

Universitas Indonesia

berdasarkan keuntungan perhitungan yang wajar dan secara spiritual harus merasa

bangga dapat membantu suatu perusahaan untuk mencapai kemajuan ekonomis

demi kepentingan negara dan rakyat. Suatu pembiayaan dapat dikatakan berhasil

apabila secara sosial ekonomi membawa pengaruh terhadap keadaan penerima,

pemberi, negara, dan rakyat (Tjiptoadinugroho dalam Asy’ary, 2004, hal. 20).

Menurut Muhammad (2004, hal. 184-186) ada beberapa fungsi pembiayaan

yang diberikan oleh bank Islam kepada masyarakat penerima, diantaranya untuk:

1. meningkatkan daya guna uang;

2. meningkatkan daya guna barang;

3. meningkatkan peredaran uang;

4. menimbulkan kegairahan untuk berusaha;

5. sebagai faktor stabilitas ekonomi;

6. sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional; dan

7. sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

Muslehuddin (1990, hal. 58) menyatakan bahwa karena susunan ekonomi

dalam masyarakat sudah berdasarkan pinjaman maka tanpa pinjaman mustahil

kemajuan dapat tercapai. Pinjaman adalah nyawa untuk menghidupi dunia

perdagangan dan industri karenanya pembiayaan dapat dikatakan sebagai

penggerak roda ekonomi.

Shiddiqi (1984, hal 59) menyatakan perbankan mempunyai peranan yang

menentukan dalam pengalokasian sumber-sumber keuangan yang tersedia di

dalam masyarakat. Selain itu, pembiayaan juga berfungsi sebagai aktiva yang

produktif berupa penempatan dana oleh bank dalam aset yang menghasilkan

pendapatan untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Dari aktiva

ini, bank mengharapkan adanya selisih keuntungan dari kegiatan pengumpulan

dan penyaluran dana.

Chapra (2000, hal 145) menyatakan bahwa mengingat kredit bank terjadi

karena dana yang dimiliki oleh publik maka kredit harus dialokasikan dengan

tujuan supaya membantu merealisasikan kemaslahatan sosial secara umum.

Tujuan ini dapat dicapai apabila:

1. alokasi kredit akan menimbulkan suatu produksi dan distribusi optimal bagi

barang dan jasa yang diperlukan oleh sebagain besar anggota masyarakat; dan

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 29: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

40

Universitas Indonesia

2. manfaat kredit dapat dirasakan oleh sejumlah besar kalangan bisnis dalam

masyarakat.

Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara bank syariah dengan

nasabahnya bukan hubungan antara debitur dan kreditur, melainkan hubungan

kemitraan antara penyandang dana dengan pengelola dana. Oleh karena itu,

tingkat laba bank syariah bukan saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil

untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang

dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Dengan demikian, kemampuan

manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan harta, pengusaha

dan pengelola investasi yang baik (professional investment manager) akan sangat

menetukan kualitas usahanya sebagai lembaga intermediary dan kemampuannya

menghasilkan laba. (lihat Arifin, 2005, hal. 46).

2.4 Aspek Penunjang Operasional Bank Syariah

Dengan semakin berkembangnya perbankan syariah, maka diperlukan ketentuan-

ketentuan perbankan dan fasilitas bank syariah yang sesuai dengan prinsip

syariah. Karena kegiatan usaha bank syariah memilki perbedaan yang mendasar

dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini dibutuhkan agar bank syariah

dapat beroperasi secara sehat serta dapat menjalankan prinsip-prinsip syariah

secara benar. (dalam Adi, 2006, hal. 33).

Sebagai tindak lanjut pengembangan perbankan syariah, Bank Indonesia telah

mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan perbankan syariah yaitu:

1. Giro Wajib Minimum (GWM)

2. Kliring

3. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)

4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

Menurut Muhammad dalam Adi (2006, hal. 33) keempat ketentuan tersebut di

atas pada dasarnya memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Guna

mendukung kelancarn lalu-lintas pembiayaan antarbank dan pelaksanaan kegiatan

PUAS, bank-bank syariah perlu membuka giro pada Bank Indonesia. Seluruh

kantor pusat bank umum baik konvensional maupun syariah diwajibkan membuka

satu rekening giro dalam valuta rupiah di kantor pusat Bank Indonesia atau kantor

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 30: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

41

Universitas Indonesia

Bank Indonesia setempat. Khusus bagi bank devisa diwajibkan pula untuk

membuka satu rekening giro dalam valuta dolar AS di kantor pusat Bank

Indonesia.

Selanjutnya, dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian, kantor pusat bank

wajib menjaga posisi giro pada Bank Indonesia (BI) dalam jumlah tertentu

sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Giro Wajib Minimum (GWM).

Pelanggaran atas ketententuan GWM dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan

yang diatur BI.

Untuk mendukung kelancaran lalu lintas pembayaran antarbank serta

pelaksanaan PUAS, transaksi pembayarannya dilakukan melalui mekanisme

kliring dengan membebankan rekekening giro pada BI. Apabila dalam

pelaksanaan kliring saldo bank menjadi kurang dari GWM, maka bank atau kantor

cabangnya dikenakan sanksi kewajiban membayar dan apabila saldonya menjadi

negatif maka bank bersangkutan termasuk cabangnya akan dikenakan sanksi

penggantian sebagai peserta kliring ditambah sanksi kewajiban membayar.(lihat

Adi, 2006, hal. 34).

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank dapat mengalami kelebihan

atau kekurangan likuiditas. Dalam hal terjadi kelebihan likuiditas, bank

melakukan penempatan kelebihan dananya sehingga dapat memperoleh

keuntungan. Sedangkan bila mengalami kekurangan likuidiras, bank memerlukan

sarana untuk menutupi kekurangan likuiditas baik yang disebabkan oleh kalah

kliring maupun untuk menambah likuiditas dalam rangka kegiatan pembiayaan

sehingga kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan baik. Khusus bagi bank

syariah yang kekurangan dana dapat menerbitkan sertifikat Investasi Mudharabah

Antarbank (sertifikat IMA) yang merupakan sarana penanaman dana bank

syariah.

Sehubungan dengan tugas BI dalam menjaga kestabilan moneter, BI menyerap

kelebihan likuiditas bank-bank syariah melalui penerbitan Sertifikat Wadiah Bank

Indonesia (SWBI) yang berdasarkan pada prinsip titipan (wadiah). Dari sisi

perbankan khususnya bank syariah, piranti tersebut merupakan sarana penempatan

kelebihan likuiditas sementara sebelum dana yang dikelolanya dapat disalurkan

untuk pembiayaan kepada sektor riil. (lihat Adi, 2006, hal. 34).

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 31: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

42

Universitas Indonesia

2.4.1 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

Bank Indonesia selaku bank sentral menerbitkan instrumen moneter berdasarkan

prinsip syariah yang dinamakan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI), yang

dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditasnya.

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) merupakan salah satu alat untuk

penyerapan kelebihan likuiditas yang dialami oleh perbankan Islam. Bank

Indonesia melakukan operasi pasar untuk mengendalikan jumlah uang berdar.

Agar pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip syariah dapat

berjalan, maka diperlukan alat khusus untuk pelaksanaan tersebut. Alat yang

sesuai dengan prinsip syariah itu adalah SWBI. (Asy’ari, 2004, hal 32).

Akad yang digunakan untuk instrumen SWBI adalah akad wadi’ah

sebagaimana diatur dalam Fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro

dan Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan.

Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk

pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia. Dan juga

SWBI tersebut tidak boleh diperjualbelikan.

2.4.2 Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)

Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya,

terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah

kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash).

Sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi

kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio likuiditas. Kemampuan likuiditas

aset tergantung pada dua faktor utama, yaitu kandungan daya cair aset itu sendiri

(self contained liquidity) dan daya jual aset tersebut. Daya cair aset (self

liquiditing) ditentukan oleh pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat penjualan aset

tersebut, baik jangka waktu maupun pembayarannya. Sedangkan marketability

asset ditentukan oleh kemampuan pengalihan aset tersebut kepada pihak lain

secara final atau keberhasilan penawaran kepada pihak lain untuk berpartisipasi

mendanai aset tersebut (Arifin, 2005, hal. 151).

Di Indonesia, dengan maraknya bank konvensional yang ingin konversi

menjadi bank syariah atau membuka cabang syariah secara utuh, maka

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 32: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

43

Universitas Indonesia

berbarengan dengan diperkenalkan SWBI, GWM, dan Kliring, pada bulan

Februari 2000 diperkenalkan pula Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip

Syariah (PUAS).

PUAS berfungsi sebagai instrumen untuk memungkinkan bank syariah yang

kekurangan likuiditas menerbitkan sertifikat Investasi Mudharabah Antar-bank

(IMA) untuk memperoleh dana berjangka pendek (maksimum 90 hari) dari bank

syariah lainnya yang kelebihan likuiditas. Demikian pula sebaliknya, instrumen

ini memungkinkan bank syariah yang kelebihan likuiditas menginvestasikan

dananya dengan membeli sertifikat IMA dari bank syariah lainnya yang

kekurangan likuiditas. (lihat Perwataatmadja, 2007, hal. 52).

Peserta PUAS terdiri atas bank syariah dan bank konvensional. Bank syariah

dapat melakukan penanaman dana dan atau pengelolaan dana, sedangkan bank

konvensional hanya dapat melakukan penanaman dana. Dalam melakukan

transaksi PUAS, bank hanya dapat menggunakan sertifikat IMA.

Sertifikat IMA yang menjadi instrumen PUAS memakai akad mudharabah.

Menurut M. Umer Chapra (hal. 50, 2000), pembiayaan mudharabah dalam PUAS

dapat berupa pembiayaan talangan. Menurutnya, keseluruhan kebutuhan keuangan

yang bersifat permanen, apakah itu modal tetap atau modal kerja, secara normal

dapat diharapkan keluar dari modal ekuitas dalam sebuah perekonomian Islam.

Basis modal ekuitas yang lebih luas ini dapat didukung oleh pembiayaan

mudharabah yang berjangka menengah dan panjang. Pembiayaan berjangka

pendek, meskipun dalam kerangka bagi hasil dapat dipergunakan hanya untuk

pembiayaan talangan (bridge financing) atas kelangkaan likuiditas, tujuannya

tidak diharapkan atau tidak dimungkinkan berdampak meningkat secara permanen

pada ekuitas.

Yang tetap harus diperhatikan ialah karena PUAS lebih bersifat pembiayaan

talangan. Oleh karenanya, keberhasilan PUAS tetap tergantung pada skema

indirect financing di mana bank syariah yang menerima penempatan dana

melakukan transaksi di sektor riil dengan pihak lain. Dalam hal ini faktor-faktor

pendukung seperti akses terhadap informasi (transparansi yang lebih baik) untuk

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 33: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

44

Universitas Indonesia

mencegah adverse selection1, preferensi dari perilaku transaksi itu sendiri, dan

standar akuntansi, harus diperhatikan.

2.5 Teori Resiko Pada Bank Syariah

Jorion (hal. 3, 2003) menyatakan bahwa resiko merupakan volatilitas suatu hasil

yang tidak diekspektasi, secara umum juga merupakan volatilitas nilai dari

asset/kewajiban dari bunga. Resiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan

terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga.

Resiko dapat didefinisikan sebagai kemungkinan kerugian dari suatu investasi

akibat perubahan kondisi yang mempengaruhi nilai dari investasi tersebut. Resiko

mempunyai hubungan yang positif dan linear dengan return yang diharapkan dari

suatu investasi. Oleh karena itu, semakin besar return yang diharapkan dari suatu

investasi, maka semakin besar pula resiko yang harus ditanggung oleh seorang

investor.

Ali (2004) menyatakan bahwa resiko dapat berupa potensi terjadinya suatu

peristiwa (events) yang mampu memberikan pengaruh negatif yang dapat

menimpa siapa saja, apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tak terkecuali

terhadap perbankan, resiko yang terjadi tentunya dapat menimbulkan kerugian

karenanya perlu dicegah dan jika terlanjur terjadi maka wajib hukumnya

ditanggulangi. Secara spesifik Bank Indonesia menyebutkan terdapat delapan

jenis resiko yang perlu diwaspadai, dipantau dan selanjutnya ditanggulangi, yaitu:

1) resiko kredit, 2) resiko pasar, 3) resiko likuiditas, 4) resiko operasional,

5) resiko hukum, 6) resiko reputasi, 7) resiko strategik , dan 8) resiko kepatuhan.

Konsep syariah sebenarnya tidak berkutat pada masalah agama saja, akan

tetapi juga membahas untung rugi dan profesionalitas dalam aktivitas ekonomi.

Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan untuk memperhitungkan unsur resiko

mengingat tidak ada yang dapat memastikan apa yang akan terjadi di masa

mendatang, sebagaimana tercantum dalam salah satu ayat Al-Qur’an berikut:

1 Adverse selection timbul ketika suatu pihak memiliki informasi tertentu yang tidak dimiliki oleh pihak lainnya sebelum perjanjian dimulai. Informasi tersebut mempengaruhi nilai kontrak.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 34: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

45

Universitas Indonesia

إن اهللا عنده علم الساعة وينزل الغيث ويعلم مافي األرحام وماتدري نفس

ماذا تكسب غدا وماتدري نفس بأي أرض تموت إن اهللا عليم خبير

Artinya:

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari

kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada

dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa

yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui

di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal. (QS 31:34).

Dalam pandangan Islam, resiko merupakan sesuatu yang lazim untuk dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari menginat resiko yang ditimbulkan oleh adanya

ketidakpastian merupakan sunatullah (hukum alam yang Allah tetapkan) di alam

semesta. Konsep resiko berusaha untuk mengukur tingkat ketidakpastian hasil dari

suatu kejadian di masa mendatang (baik jangka panjang maupun jangka pendek)

yang berpotensi untuk memberikan dampak yang diharapkan maupun yang tidak

diharapkan. (Maryanah, hal. 27, 2006)

Bank-bank syariah menghadapi resiko keuangan yang relatif berbeda dengan

bank konvensional. Muljawan (hal. 10, 2004) menjelaskan bahwa bank syariah

memiliki tingkat resiko yang relatif besar dibandingkan dengan bank

konvensional, yakni:

Pertama, oleh karena sebagian terbesar dari investasi bank syariah dalam bentuk

pembiayaan bagi hasil, pendapatan bank yang umumnya bersumber dari bagi hasil

memiliki varians yang relatih tinggi. Namun, argumentai ini tidak sepenuhnya

benar karena dewasa ini kabanyakan bank syariah memilki investasi dominan

dalam pembiayaan non profit and loss sharing (non-PLS). Kedua, bank syariah

menanggung resiko likuiditas yang cukup besar karena sejumlah asetnya dalam

bentuk aset non-likuid. Ketiga, bank syariah secara dominan terekspos pada resiko

nilai tukar oleh karena mereka dilarang secara syariah untuk melakukan hedging

posisinya. Keempat, bank syariah lebih terekspos pada resiko perubahan kebijakan

fiskal dan moneter, dibandingkan bank konvensional, karena mereka menerapkan

model pembiayaan profit and loss sharing kepada nasabahnya.

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 35: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

46

Universitas Indonesia

Sistem bagi hasil yang dijalankan perbankan syariah yang di satu sisi dapat

menghindari resiko negative spread, namun di sisi lain ketidakpastian perolehan

pendapatan dapat menyebabkan resiko dalam pendapatan bank. (lihat Husnelly,

hal. 22, 2003)

Husnelly (hal. 22, 2003) juga menyatakan bahwa volatilitas tingkat bagi hasil

bank syariah disebabkan oleh volatilitas pendapatan bank syariah yang sangat

tergantung pada Non Performing Financing (NPF), dan fluktuasi pendapatan dari

nasabah pembiayaan bagi hasil (mudharabah/trust financing dan

musyarakah/joint financing).

Non Performing Financing (NPF) terjadi karena ketidaklancaran maupun

ketidakmampuan nasabah yang dibiayai untuk membayar angsuran maupun bagi

hasil pembiayaan, yang berdampak pada menurunnya tingkat bagi hasil yang

dibagikan kepada pemilik dana. Bila tingkat bagi hasil menurun, resiko yang

dapat terjadi adalah larinya dana investor (withdrawal risk) yang selanjutnya

menimbulkan liquidity risk bank syariah.

Menurut Khan dan Ahmed (2001) dalam Husnelly (2003), resiko bisnis yang

spesifik pada bank syariah antara lain:

1. Financing risk.

2. Liquidity risk.

3. Withdrawal risk.

Financing risk berkaitan dengan sistem pengembalian dari jenis-jenis

pembiayaan pada bank syariah (mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah).

Resiko pembiayaan mudharabah dan musyarakah lebih besar dari murabahah dan

ijarah, karena pola pengembalian yang digunakan adalah bagi hasil, sedangkan

murabahah dan ijarah fixed payment (Khan dan Ahmed, 2001).

Liquidity risk adalah resiko yang timbul karena kesulitan memperoleh dana

tunai untuk membayar kewajiban/liabilities segera. Bank dapat mengelola

likuiditasnya melalui asset management, liabilities management maupun

kombinasi keduanya (Van Greuning dan Bratanovic dalam Iqbal, 2008).

Liquidity risk pada sisi aset, berhubungan dengan maturity profile dari jenis-

jenis pembiayaan bank syariah. Dilihat dari jatuh temponya pembiayaan, urutan

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 36: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

47

Universitas Indonesia

liquidity risk dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah: mudharabah,

murabahah, salam, istisna, ijarah, dan musyarakah (Khan dan Ahmed, 2001).

Sedangkan liquidity risk dari sisi liabilities berhubungan dengan maturity

profile dari jenis-jenis produk pendanaan masyarakat (Arifin, 2002). Kebalikan

dari jatuh tempo produk asset, maka urutan liquidity risk dari produk pendanaan

masyarakat dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah: dana investasi

mudharabah (deposito 12 bulan, deposito 6 bulan, deposito 3 bulan, dan deposito

1 bulan) serta dana wadiah (tabungan dan giro).

Withdrawal risk berhubungan dengan fluktuasi tingkat bagi hasil dan interest

rate yang kompetitif dari lembaga keuangan lainnya. Hal ini serta upaya bank

dalam melakukan asset preservation akan mempengaruhi keputusan

depositor/investor untuk menarik dananya atau tidak (Khan dan Ahmed, 2001).

2.6 Teori Tingkat Bunga Konvensional

The loanable funds theory pertama kali digagas oleh Ohlin (1973), kemudian

disempurnakan oleh Lerner (1938), teori ini berangkat dari konsep bunga yang

berasal dari tabungan dan investasi. Menurut teori ini, bunga ditentukan oleh

interaksi penawaran dan permintaan akan dana pinjaman. Oleh karena itu, mereka

percaya bahwa tabungan dan investasi selalu sama besarnya (seimbang). Learner

berpendapat bahwa suku bunga ditentukan oleh harga kredit, dan karena itu diatur

oleh interaksi penawaran dan permintaan modal. Suku bunga tidak lain adalah

harga yang menyamakan tabungan atau penawaran kredit ditambah dengan

tambahan bersih dari kenaikan jumlah uang dalam suatu periode tertentu, dan

permintaan kredit atau investasi ditambah uang kas neto dalam periode tersebut.

(lihat Muhamad, 2006).

Pemikiran teori bunga terakhir adalah dilakukan oleh Keynes (1936). Ia

memandang bahwa bunga bukan sebagai harga atau balas jasa atas tabungan,

tetapi bersifat pembayaran untuk pinjaman uang. Bunga merupakan balas jasa atas

tabungan, tetapi bersifat pembayaran untuk pinjaman uang. Bunga merupakan

balas jasa untuk tidak menahan atas balas jasa atas partisipasi uang dalam bentuk

likuid selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian, suku bunga adalah harga

yang menyamakan kehendak menyimpan uang dalam bentuk kas dengan jumlah

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008

Page 37: BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Pengantar - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/119877-T 25344-Faktor-faktor...Tahun 1992 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam

48

Universitas Indonesia

uang kas yang ada. Dengan kata lain, suku bunga berupa balas jasa untuk tidak

membelanjakan atau untuk tidak menyimpan.

2.7 Penerapan Teori dalam Pemecahan Masalah

Berdasarkan pada teori serta penelitian-penelitian sebelumnya yang telah

diuraikan di atas, maka untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini

yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan murabahah

dan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia akan dilakukan analisis data

panel terhadap tiga bank umum syariah (BUS) yang ada saat ini, yaitu: Bank

Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Syariah

Mega Indonesia (BSMI).

Variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

NPF, bonus SWBI, tingka suku bunga pinjaman bank konvensional, dan tingkat

bagi hasil. Sedangkan variabel dependennya adalah besaran pembiayaan

murabahah dan mudharabah. Di samping itu, dalam penelitian ini, pembiayaan

murabahah selain sebagai variabel dependen pada model murabahah juga akan

berposisi sebagai variabel independen pada model mudharabah.

Pemilihan variabel NPF dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Beng dan Ying (2001). Adapun penggunaan variabel bonus SWBI

mengacu pada penelitian Siregar (2004), Asy’ari (2006), serta Hilmi (2006).

Sedangkan pemilihan variabel suku bunga kredit didasari oleh penelitian Irbid dan

Zarqa (2001) serta Ikhide (2003). Pemilihan variabel tingkat bagi hasil mengacu

pada penelitian Seyed dan Makiyan (2001) serta Donna (2006).

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya

adalah digunakannya data panel tiga bank umum syariah untuk melihat faktor-

faktor yang mempengaruhi pembiayaan murabahah dan mudharabah. Dengan

demikian, diharapkan penggunaan data panel ini akan lebih mendekati kondisi

realitasnya.

Penggunaan analisis data panel tersebut mengacu pada penelitian Weller

(2006) yang menggunakan random effect dan LSVD. Sedangkan pada penelitian

ini akan digunakan metode Pooled EGLS (period random effect).

Faktor-faktor yang..., Septiana Ambarwati, Program Pascasarjana, 2008