bab 2 kajian pustaka dan hipotesis penelitian … 2.pdf · kekuasaan yang tidak sama di antara...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kinerja Karyawan
Perusahaan atau organisasi perlu mengadakan penilaian kinerja karyawan untuk
mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya
(Mangkunegara, 2009: 11). Kinerja karyawan adalah perilaku nyata yang ditampilkan
setiap karyawan sebagai prestasi kerja yang dihasilkan sesuai dengan perannya dalam
perusahaan (Rivai,2004:309). Artana (2012), kinerja atau produktivitas adalah ukuran
dari kuantitas dan kualitas dari pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan
mempertimbangkan biaya sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan
tersebut dan kinerja (perfomence) pada dasarnya adalah apayang dilakukan atau
tidak.Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan (Mangkunegara,2009:67).
2.1.1.1 Faktor Dalam Mempengaruhi Kinerja
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi individu dalam bekerja yaitu:
1) Kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan tersebut.
2) Tingkat usaha yang dicurahkan
3) Dukungan dari organisasi atau perusahaan
9
2.1.1.2 Tujuan Dari Penilaian Kinerja
Menurut Simamora (2006: 343) tujuan utama dari sistem penilaian kinerja adalah
untuk menghasilkan informasi yang akurat dan sah tentang perilaku dan kinerja
anggota organisasi dengan adanya informasi ini maka diharapkan perusahaan dapat
mengetahui kondisi atau tingkat kinerja dari karyawan.
2.1.1.3 Standar Dalam Mengukur Kinerja
Menurut Dharma (2003: 335) untuk menjamin keberhasilan kinerja, maka
sebelumnya harus ditetapkan standar dalam mengukur kinerja. Adapun standart
tersebut adalah:
1) Kuantitas hasil kerja adalah hasil kerja pegawai dalam penggunaan waktu
dan kecepatan tertentu dalam menyelesaikan banyaknya tugas dan tanggung
jawab
2) Kualitas hasil kerja adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sejauh mana
mutu seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang hasilnya sesuai dari
target yang telah ditentukan.
3) Ketetapan waktu merupakan periode seorang pegawai dapat menyelesaiakan
seluruh pekerjaan dengan memaksimalkan waktu yang sudah di tetapkan.
2.1.1.4 Indikator Kinerja
Menurut Dessler (2009:133) ada beberapa indikator dalam kinerja karyawan,
indikator tersebut yaitu:
10
1) Kualitas kerja adalah akurasi, ketelitian, dan bisa diterima atas pekerjaan yang
dilakukan,
2) Produktivitas adalah kuantitas dan efisiensi kerja yang dihasilkan dalam
periode waktu tertentu
3) Pengetahuan pekerjaan adalah keterampilan dan informasi praktis/teknis yang
digunakan pada pekerjaan,
4) Bisa diandalkan adalah sejauh mana seorang karyawan bisa diandalkan atas
penyelesaian dan tindak lanjut tugas,
5) Kehadiran adalah sejauh mana karyawan tepat waktu, mengamati periode
istirahat/makan yang ditentukan dan catatan kehadiran secara keseluruhan,
6) Kemandirian adalah sejauh mana pekerjaan yang dilakukan dengan atau tanpa
pengawasan.
2.1.2 Kepemimpinan
Gorda (2004:151) mendefinisikan pemimpin adalah orang yang membina dan
menggerakan seseorang atau kelompok oranglain agar mereka bersedia,
berkomitmen, dan setia melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya didalam
mencapai tujuan perusahaan yangtelah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan
kepemimpinan(leadership) Sifat atau karakter, ataucara seseorang dalam upaya
membina dan menggerakan seseorang atau sekelompok orang agar mereka bersedia,
berkomitmen, dan setia untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang telah
ditetapkansebelumnya. Moedjiono (2002:3) yang menerangkan bahwa kepemimpinan
11
adalah seni untuk mempengaruhi orang lain yang bertujuan membentuk kelompok
sesuai dengan keinginan pemimpin. Kepemimpinan yang efektif merupakan
persyaratan vital bagi kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi (Wexley dan
Yukl, 2005: 189). Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok
yang memuat tiga implikasi penting, yaitu melibatkan orang lain, mencakup distribusi
kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok, serta
kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi
perilaku pengikut melalui sejumlah cara (Sutrisno, 2009: 237-238). Yukl (2005:3-8)
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain
untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas
itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan
kolektif untuk mencapai tujuan bersama organisasi. Definisi lain kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran
(Robbins,2006:432). Menurut Hasibuan (2007:169) kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Bass dan Bass (2011:25),
mendefinisikan kepemimpinan adalah interaksi antara dua orang atau lebih pada suatu
kelompok terstruktur atau struktur ulang terhadap situasi persepsi dan harapan
anggota.
2.1.2.1 Aplikasi Kepemimpinan
12
Menurut Artana (2012) terdapat empat aplikasi penting yang harus dipahami dan
dimengerti oleh seorang pemimpin perusahaan dalam konteks perumusan
kebijaksanaan bisnis yang menyangkut pemiliharaan dan pengembangan SDM.
1) Kepemimpinan menyangkut orang lain dalam ini karyawanyang menjadi
bawahan. Ini berati pemimpin harus memiliki kemampuan dan kecerdasan
untuk mempengaruhi orang lain.
2) Kepemimpinan menyangkut kemampuan dan kecerdasan seseorang untuk
menumbuhkan kerjasama, komitmen, dan kesetiaan karyawan sehingga
mereka bekerja dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan perusahaan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
3) Kepemimpinan menyangkut kemampuan dan kecerdasan untuk mengadakan
pembagian tugas dan tanggungjawab serta keberanian melimpahkan
wewenang kepada orang lain.
4) Kepemimpinan menyangkut masalah pencapaian tujuan(tujuan individual,
kelompok, organisasional, dan tujuan kemasyarakatan), karena ituseorang
pemimpin dituntut memiliki kemampuan, dan kecerdasan didalam
merumuskan Visi, Misi, kebijaksanaan, program serta memiliki kemampuan
dan kecerdasan didalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan secara efisien danefektif untuk mencapai tujuan yang telah
diputuskan terlebih dahulu.
2.1.2.2 Sifat Atau Karakterisik Pemimpin
13
Sifat-sifat atau karakteristik pemimpinMuizu (2014)dalam mengefektifkan
organisasi melalui anggotanya terdiri atas :
1) Inteligensi (Kecerdasan). Pemimpin yang mampu mengefektifkan organisasi
untuk mencapai tujuan, pada umumnya memiliki kecerdasan di atas rata-rata
pengikutnya.
2) Kematangan dan keluasaan pandangan sosial. Pemimpin yang mampu
mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuan, pada umumnya memiliki
kematangan emosi di atas rata-rata pengikutnya, sehingga selalu mampu
mengendalikan situasi yang kritis.
3) Memiliki motivasi dan keinginan prestasi (Drive). Pemimpin yang mampu
mengefektifkan organisasi, pada umumnya memiliki motivasi yang besar
untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dibandingkan pengikutnya.
4) Hubungan antar individu (Interpersonal Relationship). Para pemimpin yang
mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuan, pada umumnya
mengetahui bahwa usahanya untuk mencapai sesuatu sangat bergantung pada
orang lain, khususnya anggota organisasinya.
5) Integritas, mengacu pada tendensi dan kejujuran untuk menterjemahkan kata-
kata ke dalam perbuatan-perbuatan. Pemimpin mempunyai kapasitas moral
yang lebih tinggi dalam mangatasi berbagai dilema berdasarkan nilai-nilai
yang berlaku.
2.1.2.3 Fungsi kepemimpinan
14
Fungsi utama kepemimpinan dalam hubungannya dengan meningkatkan aktivitas
dan efisiensi perusahaan sebagai pembaharu (inovator), mensosialisasikan berbagai
ide, gagasan, rencana dan program kerja perusahaan (komunikator), mendorong
karyawan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab secara iklas untuk mencapai
tujuan perusahaan(motivator), dan mengawasi atau mengendalikan berbagai aktivitas
perusahaan ke arah efisiensi dan efektifitas (kontroler):
1) Fungsi kepemimpinan sebagai Inovator, pemimpin perlu memiliki strategi
yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,
mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan
kepada tenaga kerja dan mengembangkan teknik kerja yang inovatif.
2) Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator yaitu pemimpin dalam usahanya
menetapkan perubahan, perintah dan keputusan yang berpusat langsung dari
atasan kepada bawahan.
3) Fungsi kepemimpinan sebagai motivator, pemimpin harus memiliki strategi
yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kerja dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
4) Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler yaitu kepemimpinan yang efektif dan
mampu mengatur aktifitas anggota dan tenaga kerja secara terarah dan dalam
kordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama
secara maksimal.
2.1.2.4 Indikator Kepemimpinan
15
Menurut (Sukmawati, 2008) ada beberapa indikator untuk mengukur
kepemimpinan, antara lain adalah sebagai berikut :
1) Komunikasi adalah komunikasi pimpinan dengan bawahan yang berkaitan
dengan tugasnya untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan,
mendorong anggota untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan serta mencapai efektifitas dalam kepemimpinan,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manejemen konflik serta
proses-proses organisasi lainnya.
2) Kepercayaan adalah tingkat kepercayaan pimpinan kepada bawahan yang
berkaitan dengan integritas, kompetensi, konsistensi, loyalitas dan
keterbukaan berbagai gagasan dan informasi dengan bebasnya
3) Dorongan adalah kemampuan pimpinan dalam merangsang atau memotivasi
para bawahannya untuk meningkatkan kretifitas kerja.
4) Pengetahuan adalah pengetahuan pimpinan tentang pekerjaan yang dilakukan
baik secara teori maupun praktek di lapangan.
5) Keteladanan adalah disiplin waktu, kepatuhan terhadap aturan, prosedur, tugas
dan tanggung jawab sepenuhnya diperlihatkan pimpinan kepada bawahan.
2.1.3 Pelatihan
Pelatihanadalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku
dalam waktu yang relative singkat dan dengan metode yang lebih menggunakan
praktik daripada teori (Ardana, dkk. 2012:92),sedangkan Hariandja (2003:168),
16
pelatihan didefinisikan sebagai suatu upaya yang terencana dari organisasi untuk
meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kemampuan
(abilities) oleh karenanya, pelatihan sering dipakai sebagai solusi atas persoalan
kinerja organisasi. Pelatihan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, kinerja dan prestasi
karyawannya (Yuniarti, dkk. 2013). Abozed et al, (2009) pelatihan sering
didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang sebagai pengalaman untuk
membawa perubahan permanen dalam karakteristik individu, pengetahuan, sikap
yang menghubungkan akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui
pelatihan untuk aplikasi di tempat kerja.
2.1.3.1 Tujuan Pelatihan
Tereraet al, (2014) mendefinisikan pelatihan sebagai kegiatan yang direncanakan
bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan membantu mewujudkan
tingkat wajib pemahaman atau keterampilan melalui impartasi informasi sebagai
proses terorganisir untuk mengubah kemahiran karyawan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Menurut Ragawanti, dkk. (2014), kegiatan pelatihan memiliki beberapa
tujuan diantaranya:
1) Untuk memenuhi tuntutan pekerjaan sekarang yaitu pelatihan yang dilakukan
guna memberikan suatu pengalaman dan pengetahuan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang dilakukan.
2) Untuk memenuhi tuntutan jabatan lain yaitu pelatihan yang dilakukan untuk
memberikan suatu pengalaman dan pengetahuan di dalam maupun di luar
17
kemampuan seorang pegawai guna memenuhi tanggung jawab dalam
mengerjakan pekerjaan yang lain.
3) Untuk memenuhi tuntutan perubahan yaitu pelatihan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan seorang pegawai dalam beradaptasi dengan
perubahan metode kerja dan memaksimalkan hasil kerja.
4) Untuk memberikan dampak secara tidak langsung terhadap perusahaan yaitu
seluruh kegiatan pelatihan secara tidak langsung memberikan keuntungan
dalam internal perusahaan yang berdampak dari besarnya kepercayaan
perusahaan untuk memberikan tanggung jawab kerja kepada tenaga kerja
perusahaannya.
Menurut Simamora (2006:346) tujuan utama pelatihan diantaranya adalah:
1) Memperbaiki kinerja.
2) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
3) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten
dalam pekerjaan.
4) Membantu memecahkan permasalahan operasional.
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
7) Memenuhi kebutuhan – kebutuhan pertumbuhan pribadi.
2.1.3.2 Prinsip Pelatihan
Menurut Triasmoko, dkk (2014), prinsip pelatihan digunakan sebagai pedoman
untuk proses dari pelatihan kepada karyawan agar berjalan lebih efektif karena
18
prinsip-prinsip belajardalam pelatihan bersifat partisipatif, relevan,
pengulangan(repetisi) dan pemindahan, serta memberikan umpan balik mengenai
kemajuan para pesertalatihan. Semakin terpenuhi prinsip-prinsip tersebut dalam
latihan akan semakin efektif.
19
2.1.3.3 Manfaat Pelatihan
Menurut Simamora (2006:349), ada beberapamanfaat dari program pelatihan
adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktifitas.
2) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar
kinerja yang dapat diterima.
3) Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
4) Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.
5) Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
6) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.
2.1.3.4 Teknik Pelatihan
Menurut Swasto (2011:67) teknik-teknik pelatihan dibedakan menjadi dua:
pertama adalah pelatihan di tempat kerja (on the job training). On the job training
merupakan metode pelatihan yang paling banyak digunakan. Dalam prakteknya on
the job training memiliki beberapa metode yang sering digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Rotasi Jabatan, menurut Magkunegara (2009: 58) rotasi jabatan adalah
perpindahan posisi karyawan darisatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
Beberapa keuntungan dari metode rotasi jabatan adalah karyawan akan
mendapatkan gambaran yang luas mengenai berbagai macam jenis pekerjaan
dalam perusahaan, mengembangkan kerja sama antar karyawan, menentukan
jenis pekerjaan yang sangat diminati oleh karyawan, mempermudah
20
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempatbekerja, dan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan penempatan kerja yang sesuai dengan
potensi karyawan. Rotasi jabatan ini merupakan metode yang paling sering
digunakan.
2) Penugasan Sementara, merupakan penempatan karyawan pada posisi tertentu
untuk memberikan pengalaman kepada karyawan yang mendapat tugas
sementara untuk menangani masalah-masalah khusus secara aktual
(Swasto,2011:67). Dengan adanya penugasan sementara, karyawan
diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru.
3) Promosi jabatan menurut Meldona (2009:218) adalah pemindahan karyawan
dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang tingkatnya lebih tinggi dalam hal
pembayaran, tanggung jawab dan jenjang organisasi.
Kedua pelatihan di luar tempat kerja (off the job training).Menurut Simamora
(2006:320)off the job training diselenggarakan dilokasi yang terpisah. Program
pelatihan ini memberikan keahlian kepada individu-individu dan pengetahuan yang
mereka butuhkan untuk mengerjakan pekerjaan pada waktu yang terpisah dari waktu
kerja regular mereka. Berbagai macam teknik yang digunakan dalam off the job
training adalah sebagai berikut:
1) Metode-metode simulasi, Mangkunegara (2009:54) mengemukakan bahwa
metode simulasi adalah suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk
realitas atau imitas dari realitas. Simulasi ini merupakan pengkondisian suatu
21
keadaan yang mendekat kondisi nyata pada pekerjaan. Diantara metode
metode simulasi yang paling umum digunakan adalah sebagai berikut: a)
metode studi kasus, b) role playing, c)business game, d) pembelajaran aksi
(vestibule training), e) latihan laboraturium (laboratory training), f) program-
program pengembangan eksekutif
2) Metode-metode presentasi informasi, tujuan utama metode-metode presentasi
(penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau
keterampilan kepada peserta. Metode-metode yang biasa digunakan adalah: a)
kuliah, b) presentasi video, c) metode konferensi, d)programmed instruction,
e) studi sendiri
Menurut Regawanti, dkk. (2014), masing-masing metode (on the job training dan
off the job tainin) memiliki tujuan umum yang relatif sama yaitu guna
mempersiapkan karyawan agar memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
2.1.3.5 Instruktur Pelatihan
Instruktur adalah seseorang atau tim yang memberikan pelatihan kepada para
karyawan (Hasibuan, 2007:73) yang hendaknya memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Teaching Skillsyaitu mempunyai kecakapan untuk mendidik atau
mengajarkan, membimbing kepada peserta pengembangan (pelatihan).
2) Communication Skills yaitu mempunyai kecakapan berkomuikasi, baik lisan
maupun tulisan secara efektif.
22
3) Personality Authority, instruktur harus memiliki kewibawaan terhadap peserta
pengembangan.
4) Social Skills yaitu mempunyai kemahiran dalam bidang sosial.
5) Technical Competent, seorang pelatih harus berkemampuan teknis, kecakapan
teoritis.
6) Stabilitas Emosi, seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek terhadap anak
didiknya dan tidak boleh cepat marah.
2.1.3.6 Indikator Pelatihan
Penelitian Tanujaya (2015), menyebutkan beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur pelatihan meliputi :
1) Kualitas materi pelatihan adalah mutu dari baik buruknya materi yang
dipergunakan oleh intruktur atau pelatih di dalam melakukan pelatihan kerja.
2) Kualitas metode pelatihan adalah keefektifan suatu cara atau metode yang
digunakan manajemen dalam penyampaian materi pelatihan.
3) Kualitas instruktur pelatihan adalah kemampuan dari instruktur dalam
penyampaian materi pelatihan menggunakan metode yang ada.
4) Kualitas sarana dan fasilitas pelatihan adalah mutu dan kelengkapan
penunjang pelatihan yang mendukung peningkatan kinerja karyawan.
5) Kualitas peserta pelatihan adalah kemampuan dari peserta pelatihan dalam
menyerap dan menerima seluruh program pelatihan yang di berikan oleh
manajemen perusahaan.
23
2.2 Kerangka Konseptual
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pelatihan terhadap kinerja karyawan denga mediasi kepemimpinan pada Hotel
Satriya Cottages Kuta Bali.
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber :Elnagaet al, (2013), Jagero et al, (2012), Sultana et al, (2012) dan
Triasmoko, dkk. (2014)
2.3 Rumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja
Menurut Elnaga et al, (2013) menegaskan proposisi bahwa pelatihan memiliki
dampak positif dan signifikan pada kinerja karyawan. Jagero et al, (2012)
menyatakan bahwa pelatihan memilik hubungan positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan. Sultana et al, (2012) pelatihan merupakan elemen kunci untuk
meningkatkan kinerja karena pelatihan berhubungan positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan. Triasmoko, dkk.(2014) pelatihan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan. Diab et al, (2015) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang positif dan signifikan antara komponen pelatihan (Gabungan)
terhadap kinerja pekerja. Ameeq et al, (2013) membuktikan bahwa pelatihan
Kepemimpinan
H1 Pelatihan Kinerja Karyawan
H2
H3
24
berhubungan positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Tanujaya (2015)
menunjukkan pelatihan kerja berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja
karyawan. Ningrum, dkk.(2013) hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelatihan
karyawan mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.
Primajaya (2012) pengaruh positif dan sigifikan antara pelatihan kerja terhadap
kinerja karyawan. Putri, dkk.(2014), pelatihan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan. Otuko et al, (2013).Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara pelatihan dan kinerja
karyawan di Mumias Sugar Company Limited. Berdasarkan penelitian sebelumnya
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H1:Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
2.3.3 Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja
Penelitian (Aulia, 2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian Dedi (2013) menunjukkan
bahwa kepemimpinan memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap
kinerja karyawan. Penelitian Abbas et al, (2009) membuktikan kepemimpinan
memiliki efek positif dan hubungan yang signifikan dalam meningkatkan kinerja
karyawan secara keseluruhan. Timothy et al, (2011) menunjukkan bahwa
kepemimpinan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja.
Soegihartono (2012), membuktikan kepemimpinan berpengaruh positif yang
signifikan terhadapkinerja. Muizu (2014), kepemimpinan berpengaruh secara
signifikan positif, baik parsial maupun simultan terhadap kinerja karyawan. Penelitan
25
Ariana, dkk. (2013) menunjukan adanya pengaruh signifikan yang positifantara
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Wihardi, dkk.(2014) mengatakan bahwa
variabel kepemimpina memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Maharani, dkk (2013) kepemimpinan terbukti berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan BRI. Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut. Veriyanto (2013) hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengaruh kepemimpinan yang signifikan positif terhadap kinerja karyawan.
Prasetio et al, (2015) menunjukan bahwa pengaruh kepemimpinan memiliki dampak
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
H2: Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
2.3.4 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja dengan mediasi Kepemimpinan
Menurut Elnaga et al, (2013) menegaskan proposisi bahwa pelatihan memiliki
dampak positif dan signifikan pada kinerja karyawan yang dimediasi oleh
kepemimpinan. Jagero et al, (2012) menyatakan bahwa pelatihan memilik hubungan
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh kepemimpinan.
Sultana et al, (2012) pelatihan merupakan elemen kunci untuk meningkatkan kinerja
karena pelatihan berhubungan positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Triasmoko, dkk (2014) pelatihan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan yang dimediasi oleh kepemimpinan.Berdasarkan penelitian
sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H3: Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dimediasi
kepemimpinan.
26