bab 2 biologi kelas x (keanekaragaman hayati)

45
Oleh Kelompok 2 Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati

Upload: raissamaulidya

Post on 11-Apr-2017

780 views

Category:

Education


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Oleh Kelompok 2

Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati

Page 2: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

•Audrey Arindra Alfionita (03)•Mochamad Renaldi R. P. (16)• Pratiwi Wahyu Ningtyas (22)• Raissa Maulidya Azharia (23)• Yaasiin Rahmadhan Y. (27)

Anggota Kelompok

X MIPA - 3

Page 3: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Keanekaragaman hayati merupakan pernyataan mengenai berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terdapat pada berbagai tingkatan makhluk hidup.

Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta kompleks-kompleks Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.

Pengertian Keanekaragaman Hayati

Page 4: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

a) Keanekaragaman Tingkat Genetik (Gen)Gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang terdapat dalam kromosom. Setiap

susunan gen akan memberikan penampakan (fenotipe), baik anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme.

Perbedaan susunan gen akan menyebabkan perbedaan penampakan baik satu sifat atau secara keseluruhan. Perbedaan tersebut akan menghasilkan variasi pada suatu spesies. Hal ini disebabkan adanya keanekaragaman gen atau struktur gen pada setiap organisme.

Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis (spesies), misalnya :

Variasi jenis kelapa: kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor. Variasi jenis padi: IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu, Bumiayu, dan sebagainya. Variasi jenis anjing: anjing bulldog, doberman, Collie, herder, anjing kampung, dan sebagainya. Variasi jenis bunga mawar: Rosa gallica, Rosa damascene, Rosa canina. Allium ascolicum (bawang merah), Allium sativum (bawang putih),

Allium fistulosum (locang)

Konsep Keanekaragaman Gen, Jenis, dan Ekosistem

Page 5: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Yang menyebabkan terjadinya variasi dalam satu jenis (fenotip) adalah faktor gen (genotip) dan faktor lingkungan (environment), sehingga dapat dituliskan rumus berikut :

F = G + LF = fenotip (sifat yang tampak)G = genotip (sifat yang tidak tampak – dalam gen)L = lingkungan.

Jika genotip berubah karena suatu hal (misalnya mutasi) atau lingkungan berubah maka akan terjadi perubahan di fenotip.

Page 6: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Page 7: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

b) Keanekaragaman Tingkat Spesies (Jenis)Dua makhluk hidup mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan yang

fertil (mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan) maka kedua makhluk hidup tersebut merupakan satu spesies.

Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau familia yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. Contoh :

Famili Fellidae: kucing, harimau, singa. Famili Palmae: kelapa, aren, palem, siwalan, lontar. Famili Papilionaceae: kacang tanah, kacang buncis, kacang panjang, kacang kapri. Familia graminae : rumput teki, padi, jagung. Genus Ipomoea: ketela rambat (Ipomoea batatas) dan kangkungan (Ipomoea crassicaulis). Genus Ficus: pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon Preh (Ficus ribes).

Page 8: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Page 9: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

c) Keanekaragaman Tingkat EkosistemEkosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara

makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik). Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia, tipe vegetasi/tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan makhluk hidup ini sangat beragam. Kondisi lingkungan yang beragam tersebut menyebabkan jenis makhluk hidup yang menempatinya beragam pula. Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai keanekaragaman tingkat ekosistem.

Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut.

Page 10: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Secara garis besar, terdapat dua ekosistem utama, yaitu ekosistem daratan (eksosistem terestrial) dan ekosistem perairan (ekosistem aquatik). Ekosistem darat terbagi atas berbagai bioma, di antaranya bioma gurun, bioma padang rumput, bioma savana, bioma hutan gugur, bioma hutan hujan tropis, bioma taiga, dan bioma tundra.

Bioma diartikan sebagai kesatuan antara iklim dominan dan vegetasi serta hewan yang hidup di dalam iklim dominan tersebut. Bisa juga diartikan suatu daratan luas yang memiliki karakteristik komponen biotik dan abiotik.

Adapun ekosistem perairan dapat dibagi menjadi ekosistem air tawar, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, dan ekosistem terumbu karang.

Page 11: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Keanekaragaman ekosistem terbentuk dari keanekaragaman gen dan jenis, sehingga dapat digambarkan suatu urutan berikut :

Gen - - -> keanekaragaman gen - - -> keanekaragaman jenis - - -> keanekaragaman ekosistem

Misal: Beberapa spesies Palmae (kelapa, siwalan, dan aren berinteraksi dengan lingkungan abiotik yang berbeda sehingga terbentuk ekosistem yang berbeda pula diantara ketiga spesies tersebut. Kelapa di ekosistem pantai, siwalan di ekosistem savana, dan aren di ekosistem hutan basah.

Page 12: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

a) Keanekaragaman Tingkat GenGen merupakan faktor pembawa sifat tertentu pada makhluk hidup.

Keanekaragaman gen menunjukkan perbedaan sifat pada spesies yang sama. Contohnya:

Bunga Mawar: Mawar Merah dan Mawar Putih.Ayam: Ayam Kate, Ayam Pelung, dan Ayam Bekisar.Buah Mangga: Mangga Manalagi, Mangga Madu, dan Mangga Golek.

Keanekaragaman Hayati Indonesia (Gen, Jenis, Ekosistem, Flora, Fauna, Mikroorganisme)

Page 13: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

b) Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies) Keanekaragaman tingkat jenis menunjukkan perbedaan/variasi morfologi dalam satu famili yang sama. Contohnya:

Famili Felidae: Kucing dan Harimau. Famili Palmae: Kelapa dan Pinang.

c) Keanekaragaman Tingkat Ekosistem Keanekaragaman tingkat ekosistem menunjukkan perbedaan makhluk hidup yang dapat tinggal dan beradaptasi dalam habitat tertentu. Contohnya:

Ekosistem laut: didominasi oleh hewan yang bisa beradaptasi dengan kadar garam tinggi.

Ekosistem hutan hujan tropis: didominasi oleh tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan curah hujan dan cahaya matahari yang cukup.

Makin beranekaragam penghuni suatu ekosistem, makin stabil ekosistem tersebut.

Page 14: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

d) Keanekaragaman Flora dan Fauna di IndonesiaIndonesia memiliki keragaman flora dan fauna (keanekaragaman hayati) yang

sangat besar. Bahkan, keanekaragaman hayati Indonesia termasuk tiga besar di dunia bersama-sama dengan Brazil di Amerika Selatan dan Zaire di Afrika. Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan, pada tahun 1999 jumlah spesies tumbuhan di Indonesia mencapai 8.000 spesies yang sudah teridentifikasi dan jumlah spesies hewan mencapai 2.215 spesies. Spesies hewan terdiri atas 515 mamalia, 60 reptil, 1.519 burung, dan 121 kupu-kupu.

Besarnya keanekaragaman hayati di Indonesia berkaitan erat dengan kondisi iklim dan kondisi fisik wilayah. Suhu tropis dan curah hujan yang besar memungkinkan tumbuhnya beragam jenis tumbuhan. Mengapa demikian? Tumbuhan memerlukan air dan suhu yang sesuai. Makin banyak air tersedia makin banyak tumbuhan yang dapat tumbuh dan karena itu makin banyak hewan yang dapat hidup di daerah tersebut.

Page 15: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Persebaran Flora di IndonesiaDi dunia terdapat 6 wilayah utama persebaran mahluk hidup (Biogeografi). Flora di

Indonesia secara biogeografi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Indo-Malayan dan Indo-Australian.

1) Kelompok Indo-Malayan meliputi kawasan Indonesia Barat. Pulau-pulau yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Contoh tanaman Indo-Malayan sebagai berikut: Banyak terdapat jenis meranti-merantian. Terdapat berbagai jenis rotan. Tidak memiliki hutan kayu putih. Memiliki jenis tumbuhan matoa (Pometia pinnata) yang sedikit. Memiliki berbagai jenis nangka.

Page 16: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

2) Kelompok Indo-Australian meliputi tumbuhan yang ada di kawasan Indonesia Timur. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan ini adalah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Contoh tanaman Indo-Australian sebagai berikut: Jenis meranti-merantian hanya sedikit. Tidak terdapat berbagai jenis rotan. Terdapat hutan kayu putih. Terdapat berbagai jenis tumbuhan matoa, khususnya di Papua. Banyak terdapat tumbuhan sagu. Tidak terdapat jenis nangka.

Page 17: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Menurut Wallace dan Weber, persebaran flora di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu:1) Flora di Indonesia bagian barat adalah tipe Asiatis (memiliki kesamaan dengan benua

Asia), ciri-ciri : Memiliki berbagai jenis tumbuhan kayu yang berharga (jati, meranti, kruing,

mahoni dll). Selalu hijau sepanjang tahun. Bersifat heterogen. Terdapat tumbuhan endemik (hanya ada di daerah tersebut) yaitu Raflesia arnoldi

di Sumatra. Banyak kawasan hutan mangrove (di pantai timur Sumatra, pantai barat dan

selatan Kalimantan, pantai barat dan utara Jawa).

Page 18: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Page 19: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

2) Flora di Indonesia bagian tengah Yang ada hanyalah hutan semusim / hutan homogen yang tidak begitu lebat,

bahkan di Nusa Tenggaara yang ada hanyalah sabana (padang rumput yang luas dengan tumbuhan kayu di sana-sini) dan stepa (tanah kering yang hanya ditumbuhi semak belukar).

Tumbuhan palma, cemara, dan pinus.3) Flora di Indonesia bagian timur adalah tipe Australis (memiliki kesamaan dengan

benua Australia). Didominasi hutan hujan tropis, dimana jenis floranya memiliki kesamaan

dengan flora di benua Australia. Flora ciri khas di kawasan ini yaitu anggrek.

Page 20: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

FLORA PERALIHAN FLORA AUSTRALIS

Page 21: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Persebaran Fauna di IndonesiaMeurut persebarannya, fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Fauna Asiatis (Indonesia Bagian Barat)Ciri-ciri : Mamalia ukuran besar (harimau, gajah, tapir). Berbagai jenis kera Berbagai jenis ikan air tawar. Sedikit burung berwarna (burung enggang),namun banyak yang bersuara

merdu dengan ukuran kecil sampai sedang (burung parkit) Berbagai jenis reptil fauna endemik (badak bercula satu, burung merak, jalak bali, orang utan).

Page 22: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Page 23: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

2) Fauna Peralihan (Indonesia Bagian Tengah)Fauna Peralihan ini memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan fauna Asiatis

(Indonesia Bagian Barat) maupun fauna Australis (Indonesia Bagian Timur). Contoh:Burung maleo AnoaKomodoBabirusaPerbedaan karakteristik fauna antara fauna Asiatis (Indonesia Bagian Barat) dengan

fauna Peralihan (Indonesia Bagian Tengah) dibatasi dengan garis khayal yaitu garis Wallacea.

Page 24: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Page 25: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

3) Fauna Australis (Indonesia bagian timur)Ciri-ciri :

Mamalia berukuran kecil (walaby, possum) Banyak hewan berkantung (kanguru) Banyak jenis burung berbulu indah (cendrawasih) Sedikit jenis ikan air tawar Kadal salamander Fauna endemik (cendrawasih, kasuari)Perbedaan karakteristik fauna antara fauna peralihan (Indonesia Bagian Tengah)

dengan fauna Australis (Indonesia Bagian Timur) dibatasi dengan garis khayal yaitu garis Webber.

Page 26: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Page 27: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

e) Keanekaragaman Mikroorganisme di IndonesiaMikroorganisme adalah hakluk hidup kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang. Terlihat jelas bila menggunakan mikroskop. Yang termasuk mikroorganisme:1) Virus.2) Bakteri (Monera)3) Sebagian jamur (Fungi)4) Sebagian ganggang (Protista mirip tumbuhan)5) Protozoa (Protista mirip hewan)6) Jamur lendir (Protista mirip jamur)

Page 28: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Taksan (Taksonomi)Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk

mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.

Taksonomi dalam BiologiDalam biologi, taksonomi juga merupakan cabang ilmu tersendiri yang mempelajari

penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai adalah penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama binomial atau binomial nomenclature, yang diusulkan oleh Carl von Linne (Latin: Carolus Linnaeus), seorang naturalis berkebangsaan Swedia.

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup: Taksan & Klasifikasi Binomial

Page 29: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Ia memperkenalkan enam hierarki (tingkatan) untuk mengelompokkan makhluk hidup. Keenam hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut dari tingkatan tertinggi (umum) hingga terendah (spesifik) adalah :Phylum/Filum untuk hewan, atau

Divisio/Divisi untuk tumbuhanClassis / Kelas.Ordo / Bangsa.Familia / Keluarga / Suku.Genus / Marga.Species / Jenis.

Dalam tata nama binomial, penamaan suatu jenis cukup hanya menyebutkan nama marga (selalu diawali dengan huruf besar) dan nama jenis (selalu diawali dengan huruf kecil)

yang dicetak miring (dicetak tegak jika naskah utama dicetak miring) atau ditulis dengan garis bawah. Aturan ini seharusnya tidak akan membingungkan karena nama marga tidak boleh sama untuk tingkatan takson lain yang lebih tinggi.

Perkembangan pengetahuan lebih lanjut memaksa dibuatnya takson baru di antara keenam takson yang sudah ada (memakai awalan 'super-' dan 'sub-'). Dibuat pula satu takson di atas Phylum, yaitu Regnum (secara harafiah berarti Kingdom atau Kerajaan) untuk membedakan Prokariota (terdiri dari Regnum Archaea dan Bacteria) dan Eukariota (terdiri dari Regnum Fungi atau Jamur, Plantae atau Tumbuhan, dan Animalia atau Hewan).

Page 30: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Tata Nama BinomialTata nama binomial atau binomial nomenklatur merupakan aturan penamaan baku bagi semua

organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata (binomial berarti 'dua nama') dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan ataupun dari bahasa Latin sendiri. Carolus Linnaeus memilih penggunaan bahasa Latin untuk penamaan karena dari masa ke masa hingga saat ini, bahasa Latin tidak mengalami perubahan maupun perkembangan, melainkan tetap.

Penamaan organisme pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tata Nama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tata Nama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tata Nama Prokariota (ICNP). Aturan penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tata Nama Tanaman Budidaya, ICNCP).

Page 31: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Aturan penulisan1) Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama ("epitet" dari epithet)

genus di awal dan nama ("epitet") spesies mengikutinya.Contoh:Panthera tigris; Panthera adalah nama genus, sedangkan tigris adalah nama spesiesnya.

2) Nama genus selalu diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan nama spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).

3) Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya, suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut: Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf

italik), dan sebaliknya. Contoh: Glycine soja, Pavo muticus. Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat.

Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.

Page 32: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

4) Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari autoritas boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama autoritas ditulis dalam tanda kurung. Contoh: Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung (parentesis).

5) Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung. Contoh pada suatu judul: "Pengujian Daya Tahan Kedelai (Glycine max Merr.) Terhadap Beberapa Tingkat Salinitas". (Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari autoritas (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max diberikan dalam judul karena ada spesies lain, Glycine soja, yang juga disebut kedelai).

6) Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap. Contoh: Tumbuhan dengan bunga terbesar dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang lebih kecil.Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.

Page 33: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

7) Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Contoh: Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.

8) Sering dikacaukan dengan singkatan sebelumnya adalah "ssp." (zoologi) atau "subsp." (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum diidentifikasi. Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya "sspp." atau "subspp.“

9) Singkatan "cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti. Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak (Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".

10)Penamaan fungi mengikuti penamaan tumbuhan.11)Tatanama binomial dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi Binomial".

Page 34: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Penyebutan autoritasDalam naskah-naskah ilmiah, paling tidak salah satu nama spesies (biasanya pada penyebutan

pertama kali atau pada tempat utama) diikuti oleh "autoritas" - suatu cara penyebutan untuk orang yang pertama kali mempublikasikan deskripsi yang valid mengenai spesies tersebut. Cara penulisan ini memiliki perbedaan di antara bidang zoologi dan botani (termasuk mikologi). Nama autor ditulis di belakang nama takson. ICZN mengatur penulisan nama autor di bidang zoologi dalam bentuk nama akhir (nama keluarga) diikuti oleh tanggal (boleh hanya tahun) publikasi. Di bidang botani, ICBN menggunakan singkatan nama (terdaftar) dan mengabaikan tanggal (hal ini dulu pernah digunakan pula di bidang zoologi).

1) Apabila nama awal diganti, misalnya karena spesies dipindahkan ke genus yang lain, kedua sistem tata nama menggunakan tanda kurung (parentesis) yang mengapit autor awalnya. Contoh:

2) (Tumbuhan) Amaranthus retroflexus L. – "L." adalah singkatan baku untuk "Linnaeus".3) (Tumbuhan) Hyacinthoides italica (L.) Rothm. – Linnaeus pertama kali menamakan tumbuhan ini

sebagai Scilla italica; Rothmaler memindahkannya ke genus Hyacinthoides.4) (Hewan) Passer domesticus (Linnaeus, 1758) – nama asli diberikan oleh Linnaeus sebagai

Fringilla domestica; tidak seperti ICBN, ICZN tidak memerlukan penulisan nama orang yang memindahkan nama spesies ke genus lainnya

Page 35: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Garis WallaceGaris Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi

hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Garis ini dinamakan atas Alfred Russel Wallace, yang menyadari perbedaan yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke-19 (antara tahun 1823-1913). Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan Sulawesi, serta antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur).

Garis Wallace dan Garis Weber

Page 36: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Garis Weber Garis Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora dan fauna di paparan sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. garis ini membujur dari utara ke selatan antara kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dengan Australia. Garis ini dicetuskan oleh Max Carl Wilhelm Weber atau Max Wilhelm Carl Weber (antara tahun 1854-1862).

Page 37: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Page 38: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Keunikan Hutan Hujan Tropis di InsonesiaSebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Hutan

hujan tropis mempunyai ciri khas yang berbeda dengan hutan-hutan lainnya. Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai 17.500 lebih pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Beragamnya tempat tumbuh dari hutan-hutan di Indonesia membuat Hutan tropis Indonesia mempunyai ciri khas yang khusus dibandingkan hutan di belahan bumi lainnya.

Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara nyata di lapangan, tipe hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite.

Keunikan Hutan Hujan Tropis, Pesisir, dan Laut Indonesia

Page 39: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).

Kondisi tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan dan ciri khas tersendiri. Aktivitas biologis tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri.

Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991).

Page 40: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Keunikan Laut di IndonesiaKeindahan dan pesona dari wilayah Indonesia adalah kekayaan alamnya yang melimpah

dan keeksotisan alam bawah lautnya. Berbagai macam terumbu karang serta jeins ikan dapat kita temukan di laut Indonesia. Bila kita melihat ke utara Indonesia, terdapat salah satu kekayaan alam bawah laut Indonesia yang sangat indah dan bahkan telah tersohor hingga berbagai penjuru dunia yaitu Pulau Bunaken. Keunikan Pesisir di Indonesia

Karakteristik dari ekosistem pesisir adalah mempunyai beberapa jumlah ekosistem yang berada di daerah pesisir. Contoh ekosistem lain yang ikut kedalam wilayah ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun (seagrass), dan ekosistem terumbu karang. Dari ekosistem pesisir ini, masing masing ekosistem mempunyai sifat- sifat dan karakteristik yang berbeda beda. Berikut merupakan penjelasan dari ekosistem pesisir dan faktor pendukungnya :

1) Pasang Surut2) Estuaria3) Hutan Mangrove4) Padang Lamun (Sea Grass Beds)5) Terumbu Karang

Page 41: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Pelestarian Keanekaragaman Hayati secara InsituPelestarian Keanekaragaman Hayati secara Insitu yaitu suatu upaya pelestarian

sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan karakteristik tumbuhan atau hewan tertentu sangat membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat lainnya. Contoh pelestarian keanekaragaman hayati secara insitu adalah sebagai berikut:

a) Suaka margasatwa untuk komodo di Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo.b) Suaka margasatwa untuk badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa

Barat.c) Pelestarian bunga Rafflesia di Taman Nasional Bengkulu.d) Pelestarian terumbu karang di Bunaken.

Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati Indonesia secara Insitu dan Exsitu

Page 42: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Pelestarian Keanekaragaman Hayati secara EksituPelestarian Keanekaragaman Hayati secara Ek situ yaitu suatu upaya pelestarian yang

dilakukan dengan memindahkan ke tempat lain yang lebih cocok bagi perkembangan kehidupannya. Contoh pelestarian keanekaragaman hayati secara eksitu sebagai berikut:

a) Kebun Raya dan Kebun Koleksi untuk menyeleksi berbagai tumbuhan langka dalam rangka melestarikan plasma nuftah.

b) Penangkaran Jalak Bali di kebun binatang Wonokromo. Salah satu cara untuk ikut melestarikan keanekaragaman hayati secara nyata dan untuk

pemenuhan kebutuhan dapur dan tanaman obat maka kita dapat membuat kebun tanaman obat, baik di sekolah ataupun di rumah kita sendiri. Dengan menggalakkan kebun tanaman obat ini, diharapkan tidak akan terjadi kelangkaan tanaman obat akibat kecenderungan mengkonsumsi obat-obatan kimia dan meninggalkan fungsi tanaman obat-obatan tradisional bagi kesehatan kita. Klasifikasi merupakan suatu cara untuk mengelompokkan makhluk hidup. Dalam pengelompokkan makhluk hidup diperlukan aturan, yaitu dasar yang digunakan untuk pengelompokkan, seperti persamaan dan perbedaan ciri-ciri serta sifat makhluk hidup, yang meliputi ciri morfologis, anatomis, biokimia, dan reproduksinya. Pengelompokan makhluk hidup yang sudah menggunakan aturan tertentu ini disebut sistematika

Page 43: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Manfaat dalam EkonomiJenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) dapat diperbarui dan dimanfaatkan

secara berkelanjutan. Beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan masyarakat Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor, misalnya saja kayu jati. Jika di ekspor akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, serta ada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-oabatan dan kosmetika. Sumber daya yang berasal dari hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan untuk kegiatan industri. Dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan yang dapat dijadikan sumber daya alam yang bernilai ekonomi. Laut, sungai, dan tambak merupakan sumber-sumber perikanan yang berpotensi ekonomi. Beberapa jenis diantaranya dikenal sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein.

Manfaat Kehati (Ekonomi, Pendidikan, dan Ekologis) untuk Pembangunan Berkelanjutan

Page 44: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Manfaat dalam PendidikanDi dalam tubuh makhluk hidup tersimpan sumber gen yang secara alami telah sesuai dengan alamnya. Oleh sebab itu, lestarinya keanekaragaman hayati merupakan syarat mutlak untuk tetap menjaga tersedianya plasma nuftah atau sumber gen. Ini berarti memberi peluang untuk mengembangkan penelitian demi pemulihan keanekaragaman hayati yang belakangan ini cenderung mengalami penyusutan.

Page 45: Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)

Manfaat dalam EkologiKeanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misalnya

hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting bagi bumi, antara lain:a) Merupakan paru-paru bumi Kegiatan fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan

kadar karbondioksida () di atmosfer, yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan dapat mencegah efek rumah kaca.

b) Dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan suhu dan ke lembaban udara.

Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.