bab 2 · 2019-08-10 · bab 2 - perkembangan ekonomi beberapa negara dan kawasan 17 yaitu net...
TRANSCRIPT
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
17
yaitu net ekspor dan persediaan. Kontribusi
persediaan dalam komponen investasi bahkan
mencapai 0,6%, lebih besar dibandingkan
fixed investment yang hanya 0,18%.
Pergerakan harga relatif melemah dan
menjauhi target, mengonfirmasi konsumsi
yang tertahan. Inflasi personal consumption
expenditure (PCE) core1 yang menjadi acuan
menurun menjadi 1,55% yoy, dari level yang
hampir mendekati target pada Desember
2018 (1,95%). Inflasi harga konsumen Maret
2019 relatif stabil sebesar 1,9%. Tekanan
inflasi yang mereda sejalan dengan kenaikan
upah yang moderat dan pelemahan sejumlah
komponen harga seperti apparel dan energi.
Tekanan inflasi yang mereda serta
pertumbuhan ekonomi yang berpotensi
melambat di tengah dorongan fiskal yang
berkurang membuka peluang penerapan
kebijakan moneter yang lebih longgar.
Peranan fiskal pada perekonomian akan
mereda dengan berkurangnya dampak
stimulus dari program tax cut serta beban
pembayaran bunga utang yang meningkat. Di
1 PCE core adalah di luar harga makanan dan energi.
2.1. Amerika Serikat
Perekonomian Amerika Serikat (AS)
pada triwulan awal 2019 kembali membaik
meski terjadi partial government shutdown
dan ketegangan perdagangan dengan
negara mitra. Penutupan sebagian layanan
pemerintah terlama sepanjang sejarah pada
Desember 2018 dan Januari 2019 tidak
berdampak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi AS. Pada TW1-19, AS justru berhasil
mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar
3,2% yoy (2nd estimate), meningkat dari
pencapaian TW4-18 sebesar 3,0%. Kinerja
ekonomi tersebut dikontribusi oleh konsumsi,
investasi, belanja pemerintah dan net ekspor.
Meskipun membaik, kinerja
perekonomian AS tersebut terindikasi
ditopang faktor nonfundamental. Pada
pertumbuhan ekonomi AS TW1-19 (qoq
annualized) sebesar 3,1% yoy (yang naik
dari 2,2% pada TW4-18), komponen
konsumsi mengalami penurunan. Konsumsi
berkontribusi sebesar 0,9% (TW1-19), dan
dalam tren menurun sejak TW3-18 (2,37%).
Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga
ditopang oleh faktor yang bersifat volatile
Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
BAB
2
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
18
pemerintahan dan menunda pembayaran gaji
pegawai federal. Pertumbuhan ekonomi AS
TW1-19 di luar prediksi tumbuh meningkat
menjadi 3,2% yoy (2nd estimate), dari
pencapaian TW4-18 (3,0%), dan di atas
ekspektasi (2,8% yoy).2 Kinerja ekonomi
ditopang oleh pertumbuhan konsumsi yang
sejalan dengan perbaikan sektor tenaga kerja,
dan diikuti oleh pengeluaran pemerintah serta
net ekspor.3 Konsumsi memberikan kontribusi
terbesar (1,9%) diikuti oleh investasi (1%) dan
pengeluaran pemerintah (0,3%). Net ekspor
memberikan kontribusi yang netral (0,0%),
namun membaik dari -0,3% pada TW4-18.
Peningkatan ekspor di tengah terjadinya
perlambatan impor memperbaiki kontribusi
net ekspor pada PDB.
Sumber: Bureau of Economic Analysis
3,2
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q12013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy GDP, lhs Konsumsi Swasta, lhsPengeluaran Pemerintah, rhs Investasi, rhs
Ekspor, rhsImpor, rhs
Grafik 2.1 Pertumbuhan PDB
2 Estimasi CF April 2019.3 Pertumbuhan konsumsi TW1-19 sebesar 2,8%
yoy (naik dari 2,6% pada TW4-18), diikuti oleh pengeluaran pemerintah yang tumbuh 1,8% (naik dari 1,5%), net ekspor (-0,1% membaik dari -6,3%). Net ekspor merupakan perbaikan dari peningkatan ekspor (2,6% dari 2,3), dan penurunan impor (2,0% dari 3,4%). Sementara itu, investasi tumbuh melambat (5,5% dari 6,8%).
sektor moneter, kebijakan the Fed cenderung
bergeser menjadi lebih dovish dengan
mempertahankan Fed Fund Rate/FFR (2,25%-
2,5%) –dari rencana semula menaikkan
FFR–, patient dalam menaikkan FFR, dan ingin
mengakhiri proses pengurangan balance
sheet pada September 2019. Sejumlah pelaku
pasar bahkan memprediksi the Fed justru
akan menurunkan FFR pada 2019.
Pertumbuhan ekonomi AS
diprakirakan melambat sejalan dengan
pudarnya dorongan fiskal. The Fed pada
Maret 2019 memperkirakan pertumbuhan
ekonomi AS 2019 hanya akan mencapai
2,1% yoy dan berlanjut menurun ke 2,0%
pada 2020, lebih rendah dari pencapaian
2018 (2,9%). Sejalan dengan itu, IMF
(WEO April 2019) juga memperkirakan
pertumbuhan PDB AS akan melambat
menjadi hanya 2,3% (2019) dan 1,9%
(2020). Ekonomi AS masih akan menghadapi
risiko penurunan peran fiskal, ketidakpastian
anggaran pemerintah, produktivitas rendah
dan aging population, serta faktor geopolitik.
Ketegangan perdagangan dengan Tiongkok
yang terindikasi makin meningkat menjadi
faktor risiko terbesar bagi perekonomian AS.
Tren perbaikan ekonomi AS masih
terus berlanjut di tengah terjadinya
government shutdown pada awal tahun
dan risiko trade tension. Ekonomi tetap
tumbuh meningkat meski mengalami partial
government shutdown terlama sepanjang
sejarah yang melumpuhkan sebagian kegiatan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
19
Konsumsi domestik yang tertahan
terindikasi dari penjualan ritel yang
tumbuh melambat. Rerata bulanan
penjualan ritel pada TW1-19 menurun
menjadi hanya 2,9% yoy, dibandingkan
3,4% yoy pada TW4-18. Pelemahan pada
triwulan awal 2019 tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti partial government
shutdown yang menunda pembayaran gaji
pegawai federal5, penurunan real disposable
income, dan penerimaan tax refund yang
terlambat. Penurunan konsumsi juga
dipengaruhi oleh penyerapaan tenaga kerja
(change in non farm payroll) yang berkurang
akibat shutdown. Rerata NFP TW1-19 turun
menjadi 185,7 ribu orang, dari 233,3 ribu
(TW4-18). Selain itu, tingkat bunga kredit –
termasuk bunga credit card– yang meningkat
turut menurunkan kemampuan belanja
masyarakat.
Sumber: US Census Bureau
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-10
-5
0
5
10
15
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy Penjualan Kendaraan, lhs Penjualan Ritel, rhs
Grafik 2.3 Aktivitas Konsumsi
5 Partial Government Shutdown terjadi pada periode 22 Desember 2018 s.d. 25 Januari 2019 (terlama sepanjang sejarah AS) dipicu penolakan kongres atas usulan anggaran pembangunan tembok Meksiko yang diajukan Presiden Trump senilai USD5,7 miliar.
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q12015 2016 2017 2018 2019
% PCEFixed InvestmentPerubahan PersediaanNet EksporPengeluaran Pemerintah PDB (qoq annualized)
Sumber: Bureau of Economic Analysis
Grafik 2.2 Kontribusi PDB (qoq annualized)
Peningkatan pertumbuhan
ekonomi AS pada TW1-19 terindikasi
belum didukung oleh faktor fundamental
yang kuat. Hal ini terlihat dari pergerakan
komponen pendukung PDB TW1-19 yang
tumbuh 3,1% qoq annualized (naik signifikan
dari 2,2% pada TW4-18). Komponen
konsumsi telah menurun dalam tiga kuartal
terakhir menjadi hanya 0,9%, terendah
sejak TW2-18 (2,57%). Dengan pangsa
konsumsi yang cukup besar (sekitar 70%),
pelemahan konsumsi berpotensi menahan
kinerja ekonomi AS ke depan. Pertumbuhan
PDB lebih ditopang oleh faktor yang bersifat
volatile yaitu net ekspor (kontribusi 0,96%,
naik dari -0,08% pada TW4-18) dan
perubahan persediaan (0,6%, naik dari 0,11%
pada TW4-18).4 Komponen persediaan pada
investasi yang cukup mendominasi investasi
mengonfirmasi terjadinya pelemahan
konsumsi pada perekonomian AS.
4 Perubahan persediaan merupakan bagian dari komponen investasi yang makin mendominasi. Sementara kontribusi komponen fixed investment pada TW1-19 menurun menjadi hanya 0,18% (dari 0,54% pada TW4-18).
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
20
melambat ke 57,5 (dari 59,5 pada TW4-
18). Trade tension dengan Tiongkok serta
pelemahan demand domestik dan global
menahan optimisme pelaku usaha. Namun
demikian, perlambatan ekspansi diperkirakan
tidak terjadi secara drastis. Ekonomi AS akan
mendapat dorongan dari investasi intellectual
property (research and development,
software dan information processing
equipments) yang masih terus berkembang.
Peningkatan pada sektor tersebut diharapkan
dapat mengompensasi penurunan investasi di
sektor lain, seperti pada produksi peralatan
dan mesin produksi.
Sumber: Federal Reserves
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
-06
-04
-02
00
02
04
06
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
%% yoyProduksi Industri, lhs Utilisasi Kapasitas, rhs
Grafik 2.4 Aktivitas Produksi
Sumber: Institute of Supply Management
45
47
49
51
53
55
57
59
61
63
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
Indeks ISM Manufacturing ISM Non-Manufacturing
Grafik 2.5 Keyakinan Bisnis
Aktivitas konsumsi diprakirakan
masih tertahan sejalan dengan
kepercayaan konsumen yang menurun.
Rerata bulanan indeks kepercayaan
konsumen pada TW1-19 turun cukup tajam
menjadi 125,8 (dari 133,6 pada TW4-18).
Penurunan tajam terjadi pada Januari 2019
menjadi hanya 91,2 (dari 98,3 pada Desember
2018), seiring meningkatnya kekhawatiran
dampak government shutdown. Penundaan
pengenaan kenaikan tarif impor terhadap
produk Tiongkok oleh AS belum dapat
menumbuhkan optimisme konsumen.
Kegiatan produksi dan sentimen
bisnis tertahan akibat melemahnya
permintaan global dan domestik. Rerata
bulanan produksi industri TW1-19 tumbuh
melambat menjadi hanya 2,9% yoy, dari
4,0% pada TW4-18. Perlambatan produksi
terjadi secara merata pada manufaktur,
pertambangan dan utilitas. Penurunan
produksi manufaktur disebabkan oleh
pelemahan permintaan global dan domestik,
kenaikan suku bunga FFR, pelemahan
ekonomi Tiongkok dan ketegangan
perdagangan dengan Tiongkok. Sejalan
dengan itu, capacity utilization juga melemah
menjadi 78,6%, cukup drastis dibandingkan
79,4% pada TW4-18.
Indeks keyakinan bisnis yang
mencerminkan rencana ekspansi
perusahaan juga tertahan. Ekspansi pada
sektor manufaktur (ISM manufaktur) TW1-
19 terjadi pada tingkatan yang lebih soft
yaitu 55,4, menurun dibandingkan 56,9
pada TW4-18. Ekspansi nonmanufaktur juga
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
21
Pertumbuhan impor sempat terkontraksi
-0,5% yoy pada Februari 2019, lalu kembali
tumbuh positif 2,1%. Penurunan impor
cukup tajam terjadi pada produk dari
Tiongkok yang menjadi lebih mahal akibat
kenaikan tarif. Dengan kinerja perdagangan
tersebut, defisit neraca perdagangan AS
membaik dan menyempit menjadi -USD150,4
miliar, dari -USD167 miliar pada TW4-18.
Eskalasi trade tension pada TW1-
19 relatif mereda setelah AS menunda
kenaikan tarif impor pada akhir 2018
(trade truce) dan membuka ruang
dialog dengan Tiongkok. Dialog intensif
antara kedua negara besar tersebut berhasil
mencapai beberapa kemajuan. Tiongkok
bersedia membuka pasar domestik yang
lebih luas bagi produk AS, serta mengimpor
lebih banyak produk pertanian, industri dan
energi dari AS. Komitmen Tiongkok tersebut
meningkatkan ekspor AS ke Tiongkok dan
sebaliknya menurunkan impor AS dari
Tiongkok.6 Namun demikian, perundingan
dagang dua negara adidaya tersebut belum
menemukan kata sepakat untuk masalah yang
lebih struktural seperti intellectual property
protection, kewajiban transfer teknologi, dan
pencabutan subsidi industri oleh Tiongkok.
AS justru kembali menaikkan tarif dari 10%
menjadi 25% terhadap produk Tiongkok
senilai USD200 miliar, dan mengancam akan
memberlakukannya pada produk impor
6 Rerata ekspor AS ke Tiongkok pada TW1-19 membaik dengan kontraksi menyempit menjadi -19,1% yoy dibandingkan -31,5% (TW4-19). Sementara impor AS dari Tiongkok menurun menjadi -14,2% yoy (dari tumbuh 2,9% pada TW4-18).
Sumber: US Census Bureau
-15
-10
-5
0
5
10
15
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoyMiliar USDTrade Balance, lhs Exports, rhs Imports, lhs
Grafik 2.6 Neraca Perdagangan
-50,0
-45,0
-40,0
-35,0
-30,0
-25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
-40,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy USD BioTrade Balance, rhsExports to China
Imports from China
Sumber: US Census Bureau
Grafik 2.7 Transaksi Perdagangan
AS-Tiongkok
Pelemahan permintaan global dan
domestik yang diikuti dengan pelemahan
aktivitas produksi menurunkan
pertumbuhan ekspor dan impor. Rerata
pertumbuhan ekspor TW1-19 melambat
2,3% yoy (dari 3,2% pada TW4-18). Selain
pelemahan demand global, perlambatan
pertumbuhan ekspor juga diakibatkan oleh
apresiasi USD yang mengurangi daya saing
produk AS, serta peningkatan tarif impor
Tiongkok atas produk AS. Kinerja impor juga
melambat pada TW1-19 dengan tumbuh
hanya 1,1% yoy, dari 5,2% pada TW4-18.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
22
Sementara inflasi di tingkat konsumen (CPI)
Maret 2019 tercatat sebesar 1,9%, relatif
stabil dengan Desember 2018. Pelemahan
harga apparel, transport, medical, dan energi
terkompensasi oleh kenaikan harga bahan
makanan, pendidikan dan rekreasi.
Sumber: US Bureau of Labor Statistics
0
1
2
3
4
5
6
61,8
62
62,2
62,4
62,6
62,8
63
63,2
63,4
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
%% Unemployment rate, rhsLabor force participation rates, lhs
Grafik 2.10 Sektor Tenaga Kerja
Sumber: Federal Reserves
02
02
03
03
04
21
22
23
24
25
26
27
28
29
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy USD Avg hourly earnings (all employees) private nonfarm (USD)-lhsAvg hourly earnings (all employees) private nonfarm (% yoy)-rhs
Grafik 2.11 Average Weekly Earning
Inflasi yang mereda sejalan
dengan kenaikan upah yang moderat,
meski tingkat pengangguran terus
menurun. Tingkat upah (average hourly
earning) relatif stabil dengan tumbuh 3,3%
pada TW4-18 dan TW1-19. Sementara tingkat
pengangguran terus menurun menjadi 3,8%
Tiongkok senilai USD325 miliar (lihat artikel
Trade Diversion, Peluang di Tengah Eskalasi
Tensi Perdagangan).
Sumber: Bureau of Labor Statisticcs
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
-1
-1
0
1
1
2
2
3
3
4
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy CPI Core CPI CPI Food CPI Energy, rhs
Grafik 2.8 Inflasi
Sumber: Bureau of Labor Statisticcs
00
01
01
02
02
03
03
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy PCE Deflator PCE Core Target
Grafik 2.9 Inflasi Personal Consumption
Expenditure (PCE)
Tekanan inflasi AS cenderung
melemah dan menjauhi target. Inflasi
personal consumption expenditure (PCE)
Maret 2019 kembali menurun menjadi 1,5%
yoy, dari akhir Desember 2018 (1,8%) yang
hampir mendekati target. Searah dengan
itu, PCE core (yang menjadi acuan) juga
turun menjadi 1,55% (dari 1,95% pada
akhir Desember 2018) –menjauhi target 2%.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
23
Langkah pengurangan normalisasi
balance sheet semakin jelas pada FOMC
Maret 2019. Pengurangan neraca bank
sentral (balance sheet reduction) dilakukan
melalui penurunan kepemilikan UST dan MBS
menuju target balance sheet yang konsisten
dengan aktivitas perekonomian. The Fed
akan mengurangi batas maksimal pelepasan
US Treasuries menjadi USD15 miliar (dari
USD30 miliar) per bulan sejak Mei 2019.
Proses balance sheet reduction akan diakhiri
pada September 2019 (untuk US Treasuries
dan MBS). Selanjutnya, mulai Oktober 2019,
principal payment yang diterima dari agency
debt dan agency MBS akan direinvestasikan
pada treasury securities maksimal USD20
miliar per-bulan. Sementara sisanya akan
tetap diinvestasikan pada agency MBS.
Sumber: Congressional Budget Office
-5
-4,5
-4
-3,5
-3
-2,5
-2
-1,5
-1
-0,5
0
-400
-200
0
200
400
600
800
1000
1200
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% PDB Miliar USD RevenueExpenditure
Govt Budget BalanceGovt Budget Balance to GDP (rhs)
Grafik 2.13 Anggaran Pemerintah
Peranan fiskal dalam perekonomian
akan berkurang sejalan dengan dampak
positif kebijakan pemotongan pajak yang
mulai pudar. Rerata pengeluaran pemerintah
selama TW1-19 tumbuh melambat menjadi
hanya 1,3% yoy (dari 10,1% pada TW4-
(Maret 2019) dari 3,9% (Desember 2018).
Penyerapan tenaga kerja sempat terkendala
oleh government shutdown sehingga change
in non farm payroll melambat menjadi 185,7
ribu orang pada TW1-19, setelah mencapai
233,3 ribu orang pada triwulan lalu.
Risiko pelemahan ekonomi AS
pada paruh kedua serta tekanan inflasi
yang mereda mendasari langkah the Fed
untuk lebih dovish. Selain mempertahankan
FFR, the Fed juga mengindikasikan
perubahan rencana pengurangan balance
sheet. Pada FOMC Januari 2019, the Fed
mempertahankan suku bunga FFR pada
kisaran 2,25%-2,50%, dari sebelumnya ingin
menaikkan FFR. The Fed menekankan akan
lebih patient dalam menetapkan tingkat
FFR ke depan, serta memberi sinyal akan
lebih fleksibel dalam menurunkan derajat
normalisasi balance sheet. Sebelumnya the
Fed secara konsisten mengurangi reinvestasi
pembelian surat berharga US Treasury (UST)
dan Mortgage Backed Securities (MBS) sesuai
besaran yang telah ditetapkan.
Sumber: Federal Reserves
0,25
0,50
0,75 1,00
1,25
1,50
1,75
2,00
2,25
2,50
0,20
0,70
1,20
1,70
2,20
2,70
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
%
Grafik 2.12 Fed Fund Rate
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
24
akan terkendala oleh proses di parlemen
yang berjalan alot antara partai Demokrat
dan Republik. Selain itu, pemerintah masih
memiliki permasalahan debt ceiling (batas
utang). Pemerintah baru mengatasi isu debt
ceiling yang jatuh waktu pada 1 Maret 2019
dengan temporary measures untuk membayar
kewajiban utang, sehingga masih menyisakan
persoalan debt ceiling pada September 2019.
Pertumbuhan ekonomi AS
ke depan diperkirakan mengalami
perlambatan. Dorongan stimulus fiskal
pada 2019 yang mulai mereda, serta
terjadinya government shutdown pada
Januari 2019 menyebabkan IMF –WEO April
2019– menurunkan prakiraan pertumbuhan
ekonomi AS pada 2019 menjadi 2,3% yoy
(melambat dari pencapaian 2018 sebesar
2,9%), dan lebih rendah dari perkiraan
Januari 2019 (3,1% yoy). Pertumbuhan
ekonomi AS pada 2020 diperkirakan semakin
18), meski penerimaan mengalami kenaikan
(tumbuh 3,4% yoy, dari 0,7% pada TW4-18).
Penurunan pengeluaran diakibatkan oleh
pengeluaran pemerintah yang berkurang
untuk belanja energi, komunikasi, veteran
benefit dan medicare. Peranan fiskal ke
depan akan menurun seiring kenaikan beban
bunga utang sebagai imbas dari peningkatan
pinjaman untuk mengompensasi penurunan
penerimaan pemerintah akibat kebijakan
pemangkasan pajak.
Peranan fiskal terhadap ekonomi
AS ke depan menghadapi beberapa
tantangan. Anggaran pemerintah
berpotensi mengalami pemangkasan secara
otomatis jika tidak tercapai kesepakatan
untuk menambah anggaran. Hal tersebut
merupakan konsekuensi dari persetujuan
pengurangan anggaran sebesar USD1,1 triliun
selama periode 2013-2021. Pembahasan
anggaran tahun fiskal 2020 (FY2020) juga
Realisasi
2018 2019 2020 2021 Longer Run 2019 2020
PDB Riil (% yoy) 2,9 2,1 1,9 1,8 1,9 2,6 1,9Estimasi Sebelumnya 2,3 2,0 1,8 1,9 2,4 2,0Inflasi PCE (% yoy) 2,1 1,8 2,0 2,0 2,0 N/A N/AEstimasi Sebelumnya 1,9 2,1 2,1 2,0 N/A N/AInflasi PCE Core (% yoy) 1,9 2,0 2,0 2,0 N/A 1,8 2,1Estimasi Sebelumnya 2,0 2,0 2,0 N/A 1,9 2,1Inflasi CPI (% yoy) 2,4 N/A N/A N/A N/A 1,9 2,1Estimasi Sebelumnya N/A N/A N/A N/A 1,9 2,2Tingkat Pengangguran (%) 3,9 3,7 3,8 3,9 4,3 3,7 3,6Estimasi Sebelumnya 3,5 3,6 3,8 4,4 3,7 3,6Fed Fund Rate 2,5 2,4 2,6 2,6 2,8 N/A N/AEstimasi Sebelumnya 2,9 3,1 3,1 2,8 N/A N/ASumber: Federal Reserves, IMF, Concensus Forecast1. Data the Fed: estimasi sebelumnya adalah Desember 20182. Consensus Forecast: estimasi sebelumnya adalah April 20193. Data IMF WEO sebelumnya adalah Januari 2019* Data inflasi IMF WEO April 2019 adalah Consumer Price Index.
IndikatorThe Fed-FOMC Maret 2019 (Median)
Consensus Forecast Mei 2019
Tabel 2.1 Outlook Ekonomia AS
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
25
pasar tenaga yang masih solid, stimulus fiskal
di sejumlah negara anggota, dan kebijakan
moneter akomodatif ECB. Perlambatan
ekonomi yang tertahan tersebut dialami oleh
seluruh negara inti. PDB Jerman tumbuh
sedikit meningkat ke 0,7% (dari 0,6%),
Spanyol ke 2,4% (dari 2,3%), Perancis tetap
1,2%, sementara Italia tumbuh terkontraksi
-0,1% (dari 0,0%).
Perbaikan konsumsi belum cukup
kuat untuk mendorong kenaikan laju inflasi.
Inflasi Maret 2019 turun ke 1,4% yoy (dari
1,5% pada Desember 2018), diantaranya
dikontribusi oleh harga minyak yang lebih
rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Inflasi inti turut melemah sejalan dengan inflasi
headline. Mempertimbangkan pertumbuhan
ekonomi dan inflasi yang tetap lemah,
ECB mempertahankan kebijakan moneter
akomodatif melalui suku bunga rendah. Arah
kebijakan moneter ECB bahkan menjadi lebih
akomodatif pada akhir triwulan, dengan
memundurkan ekspektasi timing kenaikan
suku bunga dan memperkenalkan kembali
kebijakan Targeted Longer-Term Refinancing
Operations (TLTRO) untuk menjaga likuiditas
dan kredit perbankan.
Ekonomi Kawasan Euro diperkirakan
masih berlanjut lemah hingga akhir 2019,
seiring ketidakpastian kondisi domestik dan
global yang masih tinggi. Setelah tumbuh
1,8% yoy pada 2018, ECB memperkirakan
pertumbuhan ekonomi 2019 melemah lebih
dalam menjadi 1,1% yoy (lebih rendah dari
estimasi sebelumnya 1,7%). IMF dalam
WEO April 2019 juga menurunkan proyeksi
melambat menjadi 1,9% (revisi ke atas dari
1,8%). Dengan tertahannya stimulus fiskal,
diperlukan kebijakan moneter yang lebih
akomodatif untuk mengatasi perlambatan
ekonomi 2020. Sejalan dengan perkiraan IMF,
the Fed juga memperkirakan pertumbuhan
ekonomi AS akan melambat di kisaran 1,9%-
2,2% dan berlanjut ke 1,8%-2,0%.
Sejumlah faktor risiko membayangi
kinerja perekonomian AS. Risiko yang masih
tetap membayangi perekonomian antara lain
penurunan peranan fiskal dan ketidakpastian
anggaran pemerintah, produktivitas rendah
dan aging population, serta faktor geopolitik.
Risiko lain yang perlu dicermati antara
lain adalah meningkatnya ketegangan
perdagangan dengan Tiongkok dan beberapa
negara lainnya. Perundingan dagang dengan
Tiongkok tidak semulus ekspektasi, dan
masih memerlukan waktu lebih panjang
dan willingness dari kedua negara untuk
mencapai kesepakatan. Kesepakatan dagang
AS-Tiongkok memiliki arti penting karena
akan memengaruhi kinerja perdagangan dan
pertumbuhan ekonomi dunia ke depan.
2.2. Kawasan Euro
Pertumbuhan ekonomi Kawasan
Euro masih berlanjut lemah. PDB TW1-19
tumbuh tetap 1,2% yoy, stabil dari capaian
triwulan sebelumnya, namun masih termasuk
rendah secara historis. Sentimen ekonomi
dan bisnis yang masih rendah disertai kinerja
sektor eksternal yang tetap tertekan, berhasil
diimbangi oleh perbaikan konsumsi seiring
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
26
Perbaikan daya serap tenaga kerja dan
tingkat upah menopang kinerja konsumsi
tetap kuat di negara inti Kawasan Euro.
Kebijakan moneter akomodatif yang diadopsi
ECB turut menjaga kondisi finansial sekaligus
mendukung ekspansi aktivitas ekonomi.
Namun demikian, materialisasi downside
risks terhadap Kawasan Euro masih cukup
besar. Ketidakpastian global terkait geopolitik
(Brexit, sanksi Iran), kebijakan proteksionisme
(negosiasi dagang AS-Tiongkok, ancaman
tarif otomotif oleh AS), dan risiko
spillovers dari kerentanan ekonomi negara
berkembang, berlanjut membebani ekonomi
domestik melalui jalur ekspor maupun
sentimen. Di sisi domestik, Kawasan Euro juga
masih terkendala oleh isu temporer (seperti
kendala produksi otomotif) dan gejolak
politik (isu fiskal Italia, keberlanjutan demo
buruh di Perancis). Sebagai konsekuensi,
sentimen negatif berlanjut membayangi
prospek pertumbuhan kawasan sehingga
menyebabkan pelaku ekonomi menahan
aktivitas, khususnya di sektor manufaktur.
Sumber: Bloomberg
2,42,2
1,6
1,2 1,2
0
2
4
6
8
10
12
14
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy GDP, lhs Household, rhsGovernment, rhs GFCF, rhs Exports, rhs
Imports, rhs
Grafik 2.14 Pertumbuhan PDB
pertumbuhan 2019 menjadi 1,3% yoy (dari
1,6% pada rilis Januari 2019), dan 2020
menjadi 1,5% (dari 1,7%).
Pesimisme outlook ekonomi Kawasan
Euro dipengaruhi oleh imbangan risiko
yang tetap bias ke bawah. Ketidakpastian
prospek perdagangan dunia tetap menjadi
risiko terbesar bagi ekonomi domestik,
karena kontribusinya yang cukup besar
terhadap pelemahan ekonomi saat ini baik
dari jalur perdagangan maupun sentimen.
Perlambatan ekonomi Tiongkok yang lebih
buruk dari ekspektasi berpotensi menekan
kinerja ekspor untuk periode yang lebih
lama. Pasar keuangan global masih rentan
terekspos risiko, sehingga sewaktu-waktu
dapat menekan pasar dan ekonomi domestik.
Di sisi domestik, gejolak politik masih belum
surut di negara inti dan dapat berdampak
negatif terhadap sentimen lebih lanjut.
Ketidakpastian negosiasi Brexit masih tinggi,
baik antara Inggris-Uni Eropa maupun
pemerintah-parlemen Inggris, sehingga
berpotensi terus menekan sentimen bisnis
dan ekspor. Pemulihan ekonomi domestik
juga dapat tertahan jika hambatan temporary
factors bertahan lebih lama dari perkiraan.
Ekonomi Kawasan Euro tumbuh
stabil pada TW1-19, namun masih
pada level yang rendah. Perekonomian
TW1-19 tumbuh sebesar 1,2% yoy, tidak
berubah dibandingkan TW4-18 yang juga
mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,2%
(revisi ke atas dari rilis sebelumnya 1,1%).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
27
tinggi menjadi 3,0% yoy (dari 2,9%) terbantu
oleh perbaikan sentimen prospek ekonomi ke
depan. Belanja pemerintah tumbuh tetap di
level 1,5% yoy. Net ekspor masih berkontribusi
negatif terhadap pertumbuhan sejalan dengan
permintaan impor yang terakselerasi lebih
tinggi (4,2%, dari 3,2%) dibandingkan ekspor
(1,6%, dari 0,3%) yang masih tertahan oleh
pelemahan permintaan global.
Ekonomi Perancis tumbuh stabil,
ditopang stimulus fiskal yang berhasil
meningkatkan konsumsi. PDB Perancis
TW1-19 tumbuh 1,2% yoy, tidak berubah
dibandingkan TW4-18. Aksi protes buruh
secara masal pada TW4-18 yang telah
menekan aktivitas ekonomi, mendorong
respons pemerintah untuk mengadopsi
Emergency Economic and Social Measures
(MUES), diantaranya adalah pemberian bonus
pendapatan tambahan serta pembebasan
pajak dan kontribusi sosial bagi pekerja di
bawah upah minimum. Kebijakan tersebut
berhasil mendongkrak daya beli masyarakat,
tercermin dari akselerasi konsumsi menjadi
0,8% yoy (dari 0,7%), dan belanja pemerintah
menjadi 0,8% (dari 0,6%). Investasi juga
tumbuh meningkat menjadi 3,0% (dari
2,4%). Aktivitas produksi –meski masih lemah
dan dibayangi keberlanjutan aksi protes– juga
mulai kembali normal dan bergerak membaik,
rerata menjadi 0,7% yoy dari sebelumnya
terkontraksi -1,8% pada TW4-18. Di sektor
eksternal, sama seperti Jerman, ekspor dan
impor Perancis tumbuh meningkat masing-
masing menjadi 3,6% (dari 2,8%) dan
3,1% (dari 1,0%). Namun akselerasi impor
Sumber: Bloomberg
-01
00
01
01
02
02
03
03
04
04
05
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy Kawasan Euro Jerman Perancis Italia Spanyol
Grafik 2.15 Pertumbuhan PDB
Beberapa Negara Kawasan Euro
Tren perlambatan ekonomi
tertahan di seluruh negara inti. Jerman
yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar
di kawasan, masih tumbuh lemah sebesar
0,7% yoy pada TW1-19, meskipun sedikit
lebih baik dari TW4-18 sebesar 0,6%.
Kinerja tersebut ditopang oleh one-off
effect perbaikan konsumsi domestik yang
terakselerasi cukup tinggi (1,6% yoy, dari
0,6%), dipengaruhi perbaikan tenaga kerja dan
stimulus fiskal (a.l. kenaikan upah minimum)
yang memberi kelonggaran tambahan bagi
belanja konsumen. Perbaikan konsumsi juga
berasal dari kenaikan penjualan kendaraan
seiring mulai membaiknya minat konsumen,
setelah pada periode sebelumnya konsumen
cenderung menahan pembelian akibat
terbatasnya varian dan supply kendaraan yang
ditawarkan.7 Investasi tumbuh sedikit lebih
7 Pada TW4-18, industri otomotif menghadapi tantangan dari prosedur uji emisi baru (Worldwide Harmonised Light Vehicles Test Procedure: WLTP) yang diimplementasikan mulai September 2018. Produsen otomotif mengalami kesulitan untuk memenuhi standar baru bagi seluruh model kendaraannya, sehingga penjualan dan produksi otomotif turun signifikan.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
28
oleh indikator PMI Italia yang masih berada
di bawah threshold, menandakan ekspansi
aktivitas bisnis masih tertahan.
Ekonomi Spanyol berlanjut tumbuh
stabil terbantu oleh pemburukan impor.
PDB Spanyol tumbuh sebesar 2,4% yoy pada
TW1-19, sedikit lebih baik dibandingkan TW4-
18 sebesar 2,3%, namun masih termasuk
rendah untuk pertumbuhan selama empat
tahun terakhir. Ekonomi Spanyol yang relatif
masih lemah tersebut tidak terlepas dari
imbas external shock perlambatan global yang
berdampak negatif terhadap kinerja ekspor.
Pertumbuhan ekspor TW1-19 terkontraksi
sebesar -0,5% yoy (dari 1,0% pada TW4-
18). Impor turut terkontraksi, bahkan lebih
dalam, menjadi -1,2% (dari 1,7%), sehingga
net ekspor secara keseluruhan berkontribusi
positif 0,2% terhadap PDB (dari hanya -0,1%
pada TW4-18). Di sisi konsumsi, permintaan
domestik terindikasi belum solid dan tumbuh
melambat menjadi 1,4% yoy (dari 2,2%).
Meski demikian, konsumsi diyakini akan
membaik bertahap seiring rencana stimulus
fiskal pemerintah untuk mendorong daya beli
masyarakat.9 Sebaliknya, investasi tumbuh
terakselerasi sebesar 4,7% (dari 4,4%), namun
tetap dibayangi oleh ketidakpastian global yang
9 Stimulus mencakup kenaikan upah minimum pekerja publik sebesar 2,5-2,75% mulai 2019 (berdasarkan anggaran 2018). Pada rancangan anggaran 2019, pemerintah mengajukan rencana kenaikan upah secara signifikan sebesar 22% pada 2019, namun rencana anggaran tersebut ditentang oleh parlemen Spanyol pada Februari 2019 dan memicu pelaksanaan snap election pada April 2019. Snap election berhasil dimenangkan kembali oleh Perdana Menteri petahana, sehingga rencana kenaikan upah tersebut berpotensi tetap diimplementasikan.
yang lebih tinggi akibat perbaikan daya beli
konsumen di tengah permintaan global yang
masih lemah, mengakibatkan kontribusi net
ekspor turun menjadi 0,2% terhadap PDB
(dari sebelumnya 0,6% pada TW4-18).
Ekonomi Italia melambat lebih
dalam, dipengaruhi konsumsi yang
persisten lemah. PDB Italia TW1-19
terkontraksi -0,1% yoy, setelah tumbuh
stagnan (0%) pada TW4-18. Konsumsi
domestik masih belum menunjukkan
pemulihan, dipengaruhi pesimisme konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ke
depan. Penjualan kendaraan juga masih rendah
dan tetap tumbuh terkontraksi –meskipun
sedikit lebih baik dibandingkan triwulan
lalu. Investasi tertahan seiring sentimen yang
masih rendah akibat ketidakpastian dari
pelemahan ekonomi, isu politik (konflik fiskal
dengan European Commission), serta tensi
perdagangan global. Kinerja perdagangan juga
masih lemah karena penurunan permintaan
global, terutama dari Jerman dan Tiongkok.
Berdasarkan sektor, terdapat indikasi ekspansi
pada aktivitas di sektor perindustrian, namun
sektor jasa dan konstruksi tetap lemah.
Kontraksi pertumbuhan TW1-19 tersebut
sejalan dengan pergerakan indikator Ita-coin
yang makin negatif (rerata -0,3; dari 0,1),
mencerminkan underlying ekonomi domestik
masih lemah.8 Hal tersebut juga dikonfirmasi
8 Ita-coin merupakan cyclical coincidental indicator yang dipublikasi Bank of Italy, yang menyediakan estimasi tren aktivitas ekonomi bulanan yang didasarkan dari sejumlah variabel kuantitatif (produksi industri, inflasi, penjualan ritel, arus perdagangan, indeks pasar saham) dan kualitatif (kepercayaan konsumen dan bisnis, PMI).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
29
Perancis, Spanyol, dan Italia.
Kinerja konsumsi ditopang
oleh ketenagakerjaan Kawasan Euro
yang masih solid. Tingkat pengangguran
melanjutkan tren penurunan, menjadi
7,7% pada TW1-19, dari 7,9% pada TW4-
18. Pertumbuhan tingkat upah TW1-19
terakselerasi menjadi 2,4% (dari TW4-18
sebesar 2,3%), seiring kenaikan minimum
upah pada sejumlah negara anggota
Kawasan Euro. Ketenagakerjaan di kawasan
masih menghadapi slack tenaga kerja yang
terindikasi dari tingginya pekerja paruh
waktu dan jumlah pekerja yang tidak aktif
mencari pekerjaan.10 Selain itu, risiko tensi
perdagangan yang menekan permintaan
eksternal terindikasi masih berdampak negatif
pada penyerapan tenaga kerja.11
Sumber: Bloomberg
-30
-20
-10
00
10
20
30
40
50
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy Penjualan Ritel, lhs New Passenger Vehicle Sales, rhsCons. Confidence, rhs Retail trade confidence, rhs
Grafik 2.16 Indikator Konsumsi
10 Underemployed part-time workers sebesar 4,0% dari total angkatan kerja pada TW4-18, lebih tinggi dari TW3-18 (3,8%). Rasio Persons Available to Work but not Seeking sebesar 3,5% dari active population pada TW4-18, turun dari TW3-18 (3,8%), namun masih tinggi secara historis.
11 Employment tumbuh tetap pada TW1-19 sebesar 1,3% yoy (sama dengan TW4-18), terendah sejak TW4-15.
membebani aktivitas bisnis sektor manufaktur.
Sementara sektor jasa cenderung lebih resilien
karena konsumsi yang relatif masih solid dan
pemulihan kinerja sektor pariwisata.
Pada perekonomian Kawasan Euro,
konsumsi tetap berkontribusi paling besar
terhadap pertumbuhan. Penjualan ritel –
leading indicators konsumsi– cenderung
bergerak fluktuatif sepanjang TW1-19, namun
mencatatkan rerata sebesar 2,4% yoy, lebih
baik dibandingkan TW4-18 sebesar 1,8%.
Perbaikan tersebut diantaranya dipengaruhi
kenaikan permintaan barang non-food,
khususnya barang tekstil yang mulai tumbuh
positif dari sebelumnya terkontraksi sejak
November 2018. Penjualan bahan bakar juga
mulai pulih seiring harga energi yang lebih
rendah di awal 2019. Secara keseluruhan,
konsumsi TW1-19 ditopang oleh pemulihan
sentimen konsumen dan perbaikan prospek
ketenagakerjaan.
Sentimen konsumen relatif
membaik seiring ketidakpastian
perdagangan dunia yang mereda.
Consumer confidence TW1-19 masih
terkontraksi dan secara rerata tercatat sebesar
-7,5, lebih dalam dibandingkan TW4-18
sebesar -6,9. Kendati demikian, pergerakan
kontraksi consumer confidence sepanjang
triwulan menunjukkan tren yang semakin
menyempit, diantaranya disebabkan perbaikan
sentimen atas negosiasi perdagangan AS-
Tiongkok (trade truce). Selain itu, prospek
keuangan rumah tangga turut membaik
seiring kebijakan kenaikan upah mulai 2019
di sejumlah negara anggota, seperti Jerman,
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
30
Sumber: Bloomberg, German Association of the Automotive Industry (VDA)
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy New Registrations (lhs) Production (rhs)
Grafik 2.18 Produksi dan Penjualan
Kendaraan Jerman
Sumber: Bloomberg
42
46
50
54
58
62
66
98
99
100
101
102
103
104
105
106
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Indeks Indeks Ifo Business Climate PMI Composite, rhsPMI Manufacturing, rhs
Grafik 2.19 Indikator Sentimen Bisnis
dan PMI Jerman
Sumber: BloombergGrafik ... Indikator Investasi
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Indeks
Produksi Industri (% yoy), lhsIndustrial Confidence (Indeks), lhsBusiness Clim. Indicator, rhs
Grafik 2.20 Indikator Investasi
Sumber: BloombergGrafik ... Tingkat Pengangguran dan Upah
8,58,2
8 7,97,7
2
2,2
2,5
2,3
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2,2
2,4
2,6
7,5
8
8,5
9
9,5
10
10,5
11
11,5
12
12,5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12014 2015 2016 2017 2018 2019
% Unemployment Rate, lhs Labour Costs, rhs % yoy
Grafik 2.17 Tingkat Pengangguran dan Upah
Perbaikan konsumsi turut
terindikasi dari penjualan kendaraan
yang meningkat. Registrasi mobil baru
masih berada di zona kontraksi, namun
menyempit menjadi rerata -3,8% yoy pada
TW1-19, dari -7,9% pada TW4-18. Kenaikan
penjualan kendaraan dipengaruhi appetite
belanja otomotif yang mulai pulih, setelah
konsumen cenderung menahan pembelian
pada TW4-18 akibat terbatasnya varian dan
supply kendaraan yang ditawarkan, terutama
di Jerman. Kendati penjualan Jerman mulai
meningkat, produksi otomotif Jerman masih
berada di bawah ekspektasi, sehingga
menjadi indikasi bahwa belum terdapat
tanda-tanda kinerja otomotif mengarah ke
fase recovery. Kinerja sektor manufaktur dan
sentimen bisnis Jerman yang terus memburuk
secara persisten juga menjadi indikasi awal
bahwa belum terdapat pemulihan produksi
otomotif Jerman yang signifikan pada
triwulan mendatang.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
31
Sumber: Bloomberg
100
102
104
106
108
110
112
114
116
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Indeks
Industrial Confidence, lhsServices Confidence, lhsConsumer Confidence, lhsConstruction Confidence, lhsRetail Trade Confidence, lhsEconomic Sentiment Indicator, rhs
Grafik 2.22 Indikator Keyakinan Ekonomi
Sejalan dengan produksi yang
lemah, ekspansi bisnis melambat lebih
dalam pada TW1-19. Sejak mencapai
puncaknya pada akhir 2017, PMI Komposit
Kawasan Euro turun secara bertahap sampai
dengan TW1-19 dengan rerata sebesar 51,5,
lebih rendah dibandingkan TW4-18 sebesar
52,3, sekaligus merupakan yang terendah
sejak 2013. Kinerja tersebut disebabkan
oleh penurunan lebih lanjut pada new
export orders akibat aktivitas perdagangan
global yang masih lesu. Employment growth
melambat sebagai dampak penurunan
workloads pada perusahaan. Perlambatan
permintaan eksternal terindikasi lebih
terkonsentrasi pada manufaktur, tercermin
dari PMI Manufaktur yang terus menurun
dengan rerata TW1-19 di bawah threshold
sebesar 49,113, lebih buruk dari TW4-18
sebesar 51,7. PMI Manufaktur bahkan jatuh
hingga 47,5 pada Maret 2019, terendah
dalam enam tahun terakhir. Sementara itu,
13 PMI memiliki indeks threshold pada level 50, dimana indeks di atas 50 menggambarkan bisnis mengalami ekspansi dan sebaliknya.
Aktivitas produksi masih lemah
di tengah permintaan global yang tetap
rendah. Rerata produksi industri masih
terkontraksi pada TW1-19 sebesar -0,3% yoy.
Namun kontraksi tersebut jauh menyempit
dibandingkan rerata TW4-18 yang mencapai
-2,0%. Diantara jenis barang produksi,
durable goods membaik paling signifikan,
diantaranya terbantu oleh produksi kendaraan
yang mulai meningkat. Produksi capital goods
juga mulai tumbuh positif mulai Februari
2019 (setelah secara persisten terkontraksi
sejak November 2018 seiring sentimen yang
terus memburuk)12, indikasi bahwa minat
investasi pelaku usaha mulai pulih. Kendati
demikian, permintaan eksternal (ekspor)
yang masih rendah di tengah prospek global
yang gloomy menyebabkan korporasi masih
menahan aktivitas produksi.
Sumber: BloombergGrafik ... Indikator PMI
47
50
53
56
59
62
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
PMI CompositePMI ManufakturPMI Services
Indeks
Grafik 2.21 Indikator PMI
12 Produksi capital goods mulai terkontraksi pada November 2018 sebesar -4,4% yoy, melebar pada Desember 2018 menjadi -5,0%. Memasuki 2019, kontraksi tersebut menyempit menjadi -2,4% pada Januari 2019 dan kemudian berhasil tumbuh positif pada Februari 2019 sebesar 1,0%.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
32
meski sedikit lebih membaik dari TW4-18
sebesar 3,8%. Berdasarkan produk, ekspor
barang manufaktur khususnya permesinan
dan transportasi masih cukup rendah sehingga
menahan pertumbuhan keseluruhan ekspor.
Berdasarkan negara tujuan, pelemahan ekspor
terjadi kepada AS, Tiongkok, India, dan Rusia.
Di sisi lain, impor juga melambat namun masih
tumbuh lebih tinggi dari ekspor, sebesar 4,9%
(dari 7,7%). Leading indicators yaitu PMI
Export Orders mengonfirmasi kinerja ekspor
yg masih lemah sekaligus memberi indikasi
bahwa ekspor masih tertahan di awal TW2-19.
Sumber: Bloomberg
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
EUR Bn % yoy Trade Balance, rhs Exports, lhs Imports, lhs
Grafik 2.23 Neraca Perdagangan
Sumber: Bloomberg
-30
-10
10
30
50
70
90
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Miliar EUR Barang Jasa Primary IncomeSecondary Income Current Account
Grafik 2.24 Neraca Transaksi Berjalan
PMI Jasa juga melemah namun cenderung
lebih resilien dibanding manufaktur, dengan
rerata TW1-19 sebesar 52,4, sedikit lebih
rendah dari TW4-18 (52,8). Perlambatan
ekspansi bisnis terjadi pada Jerman, Perancis,
dan Italia. Rerata PMI Komposit Perancis dan
Italia TW1-19 berada di bawah threshold,
dipengaruhi kondisi domestik yang masih
dibayangi demo buruh pada tiap akhir pekan
(Perancis) dan ketidakpastian fiskal (Italia).
Sedangkan PMI Komposit Spanyol masih
mampu untuk ekspansi, terbantu oleh sektor
jasa seiring pemulihan sektor pariwisata.14
Kinerja sektor eksternal Kawasan
Euro berlanjut melemah di tengah produksi
domestik dan permintaan global yang
masih rendah. Surplus neraca perdagangan
pada TW1-19 menyempit menjadi EUR43,4
miliar, dari USD49,8 miliar pada TW4-18.
Kinerja ekspor belum menunjukkan indikasi
pemulihan, masih terimbas dampak negatif
dari pengaruh ketidakpastian perdagangan
dunia (antara lain negosiasi dagang AS-
Tiongkok dan ancaman tarif impor otomotif
Uni Eropa oleh AS) yang menyebabkan
permintaan ekspor turun signifikan. Produksi
otomotif juga masih rendah (meski mulai pulih)
dan turut berkontribusi terhadap lemahnya
ekspor. Secara tahunan, pertumbuhan ekspor
cenderung masih subdued sebesar 3,9% yoy,
14 Jerman TW1-19: PMI Komposit (52,1 dari 52,4), Manufaktur (47,1 dari 51,8), Jasa (54,6 dari 53,3). Perancis TW1-19: PMI Komposit (49,2 dari 52,3), Manufaktur (50,8 dari 50,6), Jasa (49,0 dari 53,1). Italia TW1-19: PMI Komposit (49,9 dari 49,5), Manufaktur (47,6 dari 49,0), Jasa (51,1 dari 50,0). Spanyol TW1-19: PMI Komposit (54,5 dari dari 53,7), Manufaktur (51,1 dari 51,8), Jasa (55,3 dari 54,0).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
33
Sumber: Bloomberg
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy Inflasi, lhs Inflasi Inti, lhs Food, lhsServices, lhs Energy, rhs
Grafik 2.25 Inflasi Kawasan Euro
Sumber: Bloomberg
-02
-01
-01
00
01
01
02
02
03
03
04
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoyKawasan Euro Jerman Perancis Italia Spanyol
Grafik 2.26 Inflasi Headline Negara Inti
Sumber: BloombergGrafik ... Producer Price Index
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy
PPIDurable Cons. GoodsNondurable Consumer GoodsCapital GoodsIntermediate Goods, rhsEnergy, rhs
Grafik 2.27 Producer Price Index
Pemburukan neraca perdagangan
berkontribusi terhadap penyusutan
surplus neraca transaksi berjalan. Current
account surplus TW1-19 sebesar EUR62,8
miliar, turun cukup signifikan dibandingkan
TW4-18 sebesar EUR104,2 miliar. Penurunan
terutama dipicu oleh pelemahan neraca barang
(akibat ekspor yang masih lemah) dan neraca
pendapatan primer (pengaruh penerimaan
investasi dan bunga utang dari eksternal yang
cukup besar pada TW4-18). Sedangkan neraca
jasa dan pendapatan sekunder juga memburuk
namun lebih moderat.
Tingkat inflasi termoderasi seiring
harga minyak dunia yang lebih rendah
dibandingkan akhir 2018. Inflasi headline
sedikit melambat menjadi 1,4% yoy pada
TW1-19 (Maret 2019), dari 1,5% pada
TW4-18 (Desember 2018). Tingkat inflasi
tersebut juga lebih rendah dari target inflasi
ECB close to but below 2%. Perlambatan
laju inflasi dipengaruhi oleh harga energi
(5,3% dari 5,5%) –khususnya harga minyak
dunia– yang berada di tingkat jauh lebih
rendah dibandingkan TW4-18. Harga
makanan TW1-18 cenderung stabil di level
1,8% dibandingkan TW4-18. Tekanan dari
kenaikan biaya upah belum tercerminkan
pada akselerasi harga domestik karena ter-
offset oleh marjin profit yang lebih rendah.
Sedangkan harga jasa juga sedikit melemah
(1,1% dari 1,3%) diantaranya karena
penurunan harga jasa travel, sehingga core
inflation tetap rendah dan turun tipis menjadi
0,8% (dari 0,9%), indikasi bahwa konsumsi
domestik belum cukup kuat.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
34
19 secara rerata tumbuh 2,6% yoy, lebih
rendah dari TW4-18 (2,8%), disebabkan oleh
perlambatan kredit kepada non-financial
counterparties (NFC) (menjadi 2,4% yoy, dari
2,9%). Laju pertumbuhan kredit ke NFC telah
berada dalam tren moderasi sejak beberapa
bulan terakhir, sejalan dengan lagged
reaction terhadap perlambatan ekonomi
yang terjadi mulai awal 2018. Sementara itu,
pinjaman ke rumah tangga (RT) tetap tumbuh
solid pada 3,2% (dari 3,1% pada TW4-18),
ditopang oleh kredit perumahan RT yang
masih kuat. Kredit ke sektor swasta ke depan
masih ditopang oleh suku bunga rendah
dan stimulus moneter ECB, perbaikan pasar
tenaga kerja, dan pasar perumahan yang
solid.
Di tengah ekonomi yang masih
melemah, ECB mengadopsi kebijakan
moneter yang lebih akomodatif untuk
menopang aktivitas ekonomi. Pada
pertemuan Governing Council 24 Januari
2019, ECB mempertahankan suku bunga
rendah, yaitu main refinancing operations
(MRO) pada 0,0%; marginal lending facility
rate pada 0,25%; dan deposit facility rate pada
-0,4%. ECB mengonfirmasi telah mengakhiri
stimulus Asset Purchase Program (APP)
mulai 2019. ECB juga kembali menegaskan
(i) melanjutkan stimulus moneter kebijakan
reinvesting maturing debt untuk menjaga
likuiditas dan kecukupan akomodasi moneter
hingga setelah ECB memutuskan untuk mulai
menaikkan suku bunga15; dan (ii) forward
15 Reinvesting maturing debt merupakan instrumen kebijakan ECB yang me-reinvestasikan aset yang
Sumber: Bloomberg
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
3 6 9 12 3 36 9 12 3 6 9 122016 2017 2018 2019
% yoy
Loans Made by MFI, lhsLoans to Non-Financial Corporation, lhsLoans to Household, rhs
Grafik 2.28 Pertumbuhan Kredit Perbankan
Perlambatan inflasi headline
terjadi pada sebagian besar negara inti.
Perancis mengalami penurunan paling besar
diantara negara lainnya, menjadi 1,1% yoy
pada Maret 2019 (dari 1,6% pada Desember
2018). Perlambatan inflasi di Jerman dan
Italia lebih moderat, masing-masing menjadi
1,3% dan 1,0%, dari sebelumnya 1,6% dan
1,1%. Sementara inflasi Spanyol tumbuh
sedikit meningkat menjadi 1,3% (dari
1,2%) diantaranya karena kenaikan harga
transportasi dan obat-obatan. Di sisi produsen,
Producer Price Index (PPI) turut menunjukkan
perlambatan, menjadi 2,9% pada Maret 2019
(dari sebelumnya 3,0%). Namun perlambatan
tersebut lebih dipengaruhi oleh penurunan
harga intermediate goods (1,3% dari 2,1%)
dan non-durable goods (0,1% dari 0,2%),
sementara harga energi cenderung stabil di
level 7,8%.
Pertumbuhan kredit ke sektor
swasta termoderasi sejalan dengan
perlambatan ekonomi domestik.
Penyaluran kredit oleh lembaga keuangan
(Monetary Financial Institution/MFI) TW1-
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
35
Sumber: Bloomberg
0
20
40
60
80
100
-0,5
-0,25
0
0,25
0,5
0,75
1
1,25
1,5
Sep-
14N
ov-
14Ja
n-15
Mar
-15
May
-15
Jul-
15Se
p-15
No
v-15
EUR Bil.%
Refinancing Rate (0,00%)
Deposit Facility (-0,4%)Marginal Lending Facility (0,25%)
Asset Purchase Target, rhs
Jan-
16M
ar-1
6M
ay-1
6Ju
l-16
Sep-
16N
ov-
16
Jan-
19M
ar-1
9
Jan-
18M
ar-1
8M
ay-1
8Ju
l-18
Sep-
18N
ov-
18
Jan-
17M
ar-1
7M
ay-1
7Ju
l-17
Sep-
17N
ov-
17
Grafik 2.29 Suku Bunga ECB
Sejalan dengan kebijakan moneter
ECB, kebijakan fiskal secara agregat
turut lebih ekspansif. Belanja pemerintah
terakselerasi sebesar 3,8% yoy pada TW4-
18, lebih tinggi dibanding TW3-18 (3,1%).
Sedangkan penerimaan pemerintah agregat
melambat menjadi 3,1% yoy, dari 3,8%
pada TW3-18. Dengan dinamika tersebut,
defisit fiskal TW4-18 mencatat pelebaran
lebih dalam menjadi -1,0% terhadap PDB
(seasonally adjusted), dari -0,5% PDB pada
TW3-18. Kendati defisit fiskal melebar, rasio
utang pemerintah terhadap PDB menurun
lebih lanjut. Utang pemerintah TW4-18
tercatat sebesar 85,2% PDB, lebih rendah
dari TW3-18 sebesar 86,5% PDB. Yunani,
Italia, dan Portugal, tetap menjadi tiga
negara pengutang terbesar dengan rasio
utang terhadap PDB masing-masing sebesar
181,1%, 132,2%, dan 121,5%.
Ke depan, defisit fiskal diprediksi
makin melebar seiring arah kebijakan
yang memiliki net lending tinggi (stock of eligible loans melebihi 2,5%).
guidance bahwa tingkat suku bunga rendah
akan dipertahankan setidaknya hingga
setelah musim panas 2019.
Namun demikian, ECB mengubah
forward guidance tersebut pada
pertemuan Governing Council 7
Maret 2019, bahwa suku bunga akan
dipertahankan pada level yang sama
hingga setelah akhir 2019 dan sepanjang
tingkat inflasi terjangkar sesuai target
ECB. Selain itu, ECB juga memperkenalkan
kembali kebijakan Targeted Long-Term
Refinancing Operations (TLTRO), yang akan
dimulai pada September 2019 dan berakhir
pada Maret 2021, dengan maturity dua tahun,
untuk menjaga kondisi kredit perbankan dan
memastikan kelancaran transmisi kebijakan
moneter ECB. TLTRO ini merupakan seri ketiga
dari yang pernah diterapkan ECB sebelumnya.16
Di bawah kebijakan TLTRO-III, perbankan
berhak untuk melakukan pinjaman hingga
30% dari stok eligible loans per 28 Februari
2019, dengan tingkat suku bunga yang
diindeks pada main refinancing operations
(0%). Sebagaimana TLTRO sebelumnya,
TLTRO-III juga memberikan built-in incentives
untuk menjaga kondisi kredit tetap favorable.
Insentif tersebut akan dikomunikasikan ECB
pada kesempatan berikutnya.17
diperoleh dari program pembelian aset (APP) yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan, dengan mengalirkannya kembali ke pasar obligasi, yang ditujukan untuk menjaga tingkat borrowing cost dan likuiditas.
16 Sebelumnya, seri pertama TLTRO diluncurkan pada 5 Juni 2014, dan seri kedua (TLTRO-II) pada 10 Maret 2016.
17 Pada TLTRO sebelumnya, insentif tersebut berupa fleksibilitas suku bunga yang dapat lebih rendah/setara dengan deposit facility rate (-0,4%), bagi perbankan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
36
(i) perkembangan indikator makroekonomi
yang masih terus memburuk di awal 2019; (ii)
dampak negatif dari beberapa faktor spesifik
negara anggota yang dapat berlangsung lebih
lama dari perkiraan; dan (iii) peningkatan
ketidakpastian global (yaitu kebijakan
proteksionisme, risiko geopolitik, dan
kerentanan ekonomi negara berkembang).
Sumber: Bloomberg
-0,3 -0,3
-0,5
-1
-03
-02
-02
-01
-01
00
43
44
45
46
47
48
49
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q4Q1 Q2 Q32015 2016 2017 2018
% GDP
Govt. Revenue Govt. ExpenditureFiscal Balance (RHS)
% GDP
Grafik 2.30 Rasio Defisit Fiskal Terhadap PDB
Sumber: BloombergGrafik ... Rasio Utang Publik Terhadap PDB
87,286,6 86,5
85,2
9,2
9,3
9,4
9,5
9,6
9,7
9,8
9,9
10
85
87
89
91
93
95
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q4Q1 Q2 Q32015 2016 2017 2018
EUR Tn% GDP
Govt Debt, rhs Debt to GDP, lhs
Grafik 2.31 Rasio Utang Publik Terhadap PDB
Sedangkan proyeksi jangka
menengah ECB relatif tidak berubah,
dengan asumsi bahwa tantangan global
dan domestik akan mereda secara
bertahap sehingga dapat memicu
ekspansi ekonomi Kawasan Euro untuk
fiskal yang lebih ekspansif untuk
menopang perekonomian yang sedang
lemah. Jerman, Perancis, Italia, Spanyol,
dan beberapa negara anggota lainnya
memutuskan untuk menaikkan upah mulai
2019. Sementara itu, penerimaan berpotensi
menyusut karena rencana penurunan
kontribusi sosial dan beberapa kebijakan
spesifik negara, seperti penurunan pajak, yang
juga dimulai pada awal 2019. Berdasarkan
proyeksi ECB (edisi Maret 2019), defisit fiskal
Kawasan Euro diproyeksi melebar dari -0,5%
PDB pada 2018, menjadi -1,0% PDB pada
2019, dan stabil -1,0% pada 2020.18 Meski
defisit fiskal melebar, rasio utang pemerintah
diperkirakan turun dari 85,0% PDB pada
2018 menjadi 83,8% PDB pada 2019, dan
82,3% pada 2020.
Perlambatan ekonomi Kawasan
Euro diperkirakan berlanjut seiring
ketidakpastian kondisi domestik dan
global yang masih tinggi. Pada rilis proyeksi
ECB edisi Maret 2019, pertumbuhan ekonomi
domestik pada 2019 diperkirakan melemah
lebih lanjut menjadi 1,1% yoy, jauh di bawah
capaian 2018 (1,9%) maupun proyeksi ECB
sebelumnya (Desember 2018) sebesar 1,7%.
Keputusan tersebut mempertimbangkan
pertumbuhan TW4-18 yang melemah
cukup signifikan dan asesmen prospek
jangka pendek yang diyakini less favourable,
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
18 ECB juga memperkirakan pertumbuhan komponen belanja pemerintah dalam PDB terakselerasi menjadi 1,7% yoy pada 2019 (dari 1,1% yoy pada 2018), dan perlahan turun menjadi 1,6% pada 2020 dan 1,4% pada 2021.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
37
moderat, serta ketidakpastian pass-through
kenaikan upah ke tekanan harga.
Pesimisme outlook ekonomi
Kawasan Euro dipengaruhi oleh
imbangan risiko ke depan yang tetap
didominasi oleh downside risks. Mayoritas
risiko bersumber dari faktor eksternal, antara
lain: (i) ketidakpastian prospek perdagangan
dunia, termasuk perkembangan negosiasi
dagang AS-Tiongkok dan ancaman tarif oleh
AS terhadap impor barang (otomotif) dari Uni
Eropa; (ii) konflik politik AS yang berpotensi
memicu ketidakpastian kebijakan fiskal AS ke
depan; (iii) perlambatan ekonomi Tiongkok
yang lebih buruk dari ekspektasi; serta (iv)
volatilitas pasar keuangan global dan potensi
dampaknya terhadap ekonomi negara
berkembang yang masih rentan terhadap
perubahan persepsi dan risk appetite investor.
Risiko domestik sebagian besar
berasal dari ketidakpastian kondisi
politik di negara anggota. Stance fiskal
Pemerintahan Italia yang makin ekspansif
berpotensi menimbulkan ketegangan
negosiasi fiskal lebih lanjut dengan European
Commission. Aksi demo buruh di Perancis
masih tetap berlangsung hingga TW1-
19 sebagai respons penolakan terhadap
rebound menjadi 1,6% yoy pada 2020
dan 1,5% pada 2021.19 Sejalan dengan
ECB, European Commission (EC) juga
memperkirakan perlambatan lebih dalam
pada 2019 menjadi 1,2% yoy (rilis Mei 2019;
revisi ke bawah dari 1,3%), kemudian rebound
1,5% pada 2020. IMF pada WEO April 2019
menurunkan proyeksi pertumbuhan 2019
menjadi 1,3% yoy (dari 1,6% pada rilis
Januari 2019), dan outlook 2020 menjadi
1,5% (dari 1,7%).
Inflasi HICP 2019 juga diperkirakan
masih lemah. ECB merevisi ke bawah
outlook inflasi 2019 menjadi 1,2% (dari 1,6%
pada estimasi sebelumnya), karena asumsi
harga minyak dunia dan ekspektasi inflasi inti
yang lebih rendah. Penurunan core inflation
merupakan cerminan dari dampak penurunan
harga energi (melalui efek tidak langsung),
pelemahan data-data makroekonomi terkini,
outlook perekonomian domestik yang lebih
19 Asumsi yg digunakan ECB dalam medium-term outlook yaitu (i) tidak terjadi disorderly Brexit; (ii) ketidakpastian perdagangan global dan kebijakan domestik ternormalisasi; (iii) kebijakan moneter ECB berlanjut akomodatif; (iv) kredit sektor swasta tetap resilien ditopang oleh suku bunga rendah; (v) pertumbuhan upah dan penurunan unemployment mendukung perbaikan konsumsi; (vi) ekspor membaik seiring pemulihan permintaan eksternal; (vii) stance fiskal berubah dari netral (2018) menjadi ekspansif.
% yoy
2018 2019 2020 2021 2018 2019 2020 2018 2019 2020
GDP (% yoy) 1,9 1,1 1,6 1,5 1,9 1,2 1,5 1,8 1,3 1,5
Estimasi Sebelumnya 1,9 1,7 1,7 1,5 1,9 1,3 1,6 1,8 1,6 1,7
HICP (% yoy) 1,7 1,2 1,5 1,6 1,8 1,4 1,4 1,8 1,3 1,6
Estimasi Sebelumnya 1,8 1,6 1,7 1,8 1,7 1,4 1,5 1,7* 1,7* 1,8*
Ket. estimasi sebelumnya: ECB (Desember 2018), EC (Februari 2019), IMF (WEO Januari 2019)*merujuk ke estimasi WEO Oktober 2018
EstimasiEC (Mei 2019) IMF (WEO April 2019)ECB (Maret 2019)
Tabel 2.2 Estimasi Pertumbuhan PDB dan Inflasi
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
38
1,8% yoy, terakselerasi dari 1,4% pada TW4-18.
Namun perbaikan kinerja tersebut terindikasi
bersifat temporer karena lebih dipengaruhi
oleh upaya menumpuk persediaan (stockpiling)
untuk mengantisipasi potensi gangguan
pasokan apabila Inggris keluar dari Uni Eropa
(UE) yang semula dijadwalkan pada 29 Maret
2019. Sejalan dengan kegiatan stockpiling,
investasi Inggris menguat signifikan, diikuti
oleh pengeluaran pemerintah dan konsumsi
rumah tangga. Belanja rumah tangga yang
meningkat ditopang oleh perbaikan sektor
tenaga kerja serta cuaca yang lebih hangat
sehingga mendorong minat belanja. Upaya
menumpuk persediaan dipenuhi dengan
impor terutama dari UE sehingga defisit neraca
perdagangan melebar.
Tekanan inflasi Inggris masih di
bawah target 2%. Inflasi Maret 2019 sebesar
1,9% yoy, turun (dari 2,1% pada Desember
2018), terutama disebabkan penurunan
harga perumahan. Di sisi ketenagakerjaan,
tingkat pengangguran terus menurun hingga
menyentuh rekor terendah (3,8%), sejalan
dengan peningkatan penyerapan tenaga
kerja. Kondisi pasar tenaga kerja yang ketat
dan pertumbuhan upah yang stabil menjadi
penopang peningkatan konsumsi.
Bank of England (BoE) mempertahankan
kebijakan pemerintah, serta semakin
menurunkan popularitas Presiden Perancis
(Macron). Gejolak politik Spanyol meningkat
pasca parlemen menolak rencana anggaran
yang diajukan pemerintah dan memicu snap
election pada 28 April 2019. Pemulihan
ekonomi domestik juga dapat tertahan jika
hambatan temporary factors bertahan lebih
lama dari perkiraan. Negosiasi Brexit, baik
antara Inggris-Uni Eropa maupun pemerintah-
parlemen Inggris, masih diselimuti
ketidakpastian, bahkan telah menyebabkan
pengunduran diri PM May pada 24 Mei 2019.
Kendati demikian, masih terdapat beberapa
faktor upside risks yang dapat mendorong
pemulihan, diantaranya yaitu perbaikan
ketenagakerjaan lebih lanjut yang dapat
menopang perbaikan permintaan domestik,
hambatan pertumbuhan dari faktor temporer
memudar lebih cepat dari ekspektasi, serta
kebijakan fiskal sejumlah negara anggota yang
makin ekspansif sebagai upaya mendorong
aktivitas perekonomian domestik.
2.3. Inggris
Di tengah ketidakpastian penyelesaian
Brexit, kinerja ekonomi Inggris masih
menunjukkan performa yang membaik.
Pertumbuhan PDB pada TW1-19 mencapai
% yoy
2017 2018 2018 2019 2020 2018 2019 2020 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4Kawasan Euro 2,5 1,9 1,8 1,3 1,5 1,8 1,1 1,3 2,1 2,5 2,8 2,7 2,4 2,2 1,6 1,2 1,2 1,0 1,3 1,4 1,5 1,4 1,3 1,2Jerman 2,4 1,5 1,5 0,8 1,4 1,4 0,8 1,5 2,1 2,2 2,6 2,8 2,1 2,0 1,1 0,6 0,7 0,5 1,0 1,3 1,3 1,2 1,1 1,0Perancis 2,3 1,6 1,5 1,3 1,4 1,6 1,3 1,3 1,4 2,3 2,7 2,8 2,2 1,7 1,4 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,4 1,3 1,2 1,2Italia 1,8 0,7 0,9 0,1 0,9 0,9 0,1 0,5 1,5 1,7 1,7 1,6 1,4 1,0 0,5 0,0 0,1 -0,2 0,2 0,6 0,7 0,7 0,6 0,6Spanyol 3,0 2,6 2,5 2,2 1,9 2,6 2,2 1,8 2,9 3,1 2,9 3,1 2,9 2,6 2,5 2,3 2,4 2,3 2,2 1,9 1,9 1,9 1,9 1,9
Keterangan: cetak miring dan biru merupakan angka proyeksi Consensus Forecast Mei 2019
NegaraRealisasi
IMF WEOApril 2019
CFMei 2019
Realisasi/Proyeksi2017 2018 2019 2020
Tabel 2.3 Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
39
Inggris berhasil mencatatkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi
pada triwulan awal 2019, di tengah
ketidakpastian penyelesaian Brexit.20
Pertumbuhan PDB TW1-19 terakselerasi
sebesar 1,8% yoy (preliminary data),
meningkat dari TW4-18 (1,4%) dan juga
lebih baik dari ekspektasi pasar (1,4%).
Kendati meningkat, pertumbuhan ekonomi
Inggris terindikasi bersifat temporer karena
lebih dipengaruhi oleh penumpukan
persediaan (stockpiling) untuk mengantisipasi
disrupsi pasokan pasca Brexit. Pelaku usaha
mengubah waktu/periode aktivitas produksi
untuk mengantisipasi rencana keluarnya
Inggris dari Uni Eropa (UE) yang semula
dijadwalkan pada 29 Maret 2019.
Pertumbuhan PDB Inggris TW1-19
ditopang oleh peningkatan pertumbuhan
investasi, pengeluaran pemerintah
dan konsumsi rumah tangga.21 Sejalan
dengan kegiatan stockpiling, investasi (Gross
Fixed Capital Formation/GFCF) tumbuh
signifikan sebesar 1,7% yoy, setelah pada
triwulan sebelumnya terkontraksi -1,1%
akibat ketidakpastian negosiasi dan politik
terkait Brexit.22 Sementara itu, pengeluaran
20 Brexit (British Exit) adalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) yang didasarkan pada hasil referendum 23 Juni 2016. Inggris dijadwalkan akan keluar dari UE pada 31 Oktober 2019, setelah mengalami penundaan dari tanggal awal 29 Maret 2019, yaitu dua tahun sejak Perdana Menteri Theresa May menyampaikan Article 50 kepada UE.
21 Konsumsi rumah tangga masih memberikan sumbangan terbesar yaitu 1,2% (naik dari 1,1% pada TW4-18). Sementara, investasi GFCF berkontribusi (0,3%), dan pengeluaran pemerintah (0,4%).
22 Upaya stockpiling merupakan langkah contingency plan pelaku usaha dalam menghadapi Brexit dengan
tingkat suku bunga pada level 0,75%. BoE
juga memutuskan mempertahankan jumlah
kepemilikan surat berharga pemerintah dan
obligasi korporasi dalam program pembelian
aset masing-masing sebesar GBP435 miliar
dan GBP10 miliar. Sementara, anggaran
pemerintah mengalami surplus sejalan dengan
peningkatan pendapatan pajak (faktor
seasonal).
Ekonomi Inggris ke depan diprediksi
membaik namun masih dalam level
yang relatif lemah. BoE merevisi ke atas
pertumbuhan outlook PDB 2019 menjadi
1,5% yoy (revisi dari 1,2% pada estimasi
Februari 2019), dan meningkat dari 1,4%
pada 2018. BoE juga merevisi ke atas outlook
PDB 2020 menjadi 1,6% (dari 1,5%). Namun
IMF lebih pesimis dengan merevisi ke bawah
estimasi PDB 2019 dan 2020 masing-masing
menjadi 1,2% dan 1,4% (WEO April 2019),
dari estimasi sebelumnya (WEO Januari 2019)
sebesar 1,5% untuk kedua periode tersebut.
Sejumlah risiko membayangi kinerja
ekonomi Inggris ke depan. Dari sisi internal,
Inggris menghadapi risiko ketidakpastian
negosiasi Brexit, dan berlarutnya polemik
politik dalam memutuskan kesepakatan
Brexit. Sementara dari sisi eksternal, Inggris
menghadapi tantangan perlambatan
perekonomian global dan ketegangan
perdagangan Tiongkok-AS, yang juga
merupakan faktor risiko lama yang semakin
tereskalasi.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
40
besar (79,6% PDB), sektor jasa memainkan
peran penting dalam pertumbuhan ekonomi
Inggris. Sektor jasa tumbuh relatif stabil sebesar
2% yoy dalam dua triwulan terakhir. Tindakan
pelaku usaha yang memupuk persediaan turut
menggerakkan jasa pengiriman barang dan
penyimpanan (gudang). Sementara itu, sektor
industri tumbuh meningkat sebesar 0,6%
yoy, setelah terkontraksi -0,7% pada TW4-
18. Aktivitas manufaktur menjadi pendorong
utama sektor industri, seiring dengan
meningkatnya tingkat output karena aksi
(79,6% PDB)
pemerintah TW1-19 tumbuh sebesar
2,2% yoy (dari 1,0% pada TW4-18) yang
mengindikasikan bahwa stockpiling juga
dilakukan oleh lembaga pemerintah.
Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar
1,9% yoy (naik dari 1,7% pada TW4-18)
ditopang oleh perbaikan sektor tenaga
kerja yang terindikasi dari penurunan
tingkat pengangguran dan stabilitas tingkat
upah. Namun demikian, kinerja net ekspor
memburuk dan berkontribusi negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Impor
melonjak tinggi mencapai 10,2% yoy (TW1-
19) dari hanya 2,6% (TW4-18) sebagai imbas
aktivitas stockpiling –terutama impor dari UE.
Akselerasi ekspor yang tumbuh 1,5% yoy
(TW1-19), dari kontraksi -0,2% (TW4-18),
belum mampu mengimbangi kenaikan impor.
Sumber: Bloomberg
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q12013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy % yoy
GDP, lhs Household, rhsGovernment, rhs Gross Fixed Capital Form, rhsExports, rhs Imports, rhs
Grafik 2.32 Pertumbuhan PDB
Secara sektoral, kinerja ekonomi
Inggris terutama ditopang oleh sektor
jasa, diikuti dengan sektor industri dan
konstruksi. 23 Dengan pangsa yang relatif
meningkatkan impor barang dari UE.23 Sektor konstruksi memiliki pangsa 5,6% PDB,
sementara sektor industri (13,6% PDB) dan jasa
Sumber: Bloomberg
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q12013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy GDP, lhs Industry, rhs Services, rhsAgriculture, rhs Construction, rhs
Grafik 2.33 Pertumbuhan PDB sektoral
Sumber: ONS
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy%yoy Retail Sales Food Stores Department StoreOnline Stores, rhs Automotive fuel, rhs
Grafik 2.34 Penjualan Ritel
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
41
hangat –mendorong minat masyarakat untuk
bepergian dan berbelanja. Rerata penjualan
ritel TW1-19 tumbuh 3,9% yoy, menguat dari
2,5% pada TW4-18, antara lain didukung
penjualan e-commerce.25 Peningkatan
penjualan terjadi pada bahan bakar otomotif,
serta tekstil dan alas kaki. Selain itu, penjualan
kendaraan baru juga membaik dipengaruhi
sektor ketenagakerjaan yang robust.
Registrasi mobil baru TW1-19 membaik meski
masih di zona kontraksi -1,2% yoy (dari -3,8%
pada TW4-18). Konsumen juga terindikasi
melakukan pembelian kendaraan baru di
awal tahun untuk menghindari pelemahan
pound apabila terjadi no-deal Brexit. Tindakan
front loading tersebut sejalan dengan indeks
kepercayaan konsumen yang menunjukkan
kekhawatiran ketidakpastian negosiasi Brexit
(rerata indeks turun ke -13,3, dari -12,3 pada
TW4-18, dan terendah sejak TW3-13).
Perbaikan konsumsi dan
upaya memupuk persediaan untuk
mengantisipasi dampak Brexit telah
meningkatkan aktivitas produksi. Rerata
produksi industri TW1-19 meningkat ke
level 0,6% yoy (dari terkontraksi -0,7%
pada TW4-18). Peningkatan terjadi pada
produk manufaktur dan konstruksi, di tengah
perlambatan output pertambangan. Output
manufaktur terakselerasi sebesar 1,2% (dari
-1,3%), terutama pada produk tekstil, kulit,
dan pakaian; farmasi; kimia; serta karet dan
plastik. Output konstruksi juga meningkat
25 Penjualan e-commerce pada TW1-19 mengalami kenaikan pertumbuhan menjadi 16,8% yoy dari 9,2% di TW4-18).
stockpiling.24 Sektor konstruksi juga tumbuh
cukup impresif mencapai 2,8% yoy (dari
0,3% pada TW4-18), seiring peningkatan
pembangunan rumah baru. Cuaca yang lebih
kondusif dibandingkan triwulan sebelumnya,
memudahkan proses pembangunan rumah.
Sumber: ONS
-20
-15
-10
-5
0
5
10
-25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
INDEKS % yoy
New Car Registration (% yoy), rhsGfk Consumer Confidence Index, rhs
Grafik 2.35 Registrasi Mobil Baru dan
Tingkat Kepercayaan Konsumen
Sumber: Bloomberg
-7
-2
3
8
13
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
3 6 9 121 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy Industrial ProductionManufacturing Production
Construction Output
Grafik 2.36 Produksi Industri
Aktivitas konsumsi secara umum
menguat, terindikasi dari peningkatan
penjualan ritel dan kendaraan. Kenaikan
penjualan ritel dipengaruhi oleh perbaikan
sektor tenaga kerja dan cuaca yang lebih
24 Rerata IP Manufacturing Inggris mencapai 1,02% (TW1-19), meningkat pesat dari -0,2% (TW4-18).
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
42
hambatan pasokan apabila terjadi no-deal
Brexit. Rerata impor pada TW1-19 tumbuh
meningkat menjadi 11,8% yoy (dari 6,3%
pada TW4-18), dan tertinggi dalam enam
triwulan. Peningkatan impor barang terutama
bahan kimia, manufaktur, mesin dan alat
transportasi.
Sumber: BoE Inflation Report
4
3
2
1
0
1
2
3
4
Percentage point
Import growth (per cent)
EU
Non-EU
Jan July2018
Jan2019
Grafik 2.39 Pertumbuhan Impor
Sejalan dengan impor,
pertumbuhan ekspor juga meningkat
dengan akselerasi yang terbatas. Rerata
ekspor TW1-19 tumbuh 3,8% yoy (naik
dari 3,7% pada TW4-18), terutama produk
makanan dan minuman. Kenaikan tersebut
merupakan hasil positif dari upaya peningkatan
produktivitas pada sektor makanan dan
minuman yang diupayakan oleh Food and
Drink Sector Council.27 Ekspor makanan dan
minuman terutama ditujukan ke negara non-
Uni Eropa. Food and Drink Sector Council
berhasil mengidentifikasi lima target pasar
(Tiongkok, Kawasan Teluk Persia, AS, Jepang,
27 Food and Drink Sector Council adalah kerja sama antara industri dengan Pemerintah Inggris yang dibentuk pada Januari 2018 untuk meningkatkan produktivitas dan keberlangsungan industri makanan dan minuman Inggris.
sebesar 2,9% (dari 1,2%), namun output
produk pertambangan menurun 6% (dari
9,5%), terutama batubara. Penurunan output
produk pertambangan tersebut sejalan
dengan komitmen untuk menghentikan
penggunaan batu bara pada 2025.26
Sumber: Bloomberg
45
50
55
60
65
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Indeks PMI Composite PMI ManufacturingPMI Services PMI Construction
Grafik 2.37 Purchasing Manager Index
Sumber: Bloomberg
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy Miliar GBP Trade Balance, lhs Exports, rhs Imports, rhs
Grafik 2.38 Neraca Perdagangan
Kinerja perdagangan melemah
terimbas upaya stockpiling yang
dipenuhi dari impor. Pelaku bisnis
melakukan stockpiling dengan mengimpor
barang terutama dari negara-negara UE.
Kalangan usaha berupaya mengantisipasi
26 Komitmen tersebut dicanangkan pada 2015.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
43
Penurunan harga rumah dikarenakan
berkurangnya demand akibat ketidakpastian
Brexit, perubahan kebijakan pemerintah,
dan peningkatan supply rumah. Pemerintah
meningkatkan pajak pembelian rumah kedua
dan menurunkan pembebasan tax relief pada
mortgage interest rate sehingga menurunkan
permintaan rumah. Penurunan harga juga
terjadi pada komponen transportasi –terimbas
penurunan harga minyak dunia– serta harga
rekreasi dan restoran. Inflasi inti pada Maret
2019 juga melemah menjadi 1,8% yoy,
biaya perumahan transportasi, rekreasi dan restoran.
dan India) yang dinilai menawarkan potensi
pertumbuhan yang signifikan untuk industri
makanan dan minuman Inggris. Seiring laju
akselerasi impor yang melebihi ekspor, defisit
neraca perdagangan pada TW1-19 melebar
menjadi –GBP18,3 miliar, dari defisit –GBP9,4
miliar pada TW4-18.
Sumber: BloombergSumber: Bloomberg
-2
-1
0
1
2
3
4
-10
-5
0
5
10
15
20
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy % yoy
Food & Non-Alcoholic Beverage, lhsHousing & Household Services, lhsTransport, lhsRestaurants and Hotels, lhsRecreation & Culture, lhsCPI, rhsCore CPI, rhs
Grafik 2.40 Inflasi IHK
Sumber: Bloomberg
-18,0
-12,0
-6,0
0,0
6,0
12,0
18,0
24,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy % yoy
PPI Output Prices, lhsPPI Output Core, lhsPPI Input Prices, rhs
Grafik 2.41 Inflasi PPI
Tekanan inflasi melemah
dipengaruhi penurunan harga
perumahan. Inflasi headline (IHK) pada
Maret 2019 sebesar 1,9% yoy, turun
dibandingkan Desember 2018 (2,1%).28
28 Inflasi inti turun pada level 1,8% pada Maret 2019 (dari 1,9% pada Desember 2018), karena penurunan
Sumber: Bloomberg
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018
% yoy % Unemployment Rate, lhs Average Weekly Earnings, rhsReal Wage, rhs
Grafik 2.42 Tingkat Pengangguran dan Upah
Sumber: Bloomberg
330
360
390
420
450
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
Miliar GBP
% BoE Asset Purchase Target, rhsBoE Corp Bond Purchase Target
Bank Rate, lhs
Grafik 2.43 Kebijakan Moneter
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
44
bahwa arah kebijakan ke depan akan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan penyelesaian
Brexit. Apabila ekonomi berkembang sejalan
dengan proyeksi MPC, pengetatan kebijakan
moneter secara bertahap hingga batas
tertentu dinilai tepat untuk mengembalikan
inflasi menuju target sebesar 2%.
Sumber: ONS
76,0
78,0
80,0
82,0
84,0
86,0
88,0
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% GDP Miliar GBP Utang Pemerintah Net Debt (% GDP), rhs
Grafik 2.44 Utang Pemerintah
Sumber: ONS
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
-15,0
-12,0
-9,0
-6,0
-3,0
0,0
3,0
6,0
9,0
12,0
15,0
18,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy Miliar GBP
Budget BalanceTotal Revenue, rhs
Total Expenditure, rhs
Grafik 2.45 Keseimbangan Fiskal
Di sisi fiskal, pemerintah berhasil
membukukan surplus anggaran seiring
kenaikan penerimaan pajak. Anggaran
pemerintah TW1-19 mengalami surplus sebesar
GBP16,5 miliar, membalikkan defisit GBP16,4
pembelian obligasi pemerintah sebesar GBP435 miliar.
dibandingkan 1,9% pada Desember 2018.
Pelemahan IHK juga sejalan dengan inflasi di
tingkat produsen yang turun menjadi 2,2%
yoy (Maret 2019) dari sebelumnya 2,4%
(Desember 2018) akibat penurunan harga
komoditas global.
Pasar tenaga kerja makin ketat
akibat keterbatasan tenaga kerja dari
UE. Keketatan sektor tenaga kerja tercermin
dari tingkat pengangguran Maret 2019 yang
turun ke rekor terendah sebesar 3,8%, dari
4,0% pada Desember 2018. Penyerapan
tenaga kerja meningkat seiring kenaikan
jumlah pekerja full-time. Pekerja dari UE
yang menurun akibat ketidakpastian Brexit
menambah keketatan pasar tenaga kerja
Inggris, di tengah tingkat upah yang stabil.
Rerata upah mingguan TW1-19 tumbuh
stabil 3,4% yoy –tertinggi sejak TW2-08–
sama dengan TW4-18). Sebaliknya, upah riil
melambat ke 1,3% yoy dari 1,5%.
BOE mempertahankan suku bunga
kebijakan untuk merespons tekanan
inflasi yang masih di bawah target, serta
ketidakpastian prospek ekonomi akibat
Brexit. Pada pertemuan Monetary Policy
Committee (MPC) 6 Februari 2019 dan 21 Maret
2019, BoE secara aklamasi mempertahankan
Bank Rate sebesar 0,75% dan melanjutkan
program pembelian aset (Asset Purchase
Program).29,30 BoE kembali menekankan
29 Suku bunga kembali dipertahankan pada MPC tanggal 2 Mei 2019.
30 Program APP BoE terdiri dari: (i) mempertahankan stok pembelian obligasi korporasi nonkeuangan berperingkat kredit layak investasi (investment-grade) pada level GBP10 miliar, dan (ii) mempertahankan stok
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
45
Bank sentral Inggris tetap
optimis terhadap kinerja perekonomian
domestik dan merevisi ke atas proyeksi
pertumbuhan PDB 2019-2020. BoE (pada
meeting Mei 2019) memprediksi ekonomi
Inggris 2019 akan tumbuh sebesar 1,5% yoy
(revisi ke atas dari 1,2% pada estimasi Februari
2019), meningkat dari 1,4% pada 2018. Revisi
tersebut dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa
dampak dari ketidakpastian Brexit mereda
secara bertahap dan berhasil menghindari
hard Brexit, yang akan berdampak positif
terhadap permintaan. BoE juga merevisi ke
atas outlook PDB 2020 menjadi 1,6% (dari
1,5%). Revisi outlook PDB 2020 tersebut
berdasarkan asumsi bahwa investasi akan
kembali pulih, serta peningkatan konsumsi
rumah tangga dan pengeluaran pemerintah.
BoE menekankan bahwa ekonomi Inggris
ke depan akan dipengaruhi oleh kelancaran
proses Brexit terutama terkait kesepakatan
perdagangan pasca Brexit. Berbeda dengan
BoE, IMF cenderung lebih pesimis dan
merevisi ke bawah proyeksi PDB Inggris 2019
dan 2020 masing-masing menjadi 1,2% dan
1,4% dalam WEO April 2019, dari estimasi
sebelumnya (WEO Januari 2019) sebesar
1,5% untuk kedua periode tersebut.
miliar pada TW4-18. Surplus dihasilkan dari
penerimaan anggaran yang tumbuh 6,0%
yoy (GBP218,9 miliar), meningkat dari 2,9%
(GBP185,2 miliar) pada Desember 2018 dipicu
kenaikan penerimaan pajak pendapatan dan
pajak tak langsung.31 Sementara itu, belanja
pemerintah turun 2,7% yoy (GB201,0 miliar)
dari 4,7% (GBP202,0 miliar) imbas dari
penurunan belanja rutin dan belanja modal.
Prospek ekonomi Inggris diprediksi
membaik meski pada kisaran yang masih
lemah. Dalam jangka pendek, konsumsi
diprediksi masih menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi seiring berlanjutnya
stockpiling guna mengantisipasi disrupsi
pasokan pasca Brexit, serta ditopang sektor
ketenagakerjaan yang solid. Investasi bisnis
dan properti diperkirakan tetap lemah karena
perusahaan memilih menunda proyek seiring
dengan meningkatnya ketidakpastian Brexit.
Kontribusi net ekspor terhadap PDB diprediksi
masih negatif seiring peningkatan impor
untuk stockpiling.
31 Periode TW1-19 adalah masa wajib setoran pajak dan melaporkan SPT sehingga anggaran mengalami surplus. SPT disampaikan paling lambat 31 Januari setiap tahun.
Tabel 2.4 Estimasi Pertumbuhan dan Inflasi
Realisasi
2018 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020Estimasi
Keterangan referensi:Estimasi terkini: IMF-WEO April 2019, BoE Inflation Report Mei 2019, EC Spring Forecast 2019, CF Mei 2019Estimasi sebelumnya: IMF-WEO Januari 2019, BoE Inflation Report Februari 2019, EC Winter Forecast 2019, CF April 2019.
IMF BoE European Commission (EC)
Consensus Forecast (CF)
GDP (%yoy) 1,4 1,2 1,4 1,5 1,6 1,3 1,3 1,4 1,4Estimasi Sebelumnya - 1,5 1,5 1,2 1,5 1,3 1,3 1,3 1,5CPI (%yoy) 2,1 1,8 2,0 1,6 2,0 2,0 2,1 2,0 2,0Estimasi Sebelumnya - 2,2 2,2 2,0 2,1 1,8 2,0 2,0 2,1
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
46
Sejumlah risiko domestik dan
eksternal membayangi ekonomi Inggris ke
depan. Dari sisi domestik, Inggris menghadapi
risiko ketidakpastian negosiasi Brexit yang
berkepanjangan, dan berlarutnya polemik
politik dalam memutuskan kesepakatan Brexit.
Risiko Brexit tereskalasi pasca pengunduran
diri PM May pada 24 Mei 2019, yang makin
menambah ketidakpastian. Inggris harus
melalui proses pemilihan pemimpin baru untuk
melanjutkan negosiasi dengan UE. Sedangkan
risiko dari eksternal yang perlu dicermati
adalah perlambatan perekonomian global
dan ketegangan perdagangan Tiongkok-AS,
yang juga merupakan faktor risiko lama yang
semakin tereskalasi.
Harga minyak dunia yang berlanjut
menurun menyebabkan tekanan inflasi
dalam jangka pendek diperkirakan masih
lemah. BoE (pada Mei 2019) memperkirakan
inflasi 2019 sebesar 1,6%, revisi ke bawah
dari proyeksi Februari 2019 (2,0%). Kemudian
inflasi diperkirakan meningkat mencapai target
2% yoy pada 2020. Peningkatan demand
domestik yang sejalan dengan kenaikan
upah –imbas dari ketatnya pasar tenaga
kerja-, berkurangnya pass-through depresiasi
GBP terhadap demand, dan meredanya
ketidakpastian Brexit, melatarbelakangi
prakiraan inflasi tersebut.
BoksPerjalanan Panjang Negosiasi Brexit
Proses negosiasi Brexit
penuh tantangan dan belum
mencapai kesepakatan meski
sejumlah perundingan telah
digelar. Upaya pemerintah Inggris, di
bawah kepemimpinan PM May, untuk
mendapatkan persetujuan parlemen atas
draft Withdrawal Agreement (WA) yang
telah disepakati dengan 27 negara UE
menemui jalan buntu. Melalui voting pada
15 Januari, 12 Maret dan 29 Maret 2019,
Parlemen Inggris telah menolak WA yang
diajukan PM May.32
Withdrawal Agreement –
disebut Brexit Deal– merangkum
kesepakatan Inggris dan UE untuk
menyelesaikan masalah Brexit. Kedua
pihak menyepakati deklarasi politik
framework future relationship pada 22
November 2018, yang akan menjadi basis
kerja sama ekonomi. Dokumen tersebut
disahkan pada EU Summit (25 November
32 Pada 14 November 2018, UE dan Inggris merilis draft Withdrawal Agreement yang telah disepakati oleh 27 pemimpin UE dan Pemerintah Inggris (Perdana Menteri Theresa May).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
47
2018) serta akan dilanjutkan dengan
proses ratifikasi WA oleh parlemen UE
(European Parliament) dan parlemen
Inggris (House of Commons).
Proses ratifikasi WA oleh
parlemen Inggris tidak berjalan mulus
karena mayoritas anggota parlemen
menolak usulan penyelesaian
backstop Irlandia Utara.33 Parlemen
Inggris memandang Brexit Deal belum
memuat jaminan jangka waktu penerapan
backstop, serta kemampuan Inggris untuk
menghentikan backstop secara sepihak.
Hal tersebut menyebabkan Irlandia
Utara berisiko terikat dalam peraturan
single market UE dalam jangka waktu
tidak terbatas. Merespons pembahasan
pada Parlemen Inggris yang alot, UE
menekankan bahwa substansi utama
dari withdrawal agreement tersebut
tidak dapat direnegosiasikan, namun UE
menekankan kesiapan untuk berkoordinasi
dengan Pemerintah Inggris.
Sejalan dengan alotnya proses
persetujuan oleh parlemen Inggris, PM
May, pada 5 April 2019, mengajukan
pengunduran batas waktu keluarnya
Inggris dari UE. Pertemuan EU Summit
yang diselenggarakan untuk membahas
permintaan Inggris tersebut menghasilkan
33 Klausul backstop: menjaga perbatasan Irlandia Utara (yang termasuk wilayah Inggris Raya) dengan Republik Irlandia (UE) tetap open border.
keputusan: (i) Perpanjangan Brexit hanya
selama diperlukan dan tidak lebih dari
31 Oktober 2019 (Brexit Day) untuk
memungkinkan ratifikasi perjanjian Brexit;
(ii) Inggris harus mengikuti pemilihan
EU Parliament pada 23 Mei 2019. Jika
menolak, Inggris akan keluar dari UE pada
1 Juni 2019; dan (iii) European Council
menegaskan bahwa tidak terdapat
pembukaan kembali negosiasi withdrawal
agreement.
Proses persetujuan Brexit yang
berlarut-larut dan menemui jalan
buntu menyebabkan PM Theresa
May mengundurkan diri. PM May
menyatakan mundur sebagai Pemimpin
Partai Konservatif (24 Mei 2019), dan
sebagai Perdana Menteri (7 Juni 2019)
–setelah menerima kunjungan Presiden
Trump. Kesulitan mendapatkan dukungan
Parlemen Inggris untuk meratifikasi WA
yang telah disetujui dengan UE, serta
kegagalan upaya kompromi dengan
oposisi Partai Buruh melatarbelakangi
keputusan tersebut.
Inggris melakukan proses politik
pemilihan pemimpin Partai Konservatif
dan Perdana Menteri. Partai Konservatif
melaksanakan leadership contest pada
Juni-Juli 2019, dan diharapkan pada akhir
Juli 2019 telah terpilih pemimpin baru
yang akan melanjutkan proses negosiasi
Brexit. Dengan pengunduran diri PM
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
48
May, kemungkinan terjadinya no-deal/
hard Brexit meningkat seiring pandangan
kandidat pengganti PM May yang
cenderung Pro-Brexit dan menjanjikan
Brexit Day pada 31 Oktober 2019 dengan
atau tanpa kesepakatan.
Peluang terjadinya Brexit
semakin besar. Dua kandidat terkuat
yaitu Boris Johnson (backbencher Partai
Konservatif) dan Jeremy Hunt (foreign
secretary) berkomitmen mewujudkan
Brexit dan tidak menutup kemungkinan
terjadinya no-deal Brexit sebagai alternatif
terakhir. Berbeda dengan Boris Johnson
yang menetapkan 31 Oktober 2019 sebagai
hard-deadline Brexit, Jeremy Hunt tidak
menutup kemungkinan perpanjangan
deadline Brexit apabila diperlukan.
Seiring berlarutnya proses penyelesaian
Brexit yang menimbulkan ketidakpastian
global maka perkembangan negosiasi
Brexit antara pemimpin Inggris yang baru
dengan UE perlu tetap dicermati.
2.4. Jepang
Kinerja ekonomi Jepang tumbuh
meningkat dan di atas ekspektasi.
Pertumbuhan PDB TW1-19 sebesar 0,9%
yoy, membaik dari 0,3% pada TW4-18, serta
lebih tinggi dari ekspektasi (0,5%). Performa
tersebut terutama ditopang oleh peningkatan
aktivitas investasi dan perbaikan net ekspor,
sehingga dapat mengompensasi perlambatan
konsumsi dan pengeluaran pemerintah.
Perbaikan investasi terutama ditopang oleh
investasi pemerintah sejalan dengan kegiatan
rekonstruksi pasca bencana. Sementara
perbaikan net ekspor -yang dipengaruhi
penurunan impor lebih tajam dari pelemahan
ekspor- tetap perlu dicermati karena juga
mengindikasikan pelemahan permintaan
domestik yang dalam.
Konsumsi tumbuh melambat seiring
pertumbuhan upah riil yang lemah, kendati
sektor ketenagakerjaan mengetat. Tingkat
upah terkoreksi akibat profit perusahaan
yang tertahan, terdampak eskalasi konflik
perdagangan. Sementara pengeluaran
pemerintah melambat seiring berkurangnya
belanja untuk pendidikan dan social security.
Inflasi merambat naik meski masih
jauh dari target. Kenaikan inflasi dipengaruhi
oleh akselerasi harga makanan dan furnitur.
Sejalan dengan itu, kenaikan harga bahan
input di tingkat produsen memaksa beberapa
perusahaan produsen makanan dan minuman
untuk menaikkan harga jual.
Ekonomi Jepang pada 2019 dan 2020
diprediksi tumbuh sedikit membaik. BOJ
memperkirakan ekonomi FY 2019 tumbuh
sebesar 0,8% yoy, revisi ke bawah dari
proyeksi Januari 2019 (0,9%), dan lebih tinggi
dari pertumbuhan ekonomi FY 2018 (0,7%
yoy). BOJ optimis bahwa ekonomi pada FY
2020 dan FY 2021 akan membaik, masing-
masing tumbuh sebesar 0,9% dan 1,2%.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
49
atas perkiraan. Pertumbuhan ekonomi
Jepang TW1-19 meningkat menjadi 0,9%
yoy (2nd preliminary), di atas ekspektasi
pelaku pasar (0,5%), setelah tumbuh 0,3%
yoy pada TW4-18.34 Performa positif negara
matahari terbit tersebut terutama ditopang
oleh aktivitas investasi dan net ekspor,
yang dapat mengompensasi perlambatan
konsumsi dan pengeluaran pemerintah.
Kendati membaik, kinerja net ekspor lebih
dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih
tajam dibandingkan ekspor, mengindikasikan
pelemahan permintaan domestik.
Sumber: Bloomberg
-8,0
-4,0
0,0
4,0
8,0
12,0
16,0
20,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy
GDP, lhs Government Consumption, rhsExports, rhs Imports, rhs
GFCF, rhsHousehold Consumption, rhs
Grafik 2.46 Pertumbuhan PDB
Sumber: Bloomberg
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% Household Government ConsumptionGross Fixed Capital Form Exports
Grafik 2.47 Grafik Kontribusi Komponen PDB
34 Perkiraan Consensus Forecast, Juni 2019.
Kinerja tersebut didorong oleh investasi dan
konsumsi –seiring perbaikan di pasar tenaga
kerja, dan investasi pemerintah. Sementara
IMF memprediksi ekonomi 2019 tumbuh
1% yoy (revisi ke bawah dari proyeksi Januari
2019 sebesar 1,1%), namun membaik
dibandingkan 2018 (0,8%). Pada 2020, IMF
memprakirakan ekonomi Jepang tumbuh
melambat menjadi 0,5%.
Dalam upaya mencapai level
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,
terdapat sejumlah risiko yang perlu
diperhatikan. Upside risk yang mengemuka
antara lain, sentimen positif dari dunia usaha
dan masyarakat terhadap keberhasilan
upaya pemerintah dalam (i) memitigasi risiko
terkait dampak kenaikan pajak konsumsi,
(ii) melaksanakan reformasi di bidang
ketenagakerjaan, kependudukan, dan inovasi
industri, serta (iii) menjaga kesinambungan
fiskal. Sementara, downside risk yang
mengemuka antara lain, (i) ketidakpastian
arah kebijakan makroekonomi AS dan
dampaknya terhadap pasar keuangan global,
(ii) kebijakan proteksionisme perdagangan,
(iii) pelemahan kinerja ekonomi di negara
berkembang dan negara eksportir komoditas,
(iv) ketidakpastian negosiasi Brexit, (v) risiko
geopolitik, dan (vi) pelemahan permintaan
terhadap komoditas komponen elektronik
dan kelistrikan, akibat global adjustment pada
industri teknologi informasi berlangsung lebih
lama dari ekspektasi.
Kinerja ekonomi Jepang pada
triwulan awal 2019 diluar dugaan
mengalami perbaikan dan tumbuh di
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
50
Konsumsi pada TW1-19 sebesar 0,4% yoy,
tumbuh melambat dari 0,5% pada TW4-
18. Meski melambat, konsumsi masih
berkontribusi positif terhadap pertumbuhan
ekonomi (0,2%, sama dengan TW4-18).
Sejalan dengan itu, pengeluaran pemerintah
juga tumbuh melambat 0,9% yoy (dari
1,3% pada TW4-18), seiring penyaluran
dana untuk anggaran daerah, anggaran
pendidikan, dan social security yang lebih
rendah dibanding triwulan sebelumnya.
Kendati demikian, alokasi anggaran untuk
public works meningkat cukup tajam (1,8%
dari -6,7%) terutama untuk rekonstruksi
pasca bencana pada TW3-18.
Sumber: Bloomberg
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46Penj. Ritel Consumer Confidence, rhs Belanja RT
Grafik 2.48 Indikator Daya Beli Masyarakat
Sumber: Bloomberg
PMI!A1
44
46
48
50
52
54
56
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
Indeks % yoy IP, rhsIP-Shipment
IP-InventoryPMI Manufaktur, rhs
PMI Jasa
Grafik 2.49 Produksi Industri dan PMI
Aktivitas investasi dan net
ekspor berkontribusi positif terhadap
pertumbuhan PDB. Komponen Investasi
TW1-19 tumbuh 1,2% yoy, dari 0,9%
yoy pada TW4-18.35 Kenaikan terutama
ditopang oleh investasi pemerintah (kontraksi
menyempit ke -2,9% yoy, dari -5,7% yoy)
sejalan dengan rekonstruksi pasca bencana.
Investasi perumahan swasta membaik (0,6%
yoy dari -2,2% yoy), antara lain dipicu front
loading sebelum kenaikan pajak perumahan.36
Net ekspor berperan mendorong pertumbuhan
PDB seiring pelemahan impor yang lebih tajam
dibandingkan penurunan ekspor.37 Pelemahan
ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan
dari Tiongkok, sedangkan penurunan impor
dipicu oleh pelemahan permintaan domestik.
Pertumbuhan PDB yang didorong oleh net
ekspor tersebut mencerminkan bahwa
ekonomi Jepang belum tumbuh solid.
Konsumsi rumah tangga menurun
seiring penurunan upah riil yang disertai
perlambatan pengeluaran pemerintah.
35 Investasi TW1-19 berkontribusi sebesar 0,3% (naik dari 0,2% pada TW4-18).
36 Harga properti residensial diperkirakan akan meningkat signifikan pasca kenaikan pajak konsumsi Oktober 2019, sebagaimana terjadi pada 1997 dan 2014. Konsumen akan melakukan front loading. Saat ini, terdapat tambahan pajak konsumsi (8%) atas pembelian properti residensial baru (newly built) dan re-sale residential property dari corporate owner, yang akan ditingkatkan menjadi 10% pada Okt-19. Sementara re-sale residential property yang dimiliki individu tidak dikenakan pajak (Japan External Trade Organization dan www.realestate.co.jp).
37 Net ekspor TW1-19 berkontribusi -0,2% (membaik dari -0,5% pada TW4-18). Kinerja ekspor TW1-19 terkontraksi ke level terendah dalam 23 triwulan menjadi -2,7% yoy dari 1% yoy pada TW4-18. Impor turun lebih tajam (-1,9% yoy dari 4,1%).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
51
dalam jangka panjang, belanja rumah
tangga berpotensi terimbas perlambatan
pertumbuhan upah.
Kinerja investasi sektor manufaktur
terkontraksi akibat pelemahan permintaan
domestik dan global. Rerata pertumbuhan
produksi industri TW1-19 terkontraksi -1,6%
yoy (dari tumbuh 1,4% pada TW4-18) terutama
produksi manufaktur. Pengiriman barang yang
tercermin dari IP shipment terkontraksi -1,5%
(dari 1,2%) dipicu permintaan internasional
yang lemah, terutama dari Tiongkok. Kinerja
industri teknologi informasi juga mengalami
kelesuan.
Sumber: Bloomberg
-100,0
-50,0
0,0
50,0
100,0
150,0
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy
Cap. Utilization
Total Machine OrderManuf. Machine Orders,
Non-Manuf Machine Orders, rhs
Grafik 2.50 Machine Orders
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
20,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2015 2016 2017 2018 2019
%
Bussiness Condition: All Industries
Sumber: Bloomberg
Business Condition: ManufacturingBusiness Condition: Non-Manufacturing
Grafik 2.51 Survei Tankan BOJ
Penurunan konsumsi terindikasi
dari pelemahan penjualan ritel dan
penurunan kepercayaan konsumen.
Penjualan ritel TW1-19 tumbuh 0,7% yoy,
melambat dari 2,1% (TW4-18). Penurunan
penjualan terjadi hampir di seluruh komoditas,
kecuali machinery and equipment –terutama
mesin non-manufaktur yang justru meningkat
akibat mulainya aktivitas rekonstruksi pasca
bencana. Selain itu, penjualan kendaraan
terkontraksi (-0,2%, dari 6,5%) baik pada
kendaraan penumpang maupun kendaraan
komersial, terdampak pelemahan daya
beli konsumen dan kinerja sektor industri.
Pelemahan daya beli konsumen tersebut
dipicu oleh kontraksi upah riil (-1,40%) dari
0,43% pada TW4-18. Aktivitas konsumsi ke
depan masih menghadapi tantangan sejalan
dengan kepercayaan konsumen menjadi yang
menurun ke 41,3 pada TW1-19 (dari 42,8
pada TW4-18).
Di tengah perlambatan konsumsi,
rerata belanja rumah tangga TW1-19
masih membaik (1,9% dari -0,2% pada
TW4-18). Peningkatan terutama pada semi-
durable goods (seperti pakaian dan furnitur),
serta belanja jasa –terutama transportasi,
komunikasi dan pariwisata– sejalan dengan
puncak musim wisata ski (Desember 2018–
Maret 2019), dan musim plum blossom
atau Sakura (Maret-April 2019). 38 Namun
38 Rerata pertumbuhan pengeluaran untuk sektor transportasi dan komunikasi pada TW1-19 meningkat menjadi 5,4% yoy dari 2,4% pada TW4-18. Sementara, rerata pertumbuhan pengeluaran untuk sektor pariwisata mengalami rebound, tumbuh menjadi 2% pada TW1-19 dari -0,4% pada TW4-18.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
52
wisatawan asing TW1-19 meningkat 5,7%
yoy, dari 3,1% pada TW4-18.
Sentimen bisnis pada sektor jasa
juga tetap positif. Hal tersebut tercermin
dari kenaikan PMI Jasa TW1-19 yang naik
menjadi 52% (dari 51,9%) dan Business
Conditions non-manufaktur Tankan yang
stabil pada 15% (sama dengan TW4-18).
Investasi di sektor jasa, terutama konstruksi
juga meningkat terutama pembangunan
residensial menjadi 7,8% yoy, dari 1,2%
pada TW4-18. Masyarakat melakukan front
loading sebelum kenaikan pajak konsumsi
pada Oktober 2019. Investasi publik oleh
pemerintah juga naik seiring rekonstruksi
pasca bencana yang terjadi pada TW3-18.
Kinerja perdagangan melemah
seiring dengan aktivitas ekspor dan
impor yang terkontraksi. Ekspor TW1-19
terkontraksi -4% yoy (dari 1,5% pada TW4-
18) akibat penurunan permintaan eksternal.
Pelemahan ekspor terutama ke Tiongkok yang
terkontraksi -5,8% yoy (TW1-19) dari 0,8%
(TW4-18), diikuti oleh penurunan ekspor
ke AS, Uni Eropa, dan negara-negara Asia.
Penurunan ekspor terutama pada barang
manufaktur, bahan mentah, dan barang-
barang terkait teknologi dan informatika –
seperti semikonduktor, integrated circuit, dan
peralatan audiovisual. Pertumbuhan impor
TW1-19 terkoreksi lebih dalam ke -0,2% yoy,
dari 11,5% TW4-18 –terutama mineral fuels,
electrical machinery, dan barang-barang
manufaktur –seiring pelemahan kinerja
sektor manufaktur. Penurunan kebutuhan
bahan bakar mineral untuk pemanas ruangan
Sumber: Bloomberg
40
42,5
45
47,5
50
52,5
55
57,5
60
-25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
Indeks % yoy PMI Jasa Sektor JasaAkomodasi dan Restoran Pembangunan Residensial
Grafik 2.52 Perkembangan
Sektor Jasa dan Konstruksi
Sejalan dengan kinerja sektor
manufaktur yang melemah, investasi mesin
TW1-19 melambat menjadi -8,1% yoy, dari
-0,5%. IP inventory meningkat ke 0,9% (dari
0,4%) mengindikasikan penumpukan stok
barang, akibat pelemahan daya beli domestik
karena kontraksi pertumbuhan upah.
Pelemahan industri manufaktur tercermin
dari penurunan utilisasi kapasitas TW1-19
menjadi -0,7% (dari 0,9% pada TW4-18),
dan hasil survei kondisi bisnis Tankan sektor
manufaktur BOJ yang menurun ke (7% dari
16%). Sejalan dengan itu, PMI Manufaktur
(turun menjadi 49,5 dari 52,6).
Sektor non-manufaktur (jasa)
tumbuh melambat meski masih
tergolong cukup tinggi. Kinerja sektor
jasa tumbuh 1,1% yoy (TW1-19), sedikit
melambat dibanding TW4-18 (1,7%), namun
jauh di atas rata-rata pertumbuhan selama
5 tahun terakhir (0,6%). Penyediaan jasa
akomodasi dan restoran yang menopang
sektor pariwisata, tumbuh 0,6% pada TW1-
19, naik dari -0,3% pada TW4-18. Jumlah
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
53
Selain itu, surplus Capital dan Financial
Account naik menjadi JPY9,04 triliun, dari
JPY2,7 triliun akibat peningkatan inflow
investasi portofolio dan direct investment.
Sumber: Bloomberg
-30
-20
-10
0
10
20
30
-2.000
-1.500
-1.000
-500
0
500
1.000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoyMiliar JPY Trade Balance Ekspor, rhs Impor, rhs
Grafik 2.53 Neraca Perdagangan
Sumber: Bloomberg
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
JPY Triliun Goods & Services Primary IncomeSecondary Income Current Account
Grafik 2.54 Neraca Transaksi Berjalan
Pasar ketenagakerjaan Jepang tetap
ketat. Rasio jobs-to-applicant Maret 2019
tetap tinggi (1,63), level yang sama dengan
Desember 2018.41 Pengetatan sektor tenaga
kerja meningkatkan optimisme pegawai untuk
41 Rasio jobs-to-applicants tersebut mengindikasikan bahwa terdapat 163 lowongan kerja bagi setiap 100 orang pelamar. Rasio jobs-to-applicants Maret 2019 sama dengan posisi pada Desember 2018, bertahan pada level 1,63 (tergolong tinggi secara historis).
akibat cuaca yang lebih hangat dan mulai
dioperasikannya kembali sembilan reaktor
nuklir di luar Fukushima menurunkan impor
mineral fuels.39,40 Pelemahan kinerja industri
manufaktur yang terimbas tensi perdagangan
juga menyebabkan impor barang-barang
manufaktur turun.
Defisit neraca perdagangan
menyempit seiring aktivitas impor yang
terkontraksi lebih dalam dibandingkan
ekspor, sehingga mendorong perbaikan
surplus neraca pembayaran. Defisit neraca
perdagangan pada TW1-19 turun menjadi
–JPY563,5 miliar, dari –JPY1,25 triliun (TW4-
18). Bahkan pada Februari dan Maret 2019,
neraca perdagangan telah mengalami surplus,
masing-masing JPY331,6 miliar dan JPY522,7
miliar. Perbaikan neraca perdagangan
mendorong kenaikan surplus current account
(CA). Surplus CA TW1-19 naik menjadi
JPY6,13 triliun (dari JPY2,6 triliun pada TW4-
18), didorong oleh penyempitan defisit neraca
perdagangan barang dan jasa, serta kenaikan
pendapatan primer –khususnya pendapatan
investasi perusahaan Jepang di luar negeri.
39 Pasca bencana Fukushima 2011, Jepang menghentikan operasi reaktor nuklir di seluruh Jepang untuk memeriksa aspek keamanan (Jepang memiliki 54 reaktor nuklir yang tersebar di berbagai wilayah). Sejak 2018, lima reaktor nuklir di Jepang (di luar Fukushima) mulai dioperasikan secara bertahap dan akan menjadi sembilan reaktor pada 2019. (World Nuclear Association, US Energy Information Administration).
40 Impor mineral fuels mendominasi pangsa impor Jepang (21%), sejalan dengan mulai dioperasikannya kembali sembilan reaktor nuklir, kebutuhan mineral fuels Jepang menurun tajam sebab pasokan listrik yang sebelumnya diperoleh dari pembangkit bertenaga bahan bakar fosil dapat disubstitusi oleh pasokan dari pembangkit tenaga nuklir dan batubara yang biayanya lebih murah.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
54
Sumber: Bloomberg
-3,75
-3,00
-2,25
-1,50
-0,75
0,00
0,75
1,50
2,25
3,00
3,75
0,0
100,0
200,0
300,0
400,0
500,0
600,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoyRibu JPY Base PayOvertime Pay
BonusNominal Wage, rhs
Real Wage, rhs
Grafik 2.56 Perkembangan Upah
Keketatan pasar ketenagakerjaan
belum diikuti dengan peningkatan upah.
Rerata pertumbuhan upah nominal TW1-
19 terkontraksi -0,6% yoy (dari 1,4% pada
TW4-18), sementara upah riil terkontraksi
-1,4% yoy (dari 0,4%). Target pemerintah
untuk meningkatkan upah hingga 3% masih
sulit dicapai. Pengusaha enggan menaikkan
upah karena menggerus profit dan
meningkatkan ongkos produksi. Pemerintah
Jepang menghimbau kalangan pengusaha
menaikkan upah untuk mendorong konsumsi
untuk mengantisipasi rencana kenaikan
pajak konsumsi pada Oktober 2019.
Upaya pemerintah untuk
mengurangi keketatan sektor tenaga
kerja kurang mendapat respons positif
dari pengusaha. Jepang telah membuka
akses bagi tenaga kerja asing semi-terampil
dengan merevisi aturan visa kerja yang mulai
diimplementasikan pada April 2019. Namun
demikian, hasil survei Nikkei Research untuk
Reuters menunjukkan 41% responden
perusahaan tidak ingin mempekerjakan
pekerja asing, 34% tidak ingin melakukan
mencari pekerjaan yang lebih baik, sehingga
tingkat pengunduran diri sukarela meningkat.
Pegawai yang berhenti bekerja pada Maret
2019 naik menjadi 1,74 juta orang, dari 1,59
juta orang pada Desember 2018. Angka
tersebut didominasi oleh pegawai yang sukarela
mengundurkan diri (naik ke 790.000 orang
pada Maret 2019 dari 730.000 orang pada
Desember 2018). Namun perusahaan menahan
perekrutan pegawai baru seiring perekonomian
yang belum solid. Tingkat pengangguran Maret
2019 naik tipis ke 2,5% dari 2,4% (Desember
2018). Pelonggaran aturan pembatasan
jumlah pekerjaan yang dapat dimiliki pegawai,
mendorong meningkatnya jumlah pekerjaan
paruh waktu.42 Jumlah pekerja paruh waktu
naik menjadi 25,7% dari total pada Maret
2019, dibandingkan 25,4% pada Desember
2018.
Sumber: Bloomberg
57,5
58
58,5
59
59,5
60
60,5
61
61,5
62
62,5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4Unemployment Rate, rhsJobs-to-Applicants Ratio, rhs
LFPR
Grafik 2.55 Tingkat Pengangguran
dan Jobs-to-Applicants Ratio
42 Sejak Januari 2018, pemerintah memperkenankan pegawai perusahaan untuk mengisi waktu luang dengan bekerja di perusahaan lain, namun harus atas persetujuan perusahaan utama. Sebelumnya, pemerintah hanya memperkenankan pegawai untuk memiliki satu pekerjaan.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
55
pelemahan harga minyak dunia dan batubara.
Namun demikian, IHP yang tergolong tinggi
sejak 2017 akibat peningkatan harga bahan
input dan biaya distribusi makin membebani
produsen.45 Sebagai implikasi kenaikan
tekanan IHP, beberapa produsen utama
produk makanan dan minuman menaikkan
harga penjualan kepada konsumen.
Realisasi inflasi yang
masih undershoot mendasari BOJ
mempertahankan stance kebijakan
moneter akomodatif. BOJ melanjutkan
kebijakan Qualitative and Quantitative Easing
yang dikombinasikan dengan yield curve
control (QQE with YCC) pada Monetary
Policy Meeting (MPM) 24-25 April 2019
dan 19-20 Juni 2019. Suku bunga jangka
pendek dipertahankan sebesar -0,1%. BOJ
melanjutkan pembelian JGB dalam jumlah
yang fleksibel sehingga yield JGB tenor 10-
year berada di kisaran 0%.46 Target kenaikan
outstanding JGB tetap dipertahankan sebesar
JPY80 triliun per tahun. BOJ juga melanjutkan
pembelian ETF dan J-REITS sehingga
outstanding ETF dan J-REITS pada neraca
BOJ meningkat masing-masing sebesar JPY6
triliun dan JPY90 miliar per tahun. Sementara
itu, jumlah outstanding commercial paper
dan corporate bonds tetap dipertahankan
pada level JPY2,2 triliun dan JPY3,2 triliun.
45 IHP tinggi karena keterbatasan jumlah pengemudi.46 Yield JGB tenor 10 tahun merepresentasikan suku
bunga jangka panjang.
rekrutmen sama sekali, dan hanya 26% yang
menyatakan ingin memanfaatkan program
pemerintah tersebut.43 Kendala penguasaan
bahasa, perbedaan latar belakang budaya,
tingginya biaya pelatihan, ketidaksesuaian
keterampilan, dan aturan yang menyatakan
bahwa pekerja hanya dapat tinggal sementara
di Jepang (lama tinggal 3 hingga 5 tahun)
menjadi faktor penghambat.
Tingkat inflasi TW1-19 meningkat,
meski masih jauh dari target 2%. Inflasi
headline (IHK) Maret 2019 naik tipis menjadi
0,5% yoy, dari 0,3% yoy pada Desember
2018, terutama inflasi harga makanan dan
produk furnitur. Core inflation (inflasi yang
mengeluarkan fresh food) Maret 2019 naik
ke 0,8% (dari 0,7% pada Desember 2018)
dan core core inflation (mengeluarkan fresh
food dan energi) naik menjadi 0,3% (dari
0,1% pada Desember 2018). Inflasi yang
masih terlalu rendah mengindikasikan minat
konsumsi yang masih lemah.
Indeks harga produsen (IHP) turun
tipis, namun kenaikan biaya distribusi
dan bahan input mendorong produsen
menaikkan harga di tingkat konsumen.
IHP pada Maret 2019 turun tipis menjadi
1,3% yoy, dari 1,5% pada Desember 2018.44
Penurunan IHP terutama dipengaruhi oleh
43 26% perusahaan yang ingin memanfaatkan program pemerintah tersebut, berdasarkan survei menyatakan bahwa mereka tidak berencana untuk memberikan dukungan perumahan, kursus bahasa Jepang, maupun informasi mengenai tempat dan tatacara tinggal di Jepang.
44 IHP mencerminkan harga barang yang ditransaksikan antarkorporasi.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
56
FY2021 masih dibawah target 2% yang juga
menegaskan bahwa target inflasi belum dapat
tercapai hingga FY2021 (Outlook Report
Januari 2019). 47,48 BOJ tetap berkomitmen
mencapai target inflasi dengan mereiterasi
forward guidance, dengan sedikit revisi
bahwa tingkat suku bunga jangka pendek
dan jangka panjang yang rendah akan
dipertahankan dalam jangka waktu yang
relatif panjang, setidaknya sampai musim
semi 2020 dan akan melakukan operational
tweaks. 49 Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda,
menyatakan bahwa revisi artikulasi forward
guidance ditujukan sebagai klarifikasi bahwa
BoJ tidak akan melakukan normalisasi
kebijakan moneter pasca kenaikan pajak
konsumsi Oktober 2019 atau musim semi
2020, tetapi cenderung data dependent.
BOJ akan mengimplementasikan
beberapa operational tweaks untuk
mendukung kelanjutan ekspansi moneter
yang lebih powerful. Operational tweaks
yang ditempuh terdiri dari: (i) perluasan eligible
collateral; (ii) perpanjangan penggunaan
program Fund-Provisioning Measure sampai
dengan 30 Juni 2021; (iii) relaksasi syarat dan
ketentuan untuk fasilitas pinjaman sekuritas
47 Sumber Outlook Report April 2019.48 Proyeksi pada Outlook Report Januari 2019 tersebut
merevisi proyeksi MPM 30-31 Oktober 2018 yang memperkirakan target inflasi dapat dicapai pada FY2020.
49 “The Bank intends to maintain the current extremely low levels of short- and long-term interest rates for an extended period of time, at least through around spring 2020, taking into account uncertainties regarding economic activity and prices including developments in overseas economies and the effects of the scheduled consumption tax hike” (Monetary Policy Release BOJ, 25 April 2019 dan 20 Juni 2019).
Sumber: Bloomberg
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy % yoy
CPI excl. Food & Energy, rhsCPI excl. Fresh Food, rhs CPI, rhs
Food, rhsTransport & Communication, rhsFurniture
Grafik 2.57 Inflasi
Sumber: Bloomberg
-12,0
-10,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy PPI Input Price PPI Output Price PPI
Grafik 2.58 Indeks Harga Produsen
Sumber: Bloomberg
80,3 78,6
57,9
37,6 41,1
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
JPY triliun JPY triliun
Net Pembelian JGBTotal Pembelian Tahunan JGB, rhs
Grafik 2.59 Pembelian JGB oleh BOJ
BOJ tetap berkomitmen mencapai
target inflasi. BOJ memperkirakan inflasi
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
57
Sumber: Bloomberg
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
0
100
200
300
400
500
600
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy JPY triliun
JGB T-Bills CPCorporate Bonds Pecuniary Stocks ETFsREITs BoJ Balance Sheet Pertumbuhan B/S, rhs
Grafik 2.60 Balance Sheet BOJ
Sumber: Bloomberg
-0,25
-0,2
-0,15
-0,1
-0,05
0
-0,1
-0,05
0
0,05
0,1
0,15
0,2% 10Y 1Y
Grafik 2.61 Yield JGB 1-year dan 10-year
Anggaran Pemerintah Fiscal Year
(FY) 2019 naik.52 Pada Desember 2018,
Cabinet Office telah menyetujui kenaikan
anggaran fiskal pemerintah FY 2019 menjadi
JPY101,5 triliun dari JPY97,7 triliun pada FY
2018. Social security ditingkatkan terutama
untuk penyediaan pendidikan usia dini secara
gratis, peningkatan sistem jaringan sosial
dan ketahanan ekonomi menjelang kenaikan
pajak konsumsi, serta alokasi dana ketahanan
bencana. Pemerintah berupaya menyesuaikan
postur alokasi belanja dan pendapatan
seiring upaya konsolidasi fiskal dalam jangka
52 Tahun fiskal Jepang berlangsung dari April tahun berjalan hingga Maret tahun berikutnya.
(SLF); dan (iv) introduksi fasilitas peminjaman
ETF. Dukungan terhadap kelanjutan ekspansi
moneter yang lebih powerful diharapkan
dapat menjaga output gap pada teritori yang
positif. BOJ juga akan berupaya mencapai
target stabilitas harga secepatnya, sembari
menjaga stabilitas kondisi ekonomi dan
keuangan.
Seiring perkembangan kebijakan
moneter yang ditempuh oleh BOJ, rerata
laju ekspansi uang beredar (monetary
base) selama TW1-19 termoderasi ke
4,5% yoy, dari 5,9% pada TW4-18. Laju
pembelian JGB oleh BOJ juga melambat
menjadi 5,5% yoy (JPY3,5 triliun), dari 6,3%
(JPY8,8 triliun). Total pembelian JGB oleh BOJ
hingga akhir TW1-19 sebesar JPY41,1 triliun,
naik dari realisasi akhir TW4-18 (JPY37,6
triliun) –masih di bawah target tahunan
kenaikan outstanding JGB BOJ (JPY80
triliun).50 Sebagaimana sasaran kebijakan BOJ
untuk menjaga 10-year JGB yield di kisaran
0% dan disertai dengan sentimen negatif
pelemahan ekonomi dunia, untuk pertama
kalinya sejak September 2017 yield 10-year
JGB secara point-to-point (ptp) turun ke
teritori negatif (-0,045% pada akhir April
2019), melanjutkan tren penurunan sejak
November 2018.51
50 Meski pembelian JGB BOJ naik, namun share JGB dalam neraca BOJ sedikit menurun menjadi 82,5% pada akhir Mar-19, dari 82,6% pada akhir Des-18. Posisi total kepemilikan obligasi pemerintah oleh BOJ masih yang tertinggi dibandingkan bank sentral lainnya.
51 Secara rerata yield 10-year JGB selama Januari-April 2019 juga turun menjadi -0,021% dari 0,104% pada TW4-18.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
58
pajak sebesar JPY43 triliun per tahun.54
Sumber: JMOF
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
JPY Triliun Revenue ExpenditureRevenue (% yoy), rhs Expenditure (% yoy), rhs
Grafik 2.62 Penerimaan dan
Belanja Pemerintah
Sumber: CEIC
192,0
194,0
196,0
198,0
200,0
202,0
204,0
206,0
9.200
9.400
9.600
9.800
10.000
10.200
10.400
10.600
10.800
11.000
11.200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% PDBTriliun JPY
Utang PemerintahUtang Pemerintah (% PDB), rhs
Grafik 2.63 Utang Pemerintah
Kinerja ekonomi Jepang pada
2019 dan 2020 di prediksi tumbuh sedikit
membaik. BOJ memperkirakan ekonomi FY
2019 tumbuh sebesar 0,8% yoy, revisi ke
bawah dari proyeksi Januari 2019 (0,9%),
namun lebih baik dari FY 2018 (0,7%).
BOJ optimis bahwa ekonomi pada FY 2020
dan FY 2021 membaik, masing-masing
54 “Sayonara Tax” sebesar JPY1.000 diterapkan kepada penumpang pesawat udara dan kapal laut yang meninggalkan Jepang, efektif berlaku sejak 7 Januari 2019.
menengah-panjang guna memulihkan
kesehatan fiskal. Peningkatan pendapatan
bersumber dari kenaikan pendapatan
pajak (menjadi 62,9% pada FY 2019, dari
60,5% pada FY 2018), dan secara simultan
menurunkan ketergantungan pemerintah
pada penerbitan surat utang (menjadi 32,1%
pada FY 2019 dari 34,5% pada FY 2018).
Jepang mengoptimalkan tambah-
an pendapatan yang bersumber dari
pajak. Akselerasi penerimaan pajak FY
2019 terutama berasal dari kenaikan pajak
konsumsi yang akan diterapkan pada Oktober
2019 dari 8% menjadi 10%. Pemerintah
Jepang juga mengasumsikan kenaikan pajak
pendapatan dari kenaikan upah pekerja,
seiring dengan kondisi pasar tenaga kerja yang
ketat.53 Selain itu, kenaikan pendapatan juga
diperkirakan berasal dari pajak pendapatan
perusahaan, dengan asumsi dampak
trade tension dan geopolitik akan mereda,
dan permintaan domestik tetap terjaga.
Optimisme terhadap permintaan domestik
mengemukan sejalan akan berlangsungnya
upacara pergantian Kaisar, kegiatan G20,
serta persiapan Olimpiade 2020. Asumsi
kenaikan pendapatan pajak juga diperkirakan
berasal dari penerapan Sayonara Tax yang
diperkirakan meningkatkan penerimaan
53 Meski demikian, hingga akhir TW1-19 pengusaha masih enggan menaikkan upah karena akan berimbas kepada profit dan ongkos produksi di tengah melambatnya permintaan internasional. Oleh karena itu, Pemerintah Jepang kembali mengimbau kalangan pengusaha untuk menaikkan upah untuk mendorong konsumsi dan mengantisipasi rencana kenaikan pajak konsumsi pada Oktober 2019.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
59
dapat menekan pertumbuhan ekonomi Jepang
(downside risk) antara lain, (i) ketidakpastian
arah kebijakan makroekonomi AS dan
dampaknya terhadap pasar keuangan global,
(ii) kebijakan proteksionisme perdagangan,
(iii) pelemahan kinerja ekonomi di negara
berkembang dan negara eksportir komoditas,
(iv) ketidakpastian negosiasi Brexit, (v) risiko
geopolitik, dan (vi) pelemahan permintaan
terhadap komoditas komponen elektronik
dan kelistrikan, akibat global adjustment pada
industri terkait teknologi informasi berlangsung
lebih lama dari ekspektasi.
Tabel 2.6 Realisasi dan Proyeksi
Pertumbuhan PDB dan Inflasi Triwulanan
CF (Juni-19)2019
I II III IV
GDP Growth (% yoy) 0,5 0,4 1,5 0,3
Inflation (% yoy) 0,4 0,6 0,5 1,1
Sumber: Consensus Forecast Juni 2019
tumbuh 0,9% dan 1,2%. Kinerja tersebut
didorong oleh investasi dan konsumsi –
seiring perbaikan di pasar tenaga kerja–,
dan investasi pemerintah. Sementara IMF
memprediksi ekonomi 2019 tumbuh 1% yoy
(revisi ke bawah dari proyeksi Januari 2019
sebesar 1,1%), meningkat dibandingkan
pertumbuhan 2018 (0,8%). Pada 2020, IMF
memprakirakan ekonomi Jepang tumbuh
melambat menjadi 0,5%.
Risiko terhadap kondisi ekonomi
ke depan masih mixed. Risiko yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi (upside
risk) antara lain, sentimen positif dari dunia
usaha dan masyarakat terhadap keberhasilan
upaya pemerintah dalam (i) memitigasi risiko
terkait dampak kenaikan pajak konsumsi,
(ii) melaksanakan reformasi di bidang
ketenagakerjaan, kependudukan, dan inovasi
industri, serta (iii) menjaga kesinambungan
fiskal. Sementara, risiko yang diperkirakan
InstitusiPDB (% yoy) Inflasi (% yoy)
2018 2019 2020 2018 2019 2020
BOJ (April 2019) - FY0,7
(FY18)0,8
(FY19)↑ 0,9
(FY20)↑ 0,5
(FY18)1,1
(FY19)↑ 1,4
(FY20)↑
BI Tokyo(April 2019)
0,8
0,7 ↓ 0,4 ↓
0,3
0,8 ↑ 1,3 ↑
CF (Juni 2019) 0,6 ↓ 0,5 ↓ 0,6 ↑ 1,0 ↑
IMF WEO (April 2019) 1,0 ↑ 0,5 ↓ 1,1 ↑ 1,5 ↑
Tabel 2.5 Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan PDB & Inflasi
Sumber: BOJ Outlook for Economic Activity and Prices April 2019, KEKG KPw BI Tokyo Mei 2019, IMF WEO April 2019, Consensus Forecast Juni 2019.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
60
Boks
Ancaman Kenaikan Tarif Impor pada Produk Otomotif Jepang
Presiden Trump pada
pertengahan Mei 2018 meng-
umumkan rencana pemberlakuan
tarif impor otomotif sebesar 25%
dan memerintahkan Departemen
Perdagangan AS melakukan
investigasi. Penyelidikan dilakukan
terhadap kemungkinan penerapan tarif
atau bentuk restriksi lain terhadap impor
kendaraan untuk melindungi industri
dalam negeri. Merespons permintaan
Trump, Departemen Perdagangan
AS menyampaikan laporan “Section
232 National Security Report” pada
17 Desember 2018. Laporan tersebut
memuat dampak impor otomotif
dan komponennya terhadap national
security. Tarif impor sebesar 20%-25%
berpotensi diterapkan atas produk
otomotif, termasuk impor yang berasal
dari Jepang, jika Trump menyetujui
proposal tersebut.
Jepang mulai membuka diri
untuk berunding dengan AS, setelah
sebelumnya lebih ingin mengajak
AS kembali bergabung dalam
Comprehensive and Progressive
Agreement for Trans-Pacific
Partnership (CPTPP)- yang tetap
ditolak AS.55 Di tengah upaya negosiasi,
pada September 2018, AS justru
mengenakan tarif impor sebesar 25%
terhadap produk baja dan 10% terhadap
produk aluminium dari Jepang. Langkah
AS tersebut menjadi pertimbangan
Jepang untuk melakukan trade talks
dengan otoritas AS.
Trade talks juga memiliki
arti penting bagi AS untuk
menggairahkan kembali sektor
pertaniannya yang terdampak
ketegangan perdagangan dengan
Tiongkok. Ekspor produk pertanian
AS juga tertahan oleh penerapan tarif
impor pemerintah Jepang yang lebih
tinggi dibandingkan kesepakatan CPTPP
dan EU-Japan EPA. Jepang menerapkan
tarif impor 38,5% atas produk pertanian
dari AS. Sementara pada kerja sama
CPTPP, tarif impor produk agrikultur
telah diturunkan menjadi 27,5%
(dari sebelumnya 38,5%), dan secara
55 CPTPP adalah kesepakatan perdagangan bebas antara Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam yang ditandatangani pada 8 Maret 2018 di Santiago, Chile dan efektif berlaku sejak 30 Desember 2018.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
61
bertahap diturunkan kembali menjadi
9% dalam 16 tahun sejak CPTPP berlaku
efektif. Bahkan, kerja sama EU-Japan
EPA membebaskan tarif impor beberapa
produk pertanian. Trade talks telah
berlangsung pada April dan Mei 2019,
dan akan kembali berunding pada Juli
2019.
Tingkat inflasi pada triwulan laporan
meningkat menjadi 2,3% pada Maret 2019
(dari 1,9% pada Desember 2018) akibat
kendala suplai makanan, meskipun masih di
bawah target pemerintah (3%). Suplai sayuran
terhambat oleh cuaca dingin, sementara suplai
daging babi terkendala wabah swine flu fever.
Harga pada level produsen juga cenderung
menurun, terimbas pelemahan demand
domestik, yang pada gilirannya menekan profit
dan mengganggu kemampuan pembayaran
utang korporasi.
People’s Bank of China (PBC)
menempuh kebijakan moneter akomodatif
untuk mencegah pelemahan ekonomi lebih
dalam. Bank Sentral menurunkan giro wajib
minimum bagi perbankan yang mendukung
pembiayaan investasi swasta. Peningkatan
likuiditas jangka panjang juga ditempuh
melalui fasilitas Targeted Medium-term
Lending Facility (TMLF) bagi perbankan. Di
tengah kebijakan akomodatif tersebut, PBC
masih mempertahankan suku bunga kebijakan
(7-Days Reverse Repo Rate/7DRRR) pada level
2,55%. Pada saat yang sama, pemerintah
juga menempuh kebijakan ekspansif dengan
meningkatkan belanja infrastruktur dan
menurunkan tingkat pajak.
2.5. Tiongkok
Tren pelemahan ekonomi Tiongkok
yang berlangsung sejak TW2-18 mulai
tertahan, seiring berbagai langkah kebijakan
akomodatif yang diluncurkan pemerintah.
PDB TW1-19 tumbuh pada level yang sama
dengan TW4-18 yaitu sebesar 6,4% yoy,
setelah selama tiga triwulan terakhir konsisten
tumbuh melambat. Realisasi pertumbuhan
PDB TW1-19 tersebut lebih baik dari perkiraan
(6,3%) dan masih dalam rentang target
pemerintah (6%-6,5%). Penurunan konsumsi
dan investasi swasta yang dapat diimbangi oleh
perbaikan net ekspor melatarbelakangi kinerja
tersebut. Secara sektoral, akselerasi pada
sektor sekunder juga dapat mengompensasi
perlambatan pada sektor primer dan tersier.
Konsumsi masyarakat terus melemah
akibat ketidakpastian penyelesaian konflik
perdagangan, pelemahan permintaan global,
dan kenaikan tingkat pengangguran di
perkotaan. Kondisi tersebut menyebabkan
aktivitas investasi swasta melambat dan
menurunkan margin keuntungan. Kinerja
perdagangan juga masih menghadapi
tantangan dari trade tensions dengan AS
sehingga ekspor dan impor tumbuh melambat.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
62
pemburukan kinerja investasi swasta. Namun
sebaliknya, kontribusi net ekspor meningkat
(1,4%, dari -0,6%), meski belum dapat
mencerminkan kinerja yang solid karena lebih
dipengaruhi oleh penurunan ekspor yang lebih
dalam dibandingkan ekspor. Impor bahkan
terkontraksi akibat pelemahan permintaan
domestik dan konflik perdagangan dengan AS.
Sumber: Bloomberg
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12015 2016 2017 2018 2019
% Konsumsi Investasi Net Ekspor PDB (% yoy)
Grafik 2.64 Kontribusi PDB Menurut Pengeluaran
Sumber: Bloomberg
2
3
4
5
6
7
8
9
Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q12013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy PDB Primer Sekunder Tersier
Grafik 2.65 Pertumbuhan PDB
Menurut Sektoral
Pergerakan ekonomi Tiongkok
pada TW1-19 dipengaruhi oleh akselerasi
pada sektor sekunder, yang dapat
mengimbangi perlambatan pada sektor
primer dan tersier. Aktivitas sektor sekunder
TW1-19 terakselerasi sebesar 6,1% yoy (dari
Aktivitas ekonomi Tiongkok masih
diliputi ketidakpastian terutama dari tensi
perdagangan dengan AS. IMF memprakirakan
ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,3%
yoy (2019) dan 6,1% (2020), melambat dari
6,6% pada 2018. Dalam mencapai level
pertumbuhan tersebut, terdapat beberapa
faktor downside risks. Risiko dari sisi internal
antara lain kebijakan tax cut yang belum
terlalu berdampak pada ekonomi, disinflasi
harga produsen menekan kinerja korporasi
swasta, tingkat utang korporasi yang masih
relatif tinggi, dan tertahannya proses reformasi
struktural seiring pergeseran prioritas kebijakan
pemerintah. Sementara risiko dari eksternal
antara lain eskalasi konflik perdagangan
dengan AS, pelemahan permintaan global,
ketidakpastian kebijakan ekonomi AS, dan
risiko geopolitik.
Pada triwulan pertama 2019,
ekonomi Tiongkok tumbuh stabil di
level yang rendah (6,4% yoy), akibat
perlambatan konsumsi dan investasi.
Pertumbuhan PDB tersebut merupakan yang
terendah sejak TW1-09, meski masih di atas
perkiraan (6,3%).56,57 Kinerja konsumsi –
kontribusi terbesar PDB– terus menurun sejak
TW2-18. Kontribusi konsumsi (pemerintah dan
rumah tangga) TW1-19 turun menjadi 4,2%
(dari 4,9% pada TW4-18). Kontribusi investasi
(GCF) juga turun menjadi hanya 0,8% pada
TW1-19 (dari 2,1% pada TW4-18) seiring
56 Pertumbuhan PDB pada TW1-09 sebesar 6,4% yoy.57 Consensus Forecast Februari 2019.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
63
pemerintah untuk mengurangi polusi
dan terjadi perubahan gaya hidup
dalam menggunakan kendaraan. Rerata
penjualan kendaraan TW1-19 terkontraksi
-11,5% yoy, meski membaik dari -12,9%
pada TW4-18 dengan tren yang positif.
Pembelian kendaraan menurun seiring
pembatasan produksi kendaraan yang tidak
ramah lingkungan. Selain itu, masyarakat –
terutama di wilayah pedesaan– menunggu
insentif subsidi/pajak pembelian kendaraan,
serta kecenderungan penggunaan jasa ride-
hailing di perkotaan dan tren pembelian
kendaraan bekas pada konsumen usia muda.
Sumber: Bloomberg
8
9
10
11
12
13
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% ytd yoy Retail Sales Urban Rural
Grafik 2.66 Penjualan Ritel
Sumber: Bloomberg
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy Penjualan Kendaraan Passenger Car (PC)Commercial Vehicle (CV)
Grafik 2.67 Penjualan Kendaraan
5,8% pada TW4-18) seiring peningkatan sektor
konstruksi (6,2%, dari 6,1%) dan manufaktur
(6,5%, dari 5,7%).58 Namun demikian,
pertumbuhan sektor primer (pertanian dan
pertambangan) melemah ke 2,7% yoy, dari
3,5% pada TW4-18, karena proses produksi
terganggu cuaca (musim dingin). Sektor tersier
(penopang utama ekonomi Tiongkok) turut
melambat ke 7,0% yoy (dari 7,6% pada TW4-
18) –terendah dalam sejarah. Meski tumbuh
melambat, sektor tersier masih menjadi motor
utama ekonomi Tiongkok dengan kontribusi
sebesar 3,9% dari PDB.
Konsumsi masyarakat terus
melemah akibat perlambatan ekonomi
dan ketidakpastian penyelesaian
ketegangan perdagangan dengan
AS. Pelemahan konsumsi terindikasi dari
penjualan ritel TW1-19 yang tumbuh
8,4% yoy ytd, turun dari 9,1% pada TW4-
18, baik di kawasan urban maupun rural.
Penurunan laju penjualan terjadi pada produk
garmen, perhiasan, dan kebutuhan sehari-
hari. Perlambatan tersebut dipengaruhi
oleh pelemahan laju pertumbuhan
ekonomi, ketidakpastian penyelesaian
konflik perdagangan, dan kenaikan tingkat
pengangguran di perkotaan. Masa liburan
Lunar Year bahkan tidak memberikan
kenaikan signifikan terhadap aktivitas
konsumsi.
Penjualan kendaraan masih
terkontraksi seiring ketentuan
58 Sektor primer dan sekunder berkontribusi masing-masing sebesar 0,1% dan 2,4% terhadap pertumbuhan PDB TW1-19.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
64
Rerata ekspor selama TW1-19 sebesar
0,9% yoy, turun dari 5,5% pada TW4-18
akibat perlambatan demand global dan
tensi perdagangan dengan AS. Ekspor
bahkan terkontraksi -20,7% yoy pada
Februari 2019 akibat pergeseran libur
tahun baru, berakhirnya frontloading untuk
mengantisipasi kenaikan tarif impor oleh AS,
dan high base effect.59 Penurunan ekspor
terjadi pada memori IC, produk aluminium,
penyejuk udara, peralatan pencahayaan, dan
bahan bakar; khususnya ke AS, Hong Kong,
India, Indonesia, dan Italia.
Aktivitas impor selama TW1-19
terkontraksi tajam. Rerata pertumbuhan
impor terkontraksi -4,8% yoy, dari tumbuh
5,6% pada TW4-18, akibat pelemahan
demand domestik dan pengaruh kenaikan
tarif impor dari AS. Penurunan impor terutama
terjadi pada petroleum, mesin listrik, dan
kimia organik, dari Rusia, Korea, AS, Arab,
dan Vietnam. Dengan impor yang terkontraksi
melebihi penurunan ekspor, surplus neraca
perdagangan TW1-19 menyempit menjadi
USD75,9 miliar, dari USD136,7 miliar pada
TW4-18. Pada saat yang sama, surplus neraca
perdagangan bilateral Tiongkok dengan
AS turut menyempit menjadi USD62,5
miliar setelah mencatat rekor pada TW4-18
(USD97,2 miliar).
59 Hari Raya Imlek bergeser dari 16 Februari 2018, menjadi 5 Februari 2019, sehingga perayaan liburan pasca-Imlek menyebabkan kegiatan ekspor sepanjang Februari 2019 relatif tertahan dibandingkan Februari 2018.
Di sektor properti, penjualan
properti residensial tumbuh melambat.
Rerata penjualan properti TW1-19 melambat
menjadi sebesar 7,2% yoy, setelah tumbuh
double digit sejak TW3-15 dan tumbuh 14,8%
pada TW4-18). Perlambatan ini disebabkan
pengetatan ijin pembelian properti untuk
mengurangi spekulasi di pasar properti,
sehingga pembeli properti pertama (first-time
buyers) harus membayar uang muka yang
lebih tinggi.
Pelemahan konsumsi domestik
dan ekspor menurunkan investasi dan
profit industri swasta. Rerata investasi aset-
tetap swasta (private fixed asset investment,
FAI) TW1-19 menurun cukup tajam menjadi
7,3% ytd yoy, dari 8,7% pada TW4-18).
Penurunan investasi terjadi pada sektor primer
(pertanian) akibat faktor cuaca dan wabah
swine flu pada babi. Sektor manufaktur
turut menurun akibat stagnasi harga pada
tingkat produsen yang mengurangi margin
keuntungan. Likuiditas masih ketat bagi
perusahaan swasta, sehingga laba sektor
industri terkontraksi -3,3% pada TW1-19 (dari
10,3%). Namun, perlambatan signifikan pada
investasi sektor swasta terkompensasi oleh
akselerasi tajam pada investasi pemerintah
(BUMN) yang naik 5,3% (dari 2,0%). Kondisi
tersebut mendorong headline FAI tumbuh
6,1% (dari 5,8%) –meskipun masih jauh di
bawah rerata historis sebesar 10,3% pada
2014-2017.
Kinerja perdagangan Tiongkok
mendapat tantangan dari ketegangan
perdagangan dengan Amerika Serikat.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
65
Sumber: Bloomberg
-35,0
-17,5
0,0
17,5
35,0
52,5
70,0
-30,0
-15,0
0,0
15,0
30,0
45,0
60,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Miliar USD
% yoy
Trade Balance, rhs Impor Ekspor
Grafik 2.70 Neraca Perdagangan
Sumber: Bloomberg, CEIC
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12014 2015 2016 2017 2018 2019
Miliar USD
Neraca Barang Neraca JasaPendapatan Primer Pendapatan Sekunder
Neraca Transaksi Berjalan (CA)
Grafik 2.71 Neraca Transaksi Berjalan
Tekanan inflasi meningkat akibat
kendala suplai makanan, walaupun masih
di bawah target (3%). Inflasi headline pada
Maret 2019 tercatat naik menjadi 2,3% yoy
dari 1,9% pada Desember 2018. Kenaikan
inflasi dipicu oleh harga kelompok makanan
yang meningkat 4,1% yoy (tertinggi dalam
13 bulan) dari Desember 2018 sebesar 2,5%.
Kendala suplai menyebabkan lonjakan harga
sayuran (akibat musim dingin) dan daging babi
(akibat wabah swine fever sejak Agustus 2018).
Konsumsi daging babi yang tinggi mendorong
pemerintah meningkatkan impor daging babi
dari Eropa, sedangkan impor dari AS terkendala
Sumber: Bloomberg
47
48
49
50
51
52
53
54
55
-18
-12
-6
0
6
12
18
24
30
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Indeks % ytd yoyProfit Industri PMI Manufaktur (versi pemerintah), rhs
Grafik 2.68 Profit Industri dan
PMI Manufaktur
Sumber: Bloomberg, diolah
-8
0
8
16
24
32
40
-5
0
5
10
15
20
25
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% ytd yoy % ytd yoy FAI BUMN SwastaTertiary, rhsPrimary, rhs Secondary, rhs
Grafik 2.69 Fixed-Asset Investment (FAI)
Di tengah penurunan surplus
neraca perdagangan, surplus neraca
transaksi berjalan (current account)
masih melebar. Surplus CA pada TW1-19
kembali meningkat menjadi USD58,6 miliar
(1,9% PDB) dari USD54,6 miliar (1,5% PDB)
pada TW4-18. Kondisi tersebut didorong
oleh pendapatan primer yang mencatatkan
surplus terbesar dalam sejarah (USD25,4
miliar pada TW1-19, dari –USD22,8 miliar)
dan penyempitan defisit neraca perdagangan
jasa.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
66
Berlawanan dengan peningkatan
tekanan harga konsumen, harga produsen
cenderung menurun. Indeks harga
produsen Maret 2019 turun menjadi 0,4%
yoy, dari 0,9% pada Desember 2018 karena
demand domestik yang lemah. Pelemahan
harga produsen tersebut dikontribusi oleh
penurunan harga producer goods (barang
mentah dan barang industri) dan consumer
goods (barang kebutuhan sehari-hari dan
barang tahan lama). Tren disinflasi harga
produsen selama setahun terakhir telah
menurunkan profit perusahaan dan menekan
kemampuan membayar utang perusahaan.
PPI diperkirakan masih berada pada level yang
rendah, seiring penurunan harga komoditas
akibat peningkatan ketidakpastian global.
Kinerja sektor tenaga kerja
memburuk di tengah pertumbuhan
ekonomi yang relatif rendah.
Tingkat pengangguran (surveyed urban
unemployment rate) meningkat tajam hingga
mencapai 5,2% pada Maret, dari 4,9% pada
Desember 2018.61 Sejumlah perusahaan
melakukan PHK dan membatasi lowongan
kerja baru. Untuk meningkatkan penyerapan
tenaga kerja, pemerintah memberikan subsidi
pada sektor pendidikan kejuruan, mendukung
kewirausahaan massal dan mendorong inovasi
usaha dengan memberikan pinjaman lunak
dan penyediaan inkubator bisnis. Pemda di
beberapa wilayah juga menawarkan subsidi
61 Surveyed urban unemployment rate adalah indikator yang dirilis oleh Biro Statistik Tiongkok (NBS) sejak April 2018, dan disusun berdasarkan hasil survei kepada pekerja migran dari daerah (rural) yang mencari pekerjaan di perkotaan.
tarif impor sebesar 62%. Impor daging babi
2019 diprediksi meningkat 100% menjadi 2 juta
ton, sehingga turut mendorong kenaikan harga
daging babi di pasar global.60 Sementara itu,
harga nonpangan relatif stabil. Inflasi inti TW1-
19 masih stabil di level 1,8%. Inflasi diprediksi
dalam tren meningkat akibat faktor outlier
(penyebaran swine flu) –namun masih jauh di
bawah target pemerintah (3%)– sehingga bank
sentral masih memiliki ruang untuk menempuh
pelonggaran kebijakan moneter.
Sumber: Bloomberg
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
0
1
2
3
4
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy CPICore CPI
Clothing Education Culture & EntertainmentFood, lhs Transportation & Com., rhs
Grafik 2.72 Inflasi CPI
Sumber: Bloomberg
-0,6
-0,3
0,0
0,3
0,6
0,9
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy PPI Producer Goods Consumer Goods, rhs
Grafik 2.73 Inflasi PPI
60 Produksi daging babi Tiongkok terkontraksi -5% pada TW1-19, dan diperkirakan makin dalam pada triwulan mendatang. Persediaan daging babi Tiongkok menurun -18,8% pada Maret 2019, mengindikasikan impor belum mencukupi.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
67
senilai USD116 miliar. Perkembangan terkini,
pada 6 Mei 2019, PBC melakukan targeted
easing dengan menurunkan GWM bagi
1.000 bank berskala kecil-menengah (dengan
aset di bawah CNY10 miliar) menjadi 8%,
dari sebelumnya berkisar 10-11,5%.64
Sumber: Bloomberg
60
70
80
90
100
110
120
130
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Indeks% yoy
M2 Shadow BankingKredit Perbankan Monetary Conditions Index, rhs
Grafik 2.75 Monetary Condition Index,
M2, Shadow Banking, Kredit Perbankan
Sumber: Bloomberg
-2
-1
0
1
2
3
4
5
-20
-10
0
10
20
30
40
50
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
Triliun RMB % yoy Keseimbangan Primer, rhsPenerimaan FiskalBelanja Fiskal
Grafik 2.76 Keseimbangan Fiskal
64 Penurunan diumumkan tepat setelah Presiden Trump menyatakan akan menaikkan tarif menjadi 25% atas USD200 impor dari Tiongkok. Penurunan GWM ini diimplementasikan dalam tiga fase yaitu 15 Mei 2019, 17 Juni 2019 dan 15 Juli 2019. Suntikan likuiditas setara USD41 miliar tersebut bertujuan untuk menurunkan funding cost bagi UMKM.
untuk masa percobaan kerja, dan merelaksasi
aturan pinjaman bagi pengembangan startup
untuk membuka lapangan kerja.
Sumber: Bloomberg
4,7
4,8
4,9
5
5,1
5,2
5,3
5,4
5,5
3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019
% Surveyed Unemployment Rate in Urban Areas
Grafik 2.74 Tingkat Pengangguran
Bank sentral menerapkan ke-
bijakan moneter akomodatif untuk
meningkatkan likuiditas bagi perbankan,
dan mendorong stabilitas pertumbuhan.
Selama TW1-19, People’s Bank of China (PBC)
mempertahankan suku bunga kebijakan (7-
Days Reverse Repo Rate) pada level 2,55%.62
Sementara itu, untuk meningkatkan likuiditas
perbankan, PBC kembali menurunkan
Giro Wajib Minimum (GWM) dengan
total penurunan masing-masing sebesar
100 bps menjadi 13,5% (dari 14,5%)
untuk perbankan besar, dan 11,5% (dari
12,5%) untuk perbankan kecil-menengah
pada 4 Januari 2019.63 Kebijakan tersebut
diperkirakan memberikan tambahan likuiditas
62 PBC terakhir kali menaikkan suku bunga operasi moneter 7DRRR sebesar 5 bps pada 22 Maret 2018 sebagai respons terhadap kenaikan FFR.
63 Penurunan akan dilakukan secara bertahap: masing-masing 50 bps, efektif pada 15 dan 25 Januari. Penurunan juga mengantisipasi perayaan Tahun Baru yang memerlukan likuiditas tunai.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
68
pinjaman baru (44,4% pada TW1-19, dari
22,1% pada TW4-18).
Dari sisi fiskal, Pemerintah
Tiongkok menempuh kebijakan fiskal
ekspansif untuk menahan perlambatan
ekonomi lebih lanjut. Di satu sisi, belanja
pemerintah pada TW1-19 terakselerasi hingga
15,4% yoy, dari rerata 10,0% pada TW4-18.67
Pemerintah melaksanakan sejumlah proyek
pembangunan di daerah yang dibiayai oleh
frontloading penerbitan Local Government
Special Bond, serta meningkatkan belanja
social security. 68 Sementara penerimaan
pemerintah tumbuh 4,0% yoy pada TW1-
19, naik dari rerata -2,2% pada TW4-18,
dengan peningkatan pemasukan dari pajak
korporasi, tarif, dan VAT.69 Kebijakan fiskal
ekspansif menyebabkan defisit keseimbangan
primer pada TW1-19 melebar menjadi –
CNY1,0 triliun, dari rerata –CNY0,7 triliun
per bulan pada TW4-18.70 Pemerintah telah
mengantisipasi kebijakan fiskal proaktif
ini dengan melebarkan target defisit fiskal
menjadi -2,8% PDB pada 2019 (dari -2,6%
pada 2018).71
67 Data TW1-19 menggunakan data Maret 2019 sesuai ketersediaan data.
68 Special local government bond issuance quota 2019 meningkat ke RMB2,15 triliun (dari realisasi penerbitan sebesar RMB1,35 triliun pada 2018). Kuota telah terpakai sebesar CNY1,63 triliun hingga April (dibandingkan CNY0,52 triliun pada April 2018). Langkah ini menunjukkan stance fiskal yang makin ekspansif.
69 Keputusan pemerintah untuk menurunkan pajak VAT bagi korporasi, UMKM, dan personal income tax, baru efektif mulai 1 April 2019. Data TW1-19 menggunakan data Maret 2019 sesuai ketersediaan data.
70 Data TW1-19 menggunakan data Maret 2019 sesuai ketersediaan data.
71 Kemenkeu memproyeksikan pendapatan fiskal dan
Selain menggunakan instrumen
moneter konvensional, PBC melakukan
inovasi menggunakan targeted tools
untuk meningkatkan likuiditas secara
terukur. Fasilitas Targeted Medium-term
Lending Facility (TMLF) bagi perbankan yang
diluncurkan pada Desember 2018, merupakan
fasilitas pendanaan jangka panjang PBC
dengan suku bunga 15 bps di bawah fasilitas
Medium-term Lending Facility (MLF).65
Fasilitas tersebut diberikan bagi lembaga
keuangan yang memenuhi persyaratan
makroprudensial, untuk mendorong ekspansi
kredit dengan tetap mencegah akumulasi
risiko yang menyertainya.
Kombinasi easing tools PBC mulai
berdampak terhadap pertumbuhan
kredit dan likuiditas perbankan. Likuiditas
perekonomian riil sedikit melonggar, ditandai
dengan rerata jumlah uang beredar (M2)
yang meningkat menjadi 8,3% pada TW1-19
(dari 8,0% pada TW4-18) –sejalan dengan
Monetary Conditions Index (MCI) yang sedikit
turun ke level 86,5 pada TW1-19 (dari 87,7
pada TW4-18).66 Rerata pertumbuhan total
kredit meningkat menjadi 13,5% yoy pada
TW1-19 (dari 13,2%), dengan mayoritas
kredit baru ditujukan bagi non-financial
business. Indikasi pemulihan kredit korporasi
juga tercermin dari peningkatan share
pinjaman korporasi jangka panjang dari total
65 TMLF bertenor satu tahun dan dapat di-roll over hingga dua tahun berikutnya.
66 MCI merupakan alat bantu untuk mengukur tingkat kelonggaran/keketatan moneter. Penurunan MCI mengindikasikan pelonggaran kondisi moneter pada perekonomian riil.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
69
mempertahankan supportive stance dan
menyuntikkan likuiditas jangka panjang
bagi perusahaan kecil dan swasta, termasuk
melalui broad-based tools (penurunan GWM)
dan targeted tools (TMLF, central bank loans,
dan penurunan GWM targeted).
Outlook jangka pendek dibayangi
ketidakpastian yang tinggi, terutama
bersumber dari potensi eskalasi konflik
perdagangan dengan AS. Konsumsi
diperkirakan masih tertahan meski
pemerintah telah menurunkan pajak impor
sejumlah produk konsumsi dan mengurangi
pajak pendapatan.75,76 Selain itu, masyarakat
terindikasi masih akan menahan pembelian
non-necessity goods. Sentimen konsumen
masih memburuk akibat ekspektasi future
income yang lemah, lonjakan tingkat
pengangguran, dan negative wealth effect
dari volatilitas pasar saham Tiongkok akibat
isu konflik perdagangan.
Kinerja investasi juga diliputi
ketidakpastian sehingga bergerak
variatif. Industri infrastruktur akan tumbuh
akseleratif didukung stimulus pemerintah.
National Development and Reform
Commission (NDRC) telah melakukan
perusahaan kecil. Bank BUMN cenderung memberikan pinjaman kepada BUMN/proyek pemerintah berskala besar.
75 Pada Juli 2018, pemerintah menurunkan pajak impor produk apparel, kitchenware, dan fitness products menjadi rata-rata 7,1% (dari 15,9%) dan household appliances menjadi rata-rata 8% (dari 20,5%).
76 Sejak Oktober 2018, PTKP naik menjadi CNY5.000/bulan (dari CNY3.500/bulan). Sejak 2019, terdapat taxable expense deduction untuk pengeluaran pendidikan, bunga hipotek, sewa perumahan, dan perawatan bagi penyakit kritis.
Kinerja ekonomi Tiongkok masih
rentan dan memerlukan dukungan
kebijakan akomodatif, meski PDB TW1-
19 tumbuh di atas perkiraan. Pertumbuhan
ekonomi TW1-19 patut dicermati karena
dilandasi oleh data yang terbatas dan volatil
akibat libur Tahun Baru Imlek yang cukup
panjang, sehingga menyulitkan asesmen
terhadap ekonomi Tiongkok.72 Pemerintah
telah mengidentifikasi potensi perlambatan
ekonomi dan meluncurkan stimulus yaitu: a)
tax cut hingga CNY2 triliun untuk mendukung
pertumbuhan sektor manufaktur, transportasi
dan konstruksi; b) targeted RRR cuts untuk
bank kecil-menengah, c) mematok mandatory
target bagi bank BUMN untuk memberikan
pinjaman kepada perusahaan berskala
kecil senilai 30%, dan d) melonggarkan
kebijakan ekonomi dengan menargetkan
pertumbuhan M2 money supply dan total
social financing sejalan dengan pertumbuhan
PDB nominal.73,74 PBC diperkirakan masih
belanja pemerintah masing-masing meningkat sebesar 5% yoy dan 6,5% pada 2019.
72 Contoh, profit industri tumbuh 13,9% yoy (Maret 2019, data Jan-Feb tidak tersedia), namun secara kuartalan terkontraksi (-3,3% ytd yoy pada TW1-19). Investasi swasta melambat menjadi 6,4% ytd yoy pada Maret (dari 8,7% pada Desember 2018), meskipun headline FAI terakselerasi 6,3% ytd yoy pada Maret 2019 (dari 5,9%).
73 Value-added tax (VAT) perusahaan manufaktur diturunkan menjadi 13% (dari 16%) dan VAT perusahaan transportasi dan konstruksi menjadi 9% (dari 10%) – efektif April 2019. Selain itu, pemerintah juga menurunkan rasio kontribusi social security (16%, dari 20%) untuk meringankan beban perusahaan mulai Mei 2019.
74 Regulasi ini mulai berlaku sejak Maret 2019 dan akan menyuntikkan dana senilai CNY2,8 triliun pada 2019 bagi perusahaan kecil dan mikro (riset S&P Global). Sebelumnya, dari total pinjaman yang dikeluarkan lima bank terbesar, hanya 2%-6% yang diberikan bagi
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
70
yang terdampak konflik perdagangan,
belum memadai untuk mengimbangi
major headwinds yang bersumber dari
ketidakpastian konflik perdagangan.
Sejalan dengan berbagai dinamika
tersebut, pertumbuhan PDB Tiongkok
pada 2019-2020 diprediksi melanjutkan
tren perlambatan hingga turun ke level
terendah dalam hampir tiga dekade.
IMF dan consensus forecast memprakirakan
ekonomi Tiongkok tumbuh 6,3% yoy (2019)
dan 6,1% (2020), turun dari pencapaian
6,6% pada 2018. Sementara itu, pemerintah
menetapkan target pertumbuhan ekonomi
2019 pada kisaran 6,0%–6,5% (dari target
6,5% pada 2018), dan target inflasi di bawah
3,0%. Dukungan stimulus fiskal dan beragam
instrumen moneter akan digunakan untuk
mencapai target tersebut.
Ekonomi Tiongkok ke depan
dibayangi sejumlah risiko, baik dari
domestik maupun eksternal. Pertama,
risiko dari sisi domestik antara lain berasal
dari (a) dampak tax cut terhadap perbaikan
ekonomi belum terlalu signifikan karena
memerlukan waktu (lag); (b) berlanjutnya
frontloading persetujuan proyek pada awal
2019 dengan menyetujui 16 proyek senilai
total CNY1,1 triliun (akan dimulai pada TW2-
19). Dana proyek mayoritas dibiayai oleh
penerbitan obligasi Pemda yang jumlahnya
meningkat tajam pada 2019.77 Selain itu,
pemerintah telah berkomitmen untuk
menginvestasikan sekitar USD119 miliar
untuk membangun 6.800 km railway pada
2019 (40% lebih panjang dibandingkan
dengan 2018) untuk menjangkau wilayah
terluar dan terpencil.
Berbeda dengan industri
infrastruktur, investasi manufaktur
diperkirakan memburuk akibat eskalasi
konflik perdagangan. Ketegangan
perdagangan dan pelemahan ekonomi
global telah menahan kinerja ekspor
sehingga menekan margin keuntungan dan
meningkatkan ketidakpastian iklim investasi.
Langkah pemerintah yang meluncurkan
targeted policy measures untuk membuka
keran pendanaan bagi perusahaan swasta
77 Sekitar 80% belanja infrastruktur 2018 dibiayai oleh penerbitan local governments special bonds senilai CNY1,35 triliun –yang ditingkatkan menjadi CNY2,15 triliun pada 2019.
Tabel 2.7 Outlook PDB dan Inflasi (2019-2020)
Realisasi
2018 2019 2019 2020 2019 2020Estimasi
TargetOtoritas
Keterangan referensi:Sumber estimasi terkini: IMF-WEO April 2019, Consensus Forecast Mei 2019.Sumber estimasi sebelumnya: IMF-WEO Januari 2018, Consensus Forecast April 2019.
IMF CF
PDB (%yoy) 6,6 6,0-6,5 6,3 6,1 6,3 6,1Estimasi Sebelumnya - - 6,2 6,2 6,2 6,2In�asi (%yoy) 2,1 3,0 2,3 2,5 2,3 2,2Estimasi Sebelumnya - - - - 2,1 2,1
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
71
Pelemahan konsumsi tercermin dari
kontraksi penjualan kendaraan di pedesaan
akibat penurunan daya beli masyarakat dan
tingkat pengangguran yang masih relatif
tinggi. Kondisi tersebut juga berimbas pada
perlambatan aktivitas produksi. Kinerja ekspor
juga tertahan oleh pelemahan permintaan
global dan eskalasi ketegangan perdagangan.
Sementara itu, belanja pemerintah meningkat
seiring kenaikan pengeluaran menjelang
Pemilu Mei 2019 sehingga berimbas pada
pelebaran defisit fiskal.
Perlambatan kegiatan ekonomi juga
tercermin pada tekanan inflasi yang masih
jauh dari target (4%±2%). Inflasi masih pada
level yang rendah, meski meningkat ke 2,9%
(Maret 2019), dari 2,1% (Desember 2018).
Merespons inflasi yang mereda, Reserve
Bank of India (RBI) menurunkan suku bunga
acuan menjadi 5,75% dan mengubah stance
kebijakan menjadi akomodatif (sebelumnya
netral). Ruang fiskal untuk mendorong
pertumbuhan makin terbatas, sehingga
terdapat kemungkinan pemerintah merevisi
target defisit fiskal FY19/20.
Kinerja ekonomi India pada FY18/19
diprakirakan membaik, meski pertumbuhan
PDB TW1-19 melambat. RBI dan Central
Statistics Office (CSO) India memprakirakan
ekonomi India tumbuh 7% yoy, lebih baik
dari 2018 sebesar 6,8%. Selanjutnya RBI
memprediksi ekonomi pada semester I-2020
dapat tumbuh 6,4%-6,7%, dan meningkat ke
kisaran 7,2-7,4% pada semester II-2020. IMF
lebih optimis dan memprakirakan ekonomi
disinflasi harga produsen akan semakin
menekan kinerja korporasi swasta; (c)
leverage (tingkat utang) korporasi yang masih
relatif tinggi dapat berdampak pada stabilitas
keuangan; dan (d) kenaikan utang pemerintah
dan penurunan sustainabilitas fiskal seiring
berbagai stimulus yang diluncurkan (akan
berdampak pada depresiasi nilai tukar); serta
(e) tertahannya proses reformasi struktural
seiring pergeseran prioritas kebijakan
pemerintah. Kedua, risiko dari eksternal
antara lain terdiri dari (a) eskalasi konflik
perdagangan dengan AS yang dapat berujung
pada tarif atas seluruh ekspor Tiongkok; (b)
pelemahan permintaan global (khususnya
Eropa); (c) dinamika kebijakan ekonomi AS
serta dampaknya terhadap pasar keuangan
global; serta (d) risiko geopolitik lainnya,
antara lain ketegangan hubungan diplomatik
AS-Korea Utara, ketegangan militer Laut Cina
Selatan dan Samudera Pasifik, serta sanksi AS
terhadap Iran dan Venezuela yang termasuk
10 besar pemasok minyak Tiongkok.
2.6. India
Ekonomi India pada triwulan awal
2019 secara mengejutkan tumbuh melambat
dan lebih rendah dari prediksi. Pertumbuhan
ekonomi TW1-19 melambat menjadi 5,8%
yoy (setelah tumbuh 6,6% pada TW4-
18). Pelemahan tersebut disebabkan oleh
penurunan kinerja konsumsi, investasi dan
perdagangan, yang tidak dapat dikompensasi
oleh peningkatan belanja pemerintah
menjelang Pemilu.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
72
ke 6,8%, dibandingkan 7,2% periode yang
sama tahun lalu.79 Dari sisi penawaran,
pelemahan ekonomi terutama terjadi pada
sektor pertanian, manufaktur, dan konstruksi.80
7,06,6
-15
-5
5
15
25
35
0
2
4
6
8
10
Q1 Q2 Q3 Q3 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoyPDB
Konsumsi Swasta, rhsBelanja Pemerintah, rhs
PMDB, rhsEkspor, rhsImpor, rhs
5,8
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.77 PDB Berdasarkan Pengeluaran
% yoy% yoy
Pertanian
Sumber: Bloomberg
Mining ManufacturingElectricity Construction HotelsReal Estate Public Administration PDB 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Q1Q2Q3Q3Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Grafik 2.78 Pertumbuhan PDB Sektoral
79 Gross Value Added (GVA), yaitu GDP tidak termasuk pajak, pada TW1-19 tumbuh 5,7%, turun dari 6,3% pada TW4-18. Dengan penurunan pertumbuhan tersebut, share masing-masing indikator terhadap PDB juga berubah. Share konsumsi rumah tangga TW1-19 menjadi 56,8% PDB (dari 58,9% pada TW4-18); gross fixed capital formation sebesar 30,7% (dari 33,4%); pengeluaran pemerintah sebesar 9,9% (dari 9,7%); ekspor sebesar 20% (dari 21,8%), sedangkan impor sebesar -23,3% (dari -25,7%).
80 Sektor pertanian pada TW1-19 terkontraksi -0,02% dari sebelumnya tumbuh 0,5% pada TW4-18, manufaktur melambat ke 0,6% dari 1,1% dan konstruksi juga melambat ke 0,5% dari 0,8%.
India tumbuh 7,3% pada 2019 dan membaik
ke 7,5% pada 2020.
Perekonomian India masih akan
menghadapi sejumlah faktor risiko. Faktor
yang dapat menekan ekonomi (downside
risks) antara lain kinerja ekspor yang menurun
dan tingkat pengangguran yang masih
relatif tinggi. Sementara faktor yang dapat
memperkuat pertumbuhan ekonomi (upside
risks) antara lain potensi perbaikan konsumsi
rumah tangga dan publik, stimulus moneter
dan fiskal, dan ekspektasi terpilihnya kembali
PM Modi.
Ekonomi India TW1-19 di luar
dugaan menurun tajam menjadi hanya
5,8% yoy, (dari 6,6% pada TW4-18).
Pertumbuhan ini jauh di bawah prediksi sebesar
6,6%.78 Pelemahan terjadi pada hampir semua
komponen kecuali pengeluaran pemerintah.
Konsumsi rumah tangga TW1-19 tumbuh
melambat menjadi 8,1% yoy (dari 8,4% pada
TW4-18) dan gross fixed capital formation
turun ke 10% (dari 10,6% pada TW4-18).
Sementara itu, pengeluaran pemerintah
meningkat menjadi 9,2% dari 6,5% pada
TW4-18 sejalan stimulus yang diluncurkan
pemerintah dalam rangka persiapan Pemilu.
Net ekspor juga melemah akibat penurunan
pertumbuhan ekspor (12,5% dari 14,6% pada
TW4-18), di tengah kenaikan impor sebesar
15,4% (dari 14,7% pada TW4-18). Dengan
kinerja tersebut, pertumbuhan ekonomi India
tahun fiskal April 2018-Maret 2019 melambat
78 Consensus Forecast (CF) Mar-19.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
73
dengan itu, sentimen konsumen TW1-19
menurun akibat ketidakpastian menjelang
Pemilu menjadi 100,46, dari 100,56 pada
TW4-18.
Pelemahan konsumsi juga
dipengaruhi oleh angka pengangguran
yang masih relatif tinggi. Tingkat
pengangguran pada Maret 2019 masih di
level tinggi 6,7%, meski telah menurun dari
Desember 2018 sebesar 7,4%. Penurunan
pengangguran tersebut dipengaruhi oleh
perbaikan labor participation rate yang
meningkat sebesar 42,6%, dari Desember
2018 sebesar 42,5%.
-9
-6
-3
0
3
6
9
12
15
18
21
24
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy IP Index IP Mining IP Manufacturing IP Electricity
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.81 Produksi Industri
44
46
48
50
52
54
56
3 6 9 12 3 6 9 12 32017 2018 2019
Indeks PMI Komposit
Sumber: Bloomberg
PMI Manufaktur PMI Jasa
Grafik 2.82 Purchasing Manager Index
-50
-25
0
25
50
75
100
-25
-13
0
13
25
38
50
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
% yoy% yoy
Motor Vehicle SalesPassenger Vehicle
Two Wheelers
Sumber: CEIC
Commercial Veh., rhs
Three Wheelers, rhs
Grafik 2.79 Penjualan Kendaraan
Sumber: Centre for Monitoring Economy
41
42
43
44
45
46
47
48
49
3
4
5
6
7
8
9
10
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
%% Unemployment Rate Labour Participation Rate, rhs
Grafik 2.80 Ketenagakerjaan
Perlambatan konsumsi India
dipengaruhi oleh pelemahan daya beli
masyarakat dan kepercayaan konsumen.
Pada TW1-19, rerata penjualan kendaraan
bermotor terkontraksi -7,5% yoy (dari 5,8%
pd TW4-18). Penurunan terjadi pada semua
jenis kendaraan (pribadi, bisnis, roda dua
dan roda tiga di pedesaan dan perkotaan).
Kontraksi konsumsi disebabkan pelemahan
daya beli masyarakat khususnya di pedesaan,
akibat kondisi keuangan yang mengetat
sejalan dengan pendapatan hasil panen yang
tidak sesuai harapan akibat monsoon. Sejalan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
74
dunia. Penurunan terutama dari Tiongkok
sebagai main trading partner India. Namun
keragaman produk ekspor India –terutama
dari keragaman produk aksesoris/perhiasan–
mampu membatasi dampak negatif tersebut.
Impor juga terkontraksi relatif dalam yaitu
-1,3% (dari 6,5% pada TW4-18) akibat
permintaan domestik yang terus melemah, baik
consumption goods maupun input products
khususnya produk manufaktur. Penurunan
impor yang lebih tajam dibandingkan
pelemahan ekspor menyebabkan defisit neraca
perdagangan TW1-18 menyempit menjadi
INR35 miliar (dari INR47 miliar pada TW4-18).
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32015 2016 2017 2018 2019
Miliar USD% yoy Trade Balance, rhs Exports Imports
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.83 Neraca Perdagangan
-25
-20
-15
-10
-5
0
-3,5
-3
-2,5
-2
-1,5
-1
-0,5
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42014 2015 2016 2017 2018
MiliarUSD% GDP Series1 Series2
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.84 Current Account (% PDB)
Pelemahan konsumsi berimplikasi
pada perlambatan aktivitas produksi.
Rerata produksi industri TW1-19 turun tajam
menjadi 0,5% (dari 3,7% pada TW4-18).
Produksi industri sektor manufaktur (share
78% dari total produksi industri) melemah
menjadi 0,1% dari 3,5% pada TW4-18,
terendah sejak Juni 2017, pasca kenaikan
pajak GST. Kinerja yang melambat juga
ditunjukkan oleh rerata pertumbuhan delapan
industri pokok yang tumbuh 2,81% (TW1-19)
dari 3,4% (TW4-18). Pelemahan juga terjadi
pada sektor industri lainnya, a.l. barang modal,
listrik, dan barang primer. Produksi tertahan
sejalan dengan sentimen yang belum pulih
akibat ketidakpastian hasil Pemilu pada April
2019, serta penurunan kredit pada sektor
manufaktur dan infrastruktur.
Sejalan dengan produksi, sentimen
bisnis juga melemah. Rerata indeks
Purchasing Manager Index (PMI) komposit
pada TW1-19 menurun menjadi 53,7 (dari
53,4 pada TW4-18), tertekan oleh PMI Jasa
yang termoderasi (menjadi 52,2 dari 53,0 pada
TW4-18). Penurunan permintaan jasa domestik
dan eksternal terjadi di tengah ketidakpastian
hasil Pemilu 2019. Sementara indeks PMI
Manufaktur masih meningkat menjadi 53,6
(dari 53,4 pada TW4-18), yang menunjukkan
prospek pemulihan sektor manufaktur ke
depan.
Kinerja perdagangan tertahan
sejalan dengan pelemahan ekonomi
global. Kinerja ekspor TW1-19 menurun
tajam ke 5,7% yoy (dari 6,3% pada TW4-
18) terdampak penurunan permintaan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
75
meningkat dari 2,1% pada Desember 2018.
Meski meningkat, level inflasi masih jauh dari
target (4%+2%). Kenaikan inflasi terutama
didorong oleh akselerasi harga makanan
dan minuman yang naik mencapai 0,7%,
setelah terdeflasi selama lima bulan terakhir,
serta pengaruh low-base effect. Sementara
inflasi fuel and light turun ke 2,42% karena
efek lag penurunan drastis harga minyak
pada TW4-18.81 Inflasi inti (core inflation)
pada Maret 2019 mencapai 4,53%, turun
dari 4,99% pada Maret 2019, terdampak
oleh ketersediaan perumahan dengan harga
terjangkau dan penurunan harga minyak.
Performa ekonomi India yang
melemah dan inflasi masih di bawah
target melatarbelakangi kebijakan RBI
untuk mulai menurunkan suku bunga
acuan. RBI menurunkan suku bunga repo
rate pada Monetary Policy Committee (MPC)
meeting Februari dan April 2019 masing-
masing sebesar 25 bps. Penurunan suku bunga
bahkan berlanjut pada MPC Juni 2019 sebesar
25 bps sehingga menjadi 5,75%. RBI juga
mengubah arah kebijakan dari netral menjadi
akomodatif. Frontloaded easing pada 2019
dilakukan untuk mengembalikan inflasi ke
target (4%+2%), serta mempertimbangkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi (negative
output gap).
Pemerintah India menempuh
kebijakan fiskal yang longgar seiring
kenaikan pengeluaran pemerintah
81 Harga minyak WTI pada TW4-18 dan TW3-18 berturut-turut 59.01 dan 69,51.
Defisit neraca transaksi berjalan
(current account deficit) juga menyempit.
Defisit neraca transaksi berjalan pada TW4-
18 menyusut menjadi USD16,9 miliar (2,5%
dari PDB), dibandingkan 2,9% PDB pada
TW3-18. Penyempitan current account deficit
merupakan implikasi dari penyempitan defisit
investment income seiring tekanan outflow
pada pasar keuangan yang mereda.
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32014 2015 2016 2017 2018 2019
% yoyCPI Food & Beverages Tobacco & AlcoholFuel & Light Housing Clothing Misc.
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.85 Inflasi
63,7
65,2
68,8
72,6
74,4
69,4
69,2
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
Jan-
18
Feb-
18
Mar
-18
Apr
-18
May
-18
Jun-
18
Jul-1
8
Aug
-18
Sep-
18
Oct
-18
Nov
-18
Dec
-18
Jan-
19
Feb-
19
Mar
-19
Rupee/USD
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.86 Pergerakan Nilai Tukar
Tekanan inflasi masih di bawah
target Reserve Bank of India (RBI) meski
mengalami peningkatan. Inflasi IHK pada
Maret 2019 mencapai 2,9% yoy, yaitu
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
76
kontraksi -3,4% pada TW4-18. Kenaikan
belanja terutama untuk pemberian income
support bagi petani, pembayaran bunga dan
internal security. Sementara, laju penerimaan
TW1-19 hanya meningkat tipis sebesar 3%
yoy, dari kontraksi -5,3% pada TW4-19
akibat pendapatan pajak yang jauh di bawah
target pemerintah (hanya 73,7% dari target
FY18/19). Kondisi tersebut menyebabkan
defisit fiskal Januari-Februari 2019 melebar
menjadi INR1,5 triliun (dari INR1,1 triliun pada
TW4-18).
Di tengah terjadinya pelemahan
ekonomi, pemerintah tetap optimis
bahwa ekonomi India akan membaik.
RBI memprediksi pertumbuhan PDB pada
FY2018/2019 akan mencapai 7,0% yoy,
lebih tinggi dari 6,8% pada FY2017/2018.
Prakiraan tersebut juga sejalan dengan Central
Statistics Office India yang memperkirakan
pertumbuhan PDB 2019 sebesar 7,0% –meski
direvisi ke bawah dari proyeksi sebelumnya
(7,2%). Sedikit berbeda, IMF (WEO April
2019) memprediksi ekonomi India 2019 akan
tumbuh sebesar 7,3%. Faktor pendorong
pertumbuhan diprakirakan berasal optimisme
terpilihnya kembali Presiden Modi sehingga
mendorong konsumsi dan investasi. Namun
seiring dengan meningkatnya eskalasi trade
tensions dengan AS dan pelemahan ekonomi
dunia, aktivitas perdagangan diperkirakan
belum dapat berkontribusi signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Kinerja ekonomi India pada
2019/2020 diprediksi tumbuh lebih
baik dibandingkan 2019. RBI pada MPC
menjelang pemilu. Union budget yang
diumumkan Februari 2019 menetapkan
defisit anggaran FY2019/2020 sebesar
3,4% dari PDB. Target tersebut lebih tinggi
dibandingkan FY 2018/2019 sebesar 3,3%
dari PDB. Untuk state budget, target defisit
FY2018/2019 ditetapkan sebesar 2,9%
PDB, direvisi dari target sebelumnya (2,6%
PDB), dan diprediksi akan menyempit pada
FY2019/2020 menjadi 2,5% dari PDB.
Sumber: Bloomberg
5,5
6
6,5
7
7,5
8
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 69 12 32015 2016 2017 2018 2019
5,75
%
Grafik 2.87 Suku Bunga Kebijakan
Sumber: Bloomberg
-160
-120
-80
-40
0
40
80
120
-2500
-2000
-1500
-1000
-500
0
500
1000
1500
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy Miliar INR Keseimbangan Fiskal Receipt Growth, rhsExpenditure Growth, rhs
Grafik 2.88 Keseimbangan Fiskal
Belanja Pemilu mendorong ke-
naikan belanja fiskal TW1-19 (Januari-
Februari 2019) menjadi 18,9% yoy, dari
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
77
memperkuat pertumbuhan ekonomi
(upside risks) antara lain potensi perbaikan
konsumsi rumah tangga dan publik sehingga
mendorong pertumbuhan, stimulus moneter
dan fiskal untuk mendorong likuiditas
keuangan dan pertumbuhan ekonomi, dan
ekspektasi terpilihnya kembali PM Modi
menumbuhkan optimisme yang dapat
mendorong konsumsi dan pertumbuhan
ekonomi, serta menciptakan lapangan kerja.
2.7. ASEAN-582
Perekonomian negara ASEAN-5 pada
TW1-19 melemah, terdampak perlambatan
ekonomi global dan tensi perdagangan.
Vietnam menjadi negara ASEAN-5 yang
mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi,
meski melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan PDB Vietnam
TW1-19 mencapai 6,8% yoy, menurun dari
7,3% (TW4-18). Perlambatan pertumbuhan
82 Negara ASEAN-5 pada publikasi PEKKI terdiri dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam.
Februari 2019 memprediksi ekonomi India
akan kembali tumbuh 6,4%-6,7% (Semester
I-2019) dan 7,2%-7,4% (Semester II-2019).
Sementara poyeksi IMF untuk FY2019/2020
cenderung lebih optimis di kisaran 7,5%.
Dari sisi harga, inflasi diperkirakan
sedikit termoderasi pada 2019, dan
kembali meningkat pada 2020. IMF
memprakirakan inflasi 2019 akan mencapai
4,1%, dan meningkat pada 2020 ke level
4,3%. RBI menilai terdapat beberapa risiko
inflasi pada 2019 antara lain deflasi kelompok
sayuran, ketidakpastian harga minyak, risiko
geopolitik dan perdagangan, serta volatilitas
pasar keuangan.
Sejumlah risiko membayangi
kinerja perekonomian India. Risiko yang
dapat menurunkan perekonomian (downside
risks) antara lain adalah ketidakpastian
ekonomi pascapemilu, pelemahan ekspor
akibat penurunan pertumbuhan ekonomi
dunia, tingkat pengangguran yang masih
relatif tinggi, dan eskalasi trade tensions
dengan AS. Sementara faktor yang dapat
RealisasiFY17/18 FY18/19 FY19/20 2019 2020 2019 2020
7,0
7,0
H1: 6,4-6,7H2: 7,2-7,5
H2: 3,4-3,7
H1: 7,2-7,5Q3: 7,5
Q3: 3,9
7,4H2: 7,2-7,3
H1: 3,0-3,1
RBI IMF Consensus Forecast
PDB (% yoy) 6,7 6,8 7,3 7,5 7,2 7,3
Estimasi sebelumnya 7,5 7,7 7,2 7,3
Inflasi (% yoy) 3,6 Q4: 2,5 3,9 4,3
Estimasi sebelumnya Q4: 3,8 H1: 3,2-3,4 - -
4,1 4,3
3,9 4,3
Keterangan: Sumber: Reserve Bank of India Bulletin June 2019, IMF-WEO April 2019, Consensus Forecast Mei 2019Estimasi sebelumnya menggunakan data dari RBI MPC Februari 2019, IMF-WEO Januari 2019, Consensus Forecast April 2019
Tabel 2.8 Proyeksi Pertumbuhan PDB dan Inflasi (%)
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
78
inflasi terjadi di Thailand (karena kenaikan
harga makanan dan bahan bakar), serta
Singapura (dipicu kenaikan harga akomodasi,
jasa dan makanan pada musim liburan).
Tekanan inflasi yang terkendali
memberi ruang bagi Filipina dan Malaysia
untuk menurunkan suku bunga kebijakan.
Langkah Bank Negara Malaysia tersebut juga
ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Sementara Bank of Thailand
mempertahankan suku bunga, dan Bank
Sentral Singapura mempertahankan slope
apresiasi SGD.
Pertumbuhan ekonomi Malaysia,
Singapura, Thailand dan Vietnam diprediksi
akan termoderasi, berbeda dengan PDB
Filipina yang diprakirakan membaik didorong
oleh belanja fiskal. Tantangan ekonomi ke
depan juga makin berat. Dari sisi domestik,
sumber risiko berasal dari tingkat utang
rumah tangga yang relatif tinggi (Malaysia),
kekeringan akibat El Nino dan pelaksanaan
pemilu (Filipina), moderasi kinerja sektor
manufaktur dan jasa (Singapura), keketatan
keuangan domestik (Thailand), serta kinerja
BUMN yang lemah, problem infrastruktur
dan korupsi (Vietnam). Dari sisi eksternal,
ASEAN-5 akan menghadapi tantangan dari
perlambatan ekonomi global dan pelemahan
ekonomi Tiongkok, eskalasi konflik
perdagangan, serta tensi geopolitik.
Kinerja ekonomi seluruh negara
ASEAN-5 melemah, terdampak oleh
pelemahan permintaan eksternal
ekonomi juga dialami oleh Filipina (5,6% dari
6,3%), Malaysia (4,5% dari 4,7%), Thailand
(2,8% dari 3,6%) dan Singapura (1,2% dari
1,3%). Eskalasi ketegangan perdagangan
Tiongkok–AS yang menurunkan permintaan
produk ekspor ASEAN-5 menjadi salah satu
faktor yang menurunkan kinerja ekonomi
ASEAN-5.
Aktivitas konsumsi mayoritas ASEAN-5
melemah, kecuali Singapura. Kinerja
konsumsi Malaysia, Thailand, Vietnam, dan
Filipina melambat dipengaruhi sejumlah
faktor idiosyncratic dan pelemahan sentimen
konsumen. Perbaikan konsumsi hanya terjadi
di Singapura, terdorong perayaan Tahun Baru
Imlek dan Singapore Motorshow.
Konsumsi yang tertahan dan
perlambatan ekonomi global menyebabkan
pelemahan aktivitas produksi ASEAN-5.
Aktivitas produksi Singapura dan Thailand
menurun akibat berkurangnya produksi
sektor manufaktur terutama produk
elektronik. Eskalasi ketegangan perdagangan
AS-Tiongkok yang mengganggu supplai
chain telah berdampak negatif pada ekspor.
Kinerja perdagangan Vietnam juga tertekan,
meski menerima benefit dari trade diversion
–dialihkannya impor AS dari Tiongkok ke
Vietnam– untuk menghindari kenaikan tarif
impor.
Tekanan inflasi di negara ASEAN-5
bergerak variatif. Inflasi Filipina dan Vietnam
menurun seiring pelemahan harga makanan.
Tekanan inflasi Malaysia stabil pada level yang
sangat rendah (0,2%). Sementara kenaikan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
79
Pertumbuhan ekonomi Filipina
TW1-19 juga melambat menjadi 5,6% yoy
(dari 6,3% pada TW4-18) akibat kontraksi
belanja pemerintah dan ekspor. Belanja
pemerintah terkontraksi tajam -7,4% yoy
(dari 12,6%) karena penundaan persetujuan
anggaran nasional yang menghentikan proyek
infrastruktur pemerintah. Sektor eksternal
juga terkontraksi -2,5% yoy (dari 2,0%) pada
TW4-18 akibat ekspor yang terkontraksi
sebagai imbas trade tension. Kontraksi ekspor
terutama terjadi pada produk semikonduktor
dan permesinan dari Tiongkok. Sebaliknya,
konsumsi swasta tumbuh menguat (6,3% dari
5,3%) didukung tekanan inflasi yang mereda
serta peningkatan remitansi.86 Investasi juga
tumbuh 6,8% yoy, meningkat dari 4,9%
pada TW4-18.
Pertumbuhan ekonomi Malaysia
TW1-19 kembali melambat setelah
sempat pulih pada TW4-18. PDB Malaysia
tumbuh 4,5% yoy, dari 4,7% pada TW4-18,
akibat kontraksi investasi (-3,5% dari 0,6%) di
tengah sentimen bisnis domestik yang suram.
Konsumsi swasta juga melemah (7,6% dari
8,4%) terimbas sentimen konsumen yang
memburuk. Sebaliknya, belanja pemerintah
meningkat (6,3% dari 4%) seiring dengan
dimulainya kembali beberapa proyek publik
skala besar seperti East Coast Rail Link.
Sektor eksternal tumbuh positif terhadap PDB
sebesar 1,5% dari 1,3% seiring penurunan
pemulihan dari banjir di Bangladesh yang menurukan demand terhadap beras Vietnam
86 Remitansi dari Overseas Filipino Workers (OFW) mencapai USD 2,5 miliar pada Maret 2019, naik 6,6% yoy.
akibat perlambatan ekonomi global
dan ketegangan perdagangan. Vietnam
masih menjadi top performer dengan
mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi
dibandingkan negara ASEAN lainnya, yaitu
6,8% yoy pada TW1-19, meski melambat
dari 7,3% pada TW4-18. Sejalan dengan
itu, pelemahan ekonomi dengan tingkat
penurunan yang lebih moderat terjadi pada
Filipina menjadi 5,6% yoy (dari 6,3%),
Malaysia (4,5% dari 4,7%), Thailand (2,8%
dari 3,6%) dan Singapura (1,2% dari 1,3%).
PDB Vietnam TW1-19 tumbuh
sebesar 6,8% yoy, dari 7,3% pada TW4-
18, akibat penurunan kinerja sektor jasa,
industri dan pertanian.83 Sektor jasa tumbuh
melambat 6,4% yoy (dari 7,0%) terutama
pada subsektor perdagangan grosir dan ritel,
serta layanan akomodasi dan katering yang
lebih rendah terdampak perlambatan ekonomi
global. Sektor industri melambat tipis (8,8%
yoy dari 8,9%), terutama pada subsektor
manufaktur karena penurunan ekspor
smartphone akibat demand global yang
menurun.84 Sektor pertanian dan peternakan
bahkan turun 2,9% yoy (dari 3,8%) karena
penyebaran wabah African swine fever yang
menurunkan produksi daging babi, serta
permintaan dari tiga negara pengimpor beras
utama (Tiongkok, Indonesia dan Bangladesh)
yang jauh lebih sedikit.85
83 Vietnam tidak merilis data PDB berdasarkan pengeluaran.
84 Smartphone merupakan hasil ekspor utama Vietnam, dan sebagian besar diproduksi oleh Samsung Electronics.
85 Pada awal tahun 2019, terdapat persediaan beras yang tinggi di Tiongkok, tahun pemilihan di Indonesia, dan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
80
akibat pelemahan net ekspor dan belanja
pemerintah. Net ekspor terkontraksi cukup
dalam menjadi 0,5% dari 5,6% seiring
penurunan permintaan global termasuk
Tiongkok untuk produk semikonduktor.
Belanja pemerintah menurun (2,9% yoy dari
3,8%) terutama pengeluaran transportasi
akibat penangguhan proyek kereta api
berkecepatan tinggi yang menghubungkan
Kuala Lumpur dan Singapura. Sebaliknya,
konsumsi swasta tumbuh menguat (4,2% yoy
dari 2,2% pada TW4-18) dipicu perbaikan
kondisi pasar tenaga kerja. Investasi juga
membaik meski masih kontraksi (-0,4%
yoy dari -4,4%) seiring perlambatan sektor
manufaktur yang terdampak pelemahan
ekonomi global.
Sumber: Bloomberg
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12016 2017 2018 2019
% yoy Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
Grafik 2.89 Pertumbuhan PDB
Secara umum kinerja konsumsi di
kawasan melemah, kecuali di Singapura.
Rerata penjualan ritel Malaysia pada TW1-19
menurun 8,7% yoy dari 12,1% pada TW4-
18, sejalan dengan penurunan sentimen
konsumen karena perlambatan ekonomi.
Rerata penjualan ritel Filipina pada TW1-
19 menurun menjadi 1,6% dari 3,5%.
impor yang lebih tajam dari penurunan
ekspor, terutama untuk impor produk-produk
elektronik dan minyak sulingan.
Ekonomi Thailand melemah
tajam terdampak pelemahan ekonomi
global dan tensi perdagangan yang
menghambat konsumsi dan investasi
swasta. PDB Thailand TW1-19 tumbuh
sebesar 2,8% yoy (turun dari 3,6% pada
TW4-18). Penurunan tersebut disebabkan
perlambatan konsumsi swasta (4,6% yoy dari
5,4%) terdampak penurunan daya beli akibat
tingkat utang swasta yang tinggi.87 Investasi
juga turun ke 3,2% yoy (dari 4,2%) akibat
perlambatan sektor konstruksi dan mesin.
Sebaliknya, belanja pemerintah menguat
(3,3% yoy dari 1,4%) dipicu peningkatan
pembelian barang dan jasa pemerintah, serta
peningkatan insentif pegawai dan sosial
menjelang pemilihan umum.88 Net ekspor
sedikit membaik (-4,7% dari -5,0%) meski
masih negatif akibat penurunan permintaan
global.89 Perbaikan net ekspor tersebut
terutama akibat Impor yang terkontraksi
terutama bahan bakar, bahan setengah jadi
non-agrikultur, dan peralatan transportasi.
Ekonomi Singapura melemah
dengan laju yang lebih moderat.
Pertumbuhan ekonomi Singapura TW1-19
sebesar (1,2% yoy, menurun tipis dari 1,3%)
87 Per Maret 2019, utang rumah tangga Thailand mencapai USD410,2 miliar. Pada Desember 2018, rasio tersebut telah mencapai 78,6% dari PDB.
88 Thailand melaksanakan pemilihan umum pada 24 Maret 2019.
89 Net ekspor membaik seiring penurunan impor yang lebih tajam dari ekspor.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
81
Thailand, Singapura dan Vietnam cenderung
stabil. Angka pengangguran Malaysia pada
Maret 2019 meningkat 3,4% yoy dari 3,3%
pada Desember 2018 terdampak kondisi
bisnis Malaysia yang lesu akibat trade
tension AS-Tiongkok. Tingkat pengangguran
Filipina pada Maret 2019 juga meningkat ke
5,2% yoy dari 5,1% pada Desember 2018,
terutama pada sektor pertanian. Sementara
itu, tingkat pengangguran Thailand stabil
pada level 0,9%, seiring aturan tenaga kerja
yang ringan dan pajak rendah di sektor
wiraswasta. Unemployment rate Singapura
stabil pada 2,2% akibat penurunan lapangan
kerja di sektor manufaktur yang dapat
diimbangi oleh peningkatan lapangan kerja
pada sektor konstruksi. Pengangguran
Vietnam juga tetap sebesar 2,2% sebagai
dampak dari penerbitan undang-undang
ketenagakerjaan terkait pemberian izin atas
layanan outsourcing, pembayaran upah
outsourcing, dan perluasan daftar pekerjaan
outsourcing.
Sumber: Bloomberg, Tradingeconomics
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2.0
2,5
3,0
3,5
4,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2016 2017 2018 2019
%% Malaysia Thailand Singapura Vietnam Filipina, rhs
Grafik 2.91 Tingkat Pengangguran
Pelemahan konsumsi tersebut disebabkan
oleh penurunan upah sehingga daya beli
tertahan. Pelemahan konsumsi tersebut,
terutama pada penjualan makanan;
minuman dan tembakau; bahan mentah;
bahan kimia; barang-barang manufaktur;
mesin dan peralatan transportasi. Rerata
penjualan ritel Thailand TW1-19 melambat
(9,0% yoy dari 14,5%) dipicu ketidakpastian
politik menjelang Pemilu 24 Maret 2019.
Sementara rerata penjualan ritel Vietnam
melambat (11,9% dari 12,4%) dikarenakan
penurunan jumlah kunjungan turis asing.
Sebaliknya, penjualan ritel Singapura pada
TW1-19 membaik meski masih negatif,
yaitu -1,1% yoy dari -2,5% pada TW4-18.
Lonjakan penjualan ritel terjadi pada Januari
2019 seiring perayaan Tahun Baru Imlek dan
kenaikan penjualan kendaraan bermotor
dengan diselenggarakannya Singapore
Motorshow.
Sumber: Bloomberg, CEIC
16
14
12
10
8
6
4
2
0-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy% yoy Filipina, lhs Singapura, lhs Thailand, rhsVietnam, lhs Malaysia, rhs
Grafik 2.90 Penjualan Ritel
Aktivitas konsumsi yang tertahan
dipengaruhi oleh kinerja sektor tenaga
kerja ASEAN-5. Tingkat pengangguran di
Malaysia dan Filipina meningkat, sementara
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
82
juga termoderasi menjadi (-1,1% dari
2,6%) sejalan dengan perlambatan ekspor
khususnya sektor manufaktur, a.l. elektronik,
besi dan karet di tengah ketidakpastian trade
tension AS-Tiongkok. Aktivitas produksi
Vietnam termoderasi pada (9,1% yoy dari
9,6%) akibat perlambatan sektor manufaktur
dan penurunan pasokan listrik dan gas.
Kinerja perdagangan seluruh
negara ASEAN-5 melemah, terpengaruh
eskalasi ketegangan dagang Tiongkok–
AS yang mengganggu supply chain. Rerata
pertumbuhan ekspor Singapura terkoreksi
tajam menjadi 0,1% yoy pada TW1-18, dari
7,3% pada TW4-18 –seiring penurunan
permintaan dari Australia, Indonesia, dan
Jepang, baik untuk komoditas oil maupun
non-oil. Penurunan produk non-oil, terendah
sejak TW1-16, terutama dipengaruhi oleh
jatuhnya ekspor barang elektronik, akibat
disrupsi rantai pasokan produk komponen
elektronik internasional dan siklus bisnis
industri teknologi yang ditengarai telah
mencapai titik puncak (maturity).91 Ekspor
elektronik terkontraksi menjadi -16,9% yoy,
dari -3,5% pada TW4-18 (terendah dalam
delapan tahun terakhir). Sementara, impor
TW1-19 terkoreksi menjadi 4,6%, dari 11,6%
pada TW4-18 –terutama bahan bakar mineral,
dan -40,3%, memberikan kontribusi terbesar terhadap penurunan NODX elektronik.
91 Siklus bisnis industri teknologi telah mencapai titik puncak (maturity) dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (i) faktor struktural, seperti kejenuhan pada pasar smartphone global dan perpindahan data centres, (ii) mini-cycle akibat peluncuran berbagai model terbaru produk teknologi, dan (iii) perubahan siklus bisnis industri teknologi karena telah mencapai titik jenuh (saturity). (ECB Economic Bulletin, April 2019)
Sumber: Bloomberg, Tradingeconomics
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy Filipina, lhs Singapura, lhs Vietnam, lhsMalaysia, rhs Thailand, rhs
Grafik 2.92 Produksi Industri
Aktivitas produksi pada TW1-18
melemah di seluruh negara ASEAN-5.
Aktivitas produksi Malaysia termoderasi
(2,7% yoy dari 3,2%) karena pertumbuhan
produksi manufaktur yang melemah terimbas
penurunan ekspor akibat perdagangan
global yang lesu. Aktivitas produksi Filipina
masih negatif (-3,9% yoy dari -0,8%) karena
higher base effects. Di samping itu, tren
inflasi yang menurun mendorong perusahaan
manufaktur menunda produksi hingga suku
bunga diturunkan untuk mengurangi biaya
pinjaman. Aktivitas produksi Singapura
terkontraksi pada (-0,1% yoy dari 4,6%)
karena perlambatan produksi pada sektor
manufaktur terutama barang elektronik dan
mesin di tengah ketidakpastian trade tension
AS-Tiongkok.90 Aktivitas produksi Thailand
90 Menurut Enterprise Singapore, pertumbuhan NODX (Non-Oil Domestic Exports) elektronik Singapura terkontraksi sejak Desember 2018. Bahkan pada Maret 2019, pertumbuhan NODX elektronik Singapura terkontraksi ke titik terendah dalam 7 tahun terakhir menjadi -26,7% dari -8,2% pada Februari 2019. Pertumbuhan ekspor Integrated Circuit, Personal Computer, dan produk media disk pada Maret 2019 masing-masing terkontraksi menjadi -22,2%, -46,3%,
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
83
92,93 Sementara, rerata pertumbuhan impor
TW1-19 turun lebih dalam dari ekspor (7%
dari 10,6%), sehingga neraca perdagangan
Vietnam TW1-19 melebar menjadi USD1,7
miliar, dari USD331,8 juta pada TW4-18.
Kinerja eksternal Vietnam tetap mengalami
pelemahan meski trade tension AS-Tiongkok
memberikan sejumlah benefit dari terjadinya
fenomena trade diversion. Sejumlah pelaku
usaha di AS telah mengalihkan permintaan
impornya dari Tiongkok ke Vietnam untuk
menghindari kenaikan tarif impor.
Perlambatan ekspor juga
dialami oleh Filipina. Pada TW1-19 rerata
pertumbuhan ekspor Filipina terkontraksi
lebih dalam (-2,9%, dari -1,5% pada TW4-
18). Kontraksi terutama dipengaruhi oleh
penurunan ekspor semikonduktor dan
permesinan akibat pelemahan permintaan
dari Tiongkok. Sementara, pertumbuhan
impor TW1-19 terkoreksi cukup dalam
menjadi 4,6%, dari 10,3% pada TW4-18.
Seiring dengan perkembangan tersebut,
defisit neraca perdagangan Filipina TW1-19
menyempit menjadi –USD9,8 miliar dari –
USD12,7 miliar pada TW4-18.
92 Komoditas mobile phone dan komponen mobile phone mendominasi ekspor Vietnam dengan pangsa sebesar 21% dari total ekspor.
93 Tiongkok memberlakukan pengetatan aturan impor produk pertanian Vietnam antara lain mewajibkan pencantuman informasi pada kemasan, pendaftaran petani dan perusahaan pemrosesan sebelum melakukan ekspor, dan pengetatan pengawasan di perbatasan dengan Vietnam agar dapat melakukan kontrol kualitas dan penelusuran asal barang. Sementara, EU menerapkan standar tingkat higienitas, keamanan pangan, dan product traceability.
bahan kimia, serta suku cadang transportasi
dan permesinan. Sejalan dengan nilai impor
yang terkoreksi lebih dalam dibanding ekspor,
surplus neraca perdagangan Singapura TW1-
19 masih meningkat menjadi SGD10,7 miliar,
dari SGD9,04 miliar pada TW4-18.
Pertumbuhan ekspor Thailand
turut terkontraksi akibat kenaikan harga
minyak dan tensi perdagangan. Ekspor
terkontraksi -1,5% yoy pada TW1-18, dari
2% pada TW4-18. Kontraksi terutama
dipengaruhi oleh permintaan ekspor
petroleum, petrokimia, dan barang elektronik
yang menurun –imbas kenaikan harga
minyak dan penurun permintaan produk
elektronik. Impor Thailand terkontraksi tajam
menjadi -1,2% yoy, dari 5,9% pada TW4-
18 –terutama impor bahan bakar, bahan
setengah jadi non-agrikultur, dan peralatan
transportasi. Dengan demikian, surplus
neraca perdagangan Thailand pada TW1-19
mengalami rebound, naik menjadi USD2,01
miliar, setelah mencatat defisit selama dua
triwulan terakhir.
Kinerja ekspor Vietnam melambat
terdampak pelemahan ekonomi global.
Pertumbuhan ekspor Vietnam pada TW1-19
turun menjadi 4,3% yoy, dari 6,7% pada
TW4-18 terutama produk mobile phone
dan komponennya –seiring pelemahan
permintaan akibat disrupsi pada rantai
pasokan di industri ini–, serta pelemahan
ekspor pertanian terutama dari Tiongkok
dan EU akibat pengetatan aturan impor.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
84
Februari 2019, terutama produk elektronik
dan hasil penyulingan minyak dari Singapura.
Tekanan inflasi negara ASEAN-5
bergerak variatif. Tekanan inflasi headline
Filipina Maret 2019 melanjutkan tren
penurunan menjadi 3,3% yoy, dari 5,1%
(Desember 2018) –terendah sejak Januari
2018. Langkah pengetatan kebijakan moneter
oleh otoritas Filipina mulai menunjukkan hasil,
sehingga inflasi kembali berada pada rentang
target 2019.94 Selain itu, tekanan inflasi
juga mereda seiring penurunan harga beras
serta makanan dan minuman non-alkohol.
Tekanan inflasi inti juga turun menjadi 3,5%
pada Maret 2019, dari 4,7% pada Desember
2018.
Sejalan dengan Filipina, tekanan
inflasi juga menurun di Vietnam –
terendah dalam 3 tahun terakhir. Inflasi
headline Vietnam turun menjadi 2,7% yoy
(Maret 2019), dari 3% (Desember 2018).
Penurunan terutama disebabkan oleh
pelemahan harga makanan, terutama daging
babi –akibat penyebaran wabah African
swine fever– serta harga bahan bakar dan
gas. Sementara, inflasi inti justru meningkat
menjadi 1,8% (Maret 2019), dari 1,7%
(Desember 2018) –akibat kenaikan tarif listrik
dan perayaan tahun baru Imlek.
Tekanan inflasi Thailand TW1-
19 meningkat akibat kenaikan harga
makanan dan bahan bakar. Pada Maret
2019, inflasi headline Thailand naik menjadi
1,2% yoy, dari 0,4% pada Desember
94 Target inflasi Filipina 2019 adalah sebesar 2%-5%.
Sumber: CEIC
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
Grafik 2.93 Ekspor
Sumber: CEIC
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
Grafik 2.94 Impor
Kinerja ekspor Malaysia menurun
akibat perlambatan permintaan global.
Rerata pertumbuhan ekspor Malaysia TW1-
19 terkontraksi -0,9% yoy (dari 8,2% pada
TW4-18), karena penurunan permintaan
produk petroleum, kelapa sawit, dan karet
–terutama dari Tiongkok dan Singapura.
Rerata pertumbuhan impor TW1-19 juga
turun signifikan menjadi -2,9% yoy (dari 5,7%
pada TW4-18) sehingga, neraca perdagangan
Malaysia TW1-19 naik menjadi USD37 miliar
dari USD34,8 miliar pada TW4-18. Penurunan
impor signifikan terjadi pada Januari dan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
85
efek temporer puncak musim liburan.
Inflasi headline Singapura naik menjadi
0,6% yoy pada Maret 2019, dari 0,5% pada
Desember 2018 –seiring kenaikan inflasi
pada akomodasi, produk jasa, dan makanan
yang terjadi pada musim liburan. Sebaliknya,
inflasi inti turun menjadi 1,4% pada Maret
2019, dari 1,9% pada Desember 2018) –
karena menghilangnya efek kenaikan cukai
tembakau dan tarif listrik yang turun.96,97
Inflasi Malaysia stabil dan tertahan
di bawah target otoritas.98 Inflasi headline
Malaysia stabil pada level 0,2% pada Maret
2019 (sama dengan posisi Desember 2018),
di bawah target otoritas sebesar 0,7%-1,7%.
Inflasi pada Maret 2019 tersebut merupakan
rebound dari deflasi pada Januari–Februari
2019, terutama didorong oleh kenaikan
biaya transportasi akibat tren kenaikan harga
minyak internasional. Sementara, inflasi inti
naik tipis menjadi 0,5% yoy pada Maret
2019, dari 0,4% pada Desember 2018.
Kebijakan moneter negara
ASEAN-5 variatif sesuai kondisi masing-
96 Sebagaimana diumumkan pada APBN Singapura 2018, cukai untuk semua produk tembakau dinaikkan sebesar 10% –berlaku sejak 19 Februari 2018. Kenaikan tersebut berkontribusi pada peningkatan inflasi untuk produk-produk tembakau antara Februari 2018 dan Februari 2019, tetapi tidak lagi berpengaruh pada inflasi produk tembakau pada Maret 2019.
97 Singapura melakukan liberalisasi sektor kelistrikan melalui peluncuran Open Electricity Market yang diluncurkan secara bertahap berdasarkan pembagian area tertentu pada April 2018, November 2018, Januari 2019, dan masih terus berlanjut. Peluncuran OEM diperkirakan dapat menurunkan biaya kelistrikan swasta hingga 20% - 30%.
98 Target inflasi Malaysia tahun 2019 adalah sebesar 1,5%-2,5%.
2018 –kenaikan terutama pada komoditas
sayuran yang pasokannya berkurang akibat
kekeringan.95 Selain itu, kenaikan harga
minyak internasional juga mendorong
kenaikan harga bahan bakar di Thailand
untuk pertama kali dalam empat bulan. Di
tengah kenaikan inflasi headline, inflasi inti
justru turun menjadi 0,6% yoy pada Maret
2019, dari 0,7% pada Desember 2018.
Sumber: Bloomberg
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
Grafik 2.95 Inflasi Headline
Sumber: Bloomberg
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 32016 2017 2018 2019
% yoy % yoy Malaysia Filipina Singapura Vietnam Thailand, rhs
Grafik 2.96 Inflasi Inti
Tekanan inflasi di Singapura masih
sangat rendah, kendati meningkat seiring
95 Inflasi Thailand masih dalam rentang target 2019 sebesar 1%-4%.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
86
Bank of Thailand (BoT)
mempertahankan suku bunga dan
menjaga stabilitas. Suku bunga kebijakan
one day repurchase rate dipertahankan
sebesar 1,75% pada MPC 8 Mei 2019, setelah
naik untuk pertama kalinya sejak 2011 pada
MPC 19 Desember 2018. BoT memandang
stance kebijakan moneter akomodatif masih
memadai untuk beberapa waktu ke depan,
dan tetap dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi, stabilitas keuangan dan inflasi.
Keputusan tersebut juga ditempuh untuk
menjaga policy space, khususnya di tengah
ketidakpastian hasil pemilihan umum, dan
mempertahankan inflasi pada kisaran target.99
Otoritas moneter Singapura
mempertahankan kebijakan moneter.
Monetary Authority of Singapore (MAS)
mempertahankan slope apresiasi SGD NEER,
yang telah dinaikkan pada MPC 12 Oktober
2018.100 Langkah tersebut dilatarbelakangi
oleh kinerja ekonomi Singapura yang
cenderung melambat, serta tekanan inflasi
99 Hasil Pemilu Thailand masih menyisakan ketidakpastian, sebab pada pengumuman 8 Mei 2019, tidak terdapat partai politik yang memenangkan mayoritas suara. Kondisi tersebut memperpanjang ketidakpastian dan perpecahan politis, sebab penentuan Perdana Menteri masih akan ditentukan oleh suara dari lower house dan perwakilan senat yang saat ini jumlah kursinya hampir sama kuat antara pendukung petahana dan calon lawannya.
100 MAS menggunakan target NEER (Nominal Effective Exchange Rate) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Kenaikan slope apresiasi SGD NEER mencerminkan pengetatan kebijakan. Sebelumnya, MAS menaikkan slope laju apresiasi SGD NEER secara terbatas (slightly) pada MPC 12 Oktober 2018, namun lebar (width) dari policy band serta titik tengah policy band tetap dipertahankan.
masing negara. Banko Sentral ng Pilipinas
(BSP) menurunkan suku bunga acuan sebesar
25 bps menjadi 4,5% pada 9 Mei 2019,
seiring inflasi Filipina yang telah terkendali
dan berada pada rentang target otoritas.
Langkah yang sama ditempuh Bank Negara
Malaysia (BNM) yang menurunkan suku
bunga kebijakan 25 bps menjadi 3,0% pada
Monetary Policy Meeting (MPC) tanggal 7 Mei
2019, pertama kali sejak 2016. Penyesuaian
suku bunga kebijakan juga ditempuh untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang
terdampak trade tension.
Sumber: Tradingeconomics
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 52016 2017 2018 2019
% Malaysia Filipina Thailand Vietnam
Grafik 2.97 Suku Bunga Kebijakan
Sumber: Bloomberg dan MAS
119
121
123
125
127
129
Jan-
15M
ar-1
5M
ay-1
5Ju
l-15
Sep-
15No
v-15
Jan-
16M
ar-1
6M
ay-1
6Ju
l-16
Sep-
16No
v-16
Jan-
17M
ar-1
7M
ay-1
7Ju
l-17
Sep-
17No
v-17
Jan-
18M
ar-1
8M
ay-1
8Ju
l-18
Sep-
18No
v-18
Jan-
19M
ar-1
9
Indeks
Pelonggaran Jan-2015: slope S$NEER diubah menjadi1% dari 2%
Pelonggaran Apr -2016:slope S$NEER diubah menjadi netral (0%)
Pengetatan Apr-2018: slope S$NEER ditingkatkan
Pelonggaran Okt -2015: slope S$NEER diubah menjadi 0,5% dari 1%
Pengetatan Okt -2018 : slope S$NEER kembali
ditingkatkan
appreciation
depreciation
Grafik 2.98 Kebijakan Moneter Singapura
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
87
yang tumbuh 7,1% karena momentum
ekonomi global yang lebih lemah. Pemerintah
Vietnam menargetkan PDB 2019 akan
tumbuh di kisaran 6,6%-6,8%, sejalan
dengan prakiraan IMF sebesar 6,5%.
Sebaliknya, ekonomi Filipina
diperkirakan akan membaik pada 2019.
Pertumbuhan ekonomi didorong oleh
peningkatan belanja pemerintah, yang
diharapkan dapat mendorong investasi
dan konsumsi swasta. Selain itu, kebijakan
pelonggaran bank sentral diharapkan dapat
menekan biaya pinjaman. Pemerintah
menargetkan PDB Filipina 2019 sebesar 6%-
7% yoy, sementara IMF memprakirakan akan
mencapai 6,5%, lebih tinggi dari pencapaian
2018 sebesar 6,2%.
Inflasi ASEAN-5 diperkirakan
bergerak variatif pada 2019, sesuai
dengan kebijakan domestik di beberapa
negara dan dinamika harga komoditas
global. Inflasi Malaysia diperkirakan
meningkat secara moderat. Kenaikan tekanan
harga bersumber dari akselerasi permintaan
domestik seiring perbaikan upah, kenaikan
tarif listrik untuk industri, dan terbatasnya
pasokan bahan makanan yang diimpor dari
negara lain, seperti jagung. Namun demikian,
tekanan kenaikan tersebut juga akan sedikit
dikompensasi oleh ekspektasi penurunan
harga bahan bakar –sejalan dengan outlook
harga minyak yang melemah– dan kebijakan
managed float harga bahan bakar.
Inflasi Singapura diprediksi juga
naik moderat, sementara Vietnam stabil.
yang mild dan terkendali.101
Kinerja ekonomi ASEAN-5 –kecuali
Filipina– diprakirakan kembali melambat.
Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh
pelemahan permintaan ekspor, tensi
perdagangan, serta ketidakpastian ekonomi
global. Otoritas Malaysia menargetkan
pertumbuhan PDB 2019 sebesar 4,9%
yoy, sementara IMF memprediksi ekonomi
tumbuh 4,7%, lebih rendah dari 4,8% pada
2018. Ekonomi Malaysia diperkirakan akan
terbebani oleh perlambatan permintaan
global atas produk teknologi, yang menahan
investasi dan pembukaan lapangan kerja.
Pelemahan permintaan produk teknologi juga
akan menghambat pertumbuhan ekonomi
Singapura 2019. Pemerintah menargetkan
ekonomi Singapura tumbuh 2%-3% yoy
pada 2019, lebih rendah dari 3,3% pada
2018. Sementara IMF memprediksi ekonomi
Singapura hanya akan tumbuh 2,3%.
Pertumbuhan ekonomi Thailand
diproyeksi termoderasi karena pelemahan
permintaan domestik, meskipun terdapat
dorongan dari proyek infrastruktur
pemerintah. Pemerintah Thailand
menargetkan ekonomi tumbuh 3,8% yoy
pada 2019, sementara IMF memprakirakan
sebesar 3,5%, lebih rendah dari realisasi PDB
2018 (4,2%). Ekonomi Vietnam diprediksi
akan melambat dibandingkan tahun 2018
101 Pada Monetary Policy Statement April 2019, MAS merevisi proyeksi inflasi inti menjadi 1%-2% dari sebelumnya 1,5%-2,5% –seiring dengan ekspektasi penurunan harga minyak internasional dan biaya listrik akibat kebijakan Open Electricity Market (OEM).
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
88
produksi. Sementara pelemahan inflasi Filipina
dipengaruhi oleh pengetatan kebijakan
moneter dan pasokan bahan makanan yang
mencukupi –terutama beras. Meski demikian,
terdapat potensi risiko yang berasal dari
kenaikan harga minyak dan kekeringan akibat
El Nino yang dapat meningkatkan tekanan
inflasi.
Kinerja ekonomi ASEAN-5
dihadapkan pada sejumlah risiko. Dari
sisi domestik, risiko ekonomi Malaysia
berasal dari tingkat utang rumah tangga
yang relatif tinggi yang dapat menghambat
pengeluaran rumah tangga.102 Di Filipina,
terdapat risiko kekeringan akibat El Nino
yang dapat meningkatkan inflasi. Filipina
juga akan melaksanakan pemilu pada 13 Mei
2019 yang dapat memicu ketidakpastian.
102 Per Desember 2018, utang rumah tangga Malaysia mencapai USD 294,4 miliar (82,1% dari PDB).
Hal tersebut dipengaruhi oleh akselerasi minyak
internasional secara terbatas (diperkirakan
tidak akan lebih tinggi dibanding rerata tahun
sebelumnya). Namun demikian, Pemerintah
Singapura memperkirakan tekanan inflasi
dapat mereda, seiring penurunan harga
listrik sebagai dampak dari penerapan
Open Electricity Market (OEM). Sementara
itu, tekanan inflasi Vietnam diperkirakan
cenderung stabil, di bawah target otoritas
tahun 2019 (4%) . Dampak penyebaran virus
African Swine Fever terhadap deflasi harga
daging babi diperkirakan masih akan terasa
setidaknya hingga triwulan II 2019. Namun,
deflasi tersebut akan sedikit terkompensasi
dengan tren harga minyak internasional yang
masih dalam tren kenaikan.
Inflasi Thailand dan Filipina
diperkirakan menurun. Di Thailand,
peningkatan peran e-commerce dan
produktivitas dapat menurunkan biaya
Tabel 2.9 Proyeksi PDB ASEAN-5 (% yoy)
Tabel 2.10 Proyeksi Inflasi ASEAN-5 (% yoy)
Target
Pemerintah
2019 2019 2020 2019 2020 2019 2020
Malaysia 4,8 4,9 4,3-4,8 - 4,7 4,8 4,4 4,5
Filipina 6,2 07-Jun - - 6,5 6,6 6,0 6,1
Singapura 3,3 03-Feb - 2,3 2,4 2,3 2,4
Thailand 4,2 3,8 3,8 3,9 3,5 3,5 3,5 3,5
Vietnam 7,1 - - 6,5 6,5 6,5 6,3Sumber: Otoritas, IMF World Economic Outlook April 2019, Consensus Forecast June 2019
NegaraRealisasi
2018
Bank Sentral IMF-WEO (Apr-19) CF (Juni-19)
Target
Pemerintah
2019 2019 2020 2019 2020 2019 2020
Malaysia 1 - 0,7-1,7 - 2 2,6 1,1 2,1
Filipina 5,2 2,0 - 4,0 2,9 3,1 3,8 3,3 3,0 3,2
Singapura 0,4 0,5 - 1,5 1,1 1,5 1,3 1,4 0,8 1,2
Thailand 1,1 0,7 - 1,7 1 1,1 1 1,3 1,0 1,2
Vietnam 3,5 4 - - 3,1 3,3 3 3,8Sumber: Otoritas, IMF World Economic Outlook April 2019, Consensus Forecast June 2019
NegaraBank Sentral IMF-WEO (Apr-19) CF (Juni-19)Realisasi
2018
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
89
Sumber risiko di Singapura berasal dari
moderasi kinerja sektor manufaktur, seiring
penurunan perdagangan elektronik global.
Sektor jasa yang berorientasi ke luar negeri
seperti perdagangan grosir serta transportasi
dan penyimpanan juga berisiko termoderasi
seiring dengan perlambatan ekonomi global
dan tensi perdagangan. Di Thailand, risiko
berasal dari kondisi keuangan domestik yang
lebih ketat sebagai akibat dari utang rumah
tangga dan non-performing loan (NPL) yang
tinggi.103 Ekonomi Vietnam masih dibayangi
oleh kinerja keuangan BUMN yang lemah dan
tidak efisien, pemasalahan infrastruktur dan
korupsi. Sementara risiko bagi perekonomian
ASEAN-5 dari sisi eksternal secara umum
berasal dari perlambatan ekonomi global
dan ekonomi Tiongkok, eskalasi konflik
perdagangan, serta tensi geopolitik.
103 Rasio Non Performing Loans (NPL) Thailand sebesar 3,0% pada Maret 2019. NPL Thailand dilaporkan sebesar USD13,584 miliar pada Desember 2018.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2019
90