bab 1 - azainalmutaqin.files.wordpress.com file · web viewdengan momentum penerapan kurikulum...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada sebuah kampus di bilangan Jakarta yang memiliki seorang dosen mata
kuliah bahasa inggris. Dosen tersebut sangat disenangi oleh mahasiswanya dan selalu
ditunggu-tunggu kehadirannya. Berbeda dengan dosen yang lain, dosen yang satu ini
selalu membuat mahasiswanya enggan untuk absen (tidak masuk), sehingga setiap
kali beliau mengajar, kelas selalu penuh.
Karena penulis adalah salah satu dari mahasiswa yang diajar oleh beliau,
penulis bisa langsung menyimpulkan bahwa yang menyebabkan dosen ini begitu
disenangi oleh para mahasiswanya adalah karena beliau mengajar dengan
menggunakan metode yang sangat variatif dan tidak monoton.
Variatif disini maksudnya adalah ada saja kasus baru dalam kehidupan
sehari-hari yang dibahas terlebih dahulu oleh beliau sebelum masuk ke dalam materi
pembelajaran bahasa inggris.
Tidak hanya itu, sang dosen pun kadang mengaitkan kasus-kasus yang tengah
dibahasnya dengan mata kuliah – mata kuliah yang lain. Sehingga karena hal ini,
pembelajaran bahasa inggris terasa begitu segar dan bermakna walaupun telah
dipelajarai selama puluhan tahun oleh para mahasiswa.
1
Dari fakta sang dosen ini, penulis mencoba mengait-ngaitkan dengan
pembelajaran TIK di Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK). Hingga muncul sebuah
pertanyaan, mungkinkah metode pembelajaran yang digunakan oleh dosen terssebut
dapat diterapkan dalam pembelajaran TIK di kelas?. Sehingga merubah paradigma
siswa dan guru bahwa mata pelajaran TIK tidak melulu ilmu teknis yang tidak ada
kaitannya dengan mata pelajaran lain.
Terbayang nantinya, seorang guru TIK tidak hanya mengawali pembelajaran
dengan absen kelas, isi pembelajaran dengan menyetel video pembelajaran dan
menutup pembelajaran dengan tugas membuat ini dan itu menggunakan software ini
dan itu yang lingkupnya hanya dunia Tekonologi Informasi (TI) saja. Atau yang
lebih konyol lagi, pembelajaran TIK selalu ditutup dengan bermain game yang tidak
ada hubungannya dengan materi saat itu karena sang guru sudah kehabisan materi
dan para siswa sudah terlalu jenuh dengan software yang tengah ia pelajari.
Inilah maksud dari penulisan makalah ini, sehingga muncul judul ”
PEMANFAATAN KARTU TEMATIK UNTUK MENGHIDUPKAN
PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI
SMA/SMK”.
Dengan momentum penerapan kurikulum 2013, yang prinsip utamanya
adalah tematik - integratif, kiranya makalah ini dapat lebih memperkaya khazanah
pembelajaran di sekolah.
Terlepas dari akan dihapuskannya mata pelajaran TIK di sekolah ataupun
akan dijadikan mata pelajaran ekstra kurikuler, penulis berharap makalah ini tidak
hanya bermanfaat untuk saya pribadi dan teman-teman di kalangan guru TIK saja,
2
tetapi juga bermanfaat untuk para guru di semua mata pelajaran mulai dari Taman
Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK).
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam laporan penelitian ini adalah membuat karya inovatif
yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa kartu tematik yang dibuat oleh
seorang guru TIK..
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah membuat kartu tematik untuk membantu
guru TIK menyampaikan materi ajarnya di SMA/SMK.
D. Kajian Teori
Kata ”tematik” berasal dari bahasa Yunani yaitu tithenai yang berarti
”menempatkan” atau ”meletakkan”. Kata ini mengalami perkembangan sehingga
menjadi ”tema”. Menurut bahasa ”tema” berarti ”sesuatu yang telah diuraikan” atau
”sesuatu yang telah ditempatkan” (Gorys Keraf, 2001; 107).
”Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali
pertemuan”
(http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PEMBELAJARANTEMATIK.pdf
)
Dalam kurikulum 2013, pendekatan tematik terpadu (semua mata pelajaran)
diterapkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Sedangkan pada jenjang Sekolah
3
Menengah Pertama (SMP) dilakukan pendekatan terpadu untuk mata pelajaran IPA
dan IPS. Pendekatan tematik berbasis mata pelajaran diterapkan pada jenjang
SMK/SMA. Dengan begitu, diharapkan penerapan kurikulum 2013 dapat efektif
membentuk karakter murid/siswa atau peserta didik.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, ”kartu” artinya ”kertas tebal”
berbentuk persegi panjang. Digunakan untuk berbagai keperluan seperti KTP, SIM,
Tanda Keanggotaan, dan sebagainya.
Jadi, kartu tematik adalah selembar kertas yang berisi rencana pembelajaran
dalam satu pertemuan dengan menggunakan pendekatan secara tematik - integratif.
Berdasarkan kajian teori di atas, guru mencoba membuat kartu tematik yang
dibuat dari sumber-sumber yang telah ada pada pelajaran TIK, seperti RPP dan
silabus. Sedangkan untuk temanya, karena belum ada acuan khusus yang dibuat oleh
dinas pendidikan maka guru dapat membuatnya sendiri dengan cara yang akan
dijelaskan selanjutnya.
4
BAB II
LANGKAH -LANGKAH PELAKSANAAN
A. Rancangan alat
Sebelum membuat kartu tematik, guru mengumpulkan terlebih dahulu
sumber-sumber yang diperlukan, diantaranya:
1. Silabus, yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
2. Rencana Pelaksanaan dan Pembelajaran (RPP), yaitu rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan
dijabarkan dalam silabus.
3. Kurikulum Tematik SMA, penulis tidak menemukan contoh khusus
kurikulum tematik untuk SMA yang dapat dijadikan acuan oleh guru karena
mungkin jenjang SMA lebih diarahkan pada penerapa mata pelajaran dalam
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu guru dapat menyusun sendiri tema-tema
tersebut dari sumber-sumber yang ada dengan memanfaatkan media seperti
internet, buku-buku, media massa, melihat langsung di lapangan, berita-berita
di televisi yang berhubungan dengan issue terhangat. Tidak hanya dalam
5
urusan teknologi informasi, tetapi juga yang berkenaan dengan disiplin ilmu
yang lain seperti sosiologi, geografi, agama, sastra dan lain sebagainya.
B. Proses pembuatan kartu tematik
Guru dapat memasukkan tema-tema yang telah disiapkan pada sesi
mukaddimah (pembukaan) dalam mengajar dan tugas praktek yang akan diberikan
pada saat itu. Sedangkan langkah-langkah pembuatan kartu tematik adalah sebagai
berikut:
1. Setelah Rencana Pelaksanaan dan Pembelajaran (RPP) dan silabus sudah ada,
selanjutnya guru diminta untuk menyiapkan program aplikasi Microsoft
Excel.
2. Dalam program Microsoft Excel tersebut, guru meramu kedua bahan tersebut
menjadi sebuah tabel tersendiri.
3. Selanjutnya guru dapat menambahkan tema-tema yang akan diberikan kepada
siswa dalam tiap pertemuannya, baik ketika pembukaan maupun ketika
praktek membuat sesuatu.
4. Guru dapat berimprovisasi (mengembangkan) semua yang telah direncakanan
pada kartu tematik tersebut ketika kegiatan belajar mengajar sedang berjalan.
C. Pedoman penggunaan alat dan bahan/pembuatan manual
Pedoman penggunaan alat dan bahan/pembuatan manual kartu tematik
sangatlah sederhana. Kartu tematik dibuat dari bahan-bahan yang biasa terlihat di
meja-meja guru maupun kantor-kantor sekolah, yaitu:
6
1. Satu buah komputer/laptop
2. Program aplikasi Microsoft Excel
3. Printer
4. Kertas
5. Steples
6. Lakban
D. Prosedur penggunaan kartu tematik dalam pembelajaran
Setelah kartu tematik selesai dibuat baik untuk satu pertemuan maupun
beberapa pertemuan, ada beberapa prosedur dan konsekwensi yang muncul ketika
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, diantaranya:
1. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan selalu meng-update secara berkala
wawasannya tentang fenomena terbaru yang terjadi di dunia ini. Tidak ada
alasan untuk tidak bisa mendapatkan berita-berita terbaru. Sekarang manusia
sudah memasuki era informasi, dimana semua informasi yang dibutuhkan
bisa didapat dengan mudah sekali tanpa harus mengeluarkan biaya dan waktu
yang banyak. Tinggal masalah kesungguhan saja, apakah guru mau
meluangkan sedikit dari waktunya untuk meng-update dan meng-upgrade
informasi yang dia miliki. Pepatah Arab mengatakan ”seseorang yang tidak
memiliki apa-apa, tidak dapat meberi apa-apa”.
2. Pengelolaan kelas menjadi sangat penting sebelum pembelajaran dimulai.
Pembukaan materi yang kaya akan tema-tema menarik menjadi tidak berarti
7
manakala kelas dalam keadaan gaduh dan tidak fokus. Untuk itu guru harus
memiliki kecakapan dalam mengelola kelas sehingga siswa benar-benar
dalam keadaan siap menerima ilmu pengetahuan dan wawasan baru dari
gurunya.
3. Mengoptimalkan sarana, prasarana dan sumber-sumber belajar. Terutama
koneksi jaringan internet sekolah.
4. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi bisa
memanfaatkan semua fasilitas yang ada yang berhubungan denga materi ini
yang tengah dipelajari
E. Hasil yang diperoleh dari praktek membuat kartu tematik
Kunci sukses pembuatan kartu tematik terletak pada ukuran kartu dan
sistematika penulisannya. Kartu tematik yang berukuran terlalu besar walaupun
content-nya lengkap menjadi kurang bermanfaat karena sulit untuk dilihat secara
langsung. Terlebih untuk seorang guru yang memori jangka pendeknya sudah
terganggu alias mudah lupa.
Begitupun kartu yang isinya tidak lengkap, sekalipun berukuran kecil, simpel
dan mudah dibawa kemana-mana tetap terasa kurang karena informasi yang ada di
dalamnya tidak mewakili apa yang ingin disampaikan oleh guru.
Untuk itu buatlah kartu dengan ukuran kecil (seukuran saku) agar bisa dibawa
kemana-mana dan mudah untuk dilihat maupun di simpan. Tidak disarankan
menjelaskan secara panjang lebar hal-hal yang perlu disampaikan mengingat ukuran
8
kertas yang terbatas. Cukup dituliskan point-pointnya saja agar kartu terlihat simpel
namun lengkap dan memudahkan.
F. Evaluasi kebermanfaatan kartu tematik
Manfaat kartu tematik sama dengan manfaat yang ada dalam pembelajaran
tematik. Beberapa manfaat yang berhasil penulis rangkum dari berbagai sumber
diantaranya, adalah:
1. Kegiatan belajar mengajar bersifat real sesuai dengan kasus-kasus dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik.
2. Membentuk kecakapan dalam berdiskusi antar kelompok, contohnya: sikap
toleransi, tidak memaksakan pendapat pribadi dan sebagainya.
3. Siswa yang pendiam dan siswa yang senang bicara dapat saling
berkomunikasi karena dibentuk dari tuntutan kerjasama kelompok.
4. Pembelajaran menjadi lebih fun karena minat dan kebutuhan siswa
teraspirasikan.
5. Mengasah kecerdasan siswa dalam melakukan curah gagasan.
6. Ingatan siswa akan materi yang telah disampaikan dapat bertahan lama
karena pembelajaran yang berkesan dan penuh makna.
7. Pembelajaran yang utuh menjadikan siswa mendapat pemahaman yang
orginial dan komprehensif.
8. Konsep keilmuan terbentuk degan baik dalam struktur pemikirian siswa
karena ilmu pengetahuan tidak dikotak-kotakkan oleh mata pelajaran. 9
9. Hubungan antara guru dengan siswa menjadi lebih harmonis karena
seringnya berkomunikasi dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan.
10
BAB III
LAPORAN HASIL
A. Deskripsi Hasil Pembelajaran
Karena keterbatasan waktu, inovasi yang penulis buat ini berupa kartu
tematik belum sempat diuji cobakan di kelas tempat penulis mengajar. Akan tetapi
pembelajaran dengan metode pendekatan secara tematik telah penulis lakukan
sepanjang tahun 2007 hingga 2010, yaitu ketika penulis mengajar komputer di
beberapa Taman Kanak-Kanak (TK) dan Play Group (PG) di Jakarta.
Para ahli psikologi perkembangan sangat menentang pemberian materi
pembelajaran komputer kepada anak usia dini, karena menurut mereka anak pada
usia tersebut belum waktunya dijejali dengan berbagai macam ilmu teknis.
Akan tetapi dengan pembelajaran berbasis tematik dan prinsip bermain
sambil belajar akhirnya penulis bersama tim pendidikan dari TK Mini Pak Kasur
berhasil menyusun modul pembelajaran komputer untuk anak usia dini dan
menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah TK dan Play Group.
Walaupun masih dalam tataran pengenalan dan belum sampai pada level menjadi
ahli.
Demikian halnya dengan pembelajaran TIK di SMA/SMK, penulis melihat
kegiatan belajar mengajar akan terasa lebih bermakna jika dalam setiap pertemuan
sang guru TIK mampu mengaitkan materi yang akan diajarkan saat itu dengan tema-
tema yang sedang hangat dibicarakan orang pada saat itu. Apalagi setiap materi yang
11
disampaikan dapat dikaitkan dengan mata pelajaran lain dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik.
B. Analisis hasil pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, penulis melihat kebanyakan dari
guru atau dosen yang melakukan pendekatan secara tematik dalam metode
pengajarannya mengalami keberhasilan.
Namun demikian ada beberapa hal yang menyebabkan pembelajaran tematik
di kelas tidak dapat berjalan seperti yang diinginkan karna beberapa faktor,
diantaranya:
1. Kelas tidak dalam kondisi siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Guru yang gagal mengkondisikan kelas sebelum belajar, dengan artian kelas
tersebut begitu sunyi dan sepi karena sebagian dari siswanya tertidur atau
sebaliknya kelas terdengar begitu gaduh lantaran suara anak-anak yang sangat
berisik.
Untuk kondisi yang pertama, pembelajaran tematik masih bisa dilakukan
karena suara guru masih bisa terdengar oleh siswa yang tidak tidur.
Sedangkan untuk kondisi kedua, pembelajaran tematik benar-benar tidak bisa
dijalankan, karena bagaimana guru bisa bercerita atau membahas suatu kasus
tertentu jika suara guru tersebut hilang tenggelam ditelan keributan dan
kegaduhan kelas. Para siswa yang tidak ribut pun akhirnya tidak dapat
mendengarkan penjelasan dari gurunya.
12
2. Sifat dan karakter guru yang tidak mendukung pembelajaran secara tematik.
Masih ada beberapa guru di tanah air kita yang memiliki prinsip “guru selalu
benar pantang untuk disalahkan”. Ada juga guru yang memiliki sifat tertutup,
dia menutup diri dari informasi yang muncul dari siswanya atau dalam bentuk
gagasan maupun usulan. Begitu pula dengan guru yang selalu menjawab
semua pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa, entah jawaban tersebut
memiliki dasar ataupun tidak yang penting pertanyaan siswa dijawab dengan
berbagai macam gaya retorika yang dia miliki.
Nah, para guru yang memiliki karakter seperti ini sangat tidak mendukung
pembelajaran tematik karena salah satu prinsip dari pembelajaran tematik
adalah student center, artinya yang menjadi pusat pembelajaran adalah para
siswa bukan gurunya.
3. Sarana dan prasana memegang peranan penting dalam keberhasilan
pembelajaran tematik. Dalam hal ini bukan berarti sebuah sekolah harus
memiliki lapangan sepak bola standar internasional, kolam renang, lapangan
indoor dan sebagainya. Minimal yang paling urgent dari semua itu adalah
koneksi internet yang cepat. Sehingga baik siswa maupun guru mendapatkan
kemudahan ketika mencari informasi di jagat dunia maya.
13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembelajaran tematik menjanjikan berjuta manfaat, namun tetap saja
semuanya kembali ke pribadi guru masing-masing. Karena banyak yang perlu
dibenahi jika sebuah sekolah atau seorang guru ingin kelasnya menerapkan metode
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik.
Sesuatu yang memiliki nilai tinggi dan memberikan manfaat yang banyak
pastilah menuntut kerja ekstra, salah satunya dalam penyusunan tema. Dalam
menyusun jaringan tema, seorang guru dituntut keshabaran dan kerja kerasnya. Tidak
hanya dalam hal teknis penyusunan saja akan tetapi substansi jauh lebih penting.
B. Saran
Agar pembelajaran tematik dapat tercipta dengan baik dibutuhkan dukungan
dari berbagai pihak. Tidak hanya pihak guru yang dituntut keseriusannya, akan tetapi
seluruh stakeholder yang berkaitan dengan sekolah mulai dari pihak yayasan, tata
usaha dan karyawan lain termasuk juga siswa harus memiliki komitmen yang kuat
untuk mewujudkan cita-caita ini.
Dan sebagai pamungkas dari semua bahasan ini, penulis mengutip sebuah
lafadz dzikir yang biasa terdengar di kalangan ummat Islam. “laa haula wa laa
quwwata illaa billaah” artinya: tiada daya dan upaya kecual dari Allah Swt.
14
Sekolah yang besar, fasilitas yang high class, perangkat pendidikan yang
lengkap dan sempurnanya visi misi yang dimiliki sekolah hanya akan menjadi
impian saja mana kala orang-orang yang berada di dalamnya tidak beriman kepada
Allah Swt.
Orang-orang yang jauh dari Allah Swt akan mengalami kegagalan dalam
setiap usahanya. Walaupun ada yang sukses, maka kesuksesannya adalah sesuatu
yang semu dan menipu, yaitu kesuksesan yang membawa dirinya/kelompoknya pada
kehancuran dan penyesalan yang dalam. Wallahu a’lam.
15
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Hajar Ibnu, 2013, Panduan Lengkap Kurikulum Tematik Untuk SD/MI. Jakarta: Diva Press
Kunandar, 2007, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mulyoto, 2013, Strategi Pembelajaran Di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Pustaka Karya
Keraf Gorys, 2001, Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah
Pendidikan Tokoh, 2013, Menyambut Kurikulum 2013. Jakarta: Kompas
http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik
http://eltelu.blogspot.com/2013/07/kurikulum-2013-konsep-pembelajaran.html
http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PEMBELAJARANTEMATIK.pdf
http://tunas63.wordpress.com/2009/09/07/ciri-dan-manfaat-pembelajaran-tematik/
16
LAMPIRAN
1. DATA/INFORMASI YANG RELEVAN
2. BIODATA
17